Laporan Pendahuluan Periode Intranatal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL / PERSALINAN

A. DEFINISI
Persalinan normal merupakan suatu proses pengeluaran bayi dengan usia
kehamilan yang cukup, letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, presentasi
belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul ibu, serta dengan
tenaga ibu sendiri. (Saifuddin, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri (Manuaba, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik
ibu maupun janin. (Jannah, 2015).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum.
Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang
hormon estrogen dan progesterone ( Siswosudarmo,2008) .
1. Stuktur eksterna
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang,
mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi
perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis
pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam
sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di
perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus
urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak
pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi
stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera
pada vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus
vagina terbuka. Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora.
Pada permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih
gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin
menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan
tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan
suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang
juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat
labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak,
bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora
juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora
sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah
sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih
sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan
badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu
substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai
feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti
‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah
pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif
terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora,
masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.

2. Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita
normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa
usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi
wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang
ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter
0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang
tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot.
Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites
peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada
saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus
yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang
merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni
bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan
dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus
adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan
persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat,
lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang
menghubungkan indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling banyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri,
kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat
dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis
tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormone seks steroid. Cairan vagina
berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH
nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir
dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.

C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN


Menurut Rukiyah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan, yaitu faktor
power, faktor passenger, faktor passage, dan faktor psyche:
1. Faktor Power (Kekuatan)
Power adalah kekuatan janin yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang
mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-otot perut,
kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan
sempurna.

2. Faktor Passanger (Bayi)


Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin,yang
meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah janin, dan posisi
janin.
3. Faktor Passage (Jalan Lahir)
Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas :
a. Bagian keras : tulang-tulang panggul (rangka panggul).
b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligamentligament.
4. Faktor psyche (Psikis)
Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan anggota
keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama bersalin dan kelahiran anjurkan
merreka berperan aktif dalam mendukung dan mendampingi langkah-langkah yang
mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk
didampingi, dapat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk
didampingi.
5. Posisi Ibu (Positioning)
Posisi ibu dapat memengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan rasa letih,
memberi rasa nyaman,dan memperbaiki sirkulasi.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Tanda pendahuluan menurut (Mochtar, 2013) adalah
a. Ligtening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul.
b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
c. Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi- kontraksi lemah
uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
e. Serviks menjadi lembek; mulai mendatar; dan sekresinya bertambah, mungkin
bercampur darah (bloody show).
2. Tanda Pasti Persalinan meliputi:
a. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering, dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan- robekan kecil
pada serviks.
c. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Manuaba (2010) pemeriksaan yang dilakukan pada saat persalinan adalah:
1. Pemeriksaan laboratorium rutin (Hb dan urinalisis serta protein urine).
2. Pemeriksaan laboratorium khusus.
3. Pemeriksaan ultrasonografi.
4. Pemantauan janin dengan kardiotokografi.
5. Amniosentesis dan Kariotiping.

F. TAHAP – TAHAP PERSALINAN


Menurut Sulistyawati (2010) persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
1. Kala I (Kala pembukaan)
Kala pembukaan berlangsung antara pembukaan 0-10 cm. dalam Proses ini
terdapat 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan
fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Kontraksi akan
lebih kuat dan sering selama fase aktif. Lamanya kala 1 pada primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam.
2. Kala II (Kala pengeluaran bayi)
Kala II ini dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Kala II
biasanya akan berlangsung selama 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Pada tahap ini kontraksi akan semakin kuat dengan interval 2-3 menit,
dengan durasi 50-100 detik.
3. Kala III (Kala pelepasan plasenta)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Proses ini
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda- tanda terlepasnya plasenta yaitu uterus
menjadi berbentuk bulat, tali pusat bertambah panjang, terjadi semburan darah secara
tiba-tiba.
4. Kala IV (Kala pengawasan)
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Pada kala IV
dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan yang paling sering terjadi
pada 2 jam pertama.
G. PROSES TERJADINYA PERSALINAN
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan
teori-teori yang komplek antara lain dari faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi
rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.
1. Teori peregangan
a. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
b. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai.
c. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan
tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
2. Teori penurunan progesterone
a. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
b. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin.
c. Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesterone tertentu.
3. Teori oksitosin internal
a. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis past posterior.
b. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas
otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.
c. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka oksitosin
dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai.
4. Teori prostaglandin
a. Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil 15 minggu, yang
dikeluarkan oleh desidua.
b. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
c. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
5. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
a. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi
(mulainya) persalinan.
b. Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-pituitari
dengan mulainya persalinan (Manuaba,2010).
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Menurut Prawiroharjo (2009) penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
proses persalianan ialah:
1. Penatalaksanaan Persalinan Kala I
a. Menilai kondisi ibu meliputi : nilai keadaan umum dan kesadaran ibu, nilai TTV
b. Melakukan pemeriksan luar meliputi : lakukan pemeriksaan Leopold I-IV,
lakukan pemeriksaan bunyi jantung janin, tentukan kondisi janin ( janin di dalam
atau diluar rahim, jumlah janin, letak janin, presentasi janin, menilai turunnya
kepala janin, menaksir berat janin) dan tentukan his ( lama kontraksi (detik),
simetri, dominasi fundus, relaksasi optimal, interval (menit), dan intenitas
kontraksi)
c. Melakukan pemeriksaan dalam meliputi : lakukan pemeriksaan vulva atau
vagina, lakukan pemeriksaan colok vagina, nilai kondisi janin (presentasi,
turunnya presentasi sesuai bidang Hodge, posisi, molase, kaput suksadeneum,
bagain kecil disamping presentasi, dan anomaly kongenital) dan nilai kondisi
panggul dalam (promontorium, konjugata diagonalis, konjugata vera, linea
inominata, tulang sacrum, dinding samping, spina iskiadika, arcus pubis,
cogsigis, panggul patologi, kesimpulan panggul dalam).
2. Penatalaksanaan persalinan Kala II.
a. Ibu dipimpin mengejan saat ibu ingin terus-menerus mengejan, perineum
teregang, anus terbuka, dan tampak bagian mukosa anus, kepala bayi
mulai crowning(kepala bayi tampak di vulva dengan diameter 3-4 cm)
b. Lakukan episiotomy medialis / medio lateralis bila diperlukan. Episiotomi
dilakukan pada primipara atau multipara bila dinding introitus vagina kaku.
Sebelumnya dilakukan anastesi local infiltrasi di tempai episiotomy
menggunakan lidokain 1 % 3-4 ml. Saat perineum sudah sangat tipis atau
diameter pembukaan vulva 4-5 cm bertepatan dengan his, lakukan episiotomy
dengan cara jari 2 dan 3 tangan kiri dirapatkan, dimasukkan anatar kepala janin
dan dinding vagina menghadap ke penolong. Pegang gunting episiotomy dengan
tangan kanan, masukkan secara terbuka dengan perlindung jari 2 dan 3.
c. Saat his, ibu diminta menarik nafas dalam dan menutup mulut rapat-rapat,
kemudian mengejan pada perut dengan kekuatan penuh.
d. Lahirkan kepala bayi dengan cara menahan perineum menggunakan ibu jari dan
jari 2-3 tangan kanan yang ditutup kain duk steril dan menekan kea rah cranial.
Tangan kiri menahan defleksi maksimal kepala bayi dengan suboksiput sebagai
hipomoklion, berturu-turut akan lahir dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu.
Bersihkan lendir di mulut dan hidung bayi
e. Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar. Bila perlu, bantu putaran
paksi luar.
f. Bila ada lilitan tali pusat pada leher bayi :
1) Tali pusat kendor : longgarkan dan bebaskan tali pusat dengan bantuan jari
penolong
2) Tali pusat ketat : jepit tali pusat dengan klem di dua tempat dan tali pusat di
potong di antara dua klem tersebut dengan gunting tali pusat
g. Lahirkan bahu bayi dengan cara tetap memegang kepala bayi secara biparietal
dan menarik cunam ke belakang untuk melahirkan bahu depan dahulu kemudian
kearah dapan untuk melahirkan bagian belakang
h. Lahirkan badan bayi dengan tetap memegang kepala bayi secara biparietal,
melakukan tarikan searah legkung panggul sampai lahir seluruh badan bayi. Bila
terasa berat dapat dibantu dengan dorongan ringan pada fundus uteri oleh asisten
atau dengan cara mengait ketiak bayi dan menariknya secara perlahan.
i. Letakkan bayi pada kain duk steril di atas perut ibu
j. Lakukan resusitasi bayi baru lahir bila diperlukan dan tentukan nilai APGAR.
k. Sesegera mungkin lakukan pembersihan mulut atau jalan nafas.
l. Jepit tali pusat dengan klem Kohler I berjarak 5 cm dari perut bayi, tali pusat
dikosongkan dari darah dengan diurut kea rah plasenta, kemudian dijepit dengan
Klem Kohler II, jarak 1-2 cm dari klem Kohler I kea rah Plasenta. Tali pusat
digunting diantra 2 klem Kohler. Ikat tali pusat dengan benang 2 kali berlawanan
arah. Tali pusat dibalut dengan kasa steril yang dibasahi antiseptic ringan.
3. Penatalaksanaan persalinan kala III
a. Setelah bayi dilahirkan lengkap dan digunting tali pusatnya, pegang kedua kaki
bayi dan bersihkan jalan nafas. Bila bayi belum menangis, rangsanglah supaya
menangis, bila perlu dengan resusitasi. Selanjutnya rawat tali pusat dan
sebagainya. Kemudian kosongkan kandung kemih ibu. Lahirkan plasenta 6-15
menit kemudian. Jangan tergesa-gesa menarik plasenta untuk melahirkannya bila
plasenta belum lepas. Setelah plasenta lahir, periksa dengan cermat apakah ada
selaput ketuban yang tertinggal atau plasenta yang lepas. Periksa ukuran dan
berat plasenta.
b. Periksa lagi ke dalam lahir, apakah masih ada perdarahan dan jaringan yang
tertinggal. Periksa juga kontraksi uterus. Bila kontraksi baik akan terlihat fundus
uteri setinggi pusat dank eras seperti batu.
Cara mengetahui lepasnya plasenta :
1) Perasat Kustner. Tangan kanan menegangkan tali pusat tangan kiri menekan
daerah di atas simpisis. Bila tali pusat tidak masuk lagi ke dalam vagina
berarti plasenta telah lepas.
2) Perasat Strassman. Tangan kanan mengangkat tali pusat; tangan kiri
mengetok fundus uterus. Bila terasa getaran pada tangan kanan, berarti
plasenta belum lepas.
3) Perasat Klein. Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun. Bila berhenti
mengejan, tali pusat masuk lagi, berarti plasenta belum lepas dari dinding
uterus.
Pentingnya mengetahui apakah plasenta telah lepas atau belum ialah untuk
melahirkan plasenta dengan komplikasi dengan sekecil-kecilnya. Bila plasenta
dipaksa untuk dilahirkan saat belum terlepas dari dinding uterus, retensio
plasenta dapat terjadi.
4. Penatalaksanaan persalinan kala IV
Sebelum meninggalkan wanita post partum, harus diperhatikan beberapa hal yaitu
kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau alat-alat genital
lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap, kandung kemih
harus kosong, luka-luka perineum terawatt dengan baik dan tidak ada hematom, ibu
dan bayi dalam keadaan baik. Keadaan ini harus sudah dicapai dalam waktu 1 jam
setelah plasenta lahir lengkap.

I. KOMPLIKASI
Menurut Prawiroharjo (2009) komplikasi yang mungkin terjadi pada saat persalianan
ialah:
1. Infeksi intrapartum
Bahaya yang serius akan mengancam ibu dan bayi apalagi jika ketuban sudah
pecah, bakteri didalam cairan amnion akan menembus desidua serta pembuluh korion
sehingga akan terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada
janin, ini terjadi karena akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
2. Cincin retraksi patologis
Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang sulit yang disertai dengan
peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus.
3. Rupture uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus dapat menimbulkan bahaya serius
selama partus tak maju, terutama bila wanita dengan paritas tinggi dan wanita yang
mempunyai riwayat section caessarea. Apabila disproporsi antara kepala janin
dengan panggul cukup besar dan tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin maka
segmen bawah uterus akan menjadi sangat regang yang kemudian dapat
menyebabkan rupture.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina
Pustaka.
Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan. edisi.4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Siswosudarmo, R. 2008. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB. Edisi 2. Jakarta:EGC
Sulistyawati,Ari.2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.Jogjakarta: Andi Offset
Mochtar R. 2013. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi III.
Jakarta: EGC
Nurul, Jannah. 2015. Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Diakses pada senin 7 mei 2017 dari
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0313022_bab2.pdf
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2009. Ilmu kebidanan IV (patologi kebidanan).Jakarta : Tim. Diakses pada
7 mei 2018 dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-novihastan-
5857-2-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai