Struktur Beton Bertulang I
Struktur Beton Bertulang I
Struktur Beton Bertulang I
GEDUNG 2 LANTAI
LAPORAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Struktur Beton Bertulang I yang dibina oleh
Ben Novarro Batubara, M.T
Oleh :
Aulia Shalsabila
(1704015)
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Kajian Teknologi dan Vokasi sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
junjunan kita Nabi Muhammad SAW.
Selaku tim penyusun, kami berterima kasih kepada Bapak Ben Novarro
Batubara, M.T selaku dosen mata Struktur Beton I yang telah membimbing kami
dalam penyusunan laporan ini. Selain itu, kami berterima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam dalam memudahkan proses pembuatan Laporan.
Kami menyadari dalam laporan ini ada kelemahan dan kekurangan, oleh karena
itu adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat kami nantikan untuk
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 87
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 87
5.2 Saran ................................................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2. Momen yang menentukan beban dalam jalur tengah pada plat dua arah
akibat beban merata…………….……………………………………………………13
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
7
umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen struktur tekan tidak diawali
dengan tanda perningatan yang jelas, bersifat mendadak.
Kegagalan tekuk, dapat ditinjau secara khusus pada sebuah kolom, yang
merupakan suatu komponen struktur panjang, langsing, dan dibebani secara aksial
tekan. Jika komponen struktur tekan relatif langsing, maka ia dapat gagal secara
lentur atau berdefleksi lateral, bukan karena tekan langsing pada bahan. Contoh
yang menampakkan perilaku ini, yaitu dengan menekuk penggaris plastik atau
benda langsing lainnya. Apabila lentur lateral terjadi, dapat dikatakan bahwa
kolom tersebut telah menekuk, dan pada akhirnya kolom tersebut benar-benar
runtuh.
Sebagai bagian dari suatu kerangka bangunan dengan fungsi dan peran
seperti tersebut, berarti kolom menempati posisi penting di dalam sistem
bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen
struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas runtuh
total keseluruhan struktur bangunan. Kegagalan seperti ini dapat dicegah dengan
mendesain struktur tersebut sedemikian hingga mampu menyangga beban aksial
tekan denan eksentrisitas tertentu. Dengan demikian, dalam mendesain struktur
kolom harus memperhitungkan secara cermat dengan memberikan cadangan
kekuatan lebih tinggi dibanding komponen struktur lainnya.
7
1.3 Manfaat Penulisan
Dari tujuan penulisan diatas maka dapat dikemukakan bahwa manfaat dari
penulisan ini adalah untuk :
1. Untuk Penulis
Untuk mengetahui dan lebih paham tentang perencanaan dan perhitungan
beton bertulang dan menambah wawasan tentang perencanaan dan perhitungan
beton bertulang.
2. Untuk Pembaca
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang perencanaan dan
perhitungan beton bertulang.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
7
berbahaya. Karena kekuatan beton tergantung pada jumlah perbandingan
air dan semen.
Semen adalah kombinasi dari berbagai mineral yang jika dicampurkan
dengan air akan mengalami hidrasi dan dengan cepat akan mengeras
biasanya antara 4-6 jam. Semen yang biasa digunakan untuk membuat
beton adalah semen Portland. Semen Portland terbagi menjadi 5 jenis,
semen Portland adalah semen standard yang digunakan saat ini dalam
industri bangunan.
Agregat hampir merupakan material penyusun terbanyak dalam
pembuatan beton prosentasenya sekitar 60 sampai 80 %. Pasir, kerikil, dan
batu pecah merupakan agregat utama yang biasa digunakan.
Ada banyak kelebihan yang dimiliki beton sehingga beton banyak
digunakan dalam bangunan-bangunan teknik sipil, diantaranya dari faktor
ekonomi bahan-bahan yang digunakan banyak tersedia dan mudah
didapatkan serta dapat menambah ketebalan bangunan sehingga
mengurangi beban angin, dari segi arsitektural dan struktural beton juga
sangat cocok sebagai bahan bangunan, karena beton memiliki mobilitas
yang tinggi, dan disainer dapat memilih bentuk dan ukurannya. Selain itu
beton juga tahan terhadap api hingga 1 sampai 3 jam. Beton juga memiliki
kekakuan yang besar sehingga tahan terhadap beban angin, serta getaran
lantai. Selain itu beton juga perawatannya mudah.
7
b. Beton Prategang
Beton prategangan sekarang telah diterima dan banyak dipakai,
setelah melalui banyak penyempurnaan hampir pada setiap elemen
beton prategang, misalnya pada jembatan, komponen bangunan seperti
balok, pelat dan kolom, pipa dan tiang panjang, terowongan dan lain
sebagainya. Dengan beton prategang dapat dibuat betang yang besar
tetapi langsing.
c. Beton Pracetak
Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di
tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi
(transportasi) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi).
Keunggulan system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat
dan missal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi
dengan kualitas produk yang baik.
d. Beton Ringan
Beton Ringan Aerasi Hebel merupakan bahan bangunan yang
ringan dengan kekuatan yang tinggi dan kemampuan insulasi yang
sangat baik, juga memberikan kemudahan, kecepatan, serta kerapian
dalam membangun segala jenis bangunan; rumah tinggal, komersial,
fasilitas publik, perkantoran maupun industri.
7
Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak
dalam bentuk dan ukuran seberapapun tergantung keinginan.
b. Kekurangan Beton
Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah
retak. Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan
kasa.
Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras
mengembang jika basah sehingga dilatasi (constraction join)
perlu diadakan pada beton yang panjang/lebar untuk memberi
tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan
suhu sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk
mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu
dapat dimasukin air, dan air yang membawa kandungan garam
dapat merusakan beton.
Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan
didetail secara seksama agar setelah dikombinasikan dengan
baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur
tahan gempa.
7
BAB III
RUMUS PERHITUNGAN KONSTRUKSI
BETON BERTULANG
7
Perhitungan ini harus menggunakan hasil dari perhitungan tinggi balok
karena dalam memperkirakan dimensi balok lebar balok < tinggi balok.
Dengan itu didapat rumus sebagai berikut:
1
𝑏= ∙ℎ
2
Diketahui :
b = lebar balok (mm)
h = tinggi balok (mm)
Gambar Penampang Balok Plat Atap dan Plat Lantai
Pada poin ini biasanya kita mengambil dimensi balok yang terbesar,
biasanya dipergunakan untuk menyamakan dimensi balok itu sendiri yang
didapat dari perhitungan tinggi balok dan lebar balok, diasumsikan dalam
arah x dan arah y.
Perencanaan Plat Atap dan Plat Lantai
Menentukan Bentang Plat
Perencanaan ini berfungsi untuk mendapatkan bentang-bentang plat
yang dikurangi setengah dimensi balok, dapat diketahui dari rumus:
Batang Kantilever
1
𝐿𝑥 = 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑎ℎ 𝑥 − ∙𝑏
2
1 1
𝐿𝑦 = 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑎ℎ 𝑦 − ∙𝑏−2∙𝑏
2
Keterangan :
Lx = Bentang Terpendek (mm)
Ly = Bentang Terpanjang (mm)
b = lebar balok (mm)
h (mm)
7
b (mm)
Lx mm
Ly =
h mm
b mm b mm
Ly mm
Keterangan :
L = Ln = Bentang Bersih
hmin = tebal minimum
hmaks = tebal maksimum
𝐿𝑦
β = 𝐿𝑥 , Lx = bentang terpendek, dan Ly = bentang terpanjang
Menghitung Beban
Tebal plat akan mempengaruhi perhitungan beban
Dalam buku Gideon (1993: hlm. 34) mencari Wu menggunakan rumus:
7
Wu = 1,2WD + 1,6WL
Keterangan:
Wu = Kuat perlu untuk menahan beban yang telah dikalikan dengan
momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya.
WD = beban mati, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan
beban tersebut
WL = beban hidup, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan
beban tersebut.
WD (Atap) dalam peruntukan ruko atau pertokoan :
- Berat Sendiri Plat = tebal plat x 24 (berat jenis beton bertulang)
- Mekanikal Elektrikal = 0, 25 KN/m2
- Berat Plafond = 0,18 KN/m2
- Berat Air Hujan = 0,50 KN/m2
WL (Atap) dalam peruntukan ruko atau pertokoan = 1 KN/m2 didapat dari
PPURG (Hal. 7)
WD (Lantai) dalam peruntukan ruko atau pertokoan :
- Berat Sendiri Plat = tebal plat x 24 (berat jenis beton bertulang)
- Mekanikal Elektrikal = 0, 25 KN/m2
- Berat Plafond+Penggantung = 0,18 KN/m2
- Berat Pasir = 0,32 KN/m2
- Berat Adukan = 0,66 KN/m2
- Berat Keramik = 0,24 KN/m2
WL (Lantai) dalam peruntukan ruko atau pertokoan = 2,5 KN/m2 didapat
dari PPURG (Hal. 7)
Perhitungan Geser
Vu = 1,15 x (Wu x Lx/2)
Keterangan :
Vu = Geser Ultimate Lx = Ln = Bentang Bersih
7
Wu = Beban Hidup
d = h – P – 0,5 x 𝜙𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Keterangan :
d = jarak antar sisi luar beton (mm)
h = tebal plat (mm)
P = Selimut beton (20 mm)
𝜙𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = diameter tulangan yang digunakan (mm)
1
𝑉𝑐 = ∙ √𝑓𝑐 ∙ 𝑏 ∙ 𝑑
6
Keterangan :
Vc = Geser (N)
b = dalam bentang 1 m
d = jarak antar sisi luar beton (mm)
Vn = 𝜙Vc
= 0,6 x Vc
Pada perhitungan geser ini terdapat control dengan catatan:
Vn > Vu, karena batas geser yang dibebani oleh plat ini tidak boleh
melebihi dari geser Ultimate.
Perencanaan Tulangan
Tebal Plat masih berpengaruh disini namon kita hanya mengambil:
- Tebal Plat
- Penutup Beton
- Diameter tulangan arah x dana rah y
- Tinggi efektif d dalam arah x
Dx = h – P- 0,5 x 𝜙𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
- Tinggi efektif d dalam arah y
Dy = h – P - 0,5 x 𝜙𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 - 𝜙𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Perhitungan Tulangan Plat Atap dan Lantai
7
Setelah keseluruhan kita telah mendapatkan datanya, selanjutkan
perhitungan ini menggunakan aturan yang terdapat pada rumus yang ada di
dalam buku Gideon mengenai plat satu arah dan plat dua arah, dengan:
𝐿𝑦
𝛽 = 𝐿𝑥 > 2 → 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑡 1 𝑎𝑟𝑎ℎ
Gambar 2. Momen yang menentukan beban dalam jalur tengah pada plat
7
Pada perumusan gambar di atas apabila Ly/Lx tidak terdapat di atas maka
harus dicari menggunakan rumus interpolasi tabel.
𝐿𝑦
𝛽= < 2 → 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑡 2 𝑎𝑟𝑎ℎ
𝐿𝑥
Gambar 3.
Koefisien
Momen
dikalikan
dengan Wu x Ln2
7
balok. Dalam perhitungan portal ini kita membutuhkan pemakaian tipe-tipe
potongan x maupun y, pada potongan x terlihat pada denah
Pada potongan x kita bisa memotong di daerah atas maupun bawah selain
kantilever, namun pada potongan y hanya memotong di tengah.
Perencanaan Balok Pada Portal
Perkiraan Tinggi Balok
Dalam penggunaannya kita dapat mengetahui dari fy yang akan
digunakan dalam perencanaan struktur memakai beton bertulang, dapat
dilihat rumusnya dalam Gideon (1993: hlm.63) :
Tabel 2. Tebal Minimum h
Fy fy fy fy
Komponen
400 240 400 240 400 240 400 240
Pelat 1 1 1 1 1 1 1 1
mendukung
20 27 24 32 28 37 10 15
satu arah
7
Balok 1 1 1 1 1 1 1 1
mendukung
16 21 18,5 24,5 21 28 8 11
satu arah
7
Keterangan :
Lx = Bentang Terpendek (mm)
Ly = Bentang Terpanjang (mm)
b = lebar balok (mm)
h (mm)
b (mm)
Lx mm
Ly =
h mm
Gambar 5. Menentukan Bentang pada Balok
b mm b mm
Ly mm
Menghitung Beban Total
Semua beban yang bekerja pada balok arah Lx (Bentang Terpendek)
dianggap beban Segitiga dan balok arah Ly (Bentang Terpanjang) dianggap
beban Trapesium dengan intensitas maksimum sebesar ½ x q x L.
7
Beban Segitiga
qequivalen = 1/3 x q x Lx
Beban Trapesium
qequivalen = ½ x q x Lx x (1 – 1/3 x Lx2/Ly2)
Gambar 6. Beban Segitiga dan Beban Trapesium
Keterangan :
q = Wu (Beban Unlimited)
Setelah itu kita merencanakan pada denah yang ada, pada bentang
terpendek merupakan gambar segitiga dan bentang terpanjang merupakan
gambar trapezium, sama seperti halnya gambar metode amplop namun apabila
terdapat bentang yang sama hanya menggambarkan 4 buah segitiga.
Beban-Beban yang Bekerja
Perhitungan ini juga meliputi perhitungan pada atap dan pada lantai, dan
diperlukan juga data dari perhitungan beban total dari trapesium dan segitiga.
- Beban yang bekerja pada atap
Arah x dan arah y
Berat sendiri balok = hbalok x bbalok x 24
q trapesium atau q segitiga = dilihat dari gambar
- Beban yang bekerja pada lantai
Arah x dan arah y
Berat sendiri balok = hbalok x bbalok x 24
7
q trapesium atau q segitiga = dilihat dari gambar
Berat 1/2 dinding = 2,5 x (h2(lantai) – hbalok) x 0,9
Pendimensian Kolom pada Portal
Pada perhitungan ini hanya sebagai mencari dimensi kolom yang akan
digunakan. Kolom minimal yang digunakan yaitu menggunakan dimensi 300
x 300 mm atau 30 x 30 cm.
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐴= → 𝜎 = 𝑓𝑐′
𝜎
A=bxh
h =2xb
Terdapat kolom lantai 1 dan lantai 2, dalam perhitungannya sama hanya tebal
platnya saja yang berbeda, dan perhitungan ini juga memerlukan tipe dengan
luasan terbesar pada denah, didapat dengan rumus:
P total = Pplat + Pbalok + WL (Beban Hidup)
Pplat = (Lx x Ly) x Tebal Plat (atap atau lantai) x 24
Pbalok = Arah x = (hbalok x bbalok) x Lx x 24
Arah y = (hbalok x bbalok) x Ly x 24
WL = Lx x Ly x (beban hidup lantai atau atap)
- Maka didapatkan P total.
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐴= → 𝜎 = 𝑓𝑐′
𝜎
2b2 = A
𝐴
𝑏 = √2 , maka didapatkan lebar balok
A=bxh
h =2xb
Perhitungan Join
Dalam perhitungan ini kita memerlukan data-data di atas karena kita juga
harus membandingkan momen mana yang terbesar dari potongan x dan
potongan y. sehingga momen dari SAP yang terbesar akan digunakan dalam
perhitungan selanjutnya. Perhitungan join ini dibutuhkan data sebagai berikut:
7
- Perhitungan potongan x hampir sama dalam perhitungannya dengan
potongan y.
Berat plat lantai tipe kiri = (𝐿𝑥 𝑥 𝐿𝑦) 𝑥 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑥24
(𝐿𝑥 𝑥 𝐿𝑦)𝑥 𝑊𝐿(𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖)
Berat 1/2 WL lantai tipe kanan = 2
7
3.3 Menghitung Perencanaan Balok
Setelah mendapatkan momen terbesar di atap dan di lantai kita mulai menghitung
perencanaan baloknya sendiri, dimensi balok disamakan dengan perencanaan
balok pada perhitungan portal.
Perkiraan Tinggi Balok
Dalam penggunaannya kita dapat mengetahui dari fy yang akan
digunakan dalam perencanaan struktur memakai beton bertulang, dapat
dilihat rumusnya dalam Gideon (1993: hlm.63) :
Tabel 3. Tebal Minimum h
fy fy fy fy
Komponen
400 240 400 240 400 240 400 240
Pelat 1 1 1 1 1 1 1 1
mendukung
20 27 24 32 28 37 10 15
satu arah
Balok 1 1 1 1 1 1 1 1
mendukung
16 21 18,5 24,5 21 28 8 11
satu arah
7
b = lebar balok (mm)
h = tinggi balok (mm)
Gambar Penampang Balok Atap dan Lantai
Pada poin ini biasanya kita mengambil dimensi balok yang terbesar,
biasanya dipergunakan untuk menyamakan dimensi balok itu sendiri yang
didapat dari perhitungan tinggi balok dan lebar balok, diasumsikan dalam
arah x dan arah y.
Pendimensian Balok
Hasil Analisa
Data material :
fc = disesuaikan dengan perencanaan MPa
fy = disesuaikan dengan perencanaan MPa
β = 0,85 karena fc < 30 MPa
Фlentur = 0,8
ФSengkang = 0,6
Untuk perencanaan tulangan selanjutnya dapat diketahui nilai-nilai rasio
tulangan maksimum dan minimum sebagai berikut:
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
0,85 ∙ 𝛽 ∙ 𝑓𝑐 600
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 = ( )
𝑓𝑦 600 ∙ 𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 ∙ 𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒
Dimensionering Balok Lantai dan Atap
Tinggi Balok (h) = sesuai perencanaan (mm)
Lebar Balok (b) = sesuai perencanaan (mm)
Lapisan Фlp = 1 lapis
ФPokok = 16 mm
ФSengkang = 8 mm
Degging (P) = 40 mm
Фlp ∙ (ФPokok) + (Фlp − 1) ∙ (25)
𝑑′ = + 𝑃 + ФSengkang
2
𝑑 = ℎ − 𝑑′
7
Arah x lantai dan atap
Balok lantai pada balok terbesar dari hasil SAP mendapatkan data sebagai
berikut:
M(batang kiri ke kanan) = (KNm)
M(batang kanan ke kiri) = (KNm)
M(Lapangan/tengah) = (KNm)
V (Kanan) = (KNm)
V (kiri) = (KNm)
Perhitungan Tulangan Lentur
a. Tumpuan
Pada perhitungan tulangan tumpuan menggunakan M(batang kiri ke
kanan) dan M(batang kanan ke kiri).
d = mm
bw = mm
ρmin = mm
ρmaks = mm
Mu(Momen) = KNm Nmm
𝑀𝑢
𝑀𝑛 =
Φ
Menentukan ρ yang diperlukan
𝑀𝑛
=
bw ∙ d2
0,85 ∙ 𝑓𝑐 2. 𝑀𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏 ∙ 𝑑 2
𝑎𝑝𝑎𝑏𝑖𝑙𝑎
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 > 𝜌𝑚𝑖𝑛 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘𝑛𝑦𝑎
As = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑 = 𝑚𝑚2
Maka digunakan perencanaan tulangan berapa buah dan diameter
berapa = luas tulangan ini harus lebih besar dari As
𝐴𝑠 ∙ 𝑓𝑦
𝑎= = 𝑚𝑚
0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤
ФMn = Ф x As x fy x (d – 1/2 a) ФMn > Mu ….OK!
7
b. Lapangan
Pada perhitungan tulangan tumpuan menggunakan
M(Lapangan/Tengah).
d = mm
bw = mm
ρmin = mm
ρmaks = mm
Mu(Momen) = KNm Nmm
𝑀𝑢
𝑀𝑛 =
Φ
Menentukan ρ yang diperlukan
𝑀𝑛
=
bw ∙ d2
0,85 ∙ 𝑓𝑐 2. 𝑀𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏 ∙ 𝑑 2
𝑎𝑝𝑎𝑏𝑖𝑙𝑎
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 > 𝜌𝑚𝑖𝑛 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘𝑛𝑦𝑎
As = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑 = 𝑚𝑚2
Maka digunakan perencanaan tulangan berapa buah dan diameter
berapa = luas tulangan ini harus lebih besar dari As
𝐴𝑠 ∙ 𝑓𝑦
𝑎= = 𝑚𝑚
0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤
ФMn = Ф x As x fy x (d – 1/2 a) ФMn > Mu ….OK!
7
Maka nilai Smaks ditentukan dengan rumus :
𝑑
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 2 = = 𝑚𝑚
4
e. Kedua nilai Smaks di atas, tidak boleh lebih besar dari:
𝜋 ∙ (Φ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔)2
2∙[ ]
2
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3 ∙ ∙ 𝑓𝑦
𝑏𝑤
Smaks yang terjadi = diambil angka terbesar dari Smaks 1 dan
Smaks 2
Maka Sperlu = yang mendekati Smaks yang terjadi
7
A=bxh
h =2xb
Pendimensian Kolom pada perhitungan kolom
Hasil Analisa
Data material :
fc = disesuaikan dengan perencanaan MPa
fy = disesuaikan dengan perencanaan MPa
β = 0,85 karena fc < 30 MPa
Фlentur = 0,8
ФSengkang = 0,8
Untuk perencanaan tulangan selanjutnya dapat diketahui nilai-nilai rasio
tulangan maksimum dan minimum sebagai berikut:
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
0,85 ∙ 𝛽 ∙ 𝑓𝑐 600
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 = ( )
𝑓𝑦 600 ∙ 𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 ∙ 𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒
Dimensionering Balok Lantai dan Atap
Tinggi Kolom (h) = sesuai perencanaan (mm)
Lebar Kolom (b) = sesuai perencanaan (mm)
Lapisan Фlp = 1 lapis
ФPokok = 16 mm
ФSengkang = 8 mm
Degging (P) = 40 mm
Фlp ∙ (ФPokok) + (Фlp − 1) ∙ (25)
𝑑′ = + 𝑃 + ФSengkang
2
𝑑 = ℎ − 𝑑′
Dapat dilihat dari gambar 6. Kolom adalah batang vertikal pada gambar. Dan
memiliki momen yang di atas dan momen di bawah.
Akan diketahui nilai-nilai momennya dari hasil SAP, baik mengambil data
Momen dan data P (Gaya Normal)
Misalkan :
M81 = KNm
7
M18 = KNm
P1 = KNm
P8 = KNm
Pada tumpuan 81 dan 18 sama, namun yang berbeda hanya pada Momen dan
P (Gaya Normal saja), dapat dilihat di bawah ini:
𝑑′
= 𝑚𝑚
ℎ
𝑀𝑢
𝑒= = 𝑚𝑚 → 𝑃𝑢 = 𝑃18 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃81
𝑃𝑢
𝑒
= 𝑚𝑚
ℎ
𝑃𝑢
𝑥= =
Φ ∙ 𝑏𝑤 ∙ ℎ ∙ 0,85 ∙ 𝑓𝑐
𝑃𝑢 𝑒
𝑦= ∙
Φ ∙ 𝑏𝑤 ∙ ℎ ∙ 0,85 ∙ 𝑓𝑐 ℎ
Setelah dicari pada grafik interaksi kolom, didapatkan:
r=0
ρ=r
β=0
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = < 𝜌 < 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 ∙ 𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒
𝑓𝑦
Luas tulangan perlu:
As = ρ x bw x d = mm2
Maka digunakan berapa buah tulangan dan diameter tulangan yang digunakan
dicari luas tulangan harus lebih besar dari As.
a. Perhitungan Tulangan Sengkang
Kuat geser beton:
1
𝑉𝑐 = ∙ √𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑
6
b. Menghitung Jarak Smaks, diambil dari nilai dibawah ini:
𝑑
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 1 = = 𝑚𝑚
2
1
Jika Vs > 3 ∙ √𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑
7
𝑑
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 2 = = 𝑚𝑚
4
c. Kedua nilai Smaks di atas, tidak boleh lebih besar dari:
𝜋 ∙ (Φ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔)2
2∙[ ]
2
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3 ∙ ∙ 𝑓𝑦
𝑏𝑤
Smaks yang terjadi= diambil angka terbesar dari Smaks 1 dan Smaks 2
Maka Sperlu = yang mendekati Smaks yang terjadi
Maka 4 x 0,63
Keramik + Spesi
Tegel keramik 1,5 cm = 0,015 x 21
Spesi 0,5 cm = 0,005 x 17
Untuk 1 anak tangga
7
= (Antrede/100) + (Tinggi Optrede/100) x 1 x Tegel Keramik x Spesi
Berat Sandaran
Berat sandaran = 2,5 KN/m
Beban Hidup
= 2,5 x 1 = 2,5 KN/m
Beban tangga terfaktor (Wu1) = 1,2 Wmati + 1,6 Whidup
Pembebanan Bordes:
Beban Mati
Plat Bordes = tebal plat x 1 x Jumlah Optrede
Tegel keramik 0,5 cm = 0,005 x 21
Spesi 1,5 cm = 0,015 x 17
Beban Hidup
= 2,5 x 1 = 2,5 KN/m
Beban bordes terfaktor (Wu2) = 1,2 Wmati + 1,6 Whidup
Buatlah tabel resume Wu1 dan Wu2 untuk memudahkan melihat beban
Lalu masukkan pada SAP
Sebelumnya kita harus mengetahui jarak anak tangga bawah sampai bordes
kareni itu adalah pengantar dalam penggambaran di SAP, seperti di bawah
ini:
4
2 3
7
Wu1
Wu2
Wu1 2 3
7
maka digunakan = ρ
As = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑 = 𝑚𝑚2
Maka digunakan perencanaan tulangan berapa buah dan diameter berapa =
luas tulangan ini harus lebih besar dari As
𝐴𝑠 ∙ 𝑓𝑦
𝑎= = 𝑚𝑚
0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤
ФMn = Ф x As x fy x (d – 1/2 a) ФMn > Mu ….OK!
b. Penulangan Pelat Bordes
Tebal Plat lantai (h) = sesuai perencanaan
Фtul yang digunakan = sesuaikan dengan perencanaan
Tinggi selimut beton (P) = 20 mm
Tinggi efektif plat (d) = h – P – ½ x Фtul
Lebar plat (b) = 200 cm = 2000 mm
Mu = Mmaks = didapat hasil momen dari SAP
Syarat untuk momen : 𝜌𝑚𝑖𝑛 < 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑎𝑘
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
0,85 ∙ 𝛽1 ∙ 𝑓𝑐 600
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 = ( )
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 ∙ 𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒
Menghitung ρperlu :
𝑀𝑢
𝑅𝑛 =
𝛷 ∙ 𝑏 ∙ 𝑑2
0,85 ∙ 𝑓𝑐 2 ∙ 𝑅𝑛
𝜌= ∙ (1 − )
𝑓𝑦 0,85 ∙ 𝑓𝑐
ρ > ρmin
maka digunakan = ρ
As = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑 = 𝑚𝑚2
Diperlukan Jarak:
𝜋
∙ 𝑏 ∙ Φ𝑡𝑢𝑙 2
𝑠=( 4 )
𝐴𝑠. 𝑙𝑥
7
Maka digunakan perencanaan tulangan berapa buah dan diameter berapa =
luas tulangan ini harus lebih besar dari As
𝐴𝑠 ∙ 𝑓𝑦
𝑎= = 𝑚𝑚
0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤
ФMn = Ф x As x fy x (d – 1/2 a) ФMn > Mu ….OK!
7
BAB IV
PERHITUNGAN KONSTRUKSI
BETON BERTULANG
7
4.1 Perencanaan Dimensi Atap dan Lantai
4.1.1 Perencanaan Dimensi Balok Atap dan Balok
7
Balok biasa
1
o h2=h9=h16=h23 = 14 𝑥𝐿2
1
= 𝑥 250 = 17.86 ≈ 20 𝑐𝑚
14
1
b2=b9=b16=b23 = 2 𝑥ℎ
1
= 𝑥 17.86 = 8.93 ≈ 10 𝑐𝑚
2
1
o h3=h10=h17=h24 = 14 𝑥𝐿3
1
= 𝑥 450 = 32.14 ≈ 35 𝑐𝑚
14
1
b3=b10=b17=b24 = 𝑥ℎ
2
1
= 𝑥 32.14 = 16.07 ≈ 20 𝑐𝑚
2
1
o h19=h20=h21 = 14 𝑥𝐿4
1
= 𝑥 500 = 35.71 ≈ 40 𝑐𝑚
14
1
b19=b20=b21= 2 𝑥ℎ
1
= 𝑥 35.71 = 17.855 ≈ 20 𝑐𝑚
2
1
o h12=h13=h14 = 14 𝑥𝐿5
1
= 𝑥 450 = 32.14 ≈ 35 𝑐𝑚
14
1
b12=b13=b14 = 2 𝑥ℎ
1
= 𝑥 32.14 = 16.07 ≈ 20 𝑐𝑚
2
1
o h5=h6=h7 = 14 𝑥𝐿6
1
= 𝑥 300 = 21.43 ≈ 25 𝑐𝑚
14
1
b5=b6=b7 = 2 𝑥ℎ
1
= 𝑥 21.43 = 10.715 ≈ 15 𝑐𝑚
2
7
Tabel 4.1 Resume dimensi balok
Balok Dimensi (cm) Balok Dimensi (cm) Balok Dimensi (cm)
1 15 x 10 10 35 x 20 19 40 x 20
2 20 x 10 11 15 x 10 20 40 x 20
3 35 x 20 12 35 x 20 21 40 x 20
4 15 x 10 13 35 x 20 22 15 x 10
5 25 x 15 14 35 x 20 23 20 x 10
6 25 x 15 15 15 x 10 24 35 x 20
7 25 x 15 16 20 x 10 25 15 x 10
8 15 x10 17 35 x 20
9 20 x10 18 15 x10
b1 = 5 cm
1 1 2 2
b2 = 10 cm
5
5 b5 = 15 cm
7
k1= b5 + (2 x 5)
= 15 + 10 = 25 cm
2 1 2 3 b2 = 10 cm
b3 = 20 cm
5
6 b6 = 15 cm
k2= b3 + (2 x 5)
= 20 + 10 = 30 cm
3 1 2 4 b3 = 20 cm
b4 = 5 cm
5
7 b7 = 15 cm
k3= b3 + (2 x 5)
5 = 20 + 10 = 30 cm
b5 = 15 cm b12 = 20 cm
8 9
b8 = 5 cm b9 = 10 cm
12 k4= b12 + (2 x 5)
6 = 20 + 10 = 30 cm
b6 = 15 cm b10 = 20 cm
9 10
b9= 10 cm b13 = 20 cm
13 k5= b10/b13 + (2 x 5)
2
7 = 20 + 10 = 30 cm
b7 = 15 cm b11 = 5 cm
10 11
b10 = 10 cm b14 = 20 cm
14 k6 = b12 + (2 x 5)
2
12 = 20 + 10 = 30 cm
b12 = 20 cm b16 = 10 cm
15 16
b15 = 5 cm b19 = 20 cm
19 k7 = b12/b19 + (2 x 5)
2
13 = 20 + 10 = 30 cm
7
b13 = 20 cm b17 = 20 cm
16 17
b16 = 10 cm b20 = 20 cm
20 k8 = b13/b20 + (2 x 5)
14 = 20 + 10 = 30 cm
b14 = 20 cm b18 = 20 cm
17 18
b17 = 20 cm b21 = 5 cm
21 k9 = b14/b17/b21 + (2 x 5)
19 = 20 + 10 = 30 cm
b19 = 20 cm
22 23
b22 = 5 cm
b23 = 10 cm
k10 = b19 + (2 x 5)
20 = 20 + 10 = 30 cm
b20 = 20 cm
23 24
b23 = 10 cm
b24 = 20 cm
k11 = b20/b24 + (2 x 5)
21 = 20 + 10 = 30 cm
b21 = 20 cm
24 25
b24 = 20 cm
b25 = 5 cm
k12 = b12/b24 + (2 x 5)
= 20 + 10 = 30 cm
7
Tabel 4.2 Resume kolom
Kolom Dimensi (cm) Kolom Dimensi (cm)
1 25 x25 7 30 x 30
2 30 x 30 8 30 x 30
3 30 x 30 9 30 x 30
4 30 x 30 10 30 x 30
5 30 x 30 11 30 x 30
6 30 x 30 12 30 30
ly =3000 mm ly = 4500 mm
ly = 3000 mm ly = 4500 mm
ly = 4500 mm ly = 5000 mm
ly = 3000 mm ly = 5000 mm
ly = 4500 mm ly = 5000 mm
ly = 4500 mm ly = 5000 mm
lx : 700 mm
ly : 3000 mm
Fy : 400 MPa
7
β : 4.29
𝑓𝑦 400
ly (0.8 + ) 3000 (0.8 + )
1500 1500
ℎ𝑚𝑖𝑛 ≥ = = 42.91
36 + 9𝛽 36 + 9 (4.29)
𝑓𝑦 400
ly (0.8 + ) 3000 (0.8 + )
1500 1500 = 88.89
ℎ𝑚𝑎𝑘𝑠 ≤ =
36 36
diambil h desain = 120 mm
ME : 0.25 KN/m2 +
7
∑ DL
: 3.815 KN/m2
ME : 0.25 KN/m2 +
∑ DL
: 2.9 KN/m2
∑ LL
: 1.5 KN/m2
7
Gambar 4.2 Tipe Balok
4.2.3 Pembebaban Equvalent Pelat
Pelat Lantai
Beban Mati
Wu : 3.815 KN/m2
1
Q equivalent Segitiga A1 : 3x Wu x (lx) x 2
1
= 3 x 3.815 x (0.7) x 2
= 1.780 KN/m
1 𝑙𝑥
Q equivalent Trapesium A2 : 6 x Wu x (lx) x (3 - (𝑙𝑦)2)
1 0.7
= 6 x 3.815 x (0.7) x (3 - ( 3 )2)
= 1.311 KN/m
Beban Hidup
Wu : 2.5 KN/m2
7
1
Q equivalent Segitiga A1 : 3x Wu x (lx) x 2
1
= 3 x 2.5 x (0.7) x 2
= 1.167 KN/m
1 𝑙𝑥
Q equivalent Trapesium A2 : 6 x Wu x (lx) x (3 - (𝑙𝑦)2)
1 0.7
= 6 x 2.5 x (0.7) x (3 - ( 3 )2)
= 0.859 KN/m
Pelat Atap
Beban Mati
Wu : 2.9 KN/m2
1
Q equivalent Segitiga P1 : 3x Wu x (lx) x 2
1
= 3 x 2.9 x (0.7) x 2
= 1.353 KN/m
1 𝑙𝑥
Q equivalent Trapesium A2 : 6 x Wu x (lx) x (3 - (𝑙𝑦)2)
1 0.7
= 6 x 2.9 x (0.7) x (3 - ( 3 )2)
= 0.997 KN/m
Beban Hidup
Wu : 1.5 KN/m2
1
Q equivalent Segitiga A1 : 3x Wu x (lx) x 2
1
= 3 x 1.5 x (0.7) x 2
= 0,7 KN/m
1 𝑙𝑥
Q equivalent Trapesium A2 : 6 x Wu x (lx) x (3 - (𝑙𝑦)2)
1 0.7
= 6 x 1.5 x (0.7) x (3 - ( 3 )2)
= 0.515 KN/m
7
Tabel 4.2 Resume Pembebanan Equivalent Pelat Atap dan Lantai
Perhitungan Ekuivalensi Pembebanan Beban Mati (DL) Menjadi Beban Persegi
Pelat Lantai
7
Perhitungan Ekuivalensi Pembebanan Beban Mati (DL) Menjadi Beban Persegi
Pelat Atap
7
4.3 Perencanaan Tulangan Atap dan Lantai
7
4.3.1 Perencanaan tulangan atap dan lantai
= 4.825 𝐾𝑁/𝑚
b. Hitung Tulangan
β₁, jika fc ≤ 30 MPa maka 0.85
Diketahui : fc = 30 MPa
jika fc > 30 MPa maka
fy = 400 MPa
0.85 – 0.008 x (fc-30)
7
1
= 120 − 20 − 𝑥 10
2
= 95 𝑚𝑚
𝑀𝑛 6031000
𝑅𝑛 = =
𝑏𝑑² 1000(95)²
= 0.668
𝑓𝑦
𝑚=
0.85 𝑥 𝑓𝑐
400
=
0.85 𝑥 30
= 15.686
1 2 𝑥 𝑅𝑛 𝑥 𝑚
ρ perlu = 𝑥 (1 − √1 − ))
𝑚 𝑓𝑦
1 2 𝑥 0.668 𝑥 15.686
= 𝑥 (1 − √1 − ))
15.686 400
1
= 15.686 𝑥 (1 − 0.973)
= 0.0017
Didapat ρ perlu < ρ min
Jika ρ perlu > ρ min
maka digunakan ρ min = 0.0018
maka digunakan ρ perlu
𝐴𝑠 = ρxbxd Jika ρ perlu > ρ min
= 0.0018 𝑥 1000 𝑥 95 maka digunakan ρ min
= 171 mm²
1
𝐴𝑠 Ø = 𝑥 π x d²
4
1
= 𝑥 3.14 𝑥 (10)²
4
= 78.5 𝑚𝑚²
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
Jumlah tulangan (n) = 𝐴𝑠 Ø
171
=
78.5
= 2.18 ≈ 3 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
1000
Spasi tulangan = = 333.33 ≈ 300 𝑚𝑚
3
7
d. Tulangan pembagi
0.25 𝑏ℎ
fy = 240 MPa → As = 100
0.18 𝑏ℎ
fy = 400 MPa → As = 100
0.18 𝑥 1000 𝑥 120
As = 100
= 216 𝑚𝑚²
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
n = 𝐴𝑠 Ø
216
= 78.5 = 2.75 ≈ 3 𝑏𝑢𝑎ℎ
1000
Spasi tulangan = = 333.33 𝑚𝑚 ≈ 300 𝑚𝑚
3
fc’ = 30 MPa
fy = 400 MPa
Ø = 10 mm, 12 mm
Deging = 20 mm
h = 120 mm
d (tinggi efektik) = h – deging – (0.5 x diameter rencana) mm
= 120 – 20 – (0.5 x 10) = 95 mm
ρ min = 0.0018 mm ( SK-SNI)
7
0.85 𝑥 β 𝑥 𝑓𝑐′ 600
ρ bal = x 600+𝑓𝑦
𝑓𝑦
0.85 𝑥 0.85 𝑥 30 600
= x 600+400 = 0.033
400
Mencari ρ perlu
Mu = 1715600 N.mm
𝑀𝑢
Mn = Ø
1715600
= = 2144500 𝑁. 𝑚𝑚
0.8
𝑀𝑛 2144500
𝑅𝑛 = =
𝑏𝑑² 1000(95)²
= 0.238
𝑓𝑦
𝑚 =
0.85 𝑥 𝑓𝑐
400
= = 15.686
0.85 𝑥 30
1 2 𝑥 𝑅𝑛 𝑥 𝑚
ρ perlu = 𝑥 (1 − √1 − ))
𝑚 𝑓𝑦
1 2 𝑥 0.238 𝑥 15.686
= 𝑥 (1 − √1 − ))
15.686 400
= 0.0006
ρ perlu = 0.0018 (ρ perlu < ρ min )
7
As perlu =ρxbxd
= 0.0018 x 1000 x 95 = 171 mm2
Trial menggunakan tulangan Ø10
1
As perlu =4 x π x 102 = 78.5 mm2
As perlu 171
Jumlah tulangan (n) : = 78.5 = 2.18 ≈ 3 tulangan
As Ø
1000 1000
Spasi tulangan : = = 333.33 𝑚𝑚 ≈ 300 𝑚𝑚
𝑛 3
Mencari ρ perlu
Mu = 1018638 N.mm
𝑀𝑢
Mn =
Ø
1018638
= = 1273297 𝑁. 𝑚𝑚
0.8
𝑀𝑛 1273297
𝑅𝑛 = =
𝑏𝑑² 1000(95)²
= 0.141
7
𝑓𝑦
𝑚 =
0.85 𝑥 𝑓𝑐
400
= = 15.686
0.85 𝑥 30
1 2 𝑥 𝑅𝑛 𝑥 𝑚
ρ perlu = 𝑥 (1 − √1 − ))
𝑚 𝑓𝑦
1 2 𝑥 0.141 𝑥 15.686
= 𝑥 (1 − √1 − ))
15.686 400
= 0.0004
ρ perlu = 0.0018 (ρ perlu < ρ min )
As perlu =ρxbxd
= 0.0018 x 1000 x 95 = 171 mm2
Trial menggunakan tulangan Ø10
1
As perlu =4 x π x 102 = 78.5 mm2
As perlu 171
Jumlah tulangan (n) : = 78.5 = 2.18 ≈ 3 tulangan
As Ø
1000 1000
Spasi tulangan : = = 333.33 𝑚𝑚 ≈ 300 𝑚𝑚
𝑛 3
Mencari ρ perlu
7
Mu = 3806488 N.mm
𝑀𝑢
Mn = Ø
3806488
= = 4758109 𝑁. 𝑚𝑚
0.8
𝑀𝑛 4758109
𝑅𝑛 = =
𝑏𝑑² 1000(95)²
= 0.527
𝑓𝑦
𝑚 =
0.85 𝑥 𝑓𝑐
400
= = 15.686
0.85 𝑥 30
1 2 𝑥 𝑅𝑛 𝑥 𝑚
ρ perlu = 𝑥 (1 − √1 − ))
𝑚 𝑓𝑦
1 2 𝑥 0.527 𝑥 15.686
= 𝑥 (1 − √1 − ))
15.686 400
= 0.0013
ρ perlu = 0.0018 (ρ perlu < ρ min )
As perlu =ρxbxd
= 0.0018 x 1000 x 95 = 171 mm2
Trial menggunakan tulangan Ø10
1
As perlu =4 x π x 102 = 78.5 mm2
As perlu 171
Jumlah tulangan (n) : = 78.5 = 2.18 ≈ 3 tulangan
As Ø
1000 1000
Spasi tulangan : = = 333.33 𝑚𝑚 ≈ 300 𝑚𝑚
𝑛 3
7
d. Perhitungan tulangan tumpuan arah y :
X = 57, karena nilai β = 1.2
q = Wu = 8.578 KN/m²
lx = 2.5 m
Mu = 0.001 x q x (lx)2 x X
= 0.001 x 8.578 x (2,5)2 x 57
= 3.055913 Kn.m
= 3055913 N.mm
Mencari ρ perlu
Mu = 3055913 N.mm
𝑀𝑢
Mn = Ø
3055913
= = 3819891 𝑁. 𝑚𝑚
0.8
𝑀𝑛 3819891
𝑅𝑛 = =
𝑏𝑑² 1000(95)²
= 0.423
𝑓𝑦
𝑚 =
0.85 𝑥 𝑓𝑐
400
= = 15.686
0.85 𝑥 30
1 2 𝑥 𝑅𝑛 𝑥 𝑚
ρ perlu = 𝑥 (1 − √1 − ))
𝑚 𝑓𝑦
1 2 𝑥 0.423 𝑥 15.686
= 𝑥 (1 − √1 − ))
15.686 400
= 0.0011
ρ perlu = 0.0018 (ρ perlu < ρ min )
As perlu =ρxbxd
= 0.0018 x 1000 x 95 = 171 mm2
Trial menggunakan tulangan Ø10
7
1
As perlu =4 x π x 102 = 78.5 mm2
As perlu 171
Jumlah tulangan (n) : = 78.5 = 2.18 ≈ 3 tulangan
As Ø
1000 1000
Spasi tulangan : = = 333.33 𝑚𝑚 ≈ 300 𝑚𝑚
𝑛 3
Dilakukan cara yang sama untuk perhitungan pelat atap dan didapat
hasil perhitungan dalam tabelaris berikut :
7
Tabel 4.4 Tabel Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Lantai
PERHITUNGAN TULANGAN PELAT LANTAI
Wu/q ln/lx Mu Mn As As
Model M X Rn ρ min ρ perlu n n design Tulangan Kontrol Tulangan Pembagi Kontrol
(KN/m²) (m) (N.mm) (N.mm) (mm²) (mm²)
1
A1 (pelat satu arah) X xWu xln² 8.578 3 4825125 6031406 0.668 0.0018 0.0017 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67 OK
16
1
A2 (pelat satu arah) X xWu xln² 8.578 4.5 10856531 13570664 1.536 0.0018 0.0040 372.499 2.18 3 Ø 12.00 - 300 376.80 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67 OK
16 =
1
A3 (pelat satu arah) X xWu xln² 8.578 5 13403125 16753906 1.896 0.0018 0.0049 463.5084 2.18 3 Ø 12.00 - 200 = 565.20 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67 OK
16
1
A4 (pelat satu arah) X xWu xln² 8.578 3 4825125 6031406 0.668 0.0018 0.0017 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67 OK
16
A5 (pelat satu arah) X xWu xln² 1 8.578 4.5 10856531 13570664 1.536 0.0018 0.0040 372.4994 2.18 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67 OK
16
1 3
A6 (pelat satu arah) X xWu xln² 8.578 5 13403125 16753906 1.896 0.0018 0.0049 463.5084 2.18 Ø 12.00 - 200 = 565.20 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67 OK
16
Mlx = 0,001.qlx².X 32 1715600 2144500 0.238 0.0018 0.0006 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 19 1018638 1273297 0.141 0.0018 0.0004 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
B1 (VI B) 8.578 2.5
Mtx = 0,001.qlx².X 71 3806488 4758109 0.527 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 3055913 3819891 0.423 0.0018 0.0011 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 40 2144500 2680625 0.297 0.0018 0.0007 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 13 696963 871203 0.097 0.0018 0.0002 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
B2 (II) 8.578 2.5
Mtx = 0,001.qlx².X 82 4396225 5495281 0.609 0.0018 0.0015 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 3055913 3819891 0.423 0.0018 0.0011 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 32 1715600 2144500 0.238 0.0018 0.0006 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 19 1018638 1273297 0.141 0.0018 0.0004 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
B3 (VI B) 8.578 2.5
Mtx = 0,001.qlx².X 71 3806488 4758109 0.527 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 3055913 3819891 0.423 0.0018 0.0011 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 43 3319686 4149608 0.460 0.0018 0.0012 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 26 2007252 2509065 0.278 0.0018 0.0007 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
C1 (VI A) 8.578 3
Mtx = 0,001.qlx².X 94 7256988 9071235 1.005 0.0018 0.0026 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 76 5867352 7334190 0.813 0.0018 0.0021 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 21 3647795 4559743 0.505 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 21 3647795 4559743 0.505 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
C2 (II) 8.578 4.5
Mtx = 0,001.qlx².X 52 9032634 11290793 1.278 0.0018 0.0033 308.2132 3.93 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 52 9032634 11290793 1.278 0.0018 0.0033 308.2132 3.93 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 29.3 5089542 6361927 0.705 0.0018 0.0018 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 19.9 3456720 4320899 0.479 0.0018 0.0012 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
C3 (VI B) 8.578 4.5
Mtx = 0,001.qlx².X 66.5 11551349 14439187 1.634 0.0018 0.0042 397.1836 5.06 4 Ø 12.00 - 250 = 452.16 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 9901157 12376446 1.371 0.0018 0.0035 331.433 4.22 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216
7
Tabel 4.5 Tabel Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Atap
PERHITUNGAN TULANGAN PELAT ATAP
Wu/q ln/lx Mu Mn As As
Model M X Rn ρ min ρ perlu n n design Tulangan Kontrol Tulangan Pembagi
(KN/m²) (m) (N.mm) (N.mm) (mm²) (mm²)
1 =
A1 (pelat satu arah) X xWu xln² 5.88 3 3307500 4134375 0.458 0.0018 0.0012 2.18 3 Ø 10.00 - 300 261.67 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67
16 171 =
1 =
A2 (pelat satu arah) X xWu xln² 5.88 4.5 7441875 9302344 1.031 0.0018 0.0026 2.18 3 Ø 10.00 - 300 261.67 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67
16 249.957 =
1 =
A3 (pelat satu arah) X xWu xln² 5.88 5 9187500 11484375 1.273 0.0018 0.0033 2.18 3 Ø 10.00 - 250 314.00 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67
16 310.1627 =
1 =
A4 (pelat satu arah) X xWu xln² 5.88 3 3307500 4134375 0.458 0.0018 0.0012 2.18 3 Ø 10.00 - 300 261.67 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67
16 171 =
1 =
A5 (pelat satu arah) X xWu xln² 5.88 4.5 7441875 9302344 1.031 0.0018 0.0026 2.18 3 Ø 10.00 - 300 261.67 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67
16 249.9567 =
1
A6 (pelat satu arah) X xWu xln² 5.88 5 9187500 11484375 1.273 0.0018 0.0033 310.1627 2.18 3 Ø 10.00 - 250 = 314.00 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67
16
Mlx = 0,001.qlx².X 32 1715600 2144500 0.238 0.0018 0.0006 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 19 1018638 1273297 0.141 0.0018 0.0004 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
B1 (VI B) 5.88 2.5
Mtx = 0,001.qlx².X 71 3806488 4758109 0.527 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 3055913 3819891 0.423 0.0018 0.0011 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 40 2144500 2680625 0.297 0.0018 0.0007 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 13 696963 871203 0.097 0.0018 0.0002 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
B2 (II) 5.88 2.5
Mtx = 0,001.qlx².X 82 4396225 5495281 0.609 0.0018 0.0015 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 3055913 3819891 0.423 0.0018 0.0011 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 32 1715600 2144500 0.238 0.0018 0.0006 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 19 1018638 1273297 0.141 0.0018 0.0004 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
B3 (VI B) 5.88 2.5
Mtx = 0,001.qlx².X 71 3806488 4758109 0.527 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 3055913 3819891 0.423 0.0018 0.0011 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 43 3319686 4149608 0.460 0.0018 0.0012 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 26 2007252 2509065 0.278 0.0018 0.0007 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
C1 (VI A) 5.88 3
Mtx = 0,001.qlx².X 94 7256988 9071235 1.005 0.0018 0.0026 243.6165 3.10 4 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 76 5867352 7334190 0.813 0.0018 0.0021 196.1825 2.50 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 21 3647795 4559743 0.505 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 21 3647795 4559743 0.505 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
C2 (II) 5.88 4.5
Mtx = 0,001.qlx².X 52 9032634 11290793 1.278 0.0018 0.0033 308.2132 3.93 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 52 9032634 11290793 1.278 0.0018 0.0033 308.2132 3.93 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 29.3 5089542 6361927 0.705 0.0018 0.0018 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 19.9 3456720 4320899 0.479 0.0018 0.0012 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
C3 (VI B) 5.88 4.5
Mtx = 0,001.qlx².X 66.5 11551349 14439187 1.634 0.0018 0.0042 397.1836 5.06 4 Ø 12.00 - 250 = 452.16 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 9901157 12376446 1.371 0.0018 0.0035 331.433 4.22 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216
7
Gambar 4.5 Potongan Tulangan A-A
7
4.4 Perencanaan Portal
4.4.1 Perencanaan Portal Melintang (Metode Cross)
0.3
I J K 0.3
L M
0.3 0.3
0.3
0.1 0.2 0.3 2.5
0.1
0.1 0.2 0.35 0.1
0.1
D E F G H
0.3 0.3 0.3
0.3 0.3
0.3
2.5
A B C
0.7 2.5 4.5 0.7
7
Diketahui :
1) Momen Inersia
1
𝐼= 𝑏ℎ³
12
1
= (0.1)(0.15)3
12
= 2.8 𝑥 10−5 𝑚4
2) Kekakuan
E = 2 x 105
kIJ = 0 (balok kantilever)
3) Distribusi Kekakuan
𝑘𝐼𝐽
𝐷𝐼𝐽 =
𝑘𝐼𝐽 + 𝑘𝐽𝐾 + 𝑘𝐽𝐸
0
=
0 + 21.333 + 216
=0
4) Pembebanan
Beban sendiri = b x h x berat jenis
7
= 0.1 x 0.15 x 24
= 0.36 KN/m
Beban equivalent = qeqDL + qeqLL
= (1.167 + 1.353)
= 2.054 KN/m
∑q = 2.414 KN/m
5) Momen Primer
MF IJ = 0
7
Tabel 4. Iterasi metode cross portal melintang
Perhitungan momen cara cross
Titik kumpul A B C D E F G H I J K L M
Batang AE BF CG DE EA ED EJ EF FB FE FK FG GC GF GL GH HG IJ JE JI JK KF KJ KL LG LK LM ML
Koef. Distribusi 0.4765 0.0000 0.4765 0.0471 0.3722 0.0368 0.3722 0.2189 0.3864 0.2272 0.3864 0.0000 0.9101 0.0000 0.0899 0.5928 0.0585 0.3486 0.6297 0.3703 0.0000
momen primer 1.1575 -5.7318 5.7318 -34.8047 34.8047 -0.8102 0.5914 -4.0073 4.0073 -25.1100 25.1100 -0.5914
2.1795 0.0000 2.1795 0.2153 10.8202 1.0687 10.8202 6.3638 -13.1347 -7.7250 -13.1347 0.0000 3.1088 0.0000 0.3070 12.5098 1.2355 7.3574 -15.4386 -9.0800 0.0000
PUTARAN 1 1.0898 5.4101 -6.5674 0.0000 0.0000 1.5544 0.5343 0.0000 0.1076 6.2549 -3.8625 0.0000 3.1819 -7.7193 0.0000 1.0898 0.0000 0.6178 5.4101 0.1535 -4.5400 -6.5674 3.6787 0
-0.995 0.000 -0.995 -0.098 -0.9304 -0.0919 -0.9304 -0.5472 1.7532 1.0311 1.7532 0.0000 -1.5540 0.0000 -0.1535 -0.6068 -0.0599 -0.3569 1.8189 1.0698 0
PUTARAN 2 -0.4976 -0.4652 0.8766 0.0000 0.0000 -0.7770 -0.0459 0.0000 -0.0491 -0.3034 0.5155 0.0000 -0.2736 0.9095 0.0000 -0.4976 0.0000 -0.0300 -0.4652 -0.0767 0.5349 0.8766 -0.1784 0
0.3921 0.0000 0.3921 0.0387 -0.0607 -0.0060 -0.0607 -0.0357 -0.2457 -0.1445 -0.2457 0.0000 0.4802 0.0000 0.0474 0.0042 0.0004 0.0025 -0.439592999 -0.258539778 0
PUTARAN 3 0.1961 -0.0303 -0.1228 0.0000 0.0000 0.2401 -0.0030 0.0000 0.0194 0.0021 -0.0722 0.0000 -0.0178 -0.2198 0.0000 0.1961 0.0000 0.0002 -0.0303 0.0237 -0.1293 -0.1228 0.0012 0
-0.1130 0.0000 -0.1130 -0.0112 0.0189 0.0019 0.0189 0.0111 0.0918 0.0540 0.0918 0.0000 -0.1786 0.0000 -0.0176 0.0806 0.0080 0.0474 0.0766 0.0450 0
PUTARAN 4 -0.0565 0.0094 0.0459 0.0000 0.0000 -0.0893 0.0009 0.0000 -0.0056 0.0403 0.0270 0.0000 0.0056 0.0383 0.0000 -0.0565 0.0000 0.0040 0.0094 -0.0088 0.0225 0.0459 0.0237 0
0.0421 0.0000 0.0421 0.0042 -0.0230 -0.0023 -0.0230 -0.0135 -0.0169 -0.0100 -0.0169 0.0000 0.0478 0.0000 0.0047 -0.0137 -0.0014 -0.0081 -0.0289 -0.0088 0
PUTARAN 5 0.0211 -0.0115 -0.0085 0.0000 0.0000 0.0239 -0.0011 0.0000 0.0021 -0.0069 -0.0050 0.0000 -0.0068 -0.0145 0.0000 0.0211 0.0000 -0.0007 -0.0115 0.0024 -0.0044 -0.0085 -0.0040 0
-0.0108 0.0000 -0.0108 -0.0011 0.0036 0.0004 0.0036 0.0021 0.0082 0.0048 0.0082 0.0000 -0.0185 0.0000 -0.0018 0.0080 0.0008 0.0047 0.0079 0.0046 0
PUTARAN 6 -0.0054 0.0018 0.0041 0.0000 0.0000 -0.0093 0.0002 0.0000 -0.0005 0.0040 0.0024 0.0000 0.0011 0.0039 0.0000 -0.0054 0.0000 0.0004 0.0018 -0.0009 0.0023 0.0041 0.0024 0
0.0043 0.0000 0.0043 0.0004 -0.0022 -0.0002 -0.0022 -0.0013 -0.0019 -0.0011 -0.0019 0.0000 0.0046 0.0000 0.0005 -0.0019 -0.0002 -0.0011 -0.0041 -0.0024 0
PUTARAN 7 0.0022 -0.0011 -0.0010 0.0000 0.0000 0.0023 -0.0001 0.0000 0.0002 -0.0010 -0.0006 0.0000 -0.0006 -0.0020 0.0000 0.0022 0.0000 -0.0001 -0.0011 0.0002 -0.0012 -0.0010 -0.0006 0
-0.0010 0.0000 -0.0010 -0.0001 0.0005 0.0000 0.0005 0.0003 0.0010 0.0006 0.0010 0.0000 -0.0019 0.0000 -0.0002 0.0012 0.0001 0.0007 0.0010 0.0006 0
PUTARAN 8 -0.0005 0.0002 0.0005 0.0000 0.0000 -0.0009 0.0000 0.0000 -0.0001 0.0006 0.0003 0.0000 0.0001 0.0005 0.0000 -0.0005 0.0000 0.0001 0.0002 -9.31349E-05 0.0003 0.0005 0.0004 0
0.0004 0.0000 0.0004 0.0000 -0.0003 0.0000 -0.0003 -0.0002 -0.0002 -0.0001 -0.0002 0.0000 0.0004 0.0000 0.0000 -0.0003 0.0000 -0.0002 -0.0006 -0.0003 0
PUTARAN 9 0.0002 -0.0002 -0.0001 0.0000 0.0000 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000 -0.0001 -0.0001 0.0000 -0.0001 -0.0003 0.0000 0.0002 0.0000 0.0000 -0.0002 2E-05 -0.0002 -0.0001 -8E-05 0
-0.0001 0.0000 -0.0001 0.0000 0.0001 0.0000 0.0001 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 -0.0002 0.0000 0.0000 0.0002 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000
PUTARAN 10 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 -0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -9E-06 4E-05 7E-05 5E-05 0
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -8E-05 -5E-05 0E+00
PUTARAN 11 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 2E-06 -2E-05 -2E-05 -1E-05 0
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 2E-05 1E-05 0E+00
Momen Akhir 0.7492 4.9134 -5.7726 1.4984 1.1575 2.4427 -5.0985 9.8267 6.7763 15.8173 -32.4203 -11.5452 30.9043 -18.5489 -0.8102 2.6377 0.5914 -3.2291 16.8946 5.2839 -22.1784 -19.7800 20.4033 -0.5914
7
Didapat hasil perhitungan metode cross sebagai berikut :
Gaya dalam
Elemen/batang
Normal (P) Lintang (V) Momen (M)
Balok DE
Tumpuan 0 0.000 0
Lapangan 0 -2.250 -1.2213
Tumpuan 0 -4.501 -2.4427
Balok EF
Tumpuan -2.931 -13.085 -5.099
Lapangan -2.931 0.671 -5.937
Tumpuan -2.931 14.427 -6.776
Balok FG
Tumpuan 6.123 -46.743 -32.420
Lapangan 4.902 -0.337 -31.662
Tumpuan 3.680 46.069 -30.904
Balok GH
Tumpuan 18.198 2.315 -0.810
Lapangan 15.312 1.157 -0.405
Tumpuan 12.426 0.000 0.000
7
Gaya dalam
Elemen/batang
Normal (P) Lintang (V) Momen (M)
Balok IJ
Tumpuan 0.000 0.000 0.000
Lapangan 0.000 0.845 -0.296
Tumpuan 0.000 1.690 -0.591
Balok JK
Tumpuan -2.032 -8.796 -3.229
Lapangan -2.032 0.822 -4.256
Tumpuan -2.032 10.439 -5.284
Balok KL
Tumpuan -11.053 -33.874 -22.178
Lapangan -11.053 -0.394 -21.291
Tumpuan -11.053 33.086 -20.403
Balok LM
Tumpuan 26.384 -1.690 -0.591
Lapangan 26.384 -0.845 -0.296
Tumpuan 26.384 0.000 0.000
L4 L5 L6
H2
HL1
7
0.4 0.35 0.25
A B C D
I J K L
5 4.5 3
Diketahui :
1) Momen Inersia
7
1
𝐼= 𝑏ℎ³
12
1
= (0.2)(0.4)3
12
= 1.07𝑥 10−3 𝑚4
2) Kekakuan
E = 2 x 105
4𝐸𝐼
kAB = 𝐿𝐴𝐵
4 𝑥 200000 𝑥 0.00107
=
5
= 170.667 KN/m
3) Distribusi Kekakuan
𝑘𝐴𝐵
𝐷𝐴𝐵 =
𝑘𝐴𝐵 + 𝑘𝐴𝐸
170.667
=
170.667 + 216
= 0.4414
4) Pembebanan
Beban sendiri = b x h x berat jenis
= 0.2 x 0.4 x 24
= 1.92 KN/m
Beban equivalent = qeqDL + qeqLL
= (6.646 + 3.438)
= 12.269 KN/m
∑q = 14.1887 KN/m
5) Momen Primer
1
MF AB = - 12 𝑞𝐿²
1
=− 14.1887 𝑥 5²
12
= -29.5597 Kn.m
7
Tabel 4. Momen Inersia dan Kekakuan
Momen
kekakuan
inersia
Balok AB 0.001067 170.6667
Balok BC 0.000715 127.037
Balok CD 0.000195 52.08333
Balok EF 0.001067 170.6667
Balok FG 0.000715 127.037
Balok GH 0.000195 52.08333
Kolom AE 0.000675 216
Kolom EI 0.000675 216
Kolom BF 0.000675 216
Kolom FJ 0.000675 216
Kolom CG 0.000675 216
Kolom GK 0.000675 216
Kolom DH 0.000675 216
Kolom HL 0.000675 216
7
Tabel 4. Iterasi metode cross portal memanjang
7
Didapat hasil perhitungan metode cross sebagai berikut :
Gaya dalam
Elemen/batang
Normal (P) Lintang (V) Momen (M)
Kolom AE
Tumpuan -11.835 -15.863 20.156
Lapangan 0.000 -15.863 0.328
Tumpuan 11.835 -15.863 -19.501
Kolom EI
Tumpuan -18.857 -7.538 12.564
Lapangan -18.857 -7.538 3.141
Tumpuan -18.857 -7.538 -6.282
Kolom BF
Tumpuan -5.238 4.354 -5.600
Lapangan -18.452 4.354 -0.158
Tumpuan -31.666 4.354 5.283
Kolom FJ
Tumpuan -83.730 1.987 -3.311
Lapangan -83.730 1.987 -0.828
Tumpuan -83.730 1.987 1.656
Kolom CG
Tumpuan -21.998 6.986 -8.720
Lapangan -21.998 6.986 0.013
Tumpuan -21.998 6.986 8.745
Kolom GK
Tumpuan -52.817 3.508 -5.847
Lapangan -52.817 3.508 -1.462
Tumpuan -52.817 3.508 2.924
Kolom DH
Tumpuan -8.360 4.286 -5.511
Lapangan -8.360 4.286 -0.153
Tumpuan -8.360 4.286 5.204
Kolom HL
Tumpuan -20.543 1.959 -3.265
Lapangan -20.543 1.959 -0.816
Tumpuan -20.543 1.959 1.632
7
Gaya dalam
Elemen/batang
Normal (P) Lintang (V) Momen (M)
Balok AB
Tumpuan 15.8628 11.835 20.1560
Lapangan 13.686 -2.354 -5.884
Tumpuan 11.5092 -16.542 -31.9239
Balok BC
Tumpuan 11.509 15.124 26.323
Lapangan 8.016 1.910 4.297
Tumpuan 4.523 -11.305 -17.730
Balok CD
Tumpuan 4.523 10.693 9.010
Lapangan 2.380 1.166 1.750
Tumpuan 0.237 -8.360 -5.511
Balok EF
Tumpuan 7.538 7.022 19.501
Lapangan 6.545 -12.506 -11.765
Tumpuan 5.552 -32.035 -43.031
Balok FG
Tumpuan 5.552 20.030 34.437
Lapangan 3.798 1.795 4.040
Tumpuan 2.043 -16.439 -26.357
Balok GH
Tumpuan 2.043 14.380 11.765
Lapangan 1.064 1.099 1.648
Tumpuan 0.084 -12.183 -8.469
7
30 600
ρb = 0.85 x 0.85 x 400 𝑥 600+400
= 0.0325
Faktor tahanan momen maksimum,
1 𝑓𝑦
Rmax = 0.75 𝑥 ρb x fy x (1 − 2 𝑥 0.75 𝑥 ρb x (0.85 𝑥 𝑓𝑐′)
1 400
= 0.75 𝑥 0.0325 x 400 x (1 − 2 𝑥 0.75 𝑥 0.0325 x (0.85 𝑥 30)
= 7.8883
Factor reduksi kekuatan lentur, ɸ = 0.8
𝐷
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, ds = ts + Ø + 2
20
= 25 + 0.8 + 2
= 48 mm
(b – 2 x ds)
Jumlah tulangan dalam satu baris, ns = (25+𝐷)
(100 – 2 x 48)
= (25+20)
= 0.09
Digunakan jumlah tulangan dalam satu baris, ns = 2 buah
(𝑏−𝑛𝑠 𝑥 𝐷−2 𝑥 𝑑𝑠)
Jarak horizontal pusat ke pusat antara tulangan, 𝑥 = 𝑛𝑠−1
(100−2 𝑥 20−2 𝑥 48)
= 2−1
= -36 mm
Jarak vertikal pusat ke pusat antara tulangan, y = D +25
= 20 + 25
= 45 mm
1. Tulangan Momen Positif
Mu +
Momen positif nominal rencana, Mn = ɸ
1.221
= 0.8
= 1.527 KN.m
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton, d’ = 50 mm
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 50
= 100 mm
7
𝑀𝑛 𝑥 106
Factor tahanan momen, Rn = 𝑏 𝑥 𝑑²
1.527 𝑥 106
= 100 𝑥 100²
= 1.5267
1.5267 < 7.8883
Rn < Rmax → OK
𝑓𝑐′
Rasio tulangan yang diperlukan : ρ = 0.85 𝑥 1−√2𝑅𝑛
𝑓𝑦 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 𝑓𝑐′ )
30
= 0.85 𝑥 1−√2 𝑥 1.5267
400 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 30)
= 0.00394
𝑓𝑐′2 302
Rasio tulangan minimum, = 4 𝑥 400 = 0.00342
4 𝑥 𝑓𝑦
1.4 1.4
Rasio tulangan minimum, ρmin = 𝑓𝑦 = 400 = 0.00350
39
= 3.14
( )
4 𝑥 202
= 0.125
Digunakan tulangan 2D20
𝑛𝑥𝜋
Luas terpakai, As = 4 𝑥 𝐷²
2 𝑥 3.14
= 4 𝑥 20²
= 628 mm²
𝑛 2
Jumlah baris tulangan, nb = 𝑛𝑠 = = 1
2
nb < 3
1 < 3 OK
7
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke ni yi ni * yi
1 2 48.00 96.00
2 0 0.00 0.00
3 0 0.00 0.00
ni * yi ]
n= 2 = 96
(𝑛𝑖 𝑥 𝑦𝑖) 96
Letak titik berat tulangan, d’ = ∑ = = 48 𝑚𝑚
𝑛 6
48 < 50 → perkiraan d’ OK
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 48
= 102 mm
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 628 𝑥 400
a = 0.85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏 = 0.85 𝑥 30 𝑥 100 = 98.56 mm
𝑎
Momen nominal, Mn = As x fy x (d-2) 𝑥 10−6
98.56
= 628 x 400 x (102 - ) 𝑥 10−6
2
= 13.25 KN.m
Tahanan momen balok, ɸ x Mn = 0.8 x 13.25
= 10.6 KN.m
Syarat : ɸ x Mn ≥ Mu-
10.6 ≥ 2.443 → AMAN (OK)
2. Tulangan Momen Negatif
Mu−
Momen positif nominal rencana, Mn = ɸ
2.443
=
0.8
= 3.053 KN.m
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton, d’ = 50 mm
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 50
= 100 mm
𝑀𝑛 𝑥 106
Factor tahanan momen, Rn = 𝑏 𝑥 𝑑²
3.053 𝑥 106
= 100 𝑥 100²
7
= 3.0533
3.533 < 7.8883
Rn < Rmax → OK
𝑓𝑐′
Rasio tulangan yang diperlukan : ρ = 0.85 𝑥 1−√2𝑅𝑛
𝑓𝑦 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 𝑓𝑐′ )
30
= 0.85 𝑥 1−√2 𝑥 3.0533
400 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 30)
= 0.00815
𝑓𝑐′2 302
Rasio tulangan minimum, = 4 𝑥 400 = 0.00342
4 𝑥 𝑓𝑦
1.4 1.4
Rasio tulangan minimum, ρmin = 𝑓𝑦 = 400 = 0.00350
82
= 3.14
( )
4 𝑥 202
= 0.26
Digunakan tulangan 2D20
𝑛𝑥𝜋
Luas terpakai, As = 4 𝑥 𝐷²
2 𝑥 3.14
= 4 𝑥 20²
= 628 mm²
𝑛 2
Jumlah baris tulangan, nb = 𝑛𝑠 = = 1
2
nb < 3
1 < 3 OK
7
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke ni yi ni * yi
1 2 48.00 96.00
2 0 0.00 0.00
3 0 0.00 0.00
ni * yi ]
n= 2 = 96
(𝑛𝑖 𝑥 𝑦𝑖) 96
Letak titik berat tulangan, d’ = ∑ = = 48 𝑚𝑚
𝑛 6
48 < 50 → perkiraan d’ OK
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 48
= 102 mm
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 628 𝑥 400
a = 0.85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏 = 0.85 𝑥 30 𝑥 100 = 98.56 mm
𝑎
Momen nominal, Mn = As x fy x (d-2) 𝑥 10−6
98.56
= 628 x 400 x (102 - ) 𝑥 10−6
2
= 13.25 KN.m
Tahanan momen balok, ɸ x Mn = 0.8 x 13.25
= 10.6 KN.m
Syarat : ɸ x Mn ≥ Mu-
10.6 ≥ 2.443 → AMAN (OK)
3. Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana, Vu = 2.315 KN
Faktor reduksi kekuatan geser, ɸ = 0.6
fy = 240 MPa
1
Kuat geser beton, Vc = 6 𝑥 √𝑓𝑐′ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑 𝑥 10−3
1
= 6 𝑥 √30 𝑥 100 𝑥 150 𝑥 10−3
= 9.129 KN
Tahanan geser beton, ɸVc = 0.6 x 9.129 = 5.477 KN
→ Vu < ɸVc Hanya perlu tulangan geser min
Kuat geser Sengkang, Vs = 2.315 KN
Digunakan Sengkang berpenampang : 2P13
7
𝜋
Luas tulangan geser Sengkang, Av = ns x 4 𝑥 𝑃²
3.14
=2x 𝑥 13²
4
= 265.46 mm²
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑
Jarak Sengkang yang diperlukan : s = (𝑉𝑠 𝑥 103 )
265.46 𝑥 400 𝑥 100
= (2.315𝑥 103 )
= 2752.24 mm
𝑑 102
Jarak Sengkang maksimum, smax = 2 = = 51 𝑚𝑚
2
Jarak Sengkang maksimum, smax = 250 mm
Jarak Sengkang yang harus digunakan, s = 51 mm
Diambil jarak Sengkang, s = 50 mm
Digunakan Sengkang, 2P13 S=50 mm
30 600
ρb = 0.85 x 0.85 x 400 𝑥 600+400
= 0.0325
Faktor tahanan momen maksimum,
7
1 𝑓𝑦
Rmax = 0.75 𝑥 ρb x fy x (1 − 2 𝑥 0.75 𝑥 ρb x (0.85 𝑥 𝑓𝑐′)
1 400
= 0.75 𝑥 0.0325 x 400 x (1 − 2 𝑥 0.75 𝑥 0.0325 x (0.85 𝑥 30)
= 7.8883
Factor reduksi kekuatan lentur, ɸ = 0.8
𝐷
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, ds = ts + Ø + 2
10
= 25 + 0.8 + 2
= 38 mm
(b – 2 x ds)
Jumlah tulangan dalam satu baris, ns = (25+𝐷)
(100 – 2 x 38)
= (25+10)
= 0.69
Digunakan jumlah tulangan dalam satu baris, ns = 2 buah
(𝑏−𝑛𝑠 𝑥 𝐷−2 𝑥 𝑑𝑠)
Jarak horizontal pusat ke pusat antara tulangan, 𝑥 = 𝑛𝑠−1
(100−2 𝑥 10−2 𝑥 38)
= 2−1
= 4 mm
Jarak vertikal pusat ke pusat antara tulangan, y = D +25
= 10 + 25
= 35 mm
1. Tulangan Momen Positif
Mu +
Momen positif nominal rencana, Mn = ɸ
1.221
= 0.8
= 1.527 KN.m
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton, d’ = 50 mm
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 50
= 100 mm
𝑀𝑛 𝑥 106
Factor tahanan momen, Rn = 𝑏 𝑥 𝑑²
1.527 𝑥 106
= 100 𝑥 100²
= 1.5267
1.5267 < 7.8883
7
Rn < Rmax → OK
𝑓𝑐′
Rasio tulangan yang diperlukan : ρ = 0.85 𝑥 1−√2𝑅𝑛
𝑓𝑦 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 𝑓𝑐′ )
30
= 0.85 𝑥 1−√2 𝑥 1.5267
400 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 30)
= 0.00394
𝑓𝑐′2 302
Rasio tulangan minimum, = 4 𝑥 400 = 0.00342
4 𝑥 𝑓𝑦
1.4 1.4
Rasio tulangan minimum, ρmin = 𝑓𝑦 = 400 = 0.00350
39
= 3.14
( )
4 𝑥 102
= 0.501
Digunakan tulangan 2D20
𝑛𝑥𝜋
Luas terpakai, As = 4 𝑥 𝐷²
2 𝑥 3.14
= 4 𝑥 10²
= 157 mm²
𝑛 2
Jumlah baris tulangan, nb = 𝑛𝑠 = = 1
2
nb < 3
1 < 3 OK
7
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke ni yi ni * yi
1 2 38.00 76.00
2 0 0.00 0.00
3 0 0.00 0.00
ni * yi ]
n= 2 = 76
(𝑛𝑖 𝑥 𝑦𝑖) 76
Letak titik berat tulangan, d’ = ∑ = = 38 𝑚𝑚
𝑛 2
38 < 50 → perkiraan d’ OK
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 38
= 112 mm
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 157 𝑥 400
a = 0.85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏 = 0.85 𝑥 30 𝑥 100 = 24.64 mm
𝑎
Momen nominal, Mn = As x fy x (d-2) 𝑥 10−6
24.64
= 157 x 400 x (112 - ) 𝑥 10−6
2
= 6.263 KN.m
Tahanan momen balok, ɸ x Mn = 0.8 x 6.263
= 5.10 KN.m
Syarat : ɸ x Mn ≥ Mu-
5.01 ≥ 1.221 → AMAN (OK)
2. Tulangan Momen Negatif
Mu−
Momen positif nominal rencana, Mn = ɸ
2.443
=
0.8
= 3.053 KN.m
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton, d’ = 50 mm
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 50
= 100 mm
𝑀𝑛 𝑥 106
Factor tahanan momen, Rn = 𝑏 𝑥 𝑑²
3.053 𝑥 106
= 100 𝑥 100²
7
= 3.0533
3.534 < 7.8883
Rn < Rmax → OK
𝑓𝑐′
Rasio tulangan yang diperlukan : ρ = 0.85 𝑥 1−√2𝑅𝑛
𝑓𝑦 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 𝑓𝑐′ )
30
= 0.85 𝑥 1−√2 𝑥 3.0533
400 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 30)
= 0.00815
𝑓𝑐′2 302
Rasio tulangan minimum, = 4 𝑥 400 = 0.00342
4 𝑥 𝑓𝑦
1.4 1.4
Rasio tulangan minimum, ρmin = 𝑓𝑦 = 400 = 0.00350
82
= 3.14
( )
4 𝑥 102
= 1.038
Digunakan tulangan 2D10
𝑛𝑥𝜋
Luas terpakai, As = 4 𝑥 𝐷²
2 𝑥 3.14
= 4 𝑥 10²
= 157 mm²
𝑛 2
Jumlah baris tulangan, nb = 𝑛𝑠 = = 1
2
nb < 3
1 < 3 OK
7
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke ni yi ni * yi
1 2 38.00 76.00
2 0 0.00 0.00
3 0 0.00 0.00
ni * yi ]
n= 2 = 76
(𝑛𝑖 𝑥 𝑦𝑖) 76
Letak titik berat tulangan, d’ = ∑ = = 38 𝑚𝑚
𝑛 6
38 < 50 → perkiraan d’ OK
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 38
= 112 mm
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 157 𝑥 400
a = 0.85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏 = 0.85 𝑥 30 𝑥 100 = 24.64 mm
𝑎
Momen nominal, Mn = As x fy x (d-2) 𝑥 10−6
24.64
= 157 x 400 x (112 - ) 𝑥 10−6
2
= 6.263 KN.m
Tahanan momen balok, ɸ x Mn = 0.8 x 6.263
= 5.01 KN.m
Syarat : ɸ x Mn ≥ Mu-
5.01 ≥ 2.443 → AMAN (OK)
3. Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana, Vu = 2.315 KN
Faktor reduksi kekuatan geser, ɸ = 0.6
fy = 240 MPa
1
Kuat geser beton, Vc = 6 𝑥 √𝑓𝑐′ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑 𝑥 10−3
1
= 6 𝑥 √30 𝑥 100 𝑥 150 𝑥 10−3
= 9.129 KN
Tahanan geser beton, ɸVc = 0.6 x 9.129 = 5.477 KN
→ Vu < ɸVc Hanya perlu tulangan geser min
Kuat geser Sengkang, Vs = 2.315 KN
Digunakan Sengkang berpenampang : 2P8
7
𝜋
Luas tulangan geser Sengkang, Av = ns x 4 𝑥 𝑃²
3.14
=2x 𝑥 8²
4
= 100.53 mm²
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑
Jarak Sengkang yang diperlukan : s = (𝑉𝑠 𝑥 103 )
100.53 𝑥 400 𝑥 100
= (2.315𝑥 103 )
= 1042.27 mm
𝑑 112
Jarak Sengkang maksimum, smax = 2 = = 56 𝑚𝑚
2
Jarak Sengkang maksimum, smax = 250 mm
Jarak Sengkang yang harus digunakan, s = 56 mm
Diambil jarak Sengkang, s = 50 mm
Digunakan Sengkang, 2P8 S=50 mm
1 1
𝐼𝑔𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠) = ∙ 𝑏 ∙ ℎ3 = ∙ 300 ∙ 3003 = 6.75 × 108 mm4
12 12
7
1 1
𝐼𝑔𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) = ∙ 𝑏 ∙ ℎ3 = ∙ 300 ∙ 3003 = 6.75 × 108 mm4
12 12
𝐼𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠) = 0.7 ∙ 𝐼𝑔𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠) = 4.725 × 108 mm4
1 1
𝐼𝑏(𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘) = 0.35 × ∙ 𝑏 ∙ ℎ3 = 0.35 × ∙ 300 ∙ 3003
12 12
= 2.3625 × 108 mm4
𝜑𝐴 = 1 (jepit)
𝐸𝑐 ∙ 𝐼𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) 𝐸 ∙𝐼
⁄𝑙 + 𝑐 𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠)⁄𝑙
𝑐 𝑐
𝜑𝐵 =
𝐸𝑐 ∙ 𝐼𝑏(𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘𝑘𝑖𝑟𝑖) 𝐸𝑐 ∙ 𝐼𝑏(𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛)
⁄𝑙 + ⁄𝑙
𝑏(𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘𝑘𝑖𝑟𝑖) 𝑏(𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛)
= 2.571
𝐼 8
𝑟 = √ 𝑔𝑐⁄𝐴𝑔 = √6.75 × 10 ⁄300 𝑥 300 = 86.603 mm
Dari nomogram (Faktor panjang efektif, k, RSNI 2002 hal 78) diketahui k
0.83
7
Cek Rasio Kelangsingan
𝑀𝑐 = 𝑀2 = 12,036 KN. m
12,036
𝑀𝑛𝑐 = = 31.494 KN. m = 31.494 × 106 N. mm
0.8
a. Tulangan Longitudinal
𝑃𝑢 = −83.73044 KN = 83730.444 N
𝐴𝑔 = 300𝑥300 = 90000𝑚𝑚2
Fc’ = 30 Mpa
Pu / ø. Ag. 0,85 .fc’= 83730.444 / 0.6 x 90000 x 0,85 x 30 = 0.061
20.156
e 1 = Mu/Pu = 83.730 =0.241 m = 241 mm
e 1 / h = 241/300 = 0.802
(Pu / ø. Ag. 0,85 .fc’).(e1/h) = 0.061 x 0.802 = 0.049
d’/h = 60/300 = 0.2 mm
7
Menurut grafik dari Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang
didapatkan : r = 0.002 ; β = 1.2
p = r . β = 0.002 x 1.2 = 0.0024
315
𝑛(∅13) = = 2.373 ≈ 4∅13
0.25 ∙ 𝜋 ∙ 132
1
(1+1𝑥𝑃𝑢
Vc = ( 6
) 𝑥 √𝑓𝑐′ x b x d’
(14 𝑥 𝐴𝑔
1
(1+1𝑥83730.444
= (6 ) 𝑥 √30 x 300 x 225.5
(14 𝑥 90000
= 65859.55 N
b. Geser Kolom
Data
Geser kolom, Vu = 15.8628 KN
Aksial kolom, Pu = 83.7304 KN
Mutu beton, fc’ = 30 MPa
Mutu baja, fy = 400 MPa
Faktor reduksi, ϕ = 0.75
7
Lebar,b = 300 mm
Tinggi, h = 300 mm
Selimut beton, ds = 60 mm
Tinggi efektif, d’ = 74.5 mm
Tnggi dari atas hingga ke tulangan, d = 225.5 mm
β1, = 0.85
Factor reduksi, ϕ geser = 0.75
Diameter tulangan geser, Dsengkang = 8 mm
Diameter tulangan longitudinal, D tulangan utama = 13 mm
Luas tulangan geser, Av = 100.48 mm²
Spasi tulangan geser, s = 100 mm
Luas penampang, Ag = 90000 mm²
Cek Sengkang
1
3
√𝑓𝑐 . 𝑏. ℎ > Vs min.
1
3
√30 . 0.3 𝑥 0.3 > -28.244 KN
164.317 > -28.244 KN OK
→ digunakan Sengkang d/2
(𝐴𝑣 .𝑓𝑦.𝑑) (100.48 𝑥 400𝑥 225.5)
Spasi tulangan geser rencana, s = =
𝑉𝑠 −28.24
7
= -320.89 mm
Spasi tulangan geser (tump), s.maks-1 = 0.25d = 0.25 x 225.5 = 56.375 mm
Spasi tulangan geser minimum, s.maks-2 = 0.25h = 0.25 x 300 = 75 mm
→ maka dipakai smaks
Cek Hitungan Manual
Vu = 15.86 KN
ϕVn = 0.75 x (Vs + Vc) = 0.75 x ( 90.63 + 65.86) = 117.37 KN
Vc = 65.86 KN
Vs = 90.63 KN
ϕVn > Vu
117.37 > 15.86 OK
Vc = 65859.55 N
Pu = 83730.44 N
3 𝑥 𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 𝑥 𝑓𝑦 3 𝑥 100.48 𝑥 400
Smin = = = 401.92 𝑚𝑚
𝑏 300
S = 112.75 mm ϕ8-100
Tangga akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah
- Bagian bawah : 5 optrede → hbawah = 25 x 5 = 125 cm
- Bagian atas : 5 optrede → hbawah = 25 x 5 = 125 cm
a. Syarat tangga
2 x optrade + antrede = 85 cm
= 85 – 2 x 25 (tinggi optrede)
= 35 cm
Sudut kemiringan tangga < 45°
125
𝛼 = 𝑎𝑟𝑐 tan ( ) = 35.54°
175
7
Lebar tangga yang direncanakan untuk 2 orang, maka diambil lebar
tangga 140 cm dengan Panjang bordes 300 cm.
b. Lebar pelat tangga dan pelat bordes
125 cm
35.54°
175 cm 150 cm
Sin α = 0.58
Cos α = 0.81
Perhitungan Pembebanan
a. Tangga
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
L = √𝐿𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 2 + ²
2
250
= √1752 + ²
2
= 215.06 cm = 2150.6 mm
Tebal plat tangga
𝐿 𝑓𝑦 2150.6 400
hmin = (20)𝑥(0.4 + 700) = ( )𝑥(0.4 + 700) = 104.46 mm ≈ 150 mm
20
7
t'
t'
35
25
t total
t
t =T+t = 25.17
Beban Mati (WD)
Berat sendiri plat + anak tangga =
=8.457681 KN/m = 845.7681 kg/m
Berat penutup lantai = t x 24 KN/m³ x Ltangga
= (25.17/100) x 24 x (140/100)
= 0.336 KN/m = 33.6 kg/m
Berat adukan = 0.24 KN/m² x Ltangga
= 0.24 x (140/100)
= 0.294 KN/m = 29.4 kg/m
Berat sandaran = 0.7 x 0.1 x 10 x 2
= 1.4 KN/m = 140 kg/m
WD = 10.48768 KN/m = 1048.768 kg/m
Beban hidup (WL)
WL = 3 KN/m x Ltangga x 0.85
= 3 x (140/100) x 0.85
= 3.57 KN/m = 357 kg/m
Beban Ultimate (qU)
qU = 1.2 WD + 1.6 WL
7
= 1.2 (10.48768) + 1.6 (3.57)
= 18.29722 KN/m = 1829.722 kg/m
b. Pembebanan bordes
Beban Mati (WD)
Beban sendiri pelat = 0.24 KN/m² x Panjang bordes
= 0.24 x (300/100)
=10.8 KN/m = 1080 kg/m
Berat adukan = 0.21 KN/m² x Panjang bordes
= 0.21 x (300/100)
= 0.63 KN/m = 63 kg/m
Berat keramik (1cm) = 0.24 KN/m² x Panjang bordes
= 0.24 x (300/100)
= 0.72 KN/m = 72 kg/m
Berat sandaran = 0.7 x 0.1 x 10 x 2
= 1.4 KN/m = 140 kg/m
WD = 13.55 KN/m = 1355 kg/m
7
Gambar 4. Distribusi Beban Tangga
Mu = 8.578 KN.m
𝑀𝑢 8.578
Mn = = = 10.190 𝐾𝑁. 𝑚
𝜙 0.8
𝑀𝑛 10.190
𝑅𝑛 = = = 0.652
𝑏𝑑² 1000(125)²
𝑓𝑦
𝑚=
0.85 𝑥 𝑓𝑐
400 Peraturan SNI untuk ρ min
=
0.85 𝑥 30 fy = 240 MPa → ρmin = 0.0025
= 15.686
fy = 400 MPa → ρmin = 0.0018
ρ min = 0.0018 mm ( SK-SNI)
1 2 𝑥 𝑅𝑛 𝑥 𝑚
ρ perlu = 𝑥 (1 − √1 − ))
𝑚 𝑓𝑦
7
1 2 𝑥 0.652 𝑥 15.686
= 𝑥 (1 − √1 − ))
15.686 400
= 225 mm²
1
𝐴𝑠 Ø = 𝑥 π x d²
4
1
= 4 𝑥 3.14 𝑥 (10)²
= 78.5 𝑚𝑚²
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
Jumlah tulangan (n) = 𝐴𝑠 Ø
225
=
78.5
= 2.87 ≈ 3 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
1000
Spasi tulangan = = 333.33 ≈ 300 𝑚𝑚
3
Kontrol d
1000
𝑥 𝐴𝑠 Ø > As perlu
𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
1000
𝑥 78.5 > 225
300
7
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan, ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis
simpulkan, yaitu:
Dimensi balok yang didapat 15x10, 20x10, 35x20, 40x20, 25x15 dan kolom
30x30.
Tebal plat atap yang digunakan adalah 12 cm dan Tebal plat lantai yang
digunakan adalah 12 cm.
Pembebanan pada lantai didapatkan beban mati sebesar 3.815 KN/m², beban
hidup sebesar 2.5 KN/m², dan beban rencana sebesar 8.578 KN/m². Pada
pembebanan atap didapat beban mati sebesar 2.9 KN/m²,beban hidup sebesar
1.5 KN/m², beban rencana sebesar 5.88 KN/m².
Penulangan pelat lantai diperoleh 3Ø10 dan 4Ø10 dan pelat atap diperoleh
3Ø10, 3Ø12, dan 4Ø12.
Peritungan portal melintang dengan metode cross : tumpuan A mendapat
momen sebesar 0.749 KN.m, tumpuan B sebesar 4.913 KN.m, dan tumpuan
C sebesar -5.773 KN.m. Lalu perhitungan portal memanjang dengan metode
cross : tumpuan I mendapat momen sebesar 6.282 KN.m, tumpuan J sebesar
-1.656 KN.m, tumpuan K sebesar -2.924 KN.m, dan L sebesar -1.632 KN.m
Untuk penulangan balok pelat atap digunakan 2D20 pada balok berdimensi
15x10; 2D16 pada balok berdimensi 15x25 dan 35x20; 2D10 pada balok
berdimensi 20x10. Untuk tulangan balok pelat lantai digunakan 2D10 pada
balok berdimensi 15x10,20x10,15x25; 2D16 pada balok berdimensi 35x20;
dan 4D10 pada balok berdimensi 40x20.
Untuk penulangan Sengkang balok pelat atap digunakan 2P13 pada balok
berdimensi 15x10 dan 2P8 pada balok berdimensi 15x25, 20x10, 35x20,
40x20. Penulangan Sengkang pada balok pelat lantai digunakan 2P8 pada
semua dimensi.
Pada perhitungan tangga diperoleh tinggi optrede 25 cm dengan jumlah 10
buah(5 atas dan 5 bawah), sudut kemiringan tangga sebesar 35.54°, lebar
tangga 140 cm, panjnag bordes 300 cm, tebal pelat tangga dan bordes 150
7
mm, Mutumpuan = 8151.80 N.mm dan Mulapangan = 3177.90 N.mm, dan
penulangan pelat tangga 3Ø10 pada tumpuan dan lapangan
5.2 Saran
Pada saat pelaksanaan perhitungan sebaiknya perhitungan diteliti dengan baik
agar tidak sering terjadi kesalahan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Gideon H. Kusuma. (1997). Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang.
Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN