Bab Iii

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BAB III

PEMBAHASAN

A. KOMBINASI BISNIS
Perusahaan melakukan kombinasi bisnis dengan berbagai tujuan dan motivasi. Motivasi
umum dalam melakukan kombinasi bisni adalah untuk membuat bisnis semaki besar.
Sedangkan menurut Dwi Martani, dkk. (2017;4) “Beberapa motivasi spesifik kombinasi
bisnis antara lain :
a. Menjadikan entitas lebih besar.
b. Menghindari pengambilalihan oleh entitas lain.
c. Mensinergikan sumber daya yang dimiliki.
d. Kompensasi yang diterima manajemen terkadang dikaitkan dengan ukuran
perusahaan.
e. Meningkatkan kebanggan entitas.”

Keuntungan akhir kombinasi bisnis adalah diperoleh imbal hasil yang lebih besar
kepada pemegang saham dibandingkan pada saat entitas belum melakukan kombinasi bisnis.
Keuntungan kombinasi bisnis tercipta karena bisnis tersebut mampu menghasilkan sinergi
dalam kombinasi bisnis tersebut.

B. JENIS KOMBINASI BISNIS


Pengembangan usaha melalui kombinasi bisnis dapat dilihat dari strategi perusahaan
melalui:
1. Integrasi vertical adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas yang
memiliki hubungan pemasok atau distribusi. Misalnya entitas produsen mie instan
mengakuisisi produsen gandum yang merupakan bahan baku mie.
2. Integrasi horizontal adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas yang
menghasilkan produk sejenis atau produk yang berkaitan. Misalnya produsen mie
instan mengakuisisi produsen kecap, saus, makanan kecil lainnya yang bahan
bakunya sejenis dengan mie instan.
3. Konglomerasi adalah kombinasi bisnis dengan melakukan akuisisi entitas yang tidak
memiliki hubungan dengan entitas. Hasil integrasi akan menghasilkan grup usaha
dengan berbagai produk yang dihasilkan.

Jenis kombinasi bisnis dapat juga dibedakan dari bagaimana bentuk perusahaan
sebelumnya dan sesudah melakukan kombinasi bisnis. Kombinasi bisnis dapat diklasifikasikan
atas:

1. Merger (Statutory merger) adalah kombinasi bisnis yang dilakukan dengan


menggabungkan dua atau lebih bisnis, dimana bisnis yang diakuisisi dibubarkan
serta semua aset dan liabilitasnya diambil alih pihak yang mengakuisisi. Bentuk ini
sering juga disebut sebagai legal merger karena secara hukum entitas dibubarkan
dan bergabung dengan perusahaan lain dan menggabungkan aset serta liabilitas.
2. Konsolidasi (Statutory consolidation) adalah kombinasi bisnis dengan membentuk
satu entitas baru yang mengambil alih semua aset dan liabilitas entitas yang
bergabung.
3. Akuisisi (Stock acquisition) adalah kombinasi dengan membeli kepemilikan entitas
yang diakuisisi, namun ekuitas yang diakuisisi tetap berdiri hanya dikendalikan oleh
netitas pengakuisisi. Bentuk akuisisi dilakukan dengan pembentukan perusahaan
baru yang bertindak sebagai entitas holding, atau pihak pengakuisisi merupakan
entitas yang sebelumnya telah ada. Pihak entitas holding dibentuk untuk menyusun
laporan keuangan konsolidasi.
Jenis kombinasi bisnis dapat juga dilihat dari sudut pandang akuntansi. Ada dua metode
yang dikenal dalam kombinasi bisnis yaitu:
1. Metode pooling of interest atau penyatuan kepantingan. Dalam metode ini masing-
masing pihak akan menyatukan kepentingan sehingga tidak diperlukan penilaian
ulang aset dan liabilitas entitas yang bergabung. Dalam metode ini dasar
pencatatannya adalah nilai buku dari entitas yang bergabung.
2. Metode purchase atau pembelian atau akuisisi. Dalam metode akuisisi, dasar
pencatatan adalah nilai wajar pada tanggal akuisisi, karena kombinasi bisnis
dianggap sebagai pembentukan entitas baru, sehingga dilakukan penilaian atas aset
bersih entitas yang bergabung. Metode ini yang saat ini berlaku untuk kombinasi
bisnis seperti yang diaatur dalam PSAK 22.
C. KOMBINASI BISNIS DAN PENGENDALIAN
Dalam PSAK 22 (Penyesuaian 2014) kombinasi bisnis didefinisikan sebagai transaksi
atau peristiwa dimana sebuah entitas memperoleh pengendalian atas entitas lain. PSAK 22
(revisi 2010) mendefinisikan pengendalian sebagai kekuasaan untuk mengatur kebijakan
keuangan dan operasional suatu entitas untuk memperoleh manfaat dan aktivitas entitas
tersebut.

Sedangkan definisi pengendalian awalnya dijelaskan dalam PSAK 22 (Penyesuaian


2014) sebagai kekuasaan untuk mengatur keuangan dan operasi entitas yang diakuisisi.
Namun definisi pengendalian tersebut diganti dengan definisi pengendalian seiring terbitnya
PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasi dan PSAK 22 (Penyesuaian 2014) Kombinasi Bisnis.
MenurutPSAK 65, investor mengendalikan investee ketika:

1. Investor memiliki kekuasaan (power) atas investee,


2. Investor terekspos atau memiliki hak atas imbal hasil variable (variable return) dan
keterlibatannya dengan investee,
3. Investor memiliki kemampuan untuk mempengaruhi imbal hasil tersebut melalui
kekuasaannya atas investee.

Dalam transaksi kombinasi bisnis harus dipastikan bahwa transaksi tersebut merupakan
pembelian sebuah bisnis bukan pembelian atas aset perusahaan secara terpisah. Menurut
PSAK 22 (Penyesuaian 2014), bisnis adalah suatu rangkaian terpadu dari kegiatan dan aset
yang mampu dikelola sengan tujuan memberikan hasil dalam bentuk deviden, efisiensi biaya
atau manfaat ekonomi lainnya secara langsung kepada pemilik entitas. Suatu rangkaian dari
kegiatan tersebut paling tidak meliputi input, proses dan output.

Hal pertama yang harus dilakukan suatu entitas dalam melakukan kombinasi bisnis
adalah menentukan apakah transaksi yang akan dilakukan merupakan kombinasi bisnis atau
bukan dengan menerapkan definisi dalam standar bahwa aset dan liabilitas yang diambil alih
merupakan suatu bisnis. Dalam melakukan pencatatan transaksi kombinasi bisnis PSAK 22
mengharuskan menggunakan metode akuisisi. Isyarat kombinasi bisnis dengan metode akuisisi
diisyaratkan dengan hal-hal berikut:

1. Mengidentifikasi pihak pengakuisisi. Salah satu dari entitas dalam kombinasi bisnis
diidentifikasi sebagai pihak pengakuisisi yaitu entitas yang memperoleh
pengendalian atas pihak yang diakuisisi.
2. Menentukan tanggal akuisisi. Pihak pengakuisisi mengidentifikasi tanggal akuisisi,
yaitu tanggal pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas pihak yang
diakuisisi.
3. Mengakui san mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil
alih, dan kepentingan nonpengendali pihak yang diakuisisi. Pada tanggal akuisisi,
pihak pengakuisisi mengakui secara terpisah berupa goodwill, aset teridentifikasi
yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan nonpengendalian dari
pihak yang diakuisisi. Pihak pengakuisisi mengukur aset teridentifikasi yang
diperoleh dan liabilitas yang diambil alih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi.
4. Mengakui dan mengukur goodwill atau keuntungan dari pembelian dengan diskonto.

Akuntansi kombinasi bisnis terkait dengan pencatatan akuntansi untuk pihak yang
melakukan akuisisi atau pengakuisisi. Dalam setiap kombinasibisnis harus dilakukan identifikasi
pihak pengakuisisi. Biasanya pihak pengakuisisi adalah pihak yang membeli atau mengakuisisi
entitas lain. Namun dalam situasi tertentu tidak mudah untuk menentukan pihak mana
pengakuisisinya. Jika pihak pengakuisisi sulit diidentifikasi, ada beberapa criteria yang dapat
dipergunakan sebagai pedoman untuk menentukan pihak pengakuisisi antara lain:

1. Pihak pengakuisisi biasanya dari sisi ukuran lebih besar,


2. Pihak pengakuisisi yang mengalihkan aset, saham, atau sumber daya untuk
memperoleh kepemilikan bisnis tersebut.

Namun dapat terjadi kondisi sebaliknya, pihak yang mengeluarkan aset, saham atau
sumber daya justru menjadi pihak yang diakuisisi. Kondisi ini disebut akuisisi terbalik atau
reserve acquisition.

Pada tanggal akuisisi, pihak pengakuisisi mengakui secara terpisah dari goodwill, aset
teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan nonpengendalian
pihak yang diakuisisi. Untuk memenuhi kualifikasi pengakuan dalam metode akuisisi, aset
teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih memiliki persyaratan sebagai
berikut:

1. Memenuhi definisi aset dan liabilitas sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) pada tanggal akuisisi.
2. Merupakan bagian yang dipertukarkan antara pihak pengakuisisi dan pihak yang
diakuisisi dalam transaksi kombinasi bisnis, bukan hasil transaksi terpisah di luar
kombinasi bisnis.
Dalam menentukan aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih
memungkinkan munculnya aset dan liabilitas yang sebelumnya tidak diakui oleh pihak yang
diakuisisi. Misalnya, pihak pengakuisisi mengakui aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi
yang diperoleh seperti merk, paten, dan hubungan pelanggan yang tidak diakui oleh pihak yang
diakuisisi sebagai aset dalam laporan keuangannya karena pihak yang diakuisisi
mengembangkannya secara internal dan sebelum kombinasi bisnis memperlakukan biaya
terkait sebagai beban.

D. AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS


Akuisisi dilakukan terhadap aset dan liabilitas yang dapat juga menghasilkan goodwill.
Jika akuisisi tidak dilakukan secara penuh, maka bagian yang tidak diakuisisi disebut
kepentingan non pengendali. Pihak pengakuisisi mengakui secara terpisah berupa goodwill,
aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih, dan kepentingan nonpengendali
dari pihak yang diakuisisi. Aset dan liabilitas tersebut pada umumnya diklasifikasikan
sebagaimana klasifikasi yang ada dalam PSAK lain.
Transaksi kombinasi membutuhkan biaya yang besar. Biasanya biaya tersebut
dikeluarkan oleh pihak pengakuisisi, namun tidak menutup kemungkinan pihak yang diakuisisi
juga akan mengeluarkan biaya. Biaya tersebut mencakup biaya makelar (finder’s fees), advis,
hukun, akuntansi, penilaian, dan biaya professional atau konsultasi lainnya, biaya administrasi
umum dan biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan ekuitas. Biaya-biaya terkait
akuisisi tersebut diakui sebagai beban pada periode saat biaya tersebut terjadi dan jasa
diterima, kecuali biaya untuk menerbitkan efek utang dan ekuitas. Jika pihak pengakuisisi
menerbitkan efek sebagai imbalan yang dialihkan dalam suatu kombinasi bisnis, maka biaya
tersebut diakui sebagai pengurang premium atau agio/tambahan modal disetor yang timbul atas
penerbitan efek tersebut.
Dalam suatu kombinasi bisnis, pihak pengakuisisi membayar imbalan kepada pihak
yang diakuisisi atas akuisisi yang dilakukan. Akuisisi pada prinsipnya adalah pembelian sebuah
bisnis, seperti halnya pembelian suatu aset secara tunai, maka imbalan yang dialihkan atas
pembelian tersebut adalah kas. Imbalan dalam kombinasi bisnis dapat berupa kas, aset non
kas lainnya, efek utang atau efek ekuitas yang diterbitkan oleh pihak pengakuisisi, liabilitas
yang diambil alih oleh pihak pengakuisisi kepada pemilik pihak yang diakuisisi sebelumnya. Jika
imbalan yang dialihkan selain kas maka timbul konsekuensi yang harus diukur pada nilai wajar
atau dapat disebut sebagai goodwill.
Goodwill adalah aset yang diklasifikasikan sebagai aset tak berwujud. Goodwill muncul
pada saat entitas melakukan akuisisi entitas lain dan diakui oleh entitas yang melakukan
akuisisi. Goodwill mencerminkan manfaat ekonomi yang timbul dari aset yang diperoleh dalam
kombinasi bisnis yang tidak dapat diidentifikasikan secara individu sehingga harus diakui secara
terpisah.
Goodwill akan terjadi jika harga perolehan dari entitas yang diakuisisi lebih tinggi
dibandingkan nilai wajar entitas yang diakuisisi. Pada saaat terjadi goodwill pihak pengakuisisi
membeli dengan harga yang lebih mahal dari nilai wajar entitas yang diakuisisi. Pada transaksi
tersebut nilai aset pihak pengakuisisi telah menunjukkan nilai wajar pada tanggal tersebut,
maka kelebihan harga beli tersebut tidak dapat diidentifikasikan ke aser yang ada, sehingga
harus diakui bentuk aset baru yaitu goodwill. Pihak pengakuisisi bersedia membayar lebih
mahal karena memandang ada nilai lebih yang akan dihasilkan oleh entitas yang diakuisisi
melebihi nilai wajar. Kelebihan mungkin disebabkan karena jaringan pemasaran, teknologi,
keandalan SDM, dan lain-lain. Lebih spesifik menurut Dwi martini, dkk. (2017;14), nilai goodwill
dihitung sebagai berikut:
“Goodwill = (imbalan yang dialihkan + kepentingan ekuitas yang sebelumnya
dimiliki oleh pihak pengakuisisi + kepentingan nonpengendali pada pihak yang
diakuisisi) – aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih.”

Gambar 3.1
Perhitungan Nilai Goodwill
Untuk akuisisi aset dan liabilitas, goodwill diakui dalam laporan posisi keuangan pihak
pengakuisisi. Sedangkan pada akuisisi saham, goodwill yang timbul pada akuisisi diakui dalam
saldo investasi dalam laporan posisi keuangan pihak pengakuisisi dan akan diakui secara
terpisah periode pelaporan, terlepas ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai.

Tidak semua akuisisi menghasilkan goodwill. Terkadang pihak pengakuisisi melakukan


pembelian pada nilai imbalan yang lebih rendah daripada nilai wajar aset teridentifikasi yang
diperoleh dan liabilitas yang diambil alih. Kondisi ini disebut pembelian dengan diskon, yaitu
suatu kombinasi bisnis yang mana jumlah nilai wajar aset teridentifikasi yang diperoleh dan
liabilitas yang diambil alih melebihi nilai agregat (imbalan yang dialihkan + kepentingan ekuitas
yang sebelumnya dimiliki oleh pihak pengakuisisi + kepentingan nonpengendali pada pihak
yang diakuisisi). Selisih tersebut diakui oleh pihak pengakuisisi sebagai keuntungan dalam
laporan laba rugi pada tanggal akuisisi. Keuntungan tersebut distribusikan kepada pihak
pengakuisisi.

Pengakuan transaksi kombinasi bisnis sangat dipengaruhi bagaimana bentuk transaksi


tersebut dilakukan. Transaksi bisnis kombinasi akan dicatat oleh pihak yang diakuisisi atau
pihak yang melakukan akuisisi. Transaksi kombinasi bisnis secara umum dapat dikategorikan
sebagai berikut:

1. Entitas yang diakuisisi menjadi menjual aset bersih dan kemudian entitas tersebut
dibubarkan.
2. Entitas yang menngakuisisi menerima aset dari entitas yang dibubarkan.
3. Entitas yang diakuisisi menjual aset namun entitas tidak dibubarkan.
4. Entitas yang mengakuisisi menerima aset dari entitas yang tidak dibubarkan.
5. Entitas mengakuisisi kepemilikan entitas lain dan entitas tersebut tidak dibubarkan.

Untuk pencatatan pihak yang mengakuisisi terdapat perbedaan jurnal jika pihak
pengakusisis menerima aset dan tidak menerima aset. Jika pihak pengakuisisi menerima aset
atau sering diistilahkan sebagai legal merger, pihak pengakuisisi akan mengakui seluruh aset
dan liabilitas pihak yang diakuisisi berdasatkan nilai wajar serta mencatat imbalan yang
diserahkan dalam rangka akuisisi tersebut.

Akuisisi perusahaan dapat juga terjadi tanpa pembubaran pihak yang diakuisisi. Ada
dua kemungkinan transaksi yang dilakukan oleh pihak pengakuisisi yaitu dengan melakukan
transaksi langsung dengan pemegang saham atau transaksi dengan perusahaan. Jika transaksi
dilakukan dengan pemegang saham, maka transaksi ini tidak mengubah ekuitas dan nilai aset
entitas yang diakuisisi, sehingga transaksi ini tidak dicatat oleh pihak yang diakuisisi. Hanya
terjadi perubahan susunan pemegang saham. Untuk perusahaan yang terdaftar di pasar modal,
transaksi yang lebih sering terjadi adalah pembelian saham langsung dari pemilik. Transaksi
perubahan pengendalian biasanya tidak melalui pembelian langsung di pasar spot sehingga
harus mengikuti mekanisme yang diatur di pasar modal. Jika transaksi ini dilakukan dengan
perusahaan, maka perusahaan yang diakuisisi akan menerima uang sehingga terjadi tambahan
modal.

Jika perusahaan yang diakuisisi tidak dibubarkan, maka pihak pengakuisisi akan
mencatat akuisisi tersebut sebagai investasi pada entitas anak sebesar harga perolehan dan
akan dicatat dengan mendebit investasi pada entitas anak dan mengkredit sebesar imbalan
yang diserahkan. Dalam transaksi akuisisi imbalan yang diserahkan dapat berupa kas, aset
selain kas dan saham perusahaan yang mengakuisisi atau saham perusahaan lain. Pada saat
pihak pengakuisisi menyusun laporan keuangan, harus dibuat laporan keuangan konsolidasi.
Investasi pada entitas tersebut akan dieliminasi dengan ekuitas entitas anak, sehingga aset dan
utang entitas yang diakuisisi akan digabungkan.

Berikut ini adalah beberapa contoh dan ilustrasi kasus kombinasi bisnis yang diambil
dari buku Dwi Martani, dkk. (2017;16):

Contoh 3.1 Merger: Akuisisi Aset Bersih – Imbalan berupa Kas

Pada 31 Desember 2015, PT. Permata mengakuisisi seluruh aset bersih PT. Samara dalam
sebuah merger. Informasi laporan keuangan untuk PT. Permata dan PT. Samara pada saat itu
adalah:

Laporan Posisi Keuangan

31 Desember 2015

(dalam 000 Rupiah, kecuali per saham)

PT. Permata PT. Samara


Nilai Tercatat Nilai Tercatat Nilai Wajar
Kas 480.000 40.000 40.000
Piutang Usaha 280.000 70.000 70.000
Persediaan 340.000 60.000 100.000
Tanah 160.000 80.000 120.000
Bangunan dan Mesin 760.000 620.000 300.000
Akumulasi Penyusutan (380.000) (400.000)
Total Aset 1.640.000 470.000 630.000
Utang Usaha 170.000 110.000 110.000
Utang Wesel 300.000 240.000 240.000
Saham Biasa
Nominal Rp 20.000 400.000
Nominal Rp 12.000 36.000
Tambahan Modal Disetor 320.000 20.000
Saldo Laba 450.000 64.000
Total Liabilitas & Ekuitas 1.640.000 470.000

PT. Permata mengalihkan imbalan senilai Rp 352.000.000 untuk mengakuisisi aset neto
PT. Samara. PT. Permata mengeluarkan Rp. 20.000.000 untuk biaya legal.

Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut:

Imbalan yang dialihkan 352.000.000


Kepentingan yang Dimiliki Sebelumnya -
Kepentingan Nonpengendali -
Jumlah 352.000.000
Aset Bersih Teridentifikasi 280.000.000
Goodwill 72.000.000

Aset bersih teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurangi liabilitas. Tidak ada
kepentingan yang dimiliki sebelumnya karena PT. Permata tidak mengakuisisi secara bertahap,
demikian juga dengan nilai kepentingan non pengendali karena akuisisi dilakukan atas seluruh
aset bersih PT. Samara. Pada contoh ini, akuisisi dilakukan terhadap aset bersih sehingga
pihak pengakuisisi mengakui seluruh aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang
diambil alih pada nilai wajarnya. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT. Permata:

Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya transaksi

31 Desember 2015

Kas 40.000.000
Piutang 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Kas (Imbalan yang dialihkan) 352.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih

Atas akuisisi ini, PT. Samara sebagai entitas yang dibubarkan akan menghapusbukukan
seluruh aset dan liabilitas yang dimiliki dan menghentikan operasinya.

Contoh 3.2 Merger: Akuisisi Aset Bersih – Imbalan berupa Non Kas

Berdasarkan Contoh 3.1, seandainya PT. Permata menerbitkan 11.000 lembar saham biasa
sebagai imbalan yang dialihkan atas akuisisi tersebut. Nilai wajar saham PT. Permata adalah
Rp 32.000/lembar. Atas penerbitan saham tersebut, PT. Permata juga membayar biaya
penerbitan saham senilai Rp 30.000.000. PT. Permata akan mencatat jurnal sebagai berikut:

31 Desember 2015

Beban 20.000.000
Beban Tangguhan 30.000.000
Kas 50.000.000
Mencatat biaya akuisisi

31 Desember 2015

Kas 40.000.000
Piutang Usaha 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Goodwill 72.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Saham Biasa (Rp 20.000x11.000) 220.000.000
Tambahan Modal Disetor 102.000.000
Beban Tangguhan 30.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih

Nilai Tambahan Modal Disetor dihitung sebagai berikut:


Nilai wajar saham (Rp 32.000 x 11.000) Rp352.000.000
Nilai nominal saham (Rp 20.000 x 11.000) Rp220.000.000
Nilai Tambahan Modal Disetor Rp132.000.000
Beban Tangguhan Rp30.000.000
Nilai Tambahan Modal Disetor - Bersih Rp102.000.000

Perbedaan jurnal pada Contoh 3.2 dibandingkan Contoh 3.1 adalah pada imbalan yang
dialihkan (saham biasa dan tambahan modal disetor). Perlu diperhatikan bahwa Saham Biasa
dan Tambahan Modal Disetor dalam jurnal tersebut bukanlah milik PT. Samara yang diakui oleh
PT. Permata namun imbalan non-kas yang dibayarkan oleh PT. Permata.

Contoh 3.3 Akuisisi Saham – Imbalan berupa Kas

Berdasarkan Contoh 3.1, seandainya PT. Permata mengakuisisi seluruh saham biasa PT.
Samara dengan membayar tunai Rp 352.000.000.

Atas akuisisi tersebut, PT. Samara tetap beroperasi dan tidak dibubarkan. PT. Permata akan
mencatat jurnal sebagai berikut:

31 Desember 2015

Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya akuisisi

31 Desember 2015

Investasi pada PT. Samara 352.000.000


Kas 352.000.000
Mencatat akuisisi saham

Pada contoh 3.3, jurnal yang dicatat oleh PT. Permata sangat sederhana karena tidak mencatat
aset dan liabilitas secara individual.

Hal ini disebabkan PT. Samara tidak dibubarkan dan tetap menggunakan aset dan liabilitas
tersebut dalam operasinya. Pada tiap akhir periode pelaporan, laporan keuangan PT. Permata
dan PT. Samara akan dikonsolidasikan.
Jika akuisisi pada Contoh 3.3 dilakukan dengan imbalan non-kas, maka akun kas pada
jurnal akuisisi diganti dengan akun imbalan non-kas tersebut dan diukur pada nilai wajar.

Contoh 3.4 Konsolidasi: Akuisisi Aset Bersih – Imbalan berupa Kas

Pada tanggal 31 Desember 2015, PT. Mandiri mengakuisisi seluruh aset bersih PT. Permata
dan PT. Samara dalam sebuah statutory consolidation. Akuisisi ini menyebabkan
dibubarkannya PT. Permata dan PT. Samara dan bergabung menjadi sebuah entitas baru yaitu
PT. Mandiri. Informasi untuk laporan keuangan PT. Permata dan PT. Samara pada saat itu
adalah:

Laporan Posisi Keuangan

31 Desember 2015

(dalam 000 Rupiah)

PT. Permata PT. Samara


Nilai Nilai Nilai Nilai
Tercatat Wajar Tercatat Wajar
Kas 480.000 480.000 40.000 40.000
Piutang Usaha 280.000 280.000 70.000 70.000
Persediaan 340.000 300.000 60.000 100.000
Tanah 160.000 200.000 80.000 120.000
Bangunan dan Mesin 760.000 600.000 620.000 300.000
Akumulasi Penyusutan (380.000) (400.000)
Total Aset 1.640.000 1.860.000 470.000 630.000

Utang Usaha 170.000 170.000 110.000 110.000


Utang Wesel 300.000 310.000 240.000 240.000
Saham Biasa
Nominal Rp 20.000 400.000
Nominal Rp 12.000 36.000
Tambahan Modal Disetor 320.000 20.000
Saldo Laba 450.000 64.000
Total Liabilitas &
Ekuitas 1.640.000 470.000

PT. Mandiri mengalihkan imbalan senilai Rp 1.800.000.000 untuk mengakuisisi aset neto PT.
Permata dan PT. Samara. PT. Mandiri mengeluarkan Rp 40.000.000 untuk biaya legal.
Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut:

Imbalan yang dialihkan Rp1.800.000.000


Kepentingan yang dimiliki sebelumnya -
Kepentingan Nonpengendali -
Jumlah Rp1.800.000.000
Aset Bersih Teridentifikasi Rp1.660.000.000
Goodwill Rp140.000.000

Aset bersih teridentifikasi dihitung dari nilai wajar aset dikurangi liabilitas atas kedua entitas (Rp
1.380.000.000 + Rp 280.000.000). Tidak ada kepentingan yang dimiliki sebelumnya karena PT.
Mandiri tidak mengakuisisi secara bertahap, demikian juga dengan nilai kepentingan
nonpengendali karena akuisisi dilakukan atas seluruh aset bersih PT. Permata dan PT.
Samara, seluruh aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih pada nilai
wajarnya. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT. Mandiri :

31 Desember 2015

Beban 40.000.000
Kas 40.000.000
Mencatat akuisisi saham

31 Desember 2015

Kas 520.000.000
Piutang Usaha 350.000.000
Persediaan 400.000.000
Tanah 320.000.000
Bangunan dan Mesin 900.000.000
Goodwill 140.000.000
Utang Usaha 280.000.000
Utang Wesel 550.000.000
Saham Biasa (Rp 20.000x11.000) 1.800.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih

Atas akuisisi ini, PT. Permata dan PT. Samara sebagai entitas yang dibubarkan akan
menghapusbukukaan seluruh aset dan liabilitas yang dimiliki dan menghentikan operasinya.
Contoh 3.4 Merger: Akuisisi Aset Bersih – Pembelian Diskon

Merujuk pada contoh 3.1, PT Permata mengalihkan imbalan senilai Rp 250.000.000 untuk
mengakuisisi aset neto PT. Samara. PT. Permata mengeluarkan Rp 20.000.000 untuk biaya
legal.

Atas akuisisi tersebut, maka goodwill yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut:

Imbalan yang dialihkan Rp250.000.000


Kepentingan yang dimiliki sebelumnya -
Kepentingan Nonpengendali -
Jumlah Rp250.000.000
Aset Bersih Teridentifikasi Rp280.000.000
Pembelian Diskon Rp30.000.000

Pada contoh ini, akuisisi imbalan yang dialihkan bernilai lebih rendah daripada nilai wajar aset
teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih. Berikut jurnal yang dicatat oleh PT.
Permata:

31 Desember 2015

Beban 20.000.000
Kas 20.000.000
Mencatat biaya akuisisi

31 Desember 2015

Kas 40.000.000
Piutang 70.000.000
Persediaan 100.000.000
Tanah 120.000.000
Bangunan dan Mesin 300.000.000
Utang Usaha 110.000.000
Utang Wesel 240.000.000
Kas (Imbalan yang dialihkan) 250.000.000
Keuntungan Pembelian Diskon 30.000.000
Mencatat akuisisi aset bersih

Atas akuisisi ini, selisih pembelian diskon diakui sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi
pada periode akuisisi.

Anda mungkin juga menyukai