Kebijakan Pelayanan Asuhan Pasien

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LIMPUNG


Jl. Soetomo No. 17 A Limpung Kab. Batang51271
Telp. ( 0285 ) 4468362
Email. [email protected]

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LIMPUNG


KABUPATEN BATANG
NO : / / 2019

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN ASUHAN PASIEN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LIMPUNG KABUPATEN BATANG

DIREKTUR RSUD LIMPUNG KABUPATEN BATANG

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di


Rumah Sakit, maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan yang bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan asuhan pasien di Rumah sakit
Limpung Kabupaten Batang terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Limpung
Kabupaten Batang sebagai landasan dalam
penyelenggaraan pelayanan asuhan pasien di Rumah
Sakit Limpung Kabupaten Batang.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan keputusan
Direktur Rumah Sakit Limpung Kabupaten Batang
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentag praktek
kedokteran (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438 tahun2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2010
tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 169 tahun 2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
7. Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 2011 tentang
Pelayanan Darah;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
812/MENKES/PER/VII/2010 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Dialisis Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 Tahun 2012
Tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Kebijakan Pelayanan Asuhan Pasien di RSUD Limpung
Kabupaten Batang

KEDUA : Kebijakan Pelayanan Asuhan Pasien sebagaimana


dimaksud pada diktum KESATU terlampir dalam
keputusan ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari keputusan ini.
KETIGA :
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan
apabila dikemudian hari ternyata ada kekeliruan dalam
penetapan ini, akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.
DITETAPKAN DI : LIMPUNG
PADA TANGGAL :

DIREKTUR RSUD LIMPUNG


KABUPATEN BATANG

dr. ANY RUSYDIANI, M. Kes


Pembina
NIP : 19751204 200501 2 012
Tembusan Kepada Yth
1. Kepala Bidang Pelayanan dan Penunjang Medik
2. Kepala Bidang Keperawatan
Lampiran
Keputusan Direktur RSUD LIMPUNG
Nomor : / / 2019
Tanggal :

KEBIJAKAN PELAYANAN ASUHAN PASIEN


RUMAH SAKIT UMUM LIMPUNG KABUPATEN BATANG

Kebijakan Umum
1. Pelayanan di unit harus berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien
2. Setiap petugas harus bekerja sesuai standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi dan menghormati hak pasien
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai ketentuan yang berlaku
4. Peralatan di unit harus dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
5. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
6. Pelayanan unit dikerjakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi dilaksanakan rapat rutin,
minimal satu bulan sekali

Kebijakan Khusus
1. Pelayanan yang seragam.
a. Rumah Sakit dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
menerapkan prinsip nondiskriminatif yaitu pelayanan yang seragam
tanpa membedakan status sosio-ekonomi, budaya, agama dan waktu
pelayanan.
b. Asuhan pasien dan pengobatan diberikan oleh praktisi yang
kompeten dan memadai, tidak tergantung waktu tertentu.
c. Penentuan alokasi sumber daya untuk memnuhi kebutuhan pasien
didasarkan atas ketepatan mengenali kondisi pasien.
d. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien, sama diseluruh rumah
sakit.
e. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama
menerima asuhan keperawatan yag setingkat di seluruh rumah sakit.
2. Asuhan pasien diberikan dengan mengintegrasikan dengan
mengkoordinasikan asuhan
a. Proses asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak
praktisi pelayanan kesehatan dan dapat melibatkan berbagai unit
kerja dan pelayanan.
b. Asuhan kepada pasien direncanakan dan ditulis di rekam medis.
c. Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi pelayanan kesehatan
lain dalam waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap.
d. Rencana asuhan pasien harus bersifat individu dan berdasarkan data
asesmen awal pasien.
e. Rencana asuhan dicatat dalam rekam medis dalam bentuk kemajuan
terukur pencapaian sasaran.
f. Kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan,
berdasarkan hasil asesmen ulang atas pasien oleh praktisi pelayanan
kesehatan.
g. Rencana asuhan untuk tiap pasien di review dan di verifikasi oleh
DPJP dengan mencatat kemajuannya.
h. Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam
medis pasien oleh pemberi pelayanan.
3. Perencanaan asuhan oleh PPA dengan metode IAR
4. Pemberian perintah/order didokumentasikan dalam rekam medis pasien
a. Perintah harus tertuis bila diperlukan dan mengikuti pedoman rekam
medis rumah sakit.
b. Permintaan pemeriksaan diagnostik imaging dan laboratorium klinis
harus disertai indikasi klinis/rasional apabila memerlukan ekspertise.
5. Pasien dan keluarga diberi tahu tentang hasil asuhan dan pengobatan
termasuk kejadian yang tidak diharapkan.
6. Pelayanan pasien risiko tinggi dan penyediaan risiko tinggi pimpinan
bertanggung jawab untuk :
a. Identifikasi pasien kasus emergency atau berisiko tinggi terjadinya
kasus emergency dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
b. Tenaga medis yang bertugas ditempat dengan risiko terjadinya kasus
emergency tinggi agar dilakukan pelatihan.
7. Penerapan early warning system (EWS) membuat staf mampu
mengidentifikasi keadaan pasien meburuk sedini-dininya dan bila perlu
mencari bantuan staf yang berkompeten.
8. Pemberian pelayanan resusitasi
a. Resusitasi dapat dilakukan seluruh unit rumah sakit.
b. Karyawan yang bertugas di semua unit rumah sakit agar dilatih untuk
dapat melakukan resusitasi dasar.
c. Resusitasi lanjut dilakukan oleh tim yang terlatih dengan nama “Blue
team” dengan membawa alat-alat dan obat resusitasi yang
diperlukan.
9. Penanganan dan pemberian darah dan produk darah
a. Setiap penggunaan dan pemberian darah dan atau produk darah
harus berdasarkan atas permintaan dokter.
b. Pemberian darah dan atau produk darah harus selalu memperhatikan
keselamatan pasien.
c. Darah dan atau produk darah yang diberikan kepada pasien harus
dijamin bebas dari bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit
yang dapat ditularkan melalui transfusi darah dan atau dari produk
darah.
d. Setiap darah dan atau produk darah yang akan digunakan harus
selalu dilakukan skrining ulang di rumah sakit. Skrining yang
dilakukan terhadap darah atau produk darah dari PMI meliputi
pemeriksaan HbsAg, Anti HCV dan anti HIV.
e. Jika pasien atau keluarga menolak untuk dilakukan skrining ulang di
rumah sakit terhadap darah dan atau produk darah dari PMI, maka
pasien dan keluarga harus menandatangani formulir penolakan
pemeriksaan skrining ulang.
f. Sebelum melakukan pemberian darah dan atau produk darah
(transfusi) pasien harus melakukan serangkaian pemeriksaan
kelayakan.
g. Pada pelaksaan pemberian darah atau produk darah harus dilakukan
secara aman dan meminimalkan risiko transfusi.
h. Pemberian darah dan atau produk darah harus dicatat di dalam
rekam medis.
10. Asuhan pasien yang menggunakan peralatan bantuan hidup dasar atau
yang koma
a. Identifikasi kebuthan pasien dengan peralatan bantuan hidup dasar
atau yang koma dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
b. Bila rumah sakit tidak mampu melakukan asuhan pasien agar
diberitahukan kepada keluarga pasien dan dirujuk ke tempat yang
mampu melakukan asuhan pasien tersebut.
11. Asuhan pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya
tahannya diturunkan
a. Identifikasi kebutuhan asuhan pasien dan risiko penularan akibat dari
penyakit atau akibat obat-obatan yang diberikan.
b. Bila fasilitas tidak memungkinkan untuk melakukan asuhan pasien
tersebut agar diberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk
dirujuk ke tempat dengan fasilitas yang sesuai kebutuhan.
12. Penggunaan alat penghalang (restrain) dan asuhan pasien yang diberi
penghalang
a. Identifikasi penggnaa alat penghalang dilakukan pada pasien yang
tidak mengerti asuhan yang diberikan, seperti pasien anak dan
geriatri, pasien gelisah dan kesadaran menurun.
b. Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
13. Asuhan pasien usia lanjut, mereka yang cacat, anak – anak dan populasi
yang berisiko disiksa
a. Identifikasi pasien dengan risiko disiksa, seperti pasien lanjut usia,
cacat tubuh, cacat mental dan anak=anak.
b. Pelayanan pasien usia lanjut melibatkan multidislipin ilmu.
c. Rumah sakit tidak memberikan pelayanan kemoterapi.
d. Untuk pelayanan kemoterapi, rumah sakit melakukan rujukan ke
pusat rujukan nasional.
14. Manajemen Nutrisi :
a. Pasien di skrining untuk status gizi.
b. Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor.
c. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko
kontaminasi dan pembusukan.
d. Produk nutrisi enterl disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
e. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan
khusus.
15. Manajemen Nyeri :
a. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit
dan dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
b. Pasien dibantu dalam pengelolahan rasa nyeri secara efektif.
c. Menyediakan pengelolahan nyeri sesuai pedoman dan protokol.
d. Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang
pengelolahan neri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan
kepercayaan agama masing-masing.
16. Pelayanan pasien tahap terminal
a. Mendukung hal pasien untuk mendatkan pelayanan yang penuh
hormta dan kasih sayang pada akhir kehidupannya.
b. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan
semua aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan.
c. Semua staf harus menyadari kebuthan unik pasien pada akhir
kehidupannya yaitu meliputi pengobatan terhadap ejala primer dan
sekunder, manajemen nyeri, respon terhadap askep psikologis,
sosial, emosional, agama dan budaya pasien dan keluarganya serta
keterlibatannya dalam keputusan pelayanan

DITETAPKAN DI : LIMPUNG
PADA TANGGAL :

DIREKTUR RSUD LIMPUNG


KABUPATEN BATANG

dr. ANY RUSYDIANI, M. Kes


Pembina
NIP : 19751204 200501 2 012

Anda mungkin juga menyukai