Laporan Budaya Keselamatan Rsud Kota Makassar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN SURVEY BUDAYA KESELAMATAN

PROGRAM KERJA KESELAMATAN PASIEN DALAM MEMBANGUN


BUDAYA KESELAMATAN PASIEN

RSUD KOTA MAKASSAR

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurangnya kemanan dan sistem yang baik merupakan masalah yang
dihadapi oleh penyedia pelayanan kesehatan untuk mencapai perawatan yang
seharusnya. Keselamatan Pasien/KP (Patient Safety) merupakan issue Global dan
Nasional bagi rumah sakit dan merupakan komponen penting dari mutu pelayanan
kesehatan, serta merupakan prinsip dasar dalam pelayanan pasien dan komponen
kritis dalam manajemen mutu (WHO, 2004). Perhatian dan Fokus terhadap
Keselamatan Pasien ini didorong oleh masih tingginya angka kejadian Tak
Diinginkan (KTD) atau Adverse Event (AE) di rumah sakit baik secara global
maupun nasional. KTD yang terjadi di berbagai negara dipekirakan sekitar 4.0 –
16.6 % (Vincent 2005 dalam Raleigh, 2009) dan hampir 50 % diantaranya adalah
kejadian yang dapat dicegah (Cahyono, 2008, Yahya, 2011). Adanya KTD tersebut
selain berdampak pada peningkatan biaya pelayanan juga dapat membawa rumah
sakit ke area blamming, menimbulkan konflik antara dokter/petugas kesehatan lain
dan pasien, dan tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum yang dapat merugikan
bagi rumah sakit (Depkes RI, 2006). Data KTD di Indonesia masih sangat sulit
diperoleh secara lengkap dan akurat, tetapi dapat diasumsikan tidaklah kecil (KKP-
RS, 2006).
Sebagai upaya memecahkan masalah tersebut dan mewujudkan pelayanan
kesehatan yang lebih aman diperlukan suatu perubahan budaya dalam pelayanan
kesehatan dari budaya yang menyalahkan individu menjadi suatu budaya di mana
insiden dipandang sebagai kesempatan untuk memperbaiki sistem (IOM, 2000).
Sistem pelaporan yang mengutamakan pembelanjaran dari kesalahan dan
perbaikkan sistem pelayanan merupakan dasar budaya keselamatan (Reason, 1997).
Meningkatnya kesadaran pelayanan kesehatan mengenai pentingnya mewujudkan
budaya keselamatan pasien menyebabkan meningkatnya pula kebutuhan untuk
mengukur budaya keselamatan.
Perubahan budaya keselamatan dapat dipergunakan sebagai
bukti keberhasilan implementasi program keselamatan pasien.

1
RSUD Kota Makassar telah memulai gerakan keselamatan pasien pada tahun
2016 dengan dibentuknya Tim keselamatan Pasien. Minimnya data insiden
mengakibatkan rendahnya proses pembelajaran yang berdampak buruk pada usaha
pencegahan dan pengurangan cedera pada pasien. Akibatnya, rumah sakit mengalami
kesulitan untuk mengidentifikasi potensi bahaya atau risiko yang dihadapi dalam
sistem pelayanan kesehatan.
Rendahnya sistem pelaporan dan pembelajaran insiden di RSUD Kota
Makassar selama kurun waktu 3 tahun ini merupakan bukti nyata bahwa kesadaran
staf dan rumah sakit akan potensi timbulnya kesalahan-kesalahan masih rendah, masih
tingginya budaya menyalahkan (blamming culture) dan rasa takut untuk terbuka
dalam pelaporan jika terdapat insiden. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu upaya untuk
meningkatkan keberhasilan sistem pelaporan dan pembelanjaran yang berfokus pada
sistem mengurangi terjadinya cedera pasien di RSUD Kota Makassar.
Langkah penting yang harus dilakukan adalah membangun budaya
keselamatan. Langkah pertama dalam membangun budaya keselamatan adalah
melakukan survey budaya keselamatan pasien rumah sakit. Survey budaya
bermamfaat untuk mengetahui tingkat budaya keselamatan rumah sakit sebagai acuan
menyusun program kerja dan melakukan evaluasi keberhasilan program keselamatan
pasien (Nieva, Sorra, 2003).
Berdasarkan uraian di atas , maka tim keselamatan pasien RSUD Kota
Makassar mencoba untuk melakukan survey budaya keselamatan untuk mengetahui
sampai dimana pengetahuan dan kepedulian staf di Rumah Sakit tentang
Keselamatan Pasien dalam Membangun Budaya Keselamatan Pasien,

2
B. Tujuan survey
1. Tujuan Umum
Melakukan evaluasi terhadap program kerja tim keselamatan pasien yang telah
dilakukan sebagai upaya membangun budaya keselamatan di RSUD Kota
Makassar khususnya sistem pelaporan.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan kesadaran tentang budaya keselamatan pasien


b. Mengidentifikasi area membutuhkan pengembangan dalam budaya
keselamatan untuk menyusun program kerja selanjutnya.
c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program
keselamatan pasien khususnya pelaporan insiden dan pembelanjaran.

C. Manfaat Survey
1. Bagi pimpinan Rumah Sakit Umum Kota Makassar
a. Memberikan masukan tentang budaya keselamatan pasien yang ada di RSUD
Kota Makassar
b. Sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan terkait dengan
pelaksanaan program keselamatan pasien, khususnya dalam membangun
budaya keselamatan.

2. Bagi Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit


a. Dapat dipergunakan untuk melakukan evaluasi tingkat keberhasilan program
kerja panitia keselamatan pasien.

3
b. Dapat dipergunakan sebagai acuan untuk menyusun program kerja
keselamatan pasien yang sesuai dengan karakteristik rumah sakit.
3. Bagi survey Selanjutnya
Hasil survey ini dapat digunakan sebagai landasan untuk survey selanjutnya
terutama terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit, khususnya
dalam aspek budaya keselamatan pasien dalam upaya mencegah terjadinya KTD
(Kejadian Tak Diharapkan) di RSUD Kota Makassar

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keselamatan Pasien (Patient Safety) Rumah Sakit

1. Pengertian

Keselamatan Pasien (Patient Safety) Rumah Sakit adalah suatu sistem dimana rumah

sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesmen risiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi

solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

atau tidak melakukan yang seharusnya.

2. Tujuan

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan

resiko.

5
Ke-tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit tersebut adalah sebagai

berikut :

e. Bangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien

Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil

f. Pimpin dan dukung staf anda

Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan Pasien

di rumah sakit

g. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko

Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan

assesmen hal yang potesial bermasalah

h. Kembangkan sistem pelaporan

Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta

rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasein Rumah

Sakit (KKPRS)

i. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien

Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien

j. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien

Dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan

mengapa kejadian itu timbul

k. Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien

Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan

perubahan pada sistem pelayanan.

6
B. Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit

1. Pengertian

Budaya organisasi adalah suatu pola keyakinan, nilai-nilai perilaku, norma-norma

yang disepakati/diterima dan melingkupi semua proses sehingga membentuk bagaimana

seseorang berperilaku dan bekerja bersama. Budaya organisasi merupakan kekuatan yang

sangat besar dan sesuatu yang tetap ada walaupun terjadi perubahan tim dan perubahan

personal

Budaya keselamatan memiliki 4 pengertian utama:

1. kesadaran (awareness) yang aktif dan konstan tentang potensi terjadinya kesalahan,

2. terbuka dan adil,

3. pendekatan sistem,

4. pembelanjaran dari pelaporan insiden.

Manfaat penting dari budaya keselamatan (NPSA, 2004):

a. Organisasi kesehatan lebih tahu jika ada kesalahan yang akan terjadi atau jika

kesalahan telah terjadi.

b. Meningkatkan pelaporan insiden dan belajar dari insiden yang terjadi untuk

mengurangi berulangnya dan keparahan dari insiden keselamatan.

c. Kesadaran keselamatan pasien yaitu bekerja untuk mencegah error dan melaporkan

bila terjadi kesalahan sehinnga dapat mengurangi cedera fisik dan psikis terhadap

pasien.

d. Mengurangi biaya pengobatan dan ekstra terapi.

e. Mengurangi sumber daya untuk manajemen komplain dan klaim.

7
f. Mengurangi jumlah staf yang stres, merasa bersalah, malu, kehilangan

kepercayaan diri, dan moril rendah.

2. Komponen budaya keselamatan menurut Reason

Menurut Reason, komponen budaya keselamatan terdiri atas budaya

pelaporan, budaya adil, budaya fleksibel, dan budaya pembelanjaran. Keempat

komponen tersebut mengidentifikasikan nilai-nilai kepercayaan dan perilaku yang ada

dalam organisasi dengan budaya informasi dimana insiden dilaporkan untuk

dilakukan tindakan untuk meningkatkan keamanan. Organisasi yang aman tergantung

pada kesediaan karyawan untuk melaporkan kejadian cedera dan nearmiss (learning

culture). Kerelaan karyawan dalam melaporkan insiden karena kepercayaan bahwa

manajemen akan memberikan support dan penghargaan terhadap pelaporan insiden

dan tindakan disiplin diambil berdasarkan akibat dari resiko (risk taking), merupakan

pelaksanaan budaya adil. Kerelaan karyawan untuk melaporkan insiden karena atasan

bersikap tenang ketika informasi disampaikan sebagai bentuk penghargaan terhadap

pengetahuan petugas, merupakan pelaksanaan budaya fleksibel. Terpenting, kerelaan

karyawan untuk melaporkan insiden karena kepercayaan bahwa organisasi akan

melakukan analisa informasi insiden untuk kemudian dilakukan perbaikan sistem,

merupakan pelaksanaan budaya pembelanjaran. Interaksi antara keempat komponen

tersebut akan mewujudkan budaya keselamatan yang kuat.

8
3. Terbuka dan Adil

Menurut NPSA (National Patient safety Agency, 2006), bagian yang fundamental dari

organisasi dengan budaya keselamatan adalah menjamin adanya keterbukaan dan adil.

Keterbukaan dan adil berartisemua pegawai/staff berbagi informasi secara bebas dan

terbuka mengenai insiden yang terjadi.

Bagian yang paling mendasar dari organisasi dengan budaya keselamatan (culture of

safety ) adalah meyakinkan bahwa organisasi memiliki “keterbukaan dan adil” (being

open and fair ). Ini berarti bahwa (NSPA, 2004):

a. Staff yang terlibat dalam insiden merasa bebas untukmenceritakan insiden tersebut
atau terbuka tentang insiden tersebut;
b. Staff dan organisasi bertanggung jawab untuk tindakan yangdiambil;
c. Staff merasa bisa membicarakan semua insiden yang terjadi kepada teman sejawat
dan atasannya;
d. Organisasi kesehatan lebih terbuka dengan pasien-pasien. Jikaterjadi insiden, staff dan
masyarakat akan mengambil pelajaran dari insiden tersebut;
e. Perlakuan yang adil terhadap staf jika insiden terjadi

Terbuka dan adil sangat penting diterapkan karena staff tidak akan membuat laporan
insiden jika mereka yakin kalau laporan tersebut akan menyebabkan mereka atau
koleganya kena hukuman atau tindakan disiplin. Lingkungan yang terbuka dan adil akan

membantu staff untuk yakin membuat laporan insiden yang bisa menjadi pelajaran
untuk perbaikan.

9
Tabel 1-1. Dimensi Budaya Keselamatan Pasien dan Definisi

Dimensi Budaya Keselamatan Pasien Definisi

1. Komunikasi terbuka Staf bebas berbicara ketika mereka melihat

sesuatu yang berdampak negatif bagi pasien

dan bebas menanyakan masalah tersebut

kepada atasan
2. Komunikasi dan Umpan Balik Staf diberi informasi mengenai insiden yang

mengenai insiden terjadi, diberi umpan balik mengenai

implementasi perbaikan, dan mendiskusikan

cara untuk mencegah kesalahan


3. Frekuensi pelaporan insiden Kesalahan dengan tipe berikut ini dilaporkan:

(1)kesalahan diketahui dan dikoreksi

sebelum mempengaruhi pasien (2)kesalahan

tanpa potensi cedera pada pasien

(3)kesalahan yang dapat mencederai

pasien tetapi tidak terjadi


4. Handoffs dan Transisi Informasi mengenai pasien yang penting dapat

dikomunikasikan dengan baik antar

unit dan antar shift.


5. Dukungan managemen untuk Managemen rumah sakit mewujudkan iklim

keselamatan pasien bekerja yang mengutamakan keselamatan

pasien dan menunjukkan bahwa keselamatan

pasien merupakan priotitas

utama

10
6. Respon nonpunitif (tidak Staf merasa kesalahan dan pelaporan insiden

menghukum) terhadap tidak dipergunakan untuk menyalahkan

kesalahan mereka dan tidak dimasukkan

kedalam penilaian personal


7. Pembelajaran organisasi – Kesalahan dipergunakan untuk perubahan
Peningkatan berkelanjutan kearah positif dan perubahan dievaluasi
efektifitasnya
8. Persepsi keselamatan pasien Prosedur dan sistem sudah baik dalam

secara keseluruhan mencegah kesalahan dan hanya ada sedikit

masalah keselamatan pasien


9. Staffing Jumlah staf cukup untuk menyelesaikan

beban kerja dan jumlah jam kerja sesuai

untuk memberikan pelayanan yang terbaik

untuk keselamatan pasien


10. Ekspektasi dan Upaya Atasan mempertimbangkan masukan staf

Atasan dalam meningkatkan untuk meningkatkan keselamatan pasien,

keselamatan pasien memberikan pujian bagi staf yang

melaksanakan prosedur keselamatan pasien,

dan tidak terlalu membesar-besarkan

masalah keselamatan pasien


11. Kerja sama tim antar unit Unit kerja di rumah sakit bekerja sama dan

berkoordinasi antara satu unit dengan unit

yang lain untuk memberikan pelayanan yang

terbaik untuk pasien


12. Kerja sama dalam tim unit Staf saling mendukung satu sama lain, saling

Kerja menghormati, dan bekerja sama sebagai tim

11
C. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien

Pelaporan insiden keselamatan pasien merupakan kegiatan yang penting dalam

mengupayakan keselamatan pasien, hal ini bermanfaat sebagai proses pembelajaran

bersama. Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu

caranya adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis. Dapat

dipastikan bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam organisasi

untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. Pelaporan

insiden penting karena akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah

kejadian yang sama terulang kembali, pelaporan juga dapat digunakan untuk

memonitor upaya pencegahan terjadinya error sehingga diharapkan dapat mendorong

dilakukannya investigasi selanjutnya.

Untuk memulai kegiatan pelaporan ini, perlu dibuat suatu sistem pelaporan

insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan

prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan. Insiden yang

dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris

terjadi. Laporan insiden ini dibuat oleh semua staf rumah sakit yang pertama

menemukan kejadian dan staf yang terlibat dalam suatu kejadian. Masalah yang sering

muncul dalam pelaporan insiden, diantaranya adalah laporan masih dipersepsikan

sebagai “pekerjaan tambahan” perawat, laporan sering disembunyikan/underreport

karena takut disalahkan, terlambat dalam pelaporan, dan laporan miskin data karena

ada budaya blame culture .

12
Supaya kegiatan pelaporan dapat berjalan dengan baik, karyawan/perawat

perlu diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud,

tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan insiden ke tim KP secara internal (di

rumah sakit) ataupun alur pelaporan secara eksternal (di luar rumah sakit), bagaimana

cara mengisi formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian

yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.

a. Alur pelaporan Insiden ke Tim KP di RS (internal)

1) Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD) di rumah sakit, wajib segera

ditindaklanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/akibat yang

tidak diharapkan.

2) Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi

Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan

langsung (paling lambat 2 x 24 jam); jangan menunda laporan.

3) Setelah selesai mengisi Laporan, segera serahkan kepada Atasan langsung

pelapor. (atasan langsung disepakati sesuai keputusan Manajemen

:Supervisor/Kepala Bagian/Instalasi/Departemen/Unit Ketua Komite

Medis).

4) Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko

terhadap insiden yang dilaporkan.

5) Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan

dilakukan sebagai berikut :

13
a) Grade Biru : Investigasi sederhana oleh Atasan Langsung,

waktu maksimal 1 minggu

b) Grade Hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung,

waktu maksimal 2 minggu

c) Grade Kuning: Investigasi Komprehensif/Analisis

Akar Masalah/RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45

hari

d) Grade Merah : Investigasi Komprehensif/Analisis

Akar Masalah/RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45

hari

6) Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi

dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.

7) Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan Laporan

insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan

(RCA) dengan melakukan Regrading.

8) Untuk Grade Kuning/Merah, Tim KP di RS akan melakukan Analisis

Akar Masalah/Root Cause Analysis (RCA).

9) Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat Laporan dan

Rekomendasi untuk perbaikan serta “Pembelajaran” berupa :

Petunjuk/”Safety Alert” untuk mencegah kejadian yang sama terulang

kembali.

10) Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi.

11) Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan balik

kepada unit kerja terkait.

14
12) Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-

masing.

13) Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.

b. Alur Pelaporan Insiden ke KKPRS-Komite Keselamatan Rumah Sakit (eksternal)

1) Laporan hasil investigasi sederhana/analisis akar masalah/RCA yang

terjadi pada pasien dilaporkan oleh Tim KP di RS (internal)/Pimpinan RS

ke KKP-RS dengan mengisi formulir Laporan Insiden Keselamatan

Pasien.

2) Laporan dikirim ke KKP-RS lewat POS atau KURIR ke sekretariat KKP-

RS (Kantor PERSI).

15
BAB III
HASIL SURVEY

A. Hasil dan Pembahasan


III.1 Hasil Survey Latar belakang Responden Survey
III.1.1 Latar Belakang Lama Bekerja di Rumah Sakit
NO LAMA JUMLAH %
BEKERJA
(TAHUN)
1 ˂1 6 4,4 %
2 1-5 35 25,%
3 6 – 10 57 42%
4 11 – 15 22 16,2%
5 16 – 20 10 7,4%
6 ˃ 20 5 3,7%
TOTAL 135
III.1.2 Latar Belakang Lama Bekerja di Unit
NO LAMA JUMLAH %
BEKERJA
(TAHUN)
1 ˂1 9 6,6 %
2 1-5 63 42%
3 6 – 10 46 34%
4 11 – 15 13 9,6%
5 16 – 20 4 2,9%
6 ˃ 20 1 0,74%
TOTAL 135
III.1.3. Latar Belakang Lama Bekerja sesuai profesi
NO LAMA JUMLAH %
BEKERJA
(TAHUN)
1 ˂1 7 5,18 %
2 1-5 28 20,7%
3 6 – 10 50 37%
4 11 – 15 27 20%
5 16 – 20 7 5,18%
6 ˃ 20 7 5,18%
TOTAL 135
III.1.4. Latar Belakang profesi
NO Profesi JUMLAH %
1 Dokter 2 1,4 %
2 Perawat 68 50,3%
3 Asisten 2 1,4%
Apoteker
4 Apoteker 2 1,4%
5 Ahli Gizi 7 5,1%
29
6 Lain-lain 46 34,07%
TOTAL 135

III.1.5. Jumlah Responden yang bersentuhan langsung dengan pasien, 106 orang
III.1.6. Jumlah Responden yang tidak bersentuhan langsung dengan pasien, 133 orang

III.1.7 Ekpektasi dan kegiatan Supervisor/Manager yang mendukung keselamatan

No Aspek yang Respon Netral Respon TOTAL


ditanyakan Negatif Positif
B1 Manajer/Supervisor
di Unit Kami
memberi pujian jika
melihat pekerjaan
23 35 77 135
diselesaikan sesuai
prosedur
keselamatan pasien
yang berlaku
B2 Manajer/ Supervisor
dengan serius
mempertimbangkan
17 39 79 135
masukan staf untuk
meningkatkan
keselamatan pasien
B3r Bila beban kerja
tinggi,
manajer/supervisor
kami meminta kami
59 36 40 135
bekerja cepat meski
dengan mengambil
jalan pintas. (reverse
worded)
B4r Manajer/supervisor
kami selalu
mengabaikan
masalah
92 25 18 135
Keselamatan pasien
yang terjadi berulang
kali di unit Kami.
(reverse worded)
JUMLAH 191 135 214 540
TOTAL KUESIONER 54 27 54 135
Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 75%
Hasil Total Kehandalan dimensi = Negatif ; 35%, Netral ; 25%, Respon Positif ; 39,6

29
III.1.8. Pembelajaran organisasi – Perbaikan Tugas Terus Menerus
No Aspek yang Respon Netral Respon TOTAL
ditanyakan Negatif Positif
A6 Unit Kami secara aktif
melakukan kegiatan
29 25 81 135
untuk meningkatkan
keselamatan pasien
A9 Di unit Kami,
Kesalahan yang terjadi
digunakan untuk 16 16 103 135
membuat perubahan ke
arah yang positif
A13 Bila beban kerja tinggi,
manajer/supervisor
kami meminta kami
bekerja cepat meski 8 17 110 135
dengan mengambil
jalan pintas. (reverse
worded)
JUMLAH 53 58 294 405
TOTAL KUESIONER 54 27 54 135
Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 75%
Hasil Total Kehandalan dimensi = Negatif ; 13%, Netral ; 14%, Respon Positif ; 72%
III.1.9 Teamwork dalam Unit RS
No Aspek yang Respon Netral Respon TOTAL
ditanyakan Negatif Positif
A1 Karyawan di Unit kami
saling mendukung 12 16 107 135

A3 Bila unit Kami ada


pekerjaan yang harus
dilakukan dalam waktu
cepat, maka karyawan di
10 15 110 135
unit kami bekerja
bersama-sama sebagai
tim untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut
A4 Petugas di unit kami
saling menghargai 6 13 116 135

A11 Bila salah satu area di


unit kami sangat sibuk,
50 17 68 135
maka area lain dari unit
kami akan membantu
JUMLAH 78 61 401 540
TOTAL KUESIONER 54 27 54 135
Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 83%
Hasil Total Kehandalan dimensi = Negatif ; 14,4%, Netral ; 11,30%, Respon Positif ;
74,26%

29
III.1.10. Keterbukaan Komunikasi
No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon TOTAL
Negatif Positif
C2 Karyawan di Unit kami
bebas berbicara jika
melihat sesuatu yang
35 56 44 135
dampak berdampak
negatif pada pelayanan
pasien
C4 Karyawan di unit kami
merasa bebas untuk
mempertanyakan
41 40 54 135
keputusan atau tindakan
yang diambil oleh
atsannya
C6r Karyawan di unit kami
takut bertanya jika terjdai
hal yang kelihatannya 74 41 20 135
tidak benar (reverse
worded)
JUMLAH 150 137 118 405
TOTAL KUESIONER 54 27 54 135
Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 72%
Hasil Total Kehandalan dimensi = Negatif ; 37%, Netral ; 33,8%, Respon Positif ; 29%

III.1.11. Umpan Balik dan Komunikasi tentang Error


No Aspek yang Respon Netral Respon TOTAL
ditanyakan Negatif Positif
C1 Karyawan di Unit kami
mendapat umpan balik
mengenai perubahan yang 34 77 24 135
dilaksanakan atas dasar
hasil laporan insiden
C3 Karyawan di unit kami
mendapat informasi
32 54 49 135
mengenai insiden yang
terjadi di unit ini.
C5 Di unit kami, didiskusikan
cara untuk mencegah agar
15 40 80 135
insiden tidak terulang
kembali
JUMLAH 81 171 153 405
TOTAL KUESIONER 54 27 54 135
Kehandalan dari dimensi ini (3 item) = 78%
Hasil Total Kehandalan dimensi = Negatif ; 20%, Netral ; 42%, Respon Positif ; 37%

29
III.1.12. Respon Tidak menghukum terhadap terjadinya Error

No Aspek yang Respon Netral Respon TOTAL


ditanyakan Negatif Positif
A8r Karyawan di Unit
kami merasa bahwa
kesalahan yang
mereka lakukan
67 30 38 135
digunakan untuk
menyalahkan
mereka. (reverse
worded)
A12r Bila unit kami
melaporkan suatu
insiden, yang
dibicarakan adalah 54 33 48 135
pelakunya bukan
masalahnya. (reverse
worded)
A16r Karyawan merasa
khawatir kesalahan
yang mereka buat
akan dicatat di 39 41 55 135
berkas pribadi
mereka. (reverse
worded)
JUMLAH 160 104 141 405
TOTAL KUESIONER 54 27 54 135
Kehandalan dari dimensi ini =79%
(3 item)
Hasil Total Kehandalan 39% 25% 34%
dimensi

29
III.1.13. Staffing

No Aspek yang Respon Netral Respon TOTAL


ditanyakan Negatif Positif
A2 Unit kami memiliki
cukup staf untuk
65 12 53 130
menangani beban
kerja yang berlebih.
A5r Karyawan di unit
kami bekerja dengan
waktu yang lebih
lama dari normal 44 32 59 135
untuk perawatan
pasien. (reverse
worded)
A7r Unit kami banyak
menggunakan tenaga
melebihi
normal/tambahan 36 52 47 135
untuk kegiatan
pelayanan pasien.
(reverse worded)
A14r Kami bekerja
Seolah-olah dalam
keadaaan “krisis”,
berusaha bertindak 55 44 36 135
berlebihan dan
terlalu cepat.
(reverse worded)
JUMLAH 200 140 195 535
TOTAL KUESIONER 54 27 54 135
Kehandalan dari dimensi ini (4item) = 63%
Hasil Total Kehandalan
dimensi 37% 26% 36%

29
III.1.14. Dukungan Manajemen RS terhadap keselamatan pasien

No Aspek yang Respon Netral Respon TOTAL


ditanyakan Negatif Positif
F1 Manajemen Rumah
Sakit membuat
suasana kerja yang 28 40 67 135
mendukung
keselamatan pasien
F8 Tindakan
manajemen RS
menunjukkan bahwa
17 41 78 136
keselamatan pasien
merupakan prioritas
utama
F9r Manajemen RS
kelihatan tertarik
pada Keselamatan
Pasien hanya
43 53 39 135
sesudah terjadi KTD
(Kejadian yang
Tidak Diharapkan).
(reverse worded)
JUMLAH 88 134 184 406
TOTAL KUESIONER 60 30 60 150
Kehandalan dari dimensi ini (3 item) = 83%
Hasil Total Kehandalan
dimensi : 21% 33% 45%
III.2. Dimensi Budaya Rumah Sakit
III.2.1. Teamwork Antar Unit di RS
No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon TOTAL
Negatif Positif
F4 Terdapat kerjasama
yang baik antar unit di
RS yang dibutuhkan 23 35 77 135
untuk menyelesaikan
pekerjaaan bersama
F10 Unit-unit di RS
bekerjasama dengan
baik untuk 6 34 95 135
memberikan pelayanan
terbaik untuk pasien
F2r Antar Unit di RS kami
tidak saling 60 54 21 135

29
berkoordinasi dengan
baik. (reverse worded)
F6r Asering kali tidak
menyenangkan bekerja
dengan staf dari unit 64 45 26 135
lain di RS ini . (reverse
worded)
JUMLAH 153 168 219 540
Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 80%
Hasil Total Kehandalan
dimensi : 28% 31% 40%

III.2.2. Handoffs dan Pergantian di RS


No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon TOTAL
Negatif Positif
F3r Bila terjadi pemindahan
pasien dari unit satu ke
unit lain, pasti
65 43 27 135
menimbulkan masalah
terkait dengan informasi
pasien. (reverse worded)
F5r Informasi penting
mengenai pelayanan pasien
sering hilang saat 75 38 22 135
pergantian jaga (shift).
(reverse worded)
F7r Masalah sering timbul
dalam pertukaran
60 38 37 135
informasi anatar unit di
RS. (reverse worded)
F11r Pergantian shift merupakan
masalah bagi pasien-pasien 60 40 35 135
di RS ini. (reverse worded)
JUMLAH 260 159 121 540
Kehandalan dari dimensi ini (4 Item) =80%
Hasil Total Kehandalan dimensi : 48% 29% 25%

29
B. Rencana Tindak Lanjut Pengembangan Budaya Keselamatan sesuai
Komponen Reason

1) Budaya Pelaporan

Kami akan mengembangkan dan meningkatkan budaya pelaporan melalui:

1) Menyempurnakan alur pelaporan dimana pelaporan insiden


dikumpulkan kepada kepala ruang untuk mempermudah
koordinasi proses analisa dan investigasi sederhana insiden
dengan grading biru dan hijau. Alur pelaporan sebelumnya,
insiden dilaporkan kepada kepada kepala bidang.

2) Menyederhanakan form pelaporan insiden yang sebelumnya


berlembar-lembar menjadi satu lembar pelaporan insiden dan
satu lembar khusus laporan insiden medication error.

3) Mengimplementasikan daftar insiden nearmiss yang harus


dilaporkan sesuai unit kerja di RS.Panti Rapih untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran karyawan untuk
melaporkan insiden nyaris cedera.

4) Mengimplementasikan form pelaporan nearmiss untuk


mempermudah analisa KNC di seluruh unit kerja.(lampiran 14)

29
5) Workshop “Pentingnya Pelaporan Nearmiss untuk Mengidentifikasi Resiko
dan Ancaman terhadap Keselamatan Pasien”

2) Budaya Adil

1) Menerapkan unsafe act algoritma dari Reason dalam sistem penegakkan disiplin.

2) Menyelenggarakan workshop internal karyawan : Dampak Human Error


terhadap Keselamatan Pasien dan Peranan Budaya Adil dalam Menunjang
Pelaporan.

3) Budaya Fleksibel

1) Mengimplementasikan “5 Minute for Patient safety” dalam briefing dan


debriefing staf untuk meningkatkan keterbukaan komunikasi antar staf dengan
atasan/penanggung jawab shift kerja.

2) Menggunakan metode komunikasi SBAR untuk aplusan antar shift dan


transfer pasien antar unit.(lampiran 10)

4) Budaya Pembelanjaran

1) Ronde keselamatan pasien, kami mengubah ceklist pertanyaan sebelumnya


dengan ceklist yang lebih lengkap yang memasukkan 6 sasaran keselamatan
pasien sebagai upaya proaktive mencegah insiden.(lampiran 8)

2) Menyempurnakan pembelanjaran insiden, dengan melibatkan kepala ruang


dan champion untuk melakukan RCA (Root Cause Analysis) kasus sederhana
(grading biru dan hijau) dengan 5 Why Analysis

3) Menyelenggarakan workshop internal: Analisa Insiden dengan RCA, Fish


bone analysis, analisa penghalang, HFMEA (Health Failure Mode and Effect
Analysis) untuk kepala ruang, champion, dan anggota Panitia Keselamatan
Pasien.

4) Sosialisasi hasil analisa data, hasil pembelanjaran,dan perubahan positif yang


dicapai dari pelaporan insiden melalui network internal, Patient Safety News,
rapat kepala ruang dan unit, dan rapat direksi.

5) Menyempurnakan analisa data insiden medication error dengan menggunakan


pedoman NCC MERP Taxonomy of Medication Error

29
BAB IV

KESIMPULAN

1. Hasil survey budaya keselamatan pasien rumah sakit bermamfaat untuk menyusun
program kerja spesifik sesuai dengan karakteristik budaya keselamatan RS.Panti Rapih.

2. Melalui survey budaya keselamatan pasien rumah sakit, rumah sakit dapat mengetahui
perilaku- perilaku karyawan yang dapat mendukung dan juga mengetahui persepsi dan
perilaku yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan keselamatan pasien.

3. Program kerja spesifik yang disusun berdasarkan hasil survey berhasil meningkatkan
level budaya keselamatan rumah sakit, meningkatkan budaya pelaporan, dan
pembelanjaran yang tampak secara nyata pada kenaikkan jumlah pelaporan insiden yang
pesat dan kenaikkan jumlah insiden yang dianalisa di tahun 2011 dan 2012.

4. Hasil survey budaya perlu diinformasikan kepada pimpinan sebagai bahan untuk
menyusun strategi organisasi dalam mencapai budaya keselamatan.

5. Survey budaya keselamatan rumah sakit dapat dipergunakan untuk memenuhi syarat
akreditasi baru 2012 dalam standar PMKP.1 mengenai Kepemimpinan dan Perencanaan:
Mereka yang bertanggung jawab memimpin dan menjalankan rumah sakit berpartisipasi
dalam perencanaan dan evaluasi keberhasilan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.

29
BAB V
PENUTUP

Demikian hasil Laporan Budaya Keselamatan Pasien ini dibuat sebagai bahan
pertanggung jawaban dalam penyelenggaraan kegiatan Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien Tahun 2019 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Makassar.

Makassar, Juli 2019


Ketua Komite Mutu
RSUD Kota Makassar

Dr. Nunung Susanti Nufri


Nip. 19731103 200502 2 005

29

Anda mungkin juga menyukai