Laporan Budaya Keselamatan Rsud Kota Makassar
Laporan Budaya Keselamatan Rsud Kota Makassar
Laporan Budaya Keselamatan Rsud Kota Makassar
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurangnya kemanan dan sistem yang baik merupakan masalah yang
dihadapi oleh penyedia pelayanan kesehatan untuk mencapai perawatan yang
seharusnya. Keselamatan Pasien/KP (Patient Safety) merupakan issue Global dan
Nasional bagi rumah sakit dan merupakan komponen penting dari mutu pelayanan
kesehatan, serta merupakan prinsip dasar dalam pelayanan pasien dan komponen
kritis dalam manajemen mutu (WHO, 2004). Perhatian dan Fokus terhadap
Keselamatan Pasien ini didorong oleh masih tingginya angka kejadian Tak
Diinginkan (KTD) atau Adverse Event (AE) di rumah sakit baik secara global
maupun nasional. KTD yang terjadi di berbagai negara dipekirakan sekitar 4.0 –
16.6 % (Vincent 2005 dalam Raleigh, 2009) dan hampir 50 % diantaranya adalah
kejadian yang dapat dicegah (Cahyono, 2008, Yahya, 2011). Adanya KTD tersebut
selain berdampak pada peningkatan biaya pelayanan juga dapat membawa rumah
sakit ke area blamming, menimbulkan konflik antara dokter/petugas kesehatan lain
dan pasien, dan tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum yang dapat merugikan
bagi rumah sakit (Depkes RI, 2006). Data KTD di Indonesia masih sangat sulit
diperoleh secara lengkap dan akurat, tetapi dapat diasumsikan tidaklah kecil (KKP-
RS, 2006).
Sebagai upaya memecahkan masalah tersebut dan mewujudkan pelayanan
kesehatan yang lebih aman diperlukan suatu perubahan budaya dalam pelayanan
kesehatan dari budaya yang menyalahkan individu menjadi suatu budaya di mana
insiden dipandang sebagai kesempatan untuk memperbaiki sistem (IOM, 2000).
Sistem pelaporan yang mengutamakan pembelanjaran dari kesalahan dan
perbaikkan sistem pelayanan merupakan dasar budaya keselamatan (Reason, 1997).
Meningkatnya kesadaran pelayanan kesehatan mengenai pentingnya mewujudkan
budaya keselamatan pasien menyebabkan meningkatnya pula kebutuhan untuk
mengukur budaya keselamatan.
Perubahan budaya keselamatan dapat dipergunakan sebagai
bukti keberhasilan implementasi program keselamatan pasien.
1
RSUD Kota Makassar telah memulai gerakan keselamatan pasien pada tahun
2016 dengan dibentuknya Tim keselamatan Pasien. Minimnya data insiden
mengakibatkan rendahnya proses pembelajaran yang berdampak buruk pada usaha
pencegahan dan pengurangan cedera pada pasien. Akibatnya, rumah sakit mengalami
kesulitan untuk mengidentifikasi potensi bahaya atau risiko yang dihadapi dalam
sistem pelayanan kesehatan.
Rendahnya sistem pelaporan dan pembelajaran insiden di RSUD Kota
Makassar selama kurun waktu 3 tahun ini merupakan bukti nyata bahwa kesadaran
staf dan rumah sakit akan potensi timbulnya kesalahan-kesalahan masih rendah, masih
tingginya budaya menyalahkan (blamming culture) dan rasa takut untuk terbuka
dalam pelaporan jika terdapat insiden. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu upaya untuk
meningkatkan keberhasilan sistem pelaporan dan pembelanjaran yang berfokus pada
sistem mengurangi terjadinya cedera pasien di RSUD Kota Makassar.
Langkah penting yang harus dilakukan adalah membangun budaya
keselamatan. Langkah pertama dalam membangun budaya keselamatan adalah
melakukan survey budaya keselamatan pasien rumah sakit. Survey budaya
bermamfaat untuk mengetahui tingkat budaya keselamatan rumah sakit sebagai acuan
menyusun program kerja dan melakukan evaluasi keberhasilan program keselamatan
pasien (Nieva, Sorra, 2003).
Berdasarkan uraian di atas , maka tim keselamatan pasien RSUD Kota
Makassar mencoba untuk melakukan survey budaya keselamatan untuk mengetahui
sampai dimana pengetahuan dan kepedulian staf di Rumah Sakit tentang
Keselamatan Pasien dalam Membangun Budaya Keselamatan Pasien,
2
B. Tujuan survey
1. Tujuan Umum
Melakukan evaluasi terhadap program kerja tim keselamatan pasien yang telah
dilakukan sebagai upaya membangun budaya keselamatan di RSUD Kota
Makassar khususnya sistem pelaporan.
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Survey
1. Bagi pimpinan Rumah Sakit Umum Kota Makassar
a. Memberikan masukan tentang budaya keselamatan pasien yang ada di RSUD
Kota Makassar
b. Sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan terkait dengan
pelaksanaan program keselamatan pasien, khususnya dalam membangun
budaya keselamatan.
3
b. Dapat dipergunakan sebagai acuan untuk menyusun program kerja
keselamatan pasien yang sesuai dengan karakteristik rumah sakit.
3. Bagi survey Selanjutnya
Hasil survey ini dapat digunakan sebagai landasan untuk survey selanjutnya
terutama terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit, khususnya
dalam aspek budaya keselamatan pasien dalam upaya mencegah terjadinya KTD
(Kejadian Tak Diharapkan) di RSUD Kota Makassar
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) Rumah Sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tujuan
resiko.
5
Ke-tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit tersebut adalah sebagai
berikut :
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan Pasien
di rumah sakit
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan
Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta
Sakit (KKPRS)
Dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
6
B. Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit
1. Pengertian
seseorang berperilaku dan bekerja bersama. Budaya organisasi merupakan kekuatan yang
sangat besar dan sesuatu yang tetap ada walaupun terjadi perubahan tim dan perubahan
personal
1. kesadaran (awareness) yang aktif dan konstan tentang potensi terjadinya kesalahan,
3. pendekatan sistem,
a. Organisasi kesehatan lebih tahu jika ada kesalahan yang akan terjadi atau jika
b. Meningkatkan pelaporan insiden dan belajar dari insiden yang terjadi untuk
c. Kesadaran keselamatan pasien yaitu bekerja untuk mencegah error dan melaporkan
bila terjadi kesalahan sehinnga dapat mengurangi cedera fisik dan psikis terhadap
pasien.
7
f. Mengurangi jumlah staf yang stres, merasa bersalah, malu, kehilangan
pada kesediaan karyawan untuk melaporkan kejadian cedera dan nearmiss (learning
dan tindakan disiplin diambil berdasarkan akibat dari resiko (risk taking), merupakan
pelaksanaan budaya adil. Kerelaan karyawan untuk melaporkan insiden karena atasan
8
3. Terbuka dan Adil
Menurut NPSA (National Patient safety Agency, 2006), bagian yang fundamental dari
organisasi dengan budaya keselamatan adalah menjamin adanya keterbukaan dan adil.
Keterbukaan dan adil berartisemua pegawai/staff berbagi informasi secara bebas dan
Bagian yang paling mendasar dari organisasi dengan budaya keselamatan (culture of
safety ) adalah meyakinkan bahwa organisasi memiliki “keterbukaan dan adil” (being
a. Staff yang terlibat dalam insiden merasa bebas untukmenceritakan insiden tersebut
atau terbuka tentang insiden tersebut;
b. Staff dan organisasi bertanggung jawab untuk tindakan yangdiambil;
c. Staff merasa bisa membicarakan semua insiden yang terjadi kepada teman sejawat
dan atasannya;
d. Organisasi kesehatan lebih terbuka dengan pasien-pasien. Jikaterjadi insiden, staff dan
masyarakat akan mengambil pelajaran dari insiden tersebut;
e. Perlakuan yang adil terhadap staf jika insiden terjadi
Terbuka dan adil sangat penting diterapkan karena staff tidak akan membuat laporan
insiden jika mereka yakin kalau laporan tersebut akan menyebabkan mereka atau
koleganya kena hukuman atau tindakan disiplin. Lingkungan yang terbuka dan adil akan
membantu staff untuk yakin membuat laporan insiden yang bisa menjadi pelajaran
untuk perbaikan.
9
Tabel 1-1. Dimensi Budaya Keselamatan Pasien dan Definisi
kepada atasan
2. Komunikasi dan Umpan Balik Staf diberi informasi mengenai insiden yang
utama
10
6. Respon nonpunitif (tidak Staf merasa kesalahan dan pelaporan insiden
11
C. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
bersama. Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu
caranya adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis. Dapat
dipastikan bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam organisasi
untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. Pelaporan
insiden penting karena akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali, pelaporan juga dapat digunakan untuk
Untuk memulai kegiatan pelaporan ini, perlu dibuat suatu sistem pelaporan
insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan
prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan. Insiden yang
dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris
terjadi. Laporan insiden ini dibuat oleh semua staf rumah sakit yang pertama
menemukan kejadian dan staf yang terlibat dalam suatu kejadian. Masalah yang sering
karena takut disalahkan, terlambat dalam pelaporan, dan laporan miskin data karena
12
Supaya kegiatan pelaporan dapat berjalan dengan baik, karyawan/perawat
perlu diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud,
tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan insiden ke tim KP secara internal (di
rumah sakit) ataupun alur pelaporan secara eksternal (di luar rumah sakit), bagaimana
tidak diharapkan.
Medis).
5) Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan
13
a) Grade Biru : Investigasi sederhana oleh Atasan Langsung,
hari
hari
kembali.
10) Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi.
14
12) Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-
masing.
Pasien.
RS (Kantor PERSI).
15
BAB III
HASIL SURVEY
III.1.5. Jumlah Responden yang bersentuhan langsung dengan pasien, 106 orang
III.1.6. Jumlah Responden yang tidak bersentuhan langsung dengan pasien, 133 orang
29
III.1.8. Pembelajaran organisasi – Perbaikan Tugas Terus Menerus
No Aspek yang Respon Netral Respon TOTAL
ditanyakan Negatif Positif
A6 Unit Kami secara aktif
melakukan kegiatan
29 25 81 135
untuk meningkatkan
keselamatan pasien
A9 Di unit Kami,
Kesalahan yang terjadi
digunakan untuk 16 16 103 135
membuat perubahan ke
arah yang positif
A13 Bila beban kerja tinggi,
manajer/supervisor
kami meminta kami
bekerja cepat meski 8 17 110 135
dengan mengambil
jalan pintas. (reverse
worded)
JUMLAH 53 58 294 405
TOTAL KUESIONER 54 27 54 135
Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 75%
Hasil Total Kehandalan dimensi = Negatif ; 13%, Netral ; 14%, Respon Positif ; 72%
III.1.9 Teamwork dalam Unit RS
No Aspek yang Respon Netral Respon TOTAL
ditanyakan Negatif Positif
A1 Karyawan di Unit kami
saling mendukung 12 16 107 135
29
III.1.10. Keterbukaan Komunikasi
No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon TOTAL
Negatif Positif
C2 Karyawan di Unit kami
bebas berbicara jika
melihat sesuatu yang
35 56 44 135
dampak berdampak
negatif pada pelayanan
pasien
C4 Karyawan di unit kami
merasa bebas untuk
mempertanyakan
41 40 54 135
keputusan atau tindakan
yang diambil oleh
atsannya
C6r Karyawan di unit kami
takut bertanya jika terjdai
hal yang kelihatannya 74 41 20 135
tidak benar (reverse
worded)
JUMLAH 150 137 118 405
TOTAL KUESIONER 54 27 54 135
Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 72%
Hasil Total Kehandalan dimensi = Negatif ; 37%, Netral ; 33,8%, Respon Positif ; 29%
29
III.1.12. Respon Tidak menghukum terhadap terjadinya Error
29
III.1.13. Staffing
29
III.1.14. Dukungan Manajemen RS terhadap keselamatan pasien
29
berkoordinasi dengan
baik. (reverse worded)
F6r Asering kali tidak
menyenangkan bekerja
dengan staf dari unit 64 45 26 135
lain di RS ini . (reverse
worded)
JUMLAH 153 168 219 540
Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 80%
Hasil Total Kehandalan
dimensi : 28% 31% 40%
29
B. Rencana Tindak Lanjut Pengembangan Budaya Keselamatan sesuai
Komponen Reason
1) Budaya Pelaporan
29
5) Workshop “Pentingnya Pelaporan Nearmiss untuk Mengidentifikasi Resiko
dan Ancaman terhadap Keselamatan Pasien”
2) Budaya Adil
1) Menerapkan unsafe act algoritma dari Reason dalam sistem penegakkan disiplin.
3) Budaya Fleksibel
4) Budaya Pembelanjaran
29
BAB IV
KESIMPULAN
1. Hasil survey budaya keselamatan pasien rumah sakit bermamfaat untuk menyusun
program kerja spesifik sesuai dengan karakteristik budaya keselamatan RS.Panti Rapih.
2. Melalui survey budaya keselamatan pasien rumah sakit, rumah sakit dapat mengetahui
perilaku- perilaku karyawan yang dapat mendukung dan juga mengetahui persepsi dan
perilaku yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan keselamatan pasien.
3. Program kerja spesifik yang disusun berdasarkan hasil survey berhasil meningkatkan
level budaya keselamatan rumah sakit, meningkatkan budaya pelaporan, dan
pembelanjaran yang tampak secara nyata pada kenaikkan jumlah pelaporan insiden yang
pesat dan kenaikkan jumlah insiden yang dianalisa di tahun 2011 dan 2012.
4. Hasil survey budaya perlu diinformasikan kepada pimpinan sebagai bahan untuk
menyusun strategi organisasi dalam mencapai budaya keselamatan.
5. Survey budaya keselamatan rumah sakit dapat dipergunakan untuk memenuhi syarat
akreditasi baru 2012 dalam standar PMKP.1 mengenai Kepemimpinan dan Perencanaan:
Mereka yang bertanggung jawab memimpin dan menjalankan rumah sakit berpartisipasi
dalam perencanaan dan evaluasi keberhasilan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
29
BAB V
PENUTUP
Demikian hasil Laporan Budaya Keselamatan Pasien ini dibuat sebagai bahan
pertanggung jawaban dalam penyelenggaraan kegiatan Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien Tahun 2019 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Makassar.
29