Makalah Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan KLP 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Abdurrahman Yusuf ( 193310769 )


Ozi Trifirmanda ( 193310792 )
Athala Rania Insyra ( 193310777 )
Reza Dwinof ( 193310795 )
SaL Sabilla Rahmi ( 193310797 )
Sekar Pramudya Wardani ( 193310799 )

Dosen Pembimbing:

Reflita, S. Kp, M. Kes

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


PADANG
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita hadiahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata
kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan tentang “Perlindungan Hukum dalam Praktik
Keperawatan” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca. Penulis juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan
makalah ini.

Padang, 31 Oktober 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………..………………………………..……….i

Daftar isi ………………………………………..…………………………………………….….ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………..………………………………1

A. Latar Belakang …………………………………………………..…………………….……1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………...……...1

C. Tujuan Penulisan …………………………………………….………………...…………....1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………...3

A. Tinjauan Teoristis ……………………………………………………………………………2

BAB III PENUTUP ………………………………….…………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………11

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat. PPNI
pada kongres Nasional keduanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan perlunya
bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak
adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum
dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang tindih antara tugas
dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat lulusan pendidikan tinggi merasa
frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga
menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.
Salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan adalah
tenaga profesi perawat. Perawat merupakan tenaga profesional yang memiliki body of
knowledge yang khusus dan spesifik dan dalam menjalankan praktik profesinya memiliki
tanggung jawab dan tanggung gugat, sehingga perawat juga sangat terikat oleh atauran-aturan
hukum yang mengatur praktik tenaga kesehatan.
Dari sebab itu, pada kesempatan kali ini kami akan menulis tentang “Perlindungan Hukum
Praktik Keperawatan” dengan ringkas dan mudah di pahami.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Apa definisi dan tujuan dari praktik keperawatan.
2. Apa saja bunyi UU praktik keperawatan.
3. Apa saja tujuan dan komponen regulasi dalam perlindungan praktik keperawatan.

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui definisi dan tujuan dari praktik keperawatan.
2. Memahami isi UU yang berkaitan dengan praktik keperawatan.
3. Dan mengetahui tujuan dan komponen regulasi dalam perlindungan praktik
keperawatan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan teoritis

1. Pengertian Praktik Keperawatan Profesional


Keperawatan adalah fungsi unik dari perawat membantu individu sakit
atau sehat dalam melaksanakan segala aktivitasnya untuk mencapai kesehatan
atau untuk meninggal dunia dengan tenang yang dapat dapat ia lakukan sendiri
tanpa bantuan apabila cukup kekuatan, harapan dan pengetahuan (Virginia
Handerson, 1958).
Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif
serta di tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yg mencakup seluruh siklus kehdpan manusia (Lokakarya keperawatan
Nasional 1986).
Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam
mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses
kehidupan dengan mengkaji status, menentukan diagnosa, merencanakan dan
mengimplementasi strategi keperawatan untuk mencapai tujuan, serta
mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan (National Council of
State Board of Nursing/NCSBN). Praktik keperawatan profesional tertuang juga
dlm Nurse Practice Art New York 1972 Praktik keperawatan terdapat dalam
American Nursing Association/ANA).

2. Aspek Hukum Praktik Keperawatan


a. Hubungan Hukum Dengan Profesi Keperawatan
Masyarakat profesi dengan masyarakat umum telah mengadakan suatu
kontrak (social contract) yang memberikan hak otonomi profesi untuk
melakukan self regulation, self governing dan self disciplining. Dengan
kewajiban memberikan jaminan profesional yang kompeten dan
melaksanakan praktik sesuai etika dan standar profesinya. Profesi perawat
memiliki kewajiban untuk mampu memberikan jaminan pelayanan
keperawatan yang profesional kepada masyarakat umum. Kondisi demikian
secara langsung akan menimbulkan adanya konsekuensi hukum dalam praktik
keperawatan. Sehingga dalam praktik profesinya dalam melayani
masyarakat perawat terikat oleh aturan hukum, etika dan moral.

2
Di Indonesia salah satu bentuk aturan yang menunjukan
adanya hubungan hukum dengan perawat adalah UU No. 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan, Pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa ”Tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”. Berdasarkan PP No.
32/1996 Pasal 2 ayat (1) jo, ayat (3) perawat dikatagorikan sebagai tenaga
keperawatan.
Ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU No. 23 tahun 1992 jo. Pasal 21 ayat (1) PP
No. 32 tahun 1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
diwajibkan untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
Standar profesi merupakan pedoman bagi tenaga kesehatan/perawat dalam
menjalankan upaya pelayanan kesehatan, khususnya terkait dengan tindakan
yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien, sesuai dengan
kebutuhan pasien, kecakapan, dan kemampuan tenaga serta ketersediaan
fasilitas dalam sarana pelayanan kesehatan yang ada.
b. Instrumen Normatif Bagi Perawat Dalam Upaya Menjalankan Pelayanan
Keperawatan
Perawat dalam menjalankan proses keperawatan harus berpedoman pada
Lafal Sumpah Perawat, Standar Profesi Perawat, Standar Asuhan
Keperawatan, dan Kode Etika Keperawatan. Keempat instrumen tersebut
berisi tentang norma-norma yang berlaku bagi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan. Ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi perawat
disebut instrumen normatif, karena keempatnya meskipun tidak dituangkan
dalam bentuk hukum positif/Undang-Undang, tetapi berisi norma-norma
yang harus dipatuhi oleh perawat agar terhindar dari kesalahan yang
berdampak pada pertanggungjawaban dan gugatan ganti kerugian apabila
pasien tidak menerima kegagalan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
1) Lafal Sumpah Perawat
Lulusan pendidikan keperawatan harus mengucapkan janji/sumpah
sesuai dengan program pendidikannya, D3 atau S1. Lafal sumpah ada dua
macam yaitu lafal Sumpah/Janji Sarjana Keperawatan dan
lafal Sumpah/Janji Ahli Madya Keperawatan.
2) Standar Profesi Perawat
Pasal 24 ayat (1) PP 23/1996 tentang Tenaga Kesehatan menentukan
bahwa perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang
3
melakukan tugas sesuai dengan Standar Profesi tenaga kesehatan.
Standar profesi merupakan ukuran kemampuan rata-rata tenaga
kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya (Praptianingsih, 2006).
Dengan memenuhi standar profesi dalam melaksanakan tugasnya,
perawat terbebas dari pelanggaran kode etik.
Sebagai tolak ukur kesalahan perawat dalam melaksanakan tugasnya,
dapat dipergunakan pendapat Leenen dalam Koeswadji (1996) sebagai
standar pelaksanaan profesi keperawatan, yang meliputi : terapi harus
dilakukan dengan teliti; harus sesuai dengan ukuran ilmu pengetahuan
keperawatan; sesuai dengan kemampuan rata-rata yang dimilki oleh
perawat dengan kategori keperawatan yang sama; dengan sarana dan upaya
yang wajar sesuai dengan tujuan kongkret upaya pelayanan yang
dilakukan. Dengan demikian, manakala perawat telah berupaya dengan
sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuannyadan pengalaman rata-rata
seorang perawat dengan kualifikasi yang sama, maka dia telah bekerja
dengan memenuhi standar profesi.

3. Standar Asuhan Keperawatan


Pelayanan keperawatan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit
merupakanfaktor penentu citra dan mutu rumah sakit. Di samping itu, tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan perawatan yang bermutu semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran akan hak dan kewajiban
dalam masyarakat. Oleh karena itu, kualitas pelayanan keperawatan harus terus
ditingkatkan sehingga upaya pelayanan kesehatan dapat mencapai hasil yang
optimal.
Salah satu upaya untuk menjaga mutu kualitas pelayanan keperawatan adalah
dipergunakannya Standar Asuhan Keperawatan dalam setiap pelayanan
keperawatan. Standar ini dipergunakan sebagai pedoman dan tolak ukur mutu
pelayanan rumah sakit. Di dalamnya berisi tentang tahapan yang harus dilakukan
oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Standar Asuhan
Keperawatan terdiri dari delapan standar yang harus dipahami dan dilaksanakan
oleh perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan, khsusunya pelayanan
keperawatan, yang terdiri dari :
a. Standar I berisi falsafah keperawatan,
b. Standar II berisi tujuan asuhan keperawatan,
c. Standar III menentukan pengkajian keperawatan,
d. Standar IV tentang diagnosis keperawatan,
e. Standar V tentang perencanaan keperawatan,
4
f. Standar VI menentukan intervensi keperawatan,
g. Standar VII menentukan evaluasi keperawatan,
h. Standar VIII tentang catatan asuhan keperawatan.

4. Batas Tanggung Jawab dalam Keperawatan


Menjalan Pesanan Dokter Menurut Becker (Dlm Kozier,Erb 1990) empat hal
yang harus di tanyakan perawat untuk melindungi mereka secara hukum:
a. Tanyakan pesanan yg di tanyakan pasien
b. Tanyakan setiap pesanan setiap kondisi pasien berubah
c. Tanyakan dan catat pesan verbal untuk mencegah kesalahan komunikasi.
d. Tanyakan pesanan (Standing Order ), terutama bila perawat tdk
berpengalaman.

5. Fungsi Hukum Dalam Praktek Keperawatan


a. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
mana yang sesuai dengan hukum.
b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain.
c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan
mandiri
d. Membantu dalam mempertahankan standar praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum
(Kozier, Erb, 1990)

6. Undang-Undang yang berkaitan dengan Praktik Keperawatan


Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para
perawat. PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai
merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk
perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya Undang-Undang
perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat
bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang tindih
antara tugas dokter dan perawat masih sering tejadi dan beberapa perawat lulus
pendidikan tinggi merasa prustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran,
fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap
sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang
ilmiah yang mereka miliki. UU dan peraturan lainnya yang ada di Indonesia yang
berkaitan dengan praktek keperawatan :
a. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan

5
Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.
b. UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan
tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, doter
gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau
tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi
dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan
apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn
kewenangan terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.
UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya mengklaripikasikan tenaga
kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana). UU ini juga tidak
mengatur landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan
pekerjaannya. Dalam UU ini juga belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana
keperawatan seperti sekarang ini dan perawat ditempatkan pada posisi yang
secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab mandiri karena harus tergantung
pada tenaga kesehatan lainnya.
c. UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis
Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda,
menengah dan rendah wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3
tahun. Dalam pasal 3 dihelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga
kesehatan yang dimaksut pada pasal 2 memiliki kedudukan sebagain pegawai
negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga diberlakukan
terhadapnya. UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan
pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri. Penatalaksanaan wajib kerja juga
tidak jelas dalam UU tersebut sebagai contoh bagai mana sisitem rekruitmen
calon pesrta wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang tidak menjalankaqn wajib
kerja dll. Yang perlu diperhatikan dalam UU ini,lagi posisi perawat dinyatakan
sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter,
sehingga dari aspek propesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari
kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.
d. SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979
Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic keperawatan
(termasuk bidan) dan paramedic non keperawata. Dari aspek hukum, sartu hal
yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga
termasuk kategori tenaga keperawatan.
e. Permenkes. No. 363/ Menkes/ per/XX/1980 tahun 1980

6
Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga
keperawatan dan bidan. Bidan seperti halnya dokter, diizinkan mengadakan
praktik swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi tidak diizinkan.
Dokter dapat membuka praktik swasta untuk mengobati orang sakit dan bidan
dapat menolong persalinan dan pelayanan KB. Peraturan ini boleh dikatakan
kurang relevan atau adil bagi propesi keperawatan. Kita ketahuai Negara lain
perawat diizinkan membuka praktik swasta. Dalam bidang kuratif banyak
perawat harus menggantikan atau mengisi kekujrangan tenaga dokter untuk
mengobati penyakit terutam dipuskesmas- puskesmas tetapi secara hukum hal
tersebut tidak dilindungi terutama bagi perawat yang memperpanjang pelayanan
dirumah. Bila memang secara resmi tidak diakui, maka seharusnya perawat
dibebaskan dari pelayanan kuratif atau pengobatan untuk benar-benar melakuan
nursing care.
f. SK Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/ 1986,
tanggal 4 Nopember 1989, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan
system kredit poin.
Dalam system ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya
atau naik pangkatnya setiap 2 tahun bila memenuhi angka kredit
tertentu. Dalam SK ini, tenaga keperawatan yang dimaksud adalah : penyenang
kesehatan, yang sudah mencapai golongan II/a, Pengatur Rawat/ Perawat
Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan Sarjana/S I
Keperawatan.System ini menguntungkan perawat karena dapat naik pangkatnya
dan tidak tergantung kepada pangkat/ golongan atasannya.
g. UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan
termasuk praktik keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan
tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan, maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.Beberapa pernyataan UU
kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU praaktik
keperawatan adalah :
1. Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
dan ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
2. Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesui dengan profesinya.
3. Pasal 53 ayat 2
7
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

7. Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan


Perawat sebagai tenaga professional memiliki akuntabilitas terhadap
keputusan dan tindakannya. Dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak menutup
kemungkinan perawat membuat kesalahan dan kelalaian baik yang disengaja
maupun yang tidak sengaja.
Untuk menjalankan praktiknya, maka secara hukum perawat harus dilindungi
terutama dari tuntutan malpraktik dan kelalaian pada keadaan darurat. Sebagai
contoh, misalnya di amerika serikat terdapat UU yang bernama Good Samaritan
Acts yang melindungi tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan pada
keadaan darurat. Di Kanada, terdapat UU lalu lintas yang membolehkan setiap
orang untuk menolong korban pada setiap situasi kecelakaan, yang bernama
Traffic Acts.
Di Indonesia, dengan telah terbitnya UU kesehatan No.23 tahun 1992
memberikan suatu jalan untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah termasuk
disini UU yang mengatur praktik keperawatan dan perlindungan dari tuntunan
malpraktik. Diberbagai Negara maju dimana tuntutan malpraktik terhadap tenaga
professional semakin meningkat jumlahnya, maka berbagai area
pelayanan kesehatan telah melindungi para tenaga kesehatan termasuk perawat
dengan asuransi liabilitas atau asuransi malpraktik. Seiring dengan perkembangan
zaman, tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang asuransi malpraktik juga
perlu dipertimbangkan bagi semua tenaga kesehatan termasuk perawat
di Indonesia.
Undang-undang dan srategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap
litigasi diantaranya:
a. Good Samaritan Act adalah undang-undang yang ditetapkan untuk
melindungi penyediaan layanan kesehatan yang memberikan bantuan pada
situasi kegawatan terhadap tuduhan malpraktek kecuali dapat dibuktikan
terjadi penyimpangan berat dari standar asuhan normal atau kesalahan yang
disengaja di pihak penyedia layanan kesehatan.
b. Asuransi tanggung wajib profesi seiring meningkatnya tuntutan malpraktik
terhadap para propesional kesehatan, perawat dianjurkan mengurus
asuransi tanggung wajib mereka. Kebayakan rumah sakit memiliki
asuransi pertanggungan bagi semua pegawai, termasuk semua perawat.
Dokter atau rumah sakit dapat dituntut karena tindak kelalaian yang
dilakukan perawat dan perawat juga dapat dituntut dan dianggap
8
bertanggung jawab atas kelalaian atau malpraktik.Rumah sakit dapat
menuntut balik perawat saat mereka terbukti lalai dan rumah sakit
mengharuskan untuk membayar. Oleh karna itu perawat dianjurkan mengurus
sendiri jaminan asuransi mereka dan tidak hanya mengandalkan asuransi yang
disediakan oleh rumah sakit saja.
c. Melaksanakan program dokter para perawat diharap mampu menganalisis
prosedur dan medikasi yang diprogramkan dokter. Perawat bertanggung
jawab mengklarifikasi program yang tampak rancu atau salah dari dokter yang
meminta.
d. Memberikan asuhan keperawatan yang kompeten praktik yang kompeten
adalah upaya perlindungan hukum utama bagi perawat. Perawat sebaiknya
memberikan asuhan yang tetap berada dalam batasan hokum praktik mereka
dan dalam batasan kebijakan instansimaupun prosedur yang
berlaku.penerapan proses keperawatan merupakan aspek penting dalam
memberikan asuhan klien yang aman dan efektif.
e. Membuat rekam medis rekam medis klien adalah dokumen hukum dan
dapat digunakan dipengadilan sebagai barang bukti.
f. Laporan insiden adalah catatan instantsif mengenai kecelakaan atau
kejadian luar biasa.laporan insiden digunakan untuk memberikan semua fakta
yang dibutuhkan kepada personel instansi.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu
ditetapkan dengan jelas apa hak dan kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak
terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya.

Sebagai bagian dari profesi kesehatan , perawat hemdak tidak takut lagi untuk
melakukan tindakan karena sekarang sudah ada UU keperawatan.

Sebelum ada undang undang keperawatan perawata dilindungi oleh UU kesehatan.


Selain dari undang undang ,ada juga strategi-strategi untuk melindungi seorang
perawat.

B. Saran
1. Sebagai seorang perawat hendaknya mengetahui dengan jelas hak dan kewajiban
serta kewenangannya
2. Sebagai seorang perawat hendaknya tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat
hukum sebagai dasar pemahaman terhadap harapan masyarakat pada penyenggara
pelayanan keperawatan yang profesional

10
DAFTAR PUSTAKA

http://rahmaniarjasan.blogspot.com/2017/02/makalah-perlindungan-hukum-dalam.ht
ml
https://azharnasri.blogspot.com/2015/12/makalah-perlindungan-hukum-praktek.html

11

Anda mungkin juga menyukai