Batuan metamorf terbentuk dari batuan asal yang mengalami perubahan akibat pengaruh tekanan dan suhu tinggi. Terdapat tiga jenis batuan metamorf yaitu termal, dinamo, dan pneumatolitis kontak yang dihasilkan dari proses metamorfisme termal, tekanan, dan pengaruh gas magma. Batuan metamorf diklasifikasi berdasarkan komposisi kimia dan strukturnya, seperti foliasi dan non foliasi.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
87 tayangan13 halaman
Batuan metamorf terbentuk dari batuan asal yang mengalami perubahan akibat pengaruh tekanan dan suhu tinggi. Terdapat tiga jenis batuan metamorf yaitu termal, dinamo, dan pneumatolitis kontak yang dihasilkan dari proses metamorfisme termal, tekanan, dan pengaruh gas magma. Batuan metamorf diklasifikasi berdasarkan komposisi kimia dan strukturnya, seperti foliasi dan non foliasi.
Batuan metamorf terbentuk dari batuan asal yang mengalami perubahan akibat pengaruh tekanan dan suhu tinggi. Terdapat tiga jenis batuan metamorf yaitu termal, dinamo, dan pneumatolitis kontak yang dihasilkan dari proses metamorfisme termal, tekanan, dan pengaruh gas magma. Batuan metamorf diklasifikasi berdasarkan komposisi kimia dan strukturnya, seperti foliasi dan non foliasi.
Batuan metamorf terbentuk dari batuan asal yang mengalami perubahan akibat pengaruh tekanan dan suhu tinggi. Terdapat tiga jenis batuan metamorf yaitu termal, dinamo, dan pneumatolitis kontak yang dihasilkan dari proses metamorfisme termal, tekanan, dan pengaruh gas magma. Batuan metamorf diklasifikasi berdasarkan komposisi kimia dan strukturnya, seperti foliasi dan non foliasi.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13
BATUAN METAMORF
2.1 Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf sering disebut juga sebagai batuan malihan. Batuan metamorf atau batuan malihan ini merupakan sekelompok batuan yang merupakan hasil dari ubahan atau transformasi dari suatu tipe batuan yang sudah ada sebelumnya (protolith) oleh suatu proses yang disebut dengan metamorfosis atau mengalami perubahan bentuk. Pengertian metamorf dalam ilmu geologi merujuk pada perubahan dari kelompok mineral dan tekstur batuan. Perubahan yang terjadi dalam suatu batuan yang mengalami tekanan dan temperatur yang berbeda.
Sumber : Aulia Azhar. 2010
Gambar 1 Batuan Metamorf
Sumber: Mc Knight,Tom L & Hess Darrel, 2008
Gambar 2 Animasi melting pada batuan metamorf Batuan metamorf berarti batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku, sedimen, metamorf) yang mengalami perubahan, terjadi karena berbagai sebab seperti temperatur tinggi, tekanan tinggi, serta temperatur dan tekanan tinggi. 1. Temperatur tinggi Temperatur tinggi berasal dari magma. Batuan ini berdekatan dengan dapur magma, sehingga ini disebut metamorf kontak. Contoh: marmer dari batugamping (limestone) dan antrasit dari batubara.
Sumber: Mc Knight,Tom L & Hess Darrel, 2008
Gambar 3 Tambang marmer yang ada di Kecamatan Besuki, Tulungagung Dua aktivitas geologi yang berupa vulkanisme dan tektonisme berkaitan erat dengan terdapatnya batuan metamorf di kawasan Tulungagung selatan. Jenis batuan metamorf yang ada di kawasan ini adalah marmer, yang merupakan malihan dari limestone. 2. Tekanan tinggi Tekanan yang tinggi dapat berasal dari endapan-endapan yang sangat tebal. Contoh, batulumpur (mudstone) menjadi batutulis (slate). Batuan ini banyak dijumpai di daerah patahan atau lipatan.
Sumber: Wikipedia, 2010
Gambar 4 Batulempung (mudstone) yang berubah menjadi batutulis (slate) Gambar di atas menunjukkan perubahan pada mudstone yang berubah menjadi slate. Slate terbentuk pada temperatur dan suhu yang rendah. Oleh karena itu, agen metamorfosis yang paling berperan adalah tekanan terhadap batuan tersebut. Slate ditandai oleh struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine grained). 3. Temperatur dan tekanan tinggi Tekanan dan suhu tinggi terjadi bila ada pelipatan dan pergeseran saat pembentukan pegunungan. Proses ini disebut metamorfosis pneumatolistik, contoh: Sekis.
Sumber: Sasmito, 2016
Gambar 5 Batuan Sekis di Kali Brengkok, Karangsambung, Kebumen Sekis berasal dari mineral asam lempeng benua. Batuan ini berkilauan ketika tertimpa sinar matahari dan merupakan batu tertua yang tersingkap di Pulau Jawa. Pengukuran dengan radioaktif menunjukkan batuan ini berumur 121 juta tahun, dari Zaman Kapur. Batuan alas Pulau Jawa ini memiliki nilai ilmiah tinggi karena membuktikan bahwa sejak zaman itu telah terjadi tumbukan lempeng samudera dengan lempeng benua di kawasan Karangsambung.
2.2 Genesa Batuan Metamorf
Dalam daur geologi batuan metamorf dapat berasal dari batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf itu sendiri yang mengalami proses metamorfosa yang merupakan proses perubahan batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia, fluida atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa, tanpa melalui fase cair. Sumber : Azhar Aullia. 2010 Gambar 6 Proses Metamorfisme
Perubahan temperatur dapat terjadi karena berbagai sebab, antara lain
karena adanya pemanasan dari intrusi magmatit dan perubahan gradien geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu 1500C + 50oC . Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 650oC-1100oC, suhu itu tergantung pada jenis batuan asalnya. Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi. Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaan yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir batuan, fluida aktif yang banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan hidroflorik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat membentuk reaksi kimia.
2.3 Jenis Batuan Metamorf
1. Metamorf termal (kontak) Batuan metamorf yang terbentuk karena pengaruh suhu yang sangat panas. Karena letaknya dekat dengan magma. Contohnya marmer. Marmer termasuk batuan malihan dari batugamping. Berkaitan dengan hal tersebut, suhu yang panas akan membakar bahkan mencairkan batugamping. Pada tahap selanjutnya, batugamping mengalami pendinginan dan menjadi marmer.
Sumber: Sasmito, 2016
Gambar 7 Tambang Batu Marmer Desa Besole, Kecamatan Besuki, Tulungagung Marmer dapat terbentuk di daerah ini karena daerah pegunungan kapur. Formasi lapisan batuan kapur terbentuk oleh pengangkatan dasar lautan, karena adanya aktivitas tektonik, berdasarkan hipotesis pembentukan marmer disebabkan oleh aktivitas vulkanisme. Panas yang ditimbulkan oleh magma dapat mengubah batugamping menjadi marmer. Aktivitas endogenik lainnya adalah tektonisme yang menimbulkan tekanan yang yang tinggi sehingga batugamping akan mengalami rekristalisasi dan membentuk berbagai foliasi mapun nonfoliasi. Akibatnya, struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur kuarter hingga tersier.
Sumber: Sasmito, 2016
Gambar 8 Peta Geologi Tulungagung menggambarkan kondisi formasi batuan 2. Metamorf dinamo (sintektonik) Terbentuk karena pengaruh tekanan yang sangat tinggi. Pada umumnya terjadi di bagian atas kerak bumi. Adanya tekanan dari arah yang berlawanan menyebabkan perubahan butir-butir mineral menjadi pipih dan ada yang mengkristal kembali.
Sumber: Sasmito, 2016
Gambar 9 Batu Antrasit Antrasit merupakan batubara yang paling keras. Ketika dibakar, antrasit menghasilkan api biru yang sangat panas dan berwarna hitam mengkilat. Jenis metamorfosa ini banyak dijumpai pada daerah-daerah patahan dan lipatan. Pada jenis batuan metamorf dinamo terbentuk dari batuan sedimen yang berubah menjadi batuan hablur. Misalnya: Gneis, Sabak, Antrasit, dan Serpih. 3. Metamorfik pneumatolitis kontak Batuan yang terbentuk karena pengaruh gas-gas dari magma. Pengaruh gas panas pada mineral batuan menyebabkan perubahan komposisi kimiawi mineral tersebut. Contohnya kuarsa dengan gas borium berubah menjadi Turmalin
Sumber: Sasmito, 2016
Gambar 10 Turmalin Batu Turmalin termasuk batu mineral semi mulia. Turmalin termasuk salah satu mineral yang memiliki kemampuan untuk memancarkan ion negatif dan sinar inframerah jauh. Turmalin juga memiliki kemampuan untuk menjadi sumber muatan listrik sendiri.
2.4 Klasifikasi Batuan Metamorf.
2.4.1 Berdasarkan komposisi kimianya Klasifikasi ini di tinjau dari unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam batuan metamorf yang akan mencirikan batuan asalnya. Berdasarkan komposisi kimianya batuan metamorf terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu : Calcic Metamorphic Rock adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang bersifat kalsik (kaya unsur Al), umumnya terdiri atas batulempung dan serpih. Contoh: batusabak dan Phyllite. Quartz Feldsphatic Rock adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur kuarsa dan feldspar. Contoh : Gneiss Calcareous Metamorphic Rock adalah batuan metamorf yang berasal dari batugamping dan dolomit. Contoh : Marmer Basic Metamorphic Rock adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semibasa dan menengah, serta tufa dan batuan sedimen yang bersifat napalan dengan kandungan unsur K, Al, Fe, Mg. 2.4.2 Berdasarkan Strukturnya Secara umum struktur yang di jumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur Foliasi Struktur Skistose, struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran. Sumber : Budi, 2014 Gambar 11 Struktur Sistossic Struktur Gneisik, struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
Sumber : Budi, 2014
Gambar 12 Struktur Gneissic Struktur Slatycleavage, sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
Sumber : Budi, 2014
Gambar 13 Struktur Saltycleavage Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
Sumber : Budi, 2014
Gambar 14 Struktur Phylitic Struktur Non Foliasi Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif seragam.
Sumber : Budi, 2014
Gambar 15 Struktur Hornfelsik Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan asal. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
Sumber : Budi, 2014
Gambar 16 Struktur Milonitic Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran beragam. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus atau fibrous. 2.4.3 Berdasarkan Tekstur Yaitu kenampakan batuan berdasarkan ukuran, bentuk dan orientas butir mineral yang dimiliki batuan tersebut. Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic yang ditambahkan pada istilah dasarnya. Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristal berukuran seragam disebut dengan granoblastik. Tekstur berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa Relict/Palimset/Sisa Tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf tersebut. Kristaloblastik Tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri, yang sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik Tekstur berdasarkan ukuran butir Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata Tekstur berdasarkan bentuk individual Kristal Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain disekitarnya. Tekstur berdasarkan bentuk mineral Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral. Granoblastik, apabila penyusunnya berbentuk granular, batas mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur), kristalnya anhedral. KESIMPULAN
Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari batuan asal
(batuan beku, sedimen, metamorf) yang mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi karena berbagai sebab seperti temperatur tinggi, tekanan tinggi, serta temperatur dan tekanan tinggi. Batuan metamorf sering disebut juga sebagai batuan malihan. Batuan malihan ini merupakan sekelompok batuan yang merupakan hasil dari ubahan atau transformasi dari suatu tipe batuan yang sudah ada sebelumnya (protolith) oleh suatu proses yang disebut dengan metamorfosis atau mengalami perubahan bentuk. Batuan metamorf dibagi dalam 3 jenis berdasarkan keterbentukannya yaitu batuan metamorf kontak yaitu batuan metamorf yang terbentuk akibat adanya suhu yang tinggi, batuan metamorf dinamo yaitu batuan metamorf yang terbentuk karena adanya tekanan yang sangat tinggi dan yang terakhir yaitu batuan metamorf pneumaolitis yaitu batuan metamorf yang terbentuk akibat adanya pengaruh gas-gas yang berada pada magma. Dalam pengklarifikasiannya batuan metamorf juga dibagi dalam 3 tipe yaitu ada yang berdasarkan komposisi kimia, berdasarkan terkstur dan berdasarkan struktur. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym .2016. “Batuan Metamorf” ilmugeografi.com Diakses tanggal 2
Desember 2017 pukul 16.00 WIB
2. Ariany, Mitha. 30 Mei 2012. “Batuan Metamorf”. mithaariany.wordpres s.com
Diakses tanggal 2 Desember 2017 pukul 15.25 WIB
3. Rizqi. Mei 2013. “Batuan Metamorf”. rizqigeos.blogspot.com. Diakses