Kuliah - Akta Kuasa Membebankan Hipotek Kapal Laut - 30 April 2019 PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Akta Kuasa Memasang

Hipotek Kapal Laut


Kuliah Pembuatan Akta Aneka Perjanjian
Magister Kenotariatan FHUI

30 April 2019
Pendahuluan

• Indonesia negara Kepulauan, dimana 2/3 wilayahnya berupa lautan.


• Pelayaran merupakan tatanan transportasi laut yang mempunyai karakteristik
sebagai penghubung wilayah baik antara daerah satu dengan daerah yang lainnya,
maupun negara satu dengan negara yang lainnya dalam lalu-lintas perdagangan
internasional.
• Pelayaran membutuhkan kapal laut
• Kapal laut dapat menjadi objek jaminan kebendaan
Penjaminan Kapal Laut
• Dilakukan dalam bentuk hipotek
• Menurut Pasal 1162 BW, hipotek adalah suatu hak kebendaan atas
benda-benda tak bergerak, untuk mengambil penggantian
daripadanya bagi pelunasan bagi suatu perikatan.
• Konstruksi hukum ini hanya mengacu pada pembebanan benda tidak
bergerak. Lingkup benda tidak bergerak tersebut tidak hanya atas
kapal laut yang berukuran 20 m3 , tetapi juga pada pembebanan atas
tanah.
• Namun hipotek atas tanah kini tidak berlaku lagi karena Buku II BW
yang berkaitan dengan hipotek atas tanah telah tidak diberlakukan
dengan hadirnya Undang-Undang No. 4 Tahun 1999 tentang Hak
Tanggungan (yang selanjutnya disebut UUHT).
• Yang masih berlaku adalah hipotek untuk kapal laut berukuran 20m3
• Hipotek merupakan perjanjian tambahan disebabkan adanya
perjanjian pokok. Hal ini berarti kalau pihak yang bersangkutan tidak
memenuhi kewajiban perikatannya, maka secara paksa, hukum dapat
memerintahkan untuk jual lelang benda-benda milik orang tersebut
guna mengganti pelunasan kewajiban perikatan yang dilalaikan itu
Definisi Kapal Laut
• Menurut Pasal 310 KUHD, kapal laut adalah semua kapal yang
dipakai untuk pelayaran di laut atau yang diperuntukkan untuk itu.
• Menurut Pasal 1 angka 36 UU Pelayaran memberikan pengertian
yang lebih luas mengenai kapal, yaitu kendaraan air dengan bentuk
dan jenis tertentu, yang mana digerakkan dengan tenaga angin,
tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah
permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindah-pindah.
Dasar Hukum Hipotek Kapal Laut
• KUHPerdata
• KUHD
• Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 14
Tahun 1996 tentang Penyederhanaan Tata Cara
Pengadaan dan Pendaftaran Kapal.
• Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tentang
Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional.
• Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun 2005 tentang
Pengesahan International Convention on
Maritime Liens and Mortgages, 1993.
Syarat Kapal Laut dapat dikenakan Hipotek
• Adanya Hak Kebendaan (pasal 1168 – 1170 dan
pasal 1175 KUHPerdata)
yang dimaksud dengan adanya Hak Kebendaan tersebut adalah
kapal tersebut sudah ada dan terdaftar sehingga haknya sudah
lahir. Kapal-kapal yang masih dalam proses pembangunannya
dan belum memiliki Grosse Akta Pendaftaran kapalnya belum
dapat dibebani dengan Hipotik (pasal 1175 KUHPerdata).

• Objeknya adalah kapal yang beratnya di atas


20M3
Lihat berat kapalnya. Jika berat kapal kurang dari 20 M3 dapat
dikenakan jaminan fidusia

• Kapal tersebut harus yang dibukukan (di


daftarkan) di Indonesia.
Kapal tersebut didaftarkan di pelabuhan setempat
Syarat Kapal Laut dapat dikenakan Hipotek
• Diberikan dengan akta autentik (pasal 1171
KUHPerdata)
Dalam hal ini dibuat dihadapan Pejabat Pendaftar dan Pencatat
Baliknama Kapal (P3BK) yang berada pada Kantor Pendaftaran dan
Pencatatan Baliknama kapal., bukan Notaris.
Peran Notaris adalah memiliki kewenangan untuk membuat akta
Surat Kuasa Memasang Hipotik (SKMH) Kapal. Dimana dalam akta
SKMH Kapal tersebut yang akan digunakan sebagai dasar untuk
pembuatan akta Hipotik Kapal di hadapan Pejabat Pendaftar dan
Pencatat Baliknama kapal pada kantor pelabuhan setempat

• Menjamin tagihan hutang (pasal 1176 KUHPerdata)


Dalam pemberian Hipotik pada kapal, harus ada hutang yang
dijamin dengan pembebanan hipotik tersebut. Oleh karenanya,
biasanya dalam akta hipotik, selain mencantumkan mengenai
identitas kapal yang dijaminkan, juga mencantumkan data mengenai
berapa besar hutang yang dijamin dan berapa nilai penjaminan dari
Kapal dimaksud. Hal ini untuk memberikan kepastian hukum pada
saat dilaksanakannya eksekusi atas kapal dimaksud.
Apa Isi dari Akta SKMH?
• Surat Kuasa Memasang Hipotek (yang selanjutnya
disebut SKMH) yang dinilai lebih bisa
merefleksikan keinginan para pihak. SKMH berisi
sekumpulan keterangan dan janji-janji untuk para
pihak, berbentuk akta, dan dibuat dihadapan
Notaris. Setelah SKMH tersebut jadi, para pihak
menghadap kepada P3BK.

• Hal ini dikarenakan dalam Akta Hipotek berisikan


hal-hal yang bersifat umum seperti identitas kapal,
jumlah penjaminan, status pendaftaran, lama
penjaminan, dan pernyataan tidak adanya
duplikasi penjaminan. Hal ini dirasakan kurang
memenuhi keinginan para pihak.
Persamaan Substansi Isi SKMH dan
Akta Hipotek
1. Menerangkan tentang para pihak (yang berutang dan
berpiutang)

2. Menerangkan Nilai Penjaminan Hipotek

3. Jenis, deskripsi dan identitas objek barang jaminan (kapal laut),


yang uraiannya berupa nama kapal, jumlah, surat ukur,
panjang kapal, lebar, dalam, tonas, buatan, tahun, dan
sebagainya

4. Perjanjian kredit yang menjadi pokok perjanjian → ini adalah


perjanjian pokok/perjanjian induk

5. Pernyataan tidak adanya duplikasi jaminan, yang berarti


meyakinkan kedua belah pihak bahwa kapal laut yang sedang
dipasang hipotek, tidak sedang dibebani dengan hipotek lain,
tidak terbebani dan bebas dari sita manapun
Perbedaan SKMH dan Akta Hipotek
• Akta SKMH mencantumkan:
1. Beding van Eigenmachtige Verkoop atau janji untuk menjual atas
kemauan sendiri. Berisi suatu janji dimana pemegang hipotek
pertama diberi kekuasaan untuk melakukan penjualan di muka
umum atas barang yang dijadikan objek jaminan tanpa harus
melalui perantara pengadilan, bilamana penerima kredit
(debitor) tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian kredit.

2. Huur Beding atau disebut janji sewa. Berisi mengenai janji yang
menyatakan bahwa pemilik barang yang dijaminkan harus
meminta persetujuan terlebih dahulu kepada kreditor jika akan
menyewakan barang jaminan kepada pihak lain.

3. Assurantie Beding atau janji asuransi. Berisi mengenai kreditor


yang nanti akan menerima uang dari hasil pembayaran klaim
asuransi untuk diperhitungkan dengan hutang debitor kepada
kreditor jika terjadi resiko kerugian terhadap kapal laut yang
dibebani hipotek, dan pembayaran premi asuransinya tetap
menjadi beban penerima kredit (debitor).
Perbedaan SKMH dan Akta Hipotek
• Akta SKMH mencantumkan:
4. Beding Van Niet Zuivering atau janji untuk tidak dibersihkan. Berisi
mengenai pemberian perlindungan kepada pemegang hipotek untuk tidak
melakukan pencoretan hipotek atas barang jaminan kredit yang telah
dibebani hipotek, yaitu dalam hal kapal dijual secara sukarela dengan
harga di bawah nilai hipotek, sedangkan pinjaman belum sepenuhnya
terlunasi dengan harga kapal tersebut di atas.

5. Janji pengosongan. Janji pengosongan ini berisi ketentuan bahwa pemilik


kapal dengan biaya sendiri akan mengosongkan kapal yang dijaminkan
tersebut jika kreditor memandang perlu untuk menjual kapal tersebut
dalam rangka penyelesaian kredit.

6. Janji hipotek berlanjut. Merupakan janji yang berisi bahwa hipotek


berlaku atas hutang yang timbul karena perjanjian kredit yang sudah ada
beserta perubahan dan/atau perpanjangannya maupun hutang yang
timbul karena perjanjian kredit yang dibuat kemudian.
Perbedaan SKMH dan Akta Hipotek
• Akta SKMH mencantumkan:
7. Klausula tentang penyimpanan Grosse Akta Pendaftaran Kapal
Laut asli. Janji ini berisi pernyataan bahwa pemberi hipotek
memberi kuasa dengan hak substitusi pada kreditor untuk
menerima dan menyimpan asli grosse tersebut setelah dilakukan
pencatatan dalam Daftar Hipotek pada Daftar Induk Pendaftaran
Kapal sampai kredit yang dijamin dengan hipotek tersebut
dinyatakan lunas oleh bank, atau bila sudah tidak dijadikan
sebagai jaminan kredit

8. Klausula perlekatan. Klausula ini berisi pernyataan bahwa hipotek


itu meliputi kapal dengan segala peralatan (navigasi, elektronik,
dan lainnya) baik yang sudah ada maupun yang akan ditempatkan
atau diletakkan yang menurut sifat dan peruntukannya
merupakan bagian yang tidak terpisah dari kapal tersebut

9. Janji tidak mengubah bentuk. Janji ini berisi mengenai pernyataan


bahwa jika pemberi hipotek akan mengubah tata susunan objek
hipotek (yang meliputi keseluruhan objek seperti tambahan
susunan kabin, dll) diharuskan mendapat persetujuan tertulis
lebih dahulu dari penerima hipotek.

Anda mungkin juga menyukai