Gangguan Afektif Episode Manik: Abstrak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

Gangguan Afektif Episode Manik

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061

Abstrak

Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada
fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana 2 perasaan, dan
proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi
periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria yang terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10.
Pengobatan lini pertama bagi gangguan afektif bipolar adalah mempertimbangkan dua anti
konvulsan yaitu carbamazepine dan valproate, walaupun data menunjukkan manfaat dari
litum yang banyak. Obat-obat golongan mood stabilizer diberikan seperti Lithium dan
Valproate baik untuk kondisi akut maupun untuk terapi maintenance yang bertujuan
mencegah kekambuhan. Terapi farmakologis biasanya dikombinasi dengan terapi non
farmakologis berupa psikoterapi.
Kata Kunci : Gangguan bipolar, gangguan manik depresi

Abstract

Bipolar disorder is also known as manic depression, which is a disorder of brain


function that causes unusual changes in the mood of two feelings, and the process of thinking.
It is called Bipolar because this psychiatric disease is dominated by two-polar periodic
fluctuations, namely manic conditions (high uncontrollable excitement) and depression.
Diagnosis is based on the criteria contained in the DSM-IV or ICD-10. The first line
treatment for bipolar affective disorder is to consider two anti-convulsants, namely
carbamazepine and valproate, although the data show a lot of benefits from litum. Mood
stabilizer drugs are given as Lithium and Valproate for both acute conditions and
maintenance therapy aimed at preventing recurrence. Pharmacological therapy is usually
combined with non-pharmacological therapy in the form of psychotherapy.

Keywords: Bipolar disorder, manic depression disorder

Pendahuluan

1
Gangguan mood atau suasana perasaan adalah suatu kelompok kondisi klinis yang
ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Pasien dengan mood meninggi (elevated) yaitu mania, menunjukkan sikap meluap-luap,
gagasan yang melonacat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian
harga diri, dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood depresi, merasakan hilangnya energi
dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran
tentang kematian atau bunuh diri. Sekelompok penyakit yang bervariasi antara berat dan
gejala utamanya adalah perubahan mood yang secara periodic berganti-ganti antara mania
dan depresi, biasanya diikuti oleh gejala-gejala lain yang khas. Gangguan ini dikenal sebagai
gangguan afektif bipolar.1

Gangguan afektif bipolar adalah kondisi umum yang dijumpai, dan diantara gangguan
mental menempati posisi kedua terbanyak sebagai penyebab ketidak mampuan/disabilitas.
Depresi bipolar sama pada kelompok pria dan wanita dengan angka kejadian sekitar 5 per
1000 orang. Penderita depresi bipolar dapat mengalami bunuh diri 15 kali lebih banyak
dibandingkan dengan penduduk umum. Bunuh diri pertama-tama sering terjadi ketika
tekanan pada pekerjaan, studi, tekanan emosional dalam keluarga terjadi pada tingkat yang
paling berat. Kebanyakan pasien dengan gangguan afektif bipolar secara potensial dengan
terapi yang optimal dapat kembali fungsi yang normal. Dengan pengobatan yang kurang
optimal hasilnya kurang baik dan dapat kambuh untuk melakukan bunuh diri lagi. Data
menunjukkan bahwa pengobatan sering kurang optimal.1

Anamnesis

Untuk mendiagnosis gangguan afektif bipolar episode manic dengan anamnesis yang
terdiri dari alloanamnesis dengan keluarga, saudara, atau teman pasien yang paham kondisi
pasien, selain itu autoanamnesis atau anamnesis terhadap pasien sendiri.

 Keluhan utama : pasien dikeluhankan oleh ibunya malam tidak tidur, banyak
kegiatan, gembira terus, banyak bicara, make up menyolok, ganti pakaian setip hari.
 Riwayat penyakit sekarang
Perlu kita tanyakan pada ibunya bagaimana kondisi pasien sehari-hari1
 Riwayat penyakit dahulu

2
Riwayat stress, riwayat melahirkan, riwayat epilepsi, riwayat trauma pasca operasi,
riwayat penggunaan obat antidepresan, alkohol, antikonvulsan, bronkodilator, cimetidin,
dekongestan, disulfiram, halusinogen, steroid, isoniazid, prokainamid. Selain itu, seorang
penderita bipolar disorder yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar
mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak
kegelisahan atau depresi.1,2
 Riwayat Penyakit Keluarga
Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap bipolar
disorder memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua
orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. Anak-anaknya beresiko mengidap
bipolar disorder. Kembar identik dari seorang pengidap bipolar disorder memiliki resiko
tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik. 1,2
 Riwayat Sosial Ekonomi
 Uang tabungannya dihabiskan selama 2 minggu
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang
melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward)
dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan
kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus
sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang
dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis atau tiba-
tiba-baik atau buruk-seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang
yang dicintai, dipecat. 1,2

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan terdiri dari pemeriksaan status mental, status
neurologis, dan status internus.

Status Mental3
Hal-hal yang harus diketahui saat pemeriksaan status mental pasien yakni:
1. Penampilan saat pasien datang, dari penampilan dapat memberikan ciri khas pada
beberapa penyakit psikiatrik, contohnya pada pasien mania biasanya mereka
berpakaian dan berdandan berlebihan tidak sesuai dengan tempatnya. Contohnya
mereka ke dokter seperti akan ke acara pernikahan.

3
2. Cara bicara, perhatikan pasien saat bicara. Biasanya pada pasien depresi mereka
cenderung tertutup dan kurang member informasi, sedangkan pada pasien mania,
mereka berbicara terus-menerus tiada henti.
3. Mood atau suasana hati.
4. Pikiran seperti bagaimana perhatian pasien, daya memorinya, apakah dia dapat
menentukan sikap, serta cara berbahasa.
5. Persepsi, tanyakan apakah pasien merasa ada yang berbisik, atau melihat sesuatu yang
tidak dilihat oleh dokter untuk mengetahui apakah pasien mengalami halusinasi.
6. Sensorium dimana pasien sering merasa kesemutan

Psikodinamik formulasi adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh pasien.


Seperti penolakan (deny), pada saat disalahkan dia akan menyalahkan orang lain,
menggunakan orang lain untuk mencapai tujuannya.
Clinical Interview adalah cara yang dilakukan pemeriksa dalam menggali informasi
kepada pasien agar pasien mau bercerita kepada dokter dengan leluasa. Hal ini dapat dicapai
dengan menimbulkan kedekatan (rapport), kepercayaan (trust), penjaminan (reassurance),
dan memberikan respon emosional yang positif.

Status Neurologis

Meliputi pemeriksaan kesadaran, pemeriksaan pupil dan gerakan mata, pemeriksaan


tanda rangsang meningeal, pemeriksaan saraf cranial, pemeriksaan motorik (gerakan pasif
dan aktif), pemeriksaan refleks patologis (babinski dan klonus kaki), pemeriksaan koordinasi.

Status Internus

Meliputi pemeriksaan abdomen, thorax, jantung, agar dapat memastikan bahwa gangguan
mania tersebut tidak disebabkan oleh adanya akibat dari penyakit dalam (interna) yang
diderita pasien.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah uji psikologi, elektroensefalografi


(EEG), dan CT-scan.

4
Uji Psikologi
Tes psikologi bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepribadian dan kemampuan
tiap orang. Pengertian tes psikologi adalah suatu ujian (test) untuk menguji mental dan
dilakukan untuk menyeleksi serta menetapkan psikis khusus individu.

Elektroensefalografi (EEG)
Elektro Ensefalo Grafi (EEG) adalah suatu alat yang mempelajari gambar dari
rekaman aktivitas listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya.
Neuron-neuron di korteks otak mengeluarkan gelombang-gelombang listrik dengan voltase
yang sangat kecil (mV), yang kemudian dialirkan ke mesin EEG untuk diamplifikasi
sehingga terekamlah elektroenselogram yang ukurannya cukup untuk dapat ditangkap oleh
mata pembaca EEG sebagai gelombang delta,alpha, beta, theta, gamma dsb. Saat terbaik
perekaman adalah pada saat bebas obat sehingga Gelombang Otak (Brainwave) yang didapat
adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang bebas dari pengaruh obat. Lama perekaman
minimal 15-20 menit pada penderita sadar.

CT-Scan
Computed Tomography Scanning (CT Scan) adalah suatu peralatan radiologi yang
dapat digunakan untuk menampilkan dan mengalokasikan suatu objek yang akan di diagnosis
keadaannya dengan cara menggunakan teknik pemeriksaan tomografi untuk menghasilkan
gambaran-gambaran objek yang berupa potongan-potongan tubuh secara axial dengan
menggunakan prinsip kerja tomografi yang dilengkapi sistem komputer sebagai media
pengolahan data-data software dan recontruksi gambar objek. Pada umumnya radiasi dari
sinar X yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT Scan adalah aman dengan indikasi medis
yang sesuai.4

Diagnosis

”Gangguan Afektif Bipolar Episode kini Manik”

Macam-macam gangguan bipolar5

Bipolar dengan Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik

Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat daripada keadaan yang
digambarkan. Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang

5
menjadi waham dan iritabilitas serta kecurigaan menjadi waham kejar. Pada kasus berat,
waham kebesaran atau religius tentang identitas atau peranan mungkin mencolok, dan
gagasan yang takabur dan percepatan berbicaranya mengakibatkan individu tidak dapat
dipahami lagi. Aktivitas dan eksitasi fisik yang hebat dan terus menerus dapat menjurus
kepada agresi dan kekerasan; pengabaian makan, minum, dan kesehatan pribadi dapat
berakibat keadaan dehidrasi dan kelalaian diri yang berbahaya.
Jika diperlukan, waham dan halusinasi dapat diperbedakan sebagai yang serasi atau
tidak serasi dengan suasana perasaan (mood). “Tidak serasi” hendaknya diartikan meliputi
waham dan halusinasi yang afektif netral. Misalnya waham rujukan tanpa makna bersalah
atau menuduh, atau suara-suara yang berbicara dengan individu tentang peristiwa yang tidak
mengandung arti emosional khusus.
Pedoman diagnosis dari ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders:
Diagnostic Criteria for Research, disebutkan episode mania dengan gejala psikotik:

1. Suasana perasaan meningkat dengan jelas, ekspansif, atau iritabel, dan abnormal bagi
pribadi yang bersangkutan. Perubahan suasana perasaan harus nyata dan menetap
sekurangnya selama 1 minggu (kecuali jika cukup berat dan membutuhkan perawatan
rumah sakit).
2. Setidaknya ada 3 tanda yang harus menyertai (4 bila afeknya hanya iritabel): (a)
Peningkatan aktivitas atau kegelisahan fisik, (b) Suka bicara (ada dorongan untuk
bicara terus), (c) Flight of ideas atau alur pikirnya seperti berpacu, (d) Hilangnya
larangan sosial normal, menyebabkan perilaku yang tidak sesuai kepada keadaan, (e)
Kebutuhan tidur berkurang, (f) Meningkatnya harga diri atau grandiositas, (g)
Distraktibilitas atau perubahan terus-menerus dalam aktivitas dan rencana, (h)
Perilaku sembrono atau membabibuta dengan resiko yang tidak diketahui, (i)
Kecerobohan seksual.
3. Episode tidak dihubungkan dengan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental
organik lain.
4. Episode tidak bertumpang tindih dengan kriteria skizofrenia atau gangguan
skizoafektif tipe mania.
5. Waham atau halusinasi muncul.

Dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, pedoman
diagnosis untuk Mania dengan Gangguan Psikotik:

6
1. Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (Mania tanpa
gejala psikotik).
2. Harga diri yang membubung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi
waham kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas, dan kecurigaan menjadi waham
kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek
tersebut (mood congruent).

Bipolar Episode Kini Manik tanpa Psikotik

Suasana perasaan (mood) meninggi tidak sepadan dengan keadaan individu, dan dapat
bervariasi antara keriangan (seolah-olah bebas dari masalah apapun) sampai keadaan eksitasi
yang hampir tak terkendali. Eliasi (suasana perasaan yang meningkat) itu disertai dengan
energi yang meningkat, sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan
bicara, dan berkurangnya kebutuhan tidur. Pengendalian yang normal dalam kelakuan sosial
terlepas, perhatian yang terpusat tak dapat dipertahankan, dan seringkali perhatian sangat
mudah dialihkan. Harga diri membumbung, dan pemikiran yang serba hebat dan terlalu
optimistis dinyatakan dengan bebas.

Mungkin terjadi gangguan persepsi, seperti apresiasi warna terutama yang menyala
atau amat cerah (dan biasanya indah), keasyikan (mengikat perhatian) pada perincian sehalus-
halusnya mengenai permukaan dan penampilan barang, dan hiperakusis subjektif. Individu
itu mungkin mulai dengan pelbagai rencana yang tidak praktis dan boros, membelanjakan
uang secara serampangan, atau menjadi agresif, bersifat cinta kasih, atau berkelakar dalam
situasi yang tidak tepat. Suasana perasaan (mood) yang tampil pada beberapa episode manik
lebih banyak mudah tersingggung dan curiga, dripada elasi. Serangan pertama paling banyak
muncul pada usia antara 15-30 tahun, namun dapat terjadi pada setiap usia antara akhir masa
kanak sampai dasawarsa ketujuh atau kedelapan.
Pedoman diagnosis berdasarkan pedoman diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III),
mania tanpa gejala psikotik:
1. Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai
mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
2. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas
yang berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang,
ide-ide perihal kebesaran/ ”grandiose ideas” dan terlalu optimistik.

7
3. Ditambah dengan paling sedikit 4 gejala berikut ini: (a) Peningkatan aktivitas
(ditempat kerja, dalam hubungan sosial atau seksual), atau ketidak-tenangan fisik, (b)
Lebih banyak berbicara dari lazimnya atau adanya dorongan untuk berbicara terus
menerus, (c) Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayatan subjektif bahwa
pikirannya sedang berlomba (mania dengan gejala psikotik), (d) Rasa harga diri yang
melambung tinggi (grandiositas, yang dapat bertaraf sampai waham/delusi), (f)
Berkurangnya kebutuhan tidur, (g) Mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu
cepat tertarik kepada stimulus luar yang tidak penting atau yang tak berarti, (h)
Keterlibatan berlebih dalam aktivitas-aktivitas yang mengandung kemungkinan resiko
tinggi dengan akibat yang merugikan apabila tidak diperhitungkan secara bijaksana,
misalnya berbelanja berlebihan, tingkah laku seksual secara terbuka, penanaman
modal secara bodoh, mengemudi kendaraan (mengebut) secara tidak bertangguang
jawab dan tanpa perhitungan.

Kriteria ICD–10 untuk episode mania (World Health Organization, 1992) tanpa gejala
psikotik:
1. Elevasi mood atau perasaan dan iritabilitas.
2. Peningkatan energi dan overaktivitas.
3. Berbicara terus menerus.
4. Jangka waktu tidur menjadi pendek.
5. Disinhibisi sosial.
6. Perhatiannya mudah teralih.
7. Grandiositas.
8. Gemar menghambur-hamburkan uang atau hidup foya-foya.
9. Agresif.

PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode
kini yang dialami penderita.5

Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III


F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala

8
psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan

Dari tabel 1, dapat terlihat bahwa episode manik dibagi menjadi 3 menurut
derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik
dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan
yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk
cinta.Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual
yang meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih
ringan daripada manik karena gejala-gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi
social.5

1. F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanik5


o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0)
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
2. F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik5
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1) dan,
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
3. F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik5
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2) dan,
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.

9
4. F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang5
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan
(F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
5. F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala
Psikotik
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik (F32.2), dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.

6. F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala
Psikoti
o Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3), dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
o Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afeknya.
7. F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
o Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik dan
depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala
mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari
episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu) dan
o Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
8. F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi4
o Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan
terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode
afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan ditambah
sekurangkurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran).
10
Differential Diagnosis

Skizoafektif

Seperti yang diartikan oleh istilahnya, gangguan skizoafektif memiliki ciri baik
skizofrenia dan gangguan afektif (sekarang disebut gangguan mood). Kriteria diagnostic
untuk gangguan skizoafektif telah berubah seiring dengan berjalannya waktu, sebagian besar
karena perubahan kriteria untuk skizofrenia dan gangguan mood. Terlepas dari sifat diagnosis
yang dapat berubah, diagnosis ini tetap merupakan diagnosis yang terbaik bagi pasien yang
sindroma klinisnya akan terdistorsi jika hanya dianggap skizofrenia atau hanya suatu
gangguan mood saja.1,5

Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan para
wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada
usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Teori etiologi mengenai gangguan
skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan. Tanda dan gejala kinis gangguan
skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia, episode manic, dan
gangguan depresif. Gejala skizofrenik dan gangguan mood dapat ditemukan bersama-sama
atau dalam cara yang bergantian. Perjalanan penyakit dapat bervariasi dari satu eksaserbasi
dan remisi sampai satu perjalanan jangka panjang yang memburuk. 1,5

Banyak peneliti dan klinisi berspekulais tentang cirri psikotik yang tidak sesuai
dengan mood, isi psikotik yaitu halusinasi atau waham adalah tidak konsisten dengan mood
yang lebih kuat. Pada umumnya adanya cirri psikotik yang tidak sesuai dengan mood pada
suatu gangguan mood kemungkinan merupakan indicator dari prognosis yang buruk.
Hubungan tersebut kemungkinan berlaku untuk gangguan skizoafektif, walaupun data-
datanya terbatas. 1,5

Etiologi

Etiologi dari gangguan bipolar memang belum dapat diketahui secara pasti, dan tidak
ada penanda biologis (biological marker) yang objektif yang berhubungan secara pasti
dengan keadaan penyakit ini.

11
Faktor Biologi

 Herediter
Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya
episode manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya,
berdasar etiologi biologik. 50% pasien bipolar memiliki satu orang tua dengan
gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika
seorang orang tua mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki resiko
mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar
maka 75% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan
pertama dari seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita
gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi
terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah,
yakni 10-20%.4
 Genetik
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan
kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari
kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Yang menarik dari studi kromosom ini,
ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan
bipolar.4
 Neurotransmiter
Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti
mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan bipolar.
Neurotransmiter tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen
yang berhubungan dengan neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang
mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-
Ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter (5HTT).4
 Kelainan Otak
Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat
perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui
pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography
(PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada
korteks prefrontal subgenual. Selain itu ditemukan volume yang kecil pada amygdala

12
dan hipokampus. Korteks prefrontal, amygdala dan hipokampus merupakan bagian
dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).4

Faktor Psikososial
 Peristiwa Kehidupan dan Stres Lingkungan
Satu pengamatan klinis yang telah lama yang telah direplikasi adalah bahwa peristiwa
kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama
gangguan suasana perasaan daripada episode selanjutnya. Hubungan tersebut telah
dilaporkan untuk pasien gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I.6
 Teori Kognitif
Menurut teori kognitif, interpretasi yang keliru (misinterpretation) kognitif yang
sering adalah melibatkan distorsi negatif, pengalaman hidup, penilaian diri yang
negatif, pesimisme, dan keputusasaan. Pandangan negatif yang dipelajari tersebut
selanjutnya menyebabkan perasaan depresi. Seorang ahli terapi kognitif berusaha
untuk mengidentifikasi hal yang negatif dengan menggunakan tugas perilaku, seperti
mencatat dan secara sadar memodifikasi pikiran pasien.6

Epidemiologi

Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar antara 0,3-1,5%.
Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis. Risiko kematian terus membayangi
penderita bipolar. Biasanya kematian itu dikarenakan mereka mengambil jalan pintas yaitu
bunuh diri. Risiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5
per 1000 pasien. Sementara yang diterapi ’hanya’ 1,3 per 1000 pasien. Gangguan pada lelaki
dan perempuan sama, umumnya timbul di usia remaja atau dewasa. Hal ini paling sering
dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa, tetapi kasus-kasus gangguan bipolar
telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak-anak.5

Manisfestasi klinis

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar


dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada gangguan
bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode
hipomanik. Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan bipolar IV namun sementara
ini yang 2 terakhir belum dijelaskan.

13
Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan
longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1 episode
manik di sana. Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode depresi lengkap
maka tetap dikatakan gangguan bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat berupa
episode depresi lengkap maupun episode campuran, dan episode tersebut bisa mendahului
ataupun didahului oleh episode manik. Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode
hipomanik. Gangguan bipolar II dibagi menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya
didahului oleh episode depresi mayor dan disebut tipe depresi bila sebelum episode depresi
tersebut didahului oleh episode hipomanik

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III,


gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan
tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari
peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania),
dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan
aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode
manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,
sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama., rata-rata 6 bulan. Episode pertama
bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua. kebanyakan kasus terjadi
pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar maka
risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan refrakter.

Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik,


manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat
diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (’estrus’) atau
seorang laki-laki yang dimabuk cinta. Perasaan senang, sangat bersemangat untuk
beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik.
Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejalagejala tersebut tidak
mengakibatkan disfungsi sosial. Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga
mengacaukan hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi
dan terlalu optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi.
Tanda manik lainnya dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal lelah
melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, euphoria hingga logorrhea (banyak
berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga menceracau dengan 'word salad'), dan biasanya
disertai dengan waham kebesaran, waham kebesaran ini bisa sistematik dalam artian

14
berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik, berperilaku tidak sesuai dengan
wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham maka diagnosis mania
dengan gejala psikotik perlu ditegakkan.7

Terapi8,9

Terapi farmakologis.
Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami
penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala psikotik, agitasi,
agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis atipikal semakin sering digunakan untuk episode
manik akut dan sebagai mood stabilizer. Antidepresan dan ECT juga dapat digunakan untuk
episode depresi akut (contoh, depresi berat). Selanjutnya, terapi pemeliharaan/maintenance
dan pencegahan juga harus diberikan.

Tabel 2. FDA-Approved Bipolar Treatment Regimens

Nama Generik Nama Manik Mixed Maintenance Depresi


Dagang
Valproate Depakote X
Carbamazepine extended Equestro X X
release
Lamotrigine Lamictal X
Lithium X X
Aripiprazole Abilify X X X
Ziprasidone Geodon X X
Risperidone Risperdal X X
Quetiapine Seroquel X X
Chlorpromazine Thorazine X
Olanzapine Zyprexa X X X
Olanzapine/fluoxetine Symbyax X
Combination

15
Terapi Non Farmakologi
 Konsultasi
Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu sesuai bila penderita
tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional dan medikasi.
 Diet
Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada diet
khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam, karena
peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan
efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium serum dan
menyebabkan toksisitas.
 Aktivitas
Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas fisik.
Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler
meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan
dengan peningkatan respirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan
toksisitas litium.
 Edukasi
Terapi pada penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi awal dan lanjutan. Tujuan
edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga
dan sistem disekitarnya. Fakta menunjukkan edukasi tidak hanya meningkatkan ketahanan
dan pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya.

Prognosis

Gangguan bipolar dapat parah dan jangka panjang, atau dapat ringan dengan episode
jarang. Pasien dengan penyakit ini dapat mengalami gejala dengan cara yang sangat berbeda.
Gangguan bipolar I dengan onset yang awal disertai dengan prognosis yang buruk. Pasien
dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan
gangguan depresif berat. 40-50% pasien dengan gangguan bipolar I memiliki episode manik
kedua dalam waktu dua tahun setelah episode pertama. Kira-kira 7% dari semua penderita
tidak mengalami gejala rekurensi, 45% menderita lebih dari satu episode, dan 40% menderita
gangguan kronis.1
Dari segi medis, pasien dengan gangguan bipolar memiliki tingkat kematian yang
lebih tinggi akibat bunuh diri, masalah jantung, dan kematian dari semua penyebab

16
dibandingkan populasi umum. Pasien yang mendapatkan pengobatan, bagaimanapun,
mengalami peningkatan besar dalam tingkat kelangsungan hidup, termasuk kematian akibat
bunuh diri. 1

Komplikasi
1. Bunuh diri
Risiko bunuh diri sangat tinggi pada pasien yang menderita gangguan bipolar
dan yang tidak menerima perhatian medis. Antara 10 - 15% dari pasien dengan
gangguan bipolar I bunuh diri, dengan risiko yang tertinggi selama episode
depresi atau mania campuran (depresi dan mania simultan). Pasien yang
menderita gangguan kecemasan juga beresiko lebih besar untuk bunuh diri. 1
2. Efek Perilaku dan Emosional fase manik
Sebagian kecil pasien gangguan bipolar menunjukkan produktivitas tinggi
atau kreativitas selama fase manik. Pemikiran menyimpang dan gangguan
penilaian yang merupakan ciri khas dari episode manik dapat menyebabkan
perilaku berbahaya, termasuk: 1
a. Menghabiskan uang menyebabkan kehancuran finansial
b. Marah, perilaku paranoid, dan bahkan kekerasan
3. Asosiasi dengan Penyakit Fisik
Orang dengan penyakit mental memiliki insiden yang lebih tinggi dari
kondisi medis, termasuk penyakit jantung, asma dan masalah paru-paru lainnya,
gangguan pencernaan, infeksi kulit, diabetes, hipertensi, sakit kepala migrain,
hipotiroidisme, dan kanker. 1

17
Kesimpulan
Gangguan afektif bipolar merupakan salah satu bentuk penyakit mental berat yang
dikarakteristikan adanya episode manik berulang dan depresi. Gejala-gejala mania meliputi
kurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau tanpa
mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat yang mungkin/tidak
termasuk psikosis. Ketrampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
Informasi dari keluarga juga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria
yang terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10. Pengobatan lini pertama bagi gangguan afektif
bipolar adalah mempertimbangkan dua anti konvulsan yaitu carbamazepine dan valproate,
walaupun data menunjukkan manfaat dari litum yang banyak. Obat-obat golongan mood
stabilizer diberikan seperti Lithium dan Valproate baik untuk kondisi akut maupun untuk
terapi maintenance yang bertujuan mencegah kekambuhan. Terapi farmakologis biasanya
dikombinasi dengan terapi non farmakologis berupa psikoterapi.

18
Daftar Pustaka

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Gangguan mood. Dalam: Widjaja K. Sinopsos
Psikiatri. Edisi 7. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010.h. .777-833.
2. American Psychiatric Assosiation. Mood disorder. In: Diagnostic and statistical
manual of mental disorders text revision. Edisi 4. Arlington : American Psychiatric
Assosiation; 2004.h. 345-92.
3. Amir N. Gangguan Suasana Perasaan. Dalam: Elvyra SD, Hadisukanto G. Buku Ajar
Psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.h.
197-208.
4. Sadock, Benjamin J, Virgina A. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry:
behavioral sciences/clinical psychiatry.10th Edition. New York : Lippincott Williams
& Wilkins.2007.p.777-857.
5. Maslim R. Gangguan afektif bipolar. Dalam: Diagnosis gangguan jiwa rujukan
rinfkasan PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- UNIKA Atmajaya;
2001.h. 58-69.
6. Ingram, Timbury, Mowbray, Editor Peter A.Catatan kuliah psikiatri. Edisi ke-6.
7. Andreasen NC. Mood Disorders. Dalam: Brave new brain. OXFORD University
Press; 2001.p. 215-45.
8. Hibbert A. Rujukan cepat psikiatri. Jakarta: EGC; 2008.h. 46-8.
9. American Psychiatric Association. Practice guidelines for the treatment of patients
with bipolar disorder. Am J Psychiatry; 2002.p. 1-50.

19

Anda mungkin juga menyukai