Laporan PKL BadruWasih

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 62

TRANSPLANTASI KARANG METODE SPIDER-WEB

DI ACROPORA RAJUNI LAUT KAWASAN TAMAN NASIONAL


TAKA BONERATE SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

WILLIEM HARTONO
NPM 230210160072

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR

2019
TRANSPLANTASI KARANG METODE SPIDER-WEB
DI ACROPORA RAJUNI LAUT KAWASAN TAMAN NASIONAL
TAKA BONERATE, SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


diajukan sebagai laporan akhir kegiatan PKL

WILLIEM HARTONO
NPM 230210160072

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR

2019
JUDUL : TRANSPLANTASI KARANG METODE SPIDER-WEB
DI ACROPORA RAJUNI LAUT KAWASAN TAMAN
NASIONAL TAKA BONERATE, SULAWESI SELATAN

NAMA : WILLIEM HARTONO


NPM 230210160072

Jatinangor, Juni 2019

Menyetujui:

Dosen Wali/Pembimbing

Dra. Sri Astuty, M. Sc


NIP. 19590316 199203 2 001
ABSTRAK

Praktik Kerja Lapanganm (PKL) merupakan salah satu mata kuliah bagi
mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran yang wajib ditempuh oleh
mahasiswa setelah semester IV. Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan di
Taman Nasional Taka Bonerate, Sulawesi Selatan pada 16 Juli–15 Agustus 2018.
Topik PKL mengenai transplantasi karang dengan menggunakan metode spider-
web. Metode MARRS menggunakan struktur besi berlapis (Mars Coral Spiders /
Laba-laba MARRS), yang mana anakan karangnya ditempelkan, untuk mengisi
celah antara karang alami yang tersisa. Kegiatan transplantasi karang dengan
metode spider-web dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2018 yang berlokasi di
Acropora Rajuni Laut, Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, Sulawesi Selatan
dalam rangka kegiatan Praktik Kerja Lapangan.Data yang didapat dari kegiatan
transplantasi karang ini berupa rata-rata panjang dan jumlah bibit
karang.Digunakan 8 spesies berbeda dalam penentuan bibit karang.Digunakan
juga spesies Montipora foliosa yang merupakan spesies baru yang digunakan
untuk transplantasi. Selain pengambilan data, penulis juga terlibat dalam kegiatan-
kegiatan Balai, di antaranya monitoring transplantasi karang, visit school, dan
kerja bakti.

Kata Kunci: Transplantasi Karang, Metode Spider-web, Praktik Kerja


Lapangan, Taman Nasional Taka Bonerate

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Transplantasi Karang Metode
Spider-Web di Acropora Rajuni Laut, Kawasan Taman Nasional Taka
Bonerate, Sulawesi Selatan”. Laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan
yang penulis lakukan selama Praktik Kerja Lapangan di Balai Taman Nasional
Taka Bonerate, Sulawesi Selatan yang dilaksanakan selama satu bulan dari
tanggal 16 Juli sampai dengan 15 Agustus 2018.
Kegiatan PKL dan penulisan Laporan PKL di Balai Taman Nasional Taka
Bonerate ini, dapat terlaksana dengan baik, berkat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak atas segala bantuan, bimbingan dan
pengarahan yang telah diberikan, khususnya kepada:
1. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran,
Dr. Sc. Agr. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi., M.Si.,
2. Ketua Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Mega Laksimini Syamsudin, S.Pi., MT., Ph.D.,
3. Dra. Sri Astuty., M.Sc., selaku dosen wali yang telah memberikan
pengarahan sebelum PKL dan bimbingan dalam penulisan Laporan PKL.
4. Yeni Mulyani, S.Si., M.Si, dan Ibnu Faizal S.Kel., M.T., selaku Tim PKL
Program Studi Ilmu Kelautan, yang telah memberikan pengarahan
kegiatan PKL.
5. Kepala Balai Taman Nasional Taka Bonerate, Sulawesi Selatan,
Faat Rudhianto, S.Hut., M.Si.
6. Saleh Rahman, SP., M.Si., Andi Irham, dan Ahmad Nuryadin selaku
pembimbing lapangan selama pelaksanaan PKL di Balai Taman Nasional
Taka Bonerate

iii
7. Effriandi Aminanda, selaku wali peserta PKL selama waktu kegiatan PKL.
8. Muhammad Risal, Bapak Yunus, dan Bapak Ali sebagai kapten kapal.
9. Mirwansyah dan Hildawati, selaku pendamping selama praktik kerja
lapangan.
10. Azizah Qurrotu’aini, Bilqis Alya Ramadhani, Annisa Putri Fitrian, Fazar
Dwi Gustiar, M. Ali Haidar, dan M. Fauzan F., rekan-rekan PKL
mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan FPIK Unpad.
11. Rekan-rekan mahasiswa Universitas Brawijaya dan Universitas Muslim
Indonesia – Makassar selaku rekan-rekan PKL di TN. Taka Bonerate
Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang
berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa laporan ini
tidak sempurna. Akan tetapi, dalam proses penyusunannya penulis usahakan
dengan sebaik-baiknya. Semoga Laporan PKL ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca dan pihak-pihak terkait dengan upaya konservasi dan
rehabilitasi ekosistem terumbu karang khususnya mengenai transpalntasi karang
menggunakan metode Spider Web.

Jatinangor, April 2019

Williem Hartono

iv
DAFTAR ISI

BAB Halaman

DAFTAR TABEL...................................................................... vii


DAFTAR GAMBAR ................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. ix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup ..................................................................... 3
1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan ................................................. 4
II. TAMAN NASIONAL TAKA BONERATE
2.1 Sejarah ................................................................................... 5
2.2 Lokasi .................................................................................... 5
2.3 Visi dan Misi ......................................................................... 7
2.4 Tugas dan Fungsi .................................................................. 8
2.5 Struktur Organisasi ................................................................ 15
2.6 Bidang-bidang Kerja .............................................................. 18
2.7 Kontak Balai ......................................................................... 20
III. KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
3.1 Orientasi ................................................................................. 21
3.2 Studi Pustaka .......................................................................... 21
3.3 Kegiatan Transplantasi Terumbu Karang .............................. 21
3.3.1 Persiapan ............................................................................. 23
3.3.2 Stasiun Kegiatan Transplantasi 25
3.3.3 Perjalanan Menuju Lokasi .................................................. 26
3.3.4 Pelaksanaan Transplantasi Karang ...................................... 27
3.3.5 Pengambilan Data ................................................................ 29
3.3.6 Pengolahan Data .................................................................. 29
3.4 Kegiatan Lain ......................................................................... 30
3.4 .1 Visit School ......................................................................... 30
3.4.2 Kerja Bakti .......................................................................... 32
IV. HASIL KEGIATAN
4.1 Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Taka 33
Bonerate ................................................................................
4.2 Transplantasi Terumbu Karang ............................................. 34
4.3 Hasil Pengukuran Rata-rata Panjang Bibit Karang ............... 36
4.4 Kegiatan Harian Praktik Kerja Lapangan .............................. 37

v
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 40
5.2 Saran ..................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 42
KESAN DAN PESAN .............................................................. 43
LAMPIRAN ................................................................................. 44

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Lokasi dan Luas Zona Inti ................................................... 11


2. Lokasi dan luas Zona Perlindungan Bahari ........................ 12
3. Lokasi dan Luas Zona Pemanfaatan ................................... 13
4. Lokasi dan Luas Zona Tradisional ...................................... 13
5. Lokasi dan Luas Zona Khusus ............................................ 14
6. Lokasi dan Luas Zona Rehabilitasi .................................... 14
7. Lokasi dan Luas Zona Religi Budaya dan Sejarah ............. 15
8. Sumber Daya Pengelola Balai Taman Nasional Taka 16
Bonerate ..............................................................................
9. Peralatan yang Digunakan Saat Transplantasi Terumbu 23
Karang .................................................................................
10. Hasil Pengukuran Rata-rata Panjang Bibit Karang ............ 37

vii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Lokasi Taman Nasional Taka Bonerate dan Aksesbilitas...... 6


2. Zona Pengelolaan Taman Nasional Taka Bonerate .............. 10
3. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Taka Bonerate ... 15
4. Transplantasi Terumbu Karang Jaring Laba-laba .................. 22
5. Proses Pembuatan Rak/Meja Spider ...................................... 25
6. Peta Lokasi Stasiun Kegiatan Transplantasi Karang 26
di Acropora Rajuni Laut .......................................................
7. Perjalanan Menuju Lokasi Kegiatan Transplantasi ............... 26
8. Persiapan Peralatan Selam ..................................................... 27
9. Pembagian Kelompok dan Tugas .................................................. 27
10. Pengikatan Anak Karang Pada Rangka Spider ....................... 28
11. Penyusunan Jaring Laba-Laba (Spider Web) .......................... 28
12. Presentasi Hasil Pengolahan Data .......................................... 30
13. Penayangan Video Tentang Membuang Sampah 31
Sembarangan ..........................................................................
14. Permaninan yang Disisipi Pengetahuan Tentang Ekosistem 31
Laut ........................................................................................
15. Praktik Mencuci Tangan yang Baik dan Benar ..................... 31
16. Kegiatan Kerja Bakti Membersihkan Pantai Tinabo .............. 32
17. Salah Satu Sampah Kiriman Berupa Botol Plastik ................. 32
18. Ilustrasi Media Transplantasi Terumbu Karang Kerangka 36
Jaring Laba-Laba (Spider Web) ............................................

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surat Keterangan Selesai Praktik Kerja Lapangan ................... 43


2. Penilaian daari Pembimbing Lapangan .............................. 44
3. Loogbook Harian PKL ....................................................... 45
4. Dokumentasi ....................................................................... 46

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan 2/3
wilayah yang berupa perairan, memiliki tingkat keanekaragaman hayati laut
yang sangat tinggi, karena memiliki berbagai ekosisitem pesisir dan laut,
terutama ekosistem termbu karang. Indonesia juga merupakan bagian dari
Segitiga Terumbu Karang Dunia (World Coral Triangle), sebuah wilayah
yang mengandung keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia.
Keanekaragaman hayati laut ini harus tetap dijaga kelestariannya, agar
fungsi dan manfaatnya dapat berkelanjutan untuk kesejahteraan penduduk.
Seiring dengan bertambahnya populasi penduduk dan
meningkatknya kebutuhannya, maka meningkat pula aktivitas manusia yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa aktivitas
manusia antara lain industri, transportasi, penangkapan ikan dll,
menyebabkan meningkatnya beban dan tekanan terhadap lingkungan
perairan yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosisitem pesisir,
diantaranya ekosistem terumbu karang. Saat ini, terumbu karang Indonesia
sedang menghadapi ancaman lokal dan global yang signifikan, termasuk
perubahan iklim (climate change), penangkapan ikan yang berlebihan (over
fishing), penangkapan ikan dengan cara yang merusak (destructive fishing).
Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk rehabilitasi terumbu karang agar
fungsinya sebagai habitat berbagai biota laut dapat terjaga dengan baik dan
keanekaragaman hayati laut tetap tinggi.
Kegiatan konservasi ekosistem terumbu karang merupakan hal yang
penting dipelajari bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, sesuai dengan
kurikulum program studi. Mahasiswa harus turut berperan aktif dalam
menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang. Untuk itu mahasiswa perlu
mempelajari bagaimana cara mengetahui atau mengidentifikasi kondisi

1
2

ekosistem terumbu karang yang termasuk dalam kategori sangat baik, baik,
dan rusak, juga mempelajari cara-cara konservasi dan rehabilitasi terumbu
karang dan kegiatan konservatif lainnya.
Kegiatan konservasi dan rehabilitasi terumbu karang dapat dipelajari
secara langsung di lapangan, sebagai kegiatan praktik kerja lapangan (PKL)
di Balai/Instansi yang mempunyai tugas dan fungsi yang terkait dengan
pengelolaan kawasan pesisir dan laut, salah satunya di Taman Nasional Taka
Bonerate yang berada di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Taman Nasional Taka Bonerate merupakan kawasan perairan laut yang
memiliki karang atoll terbesar ketiga di dunia, juga dikenal memiliki
kekayaan dan keanekaragaman biota laut yang hidup di dalamnya. Lautnya
yang masih sangat terjaga keasriannya. Balai Taman Nasional Taka
Bonerate juga memiliki salah satu fokus kegiatan di bidang konservasi
pesisir dan laut yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan mahasiswa dalam bidang konservasi.
Walaupun Taman Nasional Taka Bonerate merupakan kawasan yang
terjaga kelestarian ekosistem lautnya, tetap saja masih terdapat kerusakan
terumbu karang di beberapa lokasi yang merupakan lokasi dimana
mayoritas ikan berkumpul. Hal ini mengindikasikan adanya illegal fishing
di wilayah Taman Nasional Taka Bonerate. Kegiatan penangkapan ikan
yang dilakukan menggunakan bom (destructive fishing). Penggunaan bom
ini sangat berbahaya bagi kelangsungan terumbu karang serta populasi ikan
yang hidup di dalamnya, karena daya rusak bom yang sangat besar dan luas.
sehingga diperlukan upaya restorasi dan rehabilitasi di lokasi yang rusak.
Upaya restorasi dan rehabilitasi terumbu karang yang dilakukan
oleh pihak Balai diantaranya adalah penanaman karang dengan cara
transplantasi karang. Transplantasi karang yang dilakukan menggunakan
metode spider-web structure. Metode ini digunakan karena mudah
dilakukan serta hasil yang didapat cukup baik, dapat menutupi wilayah yang
rusak dalam waktu yang relatif cepat dibandingkan dengan metode lain.
3

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktik kerja lapangan di Taman Nasional Taka


Bonerate adalah:

a. Mengetahui Profil Balai Taman Nasional Taka Bonerate

b. Mempelajari dan memahami secara langsung kegaiatan monitoring


kondisi terumbu karang yang dilakukan Balai TN Taka Bonerate.

c. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan teknis mengenai


transplantasi karang menggunakan metode Spider Web

d. Memperoleh pengalaman bekerja di Taman Nasional Nasional Taka


Bonerate, di bidang konservasi.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) adalah kegiatan


umum dan kegiatan khusus:

a. Kegiatan umum yang dilakukan meliputi mengetahui Profil Balai


Taman Nasional Taka Bonerate dan bidang-bidang kerja atau
kegiatan-kegiatan yang dilakukan Balai Taman Nasional Taka
Bonerate.

b. Kegiatan khusus meliputi studi pustaka mengenai terumbu karang


dan transplantasi Karang di Kantor Balai dan kegiatan transplantasi
karang metode Spider Web yang dilakukan Balai di wilayah Taman
Nasional Taka Bonerate, yang dilanjutkan dengan pemantauan
pertumbuhan karang pada lokasi transplantasi.
4

1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan

Praktik Kerja Lapang dilaksanakan di Kantor Balai Taman Nasional Taka


Bonerate di Jalan S. Parman No. 40 Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar,
Sulawesi Selatan (Gambar 1) dan di dalam kawasan Taman Nasional Taka
Bonerate SPTN Wilayah I Tarupa. Waktu pelaksanaan yaitu sejak tanggal 16 Juli
sampai dengan 15 Agustus 2018 (Lampiran 1).
BAB II
TAMAN NASIONAL TAKA BONERATE

2.1 Sejarah Taman Nasional Taka Bonerate

Taman Nasional Taka Bonerate (TNTBR) merupakan salah satu kawasan


pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional Taka Bonerate bermula sebagai Cagar
Alam berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 100/Kpts-II/1989. Kemudian
ditunjuk menjadi Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.
280/KPTS-II/1992, tanggal 26 Februari 1992 dan ditetapkan dengan SK Menteri
Kehutanan No. 92/KPTS-II/2001, tanggal 15 Maret 2001 dengan luas kawasan
530.765 ha (http://www.tntakabonerate.com,status kawasan).
Tahun 1997, Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibentuk untuk melakukan
pengelolaan kawasan Taman Nasional, dengan SK Menteri Kehutanan Nomor:
185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997. Sejak tanggal 10 Juni 2002 berubah
menjadi Balai Taman Nasional Tipe C setingkat Eselon III, sesuai dengan SK
Menhut No. 6186/Kpts-II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman
Nasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007
tanggal 1 Pebruari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional berubah menjadi Balai Taman Nasional Tipe B yang terdiri dari
Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I dan II serta
Kelompok Jabatan Fungsional dengan tugas pokok melakukan penyelenggaraan
konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan
taman nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2 Lokasi
Taman Nasional (TN) Taka Bonerate merupakan kawasan pelestarian alam
yang secara geografis terletak di Laut Flores pada 06° 17’ 15” – 07° 06’ 45” LS
dan 120° 53’ 30” – 121° 25’ 00” BT. (Gambar 1). Kawasan ini ditetapkan sebagai
TN Laut Taka Bonerate dengan SK Menteri Kehutanan Nomor 92/KPTS-

5
6

II/2001 tanggal 15 Maret 2001 dengan luas kawasan 530.765 Ha. merupakan
karang atoll terbesar ketiga di dunia (luasan mencapai 220.000 Ha) setelah Atol
Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Atol Suvadiva di Maldive, serta memiliki
keanekaragaman biota laut yang tinggi dan habitat bagi berbagai spesies satwa
laut yang langka dan dilindungi.
Secara fisik kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, disebelah Utara
berbatasan dengan Sulawesi Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan Laut
Banda, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores, dan sebelah Barat
berbatasan dengan Laut Jawa
.

Gambar 1. Lokasi Taman Nasional Taka Bonerate dan Aksesbilitas


(Sumber: http://www.tntakabonerate.com)

Secara administratif kawasan TNTBR berada pada Kecamatan Taka


Bonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, yang mana sebelum menjadi Taman
Nasional tahun 1992, kawasan Taka Bonerate berada dalam dua wilayah
administratif kecamatan, yaitu bagian utara adalah Kepulauan Macan yang masuk
ke dalam wilayah Kecamatan Pasimasunggu dan bagian selatan adalah Kepulauan
Pasitallu yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Pasimarannu. Terdapat 5
(lima) desa dalam kawasan TNTBR yaitu Desa Rajuni, Desa Latondu, Desa
7

Tarupa, Desa Jinato dan Desa Tambuna. Namun sejak tahun 2012, pemerintah
Kabupaten Kepulauan Selayar melakukan pemekaran terhadap Desa Tambuna
menjadi 2 desa yaitu Desa Tambuna dan Desa khusus Pasitallu Raya
(http://www.tntakabonerate.com).

2.3 Visi dan Misi

Visi
Visi TN. Taka Bonerate yaitu : “Terwujudnya Taman Nasional Taka
Bonerate sebagai Kawasan Pelestari Terumbu Karang Terdepan, Kawasan
Pengembangan dan Tujuan Wisata Alam Laut Utama di Sulawesi”.

Misi
Misi TN Taka Bonerate dibagi menjadi beberapa poin yaitu :
 Memantapkan dan Meningkatkan Pengelolaan Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,
Tujuan :
a. Meningkatnya efektifitas pengelolaan Taman Nasional Taka Bonerate
(TNTBR),
b. Berkembangnya pengelolaan konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya (KSDAHE) di TNTBR, dan
c. Meningkatnya upaya pengawetan tumbuhan dan satwa liar;

 Memantapkan dan Meningkatkan Perlindungan Kawasan Konservasi


Perairan dan Penegakan Hukum,
Tujuan :
a. Meningkatnya upaya perlindungan kawasan konservasi perairan dan
sumber daya alam hayati dan ekosistem yang terdapat didalamnya,
b. Meningkatnya upaya penegakan hukum di kawasan TNTBR, dan
c. Semakin mantapnya peran serta masyarakat dan para pihak dalam
perlindungan dan penegakan hukum di TNTBR;
8

 Mengembangkan Secara Optimal Pemanfaatan Sumberdaya Alam Hayati


dan Ekosistemnya Berdasarkan Prinsip Kelestarian,
Tujuan :
a. Meningkatnya pemanfaatan obyek dan daya tarik wisata alam
(ODTWA) dan jasa lingkungan di TNTBR, dan
b. Meningkatnya pemanfaatan sumberdaya alam perikanan secara lestari
untuk kesejahteraan masyarakat

 Mengembangkan Kelembagaan dan Kemitraan Dalam Rangka


Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya,
Tujuan:
a. Mewujudkan pemantapan kelembagaan dengan peningkatan
sumberdaya manusia yang mampu mendukung pengelolaan KSDAHE,
b. Mewujudkan pemantapan perencanaan, evaluasi dan pengendalian
pembangunan kawasan konservasi perairan,
c. Mewujudkan pemenuhan sarana dan prasarana pengelolaan KSDAHE,
d. Peningkatan kesadaran hukum terhadap peraturan perundang-
undangan bidang KSDAHE bagi masyarakat dan stakeholder terkait,
e. Meningkatnya peran masyarakat dan para pihak dalam kemitraan
pengelolaan KSDAHE.

2.4 Tugas dan Fungsi


Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional melakukan penyelenggaraan
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan
kawasan taman nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam melaksanakan tugas, Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional
menyelenggarakan fungsi :
a) Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi
pengelolaan kawasan taman nasional;
b) Pengelolaan kawasan taman nasional;
c) Penyidikan, perlindungan, dan pengamanan kawasan taman nasional;
d) Pengendalian kebakaran hutan;
9

e) Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya;


f) Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya;
g) Kerja sama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya serta pengembangan kemitraan;
h) Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan taman nasional;
i) Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam;
j) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Pengelolaan kawasan TNTBR dilaksanakan dengan sistem zonasi.


Penetapan zonasi dalam kawasan TNTBR didasarkan pada Keputusan Direktorat
Jenderal PHKA Nomor: SK. 150/IV-SET/2012 tanggal 17 September 2012
tentang Zonasi Taman Nasional Taka Bonerate. Zonasi dalam kawasan TNTBR
terdiri dari 4 zona (Gambar 2) yaitu Zona Inti (8.341 Ha), Zona Perlindungan
Bahari (21.188 Ha), Zona Pemanfaatan (500.879) yang terbagi atas 4 peruntukan
yaitu zona yang diperuntukkan bagi masyarakat dalam kawasan, zona yang
diperuntukkan bagi masyarakat sekitar kawasan, zona yang diperuntukkan bagi
masyarakat umum dan zona yang diperuntukkan bagi aktivitas wisata dan Zona
Khusus (357 Ha).

Kemudian pada tahun 2018 dilakukan review Zonasi dengan surat


Keputusan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Nomor : SK.23/KSDAE/SET/KSA.0/1/2019, Tanggal 23 Januari 2019 yang
terdiri dari 7 zona yaitu Zona Inti (10.046 Ha), Zona Perlindungan Bahari (25.875
Ha), Zona Pemanfaatan (9.491 Ha) dan Zona Khusus (270 Ha), Zona Tradisional
(481.334 Ha), Zona Religi, Budaya dan Sejarah (3.279Ha) dan Zona Rehabilitasi
(472 Ha). Dengan terbitnnya penetapan Surat Keputusan baru ini maka surat
keputusan SK. 150/IV-SET/2012 tanggal 17 September 2012 tidak berlaku lagi.
10

Gambar 2. Zona Pengelolaan Taman Nasional Taka Bonerate


11

A. Zona Inti
Zona Inti adalah kawasan taman nasional yang mutlak dilindungi dan tidak
diperbolehkan adanya perubahan berupa mengurangi, menghilangkan fungsi dan
menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.

Tabel 1. Lokasi dan Luas Zona Inti

No. Lokasi Luas (Ha) Potensi Perlindungan


1. Pulau Tinabo kecil dan perairan Biota laut dan ekosistem
720,0
sekitarnya terumbu karang yang asli
2. Taka Balalong dan Taka Kumai 2.173,8 Ekosistem terumbu karang
3. Pulau Ampalassa dan perairan Penyu dan lamun
892,2
sekitarnya
4. Pulau Tambuna Besar dan Habitat mencari makan dan
1.324,9
perairan sekitarnya sarang peneluran penyu
5. Pulau Pasitallu Barat dan perairan Ekosistem asli pantai dan
sekitarnya 778,6 vegetasi daratan pulau
yang relatif masih baik
6. Pulau Tinanja dan perairan
1.109,2 Ekosistem terumbu karang
sekitarnya
7. Pulau Latondu kecil dan perairan
3.047,4 Ekosistem terumbu karang
sekitarnya
Total 10.046
Keterangan: Batas terluar Zona Inti adalah 0,5 mil dari tubir terluar.

B. Zona Perlindungan Bahari


Zona Perlindungan Bahari adalah bagian dari kawasan perairan laut yang
ditetapkan sebagai areal perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem serta
sistem penyangga kehidupan (Tabel 2)
Zona Perlindungan Bahari memiliki potensi dan keterwakilan sumberdaya alam
penting yaitu ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun, daerah pemijahan
ikan, dan lokasi makan penyu yang harus dilindungi untuk menjaga keutuhan dan
kelestarian keterwakilan ekosistem asli dan fungsi ekologisnya serta mendukung
Zona Inti.
12

Tabel 2. Lokasi dan luas Zona Perlindungan Bahari


No Lokasi Luas (Ha)
1. Area Perlindungan Desa Jinato 156,8
2. Area Perlindungan Desa Latondu 109,5
3. Area Perlindungan Desa Rajuni 99,3
4. Area Perlindungan Desa Khusus Pasitallu 71,7
5. Area Perlindungan Desa Tarupa 152,1
6. Bagian selatan P. Tarupa Kecil dan perairan 1.239,3
7. Buffer zona inti P. Tinabo kecil dan perairan 1.301,6
8. Buffer zona inti Pulau Latondu kecil 2.750,4
9. Buffer zona inti pulau Pasitallu Barat 1.849,3
10. Buffer Zona Inti Pulau Tambuna 1.483,5
11. Buffer zona inti Taka Balalong dan Taka Kumai 3.784,9
12. Taka Bajang Mallori 602,7
13. Buffer zona inti P. Ampalasa & Taka Balanda 4.510,2
14. Taka Kayubulan Barat 2.254,7
15. Taka Lasalimu dan Buffer Zona Inti Pulau Tinanja 2.157,1
16. Taka Sirobe 3.351,5
Total 25.875
Keterangan:
Untuk melindungi Zona Inti minimal 0,5 mil dari Zona Inti atau tubir terluar
taka/gugusan terumbu karang. Jika batasan garis terluar berada diantara 2 taka
maka batas terluarnya setengah dari jarak kedua taka tersebut

C. Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan adalah bagian dari TN yang ditetapkan karena letak,
kondisi dan potensi alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan
pariwisata alam dan kondisi lingkungan lainnya.
13

Tabel 3. Lokasi dan Luas Zona Pemanfaatan


No Lokasi Luas (Ha)
1 Pulau Lantigiang dan perairan sekitarnya 2.854,8
2 Pulau Belang-Belang dan perairan sekitarnya 1261,9
3 Bagian Utara Pulau Tarupa Kecil dan perairan sekitarnya 4.400,9
4 Pulau Tinabo dan perairan sekitarnya 972,9
Total 9.490,5
Keterangan :
Batas terluar Zona Pemanfaatan adalah 0,5 mil dari tubir taka/gugusan terumbu
karang terluar.

D. Zona Tradisional
Zona tradisional merupakan bagian dari taman nasional yang ditetapkan
sebagai areal untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang
secara turun-temurun mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam.

Tabel 4. Lokasi dan Luas Zona Tradisional

No Lokasi Luas (Ha)

Perairan taka, laut dangkal dan laut dalam diluar zona inti,
zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan, zona rehabilitasi,
1 zona religi, sejarah dan budaya. 481.334

Total 481.334

E. Zona Khusus

Zona Khusus adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan sebagai
areal untuk pemukiman kelompok masyarakat dan aktivitas kehidupannya
dan/atau bagi kepentingan pembangunan sarana telekomunikasi dan listrik,
fasilitas transportasi dan lain-lain yang bersifat strategis.
14

Tabel 5. Lokasi dan Luas Zona Khusus


No Lokasi Luas (Ha)
1 Pulau Latondu Besar 91,9
2 Pulau Rajuni Kecil 39,8
3 Pulau Tarupa Besar 14,3
4 Pulau Rajuni Besar 20,4
5 Pulau Jinato 50,5
6 Pulau Pasitallu Tengah 28,4
7 Pulau Pasitallu Timur 24,5
Total 270

F. Zona Rehabilitasi

Zona Rehabilitasi adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan


sebagai areal untuk pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang
mengalami kerusakan.

Tabel 6. Lokasi dan Luas Zona Rehabilitasi


No Lokasi Luas (ha)
1 Lokasi pemulihan ekosistem sekitar Pulau Jinato 66,1
2 Lokasi pemulihan ekosistem sekitar Pulau Rajuni Kecil 122.8
3 Lokasi pemulihan ekosistem sekitar Pulau Latondu Besar 48,5
4 Lokasi pemulihan ekosistem sekitar Pulau Latondu Besar 51,9
5 Lokasi pemulihan ekosistem sekitar Pulau Tarupa 108,7
6 Lokasi pemulihan ekosistem sekitar Pulau Pasitallu Timur 73,6
Total 472

G. Zona Religi Budaya dan Sejarah

Zona Religi, Budaya dan Sejarah adalah bagian dari raman nasional yang
ditetapkan sebagai areal untuk kegiatan keagamaan, kegiatan adat-budaya,
perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah.
15

Tabel 7. Lokasi dan Luas Zona Religi Budaya dan Sejarah


No Lokasi Luas (Ha)
1 Bagian Timur Taka Lamungan 3.279
Total 3.279

2.5 Struktur Organisasi


Struktur organisasi Balai Taman Nasional Taka Bonerate di bawah Ditjen
Konservasi sumber daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.

Gambar 3. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Taka Bonerate


(Sumber: http://www.tntakabonerate.com)
16

Tabel 8. Sumber Daya Pengelola Balai Taman Nasional Taka Bonerate


Pengelola Nama

KEPALA BALAI : Faat Rudhianto, S.Hut., M.Si


Kepala Sub Bagian Tata Usaha : Nur Aisyah Amnur, S.P.,M.P
SEKSI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL (SPTN)
Wilayah I Tarupa
Kepala SPTN Wilayah I Tarupa : Muhammad Hasan, S.H
Kepala Resort Tinabo : Junaidi
Kepala Resort Latondu Rajuni : Abdul Rahman
Kepala Resort Tarupa : Muhammad Adil Sultan
SEKSI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL (SPTN)
Wilayah II Jinato
Kepala SPTN Wilayah II Jinato : Abdul Rajab, S.Tp, MP
Kepala Resort Jinato : Ajadin Anhar, A.Md
Kepala Resort Pasitallu : Hendra Marannu
KOORDINATOR KELOMPOK FUNGSIONAL
Koordinator Polisi Kehutanan : Yasri Tahir
Koordinator Pengendali Ekosistem
Hutan (PEH) : Saleh Rahman, SP, M.Si
Koordinator Penyuluh Kehutanan : Imam Talkah, S.Pi

Balai Taman Nasional Taka Bonerate dipimpin oleh seorang Kepala Balai
Taman Nasional (Eselon III. A), sebagaimana terlihat pada struktur organisasi
(Gambar 2),dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Eselon IV.A) dan Kepala
Seksi Pengelolaan Taman Nasional I dan II (Eselon IV.A) serta kelompok
fungsional (Dephut 2007) dengan uraian tugas sebagai berikut:

 Kepala Balai Taman Nasional: melakukan penyelenggaraan konservasi


sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan taman
nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Kepala Sub Bagian Tata Usaha: melakukan urusan tata persuratan,
ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan, rumah
tangga, perencanaan, kerjasama, data, pemantauan dan evaluasi, pelaporan
serta kehumasan.
17

 Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional I dan II: melaksanakan


penyusunan rencana dan anggaran, evaluasi dan pelaporan, bimbingan teknis,
pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, pengelolaan kawasan,
perlindungan, pengawetan, pemanfaatan lestari, pemberantasan penebangan
dan peredaran kayu, tumbuhan, dan satwa liar secara illegal serta pengelolaan
sarana prasarana, promosi, bina wisata alam dan bina cinta alam, penyuluhan
konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta kerjasama di
bidang pengelolaan kawasan taman nasional.
 Kelompok Jabatan Fungsional: mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Terdapat 3 kelompok jabatan fungsional, yaitu:


1. Polisi Kehutanan
Polisi Kehutanan adalah Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungan instansi
Kehutanan Pusat dan Daerah yang sesuai dengan sifat pekerjaannya
menyelenggarakan dan atau melaksanakan usaha perlindungan hutan yang oleh
kuasa Undang-Undang diberikan wewenang kepolisian khusus dibidang
kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Tugas
pokok Polisi Kehutanan adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan,
memantau, dan mengevaluasi serta melaporkan kegiatan perlindungan dan
pengamanan hutan serta pengawasan peredaran hasil hutan.

2. Pengendali Ekosistem Hutan


Jabatan Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan adalah Pegawai Negeri
Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan pengendalian ekosistem hutan.
Pengendalian Ekosistem Hutan adalah segala upaya yang mencakup metode,
prosedur, strategi dan teknik dalam kegiatan perencanaan hutan, pemantapan
kawasan hutan, pemanfaatan hasil hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, pengelolaan
Daerah Aliran Sungai serta konservasi sumberdaya hutan secara efektif dan
efisien menuju pengelolaan hutan berkelanjutan. Tugas pokok Pengendali
18

Ekosistem Hutan yaitu melaksanakan pengendalian ekosistem hutan yang


kegiatannya meliputi menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, memantau
dan mengevaluasi kegiatan pengendalian ekosistem.

3. Penyuluh Kehutanan
Penyuluh Kehutanan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melaksanakan melakukan kegiatan penyuluhan kehutanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Penyuluhan Kehutanan adalah proses
pengembangan pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok masyarakat sasaran
agar mereka tahu, mau dan mampu memahami, melaksanakan dan mengelola
usaha-usaha kehutanan untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan sekaligus mempunyai kepedulian dan berpartisipasi aktif dalam
pelestarian hutan dan lingkungan. Tugas pokok Penyuluh Kehutanan adalah
melakukan kegiatan persiapan, pelaksanaan, pengembangan, pemantauan,
evaluasi dan pelaporan penyuluhan kehutanan.

2.6 Bidang-Bidang Kerja


Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
bertujuan untuk mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan satwa dalam
rangka mencegah kepunahan spesies, melindungi sistem penyangga kehidupan,
dan pemanfaatan keanakeragaman hayati secara lestari.
Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:
a) Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
b) Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam;
c) Penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi
air, panas, dan angina serta wisata alam;
d) Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar;
e) Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya;
f) Pemanfaatan tradisional.
19

Pengelolaan kawasan TN Taka Bonerate terbagi atas 2 (dua) seksi


pengelolaan yaitu Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I di Desa
Tarupa dan SPTN Wilayah II di Desa Jinato. Masing-masing SPTN Wilayah
memiliki staf yang membidangi urusan tata usaha umum dan urusan teknis
KSDAHE.
SPTN Wilayah I membawahi 5 resort yaitu Resort Tarupa, Resort Rajuni
Desa, Resort Tinabo, Resort Rajuni Laut dan Resort Latondu. SPTN Wilayah II
membawahi 3 resort yaitu Resort Jinato, Resort Pasitallu Timur dan Resort
Pasitallu Tengah. Setiap resort terdapat 2 – 3 orang tenaga fungsional Polisi
Kehutanan, 1 orang tenaga fungsional Pengendali Ekosistem Hutan. Sementara
tenaga fungsional penyuluh kehutanan saat ini di masing-masing SPTN Wilayah
hanya terdapat 1 orang. Terdapat pula tenaga TPHL, juru kemudi dan ABK serta
tenaga honorer di masing-masing SPTN Wilayah yang sangat membantu dalam
setiap pelaksanaan tugas kerja di dalam kawasan TN Taka Bonerate.
Bidang kegiatan yang dilakukan di Taman Nasional Takabonerate yaitu
lebih ke bidang konservasi, dari mulai pengendalian ekosistem sampai dengan
penyuluhan kepada masyarakat. Pengendalian Ekosistem yang dilakukan yaitu
dengan cara melakukan kegiatan pendataan-pendataan dan inventarisasi biota laut
yang ada di kawasan Taman Nasional, serta melakukan usaha-usaha konservasi
seperti transplantasi terumbu karang, penanaman mangrove dan pohon-pohon.
Usaha lainnya yaitu dengan cara penyuluhan kepada masayarakat yang
tinggal di kawasan Taman Nasional, dengan cara membimbing masyarakat sekitar
untuk membuat wirausaha dari hasil alam yang dimiliki oleh daerah tersebut.
Contohnya adalah dengan mengajarkan para ibu-ibu untuk memproduksi abon
ikan dan ikan asin. Saat ini, pihak taman nasional membantu masyarakat untuk
memasarkan hasil karyanya ke daerah Selayar dan sekitarnya.
Penyuluhan yang dilakukan juga menekankan masyarakat lokal untuk
bersama membantu fungsi taman nasional sebagai penjaga ekosistem kawasan,
dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan seperti bagaimana cara menangkap
ikan yang benar di sekitar kawasan, bagaimana perlakukan yang benar jika
menemukan sarang penyu, biota-biota apa saja yang tidak boleh ditangkap, dll.
20

Usaha-usaha ini diharapkan dapat membuat ekosistem pesisir di Taman


Nasional Takabonerate tetap lestari.
Pada kawasan Taman Nasional Taka Bonerate terdapat beberapa pulau
yang berpenghuni seperti Pulau Jinato, Pulau Rajuni, Pulau Tarupa, Pulau
Tambuna, Latondu dan Pasitallu Raya. Sebagian besar penduduk adalah suku
Bugis dan Bajo. Pendidikan masyarakat di daerah kawasan taman nasional masih
cukup rendah sehingga masih cukup sulit bagi mereka untuk mengembangkan
daerahnya dan menaikan taraf hidupnya. Oleh karena itu, masyarakat dibimbing
oleh pihak Taman Nasional untuk mengembangkan daerahnya.

2.7 Kontak Balai Taman Nasional Taka Bonerate


 Kantor : Jl. S. Parman No. 40 Banteng,
Kab. Kepulauan Selayar 92812, Sulawesi Selatan
 Telp/Fax : +62 414 – 21565
 Email : [email protected]
 Website : http://www.tntakabonerate.com
 Instagram & Twitter : @Takabonerate_NP
 Kontak Pembimbing PKL:
- Nama : Saleh Rahman
- Telp. : +62 812 419 1113
- Email : [email protected]
BAB III
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG

3.1 Orientasi
Kegiatan hari pertama Praktik Kerja Lapang (PKL) dilakukan di
Kantor Balai di Balai Taman Nasional Taka Bonerate. diawali dengan
perkenalan dengan Pimpinan dan staf-staf Balai. Tim PKL juga mendapat
penjelasan mengenai Profil Balai dan kegiatan yang dilakukan Balai.
Setelah pengenalan dilanjutkan dengan diskusi mengenai topik kegiatan
yang dapat dilakukan untuk masing-masing peserta PKL bersama
pembimbing lapangan yang telah disediakan oleh Pimpinan Balai. Penulis
mendapat pembimbing lapangan yaitu Bapak Saleh Rahman, SP., M.Si.,
yaitu Koordinator Pengendali Ekosisitem Hutan (PEH).

3.2 Studi Pustaka


Setelah melakukan perkenalan dan penjelasan mengenai Profil Balai
Taman Nasional Taka Bonerate, dilanjutkan dengan kegiatan studi pustaka
untuk mempelajari tentang, ekosistem terumbu karang, kondisi ekosistem
terumbu karang di Indonesia, transplantasi karang serta kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan dan yang direncanakan Balai Taman Nasional
Karimun Jawa dalam upaya konservasi dan rehabilitasi ekosistem Terumbu
Karang. Studi pustaka dilakukan di Kantor Balai dari buku-buku dan
laporan-laporan kegiatan yang ada serta dari browsing internet. Studi
pustaka juga dilakukan untuk mempelajari kembali materi ekosistem
terumbu karang dan transplantasi karang yang telah didapat juga dipelajari
di perkuliahan.

3.3 Kegiatan Transplantasi Karang


Transplantasi karang merupakan salah satu upaya rehabilitasi
terumbu karang melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup yang
selanjutnya ditanam ditempat lain yang mengalami kerusakan bertujuan

21
22

untuk pemulihan atau pembentukan terumbu karang alami. Transplantasi


karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah
rusak dan dapat dipakai pula untuk membangun daerah terumbu karang baru
yang sebelumnya tidak ada (Harriot dan Fisk, 1988).
Kegiatan transplantasi karang yang dilakukan saat Praktik Kerja
Lapangan, akan dilakukan di lokasi di Acropora Rajuni Laut, kawasan
Taman Nasional Taka Bonerate. Pemilihan lokasi dilatarbelakangi oleh
belum adanya kegiatan transplantasi karang di lokasi ini. Metode
transplantasi yang digunakan adalah Model Rangka Laba-Laba
(Spider Web).

Gambar 4. Transplantasi Terumbu Karang Jaring Laba-laba.


(Kementerian Kelautan dan Perikanan)
23

Spider-web merupakan salah satu metode transplantasi karang yang


akhir-akhir ini sering digunakan dalam kegiatan transplantasi. Hal ini
dikarenakan keunggulan dari metode spider-web itu sendiri, yaitu lebih
stabil dibandingkan dengan metode lain. Dimana pada rangkanya terdapat
celah yang nantinya akan menjadi proyeksi pertumbuhan anakan karang
(mengisi celah kosong) sehingga menjadi satu kesatuan yang membuat
rangka menjadi kokoh.

3.3.1 Persiapan
Kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan bahan dan
peralatan yang akan digunakan untuk melakukan transplantasi terumbu
karang menggunakan metode Spider Web di lokasi Acropora Rajuni Laut
(Tabel 9).

Tabel 9. Peralatan yang Digunakan Saat Transplantasi Terumbu Karang

No. Nama Alat Fungsi


1. Rangka Spider Sebagai substrat untuk mengikat
anakan karang
2. Alat Dasar Selam dan Menunjang pengambilan data
SCUBA Set dengan penyelaman
3. Tali tis Untuk mengikat anakan karang ke
rangka
4. Alat tulis tahan air (kertas
Mencatat hasil pengamatan
sabak dan pensil 2B)
5. Anakan Karang Sebagai bibit yang digunakan untuk
transplantasi karang
6. Tang Potong Untuk memotong ujung tali tis di
rangka

Tahap awal persiapan dalam kegiatan transplantasi karang ini adalah


membuatkan rangka laba-laba (spider).
24

a. Alat yang digunakan untuk membuat kerangka jaring laba-laba yaitu:


1. Gergaji besi,
2. Tuas pengungkit,
3. Alat pengelas,
4. Kuas,
5. Roll meter.

b. Bahan yang digunakan, yaitu:


1. Baja/besi batangan
2. Resin
3. Pencegah karat
4. Pasir pantai yang kasar
5. Kabel ties
6. Fragmen karang

c. Cara pembuatan rangka laba-laba dapat dilihat pada Gambar 5, sebagai


berikut:

 Membuat meja atau rak terbuat dari bahan besi baja berdiameter
12 mm yang kemudian dibentuk menyerupai rangka meja dengan
kaki menyerupai kaki laba-laba. Tinggi rangka sekitar 70 cm
dengan diameter bagian bawah rangka sekitar 100 m dan arak antar
kaki sekitar 30 cm.

 Rangka besi dilapisi resin untuk mencegah karatan dan


menempelnya pasir,

 Menempelkan pasir pada rangka tersebut hingga menutupi


keseluruhan rangka. Pasir yang menempel pada rangka ini nantinya
akan menjadi substrat dari anakan karang (Gambar 6).
25

Pembuatan rangka spider Melapisi rangka dengan resin dan


dari besi baja tempelan pasir

Rak berbentuk kaki laba-laba Pengeringan rangka

Gambar 5. Proses Pembuatan Rak/Meja Spider

3.3.2 Stasiun Kegiatan Transplantasi Terumbu Karang

Kegiatan Transplantasi Karang dilakukan pada tanggal 2 Agustus


2018. Lokasi kegiatan transplantasi terumbu karang bertempat di Acropora
Rajuni Laut, Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, Kabupaten
Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Latar belakang pemilihan lokasi ini
karena belum pernah ada kegiatan transplantasi terumbu karang di lokasi
ini, sedangkan untuk pulau-pulau lainnya di wilayah SPTN I Kawasan
26

Taman Nasional Taka Bonerate sudah pernah dilakukan kegiatan


transplantasi karang.

Gambar 6. Peta Lokasi Stasiun Kegiatan Transplantasi Karang


di Acropora Rajuni Laut
(Sumber: Google Earth)

3.3.3 Perjalanan Menuju Lokasi

Perjalanan menuju lokasi kegiatan transplantasi terumbu karang


yaitu Acropora Rajuni Laut, menggunakan kapal LG dari Pulau Tinabo,
yang ditempuh selama 40 menit (Gambar 7).

Gambar 7. Perjalanan Menuju Lokasi Kegiatan Transplantasi


27

Saat hampir tiba dilokasi, tim melakukan persiapan alat-alat yang akan
digunakan, diantaranya persiapan alat-alat selam dan rangka spider untuk
penempelan anakan karang (Gambar 8)

Gambar 8. Persiapan Peralatan Selam

3.3.4 Pelaksanaan Transplantasi Karang


Dalam pelaksanaan kegiatan transplantasi karang, tim dibagi
menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tugasnya masing-masing
(Gambar 11). Tugas tersebut terdiri dari pencarian anakan karang,
pengikatan anakan karang, dan pencatatan jenis spesies karang. Setelah
pembagian kelompok maka setiap kelompok mengerjakan tugas–tugasnya,
sampai rangka spider siap untuk dijatuhkan ke laut (Gambar 9).

Gambar 9. Pembagian Kelompok dan Tugas


28

Kelompok melaksanakan tugas Pengikatan anakan karang


masing-masing dengan kabel ties

Rangka Spider yang sudah ada Anakan karang yang sudah diikatkan
anakan karang pada rangka
Gambar 10. Pengikatan Anak Karang Pada Rangka Spider

Selanjutnya, rangka Spider dijatuhkan ke laut tim penyelam turun


dan menyusun rangka-rangka spider membentuk jaring laba-laba (spider
web) pada lokasi yang telah ditentukan (Gambar 11).

Gambar 11. Penyusunan Jaring Laba-Laba (Spider Web)


29

3.3.5 Pengambilan Data


Pengambilan data diawali dengan diambilnya anakan karang dari
beberapa spesies karang dari perairan yang tidak jauh dari lokasi
transplantasi, yaitu perairan Rajuni Laut. Kemudian anakan karang
ditempatkan dalam beberapa wadah sesuai dengan spesiesnya. Setelah itu
diukur panjang setiap anakan karang tersebut dengan menggunakan
penggaris di atas kapal, dan dicatat pada kertas yang disediakan. Data
panjang anakan karang ini selanjutnya dijadikan sebagai data awal
pertumbuhan karang bagi karang-karang yang ditransplantasi di lokasi ini.
Setelah semua anakan karang selesai diukur panjangnya, anakan karang
diikat pada rangka transplantasi yang dilakukan di atas kapal, untuk
selanjutnya dijatuhkan ke laut dan ditempatkan di lokasi yang telah
ditentukan. Untuk monitoring pertumbuhan anakan karang pada rentang
waktu tertentu setelah transplantasi dilakukan, pengukuran panjang anakan
karang yang ditransplantasi dilakukan di bawah air pada setiap rangka
dengan menggunakan penggaris dan dicatat dengan alat tulis tahan air.

3.3.5 Pengolahan Data


Pengolahan data untuk mendapatkan rata-rata panjang bibit karang
yang digunakan dalam transplantasi karang ini, menggunakan aplikasi
Microsoft Excel. Bibit karang dikelompokan menjadi beberapa spesies
berbeda yang bertujuan untuk mengetahui spesies mana yang
perkembangannya paling maksimal menggunakan metode Spider-web. Hasil
pengolahan data kemudian dipresentasikan (Gambar 12)
30

Gambar 12. Presentasi Hasil Pengolahan Data

3.4 Kegiatan Lain


Selain melakukan kegiatan transplantasi terumbu karang bersama
pihak Balai Taman Nasional Taka Bonerate, penulis dan teman-teman
Praktik Kerja Lapang dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Padjadjaran, Universitas Brawijaya, Universitas Muslim
Idonesia Makassar, juga melakukan beberapa kegiatan, yaitu Visit School
dan Kerja Bakti.

3.4.1 Visit School

Kegiatan “Visit School” yang dilaksanakan pada tanggal 6 – 10


Agustus 2018 merupakan kegiatan kunjungan ke sekolah-sekolah dasar
yang ada di Pulau Tarupa, Pulau Latondu, dan Pulau Rajuni. Tujuan dari
kegiatan ini adalah menanamkan sikap cinta kebersihan lingkungan dan
menanamkan kesadaran tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dan
biotanya pada murid-murid sekolah dasar.
Konten kegiatan ini adalah penayangan video tentang bahaya
membuang sampah sembarangan, praktik mencuci tangan yang baik dan
benar dan pelaksanaan permainan-permainan yang disisipi dengan
pengetahuan tentang menjaga ekosistem laut dan biotanya (Gambar 13,
Gambar 14 dan Gambar 15). Kegiatan ini dalam pelaksanaannya didukung
31

oleh mahasiswa-mahasiswa PKL yang berasal dari Universitas Padjadjaran,


Universitas Brawijaya, dan Universitas Muslim Indonesia-Makassar dengan
pembagian tugas masing-masing.

Gambar 13. Penayangan Video Tentang Membuang Sampah Sembarangan

Gambar 14. Permaninan Yang Disisipi Pengetahuan Tentang Ekosistem Laut

Gambar 15. Praktik Mencuci Tangan yang Baik dan Benar


32

3.4.2 Kerja Bakti


Kegiatan kerja bakti dilaksanakan di Pulau Tinabo Besar pada
tanggal 11 Agustus 2018. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan
sampah-sampah kiriman yang terbawa arus laut, kemudian terdampar dan
menumpuk di sepanjang pesisir pantai Pulau Tinabo Besar, mencegah agar
sampah-sampah tersebut tidak kembali lagi ke laut dan mencemari laut,
pada akhirnya dapat membahayakan biota-biota yang ada di laut..

Gambar 16. Kegiatan Kerja Bakti Membersihkan Pantai Tinabo

Gambar 17. Salah Satu Sampah Kiriman Berupa Botol Plastik


BAB IV
HASIL KEGIATAN

4.1 Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Taka Bonerate


Taman Nasional Taka Bonerate merupakan instansi yang mengelola
kawasan perairan laut yang memiliki karang atoll terbesar ketiga di dunia, juga
dikenal memiliki kekayaan dan keanekaragaman biota laut lainnya. Lautnya yang
masih sangat terjaga keasriannya merupakan tempat yang sangat ideal bagi
kegiatan pengambilan data karena rendahnya gangguan yang terjadi akibat
aktivitas manusia. Topik PKL berupa transplantasi karang dipilih berdasarkan
kondisi tutupan terumbu karang yang masih asri dan luas di Kawasan Taman
Nasional Taka Bonerate. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem khas
perairan tropis, yang tersusun atas deposit kalsium karbonat yang daihasilkan oleh
hewan karang (Timotius, 2003).
Terumbu karang memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dan
lingkungan. Terumbu karang (coral reef) bukan sekedar menjadi tempat hidup dan
berkembang biota laut belaka, namun terumbu karang mempunyai fungsi dan
peran yang tidak bisa diremehkan bagi lingkungan secara keseluruhan (baik di
laut, pesisir, maupun darat), dan bagi kehidupan manusia. Secara garis besar,
fungsi dan manfaat terumbu karang bagi lingkungan dan manusia dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni manfaat secara ekologi, ekonomi, dan
sosial.
Ditemukan 3 (tiga) kategori terumbu karang pada kawasan TN
Takabonerate, yaitu terumbu karang penghalang (barrier reef), terumbu karang
tepi (fringing reef) dan Atoll. Kawasan ini merupakan habitat bagi spesies karang,
lamun, ikan karang, makro algae, kerang-kerangan, mollusca, dan biota laut
lainnya. Luasan habitat terbagi atas karang hidup (10.029 Ha), karang mati (8.559
ha), lamun dan algae (19.748 ha), paparan pasir (20.381 ha), pulau/daratan (437
ha) dan bungin/sand dunes (76 ha) (COREMAPPSTK Unhas 2000).
Terumbu karang pada TN Takabonerate memiliki 49 genera, 46 genera
Scleractinia dan 3 genera non-Scleractinia, yang terdiri 233 spesies penyusun

33
34

terumbu karang. Ikan karang ditemukan sekitar 362 spesies dari 36 famili, 115
genus. Lamun yang ditemukan ada 9 spesies dari 6 genera. Makro algae
ditemukan 83 spesies dari 37 genera yang terdiri dari 44 spesies algae hijau, 13
spesies algae coklat dan 26 spesies algae merah (COREMAP-PSTK Unhas 2000).
Biota asosiasi yang ada pada TN Takabonerate adalah spesies ikan karang
yang mayoritas ditemui sebanyak 34 species yang merupakan anggota dari 13
famili yaitu; Acanthuridae, Balistidae, Chaetodontidae, Labridae, Lethrinidae,
Lutjanidae, Mullidae, Nemipteridae, Pomacanthidae, Scaridae, Serranidae,
Siganidae dan Zanclidae. Selain itu, Mollusca ditemukan sebanyak 4 kelas, 56
famili, dan 290 species ditemukan juga 4 jenis penyu yaitu jenis Penyu Sisik
(Eretmochelys imbricata), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Lekang
(Lepidochelys olivacea) dan Penyu Tempayan (Caretta caretta). Echinodermata
yang terdapat di kawasan TNTBR terdiri dari bintang laut (Asteroidea spp 8
jenis), lili laut (Crinoidea spp), bulu babi (Echinoidea spp 13 jenis) serta teripang
(Holuthuria spp 11 jenis), dan udang/kepiting (Crustacea 15 spesies). Mamalia
laut seperti ikan paus (Cetaceans sp), lumba-lumba (Tursiops truncatus), dan ikan
duyung (dugong dugong) juga ditemukan pada kawasan ini. Selain itu beberapa
jenis ikan pelagis seperti ikan hiu (Sphyrna spp), ikan pari (manta/sting ray),
cakalang (Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomorus sp) dan tuna (Thunnus,
albacores) (COREMAP-PSTK Unhas 2000).

4.2 Transplantasi Karang


Proses perbaikan secara alami pada terumbu karang yang kondisinya
sudah rusak lebih lama dan membutuhkan kondisi lingkungan yang betul-betul
tidak terganggu oleh aktivitas manusia. Upaya penanggulangan kerusakan
ekosistem terumbu karang dapat dilakukan dengan mengembangkan teknik
transplantasi karang (COREMAP II, 2006). Transplantasi karang merupakan salah
satu upaya rehabilitasi terumbu karang melalui pencangkokan atau pemotongan
karang hidup yang selanjutnya ditanam ditempat lain yang mengalami kerusakan
bertujuan untuk pemulihan atau pembentukan terumbu karang alami.
Transplantasi karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang
yang telah rusak dan
35

dapat dipakai pula untuk membangun daerah terumbu karang baru yang
sebelumnya tidak ada (Harriot dan Fisk, 1988).
Terdapat beberapa metode restorasi terumbu karang yang biasa dilakukan
di wilayah pesisir, mulai dari membangun terumbu buatan hingga transplantasi
terumbu karang. Upaya yang akan dilakukan tersebut disesuaikan dengan kondisi
kerusakan dan kondisi lingkungan sekitar. Dari beberapa banyak metode
transplantasi terumbu karang yang ada di Indonesia, terdapat salah satu metode
yang cukup menarik dan mampu untuk mengatasi kerusakan terumbu karang,
metode tersebut yaitu jaring laba-laba (web spider). Metode ini merupakan
metode rehabilitasi terumbu karang yang diadopsi dari rehabilitasi yang dilakukan
di Pulau Badi (Williams et al., 2019). Metode ini digunakan untuk mengatasi
kerusakan terumbu karang dengan area yang luas akibat adanya penggunaan bom
untuk menangkap ikan yang menghancurkan struktur terumbu karang.
Transplantasi terumbu karang yang dilakukan di Acropora Rajuni Laut di
Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, menggunakan metode metode spider-
web (Gambar 18). Metode spider-web yang mana anakan karangnya ditempelkan,
untuk mengisi celah antara karang alami yang tersisa. Ini menstabilkan terumbu
karang, membatasi reruntuhan karang dan menyediakan dasar untuk pemulihan
habitat dan peningkatan alami keanekaragaman hayati karang dari waktu ke
waktu. Ikan bisa kembali dengan cepat ke daerah yang direhabilitasi untuk
mengembalikan keseimbangan ekosistem, mengendalikan lumut (rumput laut
yang berupa hama) dan menciptakan landasan bagi perikanan berkelanjutan di
masa depan.
36

Gambar 18. Ilustrasi Media Transplantasi Terumbu Karang Kerangka


Jaring Laba-Laba (Spider Web)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, metode ini memiliki


beberapa kelebihan dibandingan dengan metode lainnya. Pertama, struktur dari
rangka yang dibuat merupakan material yang murah untuk merehabilitasi terumbu
karang hancur yang luas akibat dari penggunaan bom ikan ataupun badai. Kedua,
rangka memberikan alur air sehingga tidak mudah terhempas gelombang. Ketiga,
rangkanya juga berfungsi menjebak pecahan karang, dan berfungsi menstabilkan
substrat secara efektif. Selain itu mendukung rekrutmen, pertumbuhan, dan
keanekaragaman karang yang tinggi. Di beberapa daerah khususnya di Sulawesi
Selatan telah melakukan transplantasi terumbu karang dengan metode ini, seperti
di Pulau Badi dan Taman Nasional Taka Bonerate.

4.3 Hasil Pengukuran Rata-rata Panjang Bibit Karang


Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan, didapatkan hasil
pengukuran rata-rata panjang dan jumlah bibit karang berdasarkan tiap
spesiesnya. Berikut tabel hasil pengukurannya :
37

Tabel 10. Hasil Pengkuran Rata-rata Panjang Bibit Karang


Spesies Karang Rata-rata Panjang (cm) Jumlah
Acropora formosa 8.3 5
Montipora stellata 5.4 1
Acropora yongei 8.62 11
Porites cylindrical 7.29 7
Porites compressa 6.9 5
Montipora foliosa 9.14 2
Acropora horrida 8.63 2
Acropora acuminate 7.53 7
Total 40

Pada tabel hasil pengukuran di atas, dapat dilihat bahwa didapat 8 spesies anakan
karang yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena pengambilan anakan karang
dilakukan secara acak. Selain itu anakan karang sengaja diambil dari berbagai
spesies karena bertujuan untuk melihat perkembangan anakan karang manakah
yang paling optimal dalam kegiatan transplantasi menggunakan metode spider-
web.
Dari Table 10 dapat dilihat juga terdapat spesies Montipora foliosa yang
menjadi salah satu anakan karang. Spesies karang ini untuk pertama kalinya
dijadikan anakan karang di metode spider-web.Biasanya karang yang dijadikan
anakan karang mempunyai tipe life formBranching (CB) karena karang jenis ini
pertumbuhannya relative cepat serta mudah untuk diikatkan di rangka spider-web.
Sedangkan, Montipora foliosa merupakan karang dengan tipe life form Foliose
(CF) yang susah untuk tumbuh dan diikatkan ke rangka.
Hasil dari kegiatan transplantasi kali ini dapat diketahui nanti apakah
karang jenis ini dapat tumbuh dengan optimal atau tidak.Data ini juga dapat
dijadikan sebagai data awal untuk menjadi pembanding pada kegiatan monitoring
kedepannya.

4.3 Kegiatan Harian Praktik Kerja Lapangan


Sebagian besar kegiatan yang dilakukan pada saat di lapangan adalah
pengambilan data dan membantu rekan lain dalam pengambilan data . Kegiatan
38

utama yang dilakukan penulis ada transplantasi karang dengan menggunakan


metodespider-web. Data yang diambil berupa rata-rata panjang bibit karang yang
ditanam bersamaan dengan rangka.Kegiatan pengambilan data dilakukan pada
tanggal 2 Agustus 2018.
Penulis turut membantu pengambilan data rekan-rekan tim, tidak hanya
rekan tim Universitas Padjadjaran saja, tetapi juga Universitas lain yaitu
Universitas Brawijaya dan Universitas Muslim Indonesia Makasar, yang
melakukan PKL di Taman Nasional Laut Taka Bonerate, dalam waktu yang sama.
Selain itu penulis juga turut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Balai
Taman Nasional Taka Bonerate, di antaranya dalam kegiatan monitoring
transplantasi karang di Pulau Latondu yang dilaksanakan pada tanggal 29 – 30
Juli 2018, melakukan pelapisan pasir pada rangka jaring laba-laba untuk
transplantasi karang pada tanggal 31 Juli – 1 Agustus 2018, kegiatan “Visit
School” di Pulau Tarupa, Pulau Latondu, dan Pulau Rajuni yang dilaksanakan
pada tanggal 7 – 10 Agustus 2018, serta kegiatan kerja bakti di Pulau Tinabo pada
tanggal 11 Agustus 2018.
Kegiatan monitoring transplantasi karang yang dilakukan di Pulau Latondu
pada tanggal 29 – 30 Juli 2018 merupakan salah satu upaya yang dilakukan Balai
Taman Nasional Taka Bonerate untuk mengetahui apakah transplantasi karang
yang dilakukan sebelumnya berjalan dengan baik maupun tidak. Monitoring
dilakukan dengan penyelaman di mana penyelam bertugas untuk mengukur
panjang anakan karang yang ditempel pada rangka transplantasi untuk
dibandingkan dengan panjang awalnya pada saat pertama kali rangka diturunkan
ke laut. Pada kegiatan ini penulis berperan dalam memindahkan data basah (data
yang masih terdapat dalam kertas tahan air hasil pendataan langsung di bawah air)
menjadi data kering (data yang telah disalin ulang dalam kertas HVS dalam
format tabel) serta menginput data dalam format komputer (Microsoft Excel) agar
dapat diolah oleh Balai Taman Nasional Taka Bonerate.
Pelapisan pasir pada rangka jaring laba-laba untuk transplantasi karang
yang dilaksanakan pada tanggal 31 Juli – 1 Agustus 2018 merupakan kegiatan
berupa melapisi rangka dari besi yang sudah berbentuk seperti jaring laba-laba
39

dengan cairan perekat (resin) dilanjutkan dengan melapisinya lagi dengan pasir
pantai. Pelapisan pasir bertujuan agar rangka transplantasi terlapisi dengan pasir
sebagai substrat alami bagi terumbu karang, sehingga nantinya anakan terumbu
karang yang ditempelkan pada rangka transplantasi dapat tumbuh dan
berkembang.

Kegiatan “Visit School” yang dilaksanakan pada tanggal 6 – 10 Agustus


2018 merupakan kegiatan kunjungan ke sekolah-sekolah dasar yang ada di Pulau
Tarupa, Pulau Latondu, dan Pulau Rajuni.Tujuan dari kegiatan ini adalah
menanamkan sikap cinta kebersihan lingkungan dan menanamkan kesadaran
tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dan biotanya pada murid-murid
sekolah dasar.Konten kegiatan ini adalah penayangan video tentang bahaya
membuang sampah sembarangan, praktik mencuci tangan yang baik dan benar,
dan pelaksanaan permainan-permainan yang disisipi dengan pengetahuan tentang
menjaga ekosistem laut dan biotanya.Kegiatan ini dalam pelaksanaannya
didukung oleh mahasiswa-mahasiswa PKL yang berasal dari Universitas
Padjadjaran, Universitas Brawijaya, dan Universitas Muslim Indonesia - Makassar
yang berperan dalam pembagian tugasnya masing-masing.

Kegiatan kerja bakti di Pulau Tinabo Besar yang dilaksanakan pada


tanggal 11 Agustus 2018 merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
membersihkan sampah-sampah kiriman yang terbawa ke Pulau Tinabo Besar
melalui laut yang kemudian terdampar dan menumpuk di sepanjang pesisir pantai
Pulau Tinabo Besar. Kegiatan ini juga bertujuan agar sampah-sampah tersebut
tidak kembali lagi ke laut dan justru mencemari laut yang dapat membahayakan
biota-biota di dalamnya.

Kegiatan harian selama praktik kerja lapangan selengkapnya terlampir


dalam Logbook Harian PKL pada Lampiran 1.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Taman Nasional Taka Bonerate (TNTBR)

 Taman Nasional Taka Bonerate (TNTBR) merupakan salah satu


kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola
dengan sistem zonasi untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.

 Pengelolaan kawasan TNTBR dilaksanakan dengan sistem zonasi,


terdiri dari 4 zona yaitu Zona inti (8.341 Ha), Zona perlindungan
bahari (21.188 Ha), Zona pemanfaatan (500.879). Zona pemanfaatan
terbagi atas 4 peruntukan yaitu; zona bagi masyarakat dalam
kawasan, zona bagi masyarakat sekitar kawasan, zona bagi
masyarakat umum dan zona bagi aktivitas wisata dan Zona Khusus
(357 Ha).

 Bidang kegiatan yang dilakukan di Taman Nasional Takabonerate


yaitu lebih ke bidang konservasi, dari mulai pengendalian ekosistem
sampai dengan penyuluhan kepada masyarakat.

5.1.2 Transplantasi Terumbu Karang di Taka Bonerate

 Kegiatan transplantasi karang dilaksanakan di Acropora Rajuni Laut,


dikarenakan pada lokasi ini belum pernah dilakukan transplantasi
terumbu karang.

 Transplantasi terumbu karang menggunakan metode jaring laba-laba


(spider web), yaitu menggunakan rangka besi baja yang berbentuk
kaki laba-laba, kemudian disusun membentuk jaring laba-laba
(spider web).

40
41

 Metode spider web baik untuk merehabilitasi terumbu karang hancur


yang luas akibat dari penggunaan bom ikan ataupun badai. Rangka
memberikan alur air sehingga tidak mudah terhempas gelombang,
dapat menjebak pecahan karang, mendukung rekrutmen,
pertumbuhan, dan keanekaragaman karang yang tinggi.

 Anakan karang yang digunakan dari 8 species, dan juga digunakan


spesies baru yaitu Montipora foliosa sebagai percobaan apakah
spesies tersebut cocok ditransplantasi dengan metode Spider-web.

 Luasan wilayah yang terestorasi seluas 40 m2 karena jumlah rangka


yang ditransplantasi sejumlah 40 rangka dengan masing-masing
rangkanya memberikan wilayah restorasi seluas 1 m2.

5.2 Saran
 Taman Nasional Taka Bonerate sangat baik untuk dijadikan lokasi
PKL mengenai kegiatan konservasi ekosistem terumbu karang, a.l
trasplantasi Karang dan monitoring pertumbuhan karang transplant,
karena pihak balai bekerjasama dengan masyarakat sering
melakukan pelatihan dan kegiatan transplantasi karang untuk
merehabilitasi terumbu karang yang rusak akibat kegiatan
penangkapan ikan yang destruktif.

 Sebaiknya mahasiswa yang akan PKL di Taman Nasional Taka


Bonerate sudah harus mempersiapkan diri, dana dan pengetahuan
mengenai ekosisitem pesisir dn metode-metode transplantasi
terumbu karang, agar saat pengambilan data dapat dilakukan dengan
baik dan mengurangi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Balai Taman Nasional Taka Bonerate, Direktorat Jenderal Konservasi


Sumber Daya Alam dan Ekosisitem, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan ( tntakabonerate.com)

Jompa, J, dkk. 2017. Keberhasilan Rehabilitasi Terumbu Karang Akibat


Peristiwa Bleaching Tahun 2016 Dengan Teknik Transplantasi.
Jurnal Spermonde. Volume 3(1) : 13-19.

MARRS. 2013. Panduan Teknis Pembuatan Laba Laba MARRS.

Subhan, B, dkk. 2014. Bisakah Transplantasi Karang Perbaiki Ekosistem


Terumbu Karang. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan
Vol.1 No.3, Desember 2014 : 159-164.

Syarifuddin, A. 2011. Studi Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang


Acropora formosa (Veron & Terrence, 1979) Menggunakan
Teknologi Biorock Di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan : Universitas Hassanuddin.

Timotius. 2003. Karakteristik Terumbu Karang. Yayasan Terumbu Karang


Indonesia (tidak diterbitkan).

42
KESAN DAN PESAN

Kesan
Selama melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman
Nasional Taka Bonerate, penulis mendapatkan banyak pengalaman baru
yang belum pernah didapat sebelumnya. Penulis mendapatkan pengalaman
mengambil data secara langsung di lapangan dan juga rintangan yang tidak
terduga pada saat pengambilan data berlangsung. Penulis juga
berkesempatan mengunjungi kawasan atoll terumbu karang terbesar ketiga
di dunia, mengunjungi sekolah-sekolah dasar di pulau-pulau berpenghuni,
sehingga membuka pandangan dan menambah pengetahuan penulis
mengenai kesederhanaan kehidupan di pulau-pulau kecil.

Pesan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu berjalannya praktik kerja lapangan ini, terutama pihak-pihak dari
Balai Taman Nasional Taka Bonerate yang telah meluangkan waktu, tenaga,
dan pikirannya dalam membimbing penulis dan rekan-rekan lainnya.
Penulis juga memohon maaf apabila dalam masa praktik kerja lapangan
penulis melakukan kesalahan baik dalam ucapan dan perbuatan. Penulis
berharap semoga silaturahmi akan terus terjalin dengan baik hingga masa
mendatang. Akhir kata penulis sangat bersyukur dapat melakukan kegiatan
praktik kerja lapangan disini dan menyampaikan banyak terima kasih
kepada pihak yang terlibat di dalamnya.

43
Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Praktik Kerja Lapangan

44
Lampiran 2. Penilaian dari Pembimbing Lapangan

45
Lampiran 3. Logbook Harian PKL

Nama : Williem Hartono


NPM : 230210160072
Lokasi PKL : Taman Nasional Takabonerate, Kabupaten
Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan
Nama Pembimbing Instansi : Saleh Rahman
Judul PKL : Transplantasi Karang Metode Spider-Web di
Acropora Rajuni Laut Kawasan Taman
Nasional Taka Bonerate
Lama PKL (waktu & tanggal): 16 Juli – 15 Agustus 2018

No. Hari/Tanggal Kegiatan

1 Jumat, 13 Juli 2018 Keberangkatan menuju Taman Nasional


Takabonerate, tim berkumpul di bandara
Internasional Soekarno-Hatta Tangerang
2 Sabtu, 14 Juli 2018 Tim tiba di Balai Taman Nasional Takabonerate
Kab. Kepulauan Selayar
3 Minggu, 15 Juli 2018 Tim mempersiapkan materi untuk presentasi
kepada pihak Balai Taman Nasional Taka
Bonerate
4 Senin, 16 Juli 2018 Hari operasional pertama untuk tim melakukan
praktik kerja lapangan, tim diperkenalkan
kepada seluruh Staff dan Kepala Balai Taman
Nasional Takabonerate
5 Selasa, 17 Juli 2018 Tim melakukan presentasi awal di hadapan
Kepala Balai dan Staff Taman Nasional
Takabonerate
6 Rabu, 18 Juli 2018 Tim menyiapkan materi dan logistik yang
dibutuhkan selama berada di kawasan Taman
Nasional Taka Bonerate
7 Kamis, 19 Juli 2018 Tim berangkat ke kawasan di Pulau Tinabo
Besar, SPTN Wilayah 1 Tarupa
8 Jumat, 20 Juli 2018 Tim membersihkan area pantai di Pulau Tinabo
Besar dan membantu pengambilan data lamun
pada 2 stasiun pertama
9 Sabtu, 21 Juli 2018 Membantu pengambilan data lamun di Pulau
Tinabo Besar pada 2 stasiun terakhir
10 Minggu, 22 Juli 2018 Tidak ada kegiatan pengambilan data, waktu
dimanfaatkan untuk mencuci baju dan istirahat
11 Senin, 23 Juli 2018 Tidak ada kegiatan pengambilan data, waktu
dimanfaatkan untuk istirahat
12 Selasa, 24 Juli 2018 Membantu pengambilan data ikan karang
Famili Chaetodontidae dan tutupan karang di

46
Pulau Tinabo Besar pada 2 stasiun

13 Rabu, 25 Juli 2018 Tidak ada kegiatan pengambilan data, waktu


dimanfaatkan untuk mencuci baju dan istirahat
14 Kamis, 26 Juli 2018 Tidak ada kegiatan pengambilan data, waktu
dimanfaatkan istirahat
15 Jumat, 27 Juli 2018 Tidak ada kegiatan pengambilan data, waktu
dimanfaatkan istirahat
16 Sabtu, 28 Juli 2018 Membantu pengambilan data penyu dan ikan
karang Napoleon di Pulau Tarupa Kecil
17 Minggu, 29 Juli 2018 Mengikuti kegiatan balai berupa monitoring
transplantasi karang di Pulau Latondu
18 Senin, 30 Juli 2018 Mengikuti kegiatan balai berupa monitoring
transplantasi karang di Pulau Latondu
19 Selasa, 31 Juli 2018 Mengikuti kegiatan balai berupa monitoring
transplantasi karang di Pulau Tarupa
20 Rabu, 1 Agustus 2018 Mempersiapkan rangka untuk transplantasi
karang (melapisi rangka dengan perekat dan
pasir)
21 Kamis, 2 Agustus 2018 Melakukan kegiatan transplantasi karang di
Acropora Rajuni Laut.
22 Jumat, 3 Agustus 2018 Tidak ada kegiatan, waktu dimanfaatkan untuk
istirahat dan mengolah data sementara
23 Sabtu, 4 Agustus 2018 Membantu pengambilan data ikan karang
Famili Chaetodontidae dan tutupan karang di
Pulau Tinabo Besar
24 Minggu, 5 Agustus 2018 Tidak ada kegiatan, waktu dimanfaatkan untuk
istirahat dan mengolah data sementara
25 Senin, 6 Agustus 2018 Briefing dan persiapan untuk kegiatan balai
berupa “Visit School”
26 Selasa, 7 Agustus 2018 Melaksanakan “Visit School” di Pulau Tarupa

27 Rabu, 8 Agustus 2018 Melaksanakan “Visit School” di Pulau Latondu

28 Kamis, 9 Agustus 2018 Mengikuti kegiatan balai berupa FGD mengenai


perubahan zonasi
29 Jumat, 10 Agustus 2018 Melaksanakan “Visit School” di Pulau Rajuni

30 Sabtu, 11 Agustus 2018 Melakukan kerja bakti di Pulau Tinabo

31 Minggu, 12 Agustus Berangkat kembali ke Balai Taman Nasional


2018 Taka Bonerate di Pulau Selayar
32 Senin, 13 Agustus 2018 Pembuatan presentasi akhir PKL

47
33 Selasa, 14 Agustus 2018 Pembuatan laporan PKL sementara

34 Rabu, 15 Agustus 2018 Melakukan presentasi akhir PKL di hadapan


Kepala SPTN dan Staff Balai Taman Nasional
Taka Bonerate
35 Kamis, 16 Agustus 2018 Menyerahkan laporan PKL sementara pada
pihak Balai Taman Nasional Taka Bonerate

Dosen Wali

Sri Astuty, M. Sc
NIP. 19681014 199702 2 001

48
Lampiran 3. Dokumentasi

Tim PKL Universitas Padjadjaran Setelah Kegiatan Transplantasi Karang

Visit School

49
Tim PKL TN. Taka Bonerate SPTN Wilayah I Tarupa - Universitas Padjadjaran,
Universitas Brawijaya, Universitas Muslim Indonesia Makassar

Mah
asiswa Tim PKL Bersama dengan Para Pembimbing Lapangan
di Tinabo Island

50
Tim PKL TN. Taka Bonerate SPTN Wilayah I Tarupa -
Universitas Padjadjaran, Universitas Brawijaya, Universitas Muslim Indonesia
Makassar , Bersama dengan Beberapa Pembimbing Lapangan di Kantor Balai
Taman Nasional Taka Bonerate

51

Anda mungkin juga menyukai