Tatalaksana Syok
Tatalaksana Syok
Tatalaksana Syok
Alexander RH, Proctor HJ : Shock. ATLS Manual, 5th edition 1995; 75-94
• Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau penderita tidak
sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring miring) untuk
memudahkan cairan keluar dari rongga mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan
nafas oleh muntah atau darah. Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan
bahwa saluran nafas tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.
• Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau kepala
agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh
lainnya.
Alexander RH, Proctor HJ : Shock. ATLS Manual, 5th edition 1995; 75-94
SYOK HIPOVOLEMIK
Tujuan utama adalah restorasi volume intravaskuler dengan target
optimalkan tekanan darah , nadi, dan perfusi organ. Bila hipovolemi telah
teratasi baru boleh diberikan vasoaktif agent(dopamine,dobutamin).
Ery Laksana : SIRS, sepsis, keseimbangan asam-basa, shock dan terapi cairan.
Anestesi dan Terapi Intensif FKUniversitasDiponegoro,Semarang.
AIRWAY dan BREATHING
1. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila terdapat sekresi
atau muntah.
2. Tengadah kepala-topang dagu, jika perlu pasang alat bantu jalan
nafas
3. Berikan oksigen minimal 6 liter/menit
4. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT
Alexander RH, Proctor HJ : Shock. ATLS Manual, 5th edition 1995; 75-94
Pertahankan sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Pantau nadi, tekanan darah, warna kulit,
produksi urin.
• Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan elevasi tungkai 300
untuk mempermudah kembalinya darah ke jantung.
• Setiap pendarahan segera dihentikan dan pernafasan penderita
diperiksa. Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk
mencegah terhirupnya muntahan.
Azis AL, Dharmawati I, Kushartono. Renjatan Hipovolemi. Pedoman diagnosa dan terapi bag/SMF Ilmu
Anestesi. Edisi III. Buku 3. Rumah sakit umum daerah dr. Soetomo. Surabaya. Pp 4-7
Pemberian Cairan
• Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan
pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan
volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma
atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik
intravaskuler.
• Azis AL, Dharmawati I, Kushartono. Renjatan Hipovolemi. Pedoman diagnosa dan terapi bag/SMF Ilmu
Anestesi. Edisi III. Buku 3. Rumah sakit umum daerah dr. Soetomo. Surabaya. Pp 8-9
SYOK KARDIOGENIK
Rackley CE. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular. Edisi 3. EGC. Jakarta. 1995.Hal. 243-249
SYOK ANAFILAKTIK
a. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih
tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam
usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
b. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
1) Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap bebas,
tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi
kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan
napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke
depan, dan buka mulut.
2) Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila
tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau
mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat
mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial.
Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain
ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan
oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera
ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi,
atau trakeotomi.
3) Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan
hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi
jantung paru. Thijs L G. (1996 ; 1 – 4)
• Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan
obat-obat vasoaktif (adrenergik; agonis alfa)
• Dopamin: Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10
mcg/kg/menit, berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi
takikardi.
• Norepinefrin: Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan
tekanan darah. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat dengan
pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini harus
diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok hipovolemik.
Perlu diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak
boleh diberikan pada pasien syok neurogenik
• Dobutamin: Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh
menurunnya cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan
darah melalui vasodilatasi perifer.
SYOK OBSTRUKTIF
Resusitasi volume akan memperbaiki pengisian ventrikel, dibutuhkan agen
inotropik untuk meningkatkan kardiak output. Selanjutnya terapi definif
adalah intervensi operatif Tension pneumothorax diatasi dengan pungsi dan
WSD. Abdominal compartement syndrome diatasi dengan laparotomy
dekompresif. Tamponade kardiak diatasi dengan pericardiosintesis den
amboli pulmonal diatasi dengan trombolisis atau thrombectomy.
diagnosis and management of shock, fundamental critical care support, 2nd Ed. Society of critical care
medicine, USA, p63
TERIMAKASIH