Pulp Kelompok4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Abstrak

Proses soda semi mekanis dalam pembuatan pulp merupakan proses yang
menggunakan proses kimiawi dan proses mekanis. Proses kimiawi yang dilakukan
adalah pemasakan dengan menggunakan larutan pemasak NaOH, sedangkan
proses mekanis yang dilakukan adalah menggunakan blender untuk
menghasilkan serat yang lebih halus. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kondisi operasi pembuatan pulp proses soda semi mekanis terhadap
perolehan pulp. Dalam praktikum ini wood chip yang digunakan sebanyak jumlah
500,16 gram dengan kadar air 5,8%. Lama pemasakan selama 2 jam 30 menit,
dari percobaan didapat pulp kering sebanyak 267,79 gram. Yield pulp yang
diperoleh sebanyak 53,54%.

Kata kunci : Larutan pemasak; Proses soda semi mekanis; pulp; wood; yield.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Landasan Teori
Didalam biomassa terdiri dari beberapa komponen penyusun, yaitu selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Oleh karena itu biomassa sering disebut sebagai bahan
berlignoselulosa. Lignoselulosa mengandung tiga komponen penyusun utama,
yaitu selulosa sebagai kerangka, kandungannya (30-50%-berat), hemiselulosa
sebagai bahan pengisi, kandungannya (15-35%-berat), dan lignin sebagai
pembungkus, kandungannya (13-30%-berat).
a. Selulosa
Komponen utama penyusun jaringan dinding sel tumbuh - tumbuhan pada
umumnya adalah selulosa. Selulosa adalah polimer alam berupa zat karbohidrat
(polisakarida) yang mempunyai serat dengan warna putih, tidak dapat larut dalam
air dan pelarut organik. Proses pembuatan pulp adalah contoh perlakuan fisik dan
kimia yang mempunyai tujuan untuk memisahkan selulosa dari kandungan
impuritiesnya.

Gambar 1.1. Struktur Selulosa

a. Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah bagian dari kelompok polisakarida yang memiliki
rantai pendek dan bercabang. Pada tumbuhan, hemiselulosa berfungsi sebagai
bahan pendukung dinding sel. Hemiselulosa juga merupakan senyawa polimer
yang terdapat pada biomassa.
Gambar 1.2. Struktur Monomer Pembentuk Hemiselulosa

b. Lignin

Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Struktur


molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena
terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil propana.

Gambar 1.3 (1)p-koumaril alkohol, (2)koniferil alkohol, dan (3)sinapil alcohol

c. Delignifikasi
Delignifikasi adalah proses penyisihan lignin dari biomassa. Proses
delignifikasi terjadi karena putusnya ikatan α-aril eter dalam makromolekul lignin.
Ikatan α-aril eter merupakan pengikat rantai-rantai polimer lignin pada
makromolekul lignoselulosa padatannya. Pemutusan ikatan lignin tersebut
disebabkan oleh adanya ion hidrogen (H+) yang berasal dari cairan pemasak,
sehingga lignin yang lepas dari makromolekul lignoselulosa dapat larut dalam
larutan pemasak. Keberhasilan proses delignifikasi ditunjukkan oleh derajat
delignifikasi dan selektivitas fraksionasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses delignifikasi antara lain konsentrasi asam organik, nisbah cairan-padatan
dan waktu reaksi.

1.1.1 Pulp
Pulp atau bubur kertas merupakan serat berwarna putih yang diperoleh
melalui proses penyisihan lignin dari biomassa. (Jalaluddin, 2005). Pulp dapat
diolah dengan lebih lanjut menjadi kertas, rayon, selulosa asetat dan turunan
selulosa yang lain. Sebagai bahan baku pulp dipakai bahan baku jerami dan
merang dan meningkat menjadi bahan baku bambu, ampas, tebu, pohon kapas,
serat dan jenis rumput – rumputan. Syarat – syarat bahan baku yang digunakan
dalam pulp, yakni :
a. Berserat
b. Kadar alpha sellulosa lebih dari 40 %
c. Kadar ligninnya kurang dari 25 %
d. Kadar air maksimal 10 %
e. Memiliki kadar abu yang kecil (Harsini dan Susilowati, 2010).
Pengelompokan pulp menurut komposisinya dikelompokkan menjadi tiga jenis
yaitu:
1. Pulp kayu (wood pulp)
Pulp kayu adalah pulp yang berbahan baku kayu. Pulp kayu dibedakan
menjadi :
- Pulp kayu lunak (soft wood pulp). Jenis kayu lunak yang umum digunakan
berupa jenis kayu berdaun jarum (Needle Leaf) seperti Pinus Merkusi,
Agatis Loranthifolia, dan Albizza Folcata.
- Pulp kayu keras (hard wood pulp) Pada umumnya serat ini terdapat pada
jenis kayu berdaun lebar (Long Leaf) seperti kayu Oak.
2. Pulp bukan kayu (non wood pulp)
Pada saat ini pulp non kayu yang dihasilkan digunakan untuk memproduksi
kertas meliputi : percetakan dan kertas tulis, linerboard, medium berkerut, kertas
koran, tisu, dan dokumen khusus. Pulp non kayu yang umum digunakan biasanya
merupakan kombinasi antara pulp non kayu dengan pulp kayu lunak kraft atau
sulfit yang ditambahkan untuk menaikkan kekuatan kertas. Karekteristik bahan
non kayu mempunyai sifat fisik yang lebih baik daripada kayu lunak dan dapat
digunakan di dalam jumlah yang lebih rendah bila digunakan sebagai pelengkap
dan sebagai bahan pengganti bahan kayu lunak. Sumber serat non kayu meliputi: -
limbah pertanian dan industri hasil pertanian seperti jerami padi, gandum, batang
jagung, dan limbah kelapa sawit.
3. Pulp kertas bekas (Harsini dan Susilowati, 2010).
1.1.2 Proses pembuatan Pulp
Pulp merupakan hasil pembuburan bahan tumbuh-tumbuhan yang
komponen utamanya adalah selulosa. Pulp merupakan bahan baku utama untuk
pembuatan kertas. Proses pembuatan pulp industri dibagi atas tiga kelompok yaitu
proses mekanis, proses kimia dan proses semi kimia. Semuanya mempunyai
tujuan yang sama yaitu untuk memisahkan serat selulosa dari senyawa
pengikatnya terutama liginin.

1.2.2.1 Secara Mekanis


Pulp dapat dbuat dari kayu dengan penglahan secara mekanis tanpa
perlakuan kimia. Proses ini memiliki keunggulan antara lain memberikan hasil
yang lebih tinggi tetapi itu membutuhkan energi yang lebih besar. Pulp-pulp
mekanik lebih banyak diproduksi dari kayu-kayu yang lunak. Pada proses ini
kandungan lignin dan zat-zat lain masih tinggi.

1.2.2.2 Secara Kimia


Dalam metode ini, serpihan kayu dimasak dengan bahan kimia yang tepat
dalam larutan berair dengan menaikkan suhu dan tekanan. Tujuannya adalah
mendegradasi dan melarutkan lignin dan meninggalkan sebagian besar selulosa
dan hemiselulosa dalam bentuk serat utuh. Ada tiga metode pembuatan pulp
secara kimia yaitu proses Kraft, proses soda (basa), dan proses sulfit (asam).

1). Proses sulfat (Kraft)

Sistem pemasakan alkali bertekanan pada suhu tinggi dikenal dalam tahun
1850 –an. Menurut metode yang diusulkan oleh C. Watt dan H. Burgess, larutan
Natrium Hidroksida digunakan sebagai lindi pemasak dan lindi bekas yang
dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan dan dibakar.

Dalam tahun 1870, A.K. Eaton mematenkan penggunaan Natrium Sulfat


sebagai pengganti Natrium Karbonat. Gagasan yang mirip diikuti oleh C.F. Dahl,
yang sekitar 15 tahun kemudian menyajikan proses pembuatan pulp yang mudah
dilakukan secara teknik di Danzig. Penemuan-penemuan ini mengawali proses
kraft. Namun terobosan proses kraft pertama-tama terjadi dalam tahun 1930-an
setelah dikenalkan sistem-sistem pengelantangan bertingkat banyak.

Saat ini proses sulfat tidak hanya merupakan proses pembuatan pulp
alkalis yang utama untuk kayu, tetapi sekaligus juga merupakan proses pulp yang
paling penting. Proses sulfat melibatkan pemasakan chip dengan larutan NaOH
dan Na2S. Reaksi dengan alkali menyebabkan pemecahan lignin menjadi
kelompok yang lebih kecil dimana garam natrium dapat larut dalam cairan
pemasak. Pada proses sulfat menghasilkan kertas yang kuat tetapi pulp yang
belum diputihkan berwarna coklat tua. Proses ini ditemukan lebih dari 100 tahun
yang lalu sebagai modifikasi dari proses soda.

2) Proses Soda
Dalam proses ini, kayu dimasak dengan NaOH. Cairan pemasak yang
tersisa diuapkan dan dibakar menghasilkan Na2CO3 dan ketika ditambahkan
dengan kapur menghasilkan NaOH. Keuntungan proses soda adalah mudah
mendapatkan kembali bahan kimia hasil pemasakan (recovery) NaOH dari lindi
hitam dan bahan baku yang dipakai dapat bermacam-macam.

3) Proses Sulfit

Dalam proses ini, campuran asam sulfit (H2SO3) dan ion bisulfit (HSO3)
digunakan untuk melarutkan lignin. Sulfit bersatu dengan lignin membentuk
garam dari asam lignosulfonik yang dapat larut dalam larutan pemasak dan
struktur kimia dari lignin masih utuh. Bahan kimia dasar untuk bisulfit dapat
berupa ion kalsium, magnesium, natrium atau ammonium. Pulp sulfit dapat
dilakukan dalam rentang pH yang besar. Asam sulfit menunjukkan proses pulp
dengan kelebihan asam sulfur bebas (pH 1-2), dimana bisulfit memasak dalam
keadaan sedikit asam. Pulp sulfit berwarna lebih cerah daripada pulp kraft dan
dapat di bleach lebih mudah tetapi lembaran kertas lebih lemah daripada kertas
kraft.

Tabel 1.1 Tabel perbandingan sifat produktif untuk berbagai proses

1.2.2.3 Semi chemical proses


Pembuatan pulp secara semikimia merupakan proses dua tahap yaitu:
tahap pertama serpihan kayu diolah dengan bahan kimia yang tidak terlalu banyak
untuk memutus ikatan interseluler dengan menghilangkan sebagian hemiselulosa
dan lignin, selanjutnya mengalami perlakuan mekanis utuk memisahkan serat-
seratnya. Cara pembuatan pulp secara semikimia dilakukan untuk mendapatkan
hasil pulp yang lebih baik, disamping untuk mempertahankan keunggulan sifat
pulp yang akan diperoleh dengan cara mekanis. Hasil dan kualitas pulp yang
diperoleh dengan cara semi kimia terletak diantara hasil pulp yang diperoleh
dengan cara kimia maupun mekanis cara semikimia ini lebih sesuai untuk bahan
baku jenis kayu keras. Hasil pulp diperoleh sekitar 60-70% dan berat kering bahan
baku.

1.2.3 Faktor yang berpengaruh pada pembuatan pulp


a. Larutan pemasak (larutan NaOH, Na2S, dan Na2CO3).
Larutan pemasak memisahkan dan menguraikan serat-serat selulosa dan
non selulosa. Pemisahan serat ini sangat penting sebab kadar non selulosa yang
cukup tinggi akan menurunkan kualitas pulp misalnya mengakibatkan degradasi
dan pelarutan selulosa yang berlebihan sehingga mengakibatkan sifat-sifat
kekuatan pulp turun (sjostrum, 1981).
b. Temperatur pemasak dan pengeringan
Pengeringan dan pemasakan dibawah suhu penguraian akan
mengakibatkan selulosa dalam bahan baku belum terurai secara sempurna dan
akan mengakibatkan pula beberapa perubahan sifat selulosa.
c. Waktu pemasakan.
Proses pembuatan pulp yang menggunakan suhu 190 – 200oC, hanya
membutuhkan waktu pemasakan 15 – 30 menit (Nolan, 1957; Kleinert, 1965).
Waktu pemasakan yang cukup lama akan merusak struktur selulosa selulosa dan
pemanasan dibawah suhu penguraian akan mengakibatkan selulosa dalam bahan
baku belum terurai secara sempurna.
c. Tekanan
Tekanan yang digunakan dalam setiap proses tergantung dari jenis bahan
baku yan digunakan dan temperatur operasi.
d. Dimensi serat meliputi panjang serat, diameter serta tebal dinding sel.
BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat-alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan pulp


dengan proses semi mekanis adalah Mini Digester, gelas ukur 1000ml, vessel, dan
screening bucket.

2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan pembuatan pulp dengan


proses semi mekanis adalah wood chip, white liqour, dan air.

2.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan pembuatan pulp dengan
proses semi mekanis adalah sebagai berikut :

1) Wood chip ditimbang sebanyak 500,16 gram.


2) Dimasukkan chip kedalam vessel dan pasang tutup portable vessel diatas
tumpukan chip.
3) Portable vessel yang berisi chip dimasukkan kedalam mini digester.
4) Ditutup semua manual valve yang ada dibagian bawah digester.
5) Dimasukkan white liqour kedalam digester sebanyak 1,7 liter.
6) Dimasukkan air kedalam digester sebanyak 821 ml.
7) Pompa digester dinyalakan dan atur aliran liqour yang masuk menuju
penutup vessel portable hingga diperkirakan menyebar sempurna.
8) Ditutup digester dengan sebelumnya memastikan screw valve yang ada
diatasnya dalam kondisi terbuka dengan nozzle menghadap ke steam area.
9) Mur penguat dikencangkan sehingga tidak dapat diputar lagi.
10) Ditutup screw valve yang ada dibagian atas penutup.
11) Ditekan tombol “run” pada kontroller selama 3 detik.
12) Proses cooking dibiarkan berlangsung selama waktu yang telah ditentukan
dengan memperhatikan secara berkala alat ukur tekanan dan suhu serta
kondisi digester selalu dalam kondisi aman.
13) Satu menit sebelum proses cooking selesai akan terdengar bunyi alarm
pengingat, dibuka proccess water source valve yang menuju ke condenser
dengan besar bukaan tertentu.
14) Perhatikan pada controller sampai lampu “prg” yang menyala mati dan
digantikan dengan lampu “rst” yang menyala.
15) Diturunkan tekanan dengan bukaan valve pembuangan dibagian atas
digester.
16) Pada tekanan 3 bar, diambil sampel Black Liqour dengan cara dibuka
condenser valve kira-kira 50% bukaan.
17) Diturunkan tekanan dengan membuka valve 100% sampai bacaan presue
gauge sama dengan nol.
18) Dibuka semua manual valve yang ada dibagian bawah digester.
19) Mur dilepaskan dan angkat tutup digester dengan bantuan sarung tangan
anti panas.
20) Didinginkan postable vessel dengan air mengalir.
21) Dipindahkan pulp yang telah masak ke dalam ember plastik untuk dicuci.
22) Selanjutkan pulp disaring dengan kain dan dicuci hingga air cucian sudah
tidak berwarna hitam kecoklatan lagi.
23) Pulp dikeringkan dengan suhu ruang.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan pembuatan pulp ini, variasi yang dilakukan adalah lamanya
pemasakan dimana variasi waktunya 120 menit. Untuk hasil percobaannya dapat
dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Hasil pengamatan pada lama pemasakan 120 menit

Pengamatan Hasil pengamatan


Berat Bahan Baku
500,16 gram
(Wood Chip)
Larutan pemasak sebelum Pemasakan Warna kunig 1220 ml
(White liquor) pH = 13,20
Air Yang digunakan 635 ml
Lama Pemasakan 2 jam 30 menit
Larutan pemasak setelah proses pemasakan Warna hitam kecoklatan
(Black liquor) pH = 13,06
Berat pulp basah 430,14 gram
Berat pulp kering
267,79 gram
(setelah dikeringkan selama 3 hari)
Kadar air wood chip 5,8%
Yield pulp 53,54%

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa larutan pemasak yang digunakan
awalnya merupakan basa kuat dengan pH 13,20. Larutan pemasak yang
digunakan pada praktikum ini adalah white liquor, dimana fungsinya untuk
memisahkan antara lignin dengan fiber. Proses pemasakan berlangsung selama
120 menit, lamanya pemasakan juga akan mempengaruhi kualitas pulp yang
dihasilkan. Karena jika terlalu lama akan menyebabkan selulosa terhidrolisis,
sehingga akan menurunkan kualitas pulp, sedangkan terlalu sebentar maka akan
mengakibatkan lignin belum terekstrak secara sempurna, hal ini dikarenakan
waktu sangat berpengaruh untuk bereaksinya white liquor untuk memisahkan
antara lignin dengan fiber (serat kayu). Jika semakin banyak lignin yang terlepas,
maka yield yang dihasilkan akan semakin sedikit dan pulp yang dihasilkan akan
semakin bagus karena lignin yang tersisa dalam bahan baku lebih sedikit.

Setelah proses pemasakan selesai, lalu pulp yang dihasilkan dicuci dan
dikeringkan selama 3 hari. Hasil dari pemasakan chip kayu 500,16 gram
menghasilkan pulp kering sebanyak 267,79 gr dan juga menghasilkan black liquor
dengan pH 13,06. Black liquor dihasilkan dari proses reaksi antara white liquor
mengikat lignin. Nilai yield yang diperoleh pada percobaan yaitu 53,54 %.
Sehingga yield yang didapat memenuhi standar industri pulp yaitu 40-50% dan
pulp yang dihasilkan baik untuk dijadikan sebagai bahan baku alternatif industri.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat pada percobaan pembuatan pulp dengan


proses semi mekanis adalah :

1. Pada proses karft lama pemasakan 2 jam 30 menit, pulp yang diperoleh sebanyak
267,79 gram.
2. Kebutuhan bahan baku yang digunakan ialah 500,16 gram dengan kadar air wood
chip 5,8 %. Kebutuhan bahan kimia pemasak yang digunakan ialah 1220 ml
sedangkan kebutuhan air yang diperlukan 635 ml. Semakin lama waktu
pemasakan, maka pH larutan pemasak akan semakin kecil karena semakin banyak
lignin yang terekstrak dan larut pada larutan pemasak tersebut. Pada proses kraft
dengan lama pemasakan 2 jam 30 menit, pH larutan sebelum pemasakan 13,20 dan
setelah pemasakan yaitu 13,06.

4.2. Saran

Pada saat praktikum perhatikan alat yang sedang bekerja selama 15 menit
sekali untuk menghindari kegagalan dan keamanan dalam praktikum. Sebaiknya
pulp yang dihasilkan diuji kualitasnya berdasarkan karakteristik pulp lainnya
seperti brightness, indeks retak, dan indeks tarik. Gunakan alat pelindung diri
sesuai standar yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Program Studi. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Proses III.


Pekanbaru : laboratorium Dasar-Dasar Proses Program D3 Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.

Sastrohamidjojo, Harjdono. 1984. Kayu Kimia Ultra Struktur Dan Reaksi-Reaksi.


Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

1) Menghitung Kadar Air


Tabel A.1 Data pengovenan pulp hingga didapat berat pulp konstan.
Berat Pulp
Waktu Pengovenan (gram)
(menit) Run 1 Run 2
(pemasakan 75 menit) (pemasakan 100 menit)
0 12,54 11,34
30 11,82 10,41
60 10,38 9,22
90 10,38 9,21
120 10,38 9,21
Temperatur pengovenan : 110oC

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑢𝑙𝑝 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑢𝑙𝑝 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛


Kadar Air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑢𝑙𝑝 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑥 100 %
a. Pada Run 1
12,54 𝑔𝑟𝑎𝑚 – 10,38 𝑔𝑟𝑎𝑚
Kadar Air = 𝑥 100 %
12,54 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 17,22 %
b. Pada Run 2
11,34 𝑔𝑟𝑎𝑚 – 9,21 𝑔𝑟𝑎𝑚
Kadar Air = 𝑥 100 %
11,34 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 18,78 %
2) Menghitung Berat Pulp
Berat pulp = Berat pulp kering – (kadar air x berat pulp kering)
a. Pada Run 1
Berat pulp = 12,54 gram – (17,22 % x 12,54 gram)
= 10,38 gram
b. Pada Run 2
Berat pulp = 11,34 gram – (18,78% x 11,34 gram)
= 9,21 gram

3) Menghitung Yield Pulp


Yield pulp = (Berat pulp / berat bahan baku) x 100 %
a. Pada Run 1
Yield pulp = (10,38 gram / 12,5 gram) x 100 %
= 83,04 %
b. Pada Run 2
Yield pulp = (9,21 gram / 12,5 gram) x 100 %
= 73,68 %
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B.1 Campuran ampas tebu dengan larutan pemasak NaOH

Gambar B.2 Campuran ampas tebu dengan larutan pemasak NaOH setelah
mendidih
Gambar B.3 Campuran ampas tebu dengan larutan pemasak NaOH setelah
pemasakan

Gambar B.4 Proses penghalusan dengan blender


Gambar B.5 Proses penyaringan

Gambar B.6 Pulp pada waktu pemasakan 75 menit (kiri) dan 100 menit (kanan)
LAMPIRAN C

LAPORAN SEMENTARA

Judul Praktikum : Pembuatan Pulp dengan Proses Soda Semi


Mekanis
Hari/Tanggal Praktikum : Senin/18 November 2013
Pembimbing : Ir. Rozanna Sri Irianty, M.Si
Asisten Laboratorium : Junis Handoli
Nama Kelompok II : Rita Puriani Mendrova (1107035609)
Ryan Tito (1107021186)
Yakub Jeffery Silaen (1107036648)
Hasil Percobaan :

Tabel C.1 Hasil pengamatan pada variasi lama pemasakan 75 dan 100 menit

Hasil Pengamatan

Pengamatan Run 1 Run 2


(Pemasakan 75 menit) (Pemasakan 100 menit)

Berat ampas tebu 12,5 gram 12,5 gram

Larutan pemasak Warna kuning, Warna kuning,


sebelum mendidih pH = 12 pH = 12

Lama pendidihan 8 menit 9 menit

Larutan pemasak
Warna hitam kecoklatan, Warna hitam kecoklatan,
setelah proses
pH = 11 pH = 10
pemasakan

Berat pulp basah


20,33 gram 19,28 gram
(sebelum dikeringkan)
Berat pulp kering
(setelah dikeringkan 12,54 gram 11,34 gram
selama 2 hari)

Kadar air (setelah


17,22 % 18,78 %
dioven)

Berat pulp 10,38 gram 9,21 gram

Yield pulp 83,04 % 73,68 %

Pekanbaru, 18 November 2013


Asisten Laboratorium,

Junis Handoli

Anda mungkin juga menyukai