Bab I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga akibat defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas kantong, isi dan cincin1. Walaupun
terdapat banyak tipe hernia, hernia biasanya berkaitan dengan abdomen dimana 75% dari
kasus-kasus hernia terjadi di regio inguinalis.2 Hernia dibagi-bagi berdasarkan penyebab, letak,
sifat. Berdasarkan penyebabnya,hernia dibagi menjadi bawaan atau kongenital dan bawaan
atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi menjadi diafragma, umbilikal, inguinal dan
femoral. Berdasarkan sifatnya, hernia dibagi menjadi reponibel dan ireponibel.1

Dalam sejarahnya pada 1552 sebelum Masehi di Mesir telah dilaporkan pengobatan
untuk hernia inguinalis dengan melakukan suatu tekanan dari luar. Galen pada tahun 176
Masehi melaporkan penurunan duktus testikularis melalui lubang kecil pada abdomen bagian
bawah, kemudian ia meneliti dari awal tentang sebab terjadinya hernia inguinalis indirekta.
Susruta pada abad ke 5 sesudah Masehi pertama kali melaporkan pengobatan bedah terhadap
hernia. Pada autopsi terhadap anak yang menderita hernia sebanyak 500 orang pada abad ke
18 dan 19 didapatkan 56% adanya patensi dari prosesus vaginalis peritonei.2

Kemudian pada abad ke 19 terdapat berbagai metode pembedahan dalam mengatur


kembali lapisan anatomis dari kanalis inguinalis dengan memperhatikan hubungan sekitarnya
seperti struktur dari funikulus spermatikus.3,5 Salah satu metode yang masih dipakai sampai
sekarang adalahmetode dokter bedah yang berasal dari Italia yaitu Eduardo Bassini. Bassini
memperkenalkan metode pembedahan hernia inguinalis dengan cara melakukan konstruksi
tiga lapisan dari regio inguinalis.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 ANATOMI
a. Kanalis Inguinalis
Panjang kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk
dari anulus inguinalis profundus/interna sampai anulus inguinalis
superfisialis/eksterna. Kanalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas
ligamentum inguinale. Pada neonatus, annulus inguinalis interna terletak
hampir tepat posterior terhadap annulus inguinalis eksterna sehingga kanalis
inguinalis pada usia ini sangat pendek. Kemudian, annulus interna bergerak ke
arah lateral akibat pertumbuhan.1

Annulus inguinalis interna adalah suatu lubang berbentuk oval pada


fascia transversalis, terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis,
pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah medial anulus interna
terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir anulus merupakan origo fascia
spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian dalam ligamen rotundum
rotundum uteri pada wanita.1

Annulus inguinalis externa merupakan defek berbentuk segitiga


(Hesselbach’s triangle) pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan
dasarnya dibentuk oleh crista pubica. Pinggir anulus merupakan origo fascia
spermatica externa. Batas lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial
adalah m. rectus abdominis bagian lateral, dan batas inferior adalah ligamentum
inguinale.

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang


merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis
m.transversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal
ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis
m.oblikus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m.oblikus eksternus dan di
dasarnya terdapat ligamentum inguinale.
Isi kanalis Inguinalis Pria :
a. Vas deferens
b. 3 arteri : Arteri spermatika interna, Arteri difertial, Arteri spermatika eksterna
c. Plecus vena pampniformis
d. 3 saraf : Cabang genital dari nervus genitofemoral, Nervis ilioinguinalis, Serabut
simpatis dan plexus hipogastrik
f. Lapisan fasia : Fascia spermatika esterna, Lapisan kremaster, Fascia spermatika
interna.
Ligamentum rotundum pada perempuan. 1,
Gambar 1. Ligamentum inguinale

Gambar 2. Anatomi Regio Inguinal


Gambar 3. Segitiga Hasselbach

b. Kanalis Femoralis
Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum,
dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v.safena magna bermuara di dalam
v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam.
Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh
pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineale (ligamentum Cooper), sebelah
lateral oleh (sarung) v.femoralis dan di sebelah medial oleh ligamentum
lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal
dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan
inkarserasi hernia femoralis.1
Gambar 4. Kanalis Femoralis dan batas-batasnya

1.2 DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
atas cincin, kantong dan isi hernia.1
1.3 EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul didaerah
sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, dimana
hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.2,3
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita
pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy dilakukan tiap
tahunnya di amerika serikat, dibandingkan dengan 25000 untuk hernia femoralis, 166000
hernia umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia abdomen lainya.3
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi 40% dari itu
muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia femoralis
lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia
inguinal. Insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan
dikalagan pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita.2,3

1.4 ETIOLOGI & FAKTOR PENCETUS


Hernia dapat terjadi akibat kelainan kongenital atau karena sebab yang didapat
(akuisita). Pada hernia yang terjadi akibat kelainan kongenital dibagi menjadi dua, yaitu4:
a. Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat-tempat tertentu
seperti contohnya pada keadaan prosesus vaginalis paten kontralateral disertai
dengan anulus inguinalis yang cukup besar sehingga dapat dilalui kantong dan isi
hernia.
b. Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada
tempat–tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0–1 tahun) setelah lahir
akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).

Sedangkan pada hernia akuisita disebabkan karena beberapa faktor diantaranya4:


a. Tekanan intrabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan ascites
b. Bertambahnya umur. Insidens hernia meningkat seiring dengan bertambahnya
umur seseorang. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang meninggikan
tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang
c. Kelemahan otot dinding perut antara lain akibat kerusakan n.illioinguinalis dan
n.illiofemoralis setelah apendektomi
d. Kehamilan
e. Pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi. Anak dengan kondisi ini
mempunyai resiko 16% mendapat hernia kontralateral pada saat dewasa.

1.5 KLASIFIKASI HERNIA


1. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas :
d. Hernia bawaan atau kongenital
e. Hernia dapatan atau akuisita

2. Hernia juga dibagi nama berdasarkan letaknya yaitu:

11
a. Hernia epigastrika
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui
defek di line alba antara umbilikus dan prosesus xifoideus. Hernia epigastrika lebih
sering terjadi pada pria daripada wanita dengan insiden tertinggi pada usia 20-50
tahun.9 Hernia epigastrika muncul sebagai tonjolan lunak di linea alba yang
merupakan “lipoma” preperitoneal. Kalau defek linea alba melebar, baru kemudian
keluar kantong peritoneum yang dapat kosong atau berisi omentum. Di berbagai
literatur, hernia epigastrika dibagi menjadi hernia epigastrika murni dan hernia
epigastrika palsu. Dikatakan hernia epigastrika murni apabila isi hernia terdiri dari
protusi lemak ekstra peritoneal yang melewati linea alba tanpa kantong peritoneum.
Sedangkan hernia epigastrika murni apabila isi hernia terdiri dari lemak ekstra
peritoneal dan kantong peritoneum dengan atau tanpa omentum dan usus.

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadinya hernia epigastrika


diantaranya adalah kontraksi yang kuat, tidak terkoordinasi dan sinkron dari
diafragma seperti pada keadaan batuk kronik dan kebiasaan mengangkat beban
yang terlalu berat. Hal ini meningkatkan tekanan intrabdomen sehingga dapat
terjadi penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong
peritoneum.9 Kondisi ini berkaitan dengan penyakit paru dan pekerjaan yang
membutuhkan kerja fisik yang berat seperti atlet dan tentara. Berat badan berlebih
dan obesitas juga meningkatkan risiko terjadinya hernia epigastrika. Dari beberapa
penelitian dilaporkan, bahwa rekurensi terjadinya hernia setelah menjalani operasi
hernia pada pasien obese, termasuk operasi hernia epigastrika, lebih tinggi. Kondisi
ini mungkin disebabkan karena peningkatan tekanan intraabdominal yang berakibat
terhadap peningkatan tekanan pada linea alba dan garis sutura setelah operasi.
Merokok juga meningkatkan rekurensi hernia setelah dilakukan operasi hernia
epigastrika. Biopsi pada dinding abdomen pasien yang merokok memperlihatkan
bahwa terjadi perubahan histologik pada ketebalan kolagen. Merokok
meningkatkan oksidatif stress dan mengaktivasi fungsi neutrofil. Neutrofil tersebut
mensekresikan enzim yang mendestruksi jaringan, seperti kolagenase dan elastase.
Proses ini membuat kolagen pada dinding abdomen menipis dan melemahkan
dinding abdomen. Akan tetapi, hal ini masih merupakan teori karena belum ada
bukti dilapangan.9

12
Pasien sering mengeluh perut kurang enak dan mual, mirip keluhan pada
kelainan kandung empedu, tukak peptik, atau hernia hiatus esofagus. Keluhan yang
samar ini terutama terjadi bila hernia kecil dan sukar diraba.

b. Hernia inguinal
i. Hernia inguinalis lateralis (indirek)
Hernia inguinalis lateralis atau disebut juga hernia inguinalis indirek
karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk
kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.1 Kanalis inguinalis normal pada fetus karena pada bulan
ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, biasanya
prosesus ini mengalami obliterasi. Bila prosesus terbuka terus akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang dewasa, kanal telah menutup
namun karena merupakan lokus minoris resistensi, maka pada keadaan yang
meningkatkan tekanan intraabdominal, kanal tersebut dapat terbuka kembali
dan timbul hernia inguinalis akuisita. Jika isi dan kantong hernia lateralis turun
hingga skrotum disebut hernia skrotalis.8

ii. Hernia inguinalis medialis (direk)


Hernia inguinalis medialis disebut juga hernia inguinalis direk. Hernia
ini menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang
dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika
inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Hernia ini hampir
selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan intraabdomen kronik dan
kelemahan otot dinding di trigonum Hasselbach. Oleh karena itu, hernia
umumnya terjadi bilateral dan khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang,
bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi.
Tabel 2. perbedaan HIL dan HIM

c. Hernia umbilikal.
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan
angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Prevalensi hernia umbilikalis pada
bayi perempuan dan bayi laki-laki 1:1. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan
yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat
peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bati menangis. Secara
embriologis, selama awal-awal masa janin, sebagian besar bagian intestinal terdapat
pada bagian proksimal tali umbilikus, yang disebut rongga ekstraselomik.
Normalnya, organ intestinal menarik diri kedalam rongga abdomen saat usia gestasi
10-12 minggu, cincin umbilikus tertutup dan rongga ekstraselomik mengalami
obliterasi. Pada beberapa kasus cincin umbilikus tidak menutup dan bagian
intestinum menetap di rongga ekstraselomik. Hal ini yang mendasari terjadinya
hernia kongenital pada bagian umbilikus.10 Oleh karena itu, hernia pada tali
umbilikus merupakan wujud yang berbeda dari kelainan dinding abdomen anterior
lainnya seperti gastrokisis dan omfalokel.10 Kelainan ini dapat dideteksi dengan
menggunakan pemeriksaan ultrasonografi sejak kehamilan trimester kedua.10
Hernia umbilikal umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi
inkarserasi.

Gambar 5. Hernia Umbilikal disertai cairan mekonium

d. Hernia femoralis.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia
masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan
v.femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
Hernia femoralis lebih sering terjadi pada perempuan tua. Insidens hernia femoralis
pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya
hernia femoralis adalah peningkatan tekanan intraabdomen akan

14
mendorong lemak preperitoneal ke dalam kanalis femoralis. Faktor penyebab
lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena
usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi akibat komplikasi herniorafi
pada hernia inguinalis, terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice yang
menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih tergeser ke
ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas.1

Gambar 6. Perkembangan Hernia Femoralis


g. Hernia skrotalis
Prevalensi hernia scrotalis sangat jarang terjadi. Hernia scrotalis hanya terjadi pada
pria, umumnya pada usia diatas 50 tahun, mempunyai predileksi di kanan dan
jarang terjadi pada kedua sisi. Pada sebagian besar kasus, isi dari vesica urinaria
sebagian besar berada di dalam skrotum. Terkadang, seluruh vesica urinaria
bersama dengan trigonum dan bagian terminal dari ureter tergeser ke skrotum
menyebabkan retensi urin dan uremia. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
hernia scrotalis diantaranya adalah adanya obstruksi traktur urinarius

15
(mulai dari pembesaran prostat, prostatitis, kontraktur leher vesica urinaria atau
striktur uretra), hilangnya tonus vesica urinaria dengan kelemahan struktur
disekitarnya yang biasanya ditemukan pada pria berusia 30-40an dan hernia geser.11

Gambar 7. Lokasi anatomi dari jenis-jenis hernia

3. Menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi :


a. Hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut.
b. Hernia ireponibel bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut.
4. Menurut keadaannya, hernia dibagi menjadi :
a. Hernia inkarserata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan pergerakan usus.1
b. Hernia strangulata bila isi hernia terjepit oleh cincin sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan vaskularisasi. Keadaan ini dapat sampai menyebabkan terjadinya
nekrosis.1 Gangren dapat terjadi 5-6 jam setelah terjadinya strangulasi. Hernia
femoralis lebih berisiko untuk terjadi strangulasi diakibatkan oleh lehernya yang
lebih pendek dan sekitarnya lebih kaku.7 Bila strangulasi hanya menjepit sebagian
dinding usus disebut hernia Richter

16
Gambar 8. Hernia Usus

Tabel 1. Gambaran Klinis Hernia


Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Tampak Toksik
sakit
Reponibel/beba + - - - -
s
Ireponibel/akre - - - - -
ta
Inkarserasi - + + + -
Strangulasi - ++ + ++ ++

5. Tipe hernia lain


a. Hernia ventralis

17
Hernia ventralis merupakan nama umum untuk semua hernia di dinding perut
bagian anterolateral. Nama lainnya adalah hernia insisional atau hernia sikatriks.
Hernia ventralis adalah penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru
yang lama. Faktor predisposisi yang berpengaruh diantaranya infeksi luka operasi,
luka operasi yang tidak menutup dengan baik, tehnik penutupan luka operasi yang
kurang baik, jenis insisi, obesitas, peninggian tekanan intraabdomen. Keadaan
umum pasien yang kurang baik, seperti malnutrisi dan juga pemakaian steroid dalam
jangka lama, juga merupakan faktor predisposisi.

b. Hernia Lumbalis
Hernia lumbalis biasanya berada didaerah lumbal antara iga XII dan krista
illiaka. Di daerah tersebut ada dua buah trigonum masing-masing trigonum
kostolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum
kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit) berbentuk segitiga. Hernia
pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba
benjolan di tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi kranial panggul
dorsal. Diagnosis ditegakkan dengan memeriksa pintu hernia.1

c. Hernia Spieghel
Hernia spieghel ialah hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fasia
Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Umumnya dijumpai pada usia 40-70
tahun. Prevalensi terjadinya hernia Spieghel pada pria dan wanita adalah 1:1. Hernia
spieghel biasanya terjadi di kanan dan jarang bilateral. Diagnosis diteggakkan
dengan ditemukannya benjolan di sebalah atas titik McBurney kanan atau kiri, pada
tepi lateral m.rektus abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus, omentum atau
ovarium. Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan ultrasonografi.
Inkarserasi jarang terjadi.1
d. Hernia Obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatorium. Kanalis
obturatorium merupakan saluran yang berjalan miring ke kaudal yang dibatasi di
kranial dan lateral oleh sulkus obturatorius os.pubis, serta dikaudal oleh tepi bebas
membran obturatoria, m.obturatorius internus dan eksternus. Didalam kanalis
obturatorius, berjalan arteri, saraf dan vena obturatoria. Diagnosis ditegakkan atas
dasar adanya tanda Howship-Romberg yang patognomonik yaitu terdapat keluhan
nyeri yang meluas pada bagian medial paha bawah saat abduksi, ekstensi dan rotasi

18
internal lutut akibat penekanan n.obturatorius. Colok dubur atau pemeriksaan
vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia
yang nyeri.1
e.Hernia Perinealis
Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui
defek dasar panggul yang dapat terjadi secara primer pada perempuan
multipara, atau sekunder setelah operasi melalui perineum seperti
prostatektomi atau reseksi rektum secara abdominoperineal. Hernia keluar
melalui dasar panggul yang terdiri atas m.levator anus dan
m.sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua daerah
dasar panggul. Hernia perinealis biasanya dibagi atas hernia anterior dan
hernia posterior.1
dan muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis
atau gangren.

Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi yang perlu diperhatikan adalah keadaan asimetri
pada kedua sisi lipat paha, skrotum dan labia pada posisi duduk dan berbaring. Pasien diminta
untuk mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Pada
palpasi didapatkan adanya benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong
apakah benjolan dapat direposisi. Dalam hal reposisi, pada waktu jari masih berada dalam
anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh heria, berarti hernia
inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis
medialis. Kalau kantong hernia berisi organ, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet) atau ovarium.

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau, jika tidak dapat
direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan
ke kranial melalui anulus eksternus.

Gambar 9. Finger tip test


DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R & Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 2004. Hal 523-537

28
2. Sjamsuhidajat R & Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
3. Mansjoer A, Suprohaita,Wardhani WK,Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317
4. Burcharth, Pommergaard, Rosenberg. The Inheritance of Groin Hernia: a systematic
review. Hernia;2013;17; pg. 183-9
5. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach).
Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery
Institute. New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 10 November 2016)
6. Burhitt HG & O.R.G. Quick Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356
7. Palanivelu C. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I. Penerbit
GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
8. Rather AA. Abdominal Hernias. Available at:
emedicine.medscape.com/article/189563-overview. Accessed on : November 13,2016
9. Ponten JEH, Somers KYA, Nienhuijs SW. Pathogenesis of the Epigastric Hernia.
Hernia;2012;16;pg. 627-33
10. Kamalesh P. Congenital Hernia of the Umbilical Cord Associated with Extracelomic
Colonic Atresia and Perforation of gut in a newborn. African Journal of Pediatric
Surgery; 2014; 11; Pg.74-6
11. Zajaczkowski T. Scrotal Hernia : report of two cases. Int Urol Nephrol; 2007; 39;
Pg.479-84
12. Russel RCG, Williams NS, Bulstrode CJK. Bailey & Love’s : short practice of
surgery. 23th ed. Oxford University Press. New York. 2000. Pg. 1144-45
13. LeBlanc KE, LeBlanc LL, LeBlanc KA. Inguinal Hernias: Diagnosis & Management.
Available at: http://www.aafp.org/afp/2013/0615/p844.pdf. Accessed on : November
16,2016
14. Romain B, Chemaly R, Meyer N, Brigand C, Steinmetz JP, Rohr S. Prognostic Factors
of Postoperative Morbidity and Mortality in Strangulated Groin Hernia. Hernia; 2012;
16; Pg.405-10
15. Pruti S, Picco MF, Rajan E. Self Management Inguinal Hernia. Available at:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/inguinal-hernia/manage/ptc-
20207684. Accessed on : November 16,2016

Anda mungkin juga menyukai