Contoh RKS STRUKTUR
Contoh RKS STRUKTUR
Contoh RKS STRUKTUR
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Letak tugu patok dasar ditentukan oleh Konsultan Pengawas bersama dengan Perencana.
2. Tugu patok dasar dibuat dari beton bertulang, berpenampang 20 x 20 cm 2, tertancap kuat ke
dalam tanah sedalam 1 m dengan bagian yang muncul di atas muka tanah secukupnya
untuk memudahkan pengukuran selanjutnya, tugu dibuat permanen, tidak bisa dirubah,
diberi tanda yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Konsultan
Pengawas untuk membongkarnya.
3. Papan untuk bouwplank adalah kayu meranti ukuran 2/20 cm diserut halus bagian atas,
dipasang 100 cm dari tepi bangunan.
4. Papan bouwplank dipasang pada patok yang kuat, tertancap di tanah sehingga tidak bisa
digerak-gerakkan atau dirubah.
5. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu sama yang lain, kecuali dikehendaki lain
oleh Konsultan Pengawas.
6. Setelah selesai pemasangan papan ukur, Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan
Pengawas untuk dimintakan persetujuannya serta harus menjaga dan memelihara keutuhan
serta ketetapan letak papan patok ukur sampai tidak diperlukan lagi dan dibongkar atas
persetujuan Konsultan Pengawas.
7. Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan bouwplank/setting
out pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian dan benchmarks yang diberikan Konsultan
Pengawas secara tertulis, serta bertanggung jawab atas level, posisi, dimensi serta
kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan, tenaga kerja yang perlu
untuk itu.
8. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan dalam hal tersebut
di atas, merupakan tanggung jawab Pemborong serta wajib memperbaiki kesalahan tersebut
dan akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan referensi tertulis dari
Konsultan Pengawas.
9. Pengecekan setting-out atau lainnya oleh Manajer Konstruksi atau wakilnya tidak
menyebabkan tanggung jawab Pemborong menjadi berkurang. Pemborong wajib melindungi
semua bench-marks dll. hal yang perlu pada setting out pekerjaan ini.
10. Sebelum memulai pekerjaan galian Pemborong harus memastikan peil-peil dari halaman
dengan baik, seteliti mungkin sesuai dengan titik-titik atau garis-garis contour yang
ditentukan di dalam gambar kerja.
11. Bila ditemukan hal-hal yang menyangsikan dari peil-peil ini, maka Pemborong harus
memberikan laporan tertulis kepada Konsultan Pengawas.
3.3. Pemadatan
1. Hanya bahan-bahan yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pengurugan
dan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal sebesar-besarnya 20 cm.
2. Setiap lapis harus ditimbris dan dipadatkan, dan sedapat-dapatnya dilakukan
dengan mesin giling (tumbuk) atau stamper dengan menambahkan air dan
disetujui Konsultan Pengawas.
4.2. Standarisasi
Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-
ketentuan seperti tertera dalam :
SNI 03-2492-2002, SNI 03-2492-1990, SNI 03-2491-1991, SNI 07-2052-2002, SNI
19-9001-2001.
SNI Beton-91 (Peraturan Umum Beton Indonesia).
SNI 03-3430-1994 (Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding).
SNI 03-2847-1992 (Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung).
4.5. Material
a. Semen
Semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I dan merupakan hasil
produksi dalam negeri satu merk. Semen barus disimpan sedemikian rupa hingga
mencegah terjadinya kerusakan bahan atau pengotoran oleh bahan lain.
Penyimpanan semen harus dilakukan di dalam gudang tertutup, sedemikian rupa
sehingga semen terhindar dari basah atau kemungkinan lembab, terjamin tidak
tercampur dengan bahan lain. Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan
urutan kedatangan semen tersebut di lokasi pekerjaan.
b. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini :
1. Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari “Mutu
dan Cara Uji Agregat Beton". Bila tidak tercakup di dalamnya, maka agregat
tersebut harus memenuhi ketentuan Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal (SNI 03-2847-2002).
2. Atas persetujuan Pengawas, agregat yang tidak memenuhi persyaratan
butir a., dapat digunakan asal disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian
khusus dan atau pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan
beton yang kekuatan, keawetan, dan ketahanannya memenuhi syarat.
3. Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat
kasar harus tidak melebihi syarat-syarat berikut :
1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
1/3 dari tebal plat.
3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas
batang tulangan.
4. Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut penilaian
Tenaga Ahli, kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton adalah
sedemikian hingga dijamin tidak akan terjadi sarang kerikil atau rongga.
c. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan berikut ini :
1. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi
mutunya menurut tujuan pemakaiannya.
2. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya,
yang dapat dilihat secara visual.
3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gr/ltr.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gr/ltr. Kandungan
clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai S03) tidak
lebih dari 100 ppm.
5. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling,
maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak
lebih dari 10%.
d. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut ini :
1. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak,
gelombang-gelombang yang dalam, atau berlapis-lapis.
2. Hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja.
3. Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja tulangan
deform (BJTD 40), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih
dari 70% diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5%
diameter nominalnya.
4. Tulangan ulir, dengan simbol “ D “, menggunakan tulangan dengan fy =
400 Mpa (BJTD 40), sedangkan tulangan polos, dengan simbol “ “,
menggunakan tulangan dengan fy = 240 Mpa (BJTP 24).
5. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan harus
dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya
menyatakan nilai kuat leleh dan berat per meter panjang dari baja tulangan
dimaksud.
6. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai dengan gambar
penulangan dan harus dijaga jarak antar tulangan dengan bekisting untuk
mendapatkan tebal selimut beton (beton decking) sesuai standarisasinya,
yaitu :
a. Selimut beton untuk pondasi adalah 70 mm.
b. Selimut beton untuk kolom dan balok adalah 40 mm.
c. Selimut beton untuk plat adalah 20 mm.
7. Toleransi berat batang contoh yang diijinkan dalam pasal ini sebagai berikut :
perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari
tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan
beban-beban yang ada di atasnya selama pelaksanaan.
g. Sebelum penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya, dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada
saat beton dituang, permukaan cetakan harus bersih terhadap segala kotoran, dan
diberi oli untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Untuk menghindari
lekatnya oli pada baja tulangan, maka pemberian oli pada cetakan harus dilakukan
sebelum tulangan terpasang.
h. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Pengawas, atau
jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35 % fc)
Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70 % fc)
Balok dengan beban konstruksi 14 hari (setara dengan 85 % fc)
Plat lantai/atap/tangga 14 hari (setara dengan 85 % fc)
Pada bagian konstruksi yang terletak di dalam tanah, cetakan harus dicabut
sebelum pengurugan dilakukan.
5.2. Standarisasi
a. SNI 03-3446 (Standarisasi Pondasi Menerus Indonesia).
b. SNI 03-2874-1992 (Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung).
c. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
d. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal).
e. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
f. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
g. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
h. SNI 03-1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
i. SNI 1971-1990-F (Metode Mutu Air dalam Pengujian Beton).
j. SNI 03-1729-2002 (Tata Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung).
k. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam)).
l. SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan
dari Besi/Baja)).
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
b. Pembongkaran bekisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
c. Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut pada
struktur, alat yang digunakan untuk membongkar bekisting tidak boleh merusak
permukaan beton.
d. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
e. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.
5.6. Material
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah semen jenis Semen Portland tipe I.
2. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran tersebut
diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
5. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen dalam
kantong di penyimpanan lokal (di penyalur) lebih dari 3 bulan perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
1. Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup
syarat kekerasannya dan padat, dengan tekstur permukaan kasar, butir-
butirnya tajam, kuat dan bersudut.
2. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak lebih
besar dari 3/4 jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan
dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3. Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
c. Agregat halus
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan dengan
nilai Modulus halus butir antara 1.50 – 3.80.
4. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
d. Air
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik
lainnya) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0.5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
5. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang
resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
e. Besi beton
1. Tulangan menggunakan besi ≥ Ø 13 mm dengan fy = 400 Mpa, begel
menggunakan besi ≤ Ø 10 mm dengan fy = 240 MPa.
2. Semua besi harus di ujikan di laboratorium yang di setujui Konsultan
Pengawas, masing-masing minimal 3 benda uji.
3. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.
6.2. Standarisasi
a. SNI 03-2874-1992 (Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung).
b. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
c.SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal).
d. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
e. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
f. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g. SNI 03-1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h. SNI 1971-1990-F (Metode Mutu Air dalam Pengujian Beton).
i. SNI 03-1729-2002 (Tata Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung).
j. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam).
k.SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan dari
Besi/Baja).
b. Pekerjaan Bekisting
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan bekisting meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil
pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Pengawas.
2. Bahan bekisting perancah/stiger adalah cetakan/bekisting sesuai kontak.
3. Panel bekisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa
sesuai dengan shop drawing.
4. Sambungan panel bekisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
5. Bekisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusaannya dengan lot
dan tarikan benang.
6. Level bekisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.
7.6. Material
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah semen jenis Semen Portland tipe I.
2. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika
ada bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran
tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
5. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen
dalam kantong di penyimpanan lokal lebih dari 3 bulan perlu diuji sebelum
digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
1. Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat, dengan tekstur permukaan kasar,
butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
2. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak
lebih besar dari 3/4 jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan
dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3. Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
c. Agregat halus
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2. Bebas dari bahan-bahan organik, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan dengan
nilai Modulus halus butir antara 1.50 – 3.80.
4. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
d. Air
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
5. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan
bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
e. Besi beton
1. Tulangan Pokok menggunakan besi ≥ Ø 13 mm dengan fy = 400 Mpa, begel
menggunakan besi ≤ Ø 10 mm dengan fy = 240 MPa.
2. Semua besi harus di ujikan di laboraturium yang di setujui Konsultan
Pengawas dan PPTK, masing-masing minimal 3 benda uji.
3. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.
8.2. Standarisasi
a. SNI 03-2874-1992 (Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung).
b. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
c. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal).
d. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
e. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
f. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g. SNI 03-1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h. SNI 1971-1990-F (Metode Mutu Air dalam Pengujian Beton).
i. SNI 03-1729-2002 (Tata Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung).
j. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam).
k. SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan dari
Besi/Baja)).
8.6. Material
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah semen jenis Semen Portland tipe I.
e. Besi beton
1. Tulangan menggunakan besi diameter ≥ Ø 13 mm dengan fy = 400 Mpa,
begel menggunakan besi ≤ Ø 10 mm dengan fy = 240 Mpa.
2. Semua besi harus di ujikan di laboraturium yang di setujui Konsultan
Pengawas dan PPTK, masing-masing minimal 3 benda uji.
3. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.
10.2. Standarisasi
a. Persyaratan-persyaratan Konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat-syarat
pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam
persyaratan teknis ini. Di dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan
struktur beton harus sesuai dengan standard-standard yang berlaku, yaitu :
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-6861-
2002).
Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-
2002).
Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding (SNI 03-3430-
1994).
Tata Cara Perhitungan Pembebanan untuk Bangunan Rumah dan Gedung (SNI
03-1727-1989).
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI
03-1726-2002).
Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-
2002).
SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal).
SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
SNI 1971-1990-F (Metode Mutu Air dalam Pengujian Beton).
SNI 03-1729-2002 (Tata Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung).
SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam).
SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan
dari Besi/Baja)).
b Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan presisi tinggi,
sebagaimana tercantum di dalam persyaratan teknis ini, gambar-gambar rencana
dan atau instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas.
c. Semua material yang digunakan di dalam pekerjaan ini harus merupakan material
yang kualitasnya teruji dan atau dapat dibuktikan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan.
d. Kontraktor wajib melakukan pengujian beton yang akan digunakan di dalam
pekerjaan ini.
e. Seluruh material yang oleh Pengawas dinyatakan tidak memenuhi syarat harus
segera dikeluarkan dari lokasi proyek dan tidak diperkenankan menggunakan
kembali.
10.3. Material
a. Semen
Semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I dan merupakan hasil
produksi dalam negeri satu merk. Semen harus disimpan sedemikian rupa hingga
mencegah terjadinya kerusakan bahan atau pengotoran oleh bahan lain.
Penyimpanan semen harus dilakukan di dalam gudang tertutup, sedemikian rupa
sehingga semen terhindar dari basah atau kemungkinan lembab, terjamin tidak
tercampur dengan bahan lain.
Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan urutan kedatangan semen
tersebut di lokasi pekerjan.
b. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini :
1. Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari "Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton". Bila tidak tercakup di dalamnya, maka agregat
tersebut harus memenuhi ketentuan Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal (SNI 03-2847-2002).
2. Atas persetujuan Pengawas, agregat yang tidak memenuhi persyaratan butir
a., dapat digunakan asal disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus
dan atau pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan beton yang
kekuatan, keawetan, dan ketahanannya memenuhi syarat.
3. Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar
harus tidak melebihi syarat-syarat berikut :
1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
1/3 dari tebal plat.
3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas batang
tulangan.
Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut penilaian Tenaga
Ahli, kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton adalah sedemikian
hingga dijamin tidak akan terjadi sarang kerikil atau rongga.
c. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan
berikut ini :
1. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi
mutunya menurut tujuan pemakaiannya.
2. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya,
yang dapat dilihat secara visual.
3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gr/ltr.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gr/ltr. Kandungan
clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak
lebih dari 100 ppm.
5. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling,
maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak
lebih dari 10%.
d. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut ini :
a. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak,
gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau berlapis-lapis.
b. Hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja .
3. Jaminan Mutu
Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui
oleh Direksi Lapangan. Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau
lainnya) harus diperlihatkan untuk semua tulangan yang dipakai.
Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan hasil-hasil dan semua
komposisi kimia dan sifat-sifat fisik.
4. Persiapan Pekerjaan/Peralatan Tulangan
Pembengkokan dan pembentukan
Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa
sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak
mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran
berlangsung.
Pembuatan dan pemasangan tulangan toleransi pembuatan disesuai
dengan peratuaran yang disyaratkan.
5. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya
Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai
dengan etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan
tanda pengenal.
harus bersih terhadap segala kotoran, dan diberi form oil unuk
mencegah lekatnya beton pada cetakan. Untuk menghindari
lekatnya form oil pada bajatulangan, maka pemberian form oil pada
cetakan harus dilakukan sebelum tulangan terpasang.
h. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari
Pengawas, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai
berikut :
Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35% f’c).
Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70%
f’c).
Balok dengan beban konstruksi 21 hari (setara dengan 95%
f’c).
Plat atap/tangga 21 hari (setara dengan 95% f’c).
g Pada bagian konstruksi yang terletak di dalam tanah, cetakan harus
dicabut sebelum pengurugan dilakukan.
Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk
Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran
dari semua cetakan beton serta penunjang untuk semua beton cor
seperti yang tertera dalam gambar rencana.
2. Pekerjaan yang berhubungan
Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan Beton
11.3. Material
A. Umum
a. Semua material yang digunakan harus baru dengan kualitas terbaik dan disetujui
oleh Konsultan Pengawas.Konsultan Pengawas berhak untuk minta diadakan
pengujian atas bahan-bahan tersebut dan Pelaksana harus bertanggungjawab atas
segala biaya yang dikeluarkan untuk itu.
b. Baja struktur harus mempunyai mutu BJ 37.
c. Las yang digunakan adalah las listrik dengan mutu FE 360 atau E 6013 sesuai
dengan JIS.
d. Semua baja yang digunakan harus sesuai bentuk, ukuran dan ketebalannya serta
bebas dari karat, cacat karena tumbukan, tekuk, atau puntir, dengan berat sesuai
rencana.
e. Semua material baja harus dari supplier yang dapat dipertanggungjawabkan dengan
disertai sertifikat dari pabrik. Jika dianggap perlu, pelaksana harus menyerahkan
hasil pengujian yang dibutuhkan dan berhubungan dengan konstruksi baja ini
disertai faktur pengiriman.
f. Bahan untuk coating adalah cat, dengan warna ditentukan kemudian.
B. Spesifikasi Bahan
a. Semua dimensi dan ukuran mengacu pada gambar kerja.
b. Seluruh sambungan menggunakan las AWS dengan ketebalan minimal 5mm (tidak
boleh kurang).
c. Seluruh pekerjaan rangka atap terekspose ataupun tidak harus difinish dengan cat
dasar anti karat ex zinchromate.
d. Suplier harus melampirkan perhitungan struktur dan surat garansi resmi untuk
mendapatkan persetujuan oleh Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana dan
pihak Pemberi Tugas.
11.4. Fabrikasi
a. Fabrikasi harus dilaksanakan dalam bengkel/workshop, yang memenuhi persyaratan
terlindung dari pengaruh cuaca. Pelaksana harus membuat workshop di lapangan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Apabila fabrikasi dilakukan di luar lokasi, pelaksana
harus menanggung biaya yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan tersebut.
a. Semua bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan baja harus dimungkinkan untuk
diperiksa atau ditest baik workshop lapangan maupun pada Lembaga/Instansi yang
berwenang untuk menguji (DPMB, LIPI, dsb.).
b. Untuk profil-profil yang tersusun dari pelat (built up) harus diadakan pengujian non
destructive testing. Apabila dalam pengujian non destructive testing timbul keraguan
mengenai mutu baja, mutu pengelasan, maka Konsultan Pengawasberhak untuk
meminta diadakan pengujian destructive testing.
c. Semua biaya pengujian ini ditanggung oleh Kontraktor.