Buka menu navigasi
Tutup saran
Cari
Cari
id
Change Language
Ubah Bahasa
Unggah
Memuat...
Memuat...
Pengaturan Pengguna
close menu
Selamat datang di Scribd!
Unggah
Baca secara gratis
Pertanyaan Umum dan dukungan
Bahasa (ID)
Masuk
0 penilaian
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
58 tayangan
Kepmenkes 364 2006 PDF
Diunggah oleh
Batahi Exaudi Putra Simanjuntak
Ditingkatkan-AI
Hak Cipta:
© All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh
sebagai PDF atau baca online dari Scribd
Unduh
Simpan
Simpan KEPMENKES_364_2006.pdf Untuk Nanti
0%
0% menganggap dokumen ini bermanfaat, undefined
0%
, undefined
Tanamkan
Bagikan
Cetak
Laporkan
Kepmenkes 364 2006 PDF
Diunggah oleh
Batahi Exaudi Putra Simanjuntak
0 penilaian
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
58 tayangan
21 halaman
Judul yang ditingkatkan AI
Informasi Dokumen
klik untuk memperluas informasi dokumen
Judul Asli
KEPMENKES_364_2006.pdf
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
PDF atau baca online dari Scribd
Bagikan dokumen Ini
Bagikan atau Tanam Dokumen
Opsi Berbagi
Bagikan di Facebook, terbuka di jendela baru
Facebook
Bagikan di Twitter, terbuka di jendela baru
Twitter
Bagikan di LinkedIn, terbuka di jendela baru
LinkedIn
Bagikan dengan Email, membuka klien email
Email
Salin tautan
Salin tautan
Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?
0%
0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat
0%
0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat
Apakah konten ini tidak pantas?
Laporkan
Hak Cipta:
© All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh
sebagai PDF atau baca online dari Scribd
Unduh sekarang
Unduh sebagai pdf
Simpan
Simpan KEPMENKES_364_2006.pdf Untuk Nanti
0 penilaian
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
58 tayangan
21 halaman
Kepmenkes 364 2006 PDF
Diunggah oleh
Batahi Exaudi Putra Simanjuntak
Judul yang ditingkatkan AI
Hak Cipta:
© All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh
sebagai PDF atau baca online dari Scribd
Simpan
Simpan KEPMENKES_364_2006.pdf Untuk Nanti
0%
0% menganggap dokumen ini bermanfaat, undefined
0%
, undefined
Tanamkan
Bagikan
Cetak
Laporkan
Unduh sekarang
Unduh sebagai pdf
Lompat ke Halaman
Anda di halaman 1
dari 21
Cari di dalam dokumen
PEDOMAN PENGENDALIAN DEMAM TIFOID (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/MENKES/SK/V/2006 Tanggal 19 Mei 200) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahaya Penyakit Tifoid merupakan penyakit yang mengancam Kesehatan masyarakat di Indonesia, oleh karenanya dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sejak usia dini, perlu dilakukan upaya pengendalian Damam Tifoid dengan pemeriksaan berkala, pengobatan, pengamatan penyakit, perbaikan kesehatan lingkungan dan penyuluhan Kesehatan; 6. hahwa untuk melaksanakan upaya pengendalian Demam Tifoid sebagaimana huruf a i atas, perl ditetapkan Pedoman Pengendalian Demam Tifoid dengan Keputusan Menteri Kesehatan; Mengingat 4. -Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Yahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495), 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintaan Oaeran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 4438), 4 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Waban Penyakit, Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991, Nomer 49, tambanan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447); 5. Peraturan Presiden Nomor @ fahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tala kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, 6 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor §74/Menkes/ SKil\V/2000 tentang Pembangunan Kesehatan Menu Indonesia Sehat 2010 7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131/Menkes! SK/T1/2004 fentang Sistem Kesehatan Nasional 4. Peraturan Menten! Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1575/MENKESIPER/KV/2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia MEMLITUSKAN: Menetapkan Kesatu KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN, ‘TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN, DEMAM TFG, Warta Perunciang-undangan No.2091/Selasa, 15-08-2008 Kedua Pedoman Pengendalian Demam Tifoid sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini Ketiga Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua merupakan acuan bagi petugas kesehatan dalam upaya pengendalian penyakit Demam Tifoi, Keempat Pembingan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan pedoman Ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dengan instansi terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kelima Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 2008 MENTERI KESEHATAN, te. Dr.dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp. JP(K) Lampiran PEDOMAN PENGENDALIAN DEMAM TIFOID L PENDAHULUAN 4. LATAR BELAKANG Demam tifoid (selanjutnya di sebut tifoid saja) atau tifus abdominatis banyak ditemukan dalam kehidupan ‘masyarakat kita, halk diperkotaan maupun di pedeszan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas yang mendalam dari Higiene pribadi dan saritasi lingkungan Seperti, higiene perorangan dan higiene penjamar makanan yang rendah. lingkungan yang kumuh, kebersihan fempat-tempat_umum (rumah makan. ‘estoran) yang kurang serta perlaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Seiring dengan terjadinya krisls ekonomi yang berkepanjangan akan menimbulkan Peningkatan kasus-kasus penyakit menular, termasuk fifoid in vtDi Indonesia penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah kesehetan masyarakat. Dari telah asus di rumah sakit besar ci Indonesia, kasus tersangka \ifoid menunjukkan Kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dengan kematian antara 0,8-5%. Dewasa ini penyakittfoid harus mendapat perhatian yang serius karena permasalahannya yang makin kompleks sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan. Permasalanan tersebut, adalah + Gejaia-gejala Klinik bervariasi dari sangat ringan sampai berat dengan komglikesi yang beroahaya; Komarbid atau koinfeksi dengart penyakct lain; Resistens! yang meningkat temnadap obat-obal yang lazim dipakai, WHO melaporkan bahwa resistens! {eiah berkembang di Mexico dan Vietnam sejak awal 1970-an dan hanya dalam beberapa tahun, 75% dari asus folah resisten, Saat ini dllaporkan banyak kasus resisien dengan banyak abet (mullicrug resistance). Angka resistensi di negara kita pelum ada laporan yang past Meningkatnya kasus-kasus Kavier aiau relaps. Hal ‘ni meriunjokkan bahwa metode pengobatan belum etektf, Sebuah stud) di Chile oleh Levine okk (1992) mengemukakan bahwa 690 kasus karier dari 790.000 penduduk Sampai saat ini, sangat sulit dibuat vaksin yang etektif,terutama untuk masyarakat kita yang tinggal didaerat-daerah yang bersifat endemik; Berdasarkan kajian dialas, dirasakan sangat peciu suatu upaye terpadu dan saling meahami pada kegiatan Pengobatan atau pencegahan oleh seluruh tenaga, kesehatan yang lerlibat dalam pengendalian penyakit ini Scbagai langkah pertama diperlukan sebuah buku Pedoman yang lengkap, mudah untuk dipahami atau dimengerti dan kendusif untuk dilaksanakan di negara, kita pada semua tingkat unit pelayanan 2. TUJUAN Tuluan Umum Meningkatkan upaya pencegahan, penemuan dini, serta pengodatan dan perawatan tifoid secara tepat, akurat dan berkualitas, sehingga mendatangkan angka kesembuhan yang tinggi serta dapat menekan derajat endemisitas sercadan mungiin Tujuan Khusus 1. Tersusunitya fangkahsiangkah kemitraan dalam pencegahan, dengan melibatkan masyarakat, stake hiolders dan Unit Pelayanan i
iood test). Komplikasi gerforasi ini ditandai dengan gojala-gejala akut abdomen dan peritonitis, Didapatkan gas bebas dalam rongga perut yang bantu dengan pemeriksaan Klinis Deda dan foto polos abdomen 3 posis. © HEPATITISTIFOSA Adalah diagnosis klnis, dimana didapatkan kelainan yaikn ikievus, hepatomegati dan kelainan test fungs! hati © PANKREATITIS TIFOSA Adalah diagnosis klinis dimana didapatkan petanda pankreatitis akut dengan peningkatan enzim lipase ‘Jan amilase, Dapat dibantu dengan USG atau CT Scan © PNEUMONIA Juga diagnosis klinis, dimana didapatkan petanda pneumonia. Diagnosis dapat dibantu dengan foto polos toraks. IV, TATALAKSANA PENGOBATAN & PERAWATAN 4. PERAWATAN UMUM DAN NUTRISL Penderita demam tifoid, dengan gambaran klinik jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit atau sarana kesehatan lain yang ada fasiltas perawatan, Tujoan Perawatan adalah 1. Optimalisasi pengobatan dan mempercepat penyembuhan 2, Observasi terradap perjatanan penyakit 3. Minimalisasi komplikasi 4. Isolasi untuk menjamin pencegahan terhadap peneemaran dan atau koniaminasi ‘Dakter dan Perawat harus mengontfol dan memenitor pasien tfoid yang sedang dirawat Warta Perundang-undangan No.2591/Selasa, 15-08-2006 TIRAHBARING Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan, seinpurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan pesforasi. Bila kinis berat, penderita ‘harys istiranat total, Billa terjadi penurunen kesadaran maka posisi tidur pasien harus diubeh-ubah pada wakiu tertentu untuk mencegah komplikasi pnevmo- pla hipostatik dan dekubitus. Penyakit membaik, maka dilakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekustan penderita. Buang air besar dan kecit sebaiknya dibanty oleh perawat. Hindari pemasangan kateter urine tetap, bila tidak indikasi elu Bendekatan dengan penuh pernatian dan ‘sikap penyayang | sangat pets dalam | Perawatan pendents © CAIRAN Penderta harus mendapat cairan yang cukup, balk Secata oral maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan kesadaran seria yang sult makan, Dosis cairan parenteral adalah sesuai dengan kebutuhan harian (tetesan rumatan). Bila ada komplikasi dosis cairan disesuaikan dengan kebuluhan. Cairan harus mengandung elektrolit dan lon! yang optimal Koni elesan Gavan in 0 Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah setulose (rendah serat) untuk meneegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk pendenita, Wiig , biasanya diklassifikasikan atas : diet cair, bubur nok, tish dan nasi biasa. Bila keadaan penderita baik diet dapat dimulai dengan diet padat atau tim (diet padat din), Tépi bila pendenta dengan kins berat sebaiknya dimulai dengan bubur atau diet cair yang selanjutaya dirubah secara berlahap sampai padat sesuai dengan lingkat kesembuhan penderita, Penderita dengan kesadaran menurun dlberi diet secara enteral melalui pipa lambung. Diet parenteral di pertimbangkan bila ada tanda-tanda komplikas! perdarahan dan alaw perforasi. v8Tai pendenta peru iperhatican © TERAPISIMPTOMATIK Terapi simptomatik dagat diberikan dengan perlimbangen untuk perbatkan keadaan umum, ponderia Roboransialvitamin + Antipireti« Antipiretik untuk kenyamanan penderita, letutama untuk anak-anak ‘Anti emetik Anti emetik diperlukan bila penderita muntah hebat c.KONTROLDANMONITOR DALAM PERAWATAN, Kontrol dan monitor yang aik harus dilakukan untuk. mengetahui Kebernasilan pengobatan. Hel-nal yang menjadi prioritas untuk dimonitor acalan 1. Suhy tubuh (siatus cemamjserta petanda vital lain, Petancia vital (suhu, nad), natas, fekanan davah) harus diukur secafa serial, Kurva suhu herus diouat secara sempurna pada lembaran rekam medi 2. Keseinibangan cairan Cairan yang masuk (infus atau minum) dan ‘cairan tubun yang ke luar (urine feses) harus seimbang 3. Deteksi cini temadap timbulaya komplibass 4. Adanya koinfeks! da: au komorbid dengan penyakit in 5, Efex samping dan atau efek toksik obat 6 Resistensi anti mikroba 7. Kemajuan pengobatan secara umum Disamping untuk mengetahui kebernasilan pengebaian, kontral den monitor oleh dakier dan perawal sangat dipetlukan untuk Konica Tekanan Darah eangal penting untuk deteksi_ dint ompiicasi Perubahan terapi dan penghentian terapi Program mobilisasi Program perubahan diet Indikasi pulang perawatan Warts Perundang-uncaagan No. 2591/Selasa, 15-08-2006, 2. ANTIMIKROBA © _KEBIJAKANDASAR PEMBERIAN ANTI MIKROBA Anti mikroba segera diberikan bila diagnosis, klinis demam tifoidtelan dapat ditegakkan, bak dalam bentuk diagnosis konfirmasi, probable, maupun suspek Sobelum anti mikroba diberikan, harus diambil ‘spesimen darah atau sumsum tulang lebih dulu, Untuk pemeriksaan biakan kuman Salmonella (biakan gal), keouali Fasilitas biakan ini ber betui tidak ada dan tidak bisa dilaksanakan Anti mikroba yang dipilinharus ‘mampectimbangkan 1. Tela dikenal sensi¢ dan otensial untuk tito. 2. Mempunyai sift farmakokinetik yang dapat berpenetrasi dengan balk ke jaringan serte mempunyai afinitas yang tinggi menujy oF gon sasaran. 2 Gerspextrum sempit. 4. Cara pemberian yang mudah dan dapat diloleransi dengan baik ofeh penderita temmasuk anak dan wanita ham 5, Eek samoing yang minimal, 0.” Tidak mudah resisten can efektif mencegah karier. (0 PILINAN ANTI MIKROBA UNTUK DEMAM TIFOID, Anti mikroba {antibiotika) yang dikemukakan dalam lave! di bawan adalah yang telah eikenal sensitf dan lekif uniuk demam tifid serta merupakan pilhan dan epi dari hasil uj kepekaan. ‘TABEL:ANTIMIKROBA UNTUK PENDERITATIFOID [anioria | 0oss KELEBIHANDAN \ REUNTUNGAN Dewasa -4 x 500 mg aon) soir 4 hat suing guna Gat ase sotaimgng Bakr | leh ama citer | tese2 grsesm sane | ofa unix td | ung # doce + Moran dan copa ter * Marupakan obat ye Derera can sens: ‘esi tng + Pembern PONY + Tdak gencon bia | Toke S9a5tra | Dewaso 24) git Setemal | shen Copa euro sub, oma pemeeran voDosis treat sin S nan) tunggal seca coup man wok ana anpsin e | Denese: (3-4) oct xmoasin” | somo 14 han ‘ana 100 Ke Be | Sela 10 na * Seing skombrasi gn Inloraeriel pads posen Ke + Teka | + Pembeign PONY | + Pomtaran WV * Amar arcu pendeila bart Dewasa 2x (160-800) Seema 2mngps Tunsik ang TMP 0 mag Kerimoksaso)QBinr tau Shpxa0-50 marke Sela 10 rt ‘ak sa + embers prea [D Sprotateauh * Patonsasin dor hohe 2x 800.ng 1 minggw saz koh mat | © Onetsasin 2 200-400) 1 eringgu cunpkne | Pafexsasin 1x40 eeoma t inggu | Anak: teak danurtan 0 Fleroaasin ene eek sarong 11400 solama t minggu | pasa peturbunan | ‘ang ‘sak: 1820 male BB | = Aron unt cotwine | reas) Zee elama | * Etekit "hat + Pembersn pero Devasa:4 x 500mg | * Dapat unk anak dan ‘Tamteniet | Anak 20 moixp BBMai | sewase setae (57) hal | Dispancen cakup son | Gebatinas” | siti pada beserapa i L_daeren STRATEG! PEMBERIAN ANTI MIKROBAUNTUKTIFOID 7 Antimikroba segera diberikan bila diagnosis telah sitwat Antimikroha yang diberikan sebagai lerapi awal adalah dar kelompak anti mikroba lini pertama untuk tif. Piihan ini sesuai dengan antimikroba dengan kepekaan tertinggi pada suatu daeran,karena lain daerah akan berbeda tingkat kepekaan antimikrosa ‘Sampai saat ini (tahun 2004), Kleramfenikol masin’ ‘menjadi pillhan pertarta, berdasarkan efikasi dan harga. Kekurangannya adalan jangka wakiv pemberiannya yang lama, serie cukup sering rnenimbulkan karier dan relaps. Kejadian relaps dan katier pada anak jarang dlaporkan. Pemberian Aniiiotike intra Vena lal selang Infus Warta Perundang-undangan No.2591/Selasa, 15-08-2008 Antimikeoba lini pertams untuk tifekd adalah + Klorainfenikal ‘mpisilin atau Amaxicilin (aman untuk penderita yang sedang han’), Tuimetroprin-Suifametoksazol Bila pemberian salah satu anti mikroba lini pertara, dinlai fidak efektit. dapat diganti dengan anti mikroba yang lain ‘tau dipith anti mixroba lini Kedua “Amoksisin, Ciproslozacin, | Khloramfenikol, | ‘agalah antbiouka gererik berloge yang ccukup banyak | sigunakan pada told | ‘Antimikroba fini Kedua Untuk tifid adalah = Seftriakson (diperikan untuk dewasa dan anak) = Cofixim (efektit untok anak) Quinolone (tidak dianjurkan untuk anak < 18 th, karena dinilai mengganggu pertumbuttan twlang). Bila penderita dengan flinis berat sampai toksik atau syak septik, antimikroba yang efektif adalah pemberian parenteral dan grade (2 nacam anlibiotik) (\ihat halaman tentang terapi untuk komplikasi) Bila pandenta dengan riwayat pernah menda ‘at lifoid secta memiliki predisposisi untuk carier, maka pengobatan pertama adalah golongan Quinatane dan lihat terapi untuk karier. + Jangan memilih antimikroba yang dikenal tidak ppofensial untuk tifoid walaupun hasil tes kepekaan dengan sensilifitas yang tinggi Setiap pemberian antimikroba untuk tifoid perlimbangkan secara matang tentang efikasi, {ingkal kepekaan pada masing-masing daerah, harga serla efek samping yang ditimbulkan Karena ilu setiap pasien harus dievaluasi secara fine torhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan hal tersebut 3. PENGOBATAN DAN PERAWATAN KOMPLIKAS! © PRINSI Komplixasi demam tifoid harus terdeteksi secara dini; + Monitor dan evaluasi, balk klinis maupun Jaboratoris harus terlaksana secara adekuat; Bila komplikasi ada, terapi yang tepat segera ‘ji berikan, Gila komplikasi berbahaya, t.arus di laksanakan perawatan intensif serta di rawal secara bersama dari bermacam- macam d'siplin spesialis yang terkait: + Pengobatan dan perawatan standar tifoid harus {clap terlaksana: v-t0© TERAP!KOMPLIKASITIFOID Tito! £Toksik © Antimtroba yang dipiih adalah pemberian parenteral an dapat ganda (Spektrum luas) seperti kombinasi Ampisilin dengan kloramfenikol. Pemberian, Kontixosteroid seperti deksametason dengan dosis 4x10 mg inttavena. Dosis uriuh anak : 1-3 mghkg 88/ hr selama 3 - § har 0 Penderits girawat secara intensif Syok Septik © Ponderita girawat secara intensif © Kegagalan hemodinamik yang terjadi dlatasi secara oplimal © Antimikrooa dipilin pemberian parenteral dan dapat ganda (Spektrum luas) seperti pada titbie toksik 0 Obat-avatan vasoaktif (seperti Dopartin) di pertimbangkan bila syok mengarah irreversible Perdaranan dan Perforasi © Penderita dirawat secara intensit 9 Dipertimbangkan trangfusi darah bila telah indikasi Segera transfusi bila telah terjaol perdarahan akut, dimana perdarahan teradi sebanyak 5 mVKq BBljam lian pemerksaan hemostalis normal © Bila perforasi Rawat bersama dengan ‘tkier bedah Operasi " Cito” bila telah indikasi + Beri antibiotk spektrum las untuk terapi tfoid dan infeksi Kontaminasi usus. Dipilin antibiotika dengan pemberian perenteral, seperti Ampisilin + Koramfenikot + Metronidazot Bila perforasi, per resusitasi cairan, puasa, pasang tube hidung lambung, diet parenteral serla monitor keseimbangan cairan (bila gerlu Gipasang keteter uci). Komptikasi Lain Komplikas! iain diobati sesuial indikasi. Disamping tu obat- ‘obatan gan prosedur perawatan defiitf untuk tifie, tetae eihenkan 4, PERAWATAN MANDIR! DI RUMAH Trick semua penderita tifoid yang mau direwat ai rumsh ssakit, Sangat banyak kendala atau hambalan yang ada pada masing-masing masyarakat kila, yang salah salu vianiaranya adslah keliadean biaya. Oengan perimbangan yang matang seria iaungikuti syarat-syarat yang i letapkan maka penderita tifoid dapat dirawat sinumah namun tetap tidak dianjurkon {. Syarat-syarat Syarat untuk penderita: © Penderita dengan gejala Kinis yang ringan, tidak ade landa-tanda komplikasi serta tak ada komorbid yang membahayakan, © Pendnrita dengan kesadaran balk dan dapat makan vinuen dengan baik pula fasta Perundang-undangan No.2591/Selasa, 15-08-2006 9 Penderita dengan keluarganya cukup mengerti Lemlang cara-cara merawsi sorta cukup paham tentang petanda bahaya yang akan timbul dari tifoid, © Ruman tangga penderita memiiki atau dapat mefaksanakan sistem pembuangan ekskreta (feses, muniahan) yang memenuhi syarat-syarat kesehatan © Pendelita dengan keluarganya trarus mengikut! pro gram pengobatan yang di berikan oleh dokter ‘Syarat untuk tenaga Kesehatan © Dokter yang merawat certanggung jawab penuh techadep pengobatan dan perawatan pasiennya, © Dokler sangal yakin dan dapat memprediksi bahwa penderita tidak akan menghadapi bahaya-bahaya yang seus © Pada prinsionya semua kegiatan penatalaksanaan Iiloié dapat ai laksanakan seperti: + Istiahat dan pentahapen mobilsasi Diet yang benar untuk demam tifoid + Pemberian obat-obatan (© Dokter mengunjungi pasiennya tiap har. Bila tidak bisa harus divakill oleh georang perawat yang mamou merawal tifoid © Dokier mempunyai hubungan komunikasi yang lancar dengan keluarga pasien. i. Penyelenggaraan © Pasien yang dirawat dapat 2 tipe yakni sejak awal, sakit dirawat di cumah atau lanjatan perawatan ari rumah sakit © Doxter menerangkan secara jelas terhadap talacara pengotatan dan perawatan serta aspek lain dari fold yang barus a ketahui pasien can keluarganya © Talacara ini (diet, pentahapan mobilisasi dan komsumsi obat) sebaiknya dipernatikan atau dilthai langsuag oleh dokter, banwa keluarga pasien lelah memahaminya dan mampu. melaksanakan © Mokter dan atau perawat mengunjungi pasien secara repule- (tiap tan} © Aluran seria perubahen-perubahan dari terapi dllaksanakan oleh dokter sesuai prosedur yanc lelah giletapkan (Pedoman Tatalaksana Demam Tiloig Bagi Tenaga Kesehatan) © Bila pasien mempunyal petanda kegawatan, harus segera dibawa ke rumah sakit lerdekat untuk perawatan 5, RANGKUMAN PRINSIP & LANGKAH STRATEGIS TATALAKSANATIFOID Berpedarnan Repada uraian sebelumnya, dim 1 dati patogenesis dan patofisiologis, gambaran klinis, diagnolis, pengebatan dan perawatas langkah- langkan strategis dalam tatalaksana Difoid in, seperti yang diutaraxan dalam kolom-kolom berikut, vatPRINS(P DAN LANGKAH STRATEGIS (no) onrae Pans | fol ns Fans 1 [hf eumiuasiawac [> wareptton soos ian | Seca bak hla ma Kan | | | | TATALAKSANATIFOID. [| goss keniy |B Burl domaen tis fi Tone naa edelan sagat | | © Giypeis fever auspach atau serungenemenete | Demon a ee | | Cry eve Probe) Kate an meter adap } ‘emir crasau rwahon + engin it { { | | | | Sonny lone ie } | oreo mel ‘erforas, sens, ensefaiopat dan inks poe Coan iit, tear ada masa minggu ke 2 éan Ke 3 Seman | |* Tae dina oan ios | | ‘Soboe efocnaah | te __|_ errs sees, ss} 2 FAWATATAU RUN” Nineteen Spee gees | eae + titles engamanon at 2 Sern Ha Kn "tat ene | Breer i er toran a 'e Kontt dan onto teraton per | serpent 7. | omonosisene Ja, matkaanaian prbiakaan ke | trom (Detam To1D |” dangen sare! onan, a ayn noes (te 208 hast akan) | KonrinvasutyeHow | Ur (sampel foes jr | | || Fever coneiaton) tags tna br | Ioana Rie | a Seman tox dergen toa ||| b. telshaanscangemerissen soca | ‘ena hedanvat \ teawnoa jf & Serer Samos ||| ooo | tensa roluad cengen e- Pacaiana pevoraesan eee | rrurobapsreserna) haus | Wrapaian pasar sea |* St ciagnosistoiatin dtegatkan | ‘mena | Rees lalatsaa (narjeman tio lah noun mut dan est Masi biaan pename atu | 8 An mien 2 Chateteis supe don | Sinonatk | So 2 mien + ater ctemteemueton |. | ~ Sameer || ls shennan | j paseo | | Js shee nan re [2 tn Taman nanan el op ea Keneemeaemee) (| toy ereees riers. | | | | | . marge aaah ast, | | brett pc tort cat Sonesta | - [eT pemaerian ann tr ‘Mermoecixan artimiarooa e-otis i | | pemaren, | fantosa, bene | | 3 Sete sd kobe Je. Perasehan aneieka G@r'babia} denn set | Pepe ceegan SDH 9 Seesimer anon vatan | | ott ars ae of Aepe- | {atl use) dn senerisen | ‘aan, nema tap dipn cari | | Steerer | trivia yang Stas! sna | | { | (pomerkssse miosis oer nie 08 | ama) keovel porenusnan | | + Bla biker tk aco, cpant | | | Bakes Bonar tg dnat | Sengan sats wesyang | | gimksarakan { leah akera memories | | | | > Binansbotca riper | ye Snag 1 | |” eras ents moaas), pin | } | EES prams yr 4. Mentalkemssn pegstaan seca _siau berken artiivoti ini kedua | satan Perurnan a 2 [Teramremimote [a Sep is onpiton sae + Barbar resaceon KOMPLIRASIDAN Gera secre shes apt + hatse maton | | kewarto Iyalbatan te! seis ang "oO |, Be mnmerens | suman, | | | | | ; } |__ trap menune standar } * Perubanan Dit 8, | KONTROLCAN Kontrol ean moniter gelanda vial | } Bile penvaian klinis sernbuh, “Senne f eters eee | gee) Gh) Warta Perundang-undangan No.239%/Selasa, 15-08-2006 v2PRISE + sit hari bebas panae Konpikagvtarerti (ats sau terete 8. Sebetum pasien pulang, sisksona- an bien cergan ena fses dan xin | |. moncptakankerinera vag tax | bearer nmi | pom {tamncar bop = Kota dong an wo rata per aore ora iad {cesta tn eaoee vo | TERAPI TERHADAP 6, STANDAR TATALAKSANATIFOIO PADA BEBERAPA, TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN Implementasi tatalaksana megis tifoid pada masing- masing sarana pelayanan Kesehatan tentu sengat Derbeda, karena sangat di pengaruhi oleh kelengkapan asilitas yang dimilki sete kemampuan sumber daya manusia yang menanganinya. alam buks ini di kemukakan stacdar penatalaksanaan menurut 3 \lasnikasi sarana pelayanan kesehatan yakni + Pelayanan Kesehatan dasar yakni unit pelayanan yang belum memiliki pelayanan laboratarium mikrebiologis, doster Spesiaiis dan fasilitas perawatan misalnya puskesmas tanpa sarana perawatan ‘elayanan kesehatan rujukan pertamna yakni unit pelayanan yang sudan memilki fasiitas Jatoraiosium mikrapiologis (mangkin belum ada laboratorium peinbiakan), dokter spesialis den sarana perawalan. Iisal Rumah Sakit di Kabupaten, Pelayanan kesehatan rujukan lanjutan yakni unit elayanan yang telah lengkap seperti rumah sakit sige A dan B di ioukota prepinst. STANDAR TATALAKSANA TIFOID PADA PELAYANAN KESEHATAN DASAR + DIAGNOSIS Penegakan diagnosis pada pelayanan kesshatan ini secara kiinis, dengan diagnosis suspek (suspek toid). Nan.un sangat dianjurkan untuk meningkatkan kualtas Warta Perundang-undangan No,2591/Selasa, 15-08-2008 agnosis i fr probable atau bahkan con- dengan melaksanakan rujukan pemieriksaan bicingis. Diagnosis komplikasl atau komorbid, juga Gitegakkan socara klinis, + PENGOBATANOAN PERAWATAN Pada pelayanan kesehatat in, tidak ada pelayanan rawat inap. Bagi kasus yang perlu rawat inap maka dapat dilakukan Bagi bere! atau ada penyult, dilaksanakan rwjukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi Bagi kasus ringan dapat dilakukan perawatan mandi Sirurnah, asaikan dilaksanakan menurut syarat dan kelentuan yang tepat. (lihat perawatan mandiri dirumah) Anti biolika yang diberiken adalah sediean oral dari anti ‘b(otika fini perlama yang telah ditetapkan, Sangat diutamakan kegiatan penyuluhan dan pendidikan untuk masyarakat mengenai tata cara ‘pencegahan dan pengobaian STANDAR TATALAKSANA TIFOID PADA PELAYANAN. KESEHATAN PERTAMA * DIAGNOSIS Penegakkan diagnosis pada pelayanan kesehatan inl, secara Winis dan dipantu dengan pemeriksaan penuniang. Diagnosis yang ditegakkan harus sampai pada probable dan sebalknya sampai di- agnosis etiologik (confirm), Pemeriksaan mikrobiologis harus ada pemeriksaan serologis dan sedapatnya juga a¢a pemeriksaan biakan dan Uji kepekaan, Diagnosis komplikasi dan komorbid juga harus lengkap, artinya telan dibantu dengan Pemeriksaan penunjang, + PENGOBATAN DAN PERAWATAN Pada pelayanan kesehatan ini lelah ada parawatan rawat inap, sehingga manajemen pengobatan dapat dilaksanakan semaksimal mungkin. Antiblotika telah dapat sediaan parenteral. Seluruh komplikasi yang dapat terjadi dapat ditindak secara maksimat, sesuai dengan fasilitas yang dimiliki Program deteksi dan mengobati katler, juga "dah horus dilaksanakan semaksimal mungkin. STANDAR TATALAKSANA TIFOIO PADA PELAVANAN ESE, IATAN RUJUKAN LANJUTAN (BERSAMBUNG oc) Veta~e . PEDOMAN PENGENDALIAN DEMAM TIFOID (Keputugan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/MENKES/SK/V/2006 Tanggal 19 Mei 2008) (Sambungan Nomor 2591/Selasa, 15-08-2008) STANDAR TATALAKSANA TIFOID PADA PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN LANJUTAN Level pelayanan kesehatan ini dianggap telah mem fasilitas dan sumber daya manusia yang mencukupi ‘sehingga menjadi pusat rujukan dari pelkes-pelkes lain pada daerah tersebut. Pelayanan kesehatan ini sSeharusnya telah melaksanakan Kegiatan sutveilans dan, Penelitian secara berkesinambungan, sehingga telah dapat citentukan gambaran morbiditas, mortalitas, Fesistensi dari kaner dari tifoid untuk daerah masing. masing peikes tersebut, + DlAGNosis Penagakkan diagnosis harus sampai pada diagnosis etiologik. Pemeriksaaa mikrobisiogis sudait narus lengkap yakni pembiakan, uji Kepekaan, serologis dan, munghin PCR + _ PENGOBATAN DAN PERAWATAN, asiltas perawatan dan pengobatan juga sudah lengkap Sehingga manajamen tifoid dapat diaksanakan dengan Sempurna. Pemakaian antibjotixa telah dapat terpola berdasarcan hasil penelitian, Teshadap komplikasi yang Serius dan berbahaya telah dapat ditindak oleh beberapa isiplin spesialis dalam salu tim kesjasama, RANGKUMAN STANDAR TATALAKSANA TIFOID. PADABEBERAPA TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN, peuces | pcuxes RUJDKAN | RUJUKAS 1 1. Dagnosis Suse + ‘Giagnose Wa kine |e (Prosab TF onagrosi woes Kan Disgeas Kemaaas |e Disgnoss Keroro Stoig (wear | 3 Rosbetia = |e knorarien | + . + © ampiinémans | + + : | Katinaksazs | + : © Seisgonn |e + : | Aocene * tf G Le | ; arta Perundang-undangan No, 2592/Kamis, 17-08-2008 1. Trap Kemps | mise Disk ( yor Sepa Pocasmn | esate | © Perkeatie 0 Miokaraits | Teapaner Pecatan Mandi 5. Penyulthen dan psndistan | Keterangen (4) © dapataltaksanakan, (| tidal dapat siaksanaken: (1): kemungkinan besar dapetdlakzanekan (Is) kamungkinan c6sa, tak dapat diaksonakan \V._ASPEK PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TIFOID Pencegahan lebih baik daripada pengobatan dan dengen pengobatan yang baik berarti melaksanakan pencegahan yang baik pula. Kedua ungkapan ini beriaku juga untuk tifoid, dimana kegiatan pencegahan lebih efsicn ddan tanpa tisiko yang membahayakan. Sila pengobatan Iifoid terlaksana dengan sempumna, maka dapat mencegah karier yang merupakan sumber penularan di masyarakc. Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat tidak tertular oleh basil sa/- monella, Ada 3 pilar sttategis yang menjadi program pericegahan yakni 1, Mengobati secara sempuma pasien dan karier tfoid 2. Mengatasi faktor-faklor yang berperan tethadao rental penularan 3. Peslindungan dini agar tidak tertular Pengendalian adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat mengeiola, mengatur dan mengawasi, agar tifoid cick bermasaian lagi bagi masyarakat, Seluruh tenaca Kesehatan balk dalam bidang kuratif, proventif a1au kogiatan lain yang terkait, sebenarya adalah pengandaii fifoid. Knusus dalam bab ini pengertian pengendalisn dibatasi terhadap kegiatan-kegialan dalam aspek pengamatan, penilaian, koordinasi dan membuat vskobijaken, agar rantal penularan tifoid dimasyarakat dapat i pus. Pada halaman berikut dikemukakan beberapa kegiatan dalam aspek penceyanen dan pengendalian oid, of antaranya, Langkah-langkah Strategis Pencegahan Karier, Releps dan Resistensi Tifoid Perbaikan Sanitasi Lingkungan Peningkatan Higiene Makanan Dan Minumen Peningkatan Higisne Perorangan Pencegahan Dengan Imunisasi Surveilans: Definisi Kasus Sistim Pencatatan dan Felaporan Penanggulangan KL 1. LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS PENCEGAHAN KARIER, RELAPS DAN RESISTENSI TIFOID Masalan rumit yang sering timbul senubungan, penanganan kasus tfoid yang tidak eptimal adalah Karier (Caner, Relaps dan Resistensi, Karier tifoid adalah seseorang yang selalu mengandlng basil Salmonella sehingga menjadi sumber infe!:3) {renvlar) untuk orang jain. Karier akan terjadi bila nenderita tidak diobati atau pengobatan yang tidak adekuat, atau ada faktor-faktor predisposis: oada penderita sehingga basil susan cimusnatkan dari tuouh. Kita anggap karier bile nasil ltr feses atau cin masts posit sampai 3 bulan setelah ‘sakit dan aisebut karier kronik bila basil masih ada sampai 1 tahun atau lebit. Gag) penderita yang tidak diobati dengan adekuat, insidens kacier gilaporkan 8-10 % dan kurang lebin ‘Yomenjadi karier kronik. Katier intestinal kronik (Chronic Intestiral Carrier) biasanya mempunyai faktor predisposisi nenyakit kronik dinaty seperti Ogisthorchrasis dan Koleltiasis. Dan untuk karier urinai kronik (Chronic Ur- nary Carrier) mempunyai penyakit kronik d) ginjal seperti urolitiasis * Relans adalah kambuh kembaii_gelala-gejale kiinis demam tifoid setelah 2 minggu masa penyembuhan, Relaps terjadi sehubungan dengan pengobatan yang tidak adekuat, balk dosis atau fama Pemberian antibiotika. Relsps dapat timoul dengan geiala Klin lebih ringan atau lebih berat Resistensi adalah basi! yang tidak peka lagi dengan antimikroba yang lazim dipake\, Resisten timbul kacana adanya peruoahan atau mutasi genetika kuman, tanga perubahan patogenitas dan virulensinya. Resisten terhadap kloramfenikol sering Giambii sebagai standar penelitian karena obat ini adalah obat yang menjadi pian utama untuk tioid (crug of choice). Dalam perkembangannya, sejak tahun §0'an telah cilaporkan tifold resisten ini di Mexico, Vietnart dan india, Qewasa ini, told resisten dengan kloramfenixol makin meningkat, bahkan feman ada laporan. peningkalan resisten dari 16% Sid 81% dalam 1 tahun dalam satu lokasi. Resisten ‘makin berkembang dengan antimikroba lain seperti Warta Perundiang-undangan No.2592/Kamis, 17-08-2006 Ampisilin, Kotrimoksazol dan Quinelone (Multi drug resistance Seimonaila typhii(2RST). Beberapa faktor yang menunjang Kejacian resistan ini, adalah a Pemakaian antibiotike yang bedas oleh masyarakat (tanga rese0) & Pemakaian antipiotka olen dokter yang tanpa edoman dan tanpa kontrol Pilinan antibiotic lit pertama yang kurang tepat Dosis yang tidak tepat Lama pemberian yang kurang tepat ‘Ada penyakit lain {komorbid) yang menurunkan Imynitas, serta kelainan-kelainan yang Mmerupakan predisposisi untuk Karier tifa Beipedoman kepada kajlan di atas, maka dapat direkamendasikan beverapa langkah-\angkah strateals yang bermanfaat untuk mengatasi Ketiga permasalehan tifoid siatas. Kegiaian yang stretegis in’ merupakan piiar Rertama dalam program penceganan. © Terlaksananya monitor dan Kontrol yang ketat tethadap pemakalan antibiatika yang bebas (tenpa resep) olen masyarakat © Seliap RS atau institusi kesehatan lain yang merawat pasien, —memiliki_ stander mesis penatalaksanaan tifoid (Pedoman Tatalaksane Kiinis} dan konsisten mengimolementasikaniya. © Setiap RS memiliki aturan-aturan pemakaian ‘antibiotika yang terpola dengan bulk. Memiliki pola kepekaan yang dibuat secara berkala (antibiogram) serta menetapkan antibiotika yang dipergunakan sebagai (erap empiis in| pertam” dan kedua, baik untuk dewasa maupun untvk anan, © Teshadap setiap kasus tfoid *”Terlaksananya program perawatan secara akurat dan adekuat Pilinan antibictika cengan efikasi dan daya pencegahan karier yang tertalk Dosis dan iama pemiberian yang tepat Teriaksananya monitor tethadap kemungkinan karier dengan biakan feses secara serial Sekurang-kurangnys pada saat pulang, 4 minggu dan 3 bulan kemudian dilaksanakan biakan lenjuten untuk mendeteksi karier Bila ada kasus karier: Terapi dengan quinolone selg:na 4 minggu (Sismfioksasin 24750mg atau Norfioksasin 23400 mg ) Evaluasi dan atasi terhada faktor predis,osisi katier cenerti Koledokhnitiasis dan Uroltiasis Bila ada resistensi techadap obat lini pertaia, maka (erapi aniibiotika selaoiulnya lebih balk menurut Kasil ui kepekaan niamun tetae dpi das aniibiotite yang dikenal sensitf untuk tioid setta mempunyal daya penetrasi jaringan yang baik seperti Sefriakson dari Sefalosporin generasi ke 3 2, PERBAIKANSANITASI LINGKUNGAN Salah salu usaha pemutus rantal penularan tfoid adalah ‘sana perbaikan linghungan, Usaha ini sangat menassar, v2komplit, melibatkan banyak pihak dan sektor, serta, merupakan bagian terpenting dalam unaya pembangunan kesehatan masyarakat, Beberapa hal yang menjadi masaiaty dalam Kesehatan lingkungan adalah penyediaan alt minut, pengawasan terhadap makanan dan air serta, sistem pembuangan kotoran dan limbah, Beberapa usaha perbaikan sanitasi lingkungan adalah; Klose! nares 2378 Sampsn_ yang. bene! ‘an tnjaiangan | Sengat penting dsiam Sampatmencema | heneeaahan to. egkungan Penyediaan air bersih untuk seluruh warga Penyediaan air yang aman, khlorinasi, terlindung dan, lerawasi, Tidak tercemar oleh alr imbaf dan kotoran Jain. Untuk air minum masyarakat membiasakan, dengan memasak sampai mendidih, kurang lebih, selama 10 ment. Jamban keluarga yang memenuhi syarat-syarat, kesehalan. Tidak terkantaminas! ojeh fafat dan” serangga ain Pengelolaan air limbah, kotoran dan sampah, harus bbenar, setingga tidak mencemari fngkungan, Selokan (go) an ie ine longo sama esa cle a Konttol dan pengawasan terhadap kebersitan lingkungan, terlaksana dengan baik dan * berkesinambungan, Memoudayakan perlaku hidup bersih dan tingkungan—* bersih yang berlaku untuk seluruh lapisan masyaraket. 3. PENINGKATANHIGIENE MAKANAN DAN MINUMAN ‘Transmisi tama basil Salmonella melalui air minum dan makanan. Higiene makanan den nvnuman yang lerjamin merupakan faklor yang sangat penting datam pencegahan. Beberapa hal dibawah ini merupakan kegiatan yang sangat perlu dilaksanakan; rt Perunaang-undangan No.2592/Kamis, 17-08-2006 Sear may yaad ara] konsuisiteruama beri | {alooa, na ih deren] fair cumvp praktis dar hygiene | ‘ir minum yang dlsh secara (dalam boot emesan) fan cukup meroaaya smasyararat ra, testa ota Besar Perlu diingat “Golden rules of WHO" dalam prom si kebersinan makanan - Pits alichati makanan yang sudah diproses, demi keamanan = Panaskan kembalt secara benar makanan yang sudah dimasak - Hindarkan Kontak antara makanan mentah dengan yang sudah dimasak, ~ — Mencuci tangan dengan sabun. ~ Petrskaan dapur di bersihkan dengan cermat + Lindungi makanan dari serangga, binatang mengerat dan binatang lainnya. + Gunaken air bersin atau ait yang dibersinkan Tenesleosaiiigaarganae | mengair sera sabun cue) | ygiens Menggunakan cara-cara yang cermat dan bersih dalam pengolafan dan penyajian makanan, sejak awal pengolahan, pendinginan sampai penyajian Untuk dimakan, Mendorong penggunaan AS\ untuk bayi, serta mendiginkan seluruh susu dan air yang akan ddigunakan sebagai makanan bayi Memasak dan pasteurisasi susu serta produk Ininnye, serta supertistterhadap sanitasi produksinya Melaksanakan quality controle tethadap semua hasil pertanian yang dimakan dan diminum ‘keoun savor mayur jangen ‘Soupukdandstam dengan ar yang torkontamings! Ga rants v3Pengawasan terhadap makanan, restoran dan industri [ Wolare one onain saga ans Ghar Sn Sa Pendidikan kesehatan masyarakat tentang tata cara hidup bersin dan senat, terutama kegiatan cuct tangan yang benar a va a fl ‘sudeya cua angan yang bear saneat_ pening dalam pnestshan 4. PENINGKATAN HIGIENEPERORANGAN Peningkatan hisiene perorangan adalah pilar ketiga {dan program pencegahan yakni perlindungan di terhadap, penularan tfoid. Kegiatan ini merupakan citi berperilaku hidup sehat. Budaya cuci tangan yang benar adaiah kegiatan terpenting. Setlap tangan yang cipergunakan volyk memegang makanan, maka tangan sudah harus bersih. Kegiatan ini sangat penting untuk bayi, anak-anak, penyali makanan direstoran, alau warung serta orang. orang yang mefawat dan mengasuh anak. Setlap tangan kontak dengan feses, urin atau dubur maka harus dicuci aks) sabun dan kalau dapat gisikat Tempst cut fangan dengan air manga sata abun ear, cukug yaks ean types 5. PENCEGAHAN DENGAN IMUNIBAS ‘Membuat \ubuh kebel {imunigasi) merupakan pilar ketiga yakni periindungan diri dari penutaran tifoid. Sampai saat inj vaksin tifoid baru diprioritaskan untuk Jraveley tenaga Jaboratorium mikrobiologis dan tenaga pemasakipenyayi makanan di restoran-restoran. Namun mengingat perengai tifold dengan motbiditas cukup tinggi, vaksinasi terhadap tifoid sudah harus ipertimbangkan pemberiannya sejak anak-anak, setelah mereka mengenal. jajanan yang sidak terjamin kobersinannya arta: ndang-uneangan No.2592/Kamis, 17-08-2006 Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin tifoid yakni + Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna, vvaksin yang mengandung Seimonella typhi galur Ty 2ia. Daya proteksi dilaporkan, ada yang mencapai 100 98 dart sayangnya dt Indonesia hanye 36 - 66 %, Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari dalam 1 minggu, satu jam sebelum makan. Vaksin ini dikontraindikasikan pada warita hamil, menyusui, penderita imunokompromais, sedang demam, sedarig minum antibiotic dan anak kecil 6 tahun. Lama proteksi dilaporkan 5 tahun Vaksin Parenteral sel utuh: Typa Bio Fara Vaksin ini mengandung sel uluh Saimonelia Typhi yang dimatikan yang mengandung kurang lebih 4 milyar kuna setiap ouiiiternys. Dikenal 2 Jenis vaksin yakni, K vaccine (Acetone in activated) dan L vacaine (Heat in activated - Phenol preserved}. Daya proteksi K vaccine adalah 79-80% dan L vaccine 5 - 66 %, Dosis untuk dewasa; 0,5 ml, anak 6 - 12 tahun; 0,25 mi dan anak 1 - § tahun; 0,1 mi yang diserikan 2 dosis dengan interval 4 minggu. Efek samping yang silaparkan adalan demam, nyeri Kepala, lesu dan bbengkak dengan nyeri pada tempat suntikan. Vaksin inv Kontraindikas an pada keadaan demam, hamit ddan riwayat demam pada pemberian pertama \Vaksin Polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Meri. \Vaksin yang mengandung polisakarida Vi dari basil salmonella, Mempunyal daya proteksi 60 - 70% pada |» orang dewasa dari anak diatas 5 tahun, Vaksin ini tersedia dalam alat suntik 0,6 ml yang berisi 25 mikrogram antigen Vi dalam buffer fenol isotonik. Vaksin diberikan sacara intramuscular dan boos:er setiap 3 tahun. Vaksin ini cikontraindikasiken pada keadaan hipersensilif, hamil, menyusui, sedang demam dan anak kecil 2 tahun, 6, SURVEILANS, Data-data yang ada pada kegiatan survellans tfoid apat menunjukkan adanye orang yang terserang tHoid Serta informasi mengena’ tempat dan waktu Kejadian tifoid i masyarakat Dengan mengetahul gambaran permasatahan titoid i masyarakal tersebut, maka para pengambil keputusan i bidang kesenaian dapat menetapkan cara penanganan yang tepat dan dapat menelaait efkasi cara yang telan dan akan diterapkan. Kecuali ity dapat pula diketahui peningkatan kencenderungan serangan demam tifoid yang terjadi. Data-dats survellane juga dapat digunakan ebagai alat pengukur mutu pelayanan kesehatan. Definisi Surveitans. Pengumpulan yang sistematik, analisis dan Interpreiasi yang terus menerus cari data kesehatan yang penting, untuk diguakan datare Gerencanaan, generaran dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, yang didiseminasikan secara berkala kepada fhak-thak yang peru mengetatuinya, vsJaringan Surveilans Tifoi i Indonesia sekarang sedang dikembangkan suatu jaringan sistem survelians nasional yang tepacu untuk ‘memantau angka kejadian setiap penyakit infeksi terutama ‘yang potensial menimbulkan waban seperti halnya tifoid ‘ni, Surveilans untuk tfoid berdasarkan hasi! laboratorium dari Puskesmas, Rumah Sakit, Praktek Dokler swasta, serla survey dilapangan saat KLB. Hasil isolasi speci men ini diolah oleh laboratorium network, sehingga dapat ditentukan spesies dan serotyping dari basil penyebab. Jaringan surveilans ini dipilah atas 2 yakai ; + Surveilans dalam skala nasional ‘Yakni ; jaringan surveilans dalam Negara kita, Surveilans dalam skala internasional. Hasil survellans nasional juga dilaporkan ke WHO Global Database on Foadbome Diseases Incidense, serta juga pada Program surveilans regional. Bila hasil surveilans memberi dampak kepada produk komersial, maka dilaporkan juga ke WHO Global Datebase on Foodbome Diseases Ootbreaks. Tujuan Surveitans Sualu surveilans harus mempunyai tujuan yang jslas gan ditinjau Secara berkala Untuk menyesuaikan dengan situasi, Kondisi dan kebutunan yang telah berubah, Perubanan-perubahan yang mungkin terjatt tersebut metiputi = Tingkat endemisitas tifoid pada wilayah dalam kurun waktu tertentu, sehingga dapat melakukan mtisipasi kejadian Ivar biasa (KB). =» Perubanan kelompok populast, mortalitas, dsb yang mungkin periy penerapan cara intervensi lain dalam nal pengendalian, knususnya Untuk pencegahan dan pemberantasan Sifat_mikrobiologis, tifoid seperti misalnya patogeniias, vitulensi, pola resistensi kuman. ternadap antibiotik, dsb. Pengumpulan gan analisis data survellans harus dilakukan dan terkait dengan suatu upaya pencegahan, Oleh karena itu sebelum merancang sistem dan melakeanakan survelians tersebut penting sekali untuk menentukan dan merinci tujuan dari surveilans teriebih dahulu. Adapun (ajuan survellans tifoid tersebut dianteranya adalah: 4. MENURUNKAN LAJUINFEKSI DI MASYARAKAT Tujuan terpentiag dari gurveilans tifold adalah menurunkan resiko untuk terserang tifoid 2. MENDAPATKAN DATA OASAR ENDEMI Pada dasarnya data survellans tfoid digunakan untuk: mengkuantifikasikan fate dasar dari tifoid yang endemis. Cengan demikian dapat diketahul seberapa bbesar resiko yang dihadapi oleh setiap penduduk, Pada saat ini tifoid adalah endemik, dan ini diluar dan KLB yang telah dikenal, arte Perunciang-undangan No,2592/Kamis, 17-08-2006 ieh Karena itu kegiatan eurveilans tifoid harus, ‘imaksudkan untuk menurunkan angka laju endemik tersebut 3, MENGINDENTIFIKASIKLB Bila angka endemik telah dapat diketanui, maka kita dapat segera mengenali bila terjadi suatu penyimpangan dari angka dasar tersebut, yang kadang mencerminkan suatu kejadian luar biasa out brake) MENGEVALUASISISTEM PENGENDALIAN Seleiah permasalanan dapat teridentiikast dengan adanya data survellans dan upaya pencegahan atau pengendalian telah dijalankan, maka _masih dipertukar surveifans secara berkesinembungan guna meyakinkan bahwa permasalahan yang ada benar-benar telah terkendai, Dengan pemantauan yang terus menerus, maka suatu upaya pengendalian yang nampaknya rasionat kadang akhimnya dapat diketanui banwa ternyata tidak efektif sama sekall 5, MENGEVALUASIKETAJAMAN DIAGNOSTIK SEGARA, KLIN Pade kegiatan sehari-hari terutama di sarana kesehatan dengan sarana yang sangat terbatas, ‘maka diagnosis sobagian besar, oahkan seluruhnya mengandalian pada gejala dan tanda-tanda klinis, yang ditemi pada pasien. Dengan banyaknya penyakitinfeksi yang memberikan gojala dan tanda- tande miria dengan tifold atau dengan adanya perubahan mikroblologis Sehingga menimoulkan perubahan tanda dan gejala klinis yang selama ini cikeaat maks petlu dilakukan evalusi terus menerus, dengan membandingkan data diagnosis Ylinis dengan data yang dikonfirmasi dengan biakan mikrobiologis. Namun, berhubung sensitfitas bial an rmikrobiologis yang berasal dari sedisan daran juga tidak terlalu tinggi maka interpretasi dapat dilakukan, dengan membandingkan trend, METODE SURVEILANS Penemuan Kasus, Kasus tifoid didapat secara pasif di sarana kesehatan dari tiagkat puskesmas sampai tingkat cumah sakit propinsi, Pada surveilans secara pasif, pasien yang, memenuhi kriteria definisi tfoid seperti tersebut oi alas dicalat sesuai dengan definisi yang dipakal (suspek untuk pasien yang hanya mendapat diagno- sis secara Klinis, probable untuk yang memenuhi kasus klinis dengan titer Widat 1/320, sedang pasti atau konfirm untuk Kasus yang memberikan hasi blakan mikrobiologis yang posit}. Pada sarana ppelayanan tingkat dasar maka sebagian besar kasus yang lercatat adalah kasus suspek, untuk sarana pelayanan lingkat dua dimana pemeriksaan serologi dimungkinkan make kemungkinan dapat tercatal kasus probable, sedang di rumah sakit besar vsna laboratorium mikrobiologi dapat ikan data kasus yang past, atats confi, SASARANSURVEILANS nurut sagarannya maka surveilans tifeld dapat sibedalan menjadi beberapa macem: + Sarena pelayanan kesshatan dasar yaitu Puskesmas + Sarana pelayanan Kesehatan tingkat il sepert rumah sakit Kabupaten + Sarana pelayanan kesenatan tingkat lanjut seperti cumah sakit di propinsi yang memiliki Sarena laboratorium aikrablotogi 7. DEFINISIKASUS Dalam pengumpulan data, diperlukan patugas yang memilikt Kemampuan memadal dalam hal menentukan seorang pasion menderta tfoid atau bukan. Dalam hal Inj petugas tersekut mamgu menggunakan efinisi Kasus lfoid secara konsisten balk dari waklu ke waktu maupun dan tempat ke tempat Lebin-lebih apabila data tersebut akin disandingkan antar daerah atau digaoung dalam analisisnya maka peng- ‘guraan definisi yang sama atau seragam adalah mutlak Datinist ttoid ‘Serangkaian kalimat disawah ini adslah Khas Sfoid Pendertta dengan demam yang meningkat cepat, bertahap dan memanjang atau menetap yang disertai nyeri kepala erat, mualsmuel, niiang nafsu makan, serta dapat dikuti dengan baluk, obstipasi atau diare. Dalam bentuk erat menimouikan gejaia penurutian keSadaran (mental dull rness) dan mungkin gejala meningitis (pada anak) yang disebabkan oleh basi) salmonella typhi, Sedanigkan demam paratifoid (paratyphoid fever ) adalah penyakit dengan gejala yang serupa, namun cenderung lebih ringan yang disebabkan oleh salah satu basil saimonella paratyphi A, B dan C. Oleh Karena demikian banyaknya factar-faktor yartg mempengaruhi perjalanan penyakt in), maka gambaran klinis yang khas tifoid tidak mudah ditemukan, Dalam buku pedoman ini pendefinisian tifoid untuk surveilans disamakan dengan pendefinisian kasus Klinis yang dipakai dalam kegiatan pengobatan. Definisi yang ditetapkan adalah 1. Suspek Demam Tifoid (Suspect Typhoid Fever) Termasuk dalam suspek titold apabila seorang oasien dengan petanda gejala seperti yang diutarakan giatas dan belum dibantu dengan pemeriksaan penunjang, 2. Demam Tifeid Ktinis (Probable Typhoid Fever) ‘Termasuk demam tfoid klinis atau sangat mungkin ‘kasus Witold adaian penderita dengan geial dates yang didukung olen pemeriksaan seralogi Widal yang Warta Perundangsundangan No.2592/Kamis, 17-08-2006 dinyatakan pcsitif, Pemeriksaan Wida) satu kali dengan "fer © 1/320, atay tergantung kepada tingkat sensitivlas Widal pada masing-masing daerah 3. Demam Tifoid Konfirmasi (Confirmed Typhaid Fever) Termasuk di sini adalah kasus yang sudah cipastixen tifoid dengan menunjukkan hasil biaken posiiif untuk Saimonella typhi atau pemeriksaan sefoiogi Wid! serial dengan menunjukkan kenaikan ther 4 kali lipat pada interval pemeriksgan § - 7 hari PENCATATAN DAN PELAPORAN PENGUMPULANDATA NUMERATOR Data yang perlu dicatat adalah semua pasien yang datang dengan demam tfoid sesuai dengan definisi kasus, yattu: 1. Kasus suspek tfoia 2. Kasus lifid probable 3, Kasus tifoid pasii atau kantinnasi Data esensial dari kasus : data demografis seperti (Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Tanggal maguk RS, Laboratorium, Antibiogram) Pengumpur Data Semue petugas ui pelayanan bertanggung jawab atas kelengkapan data tersebut dalam catatan medis setian pasien. Kemusian pengumpulan datz semua pasien dllakukan leh petugae yang bertangung jawab atas terselenggaranya pencatatan dan pelaporan, kalau i rumah sahil biasanya adatah petugas rekam medik ‘Sumber Data Dala untuk keperluan survellans dapat diambil dari data catatan medis pasien, Data mikrobiologi dapat dismbil ari laporatorium mikrebiolagl (laboratonum network). DENOMINATOR Data yang dicatat Untuk menghitung insiden demam tifoid ai masyarakat maka diperiukan data demograf wilayan setempat. Analisis data dapat Giekukan ditingkat dati Ii dengan data numera- tor berasal dari sarans kesehatan seperti telah dibahas i ates, Untuk mengevalvasi ketajaman definisi kasus yang dipakai atau mengestimasi insiden sesungquhnya, dimasyarakat make data denominator berupa: 1. Jumiah kasus yang sesuai dengan definisi di atas yang diiakukan biakan mikrobiologi untuk Salmo- ella typhi (gael culture. 2. Jumiah kasus yang sesuai dengan definisi di atas yang diiskukan pemenksaan serologi Widal secare serial dengan interval 5 - 7 har. veSumber data dan teknik pengumpulan data. Data di atas dapat diembil dari catatan di Jaborstorium ‘mikrabioiogt sefempat, sedangkan data kependudukan dapat Giambi dari institusi yang berwenang dalam hal pencatatan Kependudukan setempat PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA MENENTUKAN DANMENGHITUNG RATES Rate adalah suatu probabilitas suatu kejadian, Biasa dinyatakan dalam formula sbb: Guy) k numerator, adalah jurlah kali kejadtan selama kurun waktu tertentu, denominator, jumiah populasi dari mana kamponen yang mengalami kejadian tersebut berasal selama ‘kurun waktu yang sama K = angka bulal yang dapat membanty agar rales dapat ‘mudan ditaca (100, 1000 atau 10.000). Kucun waktu harus jelas dan sema antara numerator dar denominator seningga rates tersebut mempunyai arti Macam rates yang dipakai dalam survelians demam Iifoid adalah insiden (incidence). Insidens adalah jumlan kasus baru dari suatu penyakit, yang timbul dalam satu kelompok populas festentu dalam Faun waktu tertentu puta Di dalam survellans, maka insidens adalah jumlah asus Mfoid baru dalam kurun wak(u fertentu dibagi oleh Jumlah penducuk di wilayah yang sama dengan resiko Untuk mendapatkan tifoid yang sama dalam kurar wakiu yang sera pul, ‘Di dalam satu sarana kesehatan tidaklah mudah untuk menghitung insiden tersebut, data narus dikumpulkan dari beberapa sarana kesetiatan yang ada ci wilayah yang sama dengan menggunakan penduduk i wilayah tersebut sepagal dasar penghitungannya. Yang dapat dilakukan gi sarana kesehatan adalah menghitung propersi, yaitu jumiah kasus yang ada dibandingkan dengan jumlah pasien yang dirawat dalam kurun waktu yang sama, Dengan membandingkan data kasus suspek, kasus probable dan kasus pasti dengan proporsi kasus biakan post terhadap jumlah sampel yang diperiksa maka dapat digapatkan gambaran tifeld yang sebenarnya di masyarakat Data tersebut dapat digunakan untuk: Memperbandingkan insiden renurut wilayah domi pasien 2. Memperbandingkan insiden menurut waktu 3. Menentukan adanya kejadian luar biags = KLS atau wabah, Waban ala KLB djdefinisikan sebagal kenaikan luat biasa yang secara statistik bermakna dati insidens suatu Penyakit tertenty, Batasen ini tidak serle merta dapat ‘meniben tanda kepada para penganalisa data hingga Warte Perundeng-undangan No.2592/Kamis, 17-08-2006 mereka segera melakukan penyelidikan wabah. Untuk mengamati adanya perubahan incidence rate dari waktu ke waklu guna mendeteksi lonjakan insidens di luar kebiasaan yang secara statistik bermakna, harus dengan, mengumpulkan data secara terus menerus. Seorang petugas laboratorium dap: melaporkan adanya kenalkan insidens dari suaw feamun untuk membuktikan bahwa hal tersebut merupakan waban, masin memeriukan dais dasar tambahan lginaya. Namun apabila data tergebut telah cikumpulkan, meski belum dianalisis, maka akan oaayak menghemat wakty dan penanggulangan akan cepat dilaksanaken Pendekatan yang biasa dipakal adalah dengan menentukan suatt nilai ambang dari insiden sebagai batas melakukan suatu penyelidikan wabah, Hal lersebut tidak dapat citakukan tanpa data, Menentukan cial amang semaunya tanpa dasar yang kuat, hanya merupakan tindakan penghamburan sumber daya yang tidak efision, oleh kavena seriagkali nifal ambang insiden ditetapkan terlalu cendan sehingga terjadi peniyelicikan yang tidak perlu. Lebih buruk lag! apatla nila) arabang tersebut teal tinggi, maka penyelidikan dilakukan terlambat saja fel Diseminasi Pelaporan Demam tifoid tercantum dalam cindang-undang No.& tahun 1962 tentang wabah, bersamaan dengan penyakit ‘menular Iain yang banyak di negara kita. Oleh katena it Iifoid wajb ditaporkan ke pusat dalam hal ini Departemen Kesehatan Republik indonesia. Konsekuensi dari peraturan ini sebenamya setiap unit pslayanan kesshatan harus melaksanakan diagno. sis pasti sellap kasus suspek tifoid dengan pemeriksaan mikrobiotogis (Kultut), sehingga tahy secara pasti berapa angka prevalensi aiau insidens penyakit ini di daeran pelayanan kesehatan tersebut. Dibawah ini dikemukakan bagan alur pelaporan kasus tifoid, dengan mengisi form lapovan yang telah aisediakan| ses Ga urCatatan Form wt Laporan 24 jam KLE Form W2 Laporan Mingguan Form (81 Laporan Bulsnan Form SST Laporan Bulanon System Surveilans Terpadu Form RL2bt Laporan Rawat inap Bulanan Form RL2at Leporan Rawat jalan Bulanan For KORS Laporan 24 Jam Kewaspadaan dint Rumah Sakit 9. PENANGGULANGANKLB Bila ada dugaan KLB disuatu daerah, maka iperlukan serangkaian kegiatan yang terpola dengan baik Untuk menanggulanginya, Pihak unit pelayanan kesehatan (rumah sakit atau puskesmas) segera melaporsan ke dinas Kesehatan kabupaten atau kota, Dinas Kesehatan kabupatenikota membentuk tim investigator dan penanggulangan yang terdiri dari unsursunsur surveilans, epidemiciogi pengelola program diare dan penyehatan lingkungan. Tim int melakukan kegiatan * Pemantauan wilayah setempat floca! area monitor ing) Nut ditentukan tingkat endemisitas pola mosiman sebeium ini, serta karekteristik epidemioiog! lainnya pada wilayah tersebut * Penyelidikart epiceminiog! Hal-hal yang perlu dikesjakan adalah: - Menetapkan kemungkinan penyebab KLB. Pendekatan yang penting adalah penilaian terhadap geiala klinis dar kasus sesta pengambilan spesimen, ‘Menetapkan pilihan prosedur dan spesimen yang, sipedakan untuk memastikan penyedab KLB - Memilihdanmenetapkan laboratorium pemeriksaan specimen. Menetapkan siapa saja yang melaksanakan investigasi dan pengumpulan spesimen, proses. pengiiman dan transportasi Menentukan prosedur yang diperlukan dalam (atalaksana specimen, untuk Pelaksanaan penyelidikan epidemioiogi lapangan ini hharus dilakukan secara cepat dan Konfirmasi diagnosis, mikrobiologi harus selesai dalam wakly yang cepa! pula Impiementasi tindakan penanggulangan dilapangan, Kegiatan penanggulangan ini akan melibatkan banyak paivak dan banyak sektor serte masyarekat sendin. Werte Peruncang-undangan No,2592/Kamis, 1708-2006 vi. PENUTUP ‘Secara panjang lebar telah di Kemukakan pengendaitan tifoid bagi tenaga Kesenatan, Kupasan-kupasan yang
Anda mungkin juga menyukai
Tumor Sinonasal
Dokumen
11 halaman
Tumor Sinonasal
Batahi Exaudi Putra Simanjuntak
Belum ada peringkat
Daftar Harian Coass
Dokumen
1 halaman
Daftar Harian Coass
Batahi Exaudi Putra Simanjuntak
Belum ada peringkat
Pengesahan & Daftar Isi Puskot
Dokumen
10 halaman
Pengesahan & Daftar Isi Puskot
Batahi Exaudi Putra Simanjuntak
Belum ada peringkat
Bab 1-4 Mini Survey
Dokumen
32 halaman
Bab 1-4 Mini Survey
Batahi Exaudi Putra Simanjuntak
Belum ada peringkat
Poa
Dokumen
2 halaman
Poa
Batahi Exaudi Putra Simanjuntak
Belum ada peringkat
Bahaya NARKOBA - HIV - All FINAL - 170516
Dokumen
68 halaman
Bahaya NARKOBA - HIV - All FINAL - 170516
Batahi Exaudi Putra Simanjuntak
Belum ada peringkat
Bundelan Sah 2
Dokumen
134 halaman
Bundelan Sah 2
Batahi Exaudi Putra Simanjuntak
Belum ada peringkat
Surat Pemanggilan Peserta Calon Surveior
Dokumen
6 halaman
Surat Pemanggilan Peserta Calon Surveior
Batahi Exaudi Putra Simanjuntak
Belum ada peringkat
Slide Hyperplasia Endometrium
Dokumen
22 halaman
Slide Hyperplasia Endometrium
Batahi Exaudi Putra Simanjuntak
Belum ada peringkat