Struktur Beton Bertulang I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 102

PERENCANAAN BALOK KOLOM PADA STRUKTUR

GEDUNG 2 LANTAI
LAPORAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Struktur Beton Bertulang I yang dibina oleh
Ben Novarro Batubara, M.T

Oleh :

Aulia Shalsabila
(1704015)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI & KEJURUAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Kajian Teknologi dan Vokasi sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
junjunan kita Nabi Muhammad SAW.

Selaku tim penyusun, kami berterima kasih kepada Bapak Ben Novarro
Batubara, M.T selaku dosen mata Struktur Beton I yang telah membimbing kami
dalam penyusunan laporan ini. Selain itu, kami berterima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam dalam memudahkan proses pembuatan Laporan.

Laporan yang berjudul Perencanaan Balok Kolom Pada Struktur Gedung 2


Lantai ini merupakan salah satu untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur Beton
Bertulang I. Tersusunnya Laporan ini berkat kerjasama yang baik antar teman,
walaupun pada mulanya saya mengalami kesulitan dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun, al-hamdulillah akhirnya laporan ini dapat diselesaikan. Harapan kami laporan
ini dapat bermanfaat untuk rekan-rekan kami baik dalam proses pembelajaran di
kampus maupun luar kampus.

Kami menyadari dalam laporan ini ada kelemahan dan kekurangan, oleh karena
itu adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat kami nantikan untuk
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin

Bandung, Juni 2019

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
1.3 Manfaat Penulisan .............................................................................................. 3
1.4 Metode Penulisan ............................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................... 4
2.1 Pengertian Beton ................................................................................................ 4
2.2 Material Beton ................................................................................................... 4
2.3 Macam-Macam Beton ....................................................................................... 5
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton ...................................................................... 6
BAB III RUMUS PERHITUNGAN KONSTRUKSI BETON BERTULANG ... 33
3.1 Menghitung Plat Lantai dan Plat Atap ............................................................... 8
3.2 Menghitung Perencanaan Portal ....................................................................... 14
3.3 Menghitung Perencanaan Balok ....................................................................... 21
3.4 Menghitung Perencanaan Kolom ..................................................................... 25
3.5 Menghitung Perencanaan Tanggap .................................................................. 19
BAB IV PERHITUNGAN KONSTRUKSI……………………………………….33
4.1 Perencanaan Dimensi Atap dan Lantai ............................................................. 34
4.2 Perencanaan Pelat Atap dan Lantai .................................................................. 39
4.3Perencanaan Tulangan Atap dan Lantai ............................................................ 46
4.4 Perencanaan Portal ........................................................................................... 58
4.5 Perhitungan Balok ............................................................................................ 65
4.6 Perhitungan Kolom ........................................................................................... 76
4.7 Menghitung Perencanaan Tangga .................................................................... 81

ii
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 87
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 87
5.2 Saran ................................................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Menentukan Bentang Pelat………………... .…………………………10

Gambar 3.2. Momen yang menentukan beban dalam jalur tengah pada plat dua arah
akibat beban merata…………….……………………………………………………13

Gambar 3.3 Koefisien Momen dikalikan dengan Wu x


Ln2………..……………………………………………………………….…………14

Gambar 3.4. Denah Distribusi Beban Segtiga dan


Trapesium…………………………………………………………………………...15

Gambar 5. Menentukan Bentang pada Balok……………………………………….17

Gambar 6. Beban Segitiga dan Beban Trapesium…………………………………..18

Gambar 7. Arah X dan Y Potongan…………………………………………………20


Gambar 8. Penggambaran Tangga di AutoCAD.……………………………………32

Gambar 9. Distribusi Beban Tangga.………………………………………………..33

Gambar 10. Denah Lantai 2 Atap..………………………………………………………….37

Gambar 11. Pelat Atap Tipe A..……………………………………………………………..44

Gambar 12. Pelat Atap Tipe B……………………………………………………………….44

Gambar 13. Pelat Atap Tipe C……………………………………………………………….44

Gambar 14. Denah Lantai 2………………………………………………………………….61

Gambar 15. Pelat Lantai Tipe A……………………………………………………………..64

Gambar 16. Pelat Lantai Tipe B……………………………………………………………..65

Gambar 17. Pelat Lantai TipeC……………………………………………………………...66

Gambar 18. Denah dan Distribusi Beban Segitiga Serta Trapesium………………..70


Gambar 19 Denah Beban Lantai………………………………………..…………...74

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tebal Minimum h……………………………………………………………8

Tabel 2. Tebal Minimum h……………………………………………………..……15

Tabel 3. Tebal Minimum h…………………………………………………………..16

Tabel 4. Hambatan konus berdasarkan laporan penyelidikan tanah…………..…….35

Tabel 5. Resume Beban Equivalen Pelat Atap…………………………………..…………..77

Tabel 6. Resume Beban Equivalen Pelat Lantai………………………………...…………..78

Tabel 7 Resume Pembebanan Tangga ……………………………………………………..85

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan
untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain – lain. Beton merupakan satu
kesatuan yang homogen. Beton ini didapatkan dengan cara mencampur agregat
halus (pasir), agregat kasar (kerikil), atau jenis agregat lain dan air, dengan semen
portland atau semen hidrolik yang lain, kadang - kadang dengan bahan tambahan
(aditif) yang bersifat kimiawi ataupun fisikal pada perbandingan tertentu, sampai
menjadi satu kesatuan yang homogen. Campuran tersebut akan mengeras seperti
batuan. Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen dengan air.
Beton yang sudah mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan, dengan
rongga - rongga antara butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecah), dan diisi
oleh batuan kecil (agregat halus atau pasir), dan pori - pori antara agregat halus
diisi oleh semen dan air (pasta semen). Pasta semen juga berfungsi sebagai perekat
atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butiran–butiran agregat saling.
terekat dengan kuat sehingga terbentuklah suatu kesatuan yang padat dan tahan
lama.
Beton merupakan suatu struktur yang digunakan dalam bangunan. Pada
bangunan pelat terbuat dari beton, seperti pelat atap dan pelat lantai. Oleh karena
itu, dibutuhkan perencanaan dalam membuat pelat atap dan lantai dengan
perhitungan-perhitungan tertentu, mulai dari menentukan tebal pelat, menentukan
dimensi balok yang akan digunakan, memperkirakan besarnya beban yang akan
ditanggung oleh pelat, menentukan momen yang terjadi.
Tergantung pada jenis struktur, kondisi tumpuan, jenis beban, dan bahan yang
digunakan, suatu struktur pemikul beban dapat gagal dengan berbagai cara.
Sebagai contoh, komponen struktur tekan dapat menekuk secara berlebihan, yang
mengakibatkan struktur tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada

7
umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen struktur tekan tidak diawali
dengan tanda perningatan yang jelas, bersifat mendadak.
Kegagalan tekuk, dapat ditinjau secara khusus pada sebuah kolom, yang
merupakan suatu komponen struktur panjang, langsing, dan dibebani secara aksial
tekan. Jika komponen struktur tekan relatif langsing, maka ia dapat gagal secara
lentur atau berdefleksi lateral, bukan karena tekan langsing pada bahan. Contoh
yang menampakkan perilaku ini, yaitu dengan menekuk penggaris plastik atau
benda langsing lainnya. Apabila lentur lateral terjadi, dapat dikatakan bahwa
kolom tersebut telah menekuk, dan pada akhirnya kolom tersebut benar-benar
runtuh.
Sebagai bagian dari suatu kerangka bangunan dengan fungsi dan peran
seperti tersebut, berarti kolom menempati posisi penting di dalam sistem
bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen
struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas runtuh
total keseluruhan struktur bangunan. Kegagalan seperti ini dapat dicegah dengan
mendesain struktur tersebut sedemikian hingga mampu menyangga beban aksial
tekan denan eksentrisitas tertentu. Dengan demikian, dalam mendesain struktur
kolom harus memperhitungkan secara cermat dengan memberikan cadangan
kekuatan lebih tinggi dibanding komponen struktur lainnya.

1.2 Tujuan Penulisan


Dapat penulis dikemukakan bahwa tujuan dari penulisan ini adalah untuk:
1. Mengetahui cara perhitungan dimensi balok dan kolom pada suatu struktur.
2. Mengetahui cara perhitungan tebal pelat pada suatu struktur.
3. Mengetahui cara perhitungan pembebanan pelat pada suatu struktur.
4. Mengetahui cara perhitungan kebutuhan penulangan pelat pada suatu struktur.
5. Mengetahui cara penggambaran tulangan pelat.
6. Mengetahui cara perhitungan portal pada suatu struktur.
7. Mengetahui cara perhitungan tulangan balok dan kolom pada suatu struktur.
8. Mengetahui cara perhitungan tangga pada suatu struktur.

7
1.3 Manfaat Penulisan
Dari tujuan penulisan diatas maka dapat dikemukakan bahwa manfaat dari
penulisan ini adalah untuk :
1. Untuk Penulis
Untuk mengetahui dan lebih paham tentang perencanaan dan perhitungan
beton bertulang dan menambah wawasan tentang perencanaan dan perhitungan
beton bertulang.
2. Untuk Pembaca
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang perencanaan dan
perhitungan beton bertulang.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metoda deskriptif, yaitu
metoda yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada
masa sekarang, serta tertuju pada masalah-masalah yang akurat, sistematis, dan
aktual, kemudian menelaah guna pengambialan kesimpulan.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III RUMUS PERHITUNGAN KONSTRUKSI BETON BERTULANG
BAB IV PERHITUNGAN KONSTRUKSI BETON BERTULANG
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Beton


Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari
kombinasi agregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton
adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya
kerikil dan pasir), semen dan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan
peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap,
tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan
akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk
membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan
penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen
dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.
Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil
modifikasi, seperti beton ringan, beton semprot, beton fiber, beton
berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi, beton mampat sendiri
dll.

2.2 Material Beton


Beton terdiri dari beberapa bahan dasar diantaranya, air, semen
Portland, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), fungsi masing-
masing komponennya adalah agregat berfungsi sebagai bahan pengisi, air
dan semen yang bereaksi membentuk pasta yang lambat laun mengeras
berfungsi sebagai perekat yang merekatkan agregat-agregat yang semula
terpisah.
Dari masing-masing komponen pembentuknya terdapat beberapa
kriteria yang harus terpenuhi agar dapat membuat beton yang baik dan
memenuhi standar, air yang digunakan dalam pembuatan beton adalah air
yang kualitasnya baik untuk pembuatan beton, air yang cukup baik untuk
diminum, bebas dari sampah, bahan-bahan organik dan bahan-bahan kimia

7
berbahaya. Karena kekuatan beton tergantung pada jumlah perbandingan
air dan semen.
Semen adalah kombinasi dari berbagai mineral yang jika dicampurkan
dengan air akan mengalami hidrasi dan dengan cepat akan mengeras
biasanya antara 4-6 jam. Semen yang biasa digunakan untuk membuat
beton adalah semen Portland. Semen Portland terbagi menjadi 5 jenis,
semen Portland adalah semen standard yang digunakan saat ini dalam
industri bangunan.
Agregat hampir merupakan material penyusun terbanyak dalam
pembuatan beton prosentasenya sekitar 60 sampai 80 %. Pasir, kerikil, dan
batu pecah merupakan agregat utama yang biasa digunakan.
Ada banyak kelebihan yang dimiliki beton sehingga beton banyak
digunakan dalam bangunan-bangunan teknik sipil, diantaranya dari faktor
ekonomi bahan-bahan yang digunakan banyak tersedia dan mudah
didapatkan serta dapat menambah ketebalan bangunan sehingga
mengurangi beban angin, dari segi arsitektural dan struktural beton juga
sangat cocok sebagai bahan bangunan, karena beton memiliki mobilitas
yang tinggi, dan disainer dapat memilih bentuk dan ukurannya. Selain itu
beton juga tahan terhadap api hingga 1 sampai 3 jam. Beton juga memiliki
kekakuan yang besar sehingga tahan terhadap beban angin, serta getaran
lantai. Selain itu beton juga perawatannya mudah.

2.3 Macam-Macam Beton


a. Beton Bertulang
Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja
di mana tulangan yang merupakan baja berfungsi menyediakan kuat
tarik yang tidak dimiliki pada beton. Tulangan baja juga dapat dapat
menahan gaya tekan sehingga digunakan pada kolom dan pada berbagai
kondisi lain.

7
b. Beton Prategang
Beton prategangan sekarang telah diterima dan banyak dipakai,
setelah melalui banyak penyempurnaan hampir pada setiap elemen
beton prategang, misalnya pada jembatan, komponen bangunan seperti
balok, pelat dan kolom, pipa dan tiang panjang, terowongan dan lain
sebagainya. Dengan beton prategang dapat dibuat betang yang besar
tetapi langsing.
c. Beton Pracetak
Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di
tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi
(transportasi) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi).
Keunggulan system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat
dan missal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi
dengan kualitas produk yang baik.
d. Beton Ringan
Beton Ringan Aerasi Hebel merupakan bahan bangunan yang
ringan dengan kekuatan yang tinggi dan kemampuan insulasi yang
sangat baik, juga memberikan kemudahan, kecepatan, serta kerapian
dalam membangun segala jenis bangunan; rumah tinggal, komersial,
fasilitas publik, perkantoran maupun industri.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton


a. Kelebihan Beton
 Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan
dasar dari bahan lokal kecuali semen portland.
 Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya
perawatan termasuk rendah.
 Beton termasuk bahan yang berkekuatan tinggi, serta
mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh
kondisi lingkungan.
 Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak
bertulang atau pasangan batu.

7
 Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak
dalam bentuk dan ukuran seberapapun tergantung keinginan.

b. Kekurangan Beton
 Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah
retak. Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan
kasa.
 Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras
mengembang jika basah sehingga dilatasi (constraction join)
perlu diadakan pada beton yang panjang/lebar untuk memberi
tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
 Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan
suhu sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk
mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
 Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu
dapat dimasukin air, dan air yang membawa kandungan garam
dapat merusakan beton.
 Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan
didetail secara seksama agar setelah dikombinasikan dengan
baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur
tahan gempa.

7
BAB III
RUMUS PERHITUNGAN KONSTRUKSI
BETON BERTULANG

3.1 Menghitung Plat Lantai dan Plat Atap


 Perhitungan Luasan Tipe Plat
Pada perhitungan ini luasan yang diambil bisa dari semua tipe yang
diberikan pemisalan pada denah plat atap maupun denah plat lantai. Biasanya
yang sering digunakan yaitu luasan dari bentuk atau dimensi yang terbesar
untuk digunakan dalam perhitungan.
 Perencanaan Balok Plat Atap dan Plat Lantai
 Perkiraan Tinggi Balok
Dalam penggunaannya kita dapat mengetahui dari fy yang akan
digunakan dalam perencanaan struktur memakai beton bertulang, dapat
dilihat rumusnya dalam Gideon (1993: hlm.63) :
Tabel 1. Tebal Minimum h
Fy fy Fy Fy
Komponen
400 240 400 240 400 240 400 240
Pelat 1 1 1 1 1 1 1 1
mendukung
20 27 24 32 28 37 10 15
satu arah
Balok 1 1 1 1 1 1 1 1
mendukung
16 21 18,5 24,5 21 28 8 11
satu arah

Dari tabel di atas dalam perencanaan ini menggunakan pelat yang


mendukung satu arah dengan fy = 400 MPa. Berfungsi untuk mencari tingg
balok yang digunakan dengan rumus, yaitu:
1
Untuk perhitungan di batang kantilever ℎ = 10 ∙ 𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 (𝑥 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦)
1
Untuk perhitungan di batang terjepit ℎ = 28 ∙ 𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 (𝑥 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦)

 Perkiraan Lebar Balok

7
Perhitungan ini harus menggunakan hasil dari perhitungan tinggi balok
karena dalam memperkirakan dimensi balok lebar balok < tinggi balok.
Dengan itu didapat rumus sebagai berikut:
1
𝑏= ∙ℎ
2
Diketahui :
b = lebar balok (mm)
h = tinggi balok (mm)
 Gambar Penampang Balok Plat Atap dan Plat Lantai
Pada poin ini biasanya kita mengambil dimensi balok yang terbesar,
biasanya dipergunakan untuk menyamakan dimensi balok itu sendiri yang
didapat dari perhitungan tinggi balok dan lebar balok, diasumsikan dalam
arah x dan arah y.
 Perencanaan Plat Atap dan Plat Lantai
 Menentukan Bentang Plat
Perencanaan ini berfungsi untuk mendapatkan bentang-bentang plat
yang dikurangi setengah dimensi balok, dapat diketahui dari rumus:
Batang Kantilever
1
𝐿𝑥 = 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑎ℎ 𝑥 − ∙𝑏
2
1 1
𝐿𝑦 = 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑎ℎ 𝑦 − ∙𝑏−2∙𝑏
2

Keterangan :
Lx = Bentang Terpendek (mm)
Ly = Bentang Terpanjang (mm)
b = lebar balok (mm)
h (mm)

7
b (mm)

Lx mm
Ly =

h mm
b mm b mm

Ly mm

Gambar 1. Menentukan Bentang Pelat


 Menghitung Tebal Plat Atap dan Lantai
- Ln = Bentang Bersih
𝑓𝑦
𝐿 ∙(0,8+ )
1500
- ℎ𝑚𝑖𝑛 = 36+9 ∙𝛽
𝑓𝑦
𝐿 ∙(0,8+ )
1500
- ℎ𝑚𝑎𝑘𝑠 = 36

Keterangan :
L = Ln = Bentang Bersih
hmin = tebal minimum
hmaks = tebal maksimum
𝐿𝑦
β = 𝐿𝑥 , Lx = bentang terpendek, dan Ly = bentang terpanjang

Perhitungan di atas akan mendapatkan hasil untuk memperhitungkan


atau memperkirakan tebal plat yang akan digunakan dalam semua tipe plat.

 Menghitung Beban
Tebal plat akan mempengaruhi perhitungan beban
Dalam buku Gideon (1993: hlm. 34) mencari Wu menggunakan rumus:

7
Wu = 1,2WD + 1,6WL
Keterangan:
Wu = Kuat perlu untuk menahan beban yang telah dikalikan dengan
momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya.
WD = beban mati, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan
beban tersebut
WL = beban hidup, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan
beban tersebut.
WD (Atap) dalam peruntukan ruko atau pertokoan :
- Berat Sendiri Plat = tebal plat x 24 (berat jenis beton bertulang)
- Mekanikal Elektrikal = 0, 25 KN/m2
- Berat Plafond = 0,18 KN/m2
- Berat Air Hujan = 0,50 KN/m2
WL (Atap) dalam peruntukan ruko atau pertokoan = 1 KN/m2 didapat dari
PPURG (Hal. 7)
WD (Lantai) dalam peruntukan ruko atau pertokoan :
- Berat Sendiri Plat = tebal plat x 24 (berat jenis beton bertulang)
- Mekanikal Elektrikal = 0, 25 KN/m2
- Berat Plafond+Penggantung = 0,18 KN/m2
- Berat Pasir = 0,32 KN/m2
- Berat Adukan = 0,66 KN/m2
- Berat Keramik = 0,24 KN/m2
WL (Lantai) dalam peruntukan ruko atau pertokoan = 2,5 KN/m2 didapat
dari PPURG (Hal. 7)

 Perhitungan Geser
Vu = 1,15 x (Wu x Lx/2)
Keterangan :
Vu = Geser Ultimate Lx = Ln = Bentang Bersih

7
Wu = Beban Hidup
d = h – P – 0,5 x 𝜙𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Keterangan :
d = jarak antar sisi luar beton (mm)
h = tebal plat (mm)
P = Selimut beton (20 mm)
𝜙𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = diameter tulangan yang digunakan (mm)
1
𝑉𝑐 = ∙ √𝑓𝑐 ∙ 𝑏 ∙ 𝑑
6
Keterangan :
Vc = Geser (N)
b = dalam bentang 1 m
d = jarak antar sisi luar beton (mm)
Vn = 𝜙Vc
= 0,6 x Vc
Pada perhitungan geser ini terdapat control dengan catatan:
Vn > Vu, karena batas geser yang dibebani oleh plat ini tidak boleh
melebihi dari geser Ultimate.
 Perencanaan Tulangan
Tebal Plat masih berpengaruh disini namon kita hanya mengambil:
- Tebal Plat
- Penutup Beton
- Diameter tulangan arah x dana rah y
- Tinggi efektif d dalam arah x
Dx = h – P- 0,5 x 𝜙𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
- Tinggi efektif d dalam arah y
Dy = h – P - 0,5 x 𝜙𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 - 𝜙𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
 Perhitungan Tulangan Plat Atap dan Lantai

7
Setelah keseluruhan kita telah mendapatkan datanya, selanjutkan
perhitungan ini menggunakan aturan yang terdapat pada rumus yang ada di
dalam buku Gideon mengenai plat satu arah dan plat dua arah, dengan:
𝐿𝑦
𝛽 = 𝐿𝑥 > 2 → 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑡 1 𝑎𝑟𝑎ℎ

Gambar 2. Momen yang menentukan beban dalam jalur tengah pada plat

dua arah akibat beban terbagi merata

7
Pada perumusan gambar di atas apabila Ly/Lx tidak terdapat di atas maka
harus dicari menggunakan rumus interpolasi tabel.
𝐿𝑦
𝛽= < 2 → 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑡 2 𝑎𝑟𝑎ℎ
𝐿𝑥

Gambar 3.
Koefisien
Momen
dikalikan
dengan Wu x Ln2

Pada perhitungan menggunakan gambar di atas memerlukan perkiraan


keberadaan balok tersebut yang dapat di lihat dari denah perencanaan kita.
Dari kedua gambar di atas berfungsi untuk mencari, perencanaan tulangan
pada plat dilihat dari luasan tulangan :
Mlx = Momen Lapangan di x
Mly = Momen Lapangan di y
Mtx = Momen Tumpuan di x
Mty = Momen Tumpuan di y

3.2 Menghitung Perencanaan Portal


Pada perhitungan ini kita menggunakan SAP (System Application and
Product in data processing) sebagai alat bantu perhitungan dalam mencari momen
yang bekerja serta geser yang bekerja pada masing-masing baik kolom maupun

7
balok. Dalam perhitungan portal ini kita membutuhkan pemakaian tipe-tipe
potongan x maupun y, pada potongan x terlihat pada denah

Gambar 4. Denah Distribusi Beban Segtiga dan Trapesium

Pada potongan x kita bisa memotong di daerah atas maupun bawah selain
kantilever, namun pada potongan y hanya memotong di tengah.
 Perencanaan Balok Pada Portal
 Perkiraan Tinggi Balok
Dalam penggunaannya kita dapat mengetahui dari fy yang akan
digunakan dalam perencanaan struktur memakai beton bertulang, dapat
dilihat rumusnya dalam Gideon (1993: hlm.63) :
Tabel 2. Tebal Minimum h
Fy fy fy fy
Komponen
400 240 400 240 400 240 400 240
Pelat 1 1 1 1 1 1 1 1
mendukung
20 27 24 32 28 37 10 15
satu arah

7
Balok 1 1 1 1 1 1 1 1
mendukung
16 21 18,5 24,5 21 28 8 11
satu arah

Dari tabel di atas dalam perencanaan ini menggunakan pelat yang


mendukung satu arah dengan fy = 400 MPa. Berfungsi untuk mencari tingg
balok yang digunakan dengan rumus, yaitu:
1
Untuk perhitungan di batang kantilever ℎ = 10 ∙ 𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 (𝑥 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦)
1
Untuk perhitungan di batang terjepit ℎ = 28 ∙ 𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 (𝑥 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦)

 Perkiraan Lebar Balok


Perhitungan ini harus menggunakan hasil dari perhitungan tinggi balok
karena dalam memperkirakan dimensi balok lebar balok < tinggi balok.
Dengan itu didapat rumus sebagai berikut:
1
𝑏= ∙ℎ
2
Diketahui :
b = lebar balok (mm)
h = tinggi balok (mm)
 Gambar Penampang Balok Plat Atap dan Plat Lantai
Pada poin ini biasanya kita mengambil dimensi balok yang terbesar,
biasanya dipergunakan untuk menyamakan dimensi balok itu sendiri yang
didapat dari perhitungan tinggi balok dan lebar balok, diasumsikan dalam
arah x dan arah y.

 Menentukan Bentang Plat


Perencanaan ini berfungsi untuk mendapatkan bentang-bentang plat
yang dikurangi setengah dimensi balok, dapat diketahui dari rumus:
Batang Kantilever
1
𝐿𝑥 = 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑎ℎ 𝑥 − ∙𝑏
2
1 1
𝐿𝑦 = 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑎ℎ 𝑦 − ∙𝑏−2∙𝑏
2

7
Keterangan :
Lx = Bentang Terpendek (mm)
Ly = Bentang Terpanjang (mm)
b = lebar balok (mm)

h (mm)
b (mm)

Lx mm
Ly =

h mm
Gambar 5. Menentukan Bentang pada Balok
b mm b mm

Ly mm
 Menghitung Beban Total
Semua beban yang bekerja pada balok arah Lx (Bentang Terpendek)
dianggap beban Segitiga dan balok arah Ly (Bentang Terpanjang) dianggap
beban Trapesium dengan intensitas maksimum sebesar ½ x q x L.

7
Beban Segitiga
qequivalen = 1/3 x q x Lx

Beban Trapesium
qequivalen = ½ x q x Lx x (1 – 1/3 x Lx2/Ly2)
Gambar 6. Beban Segitiga dan Beban Trapesium
Keterangan :
q = Wu (Beban Unlimited)
Setelah itu kita merencanakan pada denah yang ada, pada bentang
terpendek merupakan gambar segitiga dan bentang terpanjang merupakan
gambar trapezium, sama seperti halnya gambar metode amplop namun apabila
terdapat bentang yang sama hanya menggambarkan 4 buah segitiga.
 Beban-Beban yang Bekerja
Perhitungan ini juga meliputi perhitungan pada atap dan pada lantai, dan
diperlukan juga data dari perhitungan beban total dari trapesium dan segitiga.
- Beban yang bekerja pada atap
Arah x dan arah y
Berat sendiri balok = hbalok x bbalok x 24
q trapesium atau q segitiga = dilihat dari gambar
- Beban yang bekerja pada lantai
Arah x dan arah y
Berat sendiri balok = hbalok x bbalok x 24

7
q trapesium atau q segitiga = dilihat dari gambar
Berat 1/2 dinding = 2,5 x (h2(lantai) – hbalok) x 0,9
 Pendimensian Kolom pada Portal
Pada perhitungan ini hanya sebagai mencari dimensi kolom yang akan
digunakan. Kolom minimal yang digunakan yaitu menggunakan dimensi 300
x 300 mm atau 30 x 30 cm.
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐴= → 𝜎 = 𝑓𝑐′
𝜎
A=bxh
h =2xb
Terdapat kolom lantai 1 dan lantai 2, dalam perhitungannya sama hanya tebal
platnya saja yang berbeda, dan perhitungan ini juga memerlukan tipe dengan
luasan terbesar pada denah, didapat dengan rumus:
P total = Pplat + Pbalok + WL (Beban Hidup)
Pplat = (Lx x Ly) x Tebal Plat (atap atau lantai) x 24
Pbalok = Arah x = (hbalok x bbalok) x Lx x 24
Arah y = (hbalok x bbalok) x Ly x 24
WL = Lx x Ly x (beban hidup lantai atau atap)
- Maka didapatkan P total.
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐴= → 𝜎 = 𝑓𝑐′
𝜎
2b2 = A
𝐴
𝑏 = √2 , maka didapatkan lebar balok

A=bxh
h =2xb

 Perhitungan Join
Dalam perhitungan ini kita memerlukan data-data di atas karena kita juga
harus membandingkan momen mana yang terbesar dari potongan x dan
potongan y. sehingga momen dari SAP yang terbesar akan digunakan dalam
perhitungan selanjutnya. Perhitungan join ini dibutuhkan data sebagai berikut:

7
- Perhitungan potongan x hampir sama dalam perhitungannya dengan
potongan y.

Gambar 7. Arah X dan Y


Potongan

- Join a = join b = join c


Berat 1/2 kolom lt.1 = (bkolom x hkolom) x tinggi lt.1 x 24
- Join d
Berat 1/2 kolom lt.1 = (bkolom x hkolom) x tinggi lt.1 x 24
(ℎ𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑥𝑏𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 )𝑥 (𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑥 𝑡𝑖𝑝𝑒) 𝑥 24
Berat 1/2 balok ke tipe kanan =
2

Berat balok ke tipe kiri = (hbalok x bbalok) x (arah x tipe) x24


(𝐿𝑥 𝑥 𝐿𝑦) 𝑥 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑥24
Berat 1/2 plat lantai tipe kanan = 2

Berat plat lantai tipe kiri = (𝐿𝑥 𝑥 𝐿𝑦) 𝑥 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑥24
(𝐿𝑥 𝑥 𝐿𝑦)𝑥 𝑊𝐿(𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖)
Berat 1/2 WL lantai tipe kanan = 2

Berat WL lantai tipe kiri = (𝐿𝑥 𝑥 𝐿𝑦)𝑥 𝑊𝐿(𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖)

7
3.3 Menghitung Perencanaan Balok
Setelah mendapatkan momen terbesar di atap dan di lantai kita mulai menghitung
perencanaan baloknya sendiri, dimensi balok disamakan dengan perencanaan
balok pada perhitungan portal.
 Perkiraan Tinggi Balok
Dalam penggunaannya kita dapat mengetahui dari fy yang akan
digunakan dalam perencanaan struktur memakai beton bertulang, dapat
dilihat rumusnya dalam Gideon (1993: hlm.63) :
Tabel 3. Tebal Minimum h
fy fy fy fy
Komponen
400 240 400 240 400 240 400 240
Pelat 1 1 1 1 1 1 1 1
mendukung
20 27 24 32 28 37 10 15
satu arah
Balok 1 1 1 1 1 1 1 1
mendukung
16 21 18,5 24,5 21 28 8 11
satu arah

Dari tabel di atas dalam perencanaan ini menggunakan pelat yang


mendukung satu arah dengan fy = 400 MPa. Berfungsi untuk mencari tingg
balok yang digunakan dengan rumus, yaitu:
1
Untuk perhitungan di batang kantilever ℎ = 10 ∙ 𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 (𝑥 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦)
1
Untuk perhitungan di batang terjepit ℎ = 28 ∙ 𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 (𝑥 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦)

 Perkiraan Lebar Balok


Perhitungan ini harus menggunakan hasil dari perhitungan tinggi balok
karena dalam memperkirakan dimensi balok lebar balok < tinggi balok.
Dengan itu didapat rumus sebagai berikut:
1
𝑏= ∙ℎ
2
Diketahui :

7
b = lebar balok (mm)
h = tinggi balok (mm)
 Gambar Penampang Balok Atap dan Lantai
Pada poin ini biasanya kita mengambil dimensi balok yang terbesar,
biasanya dipergunakan untuk menyamakan dimensi balok itu sendiri yang
didapat dari perhitungan tinggi balok dan lebar balok, diasumsikan dalam
arah x dan arah y.
 Pendimensian Balok
Hasil Analisa
Data material :
fc = disesuaikan dengan perencanaan MPa
fy = disesuaikan dengan perencanaan MPa
β = 0,85 karena fc < 30 MPa
Фlentur = 0,8
ФSengkang = 0,6
Untuk perencanaan tulangan selanjutnya dapat diketahui nilai-nilai rasio
tulangan maksimum dan minimum sebagai berikut:
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
0,85 ∙ 𝛽 ∙ 𝑓𝑐 600
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 = ( )
𝑓𝑦 600 ∙ 𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 ∙ 𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒
 Dimensionering Balok Lantai dan Atap
Tinggi Balok (h) = sesuai perencanaan (mm)
Lebar Balok (b) = sesuai perencanaan (mm)
Lapisan Фlp = 1 lapis
ФPokok = 16 mm
ФSengkang = 8 mm
Degging (P) = 40 mm
Фlp ∙ (ФPokok) + (Фlp − 1) ∙ (25)
𝑑′ = + 𝑃 + ФSengkang
2
𝑑 = ℎ − 𝑑′

7
Arah x lantai dan atap
Balok lantai pada balok terbesar dari hasil SAP mendapatkan data sebagai
berikut:
M(batang kiri ke kanan) = (KNm)
M(batang kanan ke kiri) = (KNm)
M(Lapangan/tengah) = (KNm)
V (Kanan) = (KNm)
V (kiri) = (KNm)
 Perhitungan Tulangan Lentur
a. Tumpuan
Pada perhitungan tulangan tumpuan menggunakan M(batang kiri ke
kanan) dan M(batang kanan ke kiri).
d = mm
bw = mm
ρmin = mm
ρmaks = mm
Mu(Momen) = KNm  Nmm
𝑀𝑢
𝑀𝑛 =
Φ
Menentukan ρ yang diperlukan
𝑀𝑛
=
bw ∙ d2

0,85 ∙ 𝑓𝑐 2. 𝑀𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏 ∙ 𝑑 2

𝑎𝑝𝑎𝑏𝑖𝑙𝑎
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 > 𝜌𝑚𝑖𝑛 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘𝑛𝑦𝑎
As = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑 = 𝑚𝑚2
Maka digunakan perencanaan tulangan berapa buah dan diameter
berapa = luas tulangan ini harus lebih besar dari As
𝐴𝑠 ∙ 𝑓𝑦
𝑎= = 𝑚𝑚
0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤
ФMn = Ф x As x fy x (d – 1/2 a)  ФMn > Mu ….OK!

7
b. Lapangan
Pada perhitungan tulangan tumpuan menggunakan
M(Lapangan/Tengah).
d = mm
bw = mm
ρmin = mm
ρmaks = mm
Mu(Momen) = KNm  Nmm
𝑀𝑢
𝑀𝑛 =
Φ
Menentukan ρ yang diperlukan
𝑀𝑛
=
bw ∙ d2

0,85 ∙ 𝑓𝑐 2. 𝑀𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏 ∙ 𝑑 2

𝑎𝑝𝑎𝑏𝑖𝑙𝑎
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 > 𝜌𝑚𝑖𝑛 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘𝑛𝑦𝑎
As = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑 = 𝑚𝑚2
Maka digunakan perencanaan tulangan berapa buah dan diameter
berapa = luas tulangan ini harus lebih besar dari As
𝐴𝑠 ∙ 𝑓𝑦
𝑎= = 𝑚𝑚
0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤
ФMn = Ф x As x fy x (d – 1/2 a)  ФMn > Mu ….OK!

c. Perhitungan Tulangan Sengkang


Kuat geser beton:
1
𝑉𝑐 = ∙ √𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑
6
d. Menghitung Jarak Smaks, diambil dari nilai dibawah ini:
𝑑
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 1 = = 𝑚𝑚
2
1
Jika Vs > 3 ∙ √𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑

7
Maka nilai Smaks ditentukan dengan rumus :
𝑑
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 2 = = 𝑚𝑚
4
e. Kedua nilai Smaks di atas, tidak boleh lebih besar dari:
𝜋 ∙ (Φ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔)2
2∙[ ]
2
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3 ∙ ∙ 𝑓𝑦
𝑏𝑤
Smaks yang terjadi = diambil angka terbesar dari Smaks 1 dan
Smaks 2
Maka Sperlu = yang mendekati Smaks yang terjadi

3.4 Menghitung Perencanaan Kolom


 Pendimensian Kolom
Pada perhitungan ini hanya sebagai mencari dimensi kolom yang akan
digunakan. Kolom minimal yang digunakan yaitu menggunakan dimensi 300
x 300 mm atau 30 x 30 cm.
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐴= → 𝜎 = 𝑓𝑐′
𝜎
A=bxh
h =2xb
Terdapat kolom lantai 1 dan lantai 2, dalam perhitungannya sama hanya tebal
platnya saja yang berbeda, dan perhitungan ini juga memerlukan tipe dengan
luasan terbesar pada denah, didapat dengan rumus:
P total = Pplat + Pbalok + WL (Beban Hidup)
Pplat = (Lx x Ly) x Tebal Plat (atap atau lantai) x 24
Pbalok = Arah x = (hbalok x bbalok) x Lx x 24
Arah y = (hbalok x bbalok) x Ly x 24
WL = Lx x Ly x (beban hidup lantai atau atap)
- Maka didapatkan P total.
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐴= → 𝜎 = 𝑓𝑐′
𝜎
2b2 = A
𝐴
𝑏 = √2 , maka didapatkan lebar balok

7
A=bxh
h =2xb
 Pendimensian Kolom pada perhitungan kolom
Hasil Analisa
Data material :
fc = disesuaikan dengan perencanaan MPa
fy = disesuaikan dengan perencanaan MPa
β = 0,85 karena fc < 30 MPa
Фlentur = 0,8
ФSengkang = 0,8
Untuk perencanaan tulangan selanjutnya dapat diketahui nilai-nilai rasio
tulangan maksimum dan minimum sebagai berikut:
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
0,85 ∙ 𝛽 ∙ 𝑓𝑐 600
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 = ( )
𝑓𝑦 600 ∙ 𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 ∙ 𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒
 Dimensionering Balok Lantai dan Atap
Tinggi Kolom (h) = sesuai perencanaan (mm)
Lebar Kolom (b) = sesuai perencanaan (mm)
Lapisan Фlp = 1 lapis
ФPokok = 16 mm
ФSengkang = 8 mm
Degging (P) = 40 mm
Фlp ∙ (ФPokok) + (Фlp − 1) ∙ (25)
𝑑′ = + 𝑃 + ФSengkang
2
𝑑 = ℎ − 𝑑′
Dapat dilihat dari gambar 6. Kolom adalah batang vertikal pada gambar. Dan
memiliki momen yang di atas dan momen di bawah.
Akan diketahui nilai-nilai momennya dari hasil SAP, baik mengambil data
Momen dan data P (Gaya Normal)
Misalkan :
M81 = KNm

7
M18 = KNm
P1 = KNm
P8 = KNm
Pada tumpuan 81 dan 18 sama, namun yang berbeda hanya pada Momen dan
P (Gaya Normal saja), dapat dilihat di bawah ini:
𝑑′
= 𝑚𝑚

𝑀𝑢
𝑒= = 𝑚𝑚 → 𝑃𝑢 = 𝑃18 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃81
𝑃𝑢
𝑒
= 𝑚𝑚

𝑃𝑢
𝑥= =
Φ ∙ 𝑏𝑤 ∙ ℎ ∙ 0,85 ∙ 𝑓𝑐
𝑃𝑢 𝑒
𝑦= ∙
Φ ∙ 𝑏𝑤 ∙ ℎ ∙ 0,85 ∙ 𝑓𝑐 ℎ
Setelah dicari pada grafik interaksi kolom, didapatkan:
r=0
ρ=r
β=0
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = < 𝜌 < 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 ∙ 𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒
𝑓𝑦
Luas tulangan perlu:
As = ρ x bw x d = mm2
Maka digunakan berapa buah tulangan dan diameter tulangan yang digunakan
dicari luas tulangan harus lebih besar dari As.
a. Perhitungan Tulangan Sengkang
Kuat geser beton:
1
𝑉𝑐 = ∙ √𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑
6
b. Menghitung Jarak Smaks, diambil dari nilai dibawah ini:
𝑑
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 1 = = 𝑚𝑚
2
1
Jika Vs > 3 ∙ √𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑

Maka nilai Smaks ditentukan dengan rumus :

7
𝑑
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 2 = = 𝑚𝑚
4
c. Kedua nilai Smaks di atas, tidak boleh lebih besar dari:
𝜋 ∙ (Φ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔)2
2∙[ ]
2
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 3 ∙ ∙ 𝑓𝑦
𝑏𝑤
Smaks yang terjadi= diambil angka terbesar dari Smaks 1 dan Smaks 2
Maka Sperlu = yang mendekati Smaks yang terjadi

3.5 Menghitung Perencanaan Tangga


 Ketentuan-Ketentuan Tangga
 Perbedaan ketinggian antara dua lantai = (lantai 1) cm
 Tinggi Optrede = 20 cm
 Menentukan Antrede sesuai dengan syarat tangga yaitu 55 – 65 cm
 2 x optrade + antrede = 65 cm
 2 x 20 + antrede = 65 cm
 Antrede = 65 – 2 x 20 (tinggi optrede) = 25 cm
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐿𝑡.1
 Jumlah Optrede = = buah
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑜𝑝𝑡𝑟𝑒𝑑𝑒
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐿𝑡.1
 Jumlah Antrede = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑜𝑝𝑡𝑟𝑒𝑑𝑒 − 1 = buah

 Tebal pelat tangga dan bordes = 12 cm


 Lebar tangga = 2 x 100 = 200 cm
 Pembebanan Tangga:
Beban Mati
 Berat sendiri plat tangga = tebal plat x 1 x Jumlah Optrede
 Anak tangga
= ½ x (Antrede/100) x (Tinggi Optrede/100) x 1 x 15
100
Untuk 1 m terdapat anak tangga 𝐴𝑛𝑡𝑟𝑒𝑑𝑒 = 4 𝑏𝑢𝑎ℎ

Maka 4 x 0,63
 Keramik + Spesi
Tegel keramik 1,5 cm = 0,015 x 21
Spesi 0,5 cm = 0,005 x 17
Untuk 1 anak tangga

7
= (Antrede/100) + (Tinggi Optrede/100) x 1 x Tegel Keramik x Spesi
 Berat Sandaran
Berat sandaran = 2,5 KN/m
Beban Hidup
= 2,5 x 1 = 2,5 KN/m
Beban tangga terfaktor (Wu1) = 1,2 Wmati + 1,6 Whidup
Pembebanan Bordes:
Beban Mati
 Plat Bordes = tebal plat x 1 x Jumlah Optrede
 Tegel keramik 0,5 cm = 0,005 x 21
 Spesi 1,5 cm = 0,015 x 17
Beban Hidup
= 2,5 x 1 = 2,5 KN/m
 Beban bordes terfaktor (Wu2) = 1,2 Wmati + 1,6 Whidup
Buatlah tabel resume Wu1 dan Wu2 untuk memudahkan melihat beban
Lalu masukkan pada SAP
Sebelumnya kita harus mengetahui jarak anak tangga bawah sampai bordes
kareni itu adalah pengantar dalam penggambaran di SAP, seperti di bawah
ini:
4

2 3

Gambar 8. Penggambaran Tangga di AutoCAD


Selanjutnya mulai penggambaran di aplikasi SAP, dan didapatkan hasil
sebagai berikut:

7
Wu1

Wu2

Wu1 2 3

Gambar 9. Distribusi Beban Tangga


E = 2x106 KN/m2
I = 2x104 m
F = 0,18 m2
F = 0,225 m2
 Perhitungan Penulangan Konstruksi Tangga
a. Penulangan Pelat Tangga
Tebal Plat lantai (h) = sesuai perencanaan
Фtul yang digunakan = sesuaikan dengan perencanaan
Tinggi selimut beton (P) = 20 mm
Tinggi efektif plat (d) = h – P – ½ x Фtul
Lebar plat (b) = 200 cm = 2000 mm
Mu = Mmaks = didapat hasil momen dari SAP
Syarat untuk momen : 𝜌𝑚𝑖𝑛 < 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑎𝑘
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
0,85 ∙ 𝛽1 ∙ 𝑓𝑐 600
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 = ( )
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 ∙ 𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒
Menghitung ρperlu :
𝑀𝑢
𝑅𝑛 =
𝛷 ∙ 𝑏 ∙ 𝑑2
0,85 ∙ 𝑓𝑐 2 ∙ 𝑅𝑛
𝜌= ∙ (1 − )
𝑓𝑦 0,85 ∙ 𝑓𝑐
ρ > ρmin

7
maka digunakan = ρ
As = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑 = 𝑚𝑚2
Maka digunakan perencanaan tulangan berapa buah dan diameter berapa =
luas tulangan ini harus lebih besar dari As
𝐴𝑠 ∙ 𝑓𝑦
𝑎= = 𝑚𝑚
0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤
ФMn = Ф x As x fy x (d – 1/2 a)  ФMn > Mu ….OK!
b. Penulangan Pelat Bordes
Tebal Plat lantai (h) = sesuai perencanaan
Фtul yang digunakan = sesuaikan dengan perencanaan
Tinggi selimut beton (P) = 20 mm
Tinggi efektif plat (d) = h – P – ½ x Фtul
Lebar plat (b) = 200 cm = 2000 mm
Mu = Mmaks = didapat hasil momen dari SAP
Syarat untuk momen : 𝜌𝑚𝑖𝑛 < 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑎𝑘
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
0,85 ∙ 𝛽1 ∙ 𝑓𝑐 600
𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 = ( )
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 ∙ 𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒
Menghitung ρperlu :
𝑀𝑢
𝑅𝑛 =
𝛷 ∙ 𝑏 ∙ 𝑑2
0,85 ∙ 𝑓𝑐 2 ∙ 𝑅𝑛
𝜌= ∙ (1 − )
𝑓𝑦 0,85 ∙ 𝑓𝑐
ρ > ρmin
maka digunakan = ρ
As = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 ∙ 𝑏𝑤 ∙ 𝑑 = 𝑚𝑚2
Diperlukan Jarak:
𝜋
∙ 𝑏 ∙ Φ𝑡𝑢𝑙 2
𝑠=( 4 )
𝐴𝑠. 𝑙𝑥

Dipakai tulangan Ф – Jarak

7
Maka digunakan perencanaan tulangan berapa buah dan diameter berapa =
luas tulangan ini harus lebih besar dari As
𝐴𝑠 ∙ 𝑓𝑦
𝑎= = 𝑚𝑚
0,85 ∙ 𝑓𝑐 ∙ 𝑏𝑤
ФMn = Ф x As x fy x (d – 1/2 a)  ФMn > Mu ….OK!

7
BAB IV

PERHITUNGAN KONSTRUKSI

BETON BERTULANG

Gambar 4.1 Denah atap dan lantai


Diketahui :
L1 = 0.7 m L6 =3m
L2 = 2.5 m H1 = 2.5 m
L3 = 4.5 m H2 = 2.5 m
L4 =5m fc’ = 30 MPa
L5 = 4.5 m fy = 400 MPa

7
4.1 Perencanaan Dimensi Atap dan Lantai
4.1.1 Perencanaan Dimensi Balok Atap dan Balok

Gambar 4.2 Denah balok atap dan lantai


Balok kantilever
1
o h1=h4=h8=h11=h15=h18=h22=h25 = 8 𝑥𝐿1
1
= 𝑥 70 = 8.75 ≈ 15 𝑐𝑚
8
2
a1=a4=a8=a11=a15=a18=a22=a25 = 3 𝑥ℎ
2
= 𝑥 8.75 = 5.83 ≈ 10 𝑐𝑚
3
1
b1=b4=b8=b11=b15=b18=b22=b25 = 2 𝑥𝑎
1
= 2
𝑥 10 = 5 ≈ 10 𝑐𝑚

Gambar 4.3 Balok kantilever

7
Balok biasa
1
o h2=h9=h16=h23 = 14 𝑥𝐿2
1
= 𝑥 250 = 17.86 ≈ 20 𝑐𝑚
14
1
b2=b9=b16=b23 = 2 𝑥ℎ
1
= 𝑥 17.86 = 8.93 ≈ 10 𝑐𝑚
2
1
o h3=h10=h17=h24 = 14 𝑥𝐿3
1
= 𝑥 450 = 32.14 ≈ 35 𝑐𝑚
14

1
b3=b10=b17=b24 = 𝑥ℎ
2
1
= 𝑥 32.14 = 16.07 ≈ 20 𝑐𝑚
2
1
o h19=h20=h21 = 14 𝑥𝐿4
1
= 𝑥 500 = 35.71 ≈ 40 𝑐𝑚
14
1
b19=b20=b21= 2 𝑥ℎ
1
= 𝑥 35.71 = 17.855 ≈ 20 𝑐𝑚
2
1
o h12=h13=h14 = 14 𝑥𝐿5
1
= 𝑥 450 = 32.14 ≈ 35 𝑐𝑚
14
1
b12=b13=b14 = 2 𝑥ℎ
1
= 𝑥 32.14 = 16.07 ≈ 20 𝑐𝑚
2
1
o h5=h6=h7 = 14 𝑥𝐿6
1
= 𝑥 300 = 21.43 ≈ 25 𝑐𝑚
14
1
b5=b6=b7 = 2 𝑥ℎ
1
= 𝑥 21.43 = 10.715 ≈ 15 𝑐𝑚
2

7
Tabel 4.1 Resume dimensi balok
Balok Dimensi (cm) Balok Dimensi (cm) Balok Dimensi (cm)
1 15 x 10 10 35 x 20 19 40 x 20
2 20 x 10 11 15 x 10 20 40 x 20
3 35 x 20 12 35 x 20 21 40 x 20
4 15 x 10 13 35 x 20 22 15 x 10
5 25 x 15 14 35 x 20 23 20 x 10
6 25 x 15 15 15 x 10 24 35 x 20
7 25 x 15 16 20 x 10 25 15 x 10
8 15 x10 17 35 x 20
9 20 x10 18 15 x10

4.1.2 Perencanaan kolom Plat Atap dan Plat Lantai

Gambar 4.4 Denah kolom

b1 = 5 cm
1 1 2 2
b2 = 10 cm
5
5 b5 = 15 cm

7
k1= b5 + (2 x 5)
= 15 + 10 = 25 cm

2 1 2 3 b2 = 10 cm
b3 = 20 cm
5
6 b6 = 15 cm
k2= b3 + (2 x 5)
= 20 + 10 = 30 cm

3 1 2 4 b3 = 20 cm
b4 = 5 cm
5
7 b7 = 15 cm
k3= b3 + (2 x 5)

5 = 20 + 10 = 30 cm

b5 = 15 cm b12 = 20 cm
8 9
b8 = 5 cm b9 = 10 cm

12 k4= b12 + (2 x 5)

6 = 20 + 10 = 30 cm

b6 = 15 cm b10 = 20 cm
9 10
b9= 10 cm b13 = 20 cm

13 k5= b10/b13 + (2 x 5)
2
7 = 20 + 10 = 30 cm

b7 = 15 cm b11 = 5 cm
10 11
b10 = 10 cm b14 = 20 cm

14 k6 = b12 + (2 x 5)
2
12 = 20 + 10 = 30 cm

b12 = 20 cm b16 = 10 cm
15 16
b15 = 5 cm b19 = 20 cm

19 k7 = b12/b19 + (2 x 5)
2
13 = 20 + 10 = 30 cm

7
b13 = 20 cm b17 = 20 cm
16 17
b16 = 10 cm b20 = 20 cm

20 k8 = b13/b20 + (2 x 5)
14 = 20 + 10 = 30 cm

b14 = 20 cm b18 = 20 cm
17 18
b17 = 20 cm b21 = 5 cm

21 k9 = b14/b17/b21 + (2 x 5)
19 = 20 + 10 = 30 cm

b19 = 20 cm
22 23
b22 = 5 cm
b23 = 10 cm

k10 = b19 + (2 x 5)
20 = 20 + 10 = 30 cm

b20 = 20 cm
23 24
b23 = 10 cm
b24 = 20 cm

k11 = b20/b24 + (2 x 5)
21 = 20 + 10 = 30 cm

b21 = 20 cm
24 25
b24 = 20 cm
b25 = 5 cm

k12 = b12/b24 + (2 x 5)
= 20 + 10 = 30 cm

7
Tabel 4.2 Resume kolom
Kolom Dimensi (cm) Kolom Dimensi (cm)
1 25 x25 7 30 x 30
2 30 x 30 8 30 x 30
3 30 x 30 9 30 x 30
4 30 x 30 10 30 x 30
5 30 x 30 11 30 x 30
6 30 x 30 12 30 30

4.2 Perencanaan Pelat Atap dan Lantai


Diketahui :

Segmen A1, lx = 700 mm Segmen C2, lx = 4500 mm

ly =3000 mm ly = 4500 mm

Segmen B1, lx = 2500 mm Segmen A5, lx = 700 mm

ly = 3000 mm ly = 4500 mm

Segmen C1, lx = 3000 mm Segmen A3, lx = 700 mm

ly = 4500 mm ly = 5000 mm

Segmen A4, lx = 700 mm Segmen B3, lx = 2500 mm

ly = 3000 mm ly = 5000 mm

Segmen A2, lx = 700 mm Segmen C3, lx = 4500 mm

ly = 4500 mm ly = 5000 mm

Segmen B2, lx = 2500 mm Segmen A6, lx = 700 mm

ly = 4500 mm ly = 5000 mm

Contoh perhitungan segmen A1

lx : 700 mm

ly : 3000 mm

Fy : 400 MPa

7
β : 4.29

𝑓𝑦 400
ly (0.8 + ) 3000 (0.8 + )
1500 1500
ℎ𝑚𝑖𝑛 ≥ = = 42.91
36 + 9𝛽 36 + 9 (4.29)
𝑓𝑦 400
ly (0.8 + ) 3000 (0.8 + )
1500 1500 = 88.89
ℎ𝑚𝑎𝑘𝑠 ≤ =
36 36
diambil h desain = 120 mm

cek : hmin ≤ h desain ……OK!

Resume tebal pelat tiap segmen sebagai berikut :

Tabel 4.1 Resume Tebal Pelat


Tebal Pelat h (mm) h desain h fix
Pelat Ly (m) Lx (m) β
min max (mm) (mm)
A1 3.00 0.70 4.29 42.91 88.89 100 120
B1 3.00 2.50 1.20 68.38 88.89 100 120
C1 4.50 3.00 1.50 96.97 133.33 120 120
A4 3.00 0.70 4.29 42.91 88.89 100 120
A2 4.50 0.70 6.43 51.14 133.33 120 120
B2 4.50 2.50 1.80 91.95 133.33 120 120
C2 4.50 4.50 1.00 106.67 133.33 120 120
A5 4.50 0.70 6.43 51.14 133.33 100 120
A3 5.00 0.70 7.14 53.18 148.15 100 120
B3 5.00 2.50 2.00 98.77 148.15 120 120
C3 5.00 4.50 1.11 115.94 148.15 120 120
A6 5.00 0.70 7.14 53.18 148.15 100 120

4.2.2 Menghitung Beban


1. Pembebanan Pelat Lantai
1) Beban Mati (DL)
Berat Sendiri : 0.12 m x 24 KN/m³ = 2.88 KN/m2

Adukan 2cm : 0.02 m x 21 KN/ m³ = 0.42 KN/m2

Tegel Keramik 0.5 cm : 0.005 m x 17 KN/ m³ = 0.085 KN/m2

Plafond : 0.18 KN/m2

ME : 0.25 KN/m2 +

7
∑ DL
: 3.815 KN/m2

2) Beban Hidup (LL)


Bangunan : 2.5 KN/m2

3) Beban Rencana (Wu)


1.2 DL + 1.6 LL = 1.2 (3.815) + 1.6 (2.5) = 8.578 KN/m2

2. Pembebanan Pelat Atap


1) Beban Mati (DL)
Berat Sendiri : 0.1 m x 24 KN/m³ = 2.4 KN/m2

Lapisan Aspal 0.5 cm : 0.005 m x 14 KN/m³ = 0.07 KN/m2

Plafond : 0.18 KN/m2

ME : 0.25 KN/m2 +

∑ DL
: 2.9 KN/m2

b) Beban Hidup (LL)


Bangunan : 1 KN/m2

Air hujan : 0.5 KN/m2 +

∑ LL
: 1.5 KN/m2

c) Beban Rencana (Wu)


1.2 DL + 1.6 LL = 1.2 (2.9) + 1.6 (1.5) = 5.88 KN/m2

7
Gambar 4.2 Tipe Balok
4.2.3 Pembebaban Equvalent Pelat

Contoh Perhitungan A1 dan A2

Pelat Lantai

 Beban Mati
Wu : 3.815 KN/m2
1
Q equivalent Segitiga A1 : 3x Wu x (lx) x 2
1
= 3 x 3.815 x (0.7) x 2

= 1.780 KN/m
1 𝑙𝑥
Q equivalent Trapesium A2 : 6 x Wu x (lx) x (3 - (𝑙𝑦)2)

1 0.7
= 6 x 3.815 x (0.7) x (3 - ( 3 )2)

= 1.311 KN/m

 Beban Hidup
Wu : 2.5 KN/m2

7
1
Q equivalent Segitiga A1 : 3x Wu x (lx) x 2
1
= 3 x 2.5 x (0.7) x 2

= 1.167 KN/m
1 𝑙𝑥
Q equivalent Trapesium A2 : 6 x Wu x (lx) x (3 - (𝑙𝑦)2)

1 0.7
= 6 x 2.5 x (0.7) x (3 - ( 3 )2)

= 0.859 KN/m
Pelat Atap

 Beban Mati
Wu : 2.9 KN/m2
1
Q equivalent Segitiga P1 : 3x Wu x (lx) x 2
1
= 3 x 2.9 x (0.7) x 2

= 1.353 KN/m
1 𝑙𝑥
Q equivalent Trapesium A2 : 6 x Wu x (lx) x (3 - (𝑙𝑦)2)

1 0.7
= 6 x 2.9 x (0.7) x (3 - ( 3 )2)

= 0.997 KN/m

 Beban Hidup
Wu : 1.5 KN/m2
1
Q equivalent Segitiga A1 : 3x Wu x (lx) x 2
1
= 3 x 1.5 x (0.7) x 2

= 0,7 KN/m
1 𝑙𝑥
Q equivalent Trapesium A2 : 6 x Wu x (lx) x (3 - (𝑙𝑦)2)

1 0.7
= 6 x 1.5 x (0.7) x (3 - ( 3 )2)

= 0.515 KN/m

7
Tabel 4.2 Resume Pembebanan Equivalent Pelat Atap dan Lantai
Perhitungan Ekuivalensi Pembebanan Beban Mati (DL) Menjadi Beban Persegi
Pelat Lantai

Balok Bentuk Beban lx (m) ly (m) q DL (KN/m²) q eq (KN/m)


A1 2S 0.70 3.815 1.780
A2 T 0.70 3 3.815 1.311
A3 2S 0.70 3.815 1.780
A4 T 0.70 3 3.815 1.311
A5 2S 0.70 3.815 1.780
A6 T 0.70 5 3.815 1.327
B7 2S 2.50 3.815 6.358
B8 2T 2.50 3 3.815 7.330
B9 2S 2.50 3.815 6.358
B10 2T 2.50 4.5 3.815 8.556
B11 2S 2.50 3.815 6.358
B12 2T 2.50 5 3.815 8.743
C13 2S 3 3.815 7.630
C14 2T 3 4.5 3.815 9.749
C15 4S 4.5 3.815 22.890
C16 2S 4.5 3.815 11.445
C17 2T 4.5 5 3.815 12.532
A18 2S 0.7 3.815 1.780
A19 T 0.7 3 3.815 1.311
A20 2S 0.7 3.815 1.780
A21 T 0.7 4.5 3.815 1.324
A22 2S 0.7 3.815 1.780
A23 T 0.7 5 3.815 1.327

Perhitungan Ekuivalensi Pembebanan Beban Hidup (LL) Menjadi Beban Persegi


Pelat Lantai

Balok Bentuk Beban lx1 (m) ly (m) q DL (KN/m²) q eq (KN/m)


A1 2S 0.70 2.5 1.167
A2 T 0.70 3 2.5 0.859
A3 2S 0.70 2.5 1.167
A4 T 0.70 3 2.5 0.859
A5 2S 0.70 2.5 1.167
A6 T 0.70 5 2.5 0.869
B7 2S 2.50 2.5 4.167
B8 2T 2.50 3 2.5 4.803
B9 2S 2.50 2.5 4.167
B10 2T 2.50 4.5 2.5 5.607
B11 2S 2.50 2.5 4.167
B12 2T 2.50 5 2.5 5.729
C13 2S 3.00 2.5 5.000
C14 2T 3.00 4.5 2.5 6.389
C15 4S 4.50 2.5 15.000
C16 2S 4.50 2.5 7.500
C17 2T 4.50 5 2.5 8.213
A18 2S 0.70 2.5 1.167
A19 T 0.70 3 2.5 0.859
A20 2S 0.70 2.5 1.167
A21 T 0.70 4.5 2.5 0.868
A22 2S 0.70 2.5 1.167
A23 T 0.70 5 2.5 0.869

7
Perhitungan Ekuivalensi Pembebanan Beban Mati (DL) Menjadi Beban Persegi
Pelat Atap

Balok Bentuk Beban lx (m) ly (m) q DL (KN/m²) q eq (KN/m)


A1 2S 0.70 2.9 1.353
A2 T 0.70 3 2.9 0.997
A3 2S 0.70 2.9 1.353
A4 T 0.70 3 2.9 0.997
A5 2S 0.70 2.9 1.353
A6 T 0.70 5 2.9 1.008
B7 2S 2.50 2.9 4.833
B8 2T 2.50 3 2.9 5.572
B9 2S 2.50 2.9 4.833
B10 2T 2.50 4.5 2.9 6.504
B11 2S 2.50 2.9 4.833
B12 2T 2.50 5 2.9 6.646
C13 2S 3.00 2.9 5.800
C14 2T 3.00 4.5 2.9 7.411
C15 4S 4.50 2.9 17.400
C16 2S 4.50 2.9 8.700
C17 2T 4.50 5 2.9 9.527
A18 2S 0.70 2.9 1.353
A19 T 0.70 3 2.9 0.997
A20 2S 0.70 2.9 1.353
A21 T 0.70 4.5 2.9 1.007
A22 2S 0.70 2.9 1.353
A23 T 0.70 5 2.9 1.008

Perhitungan Ekuivalensi Pembebanan Beban Hidup (LL) Menjadi Beban Persegi


Pelat Atap

Balok Bentuk Beban lx (m) ly (m) q DL (KN/m²) q eq (KN/m)


A1 2S 0.70 1.5 0.700
A2 T 0.70 3 1.5 0.515
A3 2S 0.70 1.5 0.700
A4 T 0.70 3 1.5 0.515
A5 2S 0.70 1.5 0.700
A6 T 0.70 5 1.5 0.522
B7 2S 2.50 1.5 2.500
B8 2T 2.50 3 1.5 2.882
B9 2S 2.50 1.5 2.500
B10 2T 2.50 4.5 1.5 3.364
B11 2S 2.50 1.5 2.500
B12 2T 2.50 5 1.5 3.438
C13 2S 3.00 1.5 3.000
C14 2T 3.00 4.5 1.5 3.833
C15 4S 4.50 1.5 9.000
C16 2S 4.50 1.5 4.500
C17 2T 4.50 5 1.5 4.928
A18 2S 0.70 1.5 0.700
A19 T 0.70 3 1.5 0.515
A20 2S 0.70 1.5 0.700
A21 T 0.70 4.5 1.5 0.521
A22 2S 0.70 1.5 0.700
A23 T 0.70 5 1.5 0.522

7
4.3 Perencanaan Tulangan Atap dan Lantai

Gambar 4.4 Denah Segmen Pelat

 Penentuan pelat satu arah/dua arah


𝑙𝑦 3
Segmen A1 : 𝑙𝑥 = = 4.28 (pelat satu arah)
0.7
𝑙𝑦 4.5
Segmen A2 : 𝑙𝑥 = = 6.43 (pelat satu arah)
0.7
𝑙𝑦 5
Segmen A3 : 𝑙𝑥 = = 7.14 (pelat satu arah)
0.7
𝑙𝑦 3
Segmen A4 : 𝑙𝑥 = = 4.28 (pelat satu arah)
0.7
𝑙𝑦 4.5
Segmen A5 : 𝑙𝑥 = = 6.43 (pelat satu arah)
0.7
𝑙𝑦 5
Segmen A6 : 𝑙𝑥 = = 7.14 (pelat satu arah)
0.7
𝑙𝑦 3
Segmen B1 : 𝑙𝑥 = = 1.2 (pelat dua arah)
2.5
𝑙𝑦 4.5
Segmen B2 : 𝑙𝑥 = = 1.8 (pelat dua arah)
2.5
𝑙𝑦 5
Segmen B3 : 𝑙𝑥 = =2 (pelat dua arah)
2.5
𝑙𝑦 4.5
Segmen C1 : 𝑙𝑥 = = 1.5 (pelat dua arah)
3
𝑙𝑦 4.5
Segmen C2 : 𝑙𝑥 = 4.5
=1 (pelat dua arah)

7
4.3.1 Perencanaan tulangan atap dan lantai

Berikut contoh perhitungan untuk penulangan pelat lantai :

 Segmen A1 (pelat satu arah)


Diketahui : Wu = 8.578 KN/m2
lx = 0.7 m
ly = ln = 3 m
a. Mencari momen pada tumpuan
1
𝑀𝑢 = 𝑥 𝑊𝑢 𝑥 𝑙𝑛²
16
1
= 𝑥 8.578 𝑥 3²
16

= 4.825 𝐾𝑁/𝑚

b. Hitung Tulangan
β₁, jika fc ≤ 30 MPa maka 0.85
Diketahui : fc = 30 MPa
jika fc > 30 MPa maka
fy = 400 MPa
0.85 – 0.008 x (fc-30)

ρ min = 0.0018 mm ( SK-SNI)

0.85 𝑥 β 𝑥 𝑓𝑐′ 600


ρ bal = x 600+𝑓𝑦 Peraturan SNI untuk ρ min
𝑓𝑦

fy = 240 MPa → ρmin = 0.0025


0.85 𝑥 0.85 𝑥 30 600
= x 600+400 = 0.033
400 fy = 400 MPa → ρmin = 0.0018
ρ max = 0.75 x ρ bal
= 0.75 x 0.033 = 0.025
c. Mencari ρ perlu
Diketahui : Mu = 4.825 KN.m
𝑀𝑢 4.825
𝑀𝑛 = = = 6.031 𝐾𝑁. 𝑚 = 6031406 𝑁. 𝑚𝑚
ØMn 0.8
Diketahui : h = 120 mm
selimut beton (deging) = 20 mm
diameter rencana = 10 mm
b (lebar pelat) = 1000 mm
1
tinggi efektif (d) = 120 − 20 − 2 𝑑

7
1
= 120 − 20 − 𝑥 10
2
= 95 𝑚𝑚
𝑀𝑛 6031000
𝑅𝑛 = =
𝑏𝑑² 1000(95)²
= 0.668
𝑓𝑦
𝑚=
0.85 𝑥 𝑓𝑐
400
=
0.85 𝑥 30
= 15.686

1 2 𝑥 𝑅𝑛 𝑥 𝑚
ρ perlu = 𝑥 (1 − √1 − ))
𝑚 𝑓𝑦

1 2 𝑥 0.668 𝑥 15.686
= 𝑥 (1 − √1 − ))
15.686 400
1
= 15.686 𝑥 (1 − 0.973)

= 0.0017
Didapat ρ perlu < ρ min
 Jika ρ perlu > ρ min
maka digunakan ρ min = 0.0018
maka digunakan ρ perlu
𝐴𝑠 = ρxbxd  Jika ρ perlu > ρ min
= 0.0018 𝑥 1000 𝑥 95 maka digunakan ρ min
= 171 mm²
1
𝐴𝑠 Ø = 𝑥 π x d²
4
1
= 𝑥 3.14 𝑥 (10)²
4
= 78.5 𝑚𝑚²
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
Jumlah tulangan (n) = 𝐴𝑠 Ø

171
=
78.5
= 2.18 ≈ 3 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
1000
Spasi tulangan = = 333.33 ≈ 300 𝑚𝑚
3

⸫ Maka digunakan ϕ 10 – 300 mm

7
d. Tulangan pembagi
0.25 𝑏ℎ
fy = 240 MPa → As = 100
0.18 𝑏ℎ
fy = 400 MPa → As = 100
0.18 𝑥 1000 𝑥 120
As = 100

= 216 𝑚𝑚²
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
n = 𝐴𝑠 Ø
216
= 78.5 = 2.75 ≈ 3 𝑏𝑢𝑎ℎ
1000
Spasi tulangan = = 333.33 𝑚𝑚 ≈ 300 𝑚𝑚
3

⸫ maka digunakan Ø 10 – 300 mm


e. Kontrol d
1000
𝑥 𝐴𝑠 Ø > As perlu
𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
1000
𝑥 78.5 > 216
300
261.67 > 216 ……. Ok

 Segmen B1 (pelat dua arah)


Kasus yang diambil untuk segmen B1 adalah kasus VI B
Diketahui : Wu = 8.578 KN/m2
lx = 2,5 m
ly =3m
𝑙𝑦
β (𝑙𝑥 ) = 1.2

fc’ = 30 MPa
fy = 400 MPa
Ø = 10 mm, 12 mm
Deging = 20 mm
h = 120 mm
d (tinggi efektik) = h – deging – (0.5 x diameter rencana) mm
= 120 – 20 – (0.5 x 10) = 95 mm
ρ min = 0.0018 mm ( SK-SNI)

7
0.85 𝑥 β 𝑥 𝑓𝑐′ 600
ρ bal = x 600+𝑓𝑦
𝑓𝑦
0.85 𝑥 0.85 𝑥 30 600
= x 600+400 = 0.033
400

ρ max = 0.75 x ρ bal


= 0.75 x 0.033= 0.025
a. Perhitungan tulangan lapangan arah x :
X = 32, karena nilai β = 1.2
q = Wu = 8.578 KN/m²
lx = 2.5 m
Mu = 0.001 x q x (lx)2 x X
= 0.001 x 8.578 x (2,5)2 x 32
= 1.7156 KN.m
= 1715600 N.mm

Mencari ρ perlu

Mu = 1715600 N.mm

𝑀𝑢
Mn = Ø

1715600
= = 2144500 𝑁. 𝑚𝑚
0.8

𝑀𝑛 2144500
𝑅𝑛 = =
𝑏𝑑² 1000(95)²
= 0.238
𝑓𝑦
𝑚 =
0.85 𝑥 𝑓𝑐

400
= = 15.686
0.85 𝑥 30

1 2 𝑥 𝑅𝑛 𝑥 𝑚
ρ perlu = 𝑥 (1 − √1 − ))
𝑚 𝑓𝑦

1 2 𝑥 0.238 𝑥 15.686
= 𝑥 (1 − √1 − ))
15.686 400

= 0.0006
ρ perlu = 0.0018 (ρ perlu < ρ min )

7
As perlu =ρxbxd
= 0.0018 x 1000 x 95 = 171 mm2
Trial menggunakan tulangan Ø10
1
As perlu =4 x π x 102 = 78.5 mm2
As perlu 171
Jumlah tulangan (n) : = 78.5 = 2.18 ≈ 3 tulangan
As Ø
1000 1000
Spasi tulangan : = = 333.33 𝑚𝑚 ≈ 300 𝑚𝑚
𝑛 3

⸫ maka digunakan Ø10 – 300 mm


Kontrol d :
Kontrol tulangan
1000
𝑥 𝐴𝑠 Ø > 𝐴𝑠 perlu
𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
1000
𝑥 78.5 > 171
300

216.67 > 171 ………OK!


b. Perhitungan tulangan lapangan arah y :
X = 19, karena nilai β = 1.2
q = Wu = 8.578 KN/m²
lx = 2.5 m
Mu = 0.001 x q x (lx)2 x X
= 0.001 x 8.578 x (2,5)2 x 19
= 1,018638 Kn.m
= 1018638 N.mm

Mencari ρ perlu

Mu = 1018638 N.mm

𝑀𝑢
Mn =
Ø

1018638
= = 1273297 𝑁. 𝑚𝑚
0.8

𝑀𝑛 1273297
𝑅𝑛 = =
𝑏𝑑² 1000(95)²
= 0.141

7
𝑓𝑦
𝑚 =
0.85 𝑥 𝑓𝑐

400
= = 15.686
0.85 𝑥 30

1 2 𝑥 𝑅𝑛 𝑥 𝑚
ρ perlu = 𝑥 (1 − √1 − ))
𝑚 𝑓𝑦

1 2 𝑥 0.141 𝑥 15.686
= 𝑥 (1 − √1 − ))
15.686 400

= 0.0004
ρ perlu = 0.0018 (ρ perlu < ρ min )
As perlu =ρxbxd
= 0.0018 x 1000 x 95 = 171 mm2
Trial menggunakan tulangan Ø10
1
As perlu =4 x π x 102 = 78.5 mm2
As perlu 171
Jumlah tulangan (n) : = 78.5 = 2.18 ≈ 3 tulangan
As Ø
1000 1000
Spasi tulangan : = = 333.33 𝑚𝑚 ≈ 300 𝑚𝑚
𝑛 3

⸫ maka digunakan Ø10 – 300 mm


Kontrol d :
Kontrol tulangan
1000
𝑥 𝐴𝑠 Ø > 𝐴𝑠 perlu
𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
1000
𝑥 78.5 > 171
300

216.67 > 171 ………OK!


c. Perhitungan tulangan tumpuan arah x :
X = 71, karena nilai β = 1.2
q = Wu = 8.578 KN/m²
lx = 2.5 m
Mu = 0.001 x q x (lx)2 x X
= 0.001 x 8.578 x (2.5)2 x 71
= 3.806488 Kn.m
= 3806488 N.mm

Mencari ρ perlu

7
Mu = 3806488 N.mm

𝑀𝑢
Mn = Ø

3806488
= = 4758109 𝑁. 𝑚𝑚
0.8

𝑀𝑛 4758109
𝑅𝑛 = =
𝑏𝑑² 1000(95)²
= 0.527
𝑓𝑦
𝑚 =
0.85 𝑥 𝑓𝑐

400
= = 15.686
0.85 𝑥 30

1 2 𝑥 𝑅𝑛 𝑥 𝑚
ρ perlu = 𝑥 (1 − √1 − ))
𝑚 𝑓𝑦

1 2 𝑥 0.527 𝑥 15.686
= 𝑥 (1 − √1 − ))
15.686 400

= 0.0013
ρ perlu = 0.0018 (ρ perlu < ρ min )
As perlu =ρxbxd
= 0.0018 x 1000 x 95 = 171 mm2
Trial menggunakan tulangan Ø10
1
As perlu =4 x π x 102 = 78.5 mm2
As perlu 171
Jumlah tulangan (n) : = 78.5 = 2.18 ≈ 3 tulangan
As Ø
1000 1000
Spasi tulangan : = = 333.33 𝑚𝑚 ≈ 300 𝑚𝑚
𝑛 3

⸫ maka digunakan Ø10 – 300 mm


Kontrol d :
Kontrol tulangan
1000
𝑥 𝐴𝑠 Ø > 𝐴𝑠 perlu
𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
1000
𝑥 78.5 > 171
300

216.67 > 171 ………OK!

7
d. Perhitungan tulangan tumpuan arah y :
X = 57, karena nilai β = 1.2
q = Wu = 8.578 KN/m²
lx = 2.5 m
Mu = 0.001 x q x (lx)2 x X
= 0.001 x 8.578 x (2,5)2 x 57
= 3.055913 Kn.m
= 3055913 N.mm

Mencari ρ perlu

Mu = 3055913 N.mm

𝑀𝑢
Mn = Ø

3055913
= = 3819891 𝑁. 𝑚𝑚
0.8

𝑀𝑛 3819891
𝑅𝑛 = =
𝑏𝑑² 1000(95)²
= 0.423
𝑓𝑦
𝑚 =
0.85 𝑥 𝑓𝑐

400
= = 15.686
0.85 𝑥 30

1 2 𝑥 𝑅𝑛 𝑥 𝑚
ρ perlu = 𝑥 (1 − √1 − ))
𝑚 𝑓𝑦

1 2 𝑥 0.423 𝑥 15.686
= 𝑥 (1 − √1 − ))
15.686 400

= 0.0011
ρ perlu = 0.0018 (ρ perlu < ρ min )
As perlu =ρxbxd
= 0.0018 x 1000 x 95 = 171 mm2
Trial menggunakan tulangan Ø10

7
1
As perlu =4 x π x 102 = 78.5 mm2
As perlu 171
Jumlah tulangan (n) : = 78.5 = 2.18 ≈ 3 tulangan
As Ø
1000 1000
Spasi tulangan : = = 333.33 𝑚𝑚 ≈ 300 𝑚𝑚
𝑛 3

⸫ maka digunakan Ø10 – 300 mm


Kontrol d :
Kontrol tulangan
1000
𝑥 𝐴𝑠 Ø > 𝐴𝑠 perlu
𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
1000
𝑥 78.5 > 171
300

216.67 > 171 ………OK!

Dilakukan cara yang sama untuk perhitungan pelat atap dan didapat
hasil perhitungan dalam tabelaris berikut :

7
Tabel 4.4 Tabel Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Lantai
PERHITUNGAN TULANGAN PELAT LANTAI
Wu/q ln/lx Mu Mn As As
Model M X Rn ρ min ρ perlu n n design Tulangan Kontrol Tulangan Pembagi Kontrol
(KN/m²) (m) (N.mm) (N.mm) (mm²) (mm²)
1
A1 (pelat satu arah) X xWu xln² 8.578 3 4825125 6031406 0.668 0.0018 0.0017 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67 OK
16
1
A2 (pelat satu arah) X xWu xln² 8.578 4.5 10856531 13570664 1.536 0.0018 0.0040 372.499 2.18 3 Ø 12.00 - 300 376.80 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67 OK
16 =
1
A3 (pelat satu arah) X xWu xln² 8.578 5 13403125 16753906 1.896 0.0018 0.0049 463.5084 2.18 3 Ø 12.00 - 200 = 565.20 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67 OK
16
1
A4 (pelat satu arah) X xWu xln² 8.578 3 4825125 6031406 0.668 0.0018 0.0017 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67 OK
16
A5 (pelat satu arah) X xWu xln² 1 8.578 4.5 10856531 13570664 1.536 0.0018 0.0040 372.4994 2.18 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67 OK
16
1 3
A6 (pelat satu arah) X xWu xln² 8.578 5 13403125 16753906 1.896 0.0018 0.0049 463.5084 2.18 Ø 12.00 - 200 = 565.20 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67 OK
16
Mlx = 0,001.qlx².X 32 1715600 2144500 0.238 0.0018 0.0006 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 19 1018638 1273297 0.141 0.0018 0.0004 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
B1 (VI B) 8.578 2.5
Mtx = 0,001.qlx².X 71 3806488 4758109 0.527 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 3055913 3819891 0.423 0.0018 0.0011 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 40 2144500 2680625 0.297 0.0018 0.0007 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 13 696963 871203 0.097 0.0018 0.0002 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
B2 (II) 8.578 2.5
Mtx = 0,001.qlx².X 82 4396225 5495281 0.609 0.0018 0.0015 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 3055913 3819891 0.423 0.0018 0.0011 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 32 1715600 2144500 0.238 0.0018 0.0006 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 19 1018638 1273297 0.141 0.0018 0.0004 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
B3 (VI B) 8.578 2.5
Mtx = 0,001.qlx².X 71 3806488 4758109 0.527 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 3055913 3819891 0.423 0.0018 0.0011 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 43 3319686 4149608 0.460 0.0018 0.0012 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 26 2007252 2509065 0.278 0.0018 0.0007 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
C1 (VI A) 8.578 3
Mtx = 0,001.qlx².X 94 7256988 9071235 1.005 0.0018 0.0026 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 76 5867352 7334190 0.813 0.0018 0.0021 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 21 3647795 4559743 0.505 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 21 3647795 4559743 0.505 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
C2 (II) 8.578 4.5
Mtx = 0,001.qlx².X 52 9032634 11290793 1.278 0.0018 0.0033 308.2132 3.93 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 52 9032634 11290793 1.278 0.0018 0.0033 308.2132 3.93 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 29.3 5089542 6361927 0.705 0.0018 0.0018 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 19.9 3456720 4320899 0.479 0.0018 0.0012 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
C3 (VI B) 8.578 4.5
Mtx = 0,001.qlx².X 66.5 11551349 14439187 1.634 0.0018 0.0042 397.1836 5.06 4 Ø 12.00 - 250 = 452.16 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 9901157 12376446 1.371 0.0018 0.0035 331.433 4.22 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216

7
Tabel 4.5 Tabel Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Atap
PERHITUNGAN TULANGAN PELAT ATAP
Wu/q ln/lx Mu Mn As As
Model M X Rn ρ min ρ perlu n n design Tulangan Kontrol Tulangan Pembagi
(KN/m²) (m) (N.mm) (N.mm) (mm²) (mm²)
1 =
A1 (pelat satu arah) X xWu xln² 5.88 3 3307500 4134375 0.458 0.0018 0.0012 2.18 3 Ø 10.00 - 300 261.67 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67
16 171 =
1 =
A2 (pelat satu arah) X xWu xln² 5.88 4.5 7441875 9302344 1.031 0.0018 0.0026 2.18 3 Ø 10.00 - 300 261.67 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67
16 249.957 =
1 =
A3 (pelat satu arah) X xWu xln² 5.88 5 9187500 11484375 1.273 0.0018 0.0033 2.18 3 Ø 10.00 - 250 314.00 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67
16 310.1627 =
1 =
A4 (pelat satu arah) X xWu xln² 5.88 3 3307500 4134375 0.458 0.0018 0.0012 2.18 3 Ø 10.00 - 300 261.67 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67
16 171 =
1 =
A5 (pelat satu arah) X xWu xln² 5.88 4.5 7441875 9302344 1.031 0.0018 0.0026 2.18 3 Ø 10.00 - 300 261.67 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67
16 249.9567 =
1
A6 (pelat satu arah) X xWu xln² 5.88 5 9187500 11484375 1.273 0.0018 0.0033 310.1627 2.18 3 Ø 10.00 - 250 = 314.00 OK 216 Ø 10 - 300 = 261.67
16
Mlx = 0,001.qlx².X 32 1715600 2144500 0.238 0.0018 0.0006 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 19 1018638 1273297 0.141 0.0018 0.0004 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
B1 (VI B) 5.88 2.5
Mtx = 0,001.qlx².X 71 3806488 4758109 0.527 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 3055913 3819891 0.423 0.0018 0.0011 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 40 2144500 2680625 0.297 0.0018 0.0007 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 13 696963 871203 0.097 0.0018 0.0002 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
B2 (II) 5.88 2.5
Mtx = 0,001.qlx².X 82 4396225 5495281 0.609 0.0018 0.0015 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 3055913 3819891 0.423 0.0018 0.0011 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 32 1715600 2144500 0.238 0.0018 0.0006 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 19 1018638 1273297 0.141 0.0018 0.0004 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
B3 (VI B) 5.88 2.5
Mtx = 0,001.qlx².X 71 3806488 4758109 0.527 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 3055913 3819891 0.423 0.0018 0.0011 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 43 3319686 4149608 0.460 0.0018 0.0012 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 26 2007252 2509065 0.278 0.0018 0.0007 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
C1 (VI A) 5.88 3
Mtx = 0,001.qlx².X 94 7256988 9071235 1.005 0.0018 0.0026 243.6165 3.10 4 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 76 5867352 7334190 0.813 0.0018 0.0021 196.1825 2.50 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 21 3647795 4559743 0.505 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 21 3647795 4559743 0.505 0.0018 0.0013 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
C2 (II) 5.88 4.5
Mtx = 0,001.qlx².X 52 9032634 11290793 1.278 0.0018 0.0033 308.2132 3.93 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 52 9032634 11290793 1.278 0.0018 0.0033 308.2132 3.93 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216
Mlx = 0,001.qlx².X 29.3 5089542 6361927 0.705 0.0018 0.0018 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
Mly = 0,001.qlx².X 19.9 3456720 4320899 0.479 0.0018 0.0012 171 2.18 3 Ø 10.00 - 300 = 261.67 OK 216
C3 (VI B) 5.88 4.5
Mtx = 0,001.qlx².X 66.5 11551349 14439187 1.634 0.0018 0.0042 397.1836 5.06 4 Ø 12.00 - 250 = 452.16 OK 216
Mty = 0,001.qlx².X 57 9901157 12376446 1.371 0.0018 0.0035 331.433 4.22 3 Ø 12.00 - 300 = 376.80 OK 216

7
Gambar 4.5 Potongan Tulangan A-A

Gambar 4.6 Potongan Tulangan B-B

Gambar 4.7 Tulangan Balok Kantilever

7
4.4 Perencanaan Portal
4.4.1 Perencanaan Portal Melintang (Metode Cross)

Gambar 4. Denah Portal Melintang


0.1 0.2
0.1 0.1
0.1 0.2 0.35 0.1

0.3
I J K 0.3
L M
0.3 0.3
0.3
0.1 0.2 0.3 2.5
0.1
0.1 0.2 0.35 0.1
0.1

D E F G H
0.3 0.3 0.3
0.3 0.3
0.3
2.5

A B C
0.7 2.5 4.5 0.7

Gambar 4. Dimensi balok dan kolom portal melintang

7
Diketahui :

Tabel 4. Data Portal Memanjang


Nomor Dimensi
Batang Panjang (m)
Balok / Kolom Tinggi (m) Lebar (m)
15 Balok IJ 0.15 0.10 0.7
16 Balok JK 0.20 0.10 2.5
17 Balok KL 0.35 0.20 4.5
18 Balok LM 0.15 0.10 0.7
15 Balok DE 0.15 0.10 0.7
16 Balok EF 0.20 0.10 2.5
17 Balok FG 0.35 0.20 4.5
18 Balok GH 0.15 0.10 0.7
7 Kolom JE 0.30 0.30 2.5
8 Kolom EA 0.30 0.30 2.5
9 Kolom KF 0.30 0.30 2.5
7 Kolom FB 0.30 0.30 2.5
8 Kolom LG 0.30 0.30 2.5
9 Kolom GC 0.30 0.30 2.5

Contoh Perhitungan Balok IJ

1) Momen Inersia
1
𝐼= 𝑏ℎ³
12
1
= (0.1)(0.15)3
12
= 2.8 𝑥 10−5 𝑚4
2) Kekakuan
E = 2 x 105
kIJ = 0 (balok kantilever)
3) Distribusi Kekakuan
𝑘𝐼𝐽
𝐷𝐼𝐽 =
𝑘𝐼𝐽 + 𝑘𝐽𝐾 + 𝑘𝐽𝐸
0
=
0 + 21.333 + 216
=0
4) Pembebanan
Beban sendiri = b x h x berat jenis

7
= 0.1 x 0.15 x 24
= 0.36 KN/m
Beban equivalent = qeqDL + qeqLL
= (1.167 + 1.353)
= 2.054 KN/m
∑q = 2.414 KN/m
5) Momen Primer
MF IJ = 0

Tabel 4. Momen Inersia dan Kekakuan

Momen inersia kekakuan


Balok IJ 0.000028125 0
Balok JK 6.66667E-05 21.333
Balok KL 0.000714583 127.037
Balok LM 0.000028125 0
Balok DE 0.000028125 0
Balok EF 6.66667E-05 21.333
Balok FG 0.000714583 127.037
Balok GH 0.000028125 0.000
Kolom JE 0.000675 216.000
Kolom KF 0.000675 216.000
Kolom LG 0.000675 216.000
Kolom EA 0.000675 216.000
Kolom FB 0.000675 216.000
Kolom GC 0.000675 216.000
Tabel 4. Beban Equivalen
Beban Sendiri beban equivalent q
Balok IJ 0.36 2.054 2.414
Balok JK 0.36 7.334 7.694
Balok KL 1.68 13.2 14.88
Balok LM 0.36 2.054 2.414
Balok DE 0.36 2.947 3.307
Balok EF 0.48 10.525 11.005
Balok FG 1.68 18.945 20.625
Balok GH 0.36 2.947 3.307
Kolom JE 2.16
Kolom KF 2.16
Kolom LG 2.16
Kolom EA 2.16
Kolom FB 2.16
Kolom GC 2.16

7
Tabel 4. Iterasi metode cross portal melintang
Perhitungan momen cara cross
Titik kumpul A B C D E F G H I J K L M
Batang AE BF CG DE EA ED EJ EF FB FE FK FG GC GF GL GH HG IJ JE JI JK KF KJ KL LG LK LM ML
Koef. Distribusi 0.4765 0.0000 0.4765 0.0471 0.3722 0.0368 0.3722 0.2189 0.3864 0.2272 0.3864 0.0000 0.9101 0.0000 0.0899 0.5928 0.0585 0.3486 0.6297 0.3703 0.0000
momen primer 1.1575 -5.7318 5.7318 -34.8047 34.8047 -0.8102 0.5914 -4.0073 4.0073 -25.1100 25.1100 -0.5914
2.1795 0.0000 2.1795 0.2153 10.8202 1.0687 10.8202 6.3638 -13.1347 -7.7250 -13.1347 0.0000 3.1088 0.0000 0.3070 12.5098 1.2355 7.3574 -15.4386 -9.0800 0.0000
PUTARAN 1 1.0898 5.4101 -6.5674 0.0000 0.0000 1.5544 0.5343 0.0000 0.1076 6.2549 -3.8625 0.0000 3.1819 -7.7193 0.0000 1.0898 0.0000 0.6178 5.4101 0.1535 -4.5400 -6.5674 3.6787 0
-0.995 0.000 -0.995 -0.098 -0.9304 -0.0919 -0.9304 -0.5472 1.7532 1.0311 1.7532 0.0000 -1.5540 0.0000 -0.1535 -0.6068 -0.0599 -0.3569 1.8189 1.0698 0
PUTARAN 2 -0.4976 -0.4652 0.8766 0.0000 0.0000 -0.7770 -0.0459 0.0000 -0.0491 -0.3034 0.5155 0.0000 -0.2736 0.9095 0.0000 -0.4976 0.0000 -0.0300 -0.4652 -0.0767 0.5349 0.8766 -0.1784 0
0.3921 0.0000 0.3921 0.0387 -0.0607 -0.0060 -0.0607 -0.0357 -0.2457 -0.1445 -0.2457 0.0000 0.4802 0.0000 0.0474 0.0042 0.0004 0.0025 -0.439592999 -0.258539778 0
PUTARAN 3 0.1961 -0.0303 -0.1228 0.0000 0.0000 0.2401 -0.0030 0.0000 0.0194 0.0021 -0.0722 0.0000 -0.0178 -0.2198 0.0000 0.1961 0.0000 0.0002 -0.0303 0.0237 -0.1293 -0.1228 0.0012 0
-0.1130 0.0000 -0.1130 -0.0112 0.0189 0.0019 0.0189 0.0111 0.0918 0.0540 0.0918 0.0000 -0.1786 0.0000 -0.0176 0.0806 0.0080 0.0474 0.0766 0.0450 0
PUTARAN 4 -0.0565 0.0094 0.0459 0.0000 0.0000 -0.0893 0.0009 0.0000 -0.0056 0.0403 0.0270 0.0000 0.0056 0.0383 0.0000 -0.0565 0.0000 0.0040 0.0094 -0.0088 0.0225 0.0459 0.0237 0
0.0421 0.0000 0.0421 0.0042 -0.0230 -0.0023 -0.0230 -0.0135 -0.0169 -0.0100 -0.0169 0.0000 0.0478 0.0000 0.0047 -0.0137 -0.0014 -0.0081 -0.0289 -0.0088 0
PUTARAN 5 0.0211 -0.0115 -0.0085 0.0000 0.0000 0.0239 -0.0011 0.0000 0.0021 -0.0069 -0.0050 0.0000 -0.0068 -0.0145 0.0000 0.0211 0.0000 -0.0007 -0.0115 0.0024 -0.0044 -0.0085 -0.0040 0
-0.0108 0.0000 -0.0108 -0.0011 0.0036 0.0004 0.0036 0.0021 0.0082 0.0048 0.0082 0.0000 -0.0185 0.0000 -0.0018 0.0080 0.0008 0.0047 0.0079 0.0046 0
PUTARAN 6 -0.0054 0.0018 0.0041 0.0000 0.0000 -0.0093 0.0002 0.0000 -0.0005 0.0040 0.0024 0.0000 0.0011 0.0039 0.0000 -0.0054 0.0000 0.0004 0.0018 -0.0009 0.0023 0.0041 0.0024 0
0.0043 0.0000 0.0043 0.0004 -0.0022 -0.0002 -0.0022 -0.0013 -0.0019 -0.0011 -0.0019 0.0000 0.0046 0.0000 0.0005 -0.0019 -0.0002 -0.0011 -0.0041 -0.0024 0
PUTARAN 7 0.0022 -0.0011 -0.0010 0.0000 0.0000 0.0023 -0.0001 0.0000 0.0002 -0.0010 -0.0006 0.0000 -0.0006 -0.0020 0.0000 0.0022 0.0000 -0.0001 -0.0011 0.0002 -0.0012 -0.0010 -0.0006 0
-0.0010 0.0000 -0.0010 -0.0001 0.0005 0.0000 0.0005 0.0003 0.0010 0.0006 0.0010 0.0000 -0.0019 0.0000 -0.0002 0.0012 0.0001 0.0007 0.0010 0.0006 0
PUTARAN 8 -0.0005 0.0002 0.0005 0.0000 0.0000 -0.0009 0.0000 0.0000 -0.0001 0.0006 0.0003 0.0000 0.0001 0.0005 0.0000 -0.0005 0.0000 0.0001 0.0002 -9.31349E-05 0.0003 0.0005 0.0004 0
0.0004 0.0000 0.0004 0.0000 -0.0003 0.0000 -0.0003 -0.0002 -0.0002 -0.0001 -0.0002 0.0000 0.0004 0.0000 0.0000 -0.0003 0.0000 -0.0002 -0.0006 -0.0003 0
PUTARAN 9 0.0002 -0.0002 -0.0001 0.0000 0.0000 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000 -0.0001 -0.0001 0.0000 -0.0001 -0.0003 0.0000 0.0002 0.0000 0.0000 -0.0002 2E-05 -0.0002 -0.0001 -8E-05 0
-0.0001 0.0000 -0.0001 0.0000 0.0001 0.0000 0.0001 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 -0.0002 0.0000 0.0000 0.0002 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000
PUTARAN 10 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 -0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -9E-06 4E-05 7E-05 5E-05 0
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -8E-05 -5E-05 0E+00
PUTARAN 11 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 2E-06 -2E-05 -2E-05 -1E-05 0
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 2E-05 1E-05 0E+00
Momen Akhir 0.7492 4.9134 -5.7726 1.4984 1.1575 2.4427 -5.0985 9.8267 6.7763 15.8173 -32.4203 -11.5452 30.9043 -18.5489 -0.8102 2.6377 0.5914 -3.2291 16.8946 5.2839 -22.1784 -19.7800 20.4033 -0.5914

7
Didapat hasil perhitungan metode cross sebagai berikut :

Perletakan Horizontal (KN) Vertikal (KN) Momen (KN.m)


Tumpuan A 0.899 26.381 0.749
Tumpuan B 5.896 105.484 4.913
Tumpuan C 6.927 -83.160 -5.773
Gaya dalam
Elemen/batang
Normal (P) Lintang (V) Momen (M)
Kolom AE
Tumpuan -21.8807 -0.899 -0.749
Lapangan -21.881 -0.899 -2.924
Tumpuan -21.8807 -0.899 -5.099
Kolom BF
Tumpuan -55.751 -5.896 -4.913
Lapangan -55.751 -5.896 2.457
Tumpuan -55.751 -5.896 9.827
Kolom CG
Tumpuan 75.150 -6.927 5.773
Lapangan 75.150 -6.927 -2.886
Tumpuan 75.150 -6.927 -11.545
Kolom EJ
Tumpuan -8.796 -2.032 -0.749
Lapangan -8.796 -2.032 0.375
Tumpuan -8.796 -2.032 1.498
Kolom FK
Tumpuan -23.435 -13.085 -15.817
Lapangan -23.435 -13.085 0.539
Tumpuan -23.435 -13.085 16.895
Kolom GL
Tumpuan 31.396 -15.332 18.549
Lapangan 31.396 -15.332 -0.616
Tumpuan 31.396 -15.332 -19.780

Gaya dalam
Elemen/batang
Normal (P) Lintang (V) Momen (M)
Balok DE
Tumpuan 0 0.000 0
Lapangan 0 -2.250 -1.2213
Tumpuan 0 -4.501 -2.4427
Balok EF
Tumpuan -2.931 -13.085 -5.099
Lapangan -2.931 0.671 -5.937
Tumpuan -2.931 14.427 -6.776
Balok FG
Tumpuan 6.123 -46.743 -32.420
Lapangan 4.902 -0.337 -31.662
Tumpuan 3.680 46.069 -30.904
Balok GH
Tumpuan 18.198 2.315 -0.810
Lapangan 15.312 1.157 -0.405
Tumpuan 12.426 0.000 0.000

7
Gaya dalam
Elemen/batang
Normal (P) Lintang (V) Momen (M)
Balok IJ
Tumpuan 0.000 0.000 0.000
Lapangan 0.000 0.845 -0.296
Tumpuan 0.000 1.690 -0.591
Balok JK
Tumpuan -2.032 -8.796 -3.229
Lapangan -2.032 0.822 -4.256
Tumpuan -2.032 10.439 -5.284
Balok KL
Tumpuan -11.053 -33.874 -22.178
Lapangan -11.053 -0.394 -21.291
Tumpuan -11.053 33.086 -20.403
Balok LM
Tumpuan 26.384 -1.690 -0.591
Lapangan 26.384 -0.845 -0.296
Tumpuan 26.384 0.000 0.000

4.4.2 Perencanaan Portal Memanjang (Metode Cross)

L4 L5 L6

H2

HL1

Gambar 4. Denah Portal Memanjang

7
0.4 0.35 0.25

0.2 0.2 0.15

A B C D

0.3 0.3 0.3 0.3

0.3 0.3 0.3 0.3

E 0.4 F 0.35 G 0.25


H

0.2 0.2 0.15

0.3 0.3 0.3 0.3

0.3 0.3 0.3 0.3

I J K L
5 4.5 3

Gambar 4. Dimensi balok dan kolom portal memanjang

Diketahui :

Tabel 4. Data Portal Memanjang


Nomor Dimensi
Batang Panjang (m)
Balok / Kolom Tinggi (m) Lebar (m)
20 Balok AB 0.15 0.10 0.7
13 Balok BC 0.20 0.10 2.5
6 Balok CD 0.35 0.20 4.5
20 Balok EF 0.15 0.10 0.7
13 Balok FG 0.15 0.10 0.7
6 Balok GH 0.20 0.10 2.5
11 Kolom AE 0.35 0.20 4.5
8 Kolom EI 0.15 0.10 0.7
5 Kolom BF 0.30 0.30 2.5
2 Kolom FJ 0.30 0.30 2.5
11 Kolom CG 0.30 0.30 2.5
8 Kolom GK 0.30 0.30 2.5
5 Kolom DH 0.30 0.30 2.5
2 Kolom HL 0.30 0.30 2.5

Contoh Perhitungan Balok AB

1) Momen Inersia

7
1
𝐼= 𝑏ℎ³
12
1
= (0.2)(0.4)3
12
= 1.07𝑥 10−3 𝑚4
2) Kekakuan
E = 2 x 105
4𝐸𝐼
kAB = 𝐿𝐴𝐵
4 𝑥 200000 𝑥 0.00107
=
5

= 170.667 KN/m
3) Distribusi Kekakuan
𝑘𝐴𝐵
𝐷𝐴𝐵 =
𝑘𝐴𝐵 + 𝑘𝐴𝐸
170.667
=
170.667 + 216
= 0.4414
4) Pembebanan
Beban sendiri = b x h x berat jenis
= 0.2 x 0.4 x 24
= 1.92 KN/m
Beban equivalent = qeqDL + qeqLL
= (6.646 + 3.438)
= 12.269 KN/m
∑q = 14.1887 KN/m
5) Momen Primer
1
MF AB = - 12 𝑞𝐿²
1
=− 14.1887 𝑥 5²
12

= -29.5597 Kn.m

7
Tabel 4. Momen Inersia dan Kekakuan
Momen
kekakuan
inersia
Balok AB 0.001067 170.6667
Balok BC 0.000715 127.037
Balok CD 0.000195 52.08333
Balok EF 0.001067 170.6667
Balok FG 0.000715 127.037
Balok GH 0.000195 52.08333
Kolom AE 0.000675 216
Kolom EI 0.000675 216
Kolom BF 0.000675 216
Kolom FJ 0.000675 216
Kolom CG 0.000675 216
Kolom GK 0.000675 216
Kolom DH 0.000675 216
Kolom HL 0.000675 216

Tabel 4. Beban Equivalen


Beban Sendiri beban equivalent q
Balok AB 1.92 12.2687 14.18867
Balok BC 1.68 11.5342 13.21416
Balok CD 0.9 8.6269 9.526852
Balok EF 1.92 17.6083 19.52833
Balok FG 1.68 16.5541 18.23414
Balok GH 0.9 12.3815 13.28149
Kolom AE 2.16
Kolom EI 2.16
Kolom BF 2.16
Kolom FJ 2.16
Kolom CG 2.16
Kolom GK 2.16
Kolom DH 2.16
Kolom HL 2.16

7
Tabel 4. Iterasi metode cross portal memanjang

Perhitungan momen cara cross


Titik kumpul I J K L E F G H A B C D
Batang IE JF KG LH EI EA EF FJ FE FB FG GK GF GC GH HL HG HD AE AB BF BA BC CG CB CD DH DC
Koef. Distribusi 0.3584 0.3584 0.2832 0.2960 0.2339 0.2960 0.1741 0.3534 0.2079 0.3534 0.0852 0.4462 0.1076 0.4462 0.5586 0.4414 0.4205 0.3322 0.2473 0.546669 0.3215 0.1318 0.8057 0.1943
momen primer 0.0000 0.0000 -40.6840 0.0000 40.6840 0.0000 -30.7701 0.0000 30.7701 0.0000 -9.9611 0.0000 9.9611 0.0000 0.0000 -29.5597 0.0000 29.5597 -22.2989 0.0000 22.2989 -7.1451 0.0000 7.1451
14.5814 14.5814 11.5211 -2.9346 -2.3187 -2.9346 -1.7260 -7.3549 -4.3257 -7.3549 -1.7735 -4.4447 -1.0717 -4.4447 16.5127 13.0470 -3.0530 -2.4123 -1.7956 -8.2841 -4.8722 -1.9975 -5.7570 -1.3882
PUTARAN 1 7.2907 -1.4673 -3.6775 -2.2223 0.0000 8.2563 -1.1594 0.0000 5.7606 -1.5265 -2.1628 0.0000 -0.8630 -4.1420 -0.5359 0.0000 -0.8867 -2.8785 7.2907 -1.2061 -1.4673 6.5235 -2.4361 -3.6775 -0.8978 -0.6941 -2.2223 -0.9988
-2.5436 -2.5436 -2.0098 -0.6131 -0.4844 -0.6131 -0.3606 1.9584 1.1518 1.9584 0.4722 1.6801 0.4051 1.6801 -3.3990 -2.6856 -1.1017 -0.8705 -0.6480 2.8806 1.6942 0.6946 2.5953 0.6258
PUTARAN 2 -1.2718 -0.3066 0.9792 0.8400 0.0000 -1.6995 -0.2422 0.0000 -1.0049 -0.5509 0.5759 0.0000 -0.1803 1.4403 0.2026 0.0000 0.2361 1.2977 -1.2718 -0.4352 -0.3066 -1.3428 0.8471 0.9792 -0.3240 0.3129 0.8400 0.3473
0.6959 0.6959 0.5499 0.2900 0.2292 0.2900 0.1706 -0.5169 -0.3040 -0.5169 -0.1246 -0.6844 -0.1650 -0.6844 0.9536 0.7535 0.3373 0.2665 0.1984 -0.5292 -0.3113 -0.1276 -0.9566 -0.2307
PUTARAN 3 0.3480 0.1450 -0.2585 -0.3422 0.0000 0.4768 0.1146 0.0000 0.2749 0.1687 -0.1520 0.0000 0.0853 -0.2646 -0.0825 0.0000 -0.0623 -0.4783 0.3480 0.1333 0.1450 0.3767 -0.1556 -0.2585 0.0992 -0.1153 -0.3422 -0.0638
-0.2120 -0.2120 -0.1675 -0.0863 -0.0682 -0.0863 -0.0508 0.0925 0.0544 0.0925 0.0223 0.2412 0.0582 0.2412 -0.2688 -0.2124 -0.1539 -0.1216 -0.0905 0.1501 0.0883 0.0362 0.3271 0.0789
PUTARAN 4 -0.1060 -0.0432 0.0463 0.1206 0.0000 -0.1344 -0.0341 0.0000 -0.0837 -0.0770 0.0272 0.0000 -0.0254 0.0751 0.0291 0.0000 0.0112 0.1636 -0.1060 -0.0608 -0.0432 -0.1062 0.0441 0.0463 -0.0453 0.0394 0.1206 0.0181
0.0604 0.0604 0.0477 0.0395 0.0312 0.0395 0.0232 -0.0278 -0.0164 -0.0278 -0.0067 -0.0780 -0.0188 -0.0780 0.0932 0.0736 0.0442 0.0350 0.0260 -0.0221 -0.0130 -0.0053 -0.1118 -0.0270
PUTARAN 5 0.0302 0.0198 -0.0139 -0.0390 0.0000 0.0466 0.0156 0.0000 0.0239 0.0221 -0.0082 0.0000 0.0116 -0.0111 -0.0094 0.0000 -0.0034 -0.0559 0.0302 0.0175 0.0198 0.0368 -0.0065 -0.0139 0.0130 -0.0135 -0.0390 -0.0027
-0.0223 -0.0223 -0.0176 -0.0112 -0.0088 -0.0112 -0.0066 0.0031 0.0018 0.0031 0.0008 0.0264 0.0064 0.0264 -0.0266 -0.0210 -0.0211 -0.0166 -0.0124 0.0079 0.0046 0.0019 0.0336 0.0081
PUTARAN 6 -0.0111 -0.0056 0.0016 0.0132 0.0000 -0.0133 -0.0044 0.0000 -0.0088 -0.0105 0.0009 0.0000 -0.0033 0.0039 0.0032 0.0000 0.0004 0.0168 -0.0111 -0.0083 -0.0056 -0.0105 0.0023 0.0016 -0.0062 0.0040 0.0132 0.0009
0.0064 0.0064 0.0050 0.0055 0.0043 0.0055 0.0032 -0.0014 -0.0008 -0.0014 -0.0003 -0.0077 -0.0018 -0.0077 0.0109 0.0086 0.0058 0.0046 0.0034 0.0003 0.0002 0.0001 -0.0114 -0.0028
PUTARAN 7 0.0032 0.0027 -0.0007 -0.0038 0.0000 0.0054 0.0022 0.0000 0.0025 0.0029 -0.0004 0.0000 0.0016 0.0002 -0.0009 0.0000 -0.0002 -0.0057 0.0032 0.0023 0.0027 0.0043 0.0001 -0.0007 0.0017 -0.0014 -0.0038 0.0000
-0.0027 -0.0027 -0.0021 -0.0015 -0.0012 -0.0015 -0.0009 -0.0003 -0.0002 -0.0003 -0.0001 0.0026 0.0006 0.0026 -0.0031 -0.0024 -0.0030 -0.0024 -0.0018 0.0002 0.0001 0.0000 0.0031 0.0007
PUTARAN 8 -0.0014 -0.0007 -0.0001 0.0013 0.0000 -0.0015 -0.0006 0.0000 -0.0011 -0.0015 -0.0001 0.0000 -0.0004 0.0001 0.0003 0.0000 0.0000 0.0015 -0.0014 -0.0012 -0.0007 -0.0012 0.0001 -0.0001 -0.0009 0.0004 0.0013 0.0000
0.0008 0.0008 0.0006 0.0008 0.0006 0.0008 0.0005 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -0.0007 -0.0002 -0.0007 0.0014 0.0011 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004 0.0002 0.0001 -0.0011 -0.0003
PUTARAN 9 0.0004 0.0004 0.0000 -0.0003 0.0000 0.0007 0.0003 0.0000 0.0003 0.0004 0.0000 0.0000 0.0002 0.0002 -0.0001 0.0000 0.0000 -0.0005 0.0004 0.0003 0.0004 0.0006 0.0001 0.0000 0.0002 -0.0001 -0.0003 0.0000
-0.0004 -0.0004 -0.0003 -0.0002 -0.0002 -0.0002 -0.0001 -0.0001 -0.0001 -0.0001 0.0000 0.0002 0.0001 0.0002 -0.0004 -0.0003 -0.0004 -0.0004 -0.0003 -0.0001 0.0000 0.0000 0.0002 0.0001
PUTARAN 10 -0.0002 -0.0001 -0.0001 0.0001 0.0000 -0.0002 -0.0001 0.0000 -0.0001 -0.0002 0.0000 0.0000 -0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 -0.0002 -0.0002 -0.0001 -0.0002 0.0000 -0.0001 -0.0001 0.0000 0.0001 0.0000
0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0002 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 -0.0001 0.0000
PUTARAN 11 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
-0.0001 -0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -0.0001 0.0000 -0.0001 -0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
PUTARAN 12 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
PUTARAN 13 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
PUTARAN 14 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Momen Akhir 6.2820 -1.6555 -2.9237 -1.6324 12.5640 19.5010 -32.0650 -3.3110 43.0314 -5.2835 -34.4369 -5.8474 26.3574 -8.7454 -11.7647 -3.2648 8.4689 -5.2041 20.1560 -20.1560 -5.6004 31.9239 -26.3234 -8.7197 17.7300 -9.0103 -5.5111 5.5111

7
Didapat hasil perhitungan metode cross sebagai berikut :

Perletakan Horizontal Vertikal Momen


Tumpuan I 7.538 18.857 6.282
Tumpuan J -1.987 83.730 -1.656
Tumpuan K -3.508 52.817 -2.924
Tumpuan L -1.959 20.543 -1.632

Gaya dalam
Elemen/batang
Normal (P) Lintang (V) Momen (M)
Kolom AE
Tumpuan -11.835 -15.863 20.156
Lapangan 0.000 -15.863 0.328
Tumpuan 11.835 -15.863 -19.501
Kolom EI
Tumpuan -18.857 -7.538 12.564
Lapangan -18.857 -7.538 3.141
Tumpuan -18.857 -7.538 -6.282
Kolom BF
Tumpuan -5.238 4.354 -5.600
Lapangan -18.452 4.354 -0.158
Tumpuan -31.666 4.354 5.283
Kolom FJ
Tumpuan -83.730 1.987 -3.311
Lapangan -83.730 1.987 -0.828
Tumpuan -83.730 1.987 1.656
Kolom CG
Tumpuan -21.998 6.986 -8.720
Lapangan -21.998 6.986 0.013
Tumpuan -21.998 6.986 8.745
Kolom GK
Tumpuan -52.817 3.508 -5.847
Lapangan -52.817 3.508 -1.462
Tumpuan -52.817 3.508 2.924
Kolom DH
Tumpuan -8.360 4.286 -5.511
Lapangan -8.360 4.286 -0.153
Tumpuan -8.360 4.286 5.204
Kolom HL
Tumpuan -20.543 1.959 -3.265
Lapangan -20.543 1.959 -0.816
Tumpuan -20.543 1.959 1.632

7
Gaya dalam
Elemen/batang
Normal (P) Lintang (V) Momen (M)
Balok AB
Tumpuan 15.8628 11.835 20.1560
Lapangan 13.686 -2.354 -5.884
Tumpuan 11.5092 -16.542 -31.9239
Balok BC
Tumpuan 11.509 15.124 26.323
Lapangan 8.016 1.910 4.297
Tumpuan 4.523 -11.305 -17.730
Balok CD
Tumpuan 4.523 10.693 9.010
Lapangan 2.380 1.166 1.750
Tumpuan 0.237 -8.360 -5.511
Balok EF
Tumpuan 7.538 7.022 19.501
Lapangan 6.545 -12.506 -11.765
Tumpuan 5.552 -32.035 -43.031
Balok FG
Tumpuan 5.552 20.030 34.437
Lapangan 3.798 1.795 4.040
Tumpuan 2.043 -16.439 -26.357
Balok GH
Tumpuan 2.043 14.380 11.765
Lapangan 1.064 1.099 1.648
Tumpuan 0.084 -12.183 -8.469

4.5 Perhitungan Balok


4.5.1 Balok Plat Atap
a. Data balok lantai
fc’ = 30 MPa
fy (deform) = 400 MPa
fy (polos) = 240 MPa
b = 100 mm
h = 150 mm
D (deform) = 20 mm
P (polos) = 13 mm
ts = 25 mm
+
Mu = 1.221 KN.m
-
Mu = 2.443 KN.m
Vu = 2.315 KN
b. Perhitungan Tulangan
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1= 0.85
𝑓𝑐′ 600
Rasio tulangan pada kondisi balance, ρb = β1 x 0.85 x 𝑓𝑦
𝑥 600+𝑓𝑦

7
30 600
ρb = 0.85 x 0.85 x 400 𝑥 600+400

= 0.0325
Faktor tahanan momen maksimum,
1 𝑓𝑦
Rmax = 0.75 𝑥 ρb x fy x (1 − 2 𝑥 0.75 𝑥 ρb x (0.85 𝑥 𝑓𝑐′)

1 400
= 0.75 𝑥 0.0325 x 400 x (1 − 2 𝑥 0.75 𝑥 0.0325 x (0.85 𝑥 30)

= 7.8883
Factor reduksi kekuatan lentur, ɸ = 0.8
𝐷
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, ds = ts + Ø + 2
20
= 25 + 0.8 + 2

= 48 mm
(b – 2 x ds)
Jumlah tulangan dalam satu baris, ns = (25+𝐷)

(100 – 2 x 48)
= (25+20)

= 0.09
Digunakan jumlah tulangan dalam satu baris, ns = 2 buah
(𝑏−𝑛𝑠 𝑥 𝐷−2 𝑥 𝑑𝑠)
Jarak horizontal pusat ke pusat antara tulangan, 𝑥 = 𝑛𝑠−1
(100−2 𝑥 20−2 𝑥 48)
= 2−1

= -36 mm
Jarak vertikal pusat ke pusat antara tulangan, y = D +25
= 20 + 25
= 45 mm
1. Tulangan Momen Positif
Mu +
Momen positif nominal rencana, Mn = ɸ
1.221
= 0.8
= 1.527 KN.m
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton, d’ = 50 mm
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 50
= 100 mm

7
𝑀𝑛 𝑥 106
Factor tahanan momen, Rn = 𝑏 𝑥 𝑑²
1.527 𝑥 106
= 100 𝑥 100²
= 1.5267
1.5267 < 7.8883
Rn < Rmax → OK
𝑓𝑐′
Rasio tulangan yang diperlukan : ρ = 0.85 𝑥 1−√2𝑅𝑛
𝑓𝑦 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 𝑓𝑐′ )

30
= 0.85 𝑥 1−√2 𝑥 1.5267
400 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 30)

= 0.00394
𝑓𝑐′2 302
Rasio tulangan minimum, = 4 𝑥 400 = 0.00342
4 𝑥 𝑓𝑦

1.4 1.4
Rasio tulangan minimum, ρmin = 𝑓𝑦 = 400 = 0.00350

Rasio tulangan yang digunakan, ρ = 0.00394


Luas tulangan yang diperlukan, As = ρ x b x d
= 0.00394 x 100 x 100
= 39 mm²
𝐴𝑠
Jumlah tulangan yang diperlukan, n = 𝜋
( )
4 𝑥 𝐷2

39
= 3.14
( )
4 𝑥 202

= 0.125
Digunakan tulangan 2D20
𝑛𝑥𝜋
Luas terpakai, As = 4 𝑥 𝐷²
2 𝑥 3.14
= 4 𝑥 20²

= 628 mm²
𝑛 2
Jumlah baris tulangan, nb = 𝑛𝑠 = = 1
2

nb < 3
1 < 3 OK

7
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke ni yi ni * yi
1 2 48.00 96.00
2 0 0.00 0.00
3 0 0.00 0.00
ni * yi ]
n= 2 = 96

(𝑛𝑖 𝑥 𝑦𝑖) 96
Letak titik berat tulangan, d’ = ∑ = = 48 𝑚𝑚
𝑛 6

48 < 50 → perkiraan d’ OK
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 48
= 102 mm
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 628 𝑥 400
a = 0.85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏 = 0.85 𝑥 30 𝑥 100 = 98.56 mm
𝑎
Momen nominal, Mn = As x fy x (d-2) 𝑥 10−6
98.56
= 628 x 400 x (102 - ) 𝑥 10−6
2

= 13.25 KN.m
Tahanan momen balok, ɸ x Mn = 0.8 x 13.25
= 10.6 KN.m
Syarat : ɸ x Mn ≥ Mu-
10.6 ≥ 2.443 → AMAN (OK)
2. Tulangan Momen Negatif
Mu−
Momen positif nominal rencana, Mn = ɸ
2.443
=
0.8
= 3.053 KN.m
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton, d’ = 50 mm
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 50
= 100 mm
𝑀𝑛 𝑥 106
Factor tahanan momen, Rn = 𝑏 𝑥 𝑑²
3.053 𝑥 106
= 100 𝑥 100²

7
= 3.0533
3.533 < 7.8883
Rn < Rmax → OK
𝑓𝑐′
Rasio tulangan yang diperlukan : ρ = 0.85 𝑥 1−√2𝑅𝑛
𝑓𝑦 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 𝑓𝑐′ )

30
= 0.85 𝑥 1−√2 𝑥 3.0533
400 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 30)

= 0.00815
𝑓𝑐′2 302
Rasio tulangan minimum, = 4 𝑥 400 = 0.00342
4 𝑥 𝑓𝑦

1.4 1.4
Rasio tulangan minimum, ρmin = 𝑓𝑦 = 400 = 0.00350

Rasio tulangan yang digunakan, ρ = 0.00815


Luas tulangan yang diperlukan, As = ρ x b x d
= 0.00815 x 100 x 100
= 82 mm²
𝐴𝑠
Jumlah tulangan yang diperlukan, n = 𝜋
( )
4 𝑥 𝐷2

82
= 3.14
( )
4 𝑥 202

= 0.26
Digunakan tulangan 2D20
𝑛𝑥𝜋
Luas terpakai, As = 4 𝑥 𝐷²
2 𝑥 3.14
= 4 𝑥 20²

= 628 mm²
𝑛 2
Jumlah baris tulangan, nb = 𝑛𝑠 = = 1
2

nb < 3
1 < 3 OK

7
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke ni yi ni * yi
1 2 48.00 96.00
2 0 0.00 0.00
3 0 0.00 0.00
ni * yi ]
n= 2 = 96

(𝑛𝑖 𝑥 𝑦𝑖) 96
Letak titik berat tulangan, d’ = ∑ = = 48 𝑚𝑚
𝑛 6

48 < 50 → perkiraan d’ OK
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 48
= 102 mm
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 628 𝑥 400
a = 0.85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏 = 0.85 𝑥 30 𝑥 100 = 98.56 mm
𝑎
Momen nominal, Mn = As x fy x (d-2) 𝑥 10−6
98.56
= 628 x 400 x (102 - ) 𝑥 10−6
2

= 13.25 KN.m
Tahanan momen balok, ɸ x Mn = 0.8 x 13.25
= 10.6 KN.m
Syarat : ɸ x Mn ≥ Mu-
10.6 ≥ 2.443 → AMAN (OK)
3. Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana, Vu = 2.315 KN
Faktor reduksi kekuatan geser, ɸ = 0.6
fy = 240 MPa
1
Kuat geser beton, Vc = 6 𝑥 √𝑓𝑐′ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑 𝑥 10−3
1
= 6 𝑥 √30 𝑥 100 𝑥 150 𝑥 10−3
= 9.129 KN
Tahanan geser beton, ɸVc = 0.6 x 9.129 = 5.477 KN
→ Vu < ɸVc Hanya perlu tulangan geser min
Kuat geser Sengkang, Vs = 2.315 KN
Digunakan Sengkang berpenampang : 2P13

7
𝜋
Luas tulangan geser Sengkang, Av = ns x 4 𝑥 𝑃²
3.14
=2x 𝑥 13²
4
= 265.46 mm²
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑
Jarak Sengkang yang diperlukan : s = (𝑉𝑠 𝑥 103 )
265.46 𝑥 400 𝑥 100
= (2.315𝑥 103 )
= 2752.24 mm
𝑑 102
Jarak Sengkang maksimum, smax = 2 = = 51 𝑚𝑚
2
Jarak Sengkang maksimum, smax = 250 mm
Jarak Sengkang yang harus digunakan, s = 51 mm
Diambil jarak Sengkang, s = 50 mm
Digunakan Sengkang, 2P13 S=50 mm

Tabel 4. Tulangan Balok Plat Atap


Tulangan Momen Positif Tulangan Momen Negatif Tulangan Geser
Dimensi
Digunakan tulangan Luas tulangan terpakai (mm²) Jumlah baris tulangan Digunakan tulangan Luas tulangan terpakai (mm²) Jumlah baris tulangan Digunakan sengkang Jarak sengkang (mm)
15 x 10 2D20 628 1 2D20 628 1 2P13 50
15 x 25 2D16 402 1 1D16 201 0.5 2P8 150
20 x 10 2D10 157 0.67 2D10 157 0.67 2P8 80
35 x 20 2D16 402 0.5 2D16 402 0.5 2P8
40 x 20 2D16 402 0.5 3D16 603 0.75 2P8 150

4.5.2 Balok Plat Lantai


a. Data balok lantai
fc’ = 30 MPa
fy (deform) = 400 MPa
fy (polos) = 240 MPa
b = 100 mm
h = 150 mm
D (deform) = 10 mm
P (polos) = 8 mm
ts = 25 mm
+
Mu = 1.221 KN.m
-
Mu = 2.443 KN.m
Vu = 2.315 KN
b. Perhitungan Tulangan
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1= 0.85
𝑓𝑐′ 600
Rasio tulangan pada kondisi balance, ρb = β1 x 0.85 x 𝑥
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦

30 600
ρb = 0.85 x 0.85 x 400 𝑥 600+400

= 0.0325
Faktor tahanan momen maksimum,

7
1 𝑓𝑦
Rmax = 0.75 𝑥 ρb x fy x (1 − 2 𝑥 0.75 𝑥 ρb x (0.85 𝑥 𝑓𝑐′)

1 400
= 0.75 𝑥 0.0325 x 400 x (1 − 2 𝑥 0.75 𝑥 0.0325 x (0.85 𝑥 30)

= 7.8883
Factor reduksi kekuatan lentur, ɸ = 0.8
𝐷
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, ds = ts + Ø + 2
10
= 25 + 0.8 + 2

= 38 mm
(b – 2 x ds)
Jumlah tulangan dalam satu baris, ns = (25+𝐷)

(100 – 2 x 38)
= (25+10)

= 0.69
Digunakan jumlah tulangan dalam satu baris, ns = 2 buah
(𝑏−𝑛𝑠 𝑥 𝐷−2 𝑥 𝑑𝑠)
Jarak horizontal pusat ke pusat antara tulangan, 𝑥 = 𝑛𝑠−1
(100−2 𝑥 10−2 𝑥 38)
= 2−1

= 4 mm
Jarak vertikal pusat ke pusat antara tulangan, y = D +25
= 10 + 25
= 35 mm
1. Tulangan Momen Positif
Mu +
Momen positif nominal rencana, Mn = ɸ
1.221
= 0.8
= 1.527 KN.m
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton, d’ = 50 mm
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 50
= 100 mm
𝑀𝑛 𝑥 106
Factor tahanan momen, Rn = 𝑏 𝑥 𝑑²
1.527 𝑥 106
= 100 𝑥 100²
= 1.5267
1.5267 < 7.8883

7
Rn < Rmax → OK
𝑓𝑐′
Rasio tulangan yang diperlukan : ρ = 0.85 𝑥 1−√2𝑅𝑛
𝑓𝑦 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 𝑓𝑐′ )

30
= 0.85 𝑥 1−√2 𝑥 1.5267
400 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 30)

= 0.00394
𝑓𝑐′2 302
Rasio tulangan minimum, = 4 𝑥 400 = 0.00342
4 𝑥 𝑓𝑦

1.4 1.4
Rasio tulangan minimum, ρmin = 𝑓𝑦 = 400 = 0.00350

Rasio tulangan yang digunakan, ρ = 0.00394


Luas tulangan yang diperlukan, As = ρ x b x d
= 0.00394 x 100 x 100
= 39 mm²
𝐴𝑠
Jumlah tulangan yang diperlukan, n = 𝜋
( )
4 𝑥 𝐷2

39
= 3.14
( )
4 𝑥 102

= 0.501
Digunakan tulangan 2D20
𝑛𝑥𝜋
Luas terpakai, As = 4 𝑥 𝐷²
2 𝑥 3.14
= 4 𝑥 10²

= 157 mm²
𝑛 2
Jumlah baris tulangan, nb = 𝑛𝑠 = = 1
2

nb < 3
1 < 3 OK

7
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke ni yi ni * yi
1 2 38.00 76.00
2 0 0.00 0.00
3 0 0.00 0.00
ni * yi ]
n= 2 = 76

(𝑛𝑖 𝑥 𝑦𝑖) 76
Letak titik berat tulangan, d’ = ∑ = = 38 𝑚𝑚
𝑛 2

38 < 50 → perkiraan d’ OK
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 38
= 112 mm
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 157 𝑥 400
a = 0.85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏 = 0.85 𝑥 30 𝑥 100 = 24.64 mm
𝑎
Momen nominal, Mn = As x fy x (d-2) 𝑥 10−6
24.64
= 157 x 400 x (112 - ) 𝑥 10−6
2

= 6.263 KN.m
Tahanan momen balok, ɸ x Mn = 0.8 x 6.263
= 5.10 KN.m
Syarat : ɸ x Mn ≥ Mu-
5.01 ≥ 1.221 → AMAN (OK)
2. Tulangan Momen Negatif
Mu−
Momen positif nominal rencana, Mn = ɸ
2.443
=
0.8
= 3.053 KN.m
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton, d’ = 50 mm
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 50
= 100 mm
𝑀𝑛 𝑥 106
Factor tahanan momen, Rn = 𝑏 𝑥 𝑑²
3.053 𝑥 106
= 100 𝑥 100²

7
= 3.0533
3.534 < 7.8883
Rn < Rmax → OK
𝑓𝑐′
Rasio tulangan yang diperlukan : ρ = 0.85 𝑥 1−√2𝑅𝑛
𝑓𝑦 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 𝑓𝑐′ )

30
= 0.85 𝑥 1−√2 𝑥 3.0533
400 𝑥 ( )
(0.85 𝑥 30)

= 0.00815
𝑓𝑐′2 302
Rasio tulangan minimum, = 4 𝑥 400 = 0.00342
4 𝑥 𝑓𝑦

1.4 1.4
Rasio tulangan minimum, ρmin = 𝑓𝑦 = 400 = 0.00350

Rasio tulangan yang digunakan, ρ = 0.00815


Luas tulangan yang diperlukan, As = ρ x b x d
= 0.00815 x 100 x 100
= 82 mm²
𝐴𝑠
Jumlah tulangan yang diperlukan, n = 𝜋
( )
4 𝑥 𝐷2

82
= 3.14
( )
4 𝑥 102

= 1.038
Digunakan tulangan 2D10
𝑛𝑥𝜋
Luas terpakai, As = 4 𝑥 𝐷²
2 𝑥 3.14
= 4 𝑥 10²

= 157 mm²
𝑛 2
Jumlah baris tulangan, nb = 𝑛𝑠 = = 1
2

nb < 3
1 < 3 OK

7
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke ni yi ni * yi
1 2 38.00 76.00
2 0 0.00 0.00
3 0 0.00 0.00
ni * yi ]
n= 2 = 76

(𝑛𝑖 𝑥 𝑦𝑖) 76
Letak titik berat tulangan, d’ = ∑ = = 38 𝑚𝑚
𝑛 6

38 < 50 → perkiraan d’ OK
Tinggi efektif balok, d = h – d’
= 150 – 38
= 112 mm
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 157 𝑥 400
a = 0.85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏 = 0.85 𝑥 30 𝑥 100 = 24.64 mm
𝑎
Momen nominal, Mn = As x fy x (d-2) 𝑥 10−6
24.64
= 157 x 400 x (112 - ) 𝑥 10−6
2

= 6.263 KN.m
Tahanan momen balok, ɸ x Mn = 0.8 x 6.263
= 5.01 KN.m
Syarat : ɸ x Mn ≥ Mu-
5.01 ≥ 2.443 → AMAN (OK)
3. Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana, Vu = 2.315 KN
Faktor reduksi kekuatan geser, ɸ = 0.6
fy = 240 MPa
1
Kuat geser beton, Vc = 6 𝑥 √𝑓𝑐′ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑 𝑥 10−3
1
= 6 𝑥 √30 𝑥 100 𝑥 150 𝑥 10−3
= 9.129 KN
Tahanan geser beton, ɸVc = 0.6 x 9.129 = 5.477 KN
→ Vu < ɸVc Hanya perlu tulangan geser min
Kuat geser Sengkang, Vs = 2.315 KN
Digunakan Sengkang berpenampang : 2P8

7
𝜋
Luas tulangan geser Sengkang, Av = ns x 4 𝑥 𝑃²
3.14
=2x 𝑥 8²
4
= 100.53 mm²
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑
Jarak Sengkang yang diperlukan : s = (𝑉𝑠 𝑥 103 )
100.53 𝑥 400 𝑥 100
= (2.315𝑥 103 )
= 1042.27 mm
𝑑 112
Jarak Sengkang maksimum, smax = 2 = = 56 𝑚𝑚
2
Jarak Sengkang maksimum, smax = 250 mm
Jarak Sengkang yang harus digunakan, s = 56 mm
Diambil jarak Sengkang, s = 50 mm
Digunakan Sengkang, 2P8 S=50 mm

Tabel 4. Tulangan balok plat lantai


Tulangan Momen Positif Tulangan Momen Negatif Tulangan Geser
Dimensi
Digunakan tulangan Luas tulangan terpakai (mm²) Jumlah baris tulangan Digunakan tulangan Luas tulangan terpakai (mm²) Jumlah baris tulangan Digunakan sengkang Jarak sengkang (mm)
15 x 10 2D10 157 1 2D10 157 1 2P8 50
20 x 10 2D10 157 1 2D10 157 1 2P8 50
15 x 25 2D10 157 0.5 3D10 236 0.75 2P8 100
35 x 20 2D16 402 0.5 2D16 402 0.5 2P8 150
40 x 20 4D10 314 1 6D10 471 1.5 2P8 180

4.6 Perhitungan Kolom


 dimensi kolom 300 x 300 mm
 fc’ = 30 MPa dan fy = 400 MPa
 ø tulangan = ø 13 mm
 ø tulangan geser = ø 10 mm

Perhitungan didasarkan pada sumbu XZ


Pada lantai bawah, gaya- gaya terbesarnya:
20.156
𝑀𝑢 = 20.156 KN. m → 𝑀𝑛 = = 25.195 KN. m
0.8
= 25.195 × 106 N. mm
15.8628
𝑉𝑢 = 15.8628 KN → 𝑉𝑛 = = 21.150 KN = 21.150 × 103 N
0.75
83.730
𝑃𝑢 = −83.730 KN(tekan) → 𝑃𝑛 = = 139.5507KN
0.6
= 139.5507 × 103 N

1 1
𝐼𝑔𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠) = ∙ 𝑏 ∙ ℎ3 = ∙ 300 ∙ 3003 = 6.75 × 108 mm4
12 12

7
1 1
𝐼𝑔𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) = ∙ 𝑏 ∙ ℎ3 = ∙ 300 ∙ 3003 = 6.75 × 108 mm4
12 12
𝐼𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠) = 0.7 ∙ 𝐼𝑔𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠) = 4.725 × 108 mm4

𝐼𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) = 0.7 ∙ 𝐼𝑔𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠) = 4.725 × 108 mm4

1 1
𝐼𝑏(𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘) = 0.35 × ∙ 𝑏 ∙ ℎ3 = 0.35 × ∙ 300 ∙ 3003
12 12
= 2.3625 × 108 mm4

𝐸𝑐 = 4,700 ∙ √𝑓𝑐 ′ = 4,700 ∙ √30 = 25742.96 MPa

𝜑𝐴 = 1 (jepit)

𝐸𝑐 ∙ 𝐼𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) 𝐸 ∙𝐼
⁄𝑙 + 𝑐 𝑐(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠)⁄𝑙
𝑐 𝑐
𝜑𝐵 =
𝐸𝑐 ∙ 𝐼𝑏(𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘𝑘𝑖𝑟𝑖) 𝐸𝑐 ∙ 𝐼𝑏(𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛)
⁄𝑙 + ⁄𝑙
𝑏(𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘𝑘𝑖𝑟𝑖) 𝑏(𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛)

= 2.571

𝐼 8
𝑟 = √ 𝑔𝑐⁄𝐴𝑔 = √6.75 × 10 ⁄300 𝑥 300 = 86.603 mm

Dari nomogram (Faktor panjang efektif, k, RSNI 2002 hal 78) diketahui k
0.83

7
Cek Rasio Kelangsingan

𝑘 ∙ 𝑙𝑢 0,83 ∙ (2500 − 0,5.400)


= = 22.043 > 22 → berarti kolom pendek
𝑟 86.603

𝑀𝑐 = 𝑀2 = 12,036 KN. m

12,036
𝑀𝑛𝑐 = = 31.494 KN. m = 31.494 × 106 N. mm
0.8

a. Tulangan Longitudinal
𝑃𝑢 = −83.73044 KN = 83730.444 N
𝐴𝑔 = 300𝑥300 = 90000𝑚𝑚2
Fc’ = 30 Mpa
Pu / ø. Ag. 0,85 .fc’= 83730.444 / 0.6 x 90000 x 0,85 x 30 = 0.061
20.156
e 1 = Mu/Pu = 83.730 =0.241 m = 241 mm

e 1 / h = 241/300 = 0.802
(Pu / ø. Ag. 0,85 .fc’).(e1/h) = 0.061 x 0.802 = 0.049
d’/h = 60/300 = 0.2 mm

7
Menurut grafik dari Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang
didapatkan : r = 0.002 ; β = 1.2
p = r . β = 0.002 x 1.2 = 0.0024

𝐴𝑠 = 0.0035 𝑥 300 𝑥 300 = 315 𝑚𝑚2

315
𝑛(∅13) = = 2.373 ≈ 4∅13
0.25 ∙ 𝜋 ∙ 132
1
(1+1𝑥𝑃𝑢
Vc = ( 6
) 𝑥 √𝑓𝑐′ x b x d’
(14 𝑥 𝐴𝑔
1
(1+1𝑥83730.444
= (6 ) 𝑥 √30 x 300 x 225.5
(14 𝑥 90000

= 65859.55 N
b. Geser Kolom
Data
Geser kolom, Vu = 15.8628 KN
Aksial kolom, Pu = 83.7304 KN
Mutu beton, fc’ = 30 MPa
Mutu baja, fy = 400 MPa
Faktor reduksi, ϕ = 0.75

7
Lebar,b = 300 mm
Tinggi, h = 300 mm
Selimut beton, ds = 60 mm
Tinggi efektif, d’ = 74.5 mm
Tnggi dari atas hingga ke tulangan, d = 225.5 mm
β1, = 0.85
Factor reduksi, ϕ geser = 0.75
Diameter tulangan geser, Dsengkang = 8 mm
Diameter tulangan longitudinal, D tulangan utama = 13 mm
Luas tulangan geser, Av = 100.48 mm²
Spasi tulangan geser, s = 100 mm
Luas penampang, Ag = 90000 mm²

Cek Geser Kolom


Vu = 15.86 KN
𝑉𝑢 15.86
Vn = ϕgeser = = 21.15 𝐾𝑁
0.75
Vc = 65.86 KN
83.7304
(1+𝑃𝑢) (1+ )
1000
Vs = 1 = 1 = 65.86 𝐾𝑁
14 .𝐴𝑔. √𝑓𝑐.𝑏.𝑑 14 .90000. √30.300.225.5
6 6
Av = 100.48 mm²

Cek Keperluan Geser Kolom


Vu > ϕ geser. Vc
15.86 KN > 0.75 x 65.86
15.86 KN > 49.395 KN cek banding Vu dan ϕ geser. Vc
Vu > ϕ geser. (0.5Vc)
15.86 KN > 0.75 x (0.5 x 65.86)
15.86 KN > 24.70 KN cek banding Vu dan ϕ geser (0.5Vc)
→ Vu < Vc TIDAK PAKAI TULANGAN GESER

Cek Vs terhadap Balok


2
Vs min. > 3
√𝑓𝑐 . 𝑏. ℎ
2
-28.24 > √30 𝑥 0.3 𝑥 0.3
3
-28.24 > 328.63 OK
→ KOLOM SUDAH PAS TIDAK PERLU PELEBARAN PENAMPANG

Cek Sengkang
1
3
√𝑓𝑐 . 𝑏. ℎ > Vs min.
1
3
√30 . 0.3 𝑥 0.3 > -28.244 KN
164.317 > -28.244 KN OK
→ digunakan Sengkang d/2
(𝐴𝑣 .𝑓𝑦.𝑑) (100.48 𝑥 400𝑥 225.5)
Spasi tulangan geser rencana, s = =
𝑉𝑠 −28.24

7
= -320.89 mm
Spasi tulangan geser (tump), s.maks-1 = 0.25d = 0.25 x 225.5 = 56.375 mm
Spasi tulangan geser minimum, s.maks-2 = 0.25h = 0.25 x 300 = 75 mm
→ maka dipakai smaks
Cek Hitungan Manual
Vu = 15.86 KN
ϕVn = 0.75 x (Vs + Vc) = 0.75 x ( 90.63 + 65.86) = 117.37 KN
Vc = 65.86 KN
Vs = 90.63 KN
ϕVn > Vu
117.37 > 15.86 OK

Vc = 65859.55 N
Pu = 83730.44 N
3 𝑥 𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 𝑥 𝑓𝑦 3 𝑥 100.48 𝑥 400
Smin = = = 401.92 𝑚𝑚
𝑏 300
S = 112.75 mm ϕ8-100

4.7 Menghitung Perencanaan Tangga


 Analisa Kelayakan Tangga
Data yang direncanakan sebagai berikut :
Fc = 30 MPa
Fy = 400 MPa
Tinggi tangga = 250 cm
Diperkirakan tinggi Optrede = 25 cm
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐿𝑡.1
Jumlah Optrede = = 10 buah
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑜𝑝𝑡𝑟𝑒𝑑𝑒

Tangga akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah
- Bagian bawah : 5 optrede → hbawah = 25 x 5 = 125 cm
- Bagian atas : 5 optrede → hbawah = 25 x 5 = 125 cm
a. Syarat tangga
2 x optrade + antrede = 85 cm
= 85 – 2 x 25 (tinggi optrede)
= 35 cm
Sudut kemiringan tangga < 45°
125
𝛼 = 𝑎𝑟𝑐 tan ( ) = 35.54°
175

7
Lebar tangga yang direncanakan untuk 2 orang, maka diambil lebar
tangga 140 cm dengan Panjang bordes 300 cm.
b. Lebar pelat tangga dan pelat bordes

125 cm

35.54°

175 cm 150 cm

Sin α = 0.58
Cos α = 0.81
 Perhitungan Pembebanan
a. Tangga
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
L = √𝐿𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 2 + ²
2

250
= √1752 + ²
2

= 215.06 cm = 2150.6 mm
Tebal plat tangga
𝐿 𝑓𝑦 2150.6 400
hmin = (20)𝑥(0.4 + 700) = ( )𝑥(0.4 + 700) = 104.46 mm ≈ 150 mm
20

Jadi, untuk tebal pelat tangga 150 mm


Tebal plat bordes
𝐿 𝑏𝑜𝑟𝑑𝑒𝑠 𝑓𝑦 1500 400
h min = ( )𝑥(0.4 + 700) = ( )𝑥(0.4 + 700) = 72.86 mm ≈ 150 mm
20 20

Jadi, untuk tebal pelat bordes 150 mm

7
t'
t'

35

25

t total
t

T = 18 x cos (35.54) = 20.34


1 1
t = 2 𝑇 𝑇 = 2 𝑥 20.34 = 10.34

t =T+t = 25.17
Beban Mati (WD)
 Berat sendiri plat + anak tangga =
=8.457681 KN/m = 845.7681 kg/m
 Berat penutup lantai = t x 24 KN/m³ x Ltangga
= (25.17/100) x 24 x (140/100)
= 0.336 KN/m = 33.6 kg/m
 Berat adukan = 0.24 KN/m² x Ltangga
= 0.24 x (140/100)
= 0.294 KN/m = 29.4 kg/m
 Berat sandaran = 0.7 x 0.1 x 10 x 2
= 1.4 KN/m = 140 kg/m
WD = 10.48768 KN/m = 1048.768 kg/m
Beban hidup (WL)
WL = 3 KN/m x Ltangga x 0.85
= 3 x (140/100) x 0.85
= 3.57 KN/m = 357 kg/m
Beban Ultimate (qU)
qU = 1.2 WD + 1.6 WL

7
= 1.2 (10.48768) + 1.6 (3.57)
= 18.29722 KN/m = 1829.722 kg/m
b. Pembebanan bordes
Beban Mati (WD)
 Beban sendiri pelat = 0.24 KN/m² x Panjang bordes
= 0.24 x (300/100)
=10.8 KN/m = 1080 kg/m
 Berat adukan = 0.21 KN/m² x Panjang bordes
= 0.21 x (300/100)
= 0.63 KN/m = 63 kg/m
 Berat keramik (1cm) = 0.24 KN/m² x Panjang bordes
= 0.24 x (300/100)
= 0.72 KN/m = 72 kg/m
 Berat sandaran = 0.7 x 0.1 x 10 x 2
= 1.4 KN/m = 140 kg/m
WD = 13.55 KN/m = 1355 kg/m

Beban Hidup (WL)


WL = 3 KN/m x Panjang bordes x 0.85
= 3 x (300/100) x 0.85
= 7.65 KN/m = 765 kg/m
Beban Ultimate (qU)
qU = 1.2 WD + 1.6 WL
= 1.2 (13.55) + 1.6 (7.65)
= 28.5 KN/m = 2850 kg/m
Lalu masukkan pada SAP
Selanjutnya mulai penggambaran di aplikasi SAP, dan didapatkan hasil
sebagai berikut:

7
Gambar 4. Distribusi Beban Tangga

 Perhitungan Tulangan Pelat Tangga


Contoh perhitungan pelat tumpuan

Mu = 8.578 KN.m

𝑀𝑢 8.578
Mn = = = 10.190 𝐾𝑁. 𝑚
𝜙 0.8

𝑀𝑛 10.190
𝑅𝑛 = = = 0.652
𝑏𝑑² 1000(125)²

𝑓𝑦
𝑚=
0.85 𝑥 𝑓𝑐
400 Peraturan SNI untuk ρ min
=
0.85 𝑥 30 fy = 240 MPa → ρmin = 0.0025
= 15.686
fy = 400 MPa → ρmin = 0.0018
ρ min = 0.0018 mm ( SK-SNI)

1 2 𝑥 𝑅𝑛 𝑥 𝑚
ρ perlu = 𝑥 (1 − √1 − ))
𝑚 𝑓𝑦

7
1 2 𝑥 0.652 𝑥 15.686
= 𝑥 (1 − √1 − ))
15.686 400

= 0.0017  Jika ρ perlu > ρ min


Didapat ρ perlu < ρ min maka digunakan ρ perlu
maka digunakan ρ min = 0.0018  Jika ρ perlu > ρ min
maka digunakan ρ min
𝐴𝑠 = ρxbxd

= 0.0018 𝑥 1000 𝑥 125

= 225 mm²

1
𝐴𝑠 Ø = 𝑥 π x d²
4

1
= 4 𝑥 3.14 𝑥 (10)²

= 78.5 𝑚𝑚²
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
Jumlah tulangan (n) = 𝐴𝑠 Ø

225
=
78.5
= 2.87 ≈ 3 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
1000
Spasi tulangan = = 333.33 ≈ 300 𝑚𝑚
3

⸫ Maka digunakan ϕ 10 – 300 mm

Kontrol d

1000
𝑥 𝐴𝑠 Ø > As perlu
𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

1000
𝑥 78.5 > 225
300

235.50 > 225 ……. OK

7
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan, ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis
simpulkan, yaitu:
 Dimensi balok yang didapat 15x10, 20x10, 35x20, 40x20, 25x15 dan kolom
30x30.
 Tebal plat atap yang digunakan adalah 12 cm dan Tebal plat lantai yang
digunakan adalah 12 cm.
 Pembebanan pada lantai didapatkan beban mati sebesar 3.815 KN/m², beban
hidup sebesar 2.5 KN/m², dan beban rencana sebesar 8.578 KN/m². Pada
pembebanan atap didapat beban mati sebesar 2.9 KN/m²,beban hidup sebesar
1.5 KN/m², beban rencana sebesar 5.88 KN/m².
 Penulangan pelat lantai diperoleh 3Ø10 dan 4Ø10 dan pelat atap diperoleh
3Ø10, 3Ø12, dan 4Ø12.
 Peritungan portal melintang dengan metode cross : tumpuan A mendapat
momen sebesar 0.749 KN.m, tumpuan B sebesar 4.913 KN.m, dan tumpuan
C sebesar -5.773 KN.m. Lalu perhitungan portal memanjang dengan metode
cross : tumpuan I mendapat momen sebesar 6.282 KN.m, tumpuan J sebesar
-1.656 KN.m, tumpuan K sebesar -2.924 KN.m, dan L sebesar -1.632 KN.m
 Untuk penulangan balok pelat atap digunakan 2D20 pada balok berdimensi
15x10; 2D16 pada balok berdimensi 15x25 dan 35x20; 2D10 pada balok
berdimensi 20x10. Untuk tulangan balok pelat lantai digunakan 2D10 pada
balok berdimensi 15x10,20x10,15x25; 2D16 pada balok berdimensi 35x20;
dan 4D10 pada balok berdimensi 40x20.
 Untuk penulangan Sengkang balok pelat atap digunakan 2P13 pada balok
berdimensi 15x10 dan 2P8 pada balok berdimensi 15x25, 20x10, 35x20,
40x20. Penulangan Sengkang pada balok pelat lantai digunakan 2P8 pada
semua dimensi.
 Pada perhitungan tangga diperoleh tinggi optrede 25 cm dengan jumlah 10
buah(5 atas dan 5 bawah), sudut kemiringan tangga sebesar 35.54°, lebar
tangga 140 cm, panjnag bordes 300 cm, tebal pelat tangga dan bordes 150

7
mm, Mutumpuan = 8151.80 N.mm dan Mulapangan = 3177.90 N.mm, dan
penulangan pelat tangga 3Ø10 pada tumpuan dan lapangan

5.2 Saran
Pada saat pelaksanaan perhitungan sebaiknya perhitungan diteliti dengan baik
agar tidak sering terjadi kesalahan.

7
DAFTAR PUSTAKA
Gideon H. Kusuma. (1997). Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang.

Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai