Daftar Komponen Elektronika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 39

DAFTAR KOMPONEN ELEKTRONIKA

OLEH : ATHALA RANIA INSYIRAH


KELAS : 1TD

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TAHUN AJARAN 2019/2020
1. TRAFO
Pengertian Transformator
Transformator atau sering disebut dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik
yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari
perubahan taraf tersebut diantaranya seperti untuk menurunkan Tegangan AC dari
220VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC.

Transformator atau Trafo ini bekerja mengikuti prinsip Induksi Elektromagnet dan
hanya dapat bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik (AC).Trafo memegang
peranan yang sangat penting untuk pendistribusian tenaga listrik.

Trafo menaikan listrik yang berasal dari pembangkit listrik oleh PLN hingga
ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian Trafo lainnya menurunkan
tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan untuk setiap rumah tangga
maupun perkantoran yang pada umumnya menggunakan Tegangan AC 220Volt.

Fungsi Transformator
 Distribusi dan Transmisi Listrik
Seperti yang kita ketahui bahwa jarak antara pembangkit listrik dengan beban listrik
yang digunakan oleh pelanggan relatif terlalu jauh. Sehingga akan terjadinya drop
tegangan.

Untuk itu kita harus menaikkan tegangan sebelum distribusi dan transmisi listrik
jarak jauh agar drop tegangan tidak terlalu besar serta lebih murah karena kabel
yang digunakan lebih kecil (semakin besar tegangan besar maka arus semakin kecil
sesuai dengan Hukum kekekalan energi).

Seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN), Tegangan yang di hasilkan oleh


pembangkit sebesar 13,8 KV lalu di naikkan menjadi 150 KV lalu diturunkan ke
380 V untuk di distribusikan ke rumah – rumah.
 Rangkaian Kontrol
Pada peralatan elektronik seperti komputer, charger dan berbagai macam
peralatan lainnya, transformator sering kali digunakan untuk menurunkan
tegangan agar dapat digunakan pada tegangan kontrol (5 Volt, 12 Volt,dsb).

Begitu juga rangkaian kontrol motor pada pabrik, Trafo dipakai untuk
mengenergize dan meng dienergize kontaktor yang dipakai untuk menghidupkan
dan mematikan motor induksi.

 Rangkaian Pengatur Frekuensi


Dalam dunia radio frekuensi, transformator juga sering kali digunakan untuk
mengatur besaran frekuensi yang dihasilkan. Hanya saja bentuk dan dimensinya
jauh lebih kecil di bandingkan trafo yang sering kali digunakan pada rangkaian
kontrol apalagi transformator atau trafo transmisi listrik.

Prinsip Kerja
Pada sebuah Trafo yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan atau kumparan
kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Kebanyakan
Transformator, kumparan kawat terisolasi ini dililitkan pada sebuah besi yang
dinamakan Inti Besi (Core).

Ketika kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik) maka akan menyebabkan


medan magnet atau fluks magnetik disekitarnya. Kekuatan Medan magnet (densitas
Fluks Magnet) tersebut di pengaruhi pada besarnya arus listrik yang dialirinya.

Semakin besar arus listriknya maka semakin besar pula medan magnetnya.
Fluktuasi medan magnet yang terjadi pada kumparan pertama (primer) akan
menginduksi GGL (Gaya Gerak Listrik) dalam kumparan kedua (sekunder) dan
akan terjadi pelimpahan daya pada kumparan primer ke kumparan sekunder.

Maka, terjadilah pengubahan taraf tegangan listrik ini baik dari tegangan rendah
menjadi tegangan yang lebih tinggi maupun dari tegangan tinggi menjadi tegangan
yang rendah.

Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya ialah kumpulan
lempengan-lempengan besi tipis yang terisolasi dan ditempel berlapis-lapis dengan
gunanya untuk mempermudah jalannya Fluks Magnet yang ditimbulkan oleh arus
listrik kumparan dan untuk mengurangi suhu panas yang sering ditimbulkan.

Beberapa bentuk lempengan besi yang membentuk Inti Transformator tersebut


diantaranya seperti berikut ;
 E – I Lamination
 E – E Lamination
 L – L Lamination
 U – I Lamination

Dibawah ini agar lebih mudah memahami ;

Rasio lilitan yang berada pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer
menentukan rasio tegangan pada kedua kumparan tersebut.

Contoh, 1 lilitan pada kumparan primer dan 10 lilitan pada kumparan sekunder akan
menghasilkan tegangan 10 kali lipat dari tegangan input pada kumparan primer.
Jenis Transformator ini biasanya disebut Transformator Step Up.

Sebaliknya, jika terdapat 10 lilitan pada kumparan primer dan 1 lilitan pada
kumparan sekunder, maka tegangan yang dihasilkan Kumparan Sekunder adalah
1/10 dari tegangan input pada Kumparan Primer. Transformator jenis ini sering
disebut dengan Transformator Step Down.

Jenis Transformator
Berdasarkan penjelasan gambar diatas, jenis – jenis transformator dibagi menjadi
dua yaitu transformator step up dan step down, untuk lebih jelas dengan jenis – jenis
nya simakla penjelasan dibawah ini :

 Transformator Step UP
Trafo Step Up ialah Trafo yang berfungsi untuk menaikan level teganan AC atau
taraf dari rendah ke taraf yang lebih tinggi. Komponen tegangan sekunder dijadikan
tegangan Output yang lebih tinggi yakni dapat ditingkatkan dengan cara
memperbanyak lilitan di kumparan sekundernya sehingga jumlah lilitan kumparan
primer lebih sedikit. Trafo step up ini digunakan sebagai penghubung trafo
generator ke grid di dalam tegangan listrik.

 Transformator Step Down


Trafo Step Down ialah Trafo yang berfungsi menurunkan taraf level tegangan AC
dari taraf yang tinggi ke rendah. Pada Trafo jenis ini, Rasio untuk jumlah lilitan
pada kumparan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan pada kumparan yang
sekunder.

Trafo step down digunakan untuk mengubah tegangan grid yang tinggi menjadi
yang lebih rendah dimana dapat digunakan untuk peralatan rumah tangga.
Contohnya, untuk menurunkan taraf tegangan listrik dari PLN (220V) menjadi taraf
tegangan yang dapat disesuaikan dengan peralatan elektronik dirumah.

2. DIODA BRIDGE
Dioda Bridge adalah komponen yang terbuat dari bahan
semikonduktor (silicon atau germanium) yang tersusun atas “pn
junction” (sambungan P-N), dan didesain sedemikian rupa sehingga dioda
mampu mengalirkan arus pada satu arah saja, yaitu dari anoda ke katoda.
karakteristik dioda yaitu mampu mengalirkan arus dalam kondisi forward
bias (bias maju), yaitu dimana anoda dihubungkan dengan tegangan positif,
sedangkan katodanya di sambungkan dengan voltase negatif.
Keadaan sebaliknya pada dioda disebut mode reverse bias (bias
mundur). Dalam kondisi reverse bias ibarat saklar dioda dalam keadaan off
dan tidak mengalirkan arus. Dalam penggunaan dioda, dikenal juga dengan
istilah tegangan ambang. Tegangan ambang dioda adalah beda tegangan
minimal antara anoda dan katoda sehingga dioda mampu menghantarkan
arus listrik.

Tegangan ambang bisa berbeda untuk setiap jenis dioda dikarenakan


material penyusunya, apakah itu silikon atau germanium. Jika dioda terbuat
dari silikon tegangan ambangnya berkisar 0,7 volt, sedangkan dioda yang
terbuat dali bahan germanium tegangan ambangnya sekitar 0,3 volt.

Dari pengertian dioda diatas sekarang kita sudah tahu bahwa dioda
hanya mampu melewatkan arus listrik satu arah dalam mode forward bias.
Dari karakteristik tersebut, dioda dapat digunakan dalam rangkaian
penyearah (rectifier circuit) yaitu rangkaian yang mampu mengubah dari
listri AC (bolak-balik) menjadi listrik DC (searah).

Seperti komponen elektronik lainnya, dioda pun memiliki batasan-


batasan dalam penggunaannya, baik batasan tegangan maupun arus. Setiap
jenis dioda memiliki yang namanya tegangan tembus (peak inverse
voltage), yaitu tegangan balik maksimal yang mampu ditahan oleh dioda.

Ketika dioda dalam mode reverse bias, sejumlah panas akan


dilepaskan. Jika tegangan balik terus dinaikkan sampai melebihi tegangan
tembus, dioda tidak akan mampu lagi menahan disipasi daya yang terlalu
besar akibatnya dioda rusak dan mengalirkan arus listrik dengan arah
terbalik.
Sedangkan batasan arus pada dioda dapat diketahui dari kode yang
tertulis di tengah dioda. Mirip seperti tegangan tembus, dioda juga akan
rusak ketika diberika arus listrik melebihi ambang batasnya. nJadi perlu
diperhatikan dengan seksama spesifikasi dioda sebelum menggunakannya
kedalam rangkaian elektronik untuk menghindari kerusakan komponen
karena hal-hal diluar perkiraan.

Pengertian dioda bridge adalah salah satu rangkaian penyearah arus


listrik seperti yang sudah disinggung sebelumnya. Dioda bridge tersusun
dari empat dioda yand disusun sedemikian rupa sehingga arus AC yang
masuk berubah menjadi arus DC.

Rangkaian dioda Bridge merupakan rangkaian level pertama dalam


membuat rangkaian adaptor. Output arus listrik dari rangkaian dioda bridge
masihbelum konstan. Sehingga dibutuhkan rangkaian selanjutnya berupa
rangkaian filter guna menstabilkan arus listriknya. Rangkaian filter
biasanya tersusun atas kapasitor, resistor, dan dioda zener.

Pada level terakhir dalam pembuatan adaptor tegangan digunakan


IC regulator untuk memastikan bahwa tegangan output adaptor benar-benar
konstan.
3. KAPASITOR
Pengertian Kapasitor
Kapasitor atau bisa juga disebut dengan kondensator merupakan alat yang dapat
menyimpan energi didalam medan listrik dalam waktu tertentu dengan cara
mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan arus listrik. Alat ini
pertama kali ditemukan oleh ilmuwan bernama Michael Faraday sehingga satuan
kapasitor ini disebut dengan Farad (F). Karena satuan Farad ini sangat besar maka
digunakanlah:

PikoFarad (pF) = 1 x 10-2 F


NanoFarad (nF) = 1 x 10-9 F
MicroFarad (μF) = 1 x 10-6 F

1 Farad = 1.000.000µF (mikro Farad)


1µF = 1.000nF (nano Farad)
1µF = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF = 1.000pF (piko Farad)

Fungsi Kasitor / Kondensator


Kapasitor memiliki beberapa fungsi diantaranya:

 Sebagai isolator yang bisa memperlambat arus DC atau direct current


 Sebagai penyaring atau filter dalam rangkaian power supply
 Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian osilator
 Sebagai penyimpan arus atau tegangan listrik
 Sebagai frekuensi dalam rangkaian antena
 Sebagai penghemat daya listrik pada lampu neon
 Sebagai penghilang bouncing (loncatan api) jika dipasang sebagai pada
saklar
 Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan yang lain
 Sebagai penggeser Fasa
 Sebagai konduktor

Jenis-Jenis Kapasitor
Kapasitor dibagi menjadi tiga berdasarkan kegunaannya:

1. Kapasitor tetap (nilai kapasitasnya tidak dapat diubah atau tetap)


2. Kapasitor elektrolit ( Elektrolit Condenser =Elco)
3. Kapasitor variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah)
Selain diatas ada juga jenis kapasitor yang lain yaitu kapasitor keramik,
kapasitor elektrolit, kapasitor kertas, kapasitor mika, kapasitor polyester, kapasitor
tantalum, valco dan trimmer.

 Kapasitor Keramik
Kapasitor keramik adlaah kapasitor yang isolatornya dibuat dari keramik
dan mempunyai bentuk bulat tipis atau persegei berwarna merah, hijau,
coklat dan lain-lain. Kapasitor jenis ini tidak mempunyai arah atau polaritas,
dapat dipasang bolak-balik dalam rangkaian elektronika. Memiliki nilai
kapasitor sekitar 1pF sampai dengan 0,01 μF.

 Kapasitor Polyester
Kapasitor polyester adalah kapasitor yang isolatornya dibuat dari bahan
polyester yang memiliki bentuk persegi berwarna merah, coklat, hijau dan
lainya. Kapasitor polyester juga dapat dipasang terbalik di dalam rangkaian
elektronika karena tidak mempunyai polaritas arah.

 Kapasitor Mika
Kapasitor mika yaitu kapasitor yang terbuat dari bahan mika. Jenis kapasitor
ini dapat dipasnag terbalik didalam rangkaian elektronika karena tidak
memiliki polaritas arah. Nilai kapasitasnya sekitar 50 pF sampai dengan
0,02 μF.

 Kapasitor Elektrolit
Kapasitor elektrolit atau bisa disebut dengan Elco yaitu kapasitor yang
terbuat dari bahan elektrolit (semacam minyak kimia dengan beberapa zat
pada lainnya), memiliki bentuk seperti tabung atau silinder. Kapasitor
elektrolik adalah kapasitor dengan nilai kapasitas tinggi yaitu antara 02 μF
sampai dengan 20.000 μF bahkan bisa melebihi. Pemasangan kapasitor ini
tidak boleh terbalik, karena bisa meledak dan memiliki polaritas arah.
Penggunaan kapasitor elektrolit banyak pada semua rangkaian elektronik
seperti pada amplifier, power supply dan sebagainya.

 Kapasitor Tantalum
Kapasitor tantalum adalah kapasitor yang terbuat dari bahan logam
tantalum, dapat bekerja pada suhu tinggi dan mempunyai nilai kapasitansi
tinggi. Berbentuk lebih kecil dan mungil. Kapasitor jeni ini mempunyai
polaritas arah dan bahan isolator yang berasal dari elektrolit. Harga dari
kapasitor ini juga terbilang mahal, biasanya digunakan pada Handphone dan
laptop.

 Valco
Valco atau kepanjangan dari variable condensator adalah kapasitor yang
dibuat dari logam yang berukuran besar. Biasanya digunakan pada
rangkaian radio untuk memilih gelombang frekuensi. Memiliki nilai
kapasitansi sekitar 100 pF sampai dengan 500 pF.

 Trimmer
Trimmer adalah jenis kapasitor variable yang mempunyai bentuk lebih kecil
sehingga membutuhkan alat untuk bisa memutar poros pengaturannya.
Trimmer berfungsi untuk menempatkan pemilihan gelombang frekuensi
didalam rangkaian elektronika. Mempunyai nilai kapasitansi maksimal
sampai 100 pF.
4. RESISTOR
Pengertian Resistor
Resistor atau hambatan adalah salah satu komponen elektronika yang
memiliki nilai hambatan tertentu, dimana hambatan ini akan menghambat
arus listrik yang mengalir melaluinya. Sebuah resistor biasanya terbuat dari bahan
campuran Carbon. Namun tidak sedikit juga resistor yang terbuat dari kawat
nikrom, sebuah kawat yang memiliki resistansi yang cukup tinggi dan tahan pada
arus kuat. Contoh lain penggunaan kawat nikrom dapat dilihat pada elemen
pemanas setrika. Jika elemen pemanas tersebut dibuka, maka terdapat seutas kawat
spiral yang biasa disebut dengan kawat nikrom.

Satuan Resistor adalah Ohm (simbol: Ω) yang merupakan satuan SI


untuk resistansi listrik. Dalam sejarah, kata ohm itu diambil dari nama salah
seorang fisikawan hebat asal German bernama George Simon Ohm. Beliau juga
yang mencetuskan keberadaan hukum ohm yang masih berlaku hingga sekarang.

Fungsi Resistor

Resistor berfungsi sebagai penghambat arus listrik. Jika ditinjau secara


mikroskopik, unsur-unsur penyusun resistor memiliki sedikit sekali elektron bebas.
Akibatnya pergerakan elektronya menjadi sangat lambat. Sehingga arus yang
terukur pada multimeter akan menunjukan angka yang lebih rendah jika
dibandingkan rangkaian listrik tanpa resistor.

Namun meskipun misalnya kita menyusun rangkaian listrik tanpa resistor,


bukan berarti tidak ada hambatan listrik didalamnya. Karena setiap konduktor pasti
memiliki nilai hambatan, meskipun relatif kecil. Namun dalam perhitungan
matematis, biasanya kita abaikan nilai hambatan pada konduktor tersebut, dan kita
anggap konduktor dalam kondisi ideal. Itu berarti besar resistansi konduktor adalah
nol.

Bisakah dibayangkan jika konduktor yang terdapat pada rangkaian listrik


tidak memiliki hambatan sama sekali. Ya, proses transfer daya pastinya akan
optimal, jika kita aplikasikan pada komputer maka kecepatan komputer akan
meningkat tajam dengan spesifikasi prosesor yang sama. Hal inilah yang beberapa
dekade terakhir menjadi bahan perbincangan para ilmuwan bagaimana
menciptakan konduktor tanpa hambatan, atau lebih dikenal dengan sebutan
superkonduktor.
Cara Menghitung Resistor

Menggunakan Alat Ukur

Dalam menghitung besarnya hambatan yang terkandung dalam resistor, kita


punya beberapa teknik perhitungan. Pertama adalah cara yang paling gampang,
yaitu dengan menggunakan multimeter digital. Setelah kita menyetel multimeter
digital dalam mode “ohm”, lalu kedua terminal multimeter kita tempelkan dikedua
kaki resistor. Dengan itu seketika muncul besar hambatan dari resistor yang kita
ukur.

Cara kedua yaitu dengan menggunakan multimeter analog. Untuk


menggunakan alat ukur ini maka butuh sedikit keahlian dalam membaca skala pada
multimeter. Pada multimeter analog, umumnya kita akan menemukan beberapa
skala yang dapat digunakan sesuai kebutuhan ketelitian perhitungan.
Membaca Kode Warna

Dan satu lagi, tentunya pasti anda juga bertanya-tanya bagaimana cara
menghitung resistor film karbon yang memilki banyak gelang warna. Biasanya cara
ini sudah lama ditinggalkan karena para Teknisi lebih sering menggunakan alat
ukur agar lebih cepat melakukan reparasi. Tetapi bagi anda yang belajar dan untuk
praktik atau tugas sekolah berikut ini penjelasan lengkap cara membaca Kode
Warna pada Film Karbon Resistor secara manual.

Cara mudah menghafal nilai dari kode warna Resistor yaitu dengan cara
menghafalkan warna berdasarkan dari urutan pada tabelnya yaitu dengan
singkatannya. “Hi Co Me O Ku, Hi Bi U A Pu” akan lebih mudah diingat untuk
menghafal, yang biasanya digunakan untuk praktikum siswa pada kelas jurusan
Teknik Audio Video, Elektronika dan segala jurusan yang memiliki materi
pelajaran dasar elektronika.

Contoh Latihan Soal Kode Warna Resistor dan Jawabannya :

1. Coklat, Merah, Merah, Emas = 1, 2, x100, 5% = 1200Ω 5%


2. Perak, Hijau, Ungu, Merah = 10%, x1, 7, 2 = 27Ω 10%
3. Biru, Abu Abu, Kuning, Emas = 6, 8, x10k, 5% = 680kΩ 5%
4. Emas, Orange, Biru, Hijau = 5%, x10k, 6, 5 = 560kΩ 5%
5. 3k3Ω 10% = 3, 3, x100, 10% = Orange, Orange, Merah, Perak
6. 27kΩ 5% = 2, 7, 1k, 5% = Merah, Ungu, Orange, Emas
7. 0,5Ω 1% = 5, 0, (x0,01), 1% = Hijau, Hitam, Perak, Cokelat
8. 22k2 10% = 2, 2, 2, x100, 10% = Merah, Merah, Merah, Merah, Perak

Macam Macam Resistor

Resistor pada saat ini hanya terbagi menjadi dua macam, yakni resistor tetap
(fixed resistor) dan resistor tidak tetap (variable resistor). Dari kedua macam
resistor tersebut masih bisa dibagi lagi berdasarkan jenis jenisnya.

Resistor

Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor):


Resistor Tetap (Fixed Resistor):
1. Potensiometer :
1. Resistor Kawat
– Logartimik & Linear
2. Resistor Batang Karbon
– Putar & Geser
3. Resistor Keramik atau Porselin
2. Trimpot
4. Resistor Film Karbon
3. NTC dan PTC
5. Resistor Film Metal
4. LDR

1. Resistor tetap (fixed resistor)

Gambar Simbol Resistor Tetap


Resistor jenis ini memiliki nilai resistansi yang tetap dan permanen selama resistor
tersebut dalam kondisi yang baik. Resistor tetap memiliki ciri ciri yang tidak bisa
berubah ubah jika resistor tersebut tidak rusak. Resistor tetap juga terdiri dari
beberapa jenis resistor yang dikelompokan berdasarkan bahan penyusun resistor
tersebut. Berikut ini adalah pembahasan jenis resistor tetap secara mendetail :
a. Resistor Kawat

Resistor Kawat
Resistor kawat merupakan resistor pertama kali dibuat. Dahulu resistor ini
digunakan dalam rangkaian yang masih menggunakan tabung hampa sebagai
transistornya. Dengan ukuran fisik yang cukup besar dan juga bentuknya yang
bervariasi pada masanya, resistor ini juga memilki nilai hambatan yang cukup besar
pula. Resistor kawat juga mampu beroperasi pada arus kuat dan panas yang tinggi
sehingga banyak ditemukan pada rangkaian elektronika bagian power. Rating daya
yang terdapat pada resistor jadul yang ini adalah dalam bebrabagi ukuran seperti 1
watt, 2 watt, 5 watt, serta 10 watt.

b. Resistor Batang Karbon

Resistor Batang Karbon


Resistor jenis batang karbon terhitung jenis resistor jadul sama seperti resistor
kawat. Resistor ini tersusun dari bahan karbon didalamnya dan terdapat kode-kode
warna untuk menandai besarnya hambatan dari resistor tersebut. Resistor yang
merupakan generasi awal ini untuk penggunaanya saat ini sudah sangat jarang.
Sehingga kurang familiar bagi para praktisi elektronika saat ini.

c. Resistor Keramik

Resistor Keramik

Sesuai dengan namanya tentu saja terbuat dari bahan keramik atau porselen, dengan
lapisan kaca dibagian terluar. Meskipun ukuranya cukup mungil, namun
resistansinya bervariasi, mulai dari kisaran puluhan ohm hingga kilo ohm.
Kemajuan Teknologi terutama pada bahan yang dibutuhkan sebagai komponen
elektronika, resistor keramik pada saat ini kebanyakan digunakan pada gadget yang
memilki ukuran cukup kecil. Coba saja buka perangkat ponsel yang anda miliki,
dapat dipastikan akan bisa menemukan resistor jenis ini didalamnya. Resistor ini
memiliki rating daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt.

d. Resistor Film Karbon

Resistor Film Karbon


Resistor Film karbon merupakan sebuah perkembangan dari resistor batang
karbon. Resistor ini terbuat dari bahan karbon didalamnya dan diluarnya dilapisi
dengan bahan pelindung berupa film. Pelindung ini berguna untuk mnecegah
adanya pengaruh eksternal terhadap karakteristik dari resistor jenis ini.
Dipermukaanya terdapat gelang-gelag warna yang berguna sebagai indikator
besarnya hambatan yang terkandung didalam resistor tersebut. Memiliki Rating
daya sama dengan Resistor Kramik tetapi kalah dalam segi keefektifan ukuran
komponen. Sehingga lebih banyak resistor kramik yang digunakan untuk peralatan
elektronik seperti Smartphone daripada menggunakan Resistor Film karbon yang
ukurannya relatif lebih besar.
e. Resistor Film Metal

Resistor Film Metal

Penampakan bentuk fisiknya sekilas terlihat bahwa resistor jenis film metal mirip
dengan resistor jenis film karbon. Perbedaan hanya pada warna dasar yang berbeda.
Namun sebenarnya kedua jenis resistor ini memilki karakteristik yang berbeda.
Untuk resistor film metal memiliki katelitian tertinggi dibandingkan dengan resistor
tetap jenis lain. Toleransinya hanya berkisar antara 1-5%.

Resistor Film Metal memiliki resistensi yang lebih besar dibandingkan dengan
Resistor Film Karbon. Jika pada Resistor Film Karbon hanya identik dengan 4 kode
warna untuk membacanya, pada Resistor Film Metal terdapat 5 dan juga 6 kode
warna. Dalam aplikasinya, resistor film metal biasa digunakan pada perangkat
elektronik yang memerlukan ketelitian tinggi, misalnya saja multimeter ataupun
alat ukur lainya.

2. Resistor Tidak Tetap (variable resistor)

Berlawanan dengan resistor tetap, resistor variable dapat berubah nilai


resistansinya sesuai pengaruh eksternal yang memang sudah didesain
demikian. Pengelompokan jenis resistor variable didasarkan pada bagaimana cara
merubah resistansi tersebut. Misalnya saja LDR bisa berubah resistansinya jika
terjadi perubahan intensitas cahaya yang mengenai permukaanya. Untuk lebih
jelasnya, mari kita bahas secara mendetail:
a. Potensiometer

Resistor Potensiometer Putar dan Geser

Potensiometer merupakan resistor yang dapat kita atur besar resistansinya. Cara
mengaturnya cukup dengan memutar bagian tuas tengah potensiometer. Resistor
jenis ini cukup sering digunakan dalam rangkaianelektronika semacam fm/am
tuner, rangkaian sensor cahaya, dan lain sebagainya. Bagian
dalam potensiometer terbuat dari kawat berhambatan yang melingkar. Namun
selain terbuat dari bahan kawat, ada juga potensiometer yang tersusun dari karbon
sehingga ukurannya dapat diperkecil dan interval resistansi yang cukup besar.

b. Trimpot

Resistor Trimpot
Bentuk dan cara kerja trimpot sebenarnya tidak jauh berbeda dengan potensiometer.
Namun agar kita bisa merubah nilai hambatanya tidak cukup hanya memutar
menggunakan tangan kosong ataupun menggesernya saja. Diperlukan alat
semacam obeng -/+ untuk memutarnya sehingga nilai resistansinya berubah sesuai
dengan yang kita inginkan. Trimpot sama seperti potensiometer juga terdiri atas
dua jenis, yaitu trimpot logaritmik dan linear. Memiliki ciri khusus yang bentuk
ukurannya lebih kecil dari potensiometer.
c. LDR (Light Dependent Resistor)

Resistor LDR

Seperti yang sudah disinggung diatas, LDR merupakan jenis resistor variabel yang
resistansinya dapat berubah seiring dengan intensitas cahaya yang mengenai
permukaanya. Dengan sifatnya ini, maka wajar jika LDR biasa digunakan pada
lampu-lampu yang bisa mati dan hidup secara otomatis. Sebagai contoh biasanya
pada lampu lampu jalan yang akan nyala pada malam hari atau pada saat wilayah
sekitar gelap seperti saat mendung dan badai yang menutupi matahari dengan
otomatis lampu di jalanan akan nyala dengan sendirinya.

Simbol LDR
Resistansi LDR menurun ketika terpapar cahaya dengan intensitas
tinggi. Sebaliknya, semakin kecil intensitas cahaya yang mengenai permukaanya
maka resistansi LDR akan semakin besar. Konsep kerja LDR dapat dijelaskan
dengan konsep fotolistrik yang dicetuskan oleh Enstein.
d. NTC dan PTC

Resistor NTC Dan PTC

Untuk kedua jenis resistor ini, dapat mengatur besar resistansinya dengan merubah
temperature lingkungan sekitar. Pada resistor NTC (negative temperature
coefficient) resisntansi semakin kecil ketika suhu lingkungan naik.
Untuk PTC (positive temperature coefficient) berlaku sebaliknya, yaitu semakin
tinggi suhu lingkungan semakin besar pula nilai resistansinya.

Simbol NTC dan PTC

Pada dasarnya resistansi setiap bahan pasti dipengaruhi oleh suhu lingkungan
meskipun sangat kecil pengaruhnya. Dalam sebuah rangkaian listrik skala kecil
faktor ini bisa kita abaikan. Namun tidak jika sudah masuk ke dunia industri skala
besar, semua faktor yang dicurigai berpengaruh sebisa mungkin di hitung dan
diteliti efek kedepanya.
e. Rheostat

Rheostat
Pastinya sudah tahu jika anda sudah pernah praktikum fisika jikapun belum pernah
seharusnya tetap tidak asing dengan jenis resistor variable yang satu ini. Terbuat
dari uliran kawat yang rapat dan berdiameter cukup besar, sehingga ukuranya pun
besar. Rheostat paling sering digunakan dalam laboratorium. Cara mengubah
resistansinya cukup mudah, yaitu dengan menggeser kepala bagian atas dari
rheostat.

5. TRANSISTOR

Pengertian Transistor
Transistor adalah sebuah komponen elektronika yang digunakan untuk
penguat, sebagai sirkuit pemutus, sebagai penyambung, sebagai stabilitas tegangan,
modulasi sinyal dan lain-lain. Fungsi transistor juga sebagai kran listrik yang
dimana berdasarkan tegangan inputnya, memungkinkan pengalihat listrik yang
akurat yang berasal dari sumber listrik.
Transistor seperti gambar diatas dapat disebut juga transistor bipolar atau
transistor BJT (Bipolar Junction Transistor). Transistor bipolar adalah inovasi yang
menggantikan transistor tabung (vacum tube). Selain dimensi transistor bipolar
yang relatif lebih kecil, disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat bekerja
pada suhu yang lebih dingin.

Dalam beberapa aplikasi, transistor tabung masih digunakan terutama pada


aplikasi audio, untuk mendapatkan kualitas suara yang baik, namun konsumsi
dayanya sangat besar. Sebab untuk dapat melepaskan elektron, teknik yang
digunakan adalah pemanasan filamen seperti pada lampu pijar.

Transistor bipolar memiliki 2 junction yang dapat disamakan dengan


penggabungan 2 buah dioda. Emiter-Base adalah satu junction dan Base-Kolektor
junction lainnya itulah kenapa disebut (Bipolar Junction Transistor). Seperti pada
dioda, arus hanya akan mengalir hanya jika diberi bias positif, yaitu hanya jika
tegangan pada material P lebih positif daripada material N (forward bias). Pada
gambar ilustrasi transistor NPN berikut ini, junction base-emiter diberi bias positif
sedangkan basecolector mendapat bias negatif (reverse bias).

Karena base-emiter mendapat bias positif maka seperti pada dioda, electron
mengalir dari emiter menuju base. Kolektor pada rangkaian ini lebih positif, sebab
mendapat tegangan positif. Karena kolektor ini lebih positif, aliran elektron
bergerak menuju kutup ini. Misalnya tidak ada kolektor, aliran elektron seluruhnya
akan menuju base seperti pada dioda.

Tetapi karena lebar base yang sangat tipis, hanya sebagian elektron yang
dapat bergabung dengan hole yang ada pada base. Sebagian besar akan menembus
lapisan base menuju kolektor. Inilah alasannya mengapa jika dua diode
digabungkan tidak dapat menjadi sebuah transistor, karena persyaratannya adalah
lebar base harus sangat tipis sehingga dapat diterjang oleh elektron.
Jika misalnya tegangan base-emitor dibalik (reverse bias), maka tidak akan
terjadi aliran elektron dari emitor menuju kolektor. Jika pelan-pelan ‘keran’ base
diberi bias maju (forward bias), elektron mengalir menuju kolektor dan besarnya
sebanding dengan besar arus bias base yang diberikan. Dengan kata lain, arus base
mengatur banyaknya electron yang mengalir dari emiter menuju kolektor.

Ini yang dinamakan efek penguatan transistor, karena arus base yang kecil
menghasilkan arus emiter-colector yang lebih besar. Istilah amplifier (penguatan)
sebenarnya bukanlah penguatan dalam arti sebenarnya, karena dengan penjelasan
di atas sebenarnya yang terjadi bukan penguatan, melainkan arus yang lebih kecil
mengontrol aliran arus yang lebih besar. Juga dapat dijelaskan bahwa base
mengatur membuka dan menutup aliran arus emiter-kolektor (switch on/off).

Pada transistor PNP, fenomena yang sama dapat dijelaskan dengan memberikan
bias seperti pada gambar berikut. Dalam hal ini yang disebut perpindahan arus
adalah arus hole.
Perlu diingat, walaupun tidak ada perbedaan pada doping bahan pembuat emitor
dan kolektor, namun pada prakteknya emitor dan kolektor tidak dapat dibalik.

Dari satu bahan silikon (monolitic), emitor dibuat terlebih dahulu, kemudian base
dengan doping yang berbeda dan terakhir adalah kolektor. Terkadang dibuat juga
efek dioda pada terminal-terminalnya sehingga arus hanya akan terjadi pada arah
yang dikehendaki.

Untuk memudahkan pembahasan prinsip bias transistor lebih lanjut, berikut adalah
terminologi parameter transistor. Dalam hal ini arah arus adalah dari potensial yang
lebih besar ke potensial yang lebih kecil.

Parameter-paramater yang perlu diperhatikan:

1. IC: arus kolektor


2. IB: arus base
3. IE: arus emitor
4. VC: tegangan kolektor
5. VB: tegangan base
6. VE: tegangan emitor
7. VCC: tegangan pada kolektor
8. VCE: tegangan jepit kolektor-emitor
9. VEE: tegangan pada emitor
10. ICBO: arus base-kolektor
11. VCB: tegangan jepit kolektor-base
12. VBE: tegangan jepit base-emitor (umumnya 0,6 – 0,7 volt untuk transistor
silikon)

Pada tabel data transistor (databook) beberapa hal perlu diperhatikan antara lain
spesifikasi αdc (alpha dc) yang tidak lain adalah:

 αdc = IC/IE

Defenisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus emitor. Karena besar
arus kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emiter maka idealnya besar
αdc adalah = 1 (satu). Namun umumnya transistor yang ada memiliki αdc kurang
lebih antara 0.95 sampai 0.99.

Pada tabel data transistor (databook) juga dapat dijumpai spesifikasi βdc (beta dc)
atau hfe didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor dengan arus
base.

 βdc = IC/IB

Dengan kata lain, βdc adalah parameter yang menunjukkan kemampuan penguatan
arus (current gain) dari suatu transistor. Parameter ini ada tertera
di databook transistor dan sangat membantu para perancang rangkaian elektronika
dalam merencanakan rangkaiannya.

Sebelumnya ada beberapa spesifikasi transistor yang perlu diperhatikan,


seperti tegangan VCEmax dan PD max. Sering juga dicantumkan di datasheet
keterangan lain tentang arus ICmax VCBmax dan VEBmax. Ada juga PDmax pada
TA = dan PD max pada TC = .
Fungsi Transistor
Adapun fungsi dari transistor diantaranya sebagaimana dibawah ini:

1. Transistor Sebagai Saklar Elektronik


Yaitu dengan mengatur bias dari sebuah transistor sampai transistor jenuh maka
didapat hubungan singkat antar kaki konektor dan emitor, dengan memanfaatkan
kejadian ini maka transistor bisa digunakan sebagai saklar.

2. Transistor Sebagai Penguat Arus


Yaitu digunakan sebagai penguat arus, dengan fungsi ini transistor dapat digunakan
sebagai rangkaian power supply tentunya dengan tegangan yang disetting. Untuk
dapat digunakan sebagai fungsi penguat arus transistor harus dibias tegangan yang
constant pada basisnya, agar pada emitor keluar tegangan yang tetap. Umumnya
untuk dapat tegangan basis agar tetap digunakan diode zener. Transistor sebagai
penguat sinyal AC, adapun fungsi transistor yang lainnya ialah sebagai penguat
sinyal AC, dan lain-lain.

Cara Keja Transistor


Dari banyak tipe-tipe transistor yang modern di jaman sekarang, awalnya hanya
terdapat 2 tipe dasar transistor yaitu biopolar transistor “BJT atau transistor
biopolar” dan FET “Field-Effect Transistor” yang cara kerjanya berbeda-beda.

 Transistor Biopolar
Dinamakan seperti itu karena kanal konduksi utamanya memakai 2 polaritas
pembawa muatan elekton dan lubang, untuk membawa muatan atau arus listrik. Di
dalam BJT, arus listrik utamanya harus melewati satu daerah atau lapisan pembatas
yang dinamakan depletizon dan juga ketebalan dari lapisan ini bisa diatur dengan
kecepatan tinggi dengan maksud untuk mengatur aliran arus utama tersebut.

 FET “Field-Effect Transistor”


Dinamkan juga transistor unipolar yakni hanya memakai satu jenis pembawa
muatan “electron atau hole, tergantung dari tipenya FET” saja. Didalam FET arus
listrik utamanya mengalir dalam satu kenal konduksi sempit dengan depletion zone
sisinya. Lalu ketebalan dari daerah perbatasan ini bisa diubah dengan perubahan
tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kenal konduksi tersebut.
Jenis-Jenis Transistor
Jenis-Jenis Transistor yang paling umum dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
Transistor Bipolar dan Transistor Efek Medan. Jenis-Jenis Transistor ini sangat
menentukan sekali dalam pembuatan rangkaian elektronika. Terutama untuk
pembuatan rangkaian amplifier, rangkaian saklar, general purpose, rangkaian
audio, tegangan tinggi dan masih banyak lagi yang lainnya.

Transistor Bipolar atau nama lainnya adalah transistor dwikutub adalah


jenis transistor paling umum di gunakan dalam dunia elektronik. Di dalam transistor
ini terdapat 3 lapisan material semikonduktor yang terdiri dari dua lapisan inti, yaitu
lapisan P-N-P dan lapisan N-P-N.

Transistor bipolar juga memiliki 3 kaki yang masing masing di beri nama
Basis (B), Kolektor (K) dan Emiter (E). Perbedaan antara fungsi dan jenis-jenis
transisor ini terlihat pada polaritas pemberian tegangan bias dan arah arus listrik
yang berlawanan.

Cara kerja transistor bipolar dapat di lihat dari dua dioda yang terminal
positif dan negatif selalu berdempet, itu sebabnya pada saat ini terdapat 3 kaki
terminal. Perubahan arus listrik dari jumlah kecil dapat menimbulkan efek
perubahan arus listrik dalam jumlah besar khususnya pada terminal kolektor.
Prinsip kerja ini lah yang mendasari penggunaan transistor sebagai penguat
elektronik.

Transistor Efek Medan atau biasa di singkat FET adalah transistor yang juga
memiliki 3 kaki terminal yang masing masing di beri nama Drain (D), Source (S)
dan Gate (G). Sistem kerja FET adalah dengan cara mengendalikan aliran elektron
dari terminal Source ke Drain melalui tegangan yang di berikan pada terminal Gate.

Pada saat ini jenis-jenis transistor FET di bagi menjadi dua tipe, yaitu
enhancement mode dan depletion mode. Kedua mode ini menandakan polaritas
tegangan gate di bandingkan dengan source pada saat FET menghantarkan listrik.
Sebagai contoh dalam depletion mode, di sini gate adalah negatif di bandingkan
dengan source, sedangkan dalam enhancement mode, gate adalah positif. Jika
tegangan pada gate di rubah menjadi positif, maka aliran arus kedua mode di antara
source dan drain akan meningkat.
Kategori Transistor
Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori,
diantaranya seperti di bawah ini:

1. Berdasarkan tipe diantaranya seperti: UJT, BJT, JFET, IGBT, IGFET,


“MOSFET”, HBT, VMOSFET, MISFET, HEMT, MESFET dan lain
sebagainya.
2. Berdasarkan materi semikonduktor diantaranya germanium, silikon dan
gallium arsenide.
3. Berdasarkan kemasan fisiknya diantaranya seperti: IC, through hole metal,
surface mount, through hole plastic dan lain sebagainya.
4. Berdasarkan polaritas diantaranya seperti: PNP atau P-channel dan NPN
atau N-channel.
5. Berdasarkan maximum kapasitas daya, diantaranya seperti: Low power,
medium power dan high power.
6. Berdasarkan maximum frekwensi kerja, yang diantaranya: Low, medium
atau high frequency, RF transistor, Microwave dan lain sebagainya.
7. Berdasarkan aplikasi yang diantaranya seperti, amplifier, audio, general
purpose, tegangan tinggi dan lain sebagainya.
6. DIODA ZENER

Pengertian Dioda Zener


Pengertian dioda zener adalah Komponen Elektronika yang terbuat dari
Semikonduktor dan merupakan jenis Dioda yang dirancang khusus untuk dapat
beroperasi di rangkaian Reverse Bias (Bias Balik).

Diode Zener merupakan semikonduktor paling banyak di gunakan karena mudah


dan sederhana di bandingkan dengan yang lain. Selain sederhana dan mudah
dioda Zener juga banyak di gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada umumnya alat ini di gunakan untuk kestabilan arus listrik, karena arus litrik
akan lebih baik dalam keadaan stabil. Alat ini mudah sehingga banyak di gunakan
di kalangan masyarakat, hampir setiap rumah pasti mempunyai alat sejenis ini.

Jika dioda lainnya di gunakan sebagai penyearah arus tetapi berbeda dengan diode
Zener. Diode Zener dirancang supaya bisa beroprasi pada rangkaian bias balik
atau reverse bias.pada sebuah rangkaian biasa maju atau forward bias dan
dipasangkan Zener berfungsi seperti diode pada umumnya yaitu penyearah arus.
Akan tetapi jika dipasangkan pada reverse bias balik diode akan mencapai
tegangan breakdown dan tegangan ini kemudian menjadi tegangan referensi.

Fungsi Dioda Zener


Berikut ini adalah fungsi diode Zener antara lain:

1. Penyestabil lever tegangan


2. Pendeteksi tegangan tertentu
3. Pembatas sinyal input
4. Pengaman Electro Static Discharge (ESD)

Cara Mengukur Dioda Zener


Mengukur diode Zener sama saja seperti mengukur peyearah yang biasa di
gunakan pada power suplay. Tetapi lebih mudah kerena menggunakan AVO
meter atau multimeter yang memiliki fitur mengukur diode. Posisi kaki anoda di
sesuaikan perhatikan gambar dibawah ini

Jika di ukur dengan multimeter ternyata di bolak balik polaritasnya tetap


menunjukkan angka pada meter, bisa di pastikan diode tersebut disebut short atau
bocor.

Bentuk dan Simbol Dioda Zener

Dibawah ini adalah bentuk dan Simbol Dioda Zener :


Prinsip Kerja Dioda Zener

Pada dasarnya, Dioda Zener akan menyalurkan arus listrik yang mengalir ke arah
yang berlawanan jika tegangan yang diberikan melampaui batas “Breakdown
Voltage” atau Tegangan Tembus Dioda Zenernya. Karakteristik ini berbeda
dengan Dioda biasa yang hanya dapat menyalurkan arus listrik ke satu arah.
Tegangan Tembus (Breakdown Voltage) ini disebut juga dengan Tegangan Zener.

Untuk lebih jelas mengenai Dioda Zener, mari kita lihat Rangkaian dasar Dioda
Zener dibawah ini :

Dalam Rangkaian diatas, Dioda Zener dipasang dengan prinsip Bias Balik
(Reverse Bias), Rangkaian tersebut merupakan cara umum dalam pemasangan
Dioda Zener. Dalam Rangkaian tersebut, tegangan Input (masuk) yang diberikan
adalah 12V tetapi Multimeter menunjukan tegangan yang melewati Dioda Zener
adalah 2,8V. Ini artinya tegangan akan turun saat melewati Dioda Zener yang
dipasang secara Bias
Balik (Reverse Bias). Sedangkan fungsi Resistor dalam Rangkaian tersebut adalah
untuk pembatas arus listrik.

7. LED

Pengertian LED (Light Emiting Diode)


Light Emiting Diode atau yang sering disingkat dengan LED adalah komponen
elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan
tegangan maju. LED merupakan keluarga dioda yang terbuat dari bahan semi
konduktor. Warna-warna cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis
bahan semi konduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar
inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada
remote control tv ataupun remote control perangkat elektronik lainnya.
Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat
dipasangkan dengan mudah kedalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda
dengan lampu pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak
menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. oleh karena itu saat ini LED yang
bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV
yang mengganti lampu tube.

Cara Kerja LED


LED merupakan dari dioda yang terbuat dari semi konduktor . Cara kerjanya pun
hampir sama dengan dioda yaitu memiliki dua kutub yakni kutub positif dan kutub
negatif. LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias
forward) dari anoda menuju ke katoda. LED terdiri dari sebuah chip semi konduktor
yang didoping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan
proses doping dalam semi konduktor adalah proses untuk menambahkan ketidak
murnian (impurity) kelistrikan yang diinginkan, ketika LED dialiri tegangan maju
atau bias forward yaitu dari anoda (P) menuju ke (K). Kelebihan elektron pada N-
Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan hole (lubang) yaitu
wilayah yang bermuatan positif (P-Type material), saat elektron berjumpa dengan
hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu
warna).
Cara menentukan Anoda dan Katoda pada LED
Ciri-ciri Kaki Anoda :
1. kaki lebih panjang
2. led flame kecil

Ciri-ciri Kaki Katoda:


1. kaki lebih pendek
2. led flame besar
3. terletak disisi yang flat

Warna-warna LED
Saat ini, LED telah memiliki keranekaragaman warna, diantaranya seperti warna
merah, kuning, hijau, putih, hijau, jingga dan inframerah. Keanekaragaman warna
pada LED tersebut tergantung pada Wavelengt (panjang gelombang) dan senyawa
semi konduktor yang dipergunakannya. Berikut senyawa pada semi konduktor pada
LED:

Bahan Semikonduktor Wavelengt Warna


Gallium Arsenide (Ga As) 850-940 mm Inframerah
Gallium Arsenide Phospide (Ga 630-660 mm Merah
Asp)
Gallium Arsenide Phosphide 605-620 mm Jingga
(GaAsp)
Gallium Arsenide Phosphide 585-595 mm Kuning
Nitride (GaAsp:N)
Aluminium Gallium Phosphide 550-570 nm Hijau
(AiGaP)
Silicon Carbide (SIC) 430-505 nm Biru
Gallium Indium Nitride (GaLnN) 450nm Putih

LED tidak hanya dapat memancarkan warna cahaya satu saja namun dapat
memancarkan warna lebih dari 2. Berikut macam-macam jenis LED yang memiliki
multi warna:
1. Bicolour Light Emitting Diodes (LED 2 Warna)
LED 2 warna mempunyai 2 LED dalam satu komponen yang dipasang "inverse
paralel" (salah satu bisa maju dan satunya bisa mundur), jadi ketika dioperasikan
bias maju akan menghasilkan warna 1 dan jika dioperasikan bias mundur akan
menghasilkan warna kedua.

2. Multi or Tricolour Light Emitting Diodes (LED multi atau 3 warna)


LED 3 warna yang paling terkenal adalah LED berwarna merah dan hijau, dan
warna ketiganya adalah kombinasi dari keduanya yaitu kuning. LED3 warna
mempunyai 3 kaki, 2 kaki anoda dan 1 kaki yang ditengah merupakan katoda.

3. LED Displays
LED Display merupakan beberapa LED yang dijadikan satu untuk membuat bentuk
tertentu, contoh yang umum adalah seven segment, LED display yang berfungsi
menampilkan angka (digit 0-9).
Tegangan Maju (Forward Bias) Pada LED
Masing-masing warna LED memerlukan tegangan maju (Forward bias) untuk
dapat mengalirkannya. Tegangan maju untuk LED tersebut tergolong rendah
sehingga memerlukan sebuah resistor untuk membatasi arus dan tegangannya agar
tidak merusak LED yang bersangkutan tegangan maju biasanya dilambangkan
dengan tanda VF.

Keunggulan dari LED.

1. LED memiliki energi efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan


lampu lain, dimana LED lebih hemat energi 80% sampai 90% dibandingkan
lampu lain.
2. LED memiliki waktu penggunaan yang lebih lama hingga mencapai 100
ribu jam.
3. LED memiliki tegangan operasi DC yang rendah.
4. Cahaya keluaran dari LED bersifat dingin atau cool (tidak ada sinar UV atau
energi panas).
5. Ukurannya yang mini dan praktis.
6. Tersedia dalam berbagai warna.
7. Harga murah.

Kelemahan dari LED.

1. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan elektrik


pada LED.
2. Harga LED per lumen lebih tinggi dibandingkan dengan lampu lain.
3. Intensitas cahaya (lumen) yang dihasilkannya tergolong kecil.
8. IC

PENGERTIAN IC
Integrated Circuit (IC) adalah suatu komponen elektronik yang
dibuat dari bahan semi conductor, dimana IC merupakan gabungan dari
beberapa komponen seperti Resistor, Kapasitor, Dioda dan Transistor yang
telah terintegrasi menjadi sebuah rangkaian berbentuk chip kecil, IC
digunakan untuk beberapa keperluan pembuatan peralatan elektronik agar
mudah dirangkai menjadi peralatan yang berukuran relatif kecil.
Sebelum adanya IC, hampir seluruh peralatan elektronik dibuat dari
satuan-satuan komponen(individual) yang dihubungkan satu sama lainnya
menggunakan kawat atau kabel, sehingga tampak mempunyai ukuran besar
serta tidak praktis.
IC telah digunakan secara luas diberbagai bidang, salah satunya dibidang
industri Dirgantara, dimana rangkaian kontrol elektroniknya akan semakin
ringkas dan kecil sehingga dapat mengurangi berat Satelit, Misil dan jenis-
jenis pesawat ruang angkasa lainnya.
Desain komputer yang sangat kompleks dapat dipermudah, sehingga
banyaknya komponen dapat dikurangi dan ukuran motherboardnya dapat
diperkecil. Contoh lain misalnya IC digunakan di dalam mesin penghitung
elektronik(kalkulator), juga telepon seluler(ponsel) yang bentuknya relatif
kecil.
Di era teknologi canggih saat ini, peralatan elektronik dituntut agar
mempunyai ukuran dan beratnya seringan dan sekecil mungkin, dan hal itu
dapat dimungkinkan dengan penggunaannya IC.Selain ukuran dan berat IC
yang kecil dan ringan, IC juga memberikan keuntungan lain yaitu bila
dibandingkan dengan sirkit-sirkit keonvensional yang banyak
menggunakan komponen, IC dengan sirkit yang relatif kecil hanya
mengkonsumsi sedikit sumber tenaga dan tidak menimbulkan panas
berlebih sehingga tidak membutuhkan pendinginan (cooling system).
JENIS-JENIS IC
TTL(Transistor transistor Logic)

IC yang paling banyak digunakan secara luas saat ini adalah IC digital yang
dipergunakan untuk peralatan komputer, kalkulator dan system kontrol elektronik.
IC digital bekerja dengan dasar pengoperasian bilangan Biner Logic(bilangan dasar
2) yaitu hanya mengenal dua kondisi saja 1(on) dan 0(off).
Jenis IC digital terdapat 2(dua) jenis yaitu TTL dan CMOS. Jenis IC-TTL
dibangun dengan menggunakan transistor sebagai komponen utamanya dan
fungsinya dipergunakan untuk berbagai variasi Logic, sehingga dinamakan
Transistor. Transistor Logic Dalam satu kemasan IC terdapat beberapa macam
gate(gerbang) yang dapat melakukan berbagai macam fungsi logic seperti
AND,NAND,OR,NOR,XOR serta beberapa fungsi logic lainnya seperti Decoder,
Encoder, Multiflexer dan Memory sehingga pin (kaki) IC jumlahnya banyak dan
bervariasi ada yang 8,14,16,24 dan 40. Pada gambar diperlihatkan IC dengan
gerbang NAND yang mengeluarkan output 0 atau 1 tergantung kondisi kedua
inputnya.IC TTL dapat bekerja dengan diberi tegangan 5 Volt.

IC- CMOS
Selain TTL, jenis IC digital lainnya adalah C-MOS (Complementary
with MOSFET) yang berisi rangkaian yang merupakan gabungan dari
beberap komponen MOSFET untuk membentuk gate-gate dengan fungsi
logic seperti halnya IC-TTL. Dalam satu kemasan IC C-MOS dapat berisi
beberapa macam gate(gerbang) yang dapat melakukan berbagai macam
fungsi logic seperti AND,NAND,OR,NOR,XOR serta beberapa fungsi
logic lainnya seperti Decoders, Encoders, Multiflexer dan Memory.
Pada gambar diperlihatkan IC dengan gerbang NOR yang mengeluarkan
output 0 atau 1 tergantung kondisi kedua inputnya. IC C-MOS dapat bekerja
dengan tegangan 12 Volt.

IC Linear (Linear IC's)

Perbedaan utama dari IC Linear dengan Digital ialah fungsinya,


dimana IC digital beroperasi dengan menggunakan sinyal kotak (square)
yang hanya ada dua kondisi yaitu 0 atau 1 dan berfungsi sebagai
switch/saklar, sedangkan IC linear pada umumnya menggunakan sinyal
sinusoida dan berfungsi sebagai amplifier(penguat). IC linear tidak
melakukan fungsi logic seperti halnya IC-TTL maupun C-MOS dan yang
paling populer IC linier didesain untuik dikerjakan sebagai penguat
tegangan.
Dalam kemasan IC linier terdapat rangkaian linier, diman kerja
rangkaiannya akan bersifat proporsional atau akan mengeluarkan output
yang sebanding dengan inputnya. Salah satu contoh IC linear adalah jenis
Op-Amp.
Fungsi IC (Integrated Circuit)

Seperti yang telah dikatakan tadi bahwa fungsi dari komponen IC


sangatlah bermacam-macam tergantung komponen penyusunnya. Namun
jika dilihat dari fungsinya, IC dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yakni
IC linier dan IC digital. Berikut adalah beberapa fungsi dari IC linier dan IC
digital.

1. Fungsi IC Linier
Penguat Daya (Amplifier)
Penguat Operasional (Op Amp)
Penguat Sinyal (Signal Amplifier)
Penguat Sinyal Mikro (Microwave Amplifier)
Penguat RF dan IF
Multiplier
Voltage Comparator
Regulator Tegangan (Voltage Regulator)
Penerima Frekuensi Radio
2. Fungsi IC Digital
Gerbang Logika
Flip Flop
Timer
Counter
Clock
Multiplexer
Memory
Calculator
Mikrokontrol
Mikroprosesor

Anda mungkin juga menyukai