Pendahuluan Skripsi Ria

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sorgum (Shorgum bicolor (L.) Moench merupakan salah satu bahan

pangan yang penting di dunia. Sorgum mempunyai potensi penting yaitu sebagai

sumber karbohidrat bahan pangan, pakan dan komoditi ekspor. Potensi tersebut

belum dapat dimanfaatkan dengan baik karena adanyan hambatan, yaitu dari segi

pemahaman tentang manfaat dari sorgum serta dari segi penerapan teknologi

budidayanya. Biji sorgum (utuh) mengandung protein 9,01%, lemak 3,6%, abu

1,49%, serat 2,5% (Laimeheriwa, 1990).

Sorgum merupakan tanaman pangan serelia yang mempunyai nilai

adaptasi yang tinggi yaitu lebih tahan terhadap kekeringan apabila dibandingkan

dengan tanaman serelia yang lainnya, dan tanaman sorgum dapat tumbuh hampir

di setiap jenis tanah. Sorgum juga merupakan tanaman yang sangat berpotensi

untuk dikembangkan menjadi salah satu tanaman alternatif untuk memenuhi

kebutuhan pangan, pakan, dan industri. Peningkatan jumlah yang tidak diimbangi

dengan peningkatan ketersediaan bahan pangan, dapat menyebabkan terjadinya

krisis pangan. Sebagai pangan dunia sorgum berada di peringkat ke-5 setelah

gandum, padi, jagung, dan barley (Sirappa, 2003).

Sebagian besar tanah di lahan kering memiliki kesuburan tanah serta

memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Tanpa adanya penambahan

bahan organik yang memiliki kandungan hara yang lengkap, maka kesuburan dan

produktivitas tanah akan sulit untuk ditingkatkan. Adapun manfaat dari pemberian

bahan organik adalah meningkatkan kandungan humus tanah, mengurangi

pencemaran lingkungan, mengurangi pengurasan hara yang terangkut dalam


2

bentuk panenan dan erosi, memperbaiki sifat-sifat tanah (Swift dan Sanchez, 1984

dalam Prihastanti, 2010), dan memperbaiki kesehatan tanah (Logan, 1990 dalam

Prihastanti, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2010) mencoba memanfaatkan

lahan kering dengan penanaman sorgum. Hasil penelitian tersebut menyatakan

bahwa tanaman sorgum cukup adaptabel terhadap lahan dengan kondisi kering.

Sorgum cocok dikembangkan di lahan kering karena keperluan airnya sangat

sedikit. Berikut adalah perbandingan keperluan air untuk menghasilkan 1 kg

bahan kering : 1) Sorgum perlu 322 kg air, 2) Jagung perlu 368 kg air, 3) Barley

perlu 434 kg air, 4) Gandum perlu 514 kg air, dan 5) Padi perlu air yang lebih

banyak lagi.

Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berguna untuk membantu

proses pertumbuhan tanaman sorgum karena mengandung unsur hara makro dan

mikro. Kotoran ayam merupakan bahan yang bisa dijadikan pupuk dan memiliki

kandungan unsur hara yang tinggi. Kotoran ayam mengandung unsur hara makro

maupun mikro diantaranya kandungan N P dan K. Berdasarkan penelitian

sebelumnya (Ngawit dan Hanan, 2007 dalam Zulkifli, 2012) menyatakan bahwa

pupuk kandang sapi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung, terutama

jumlah daun hijau selama fase pengisian biji, mempercepat umur malai dan

meningkatkan hasil, komponen hasil dan indeks panen.

Untuk dapat meningkatkan produksi pertanian, dapat dilakukan dengan

cara perbaikan atau manipulasi lingkungan tumbuh. Pemberian mulsa dapat secara

langsung dapat berpengaruh terhadap lingkungan tumbuh tanaman, diantaranya

dapat meningkatkan kadar air tanah, suhu, udara di dalam tanah, mencegah erosi.
3

Berdasarkan efeknya terhadap suhu tanah, maka penggunaan mulsa dapat

disesuaikan dengan kebutuhan tanaman terhadap suhu tanah. Fluktuasi suhu

sangat ditentukan oleh jenis mulsa (Umboh, 2000).

Pemberian mulsa jerami dapat memberikan lingkungan pertumbuhan yang

baik bagi tanaman karena dapat mengurangi evaporasi, mencegah penyinaran

sinar matahari secara langsung yang berlebihan terhadap tanah, dan dapat menjaga

kelembapan tanah, sehingga tanaman dapat menyerap air dan unsur hara dengan

baik. Selain itu, jerami sebagai bahan organik tanah merupakan unsur mineral

menjadi tersedia apabila telah terurai menjadi bahan anorganik

(Sumarna dan Subhan, 1994).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu dilakukannya pengkajian

untuk melihat respon pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum terhadap

pemberian mulsa dan bahan organik. Dengan adanya penelitian yang berjudul

respon pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum terhadap pemberian mulsa dan

bahan organik, maka produksi sorgum dapat meningkat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan

produksi tanaman sorgum terhadap pemberian mulsa dan bahan organik.

Hipotesis Penelitian

1. Pemberian mulsa berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman sorgum

2. Jenis bahan organik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman sorgum

3. Adanya interaksi antara perlakuan pemberian mulsa dan bahan organik.


4

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai bahan

informasi bagi pihak yang membutuhkan.


5

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench)

Menurut USDA (2008), sistematika sorgum yaitu sebagai berikut,

kingdom plantae, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas

monocotyledoneae, ordo poales, famili poacae, genus shorgum, spesies

(Sorghum bicolor (L.) Moench.

Bagian tanaman di atas tanah tumbuh lambat sebelum perakarannya

berkembang dengan baik. Sistem perakarannya terdiri atas akar-akar seminal

(akar-akar primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar-akar koronal

(akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar-

akar yang tumbuh di permukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran

sekunder 2 kali lipat dari jagung (Deptan, 2008).

Tanaman sorgum memiliki batang berbentuk silinder, beruas-ruas

(internodes), dan berbuku-buku (nodes). Setiap ruas memiliki alur yang

berselang-seling. Diameter dan tinggi batang bervariasi. Ukuran diameter pangkal

batang berkisar 0,5-5,0 cm dan tingginya berkisar 0,5-4,0 m tergantung

varietasnya. Tinggi batang sorgum yang dikembangkan di china dapat mencapai 5

m sehingga sangat ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan penghasil gula

(FAO, 2002).

Daun pada tanaman sorgum dilapisi oleh sejenis lilin yang cukup tebal dan

berwarna putih. Lapisan lilin ini berfugsi untuk menahan atau mengurangi

penguapan air dari dalam tubuh tanaman, sehingga tanaman ini resisten terhadap

cekaman kekeringan (Rismunandar, 1986). Daun sorgum memiliki panjang daun

sekitar 30-135 cm dan lebarnya berkisar antara 1,5-13 cm (Yusro, 2001).


6

Bunga sorgum tersusun dalam bentuk malai dengan banyak bunga pada

setiap malai sekitar 1500-4000 bunga. Bunga sorgum akan mekar teratur dari 7

cabang malai paling atas ke bawah. Malai sorgum memiliki tangkai yang tegak

atau melengkung, berukuran panjang atau pendek dan berbentuk kompak sampai

terbuka (Dicko et al., 2006).

Warna biji sorgum bervariasi tergantung kultivar dan jenisnya ada yang

berwarna putih hingga berwarna kekuningan dari merah hingga berwarna coklat

gelap. Warna pigmen dari biji berasal dari pericarp atau testa bukan dari

endosperm. Endosperm pada sorgum berwarna putih sama seperti yang terdapat

pada jagung putih. Ukuran biji bervariasi tergantung varietas dan jenis dengan

ukuran biji kira-kira 12.000-60.000 biji/pound (Metcalfe dan Elkins, 1980).

Syarat Tumbuh

Iklim

Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 230C-300C

dengan kelembapan relatif 20-40%. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 800 m

dan permukaan laut dimana suhunya kurang dari 200C, maka pertumbuhan

tanaman akan terlambat. Selama pertumbuhan tanaman, curah hujan yang

diperlukan berkisar antara 375-425 mm (Laimeheriwa, 1990).

Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan

yang kurang subur, air yang terbatas dan masukan (input) yang rendah, bahkan

dilahan yang berpasirpun sorgum dapat dibudidayakan. Namun, apabila ditanam

pada daerah dengan ketinggian diatas 500 mdpl, maka tanaman sorgum akan

terhambat pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang (Distan, 2011).


7

Sepanjang hidupnya tanaman sorgum memerlukan sinar matahari penuh.

Oleh karena itu, saat tanam yang cocok adalah musim kemarau. Angin membantu

dalam penyerbukan, namun angin yang terlalu kencang dapat merugikan, karena

merusak daun dan mematahkan batang pokok (Duljapar, 2000).

Tanah

Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi tanah yang luas. Tanaman

ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah-tanah berat yang sering kali tergenang.

Sorgum juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. Sorgum dapat tumbuh pada

pH tanah berkisar 5,0-5,5, dan lebih bertoleransi terhadap salin (garam) tanah

daripada jagung. Tanaman sorgum dapat berproduksi pada tanah yang terlalu

kritis bagi tanaman lainnya (Laimeheriwa, 1990).

Salah satu yang mendukung pada pengolahan lahan sorgum adalah tanah

liat berlempung yang kaya akan humus. Sorgum tidak akan tumbuh dengan baik

pada tanah yang tergenang atau pada lahan rawa. Walaupun sorgum lebih mampu

bertahan pada kondisi tanah yang tergenang dibandingkan dengan tanaman jagung

namun drainase yang baik lebih cocok untuk pertumbuhannya (Thakur, 1980).

Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan

yang kurang subur, air yang terbatas dan masukkan (input) yang rendah, bahkan

dilahan yang berpasir sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada

daerah yang berketinggian diatas 500 mdpl tanaman sorgum akan terhambat

pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang. Sebaiknya sorgum jangan

ditanam di tanah Podzolik Merah Kuning (PMK) yang masam, namun untuk

memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal perlu dipilih tanah ringan

atau mengandung pasir dan bahan organik yang cukup (Yanuwar, 2002).
8

Mulsa

Pemberian mulsa merupakan suatu usaha melindungi tanah dengan suatu

bahan penutup tanah. Dari pengertian ini mulsa diartikan sebagai penutup tanah

yang dapat melindungi tanah dari iklim yang berbeda-beda (Umboh, 2000).

Fungsi lain dari mulsa adalah menjaga tanah agar tetap gembur, suhu dan

kelembapan tanah relatif tetap stabil. Selain itu, dengan adanya mulsa, pemberian

pupuk, pengendalian gulma ataupun hama penyakit dapat berkurang baik dalam

biaya ataupun waktu yang dibutuhkan. Penggunaan mulsa dipermukaan tanah

juga berguna untuk mencegah erosi tanah, menjaga struktur tanah, suhu dan

kelembapan tanah sehingga tercipta kondisi yang baik dan mendukung bagi

peningkatan kualitas dan kuantitas produksi. Dengan adanya mulsa, maka

pembuatan jarak tanam, merawat tanaman, memberi pupuk menjadi lebih mudah

dan tanah bedengan tidak erosi (Asnawi dan Dwiwarni, 2002).

Mulsa berfungsi utnuk melindungi permukaan tanah, mencegah erosi,

menjaga kelembapan tanah, memperbaiki struktur tanah dan menekan

pertumbuhan gulma sehingga meningkatkan produksi tanaman

(Sungheening et al., 2012).

Mulsa akan mempengaruhi cahaya yang akan sampai ke permukaan tanah

dan menyebabkan kecambah-kecambah gulma serta beberapa jenis gulma dewasa

mati (Sukman dan Yakub, 2002).

Bahan jerami yang kadang-kadang diabaikan pada masa panen padi

sesungguhnya dapat digunakan dalam pemulsaan yang bermaksud mencegah

terjadinya erosi. Jerami agak lambat pelapukannya sehingga untuk tanaman cukup

banyak dan dapat berfungsi untuk menahan erosi (Paiman, 1993).


9

Fungsi mulsa jerami adalah untuk menekan pertumbuhan gulma,

mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi

permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan

sinar matahari. Mulsa juga dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah

terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah

(Masnang, 1995).

Menurut penelitian (Siregar et al., 2015), mulsa jerami padi berpengaruh

nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum (Shorgum bicolor (L.)

terhadap parameter jumlah daun pada 5 dan 6 MST.

Penelitian yang dilakukan oleh (Khairunnisa et al., 2015) yaitu dengan

menggunakan mulsa jerami. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tanaman

sorgum dengan parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot

kering akar, dan bobot 1000 biji menunjukkan hasil yang tertinggi dibandingkan

dengan menggunakan mulsa lainnya. Hal ini dikarenakan mulsa jerami memiliki

kemampuan untuk menyerap air lebih banyak, serta mampu menyimpan air lebih

lama. Air sangat berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Selain sebagai penyusun utama tanaman, air diperlukan untuk melarutkan unsur

hara agar mudah diserap air. Dalam tubuh tanaman, air digunakan sebagai media

transport unsur hara, serta hasil fotosintat (Sunghening et al., 2012).

Bahan Organik

Pupuk Kandang Ayam

Pemberian bahan organik juga berperan dalam memperbaiki sifat kimia

tanah. Dari hasil penelitian Hanafiah (1989) menunjukkan bahwa pemberian

pupuk kandang ayam setelah 8 minggu dapat memperbaiki sifat kimiawi tanah
10

latosol subang. Peningkatan takaran pupuk kandang diikuti naiknya pH, kadar

Aldd dan Fedd yang semuanya bersifat positif terhadap perbaikan sifat kimiawi

tanah.

Pupuk kandang ayam berasal dari feses ayam yang kandungan N, P, dan K

relatif tinggi dari feses hewan lainnya. Manfaat kotoran ayam setelah diteliti dan

ternyata memberi efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan tanaman bahkan

lebih besar dari pada kotoran ternak besar. Dari segi kadar hara tiap ton kotoran

unggas terdapat 65,82 kg N, 13,7 kg P, 12,80 kg K (Lubis, 1986).

Kotoran ayam merupakan salah satu pupuk kandang yang sering

digunakan oleh petani saat ini. Menurut Hasibuan (2004) bahwa secara

keseluruhan kotoran ayam mengandung 55% H2O, 1% N, 0,8% P2O5, dan 0,04%

K2O. Pemberian pupuk kandang ini memberikan pengaruh yang sangat baik

terhadap kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman.

Dengan pertumbuhan akar yang lebih baikakan meningkatkan penyerapan

unsur harayang mengakibatkan tinggi tanaman danjumlah daun meningkat. Hal

ini sejalan dengan pendapat Subroto (2009), bahwa pemberian pupuk kandang

ayam dapat memperbaiki struktur tanah serta dapat memperkuat akar tanaman.

Menurut Raihan (2000) menyatakan bahwa penggunaan bahan organik pupuk

kandang ayam sebagai pemasok hara tanah dan meningkatkan retensi air, apabila

kandungan air tanah meningkat, proses perombakan bahan organik akan banyak

menghasilkan asam-asam organik, anion dari asam organik dapat mendesak fosfat

yang terikat oleh Fe da Al sehingga fosfat dapat terlepas dan tersedia bagi

tanaman. Penambahan kotoran ayam berpengaruh positif pada tanah masam

berkadar bahan organik rendah karena pupuk organik mampu meningkatkan kadar
11

P, K, Ca dan Mg tersedia. Menurut Ismaeil et al. (2012) berpendapat bahwa

pemberian pupuk kandang ayam pada dosis 5 ton/ha dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman sorgum dibandingkan dengan pemberian dosis pupuk

kandang ayam 2,5 ton/ha.

Kandungan hara dalam kotoran ayam tiga kali lebih besar dari hewan

ternak lain (sapi, kambing, dan kuda). Hal ini disebabkan lubang pembuangan

ayam hanya satu sehingga kotoran padat dan cair tercampur. Komposisi

kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti ternak, umur dan kondisi ternak, macam pakan, serta perilaku dan

penyimpanan pupuk sebelum diaplikasikan ke lahan (Munawar, 2011).

Pupuk Kandang Sapi

Pemupukan dengan pupuk kandang sapi merupakan usaha untuk

mencukupi kebutuhan hara tanaman. Dengan memperbaiki pertumbuhan, akar

tanaman akan lebih berkembang masuk ke dalam tanah dan dapat lebih baik

menggunakan persediaan air di lapisan bawah tanah. Tanaman yang mendapat

cukup hara dapat menyelesaikan siklus hidupnya lebih cepat, sedangkan tanaman

yang kekurangan hara dapat lebih lambat dipanen, tetapi jika tanaman kelebihan

hara juga tidak baik karena dapat meracuni tanaman, sehingga pada proses

pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu. Untuk mengurangi hara

yang berlebih, pemberian pupuk tidak sekaligus dilakukan, tetapi secara bertahap

sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu (Ngawit dan Hanan, 2007 dalam

Zulkifli, 2012) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang sapi meningkatkan

pertumbuhan tanaman jagung, terutama jumlah daun hijau selama fase pengisian
12

biji, mempercepat umur keluar malai dan rambut tongkol serta meningkatkan

hasil, komponen hasil dan indeks panen. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh

faktor genetik dan lingkungan.

Pupuk kandang sapi tergolong pupuk dingin, hasil pupuk seekor sapi

dewasa pertahun menurut taksiran adalah 7500 kg pupuk segar dan 5000 kg

pupuk matang. Terdiri atas unsur N 15 kg, P 5 kg dan K 25 kg. Kandungan unsur

hara dan air pada kotoran padat dalam keadaan segar adalah 0,4% N, 0,2% P2O5,

0,1% K2O, dan 85% air.

Pupuk Kascing

Kascing dapat digolongkan sebagai pupuk organik dan bermanfaat bagi

pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kascing mempunyai kemampuan

meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, dan produksi berbagai tanaman.

Pemberian pupuk organik bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga

tanah menjadi lebih gembur, dan penambahan unsur hara ke dalam tanah terutama

unsur hara makro. Kascing mengandung unsur makro yaitu N, P, K, Ca, dan Mg

dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tanah, dan unsur-unsur

makro tersebut berada dalam bentuk siap diserap tanaman sehingga bermanfaat

bagi pertumbuhan dan produksinya (Simandjuntak dan Waluyo, 1982).

Sutantu (2002) menyatakan bahwa dengan pupuk organik sifat fisik,

kimia, dan biologi tanah menjadi lebih baik. Kompos mempunyai sifat drainase

dan aerasi yang baik, namun demikian kascing mempunyai kandungan unsur hara

yang tersedia untuk tanaman dan kemampuan sebagai penyangga (buffer) pH

tanah. Secara biologis keduanya mempunyai mikroba yang penting bagi medium

tumbuh bibit. Mikroba yang terdapat pada kascing dapat menghasilkan enzim-
13

enzim (amilase, lipase, selulase, dan chitinase). Kelebihan dari kascing tersebut

yaitu adanya kandungan hormon tumbuh akan memberikan pengaruh yang lebih

baik pada pertumbuhan bibit. Perlakuan jenis pupuk organik yang diberikan ke

dalam tanah menyebabkan N total dalam tanah berbeda. Hal ini menunjukkan

bahwa pupuk kascing memberikan unsur hara N yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan jenis pupuk organik lannya.

Kascing merupakan kotoran cacing yang dapat berguna untuk pupuk,

kascing ini mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan

cacing dan kemudian di keluarkan tergantung pada bahan organik dan jenis

cacingnya. Namun, umumnya kascing mengandung unsur hara yang dibutuhkan

seperti nitrogen, fosfor, mineral, vitamin. Karena mengandung unsur hara yang

lengkap, apalagi nilai C/N nya kurang dari 20 maka kascing dapat digunakan

sebagai pupuk (Simanungkalit, 2006).


14

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan UPTD. Benih Induk Palawija,

Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian

tempat ± 25 meter di atas permukaan laut (dpl) mulai bulan Oktober 2019 sampai

dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih tanaman sorgum

varietas Numbu sebagai objek penelitian, mulsa jerami padi, pupuk kandang

ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kascing, Urea, SP-36, KCl (sebagai pupuk

dasar), fungisida (dithane), dan air.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, tugal, gembor,

handsprayer, meteran, pacak sampel, pacak perlakuan, alat tulis, label, karung,

tali, ember, pisau, plastik, gelas ukur, timbangan, dan kalkulator, dan alat lainnya

untuk mendukung penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan dua

faktor perlakuan yaitu :

Faktor I (Petak Utama) : Mulsa (M) yang terdiri dari dua jenis, yaitu :

M0 = Tanpa Mulsa

M1 = Mulsa Jerami

Faktor II (Anak Petak) : Bahan Organik (B) yang terdiri dari 4 jenis, yaitu:

B0 = Tanpa Bahan Organik

B1 = Pupuk Kandang Ayam


15

B2 = Pupuk Kandang Sapi

B3 = Pupuk Kascing

Sehingga diperoleh perlakuan sebanyak 8 kombinasi, yaitu :

M0B0 M1B0

M0B1 MIB1

M0B2 M1B2

M0B3 M1B3

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan

Jumlah petak utama : 6 plot

Jumlah anak petak : 24 plot

Ukuran petak utama : 120 cm x 1450 cm

Ukuran anak petak : 120 cm x 300 cm

Jarak antar petak : 50 cm

Jarak antar blok : 100 cm

Jumlah tanaman per petak : 30 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 720 tanaman

Jumlah sampel/petak : 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 120 tanaman

Dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan sampel

secara linier aditif sebagai berikut :

Yijk = μ + ρi + αj + δij + βk + (αβ)jk + εijk

i = 1,2,3

j = 1,2
16

k = 1,2,3,4

dimana :

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan mulsa ke-j dan

bahan organik ke-k

ρi : Pengaruh dari blok ke-i

δij : Efek galat dari blok ke-i yang disebabkan mulsa pada taraf ke-j

βk : Pengaruh perlakuan bahan organik ke-k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi antara jenis mulsa perlakuan ke-j dengan bahan

organik ke-k

εijk : Efek galat pada blok ke-i akibat jenis mulsa ke-j dan pengaruh bahan

organik ke-k

Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan sampel secara

linier aditif. Perlakuan yang berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji

Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% (Sastrosupadi, 2000).


17

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal pertanaman dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman. Tanah

diolah dua minggu sebelum tanam dengan kedalaman 25-30 cm. Diukur areal

pertanaman yang akan digunakan. Petak utama dibentuk dengan ukuran 120 cm x

1450 cm dengan jarak antar petak 50 cm dan jarak antar blok 100 cm.

Aplikasi Bahan Organik

Aplikasi bahan organik pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan

pupuk kascing dilakukan satu minggu sebelum tanam sesuai perlakuan masing-

masing. Aplikasi bahan organik ini dilakukan dengan cara mencampur perlakuan

dengan tanah secara merata pada saat pengolahan tanah dilakukan.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara menugal sedalam 3 cm sebanyak 2

benih per lubang tanam yang sebelumnya telah direndam air selama 10 menit.

Jarak tanam yang digunakan yaitu 70 x 20 cm.

Aplikasi Mulsa

Aplikasi mulsa jerami dilakukan dengan cara meletakkan masing-masing

mulsa sesuai dengan perlakuan pada petak utama dengan ketebalan 5 cm hingga

menutupi seluruh permukaan tanah dengan rata. Aplikasi mulsa dilakukan setelah

bibit di tanam (1 MST).

Pemeliharaan Tanaman

Penyulaman
18

Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur satu minggu setelah tanam.

Penyulaman dilakukan dengan menanam benih sorgum pada lubang tanam yang

tanamannya tidak tumbuh atau pertumbuhannya tidak baik.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan berdasarkan rekomendasi pemupukan dari Deptan

(2013), pupuk yang diberikan yaitu 90 Kg N/ha (200 Kg Urea/ha), 45 Kg

P2O5/ha (125 Kg SP-36/ha), dan 30 Kg K2O/ha (50 Kg KCl/ha). Pemupukan N

dilakukan dua kali, dimana 1/3 bagian diberikan pada saat awal penanaman

sorgum yang dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk P dan K seluruhnya,

dan sisanya 2/3 bagian pupuk N diberikan pada saat umur 4 MST. Pemupukan

dilakukan dengan cara menabur pada lubang yang dibuat sedalam 5 cm dengan

jarak 10 cm dari lubang tanam lalu ditutup dengan tanah.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali setiap hari yaitu pada pagi hari dan sore

hari. Apabila turun hujan, penyiraman tidak perlu dilakukan.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan satu minggu setelah tanam dengan cara memotong

tanaman menggunakan pisau ataupun gunting dengan meninggalkan tanaman

yang sehat.

Penyiangan
19

Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut atau

dilakukan dengan menggunakan cangkul agar tidak terjadi persaingan dengan

tanaman utama.

Pencegahan Hama dan Penyakit

Pencegahan penyakit dilakukan dengan menggunakan fungisida Dithane

M-45 dengan dosis 2 g/liter air. Pencegahan penyakit dilakukan dua kali pada saat

tanaman berumur 4 dan 6 minggu setelah tanam dengan menggunakan knapsack

dan disemprotkan ke daun dan batang tanaman secara merata. Pencegahan hama

dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif karbaril.

Penyemprotan dilakukan pada saat tanaman umur 6 MST yang terkena serangan

hama.

Panen

Pemanenan dilakukan sesuai dengan kriteria panen yaitu daun berwarna

kuning dan mengering, serta biji-biji telah bernas dan keras. Panen dilakukan

dengan menggunakan gunting, dipotong sekitar 10-15 cm di bawah tangkai malai.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung daun

tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran pertama dilakukan satu

minggu setelah tanam dengan interval 1 minggu sekali hingga masuk fase

generatif.

Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun yang dihitung yaitu daun yang telah terbuka sempurna dan

masih berwarna hijau. Perhitungan pertama dilakukan 2 minggu setelah tanam


20

dengan interval 1 minggu sekali sampai populasi tanaman sorgum telah berbunga

sebanyak 75%.

Diameter Batang (mm)

Pengukuran diameter batang dilakukan pada 2 MST dan 9 MST.

Pengukuran diameter batang menggunakan jangka sorong. Setiap tanaman sampel

diukur 5 cm diatas pangkal batang.

Umur Berbunga (hari)

Umur berbunga ditentukan pada saat bunga setiap tanaman sampel

muncul. Dicatat umur berbunga setiap hari dimulai sejak bunga pertama keluar

sampai dengan tanaman sorgum telah berbunga sebanyak 75%.

Produksi per Sampel (g)

Produksi per sampel diambil dengan cara menimbang biji per sampel

setelah biji dipisahkan atau dirontokkan dari malai dan dibersihkan dari kotoran-

kotoran. Produksi per sampel ditimbang setelah tanaman dipanen.

Produksi per anak petak (g)

Produksi per anak petak diambil dengan menimbang biji per anak petak

setelah biji dipisahkan atau dirontokkan dari malai dan dibersihkan dari kotoran-

kotoran. Produksi per anak petak dihitung setelah tanaman dipanen.

Bobot 1000 biji (g)

Ditimbang sebanyak 1000 biji yang telah dijemur selama beberapa hari

sampai kadar air mencapai 12%. Dengan rumus :

KA = Berat Basah-Berat Kering


Berat Basah

Penimbangan dilakukan setelah panen dengan menggunakan timbangan analitik.


21

DAFTAR PUSTAKA

Asnawi, R. dan Dwiwarni, I. 2002. Majalah Pertanian Abdi Tani. Vol. 3


No.4/Edisi XIII.

Dicko, M. H., Gruppen, H., Traore A.S., Voragen A.G.J., dan Van Berkel WJH.
2006. Shorgum grain as human food in Africa, relevance of contentof
starch and amylase activities. African Journal of Biotechnology 5 (5):
384-395.

Duljapar, K. 2000. Hermada. Budidaya dan Prospek Bisnis. Penebar Swadaya.


Jakarta.

FAO, Agricultural department. 2002. Sweet sorgum in china. World Foot summit,
10-13 june 2002. http://www.fao.orglag(22 Maret 2014).

Khairunnisa, Ratna, R. L., T. Irmansyah., 2015. Respon Pertumbuhan dan


Produksi Tanaman Sorgum terhadap Pemberian Mulsa dan Berbagai
Metode Olah Tanah. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Laimeheriwa, J. 1990. Teknologi Budidaya Sorgum. Departemen Pertanian, Balai


Informasi Pertanian, Provinsi Irian Jaya.
http:www.Pustaka.litbang.deptan.go.id (22 Maret 2014).

Lubis, A.M. 1986. Azas-Azas Kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian UISU. Medan.

Masnang, A. 1995. Pengaruh Penggunaan Mulsa Terhadap Sifat Fisik, Total


Mikroorganisme Tanah, Aliran Permukaan, dan Erosi. Tesis. Program
Pascasarjana IPB. Bogor.

Metcalfe, D.S. dan Elkins, D.M.. 1980. Crop Production: Principles and Practices.
Macmillan Publishing co. Inc. New York.

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor.

Paiman, 1993. Peranan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman


Budidaya. Makalah Seminar Kelas Program Pasca Sarjana. UGM.
Yogyakarta.

Simandjuntak, A.K. dan Waluyo, D. 1982. Cacing Tanah Budidaya dan


Pemanfaatannya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Simanungkalit, R.D.M. 2006. Pupuk Organik dan Ppupuk Hayati. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor. Jawa Barat.
22

Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai


Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri. J Litbang
Pertanian. 22 (4).

Siregar, N., T. Irmansyah., Mariati., 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi


Sorgum Manis terhadap Pemberian Mulsa dan Bahan Organik.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sukman, Y. dan Yakub. 2002. Gulma dan Teknik Pengndaliannya. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Sumarna dan Subhan. 1994. Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat dan Mulsa Terhadap
Pertumbuhan Vegetatif.

Sungheening, W., Tohari., dan Shiddieq, D. 2012. Pengaruh Mulsa Organik


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kacang Hijau (Vigna
radiata L.) di Lahan Pasir Pntai Bugel, Kulon Progo. Jurusan Budidaya
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Thakur, C. 1980. Scientific Crop Production. Metropolitan Book Co. Pvt. Ltd.
Book Sellers and Publishers. L. Netaji Marg. New Delhi.

Umboh, A. H. 2000. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya. Jakarta.

USDA. 2008. Classification for Kingdom Plantae Down to Species Shorgum


bicolor (L.) Moench (online). http://plants.usda.gov (14 Oktober 2014).

Yusro. 2001. Pengelompokkan Varietas/Galur Sorgum Berdasarkan Ciri-Ciri


Morfologinya. IPB. Bogor.
23

Lampiran 1. Bagan Penelitian

BLOK I BLOK III BLOK II

100 cm

120 cm 50 cm

300 cm B0 B3 B1 B2 B0 B1

50 cm

B2 B1 B2 B2 B3 B2

B1 B2 B0 B3 B2 B0

B3 B0 B3 B0 B1 B3
24

Lampiran 2. Bagan Penanaman Pada Plot

10 cm 20 cm 10 cm
X X X X X X

70 cm
X X X X X X

X X X X X X
300 cm

X X X X X X

X X X X X X

120 cm
25

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian

Minggu ke-
No. Kegiatan Penelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1. Persiapan Lahan X
Aplikasi Bahan
2. X
Organik
3. Penanaman X
4. Aplikasi Mulsa X
5. Pemupukan X X
6. Penyulaman X
7. Penjarangan X
Pemeliharaan
8
Tanaman
Penyiraman
Penyiangan Disesuaikan Dengan Kondisi di Lapangan
Pencegahan HPT
9 Panen X X
10. Pengamatan
Parameter
Tinggi Tanaman
X X X X X X X X
(cm)
Jumlah Daun (helai) X X X X X X X X
Diameter Batang
X X X X X X X X
(mm)
Umur Berbunga (hari) X
Produksi per Sampel
(g)p
Produksi per anak X
petak (g)
Bobot 1000 biji (g) X
26

Lampiran 4. Deskripsi Sorgum Varietas Numbu

Tanggal dilepas : 22 Oktober 2001


Asal : India
Umur berbunga 50% : ± 69 hari
Panen : ± 100-105 hari
Tinggi Tanaman : ± 187 cm
Sifat Tanaman : tidak beranak
Kedudukan Tangkai : di pucuk
Bentuk daun : pita
Jumlah daun : 14 helai
Sifat malai : kompak
Bentuk malai : ellips
Panjang malai : 22-23 cm
Sifat sekam : menutup sepertiga bagiaj biji
Warna sekam : coklat muda
Bentuk/sifat biji : bulat lonjong, mudah dirontok
Ukuran biji : 4,2; 4,8; 4,4 mm
Warna biji : krem
Bobot 1000 biji : 36-37 g
Rata-rata hasil : 3,11 t/ha
Potensi hasil : 4,0-5,0 t/ha
Kerebahan : tahan rebah
Ketahanan : tahan hama aphi, tahan penyakit karat dan bercak daun
Kadar protein : 9,12%
Kadar lemak : 3,94%
Kadar karbohidrat : 84,58%
Daerah sebaran : dapat ditanam di lahan sawah dan tegalan
Pemulia : Sumarny Singgih, Muslimah Hamdani, Marsum Dahlan

Sumber : http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/
27

Lampiran 5. Kebutuhan Bahan Organik dan Pupuk Dasar Tanaman Sorgum


Pada tanaman jagung, diketahui bahwa dosis anjuran bahan organik sebesar 20
Ton/Ha.
Kebutuhan dosis bahan organik kototan ayam, kotoran sapi, dan kotoran cacing
per plot sesuai dosis anjuran 20 Ton/Ha :
Luas plot = 300 cm x 120 cm = 3600 cm2
= 3,60 m2
20 Ton/Ha = 20.000 kg x 3,60 m2 = 7,2 kg/plot
10.000 m2
Kebutuhan Pupuk Dasar Sorgum berdasarkan acuan
Sumber : http://www.pustaka-deptan.go.id
Urea : 200 kg/Ha = 200 kg / 71.428,57 tanaman
= 0,0028 kg/tanaman = 2,8 g/ tanaman
SP36 : 100 kg/Ha = 100 kg / 71.428,57 tanaman
= 0,0014 kg / tanaman = 1,4 g/ tanaman
KCL : 50 kg/Ha = 50 kg / 71.428,57 tanaman
= 0,0007 kg / tanaman = 0,7 g/ tanaman

Anda mungkin juga menyukai