Makalah Teks Cerita Sejarah SMA/MA Kelas XII
Makalah Teks Cerita Sejarah SMA/MA Kelas XII
Makalah Teks Cerita Sejarah SMA/MA Kelas XII
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koran, radio, televisi, dan majalah merupakan sumber informasi. Sumber informasi
tersebut disampaikan dalam bentuk lisan dan tulisan. Teks cerita sejarah juga dapat menjadi
informasi karena di dalamnya memuat fakta atau informasi-informasi pada masa lalu yang
berhubungan dengan peristiwa sejarah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks berarti naskah berupa kata-kata asli
dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkat ajaran atau asalan dan bahan tertulis untuk
dasar memberikan pelajaran berpidato, atau yang lainnya.
Teks cerita sejarah adalah naskah cerita atau nasrasi rekaan yang mengandung unsur-unsur
sejarah. Dalam teks cerita sejarah, ada beberapa unsur nyata, misalnya tokoh, nama tempat dan
peristiwa. Namun, dalam teks cerita sejarah terdapat pula cerita yang sifatnya rekaan, misalnya
mitos asal-usul raja, mitos pembukaan negeri, mitos kedatangan sebuah agama, dan mitos alegori.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka yang akan menjadi rumusan masalah,
ialah:
E. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita sejarah adalah
sebagai berikut :
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan tugas ini adalah sebagai berikut :
1. Halaman Depan : Berisikan cover makalah, halaman pengesahan, kata pengantar dan
daftar isi.
2. BAB I Pendahuluan : Berisi tentang latar belakang, rumusan permasalahan, metode
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
3. BAB II Landasan Teori : Berisikan teori-teori yang digunakan untuk pembengunan
konteks dan pemodelan cerita sejarah.
4. BAB III Pembahasan : Berisi cara pembengunan konteks dan pemodelan cerita sejarah.
5. BAB IV Penutup : Berisi tentang kesimpulan, saran-saran, daftar pustaka, dan lampiran
untuk pengembangan pembengunan konteks dan pemodelan cerita sejarah.
BAB II
LANDASAN TEORI
Teks sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Kejadian dalam
peristiwa tersebut dianggap sebagai proses atau dinamika suatu konteks historis. Sejarah termasuk
ilmu empiris, karena sejarah sangat bergantung pada pengalaman manusia. Oleh sebab itu, sejarah
kerap dimasukkan dalam ilmu kemanusiaan. Akan tetapi, sejarah berbeda dengan antropologi dan
sosiologi, sejarah membicarakan manusia dari segi waktu, seperti perkembangan masyarakat dari
suatu bentuk ke bentuk lainnya, kesinambungan yang terjadi pada suatu masyarakat, pengulangan
peristiwa yang terjadi pada masa lampau, dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang
biasanya disebabkan oleh pengaruh dari luar masyarakat itu sendiri.
Peristiwa sejarah ini bukan semata-mata cerita turun-temurun, tetapi sebagai negara yang
cerdas kita harus mampu menggali nilai dan kearifan yang terdapat dalam sebuah cerita sejarah.
Dalam menyusun teks cerita sejarah, langkah-langkah yang dilakukan adalah mencari informasi,
mengumpulkan data yang tepat, akurat, serta autentik, kemudian di teliti secara cermat,
diinterpretasikan kemudian direkontruksi sehingga menghasilkan kisah sejarah yang mudah
dipahami.
2. Orientasi
Orientasi menjadi pembuka dalam teks cerita sejarah. Orientasi berisi pengenalan tokoh dan
latar cerita. Pengenalan tokoh berkaitan dengan pengenalan pelaku.
3. Komplikasi
Tahapan ini berisi urutan kejadian. Kejadian-kejadian itu dihubungkan secara sebab-akibat.
Peristiwa disebabkan atau menyebabkan terjadinya pseristiwa lain.
4. Klimaks
Klimaks merupakan puncak konflik dalam sebuah teks cerita sejarah. Pada saat klimaks
inilah konflik mencapai tingkat intensitas tertinggi.
5. Resolusi
Resolusi adalah suatu keadaan ketika konflik terpecahkan dan menemukan penyelesaiannya.
Tahapan ini ditandai dengan upaya pengarang mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang
dialami tokoh.
6. Koda/Amanat
Koda adalah bagian akhir dari sebuah teks cerita sejarah. Pengarang teks cerita sejarah
mempunya maksud menulis bagian koda ini, yaitu menyuarakan pesan moral sebagai tanggapan
terhadap konflik yang tejadi.
4. Penggunaan fungsi keterangan yang mengungkapkan tempat, waktu dan cara. Fungsi
dalam kalimat kita sudah kenali bersama ada subjek (S), objek (O), predikat (P), dan
keterangan. Untuk fungsi keterangan ada yang menerangkan tempat, waktu dan cara.
Teks Cerita Sejarah dibagi menjadi 2 :
1. Teks Cerita Sejarah Fiksi : Teks Cerita Sejarah yang tidak nyata.
Contoh :
Novel
Cerpen
Legenda
Roman
2. Teks Cerita Sejarah Non-fiksi : Teks Cerita Sejarah yang nyata.
Contoh :
Biografi
Autobiografi
Certia Perjalanan
Catatan Sejarah
Perbedaan teks cerita sejarah fiksi dan non-fiksi :
Untuk membandingkan teks cerita sejarah, dapat di lihat dari sumber-sumber sejarah yang
yang ada. Yang di maksud terdiri dari :
1. Sumber Primer
Sumber primer merupakan sumber asli yang diperoleh dari para pelaku sejarah dan saksi
sejarah. Sumber primer ini diperoleh dari orang sejaman atau orang pertama yang pernah
mengalami sendiri secara langsung peristiwa sejarah yang sesungguhnya. Untuk memperoleh
sumber ini maka seorang peneliti harus melakukan kegiatan wawancara, sehingga dapat diperoleh
sejumlah keterangan lisan terhadap obyek penelitian.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekuder merupakan keterangan lisan dari pihak kedua yaitu orang yang tahu
terjadinya peristiwa sejarah tetapi tidak pernah menjadi pelaku. Pihak kedua ini merupakan saksi
ahli yaitu orang-orang yang memiliki keahlian tertentu.
Ketika menyunting naskah, ada beberapa aspek yang harus Anda perhatikan. Berikut adalah aspek-
aspek dalam menyunting :
1. Penyunting harus membaca cermat kalimat demi kalimat dalam naskah untuk menemukan
kesalahan-kesalahan.
2. Penyunting membenarkan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam naskah.
3. Penyunting memeriksa keterpaduan antarparagraf.
4. Penyunting memeriksa kebenaran data dan teori jika ada.
Mengabstraksi
Mengabstraksi atau Cerita ulang (recount) atau rekon adalah teks yang menceritakan kembali
pengalaman masa lalu secara kronologis dengan tujuan untuk memberi informasi, atau menghibur
pembacanya, atau bisa keduanya.
Cerita ulang terdiri atas tiga jenis, yaitu rekon pribadi, rekon faktual (informasional), dan rekon
imajinatif.
1. Rekon pribadi adalah cerita ulang yang memuat kejadian di mana penulisnya terlibat secara
langsung.
2. Rekon faktual (informasional) adalah cerita ulang yang memuat kejadian faktual seperti
eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain.
3. Rekon imajinatif adalah cerita ulang yang memuat cerita imajinatif dengan lebih detil.
Suatu teks cerita ulang terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1. Orientasi : informasi yang menjawab apa?, di mana?, siapa?, kapan?, dan mengapa?
2. Rentetan peristiwa (events) : Isi cerita ulang atau Terjadinya Peristiwa.
3. Riorientasi atau kesimpulan penulis akan kejadian-kejadian yang diceritakan ulang.
Teks cerita ulang dapat diubah menjadi teks lain sesuai dengan kebutuhan. Proses untuk mengubah
teks cerita ulang menjadi bentuk teks lain dinamakan dengan istilah mengonversi. Dalam
mengonversi cerita ulang menjadi teks lain, yang berubah hanya model teks, sedangkan bagian isi
tetaplah sama.
1. Bertanya atau menggali informasi mengenai suatu peristiwa sejarah. Pencarian inormasi
ini berfungsi untuk mengumpulkan bukti-bukti sejarah berupa kata.
2. Mengumpulkan cerita-cerita mengenai sejarah tersebut. Cerita sejarah dapat mempunyai
beberapa versi, terutama berkaitan dengan unsur cerita yang sifatnya fiktif.
3. Menentukan cerita sejarah yang akan ditulis. Dalam penentuan ini jangan melupakan
bahwa cerita sejarah mengandung fakta. Jadi ambillah cerita sejarah yang mengandung
fakta paling banyak di dalamnya.
4. Membuat urutan peristiwa dalam cerita sejarah. Urutan ini membantu Anda memahami
cerita sejarah yang terjadi.
5. Membuat narasi cerita sejarah berdasarkan informasi dan urutan peristiwa yang telah
dikumpulkan . Cerita sejarah dapat dinarasikan dengan gaya bahasa pengarang.
Pengembangan cerita sejarah tentu saja bukan pada unsur fakta, melainkan unsur-unsur
fiktifnya.
Mengonversi teks cerita sejarah kedalam bentuk lain
Teks cerita sejarah umumnya berbentuk narasi. Namun, teks cerita sejarah dapat diubah kedalam
bentuk lain, misalnya teks drama dan puisi. Kegiatan mengubah ini disebut dengan konversi.
Menurut KBBI, Konversi adalah perubahan dari suatu sistem pengetahuan ke sistem yang lain.
Dengan demikian, verba mengonversi berarti mengubah atau melakukan perubahan.
Proses yang harus dilakukan dalam mengonversi teks cerita ulang, berikut:
1. Membaca teks ulang secara keseluruhan.
2. Mencermati pilihan kata (diksi) yang tepat dalam teks cerita ulang.
3. Merangkum isi teks cerita ulang secara menyeluruh.
4. Menentukan jenis teks apa yang digunakan sebagai konversi.
5. Menulis ulang teks cerita ulang dalam bentuk lain.
6. Merevisi bentuk teks baru jika memungkinkan ada kesalahan.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan dari golongan pemuda,
Darwis dan Wikana, menemui Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta. Wikana menyampaikan tuntutan agar Bung Karno mengumumkan proklamasi
kemerdekaan Indonesia esok hari, yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung Karno
menolak permintaan tersebut. Terjadilah ketegangan akibat pertentangan pendapat antara
golongan tua dan muda. Wikana mengancam bahwa esok hari akan terjadi pertumpahan
darah yang dahsyat dan besar.
2. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada tanggal 16 Agustus 1945, tiga tokoh
pemuda yang terdiri atas Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung Karno dan
Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km dari Karawang. Mereka memilih
Rengasdengklok karena tempat tersebut telah diamankan dari pengaruh Jepang oleh
Komandan Kompi Subeno.
3. Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke Rengasdengklok adalah agar Bung Karno
dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya.
4. Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya pendirian teguh. Beliau tetap
berpegang pada pendirian semula, tidak mau menyerah kepada kemauan pemuda.
Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr. Ahmad Subardjo. Mr.
Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat untuk membawa kembali kedua tokoh
itu ke Jakarta guna membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang anggotanya telah
ditambah dengan wakil pemuda.
5. Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura tidak menghalangi
proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan.
Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan laut Jepang, Laksamana
Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
Informasi Setiap Paragraf
· Pelaku dalam peristiwa tersebut yaitu golongan muda, Bung Karno dan
Bung Hatta.
· Yang terlibat dalam peristiwa pada paragraf ini adalah Somubuco dan
Nasimura, Laksamana Muda Maeda.
III Secepatnya
IV – –
Urutan peristiwa sejarah 4. Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya
pendirian teguh. Beliau tetap berpegang pada pendirian semula, tidak
Tahap 3
mau menyerah kepada kemauan pemuda. Untunglah perbedaan
pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr. Ahmad Subardjo. Mr.
Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat untuk membawa
kembali kedua tokoh itu ke Jakarta guna membicarakan proklamasi
melalui sidang PPKI yang anggotanya telah ditambah dengan wakil
pemuda.
Pertempuran Ambarawa terjadi pada tgl 20 November sampai 15 Desember 1945 antara
pasukan TKR melawan pasukan Sekutu. Insiden bersenjata mulai timbul di Magelang dan meluas
menjadi pertempuran ketika tentara Sekutu dan NICA membebaskan secara sepihak pra interniran
Belanda di Magelang dan Ambarawa. Insiden ini berakhir pada tgl 2 November
1945 setlah dilakukan perundingan antara Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethel di
Magelang.
Semntara itu, secara diam2 pasukan Sekutu meninggalkan Magelang dan mundur ke kota
Ambarawa yaitu pada tgl 21 November 1945. Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letnan
Kolonel M. Sarbini segera mengadakan pengejaran. Pd saat pengunduran itu, pasukan Sekutu
mencoba menunduki dua desa di sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran untuk membebaskan dua
desa tersebut, pada tgl 26 November 1945 gugurlah Letnan Kolonel Isdiman, Komandan Resimen
Banyumas. Dg gugurnya Letnan Kolonel Isdiman maka Kolonel Soedirman, Panglima Divisi
Banyumas mengambil alih pimpinan pasukan.
Pada tanggal 12 Desember 1945 dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil
mengepung kedudukan musuh dalam kota. Kota Ambarawa dikepung selama 4 hari 4 malam. Pada
tanggal 15 Desember 1945, pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa dan mundur menuju
ke Semarang.
Jika kita membaca dan mengamati teks diatas, akan ditemukan beberapa penulisan-
penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah. Dalam menyunting sebuah teks atau naskah, maka
penyunting harus membaca terlebih dahulu teks tersebut dan menandai kesalahan-kesalahan yang
terjadi. Selain itu, penyunting menganalisis kalimat yang ditulis, menimbang dan melihat
keefektifan, diksi, serta konsep yang tertera dalam teks tersebut. Seperti pada contoh paragraf di
atas, kita menemukan kesalahan-kesalahan yang sudah di beri tanda underline. Berikut merupakan
hasil penyuntingan berdasarkan kesalahan yang sudah ditandai.
Sementara itu, secara diam-diam pasukan Sekutu meninggalkan Magelang dan mundur ke
kota Ambarawa yaitu pada tanggal 21 November 1945. Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan
Letnan Kolonel M. Sarbini segera mengadakan pengejaran. Pada saat pengunduran itu, pasukan
Sekutu mencoba menunduki dua desa di sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran untuk
membebaskan dua desa tersebut, pada tanggal 26 November 1945 gugurlah Letnan Kolonel
Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman maka
Kolonel Soedirman, Panglima Divisi Banyumas mengambil alih pimpinan pasukan.
Pada tanggal 12 Desember 1945 dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil
mengepung kedudukan musuh dalam kota. Kota Ambarawa dikepung selama 4 hari 4 malam. Pada
tanggal 15 Desember 1945, pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa dan mundur menuju
ke Semarang.
Mengabstraksi Teks Cerita Sejarah
Berikut ini contoh mengabstraksi teks cerita sejarah!
Peristiwa Rengasdengklok
Pihak-pihak baik dari pihak golongan muda ataupun tua mencoba menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan, maka pada tanggal 16 Agustus 1945, tiga tokoh pemuda yaitu Sukarni,
Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, yang
berjarak kira-kira 15 km dari Karawang. Mereka memilih Rengasdengklok karena tempat tersebut
telah diamankan dari pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.
Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke Rengasdengklok adalah agar Bung Karno
dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya. Sudah banyak
yang mengetahui, Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya pendirian teguh.
Beliau tetap berpegang pada pendirian semula, tidak mau menyerah kepada kemauan pemuda.
Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr. Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad
Subardjo, Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat untuk membawa kembali kedua tokoh itu ke Jakarta
guna membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang anggotanya telah ditambah dengan
wakil pemuda.
Seusai sidang PPKI tersebut, pihak-pihak dari Indoensia mengetahui bahwa Somubuco dan
Jendral Nasimura tidak menghalangi proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti Jepang, maka
dimulailah pertemuan. Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan laut Jepang,
Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
Memproduksi Teks Cerita Sejarah
Produksi Teks Cerita Sejarah dapat dilihat sebagai berikut :
Peristiwa Rengasdengklok
Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan dari golongan pemuda,
Darwis dan Wikana, menemui Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Wikana menyampaikan tuntutan agar Bung Karno mengumumkan proklamasi kemerdekaan
Indonesia esok hari, yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung Karno menolak permintaan
tersebut. Terjadilah ketegangan akibat pertentangan pendapat antara golongan tua dan muda.
Wikana mengancam bahwa esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan besar.
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada tanggal 16 Agustus 1945, tiga tokoh
pemuda yang terdiri atas Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung Karno dan Bung
Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km dari Karawang. Mereka memilih Rengasdengklok
karena tempat tersebut telah diamankan dari pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.
Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke Rengasdengklok adalah agar Bung Karno
dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya.
Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya pendirian teguh. Beliau tetap
berpegang pada pendirian semula, tidak mau menyerah kepada kemauan pemuda. Untunglah
perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr. Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo,
Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat untuk membawa kembali kedua tokoh itu ke Jakarta guna
membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang anggotanya telah ditambah dengan wakil
pemuda.
Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura tidak menghalangi proklamasi
asal tidak ada pernyataan yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan. Pertemuan ini dilakukan
di rumah seorang pembesar angkatan laut Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol
No. 1 Jakarta.
Bung Karno dan Bung Hatta merupakan tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Dua tokoh yang menjadi cerminan dari semua masyarakat. Pemimpin yang memiliki
pendirian teguh.
Dalam perjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, butuh perjuangan yang sangat
kuat dari semua golongan bangsa. Melewati perang fisik, perang pemikiran dan juga perang batin.
“Bung, lebih baik kita mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia esok hari.”
(Wikana mengancam bahwa esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan
besar).
“Jika memang begitu, bersiap-siaplah besok akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat
dan besar di kalangan masyarakat.”
Kemudian, untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan, maka pada tanggal 16
Agustus 1945, tiga tokoh pemuda (Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih) membawa Bung Karno
dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
(Bung Karno dan Bung Hatta merasa bingung, sehingga Bung Karno pun bertanya).
“Karena Rengasdengkloklah tempat yang paling aman dari pengaruh Jepang oleh
Komandan Kompi Subeno.”
Perbedaan pendapat yang sebelumnya terjadi, akhinya dapat dijembatani oleh Mr. Ahmad
Subardjo. Karena itu, Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto dan Wikana sepakat untuk membawa
kembali kedua tokoh itu ke Jakarta untuk membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang
anggotanya telah ditambah dengan wakil pemuda.
(Mr. Ahmad Subardjo pun mengajak kedua rekannya untuk pergi menjemput Bung Karno
dan Bung Hatta).
“Baiklah, lebih baik kita segera menjemput keduanya untuk mempercepat sidang PPKI
yang akan dilaksanakan.”
Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura dari pihak Jepang tidak
menghalangi proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti Jepang, maka di mulailah pertemuan.
Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan laut Jepang, Laksamana Muda
Maeda, di Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta
Menghapus penjajahan
Kemerdekaan bangsaku
Melewati persidangan
Menjalani keputusan
Derita bangsaku
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks berarti naskah berupa kata-kata asli dari
pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkat ajaran atau asalan dan bahan tertulis untuk
dasar memberikan pelajaran berpidato, atau yang lainnya. Teks cerita sejarah adalah naskah
cerita atau nasrasi rekaan yang mengandung unsur-unsur sejarah. Dalam teks cerita sejarah, ada
beberapa unsur nyata, misalnya tokoh, nama tempat dan peristiwa.
Struktur teks cerita sejarah terdiri dari abstrak, orientasi, komplikasi, klimaks, resolusi dan
koda/amanat. Teks cerita sejarah yang umumnya berbentuk narasi dapat di konversi ke dalam
bentuk lain, misalnya teks drama monolog/dialog dan juga teks puisi.
Saran
Setelah membaca makalah ini , kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas umumnya dan pelajar. Dan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita sejarah adalah:
DAFTAR PUSTAKA
Sutoyo, Leo Agung. 2007. IPS 5 : Untuk Kelas 5 SD dan MI. Klaten: Sahabat.
http://hendryanggriawan68.blogspot.com/2015/07/teks-cerita-sejarah-pengertian-struktur.html
http://dedd157.blogspot.com/2015/06/teks-cerita-sejarah-contoh-teks-dan.html
http://ahmadiyahdamayanti99.blogspot.co.id/2015/08/bahasa-indonesia_17.html