Bab Iii
Bab Iii
Bab Iii
PEMBAHASAN
A. KOMBINASI BISNIS
Perusahaan melakukan kombinasi bisnis dengan berbagai tujuan dan motivasi. Motivasi
umum dalam melakukan kombinasi bisni adalah untuk membuat bisnis semaki besar.
Sedangkan menurut Dwi Martani, dkk. (2017;4) “Beberapa motivasi spesifik kombinasi
bisnis antara lain :
a. Menjadikan entitas lebih besar.
b. Menghindari pengambilalihan oleh entitas lain.
c. Mensinergikan sumber daya yang dimiliki.
d. Kompensasi yang diterima manajemen terkadang dikaitkan dengan ukuran
perusahaan.
e. Meningkatkan kebanggan entitas.”
Keuntungan akhir kombinasi bisnis adalah diperoleh imbal hasil yang lebih besar
kepada pemegang saham dibandingkan pada saat entitas belum melakukan kombinasi bisnis.
Keuntungan kombinasi bisnis tercipta karena bisnis tersebut mampu menghasilkan sinergi
dalam kombinasi bisnis tersebut.
Jenis kombinasi bisnis dapat juga dibedakan dari bagaimana bentuk perusahaan
sebelumnya dan sesudah melakukan kombinasi bisnis. Kombinasi bisnis dapat diklasifikasikan
atas:
Dalam transaksi kombinasi bisnis harus dipastikan bahwa transaksi tersebut merupakan
pembelian sebuah bisnis bukan pembelian atas aset perusahaan secara terpisah. Menurut
PSAK 22 (Penyesuaian 2014), bisnis adalah suatu rangkaian terpadu dari kegiatan dan aset
yang mampu dikelola sengan tujuan memberikan hasil dalam bentuk deviden, efisiensi biaya
atau manfaat ekonomi lainnya secara langsung kepada pemilik entitas. Suatu rangkaian dari
kegiatan tersebut paling tidak meliputi input, proses dan output.
Hal pertama yang harus dilakukan suatu entitas dalam melakukan kombinasi bisnis
adalah menentukan apakah transaksi yang akan dilakukan merupakan kombinasi bisnis atau
bukan dengan menerapkan definisi dalam standar bahwa aset dan liabilitas yang diambil alih
merupakan suatu bisnis. Dalam melakukan pencatatan transaksi kombinasi bisnis PSAK 22
mengharuskan menggunakan metode akuisisi. Isyarat kombinasi bisnis dengan metode akuisisi
diisyaratkan dengan hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi pihak pengakuisisi. Salah satu dari entitas dalam kombinasi bisnis
diidentifikasi sebagai pihak pengakuisisi yaitu entitas yang memperoleh
pengendalian atas pihak yang diakuisisi.
2. Menentukan tanggal akuisisi. Pihak pengakuisisi mengidentifikasi tanggal akuisisi,
yaitu tanggal pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas pihak yang
diakuisisi.
3. Mengakui san mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil
alih, dan kepentingan nonpengendali pihak yang diakuisisi. Pada tanggal akuisisi,
pihak pengakuisisi mengakui secara terpisah berupa goodwill, aset teridentifikasi
yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan nonpengendalian dari
pihak yang diakuisisi. Pihak pengakuisisi mengukur aset teridentifikasi yang
diperoleh dan liabilitas yang diambil alih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi.
4. Mengakui dan mengukur goodwill atau keuntungan dari pembelian dengan diskonto.
Akuntansi kombinasi bisnis terkait dengan pencatatan akuntansi untuk pihak yang
melakukan akuisisi atau pengakuisisi. Dalam setiap kombinasibisnis harus dilakukan identifikasi
pihak pengakuisisi. Biasanya pihak pengakuisisi adalah pihak yang membeli atau mengakuisisi
entitas lain. Namun dalam situasi tertentu tidak mudah untuk menentukan pihak mana
pengakuisisinya. Jika pihak pengakuisisi sulit diidentifikasi, ada beberapa criteria yang dapat
dipergunakan sebagai pedoman untuk menentukan pihak pengakuisisi antara lain:
Namun dapat terjadi kondisi sebaliknya, pihak yang mengeluarkan aset, saham atau
sumber daya justru menjadi pihak yang diakuisisi. Kondisi ini disebut akuisisi terbalik atau
reserve acquisition.
Pada tanggal akuisisi, pihak pengakuisisi mengakui secara terpisah dari goodwill, aset
teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan nonpengendalian
pihak yang diakuisisi. Untuk memenuhi kualifikasi pengakuan dalam metode akuisisi, aset
teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih memiliki persyaratan sebagai
berikut:
1. Memenuhi definisi aset dan liabilitas sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) pada tanggal akuisisi.
2. Merupakan bagian yang dipertukarkan antara pihak pengakuisisi dan pihak yang
diakuisisi dalam transaksi kombinasi bisnis, bukan hasil transaksi terpisah di luar
kombinasi bisnis.
Dalam menentukan aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih
memungkinkan munculnya aset dan liabilitas yang sebelumnya tidak diakui oleh pihak yang
diakuisisi. Misalnya, pihak pengakuisisi mengakui aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi
yang diperoleh seperti merk, paten, dan hubungan pelanggan yang tidak diakui oleh pihak yang
diakuisisi sebagai aset dalam laporan keuangannya karena pihak yang diakuisisi
mengembangkannya secara internal dan sebelum kombinasi bisnis memperlakukan biaya
terkait sebagai beban.
Gambar 3.1
Perhitungan Nilai Goodwill
Untuk akuisisi aset dan liabilitas, goodwill diakui dalam laporan posisi keuangan pihak
pengakuisisi. Sedangkan pada akuisisi saham, goodwill yang timbul pada akuisisi diakui dalam
saldo investasi dalam laporan posisi keuangan pihak pengakuisisi dan akan diakui secara
terpisah periode pelaporan, terlepas ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai.
1. Entitas yang diakuisisi menjadi menjual aset bersih dan kemudian entitas tersebut
dibubarkan.
2. Entitas yang menngakuisisi menerima aset dari entitas yang dibubarkan.
3. Entitas yang diakuisisi menjual aset namun entitas tidak dibubarkan.
4. Entitas yang mengakuisisi menerima aset dari entitas yang tidak dibubarkan.
5. Entitas mengakuisisi kepemilikan entitas lain dan entitas tersebut tidak dibubarkan.
Untuk pencatatan pihak yang mengakuisisi terdapat perbedaan jurnal jika pihak
pengakusisis menerima aset dan tidak menerima aset. Jika pihak pengakuisisi menerima aset
atau sering diistilahkan sebagai legal merger, pihak pengakuisisi akan mengakui seluruh aset
dan liabilitas pihak yang diakuisisi berdasatkan nilai wajar serta mencatat imbalan yang
diserahkan dalam rangka akuisisi tersebut.
Akuisisi perusahaan dapat juga terjadi tanpa pembubaran pihak yang diakuisisi. Ada
dua kemungkinan transaksi yang dilakukan oleh pihak pengakuisisi yaitu dengan melakukan
transaksi langsung dengan pemegang saham atau transaksi dengan perusahaan. Jika transaksi
dilakukan dengan pemegang saham, maka transaksi ini tidak mengubah ekuitas dan nilai aset
entitas yang diakuisisi, sehingga transaksi ini tidak dicatat oleh pihak yang diakuisisi. Hanya
terjadi perubahan susunan pemegang saham. Untuk perusahaan yang terdaftar di pasar modal,
transaksi yang lebih sering terjadi adalah pembelian saham langsung dari pemilik. Transaksi
perubahan pengendalian biasanya tidak melalui pembelian langsung di pasar spot sehingga
harus mengikuti mekanisme yang diatur di pasar modal. Jika transaksi ini dilakukan dengan
perusahaan, maka perusahaan yang diakuisisi akan menerima uang sehingga terjadi tambahan
modal.
Jika perusahaan yang diakuisisi tidak dibubarkan, maka pihak pengakuisisi akan
mencatat akuisisi tersebut sebagai investasi pada entitas anak sebesar harga perolehan dan
akan dicatat dengan mendebit investasi pada entitas anak dan mengkredit sebesar imbalan
yang diserahkan. Dalam transaksi akuisisi imbalan yang diserahkan dapat berupa kas, aset
selain kas dan saham perusahaan yang mengakuisisi atau saham perusahaan lain. Pada saat
pihak pengakuisisi menyusun laporan keuangan, harus dibuat laporan keuangan konsolidasi.
Investasi pada entitas tersebut akan dieliminasi dengan ekuitas entitas anak, sehingga aset dan
utang entitas yang diakuisisi akan digabungkan.
Berikut ini adalah beberapa contoh dan ilustrasi kasus kombinasi bisnis yang diambil
dari buku Dwi Martani, dkk. (2017;16):
Pada 31 Desember 2015, PT. Permata mengakuisisi seluruh aset bersih PT. Samara dalam
sebuah merger. Informasi laporan keuangan untuk PT. Permata dan PT. Samara pada saat itu
adalah:
31 Desember 2015
PT. Permata mengalihkan imbalan senilai Rp 352.000.000 untuk mengakuisisi aset neto
PT. Samara. PT. Permata mengeluarkan Rp. 20.000.000 untuk biaya legal.
Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut:
Aset bersih teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurangi liabilitas. Tidak ada
kepentingan yang dimiliki sebelumnya karena PT. Permata tidak mengakuisisi secara bertahap,
demikian juga dengan nilai kepentingan non pengendali karena akuisisi dilakukan atas seluruh
aset bersih PT. Samara. Pada contoh ini, akuisisi dilakukan terhadap aset bersih sehingga
pihak pengakuisisi mengakui seluruh aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang
diambil alih pada nilai wajarnya. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT. Permata:
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya transaksi
31 Desember 2015
Kas 40.000.000
Piutang 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Kas (Imbalan yang dialihkan) 352.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih
Atas akuisisi ini, PT. Samara sebagai entitas yang dibubarkan akan menghapusbukukan
seluruh aset dan liabilitas yang dimiliki dan menghentikan operasinya.
Contoh 3.2 Merger: Akuisisi Aset Bersih – Imbalan berupa Non Kas
Berdasarkan Contoh 3.1, seandainya PT. Permata menerbitkan 11.000 lembar saham biasa
sebagai imbalan yang dialihkan atas akuisisi tersebut. Nilai wajar saham PT. Permata adalah
Rp 32.000/lembar. Atas penerbitan saham tersebut, PT. Permata juga membayar biaya
penerbitan saham senilai Rp 30.000.000. PT. Permata akan mencatat jurnal sebagai berikut:
31 Desember 2015
Beban 20.000.000
Beban Tangguhan 30.000.000
Kas 50.000.000
Mencatat biaya akuisisi
31 Desember 2015
Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Saham Biasa (Rp 20.000x11.000) 220.000.000
Tambahan Modal Disetor 102.000.000
Beban Tangguhan 30.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih
Perbedaan jurnal pada Contoh 3.2 dibandingkan Contoh 3.1 adalah pada imbalan yang
dialihkan (saham biasa dan tambahan modal disetor). Perlu diperhatikan bahwa Saham Biasa
dan Tambahan Modal Disetor dalam jurnal tersebut bukanlah milik PT. Samara yang diakui oleh
PT. Permata namun imbalan non-kas yang dibayarkan oleh PT. Permata.
Berdasarkan Contoh 3.1, seandainya PT. Permata mengakuisisi seluruh saham biasa PT.
Samara dengan membayar tunai Rp 352.000.000.
Atas akuisisi tersebut, PT. Samara tetap beroperasi dan tidak dibubarkan. PT. Permata akan
mencatat jurnal sebagai berikut:
31 Desember 2015
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya akuisisi
31 Desember 2015
Pada contoh 3.3, jurnal yang dicatat oleh PT. Permata sangat sederhana karena tidak mencatat
aset dan liabilitas secara individual.
Hal ini disebabkan PT. Samara tidak dibubarkan dan tetap menggunakan aset dan liabilitas
tersebut dalam operasinya. Pada tiap akhir periode pelaporan, laporan keuangan PT. Permata
dan PT. Samara akan dikonsolidasikan.
Jika akuisisi pada Contoh 3.3 dilakukan dengan imbalan non-kas, maka akun kas pada
jurnal akuisisi diganti dengan akun imbalan non-kas tersebut dan diukur pada nilai wajar.
Pada tanggal 31 Desember 2015, PT. Mandiri mengakuisisi seluruh aset bersih PT. Permata
dan PT. Samara dalam sebuah statutory consolidation. Akuisisi ini menyebabkan
dibubarkannya PT. Permata dan PT. Samara dan bergabung menjadi sebuah entitas baru yaitu
PT. Mandiri. Informasi untuk laporan keuangan PT. Permata dan PT. Samara pada saat itu
adalah:
31 Desember 2015
PT. Mandiri mengalihkan imbalan senilai Rp 1.800.000.000 untuk mengakuisisi aset neto PT.
Permata dan PT. Samara. PT. Mandiri mengeluarkan Rp 40.000.000 untuk biaya legal.
Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut:
Aset bersih teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurangi liabilitas atas kedua entitas (Rp
1.380.000.000 + Rp 280.000.000). Tidak ada kepentingan yang dimiliki sebelumnya karena PT.
Mandiri tidak mengakuisisi secara bertahap, demikian juga dengan nilai kepentingan
nonpengendali karena akuisisi dilakukan atas seluruh aset bersih PT. Permata dan PT.
Samara, seluruh aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih pada nilai
wajarnya. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT. Mandiri :
31 Desember 2015
Beban 40.000.000
Kas 40.000.000
Mencatat akuisisi saham
31 Desember 2015
Kas 520.000.000
Piutang Usaha 350.000.000
Persediaan 400.000.000
Tanah 320.000.000
Bangunan dan Mesin 900.000.000
Goodwill 140.000.000
Utang Usaha 280.000.000
Utang Wesel 550.000.000
Saham Biasa (Rp 20.000x11.000) 1.800.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih
Atas akuisisi ini, PT. Permata dan PT. Samara sebagai entitas yang dibubarkan akan
menghapusbukukaan seluruh aset dan liabilitas yang dimiliki dan menghentikan operasinya.
Contoh 3.4 Merger: Akuisisi Aset Bersih – Pembelian Diskon
Merujuk pada contoh 3.1, PT Permata mengalihkan imbalan senilai Rp 250.000.000 untuk
mengakuisisi aset neto PT. Samara. PT. Permata mengeluarkan Rp 20.000.000 untuk biaya
legal.
Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut:
Pada contoh ini, akuisisi imbalan yang dialihkan bernilai lebih rendah daripada nilai wajar aset
teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT.
Permata:
31 Desember 2015
Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya akuisisi
31 Desember 2015
Kas 40.000.000
Piutang 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Kas (Imbalan yang dialihkan) 250.000.000
Keuntungan Pembelian Diskon 30.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih
Atas akuisisi ini, selisih pembelian diskon diakui sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi
pada periode akuisisi.