Tes Dan Pengukuran Antropometrirosaa
Tes Dan Pengukuran Antropometrirosaa
Tes Dan Pengukuran Antropometrirosaa
MAKALAH
Oleh :
2019
TES DAN PENGUKURAN ANTROPOMETRI
Diajukan kepada Universitas Negeri Surbaya
Untuk memenuhi persyaratan penyelesaian
Program mata kuliah Tes dan Pengukuran
Oleh:
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Antropometri adalah suatu cabang ilmu antropologi fisik yang mempelajari tentang teknik
pengukuran tubuh manusia meliputi cara untuk mengukur dan melakukan pengamatan pada
manusia yang meliputi tulang rangka dan organ-organ tubuh manusia dengan metode dan alat
tertentu. Antropologi juga dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-natal,
mendeteksi kelainan, meramal pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa. (Waspadji, 2010
dalam EPN Ilma, 2013). Menurut Indrianti (2010:2), anthropometri berasal dari “anthro” yang
berarti manusia dan “metron” yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dinyatakan
sebagai suatu studi yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan aplikasi rancangan
yang menyangkut geometri fisik, massa, kekuatan dan karakteristik tubuh manusia yang berupa
bentuk dan ukuran. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran tinggi dan berat yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai
pertimbangan–pertimbangan ergonomis dalammemerlukan interaksi manusia. (Antropometri,
2015).
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang
dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index atau yang diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai harapan hidup lebih panjang (Supariasa dkk., 2001 dalam EPN Ilma, 2013). Dewasa ini
kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa baik di negara maju maupun di negara yang
sedang berkembang. Masalah berat badan seperti obesitas merupakan masalah yang sangat
kompleks. Hal tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu
berbagai kelainan kardiovaskuler terutama stroke, penyakit jantung, diabetes, kelainan
muskuloskeletal, dan beberapa kanker. Salah satu kelainan kardiovaskuler yang terpenting adalah
hipertensi. Menurut data WHO (2007) Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan
dengan kelebihan berat badan. (EPN Ilma, 2013).
Pembaharuan data ukuran antropometri berkaitan erat dengan metode ukur antropometri.
Kroemer (2006) mengemukakan saat ini pengukuran dimensi konvensional menjadi alternatif
yang sering dilakukan mengingat pengukuran tersebut menghabiskan waktu dan tingkat error
yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan 2 pengembangan metode pengukuran antropometri yang
lebih efektif, mudah, dan efisien. Ide ini menjadi gagasan untuk membuat estimasi parameter
khususnya pada antropometri anak. (Antropometri, 2013). 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk
mengetahui permasalahan kesehatan mahasiswa yang terjadi di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jambi tahun 2017, khususnya mengenai status gizi kesehatan melalui pengukuran
antropometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengukuran Antropometri
Pengertian Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai
status gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian,
antropometri merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan
energi dan protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik
dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor
lingkungan yang mempengaruhi antropometri (Aritonang, 2013). Keunggulan antropometri
antara lain prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang
besar. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama,
dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat. Tepat dan akurat karena dapat dibakukan,
dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau, umumnya dapat
mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada ambang batas yang
jelas. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan gizi (Istiany
dkk, 2013).
Antropometri Antropometri dapat berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Bentuk aplikasi penilaian status gizi dengan
antropometri antara lain dengan penggunaan teknik Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body
Mass Index (BMI).
IMT ini merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Dengan
IMT ini antara lain dapat ditentukan berat badan beserta resikonya. Misalnya berat badan
kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih
akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Berikut contoh penggunaan
metode IMT ini untuk mementukan kondisi berat badan kita. Pada contoh ini akan
disampaikan penjelasan tentang caracara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan
normal berdasarkan IMT yang kemudian disesuaikan dengan keseimbangan konsumsi sehari-
hari. Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan
dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun
dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk
mengetahui nilai IMT ini, dipergunakan formula sebagai berikut : IMT = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) 𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) 4 Berdasarkan perhitungan diatas maka akan dapat
ditentukan standard IMT seseorang dengan berpedoman sebagai berikut : Kategori IMT Kurus
sekali Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kurus Kekurangan berat badan tingkat
ringan 17,0 – 18,4 Normal Normal 18,5 – 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan
25,1 – 27,0 Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 2
Kelemahan antropometri antara lain yaitu tidak sensitif, artinya tidak dapat
mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan
penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi dan validitas pengukuran antropometri. Kesalahan ini terjadi karena latihan petugas
yang tidak cukup, kesalahan alat atau kesulitan pengukuran (Istiany dkk, 2013). Dibandingkan
dengan metode lainnya, pengukuran antropometri lebih praktis untuk menilai status gizi
(khususnya KEP) di masyarakat. Ukuran tubuh yang biasanya dipakai untuk melihat
pertumbuhan fisik adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA),
lingkar kepala (LK), tebal lemak dibawah kulit (TL) dan pengukuran tinggi lutut. Penilaian status
gizi antropometri disajikan dalam bentuk indeks misalnya BB/U, TB/U, PB/U, BB/TB, IMT/U
(Aritonang, 2013).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Antropometri statis
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Ada
beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative. Selain itu terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, sebagai berikut: (dalam
Pengukuran dan Perancangan Sistem Kerja, 2010)
a. Umur Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai
sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada
kecenderungan berkurang setelah 60 tahun. b. Jenis kelamin Jenis
kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali
dada dan pinggul.
b. Suku bangsa (etnis) Dimensi tubuh suku bangsa negara barat lebih besar
jika dibandingkan dengan dimensi tubuh suku bangsa negara Timur.
c. Sosio ekonomi Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi
tubuh manusia. Pada negara- negara maju dengan tingkat sosio ekonomi
tinggi mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan
negara-negara berkembang.
2. Antropometri dinamis
Maksud antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia
dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat
pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Terdapat 3 kelas pengukuran antropometri
dinamis, yaitu: (dalam Pengukuran dan Perancangan Sistem Kerja, 2010)
a. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti
keadaan mekanis dari suatu aktifitas. Contoh dalam mempelajari
performansi atlet.
b. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contoh
jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang
dilakukan dengan berdiri atau duduk. 7
c. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh analisis kinematika dan
kemampuan jarijari tangan dari seorang juru ketik atau operator
komputer. Menurut Nurmianto (1991), beberapa jenis data dimensi
Nama Lebar Lengan Lebar Lengan Lebar Lebar tungkai Lebar panggul
atas bawah tungakai atas bawah
kanan kiri Kanan kiri Kanan kiri Kanan Kiri
Aang 22,7 23 22 22 45 46 32,5 33,5 69
Nadya 31 29 22,5 21,5 48 48 33,8 35,8 82
Rista
Galang 27 25 24,5 23,5 51,5 51,5 36,5 35,5 70,5
Murti 26,9 27 23,3 23,3 51,1 51,1 34,3 34,5 83,3
Tedda 31 28,3 25 25 50,6 50 33,4 34 84
Rosalia 27 26,5 24,5 23,5 50,5 51,5 34 35,5 70
KESIMPULAN
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status gizi,
khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Antropometri dibagi atas dua bagian yaitu
antropometri statis dan antropometri dinamis. Antropometri statis adalah pengukuran manusia
pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh sedangkan antropometri dinamis adalah
pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak.
DAFTAR PUSTAKA
Barrie M. Margetts and Michael Nelson. 1996. Design Concept in Nutrition Epidemology. London.
OXFORD University Press. Fitriani, Mela, dkk. 2015. ANTROPOMETRI. Artikel. (Diakses dari
https://www.academia.edu/11417214/Antropometr1).
Ilma, EPN. 2013. Antropometri. Paper. (Diakses dari eprints.ums.ac.id/22561/2/BAB_I.pdf) Putra,
TBMW. 2016. ERGONOMI. Paper. (Diakses dari
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/3018/06bab2_Tegar%20
BMW%20Putra_100702010015_skr_2016.pdf?sequence=6&isAllowed=y
UII. 2010. PENGUKURAN DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA. Modul Artikel. (Diakses dari
http://apk.lab.uii.ac.id/CATEN%202013/modul/Antropometri.pdf)
Mugi, Prestiana, dkk. 2016. Pengukuran Atropometri Pada Orang Dewasa. Artikel. (Diakses dari
https://www.academia.edu/11877063/Pengukuran_Antropometri_Orang_Dewasa) Auliyanah,
Anna. 2012. Praktikum Gizi; Pengukuran Antropometri. Artikel.
Citra, Anisyah. 2016. Keterbatasan Indeks Massa Tubuh. Artikel. (Diakses dari
https://www.apki.or.id/keterbatasan-indeks-massa-tubuh/) UNILA. 2015. ANTROPOMETRI.
Paper. (Diakses dari http://digilib.unila.ac.id/15787/18/BAB%20II.pdf) Walter, Willett. 1988.
Nutrional Epidemiology Second Edition. New York : Oxford University Press.