TUGAS TAP (PTK)
TUGAS TAP (PTK)
TUGAS TAP (PTK)
(IDIK4500)
NIM : 825397549
REGISTRASI : 2019.2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat ditarik beberapa permasalahan dalam pembelajaran
menulis karangan di sekolah khususnya di SDN 153021 Pasaributobing 1Kelas IV tahun
Pembelajaran 2017/2018 adalah sebagai berikut:
1. Apakah strategi pembelajaran yang diajarkan oleh guru sudah mampu memancing ide-
ide siswa untuk mengembangkan gagasan untuk menulis karangan?
2. Apakah prestasi siswa dalam menuls karangan sudah baik?
3. Apakah metode atau model belajar yang digunakan oleh guru dapat meningkatkan hasil
menulis karangan siswa?
4. Apakah siswa sudah memahami materi konsep membuat suatu karangan bebas dengan
metode mind mapping?
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis termotivasi untuk mengetahui sebab–
sebab timbulnya masalah tersebut dan mencari solusinya. Adapun masalah-masalah yang terjadi
dikarenakan:
Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
Rendahnya motivasi memahami materi karena media pembelajaran yang digunakan
kurang tepat
Proses pembelajaran membosankan, kurang menyenangkan serta kurang variatif,
sehingga terkesan verbalisme
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan permasalahan yang
diajukan dalam proposal ini adalah :“Apakah Penggunaan Model Mind Mappingdapat
Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa di Kelas IV SDN 153021 Pasaributobing 1Tahun
Pembelajaran 2017/2018?”
C. Tujuan Masalah
Secara umum penelitian ini dilakukan ”Untuk mengetahui penggunaan Model Mind
Mapping dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa di kelas IV SDN 153021
Pasaributobing 1Tahun Pembelajaran 2017/2018”.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis dalam
peningkatan mutu pendidikan.Manfaat teoretis penelitian ini adalah:
1. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya mengetahui peningkatan kemampuan
menulis siswa dengan penggunaan model Mind Mapping.
2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan bidang kebahasaan, yang mengkaji tentang
kemampuan menulis siswa dengan mengambil setting SDN 153021 Pasaributobing 1
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi peneliti lain yang sejenis.
1. Bagi siswa, yaitu diharapkan bahwa melalui model pembelajaran dengan Mind
Mapping, siswa semakin tertarik dan semakin berminat dalam belajar Bahasa
Indonesia. Sehingga aktivitas belajar dan hasil belajar siswa meningkat.
2. Bagi sekolah, yaitu akan bertambah literaturnya dan akan membantu sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan.
3. Manfaat bagi perpustakaan sekolah yaitu bertambahnya hasil penelitian yang dapat
diperkenalkan pada murid untuk menjawab berbagai masalah yang ada di sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Menulis
Kemampuan menulis memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Dalam setiap kegiatan di masyarakat setidaknya diperlukan kemampuan menulis sebagai
penunjang pelaksanaan berbagai kegiatan. Sedangkan di sekolah, kemampuan menulis
merupakan penunjang bagi peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kaitannya
dengan peran ini, kemampuan menulis telah diajarkan oleh guru kepada siswa mulai dari tingkat
dasar. Kemampuan ini nantinya dapat dikembangkan lagi ketingkat berikutnya.
Pada dasarnya menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar
mudah dipahami (Nurudin, 2007:4). Hal ini berarti menulis yang baik adalah menulis yang bisa
dipahami oleh orang lain. Pendapat tersebut sejalan dengan Nurchasanah dan Widodo (1993:2),
bahwa menulis adalah proses menuangkan atau memaparkan informasi yang berupa pikiran,
perasaan, atau kemauan dengan menggunakan wahan bahasa tulis berdasarkan tataan tertentu
sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan penulis. Dari pengertian tersebut dapat ditafsirkan
bahwa ada empat unsur yang terlibat dalam penyampaian pesan lewat media tulisan.
Keempat unsur tersebut adalah penulis sebagai penyampai pesan, pesan/isi,
saluran/media yang berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Semua unsur-unsur
tersebut merupakan satu kesatuan pokok yang terkandung dalam sebuah wacana tulisan.
Menurut Santana (2007:1), menulis itu ibarat orang ngomomg. Orang ngomong adalah
orang yang tengah mengatur kata-kata, ekspresi dan melihat efek. Menulis dituntut untuk
menguraikan masalah, menuangkan sebuah pikiran yang dirasa penting diketahui. Pendapat lain
juga dikemukakan oleh The Liang Gie (2002:3), bahwa menulis adalah segenap rangkaian
kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
masyarakat pembaca untuk dipahami. Hal ini mengandung arti bahwa sebenarnya menulis
merupakan serangkaian kegiatan yang membutuhkan sebuah proses belajar yang terus-menerus.
Melalui pembelajaran yang diterapkan di sekolah inilah para siswa mengalami proses kegiatan
menulis sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru.
Beberapa pengertian di atas, juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Ahmadi (1990:20), bahwa menulis adalah meletakkkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang
menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca
simbol-simbol grafis itu sebagai bagian penyajian satu satuan ekspresi bahasa. Tulisan
merupakan tempat di mana seorang penulis ingin menuangkan segenap ide, gagasan, dan
perasaan mereka kepada orang lain yaitu pembaca.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah serangkain proses kegiatan menuangkan ide, gagasan, dan perasaan berupa
simbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa, dengan
menggunakan wahana bahasa tulis sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan oleh penulis.
Dengan demikian, melalui tulisanlah seorang penulis akan memaparkan informasi-informasi
yang mereka miliki kepada pembaca.
Dalam kehidupan sekarang ini, kemampuan menulis sangat dibutuhkan. Dengan
kemampuan menulis, seseorang dapat merekam, mencatat, meyakinkan, memberitahukan,
melaporkan, dan mempengaruhi. Semua itu dapat dicapi oleh seseorang yang dapat menyusun
pikirannya dengan jelas. Kejelasan itu bergantung pada pikiran, organisasi, kata-kata, dan
struktur kalimat (Morsey dalam Widodo dan Nurckhasanah, 1993:5). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan berkomunikasi. Di mana kegiatan
komunikasi berupaya menyampaikan pesan-pesan kepada orang lain sehingga diterima dan
pahami. Menurut Nurchasanah dan Widodo (1993:3), penyampaian pesan dan penerimaan pesan
terjadi pula kegiatan tulis-menulis. Dalam hal ini, penulis berusaha menyampaikan pikirannya,
kemauannya, atau mungkin perasaannya melalui media bahasa tulis dengan tujuan dipahami oleh
pembaca. Dengan demikian melalui tulisan yang baik dan benar seorang penulis akan mampu
berkomunikasi dengan baik kepada pembaca melalui sebuah tulisan.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki dasar kemampuan menulis pada diri mereka.
Berkembang atau tidaknya kemampuan tersebut bergantung dari bagaimana kemampuan itu
diolah dan dikembangkan melalui berbagai upaya. Dari sinilah perlu adanya usaha untuk
mengembangkan keterampilan menulis menjadi sebuah keterampilan yang lebih baik dan
bermakna, karena kemampuan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bisa dipelajari.
Melalui banyak latihan dan bimbingan secara terus-menerus, siswa akan terasah pikirannya
sehingga lebih kreatif dalam mengembangkan ide dan gagasan, memiliki motivasi dalam
menulis, dan pada akhirnya akan menghasilkan sebuah karangan yang baik sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Dalam hal ini peran guru di sekolah sebagai penunjang perkembangan belajar
siswa sangat menentukan.Proses kegiatan menulis, memerlukan sebuah pemikiran yang cermat,
matang, dan menyeluruh untuk menuangkan sebuah gagasan. Dengan demikian, menulis
memang merupakan suatu bentuk berpikir, tetapi adalah berpikir untuk penanggap tertentu dan
untuk situasi tertentu pula. Menurut Enre (1988:7), salah tugas penting seorang penulis ialah
menguasai unsur-unsur pokok menulis dan berpikir yang akan banyak membantu dalam usaha
mencapai suatu tujuan. Unsur-unsur pokok tersebut adalah penemuan, penataan, dan gaya.
Berkaitan dengan kemampuan menulis, kreativitas memiliki peran yang sangat penting.
Kreativitas yang muncul pada diri seseorang, memiliki beberapa tahapan. Menurut Roekhan
(1991:9), tahapan kreativitas tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pemunculan ide
Ide dapat muncul di sembarang tempat, ide sering melintas dengan cepat dan menghilang
lagi. Ide juga dapat muncul dengan cara dirangsang melalui: meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman, mempelajari ide orang lain, melakukan perenungan, sering berlatih, berpikir
kritis dan asosiatif.
2) Pengembangan ide
Ide yang sering muncul samara-samar perlu pengolahan dan penyempurnaan. Pengembangan
ide dapat dibantu dengan melakukan perincian unsur-unsurnya. Selain itu, ide dapat
dimatangkan dengan perenungan dan diskusi.
3) Pelahiran ide
Pelahiran ide sering mengalami hambatan bahasa, psikologis, dan hambatan kelancaran.
Untuk itu, seorang penulis harus memilki penguasaan kosa kata, kaidah bahasa, laras bahasa,
dan sistem makna. Selain itu, seorang penulis harus berani membebaskan dirinya dari
perasaan takut, malu, tertekan yang mampu menghambat menulis, dan harus sering latihan.
4) Penyempurnaan ide
Hasil karya dari ide yang telah muncul perlu untuk dibaca kembali. Hal ini dilakukan secara
langsung atau tidak langsung yang dilakukan oleh penulis sendiri maupun orang lain.
3 Tatanan
Yaitu pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas aturan, dan
tehnik.
4 Wahana
Yaitu sarana pengantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa-kata,
gramatika, dan retorika. Bahasa tulis merupakan kendaraan angkut untuk menyampaikan
gagasan seseorang kepada pembaca.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada saat pembelajaran
2 Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3 Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4 Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima
dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian
berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5 Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan
teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6 Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.
7 Kesimpulan/penutup.
Perencanaan
Perencanaan
Refleksi SIKULUSII Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
I. Pra Siklus
Sebelum melakukan perencana tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan refleksi
terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas dan selanjutnya berkonsultasi dengan kepala
sekolah dalam pelaksanaan tindakan dengan dibantu oleh supervisor di kelas, tahap ini disebut
juga tahap prasiklus.
Berdasarkan hasil refleksi yang peneliti lakukan bersama supervisor, tindakan yang
dapat dilakukan untuk pemecahan masalah yang dihadapi di kelas IV pada mata pelajaranBahasa
Indonesia adalah dengan menggunakan metode inkuiri yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan. Berdasarkan masalah didapat yaitu bagaimana penggunaan metode inkuiri dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia maka alasan pemecahan masalah selanjutnya bagaimana strategi
yang digunakan dalam pemecahan masalah.Maka dilakukan penelitian tindakan kelas dan
dilanjutkan ke siklus I.
II. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Pada siklus pertama ini penulis melaksanakan pembelajaran dengan urutan kerjanya
sebagai berikut:
a) Perencanaan
1) Pendekatan kepada kepala sekolah SDN 153021 Pasaributobing 1agar memberikan
izin dan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian
2) Mengadakan penelitian awal pada proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh data-data awal berupa permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.
3) Membuat Rencana Program Pengajaran
4) Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu tahap-tahap
pembelajaran dengan penggunaan metode inkuiri.
5) Menyusun lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
6) Membuat alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam memahami materi
pelajaran
7) Merumuskan tujuan pembelajaran
8) Membuat soal dan penskoran
b) Pelaksanaan
1) Apersepsi dengan melihat kesiapan siswa dalam menerima materi
2) Menjelaskan materi dengan penggunaan model mind mapping yang telah dibuat
diselingi dengan tanya jawab
3) Menanyakan kepada siswa terhadap materi yang belum dipahami siswa.
4) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran.
5) Siswa menjawab pertanyaan dalam kertas satu lembar.
c) Pengamatan
Mengamati pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung, memeriksa hasil pekerjaan
anak didik dan menganalisis hasil ulangan
d) Refleksi
Berdiskusi dengan teman sejawat, selain itu selalu berkonsultasi dengan supervisor untuk
mendapatkan masukan yang berharga. Pada tahap ini peneliti dan supervisor 2 melakukan
refleksi terhadap pelaksanaan tindakan penggunaan mind mapping pada siklus I. Bila
pada siklus I ini kurang atau tidak berhasil maka akan ditindaklanjuti pada siklus II. Jika
pada siklus ini penelitian berhasil dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan
maka penelitian akan berhenti pada siklus II saja. Namun, jika penelitian masih belum
berhasil maka akan ditindaklanjuti pada siklus ketiga.
Tingkat ketuntasan belajar siswa dianalisis dengan skor ketuntasan belajar ≥ 70% dan
yang memperoleh skor ≥ 70 harus 85% siswa. Artinya siswa yang dianggap tuntas secara
individu dalam proses pembelajaran apabila sudah mencapai ≥ 70% dan tuntas secara klasikal
apabila ≥ 85% dari jumlah keseluruhan siswa dalam satu kelas telah mencapai skor itu. (Endang
Retno W., 2005:26). Adapun kriteria ketuntasan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑇𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝐾𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎