Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga akibat defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas kantong, isi dan cincin1. Walaupun
terdapat banyak tipe hernia, hernia biasanya berkaitan dengan abdomen dimana 75% dari
kasus-kasus hernia terjadi di regio inguinalis.2 Hernia dibagi-bagi berdasarkan penyebab, letak,
sifat. Berdasarkan penyebabnya,hernia dibagi menjadi bawaan atau kongenital dan bawaan
atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi menjadi diafragma, umbilikal, inguinal dan
femoral. Berdasarkan sifatnya, hernia dibagi menjadi reponibel dan ireponibel.1
Dalam sejarahnya pada 1552 sebelum Masehi di Mesir telah dilaporkan pengobatan
untuk hernia inguinalis dengan melakukan suatu tekanan dari luar. Galen pada tahun 176
Masehi melaporkan penurunan duktus testikularis melalui lubang kecil pada abdomen bagian
bawah, kemudian ia meneliti dari awal tentang sebab terjadinya hernia inguinalis indirekta.
Susruta pada abad ke 5 sesudah Masehi pertama kali melaporkan pengobatan bedah terhadap
hernia. Pada autopsi terhadap anak yang menderita hernia sebanyak 500 orang pada abad ke
18 dan 19 didapatkan 56% adanya patensi dari prosesus vaginalis peritonei.2
1.1 ANATOMI
a. Kanalis Inguinalis
Panjang kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk
dari anulus inguinalis profundus/interna sampai anulus inguinalis
superfisialis/eksterna. Kanalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas
ligamentum inguinale. Pada neonatus, annulus inguinalis interna terletak
hampir tepat posterior terhadap annulus inguinalis eksterna sehingga kanalis
inguinalis pada usia ini sangat pendek. Kemudian, annulus interna bergerak ke
arah lateral akibat pertumbuhan.1
b. Kanalis Femoralis
Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum,
dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v.safena magna bermuara di dalam
v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam.
Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh
pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineale (ligamentum Cooper), sebelah
lateral oleh (sarung) v.femoralis dan di sebelah medial oleh ligamentum
lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal
dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan
inkarserasi hernia femoralis.1
Gambar 4. Kanalis Femoralis dan batas-batasnya
1.2 DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
atas cincin, kantong dan isi hernia.1
1.3 EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul didaerah
sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, dimana
hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.2,3
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita
pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy dilakukan tiap
tahunnya di amerika serikat, dibandingkan dengan 25000 untuk hernia femoralis, 166000
hernia umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia abdomen lainya.3
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi 40% dari itu
muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia femoralis
lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia
inguinal. Insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan
dikalagan pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita.2,3
11
a. Hernia epigastrika
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui
defek di line alba antara umbilikus dan prosesus xifoideus. Hernia epigastrika lebih
sering terjadi pada pria daripada wanita dengan insiden tertinggi pada usia 20-50
tahun.9 Hernia epigastrika muncul sebagai tonjolan lunak di linea alba yang
merupakan “lipoma” preperitoneal. Kalau defek linea alba melebar, baru kemudian
keluar kantong peritoneum yang dapat kosong atau berisi omentum. Di berbagai
literatur, hernia epigastrika dibagi menjadi hernia epigastrika murni dan hernia
epigastrika palsu. Dikatakan hernia epigastrika murni apabila isi hernia terdiri dari
protusi lemak ekstra peritoneal yang melewati linea alba tanpa kantong peritoneum.
Sedangkan hernia epigastrika murni apabila isi hernia terdiri dari lemak ekstra
peritoneal dan kantong peritoneum dengan atau tanpa omentum dan usus.
12
Pasien sering mengeluh perut kurang enak dan mual, mirip keluhan pada
kelainan kandung empedu, tukak peptik, atau hernia hiatus esofagus. Keluhan yang
samar ini terutama terjadi bila hernia kecil dan sukar diraba.
b. Hernia inguinal
i. Hernia inguinalis lateralis (indirek)
Hernia inguinalis lateralis atau disebut juga hernia inguinalis indirek
karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk
kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.1 Kanalis inguinalis normal pada fetus karena pada bulan
ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, biasanya
prosesus ini mengalami obliterasi. Bila prosesus terbuka terus akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang dewasa, kanal telah menutup
namun karena merupakan lokus minoris resistensi, maka pada keadaan yang
meningkatkan tekanan intraabdominal, kanal tersebut dapat terbuka kembali
dan timbul hernia inguinalis akuisita. Jika isi dan kantong hernia lateralis turun
hingga skrotum disebut hernia skrotalis.8
c. Hernia umbilikal.
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan
angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Prevalensi hernia umbilikalis pada
bayi perempuan dan bayi laki-laki 1:1. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan
yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat
peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bati menangis. Secara
embriologis, selama awal-awal masa janin, sebagian besar bagian intestinal terdapat
pada bagian proksimal tali umbilikus, yang disebut rongga ekstraselomik.
Normalnya, organ intestinal menarik diri kedalam rongga abdomen saat usia gestasi
10-12 minggu, cincin umbilikus tertutup dan rongga ekstraselomik mengalami
obliterasi. Pada beberapa kasus cincin umbilikus tidak menutup dan bagian
intestinum menetap di rongga ekstraselomik. Hal ini yang mendasari terjadinya
hernia kongenital pada bagian umbilikus.10 Oleh karena itu, hernia pada tali
umbilikus merupakan wujud yang berbeda dari kelainan dinding abdomen anterior
lainnya seperti gastrokisis dan omfalokel.10 Kelainan ini dapat dideteksi dengan
menggunakan pemeriksaan ultrasonografi sejak kehamilan trimester kedua.10
Hernia umbilikal umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi
inkarserasi.
d. Hernia femoralis.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia
masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan
v.femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
Hernia femoralis lebih sering terjadi pada perempuan tua. Insidens hernia femoralis
pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya
hernia femoralis adalah peningkatan tekanan intraabdomen akan
14
mendorong lemak preperitoneal ke dalam kanalis femoralis. Faktor penyebab
lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena
usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi akibat komplikasi herniorafi
pada hernia inguinalis, terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice yang
menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih tergeser ke
ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas.1
15
(mulai dari pembesaran prostat, prostatitis, kontraktur leher vesica urinaria atau
striktur uretra), hilangnya tonus vesica urinaria dengan kelemahan struktur
disekitarnya yang biasanya ditemukan pada pria berusia 30-40an dan hernia geser.11
16
Gambar 8. Hernia Usus
17
Hernia ventralis merupakan nama umum untuk semua hernia di dinding perut
bagian anterolateral. Nama lainnya adalah hernia insisional atau hernia sikatriks.
Hernia ventralis adalah penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru
yang lama. Faktor predisposisi yang berpengaruh diantaranya infeksi luka operasi,
luka operasi yang tidak menutup dengan baik, tehnik penutupan luka operasi yang
kurang baik, jenis insisi, obesitas, peninggian tekanan intraabdomen. Keadaan
umum pasien yang kurang baik, seperti malnutrisi dan juga pemakaian steroid dalam
jangka lama, juga merupakan faktor predisposisi.
b. Hernia Lumbalis
Hernia lumbalis biasanya berada didaerah lumbal antara iga XII dan krista
illiaka. Di daerah tersebut ada dua buah trigonum masing-masing trigonum
kostolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum
kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit) berbentuk segitiga. Hernia
pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba
benjolan di tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi kranial panggul
dorsal. Diagnosis ditegakkan dengan memeriksa pintu hernia.1
c. Hernia Spieghel
Hernia spieghel ialah hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fasia
Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Umumnya dijumpai pada usia 40-70
tahun. Prevalensi terjadinya hernia Spieghel pada pria dan wanita adalah 1:1. Hernia
spieghel biasanya terjadi di kanan dan jarang bilateral. Diagnosis diteggakkan
dengan ditemukannya benjolan di sebalah atas titik McBurney kanan atau kiri, pada
tepi lateral m.rektus abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus, omentum atau
ovarium. Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan ultrasonografi.
Inkarserasi jarang terjadi.1
d. Hernia Obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatorium. Kanalis
obturatorium merupakan saluran yang berjalan miring ke kaudal yang dibatasi di
kranial dan lateral oleh sulkus obturatorius os.pubis, serta dikaudal oleh tepi bebas
membran obturatoria, m.obturatorius internus dan eksternus. Didalam kanalis
obturatorius, berjalan arteri, saraf dan vena obturatoria. Diagnosis ditegakkan atas
dasar adanya tanda Howship-Romberg yang patognomonik yaitu terdapat keluhan
nyeri yang meluas pada bagian medial paha bawah saat abduksi, ekstensi dan rotasi
18
internal lutut akibat penekanan n.obturatorius. Colok dubur atau pemeriksaan
vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia
yang nyeri.1
e.Hernia Perinealis
Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui
defek dasar panggul yang dapat terjadi secara primer pada perempuan
multipara, atau sekunder setelah operasi melalui perineum seperti
prostatektomi atau reseksi rektum secara abdominoperineal. Hernia keluar
melalui dasar panggul yang terdiri atas m.levator anus dan
m.sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua daerah
dasar panggul. Hernia perinealis biasanya dibagi atas hernia anterior dan
hernia posterior.1
dan muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis
atau gangren.
Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi yang perlu diperhatikan adalah keadaan asimetri
pada kedua sisi lipat paha, skrotum dan labia pada posisi duduk dan berbaring. Pasien diminta
untuk mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Pada
palpasi didapatkan adanya benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong
apakah benjolan dapat direposisi. Dalam hal reposisi, pada waktu jari masih berada dalam
anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh heria, berarti hernia
inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis
medialis. Kalau kantong hernia berisi organ, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet) atau ovarium.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau, jika tidak dapat
direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan
ke kranial melalui anulus eksternus.
28
2. Sjamsuhidajat R & Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
3. Mansjoer A, Suprohaita,Wardhani WK,Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317
4. Burcharth, Pommergaard, Rosenberg. The Inheritance of Groin Hernia: a systematic
review. Hernia;2013;17; pg. 183-9
5. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach).
Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery
Institute. New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 10 November 2016)
6. Burhitt HG & O.R.G. Quick Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356
7. Palanivelu C. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I. Penerbit
GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
8. Rather AA. Abdominal Hernias. Available at:
emedicine.medscape.com/article/189563-overview. Accessed on : November 13,2016
9. Ponten JEH, Somers KYA, Nienhuijs SW. Pathogenesis of the Epigastric Hernia.
Hernia;2012;16;pg. 627-33
10. Kamalesh P. Congenital Hernia of the Umbilical Cord Associated with Extracelomic
Colonic Atresia and Perforation of gut in a newborn. African Journal of Pediatric
Surgery; 2014; 11; Pg.74-6
11. Zajaczkowski T. Scrotal Hernia : report of two cases. Int Urol Nephrol; 2007; 39;
Pg.479-84
12. Russel RCG, Williams NS, Bulstrode CJK. Bailey & Love’s : short practice of
surgery. 23th ed. Oxford University Press. New York. 2000. Pg. 1144-45
13. LeBlanc KE, LeBlanc LL, LeBlanc KA. Inguinal Hernias: Diagnosis & Management.
Available at: http://www.aafp.org/afp/2013/0615/p844.pdf. Accessed on : November
16,2016
14. Romain B, Chemaly R, Meyer N, Brigand C, Steinmetz JP, Rohr S. Prognostic Factors
of Postoperative Morbidity and Mortality in Strangulated Groin Hernia. Hernia; 2012;
16; Pg.405-10
15. Pruti S, Picco MF, Rajan E. Self Management Inguinal Hernia. Available at:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/inguinal-hernia/manage/ptc-
20207684. Accessed on : November 16,2016