Contoh RKS STRUKTUR

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 0


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

SYARAT TEKNIS STRUKTUR

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

PASAL 1. PEMBERSIHAN LAPANGAN

1.1. Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan ini meliputi penebangan pohon / belukar hingga bersih sampai ke akar-
akarnya, pembersihan semak-semak, pekerjaan tanah/ pengupasan tanah lapisan
atas (tanah humus), berikut penyediaan tenaga, bahan-bahan dan peralatan yang
memadai sehingga dapat dicapai hasil yang memuaskan.
b. Apabila dalam pekerjaan persiapan ini terdapat kerusakan milik pemberi tugas,
maka pemborong bertanggung jawab mengganti kerugian yang ditimbulkannya.

1.2. Pekerjaan Pembersihan Tanaman/Pohon


a. Pemborong wajib meninjau lokasi site, dan pohon yang tumbuh di lokasi site dan
mengganggu dalam setting-out agar ditebang dan dibersihkan sampai ke akar-
akarnya, hingga tidak ada yang tersisa dan masih terpendam di dalam tanah.
b. Jika dalam penebangan pohon tersebut diperlukan peralatan khusus, maka
pemborong perlu menyediakan peralatan tersebut.
c. Pohon yang tumbuhnya tidak berada pada lokasi/denah bangunan agar tetap
dibiarkan tumbuh/dipertahankan apa adanya, sepanjang tidak mengganggu
kegiatan.

1.3. Pengupasan Tanah Lapisan Atas


1. Pekerjaan tanah meliputi penggalian dan pemindahan dari tanah bagian
permukaan, tanah liat, tumbuh-tumbuhan dan semua benda-benda yang tidak
diperlukan.
2. Penggalian sampai pada permukaan-permukaan yang dikehendaki sesuai dengan
yang tertera pada gambar-gambar kerja.
3. Pengurugan dengan bahan-bahan yang telah disetujui sampai kepada ketinggian
yang direncanakan.
4. Tanah lapisan atas/lapisan tanah rabuk adalah bagian lapisan dari tanah pada
permukaan yang ada yang terdiri atau ditandai oleh akar-akar tanaman, atau
organisme lainnya yang mana menurut pendapat Pengawas dapat mengakibatkan
gangguan pada stabilitas konstruksi yang akan dilaksanakan, harus dibuang
sedalam rata-rata 20 cm dan harus diurug sebagai lapisan permukaan.
5. Bilamana ditemukan lapisan tanah rabuk lebih dari 20 cm maka penggalian harus
sedalam lapisan tersebut, dan kemudian dilaksanakan pengurugannya sebagai
lapisan permukaan, dengan ketentuan dari Pengawas, dan biaya akibat kelebihan
penggalian ini merupakan tanggungan Pemborong dan bukan termasuk dalam
pekerjaan tambah.
6. Sesudah pembersihan site, permukaan tanah, tanah liat, tanaman-tanaman
lainnya, maka dapat dimulai pekerjaan galian.
7. Tanah rabuk yang tidak berguna harus disingkirkan dan diangkut keluar dari
halaman. Penyingkiran dan pengangkutan di atas merupakan tanggung jawab
Pemborong.
8. Setiap biaya yang diakibatkan oleh pekerjaan di atas ini harus dimasukkan harga
borongan.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 1


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

1.4. Pemagaran Proyek


Kontraktor wajib membuat pagar keliling dari seng yang masih baru, dengan kerangka
kayu, dicat dengan warna yang ditentukan kemudian. Biaya pembuatan pagar ini
menjadi tanggungan Kontraktor.

PASAL 2. PENGUKURAN, PEMASANGAN BOUWPLANK DAN PENENTUAN PEIL

1. Letak tugu patok dasar ditentukan oleh Konsultan Pengawas bersama dengan Perencana.
2. Tugu patok dasar dibuat dari beton bertulang, berpenampang 20 x 20 cm 2, tertancap kuat ke
dalam tanah sedalam 1 m dengan bagian yang muncul di atas muka tanah secukupnya
untuk memudahkan pengukuran selanjutnya, tugu dibuat permanen, tidak bisa dirubah,
diberi tanda yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Konsultan
Pengawas untuk membongkarnya.
3. Papan untuk bouwplank adalah kayu meranti ukuran 2/20 cm diserut halus bagian atas,
dipasang 100 cm dari tepi bangunan.
4. Papan bouwplank dipasang pada patok yang kuat, tertancap di tanah sehingga tidak bisa
digerak-gerakkan atau dirubah.
5. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu sama yang lain, kecuali dikehendaki lain
oleh Konsultan Pengawas.
6. Setelah selesai pemasangan papan ukur, Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan
Pengawas untuk dimintakan persetujuannya serta harus menjaga dan memelihara keutuhan
serta ketetapan letak papan patok ukur sampai tidak diperlukan lagi dan dibongkar atas
persetujuan Konsultan Pengawas.
7. Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan bouwplank/setting
out pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian dan benchmarks yang diberikan Konsultan
Pengawas secara tertulis, serta bertanggung jawab atas level, posisi, dimensi serta
kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan, tenaga kerja yang perlu
untuk itu.
8. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan dalam hal tersebut
di atas, merupakan tanggung jawab Pemborong serta wajib memperbaiki kesalahan tersebut
dan akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan referensi tertulis dari
Konsultan Pengawas.
9. Pengecekan setting-out atau lainnya oleh Manajer Konstruksi atau wakilnya tidak
menyebabkan tanggung jawab Pemborong menjadi berkurang. Pemborong wajib melindungi
semua bench-marks dll. hal yang perlu pada setting out pekerjaan ini.
10. Sebelum memulai pekerjaan galian Pemborong harus memastikan peil-peil dari halaman
dengan baik, seteliti mungkin sesuai dengan titik-titik atau garis-garis contour yang
ditentukan di dalam gambar kerja.
11. Bila ditemukan hal-hal yang menyangsikan dari peil-peil ini, maka Pemborong harus
memberikan laporan tertulis kepada Konsultan Pengawas.

PASAL 3. PEKERJAAN TANAH ( PEMERATAAN TANAH )

3.1. Pekerjaan Galian


Maksudnya mengambil tanah eksisting yang sudah ada untuk urugan tanah sesuai
kebutuhan gambar lansekap.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 2


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

3.2. Pekerjaan Urugan


Yaitu pemerataan tanah sesuai kebutuhan gambar tanpa mendatangkan tanah urungan
yang baru, hanya menyewa alat atau menggunakan tenaga manusia.
a. Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk urugan atau urugan kembali
dengan sirtu harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
b. Pengurugan harus dilakukan sampai diperoleh peil-peil yang dikehendaki,
sebagaimana dibutuhkan konstruksi atau sesuai dengan yang tertera dalam
gambar kerja.

3.3. Pemadatan
1. Hanya bahan-bahan yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pengurugan
dan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal sebesar-besarnya 20 cm.
2. Setiap lapis harus ditimbris dan dipadatkan, dan sedapat-dapatnya dilakukan
dengan mesin giling (tumbuk) atau stamper dengan menambahkan air dan
disetujui Konsultan Pengawas.

3.4. Pemiringan tanah


Pemborong diharuskan memelihara segala tanggul-tanggul dan pemiringan-pemiringan
tanah yang ada dan bertanggung jawab atas segala stabilitas dari tanggul-tanggul ini
sampai batas periode kestabilan dan harus mempersiapkan segala sesuatunya atas
tanggungan sendiri untuk menjaga terhadap hal tersebut di atas. Pengolahan kontur
tanah untuk pekerjaan Amphi Grass.

3.5. Pemeriksaan Penggalian dan Pengurugan


1. Galian dan urugan harus terlebih dahulu diperiksa oleh Konsultan Pengawas
sebelum memulai dengan tahap selanjutnya. Dalam hal pengurugan, Konsultan
Pengawas akan segera menunjukkan bagian-bagian tanah mana yang dipadatkan
yang harus siap dilaksanakan pengujian pemadatannya.
2. Pengurugan bagi pondasi atau struktur lainnya yang tercakup atau tersembunyi
oleh tanah tidak boleh dilaksanakan sebelum diadakan pemeriksaan oleh
Konsultan Pengawas.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 3


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

II. PEKERJAAN STRUKTUR

PASAL 4. PEKERJAAN BETON

4.1. Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga kerja dan jasa-jasa lain
sehubungan dengan pekerjaan kolom praktis dan bagian lain sesuai dengan gambar-
gambar dan persyaratan teknis ini.

4.2. Standarisasi
Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-
ketentuan seperti tertera dalam :
 SNI 03-2492-2002, SNI 03-2492-1990, SNI 03-2491-1991, SNI 07-2052-2002, SNI
19-9001-2001.
 SNI Beton-91 (Peraturan Umum Beton Indonesia).
 SNI 03-3430-1994 (Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding).
 SNI 03-2847-1992 (Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung).

4.3. Ketentuan Umum


a. Persyaratan-persyaratan Konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat-syarat
pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam
persyaratan teknis ini. Di dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan
struktur beton harus sesuai dengan standard-standard yang berlaku, yaitu :
1. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002).
2. Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding (SNI 03-3430-
1994).
3. Tata Cara Perhitungan Pembebanan untuk Bangunan Rumah dan Gedung
(SNI 03-1727-1989).
4. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI
03-1726-2002).
5. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-
2002).
b. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan presisi tinggi,
sebagaimana tercantum di dalam persyaratan teknis ini, gambar-gambar rencana,
dan atau instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Pengawas.
c. Semua material yang digunakan di dalam pekerjaan ini harus merupakan material
yang kualitasnya teruji dan atau dapat dibuktikan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan.
d. Kontraktor wajib melakukan pengujian beton yang akan digunakan di dalam
pekerjaan ini.
e. Seluruh material yang oleh Pengawas dinyatakan tidak memenuhi syarat harus
segera dikeluarkan dari lokasi proyek dan tidak diperkenankan menggunakan
kembali.

4.4. Lingkup Pekerjaan Beton


Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh
pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 4


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

a. Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana, termasuk di


dalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan-bantu yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
b. Pengadaan, detil, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan (reinforcement)
dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton.
c. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton (bekisting),
penyelesaian dan perawatan beton dan semua jenis pekerjaan lain yang
menunjang pekerjaan beton.

4.5. Material
a. Semen
Semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I dan merupakan hasil
produksi dalam negeri satu merk. Semen barus disimpan sedemikian rupa hingga
mencegah terjadinya kerusakan bahan atau pengotoran oleh bahan lain.
Penyimpanan semen harus dilakukan di dalam gudang tertutup, sedemikian rupa
sehingga semen terhindar dari basah atau kemungkinan lembab, terjamin tidak
tercampur dengan bahan lain. Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan
urutan kedatangan semen tersebut di lokasi pekerjaan.
b. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini :
1. Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari “Mutu
dan Cara Uji Agregat Beton". Bila tidak tercakup di dalamnya, maka agregat
tersebut harus memenuhi ketentuan Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal (SNI 03-2847-2002).
2. Atas persetujuan Pengawas, agregat yang tidak memenuhi persyaratan
butir a., dapat digunakan asal disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian
khusus dan atau pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan
beton yang kekuatan, keawetan, dan ketahanannya memenuhi syarat.
3. Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat
kasar harus tidak melebihi syarat-syarat berikut :
 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
 1/3 dari tebal plat.
 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas
batang tulangan.
4. Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut penilaian
Tenaga Ahli, kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton adalah
sedemikian hingga dijamin tidak akan terjadi sarang kerikil atau rongga.
c. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan berikut ini :
1. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi
mutunya menurut tujuan pemakaiannya.
2. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya,
yang dapat dilihat secara visual.
3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gr/ltr.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gr/ltr. Kandungan
clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai S03) tidak
lebih dari 100 ppm.
5. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling,
maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak
lebih dari 10%.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 5


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

d. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut ini :
1. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak,
gelombang-gelombang yang dalam, atau berlapis-lapis.
2. Hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja.
3. Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja tulangan
deform (BJTD 40), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih
dari 70% diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5%
diameter nominalnya.
4. Tulangan ulir, dengan simbol “ D “, menggunakan tulangan dengan fy =
400 Mpa (BJTD 40), sedangkan tulangan polos, dengan simbol “  “,
menggunakan tulangan dengan fy = 240 Mpa (BJTP 24).
5. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan harus
dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya
menyatakan nilai kuat leleh dan berat per meter panjang dari baja tulangan
dimaksud.
6. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai dengan gambar
penulangan dan harus dijaga jarak antar tulangan dengan bekisting untuk
mendapatkan tebal selimut beton (beton decking) sesuai standarisasinya,
yaitu :
a. Selimut beton untuk pondasi adalah 70 mm.
b. Selimut beton untuk kolom dan balok adalah 40 mm.
c. Selimut beton untuk plat adalah 20 mm.
7. Toleransi berat batang contoh yang diijinkan dalam pasal ini sebagai berikut :

Diameter Tulangan Baja Toleransi Berat Yang Diizinkan


0 < 10 mm ±7%
10 mm < 0 < 16 mm ±6%

4.6. Beton dan Adukan Beton Struktur


a. Sebelum memulai pekerjaan beton struktur, Kontraktor harus membuat trial mix
desain dengan tujuan untuk mendapatkan proporsi campuran yang menghasilkan
kuat tekan target beton seperti yang disyaratkan.
b. Kuat tekan target beton yang disyaratkan di dalam pekerjaan ini (fc’) tidak boleh
kurang dari 20,75MPa sekualitas K-250. Kuat tekan ini harus dibuktikan dengan
sertifikat pengujian dari Laboratorium Bahan Bangunan yang telah disetujui
Pengawas.
c. Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan kuat tekan rata-
rata (fc’r) minimal sebesar fc’r = fc’ + 1,64 Sr, dengan Sr adalah standar deviasi
rencana dari benda uji yang nilainya setara dengan nilai standar deviasi statistik
dikalikan dengan faktor berikut :
Jumlah Benda Uji Faktor Pengkali
< 15 dikonsultasikan dengan Pengawas
15 1.16
20 1.08
25 1.03
> 30 1
d. Benda uji yang dimaksud adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, yang untuk setiap 10 m 3 produksi adukan beton harus diwakili
minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 6


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar Metoda Pembuatan dan


Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK SNI M-62-1990-03).
e. Jika hasil uji kuat tekan beton menunjukkan bahwa kuat tekan target beton yang
dihasilkan tidak memenuhi syarat, maka proporsi campuran adukan beton tersebut
tidak dapat digunakan, dan Kontraktor (dengan persetujuan Pengawas) harus
membuat proporsi campuran yang baru, sedemikian hingga kuat tekan target
beton yang disyaratkan dapat dicapai.
f. Jika hasil pengujian kuat desak beton menunjukkan gejala tidak memenuhi f’c
yang disyaratkan, maka harus dilakukan pengujian dengan Rebound Hammer
Test.
g. Jika hasil pengujian pada butir f tersebut menunjukkan gejala tidak memenuhi
persyaratan, maka harus dilakukan pengujian kuat desak beton dengan boor (core
drill).
h. Benda uji tersebut harus diperiksakan di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik
dengan biaya sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor.
i. Setiap ada perubahan jenis bahan yang digunakan, Pelaksana wajib meiakukan
trial mix desain dengan bahan-bahan tersebut, dan melakukan pengujian
laboratorium untuk memastikan bahwa kuat tekan beton yang di hasilkan
memenuhi kuat tekan yang disyaratkan.
j. Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m 3 adukan beton harus dibuat pengujian
slump, dengan ketentuan sebagai berikut :
Bagian Konstruksi Nilai Slump (mm)
a. Plat Pondasi/Poer 75- 120
b. Kolom Struktur 100-120
c. Balok-balok 100-120
d. Plat Atap/Lantai 100- 120
k. Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5,
Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI 03-2847-2002).

4.7. Pengadukan dan Alat Aduk


a. Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memiliki ketelitian
cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran masing-masing bahan
beton. Seluruh peralatan, perlengkapan dan tata cara pengadukan harus
mendapatkan persetujuan Pengawas.
b. Pengaturan pengangkutan dan cara penakaran yang dilakukan, harus
mendapatkan persetujuan Pengawas. Seluruh operasi harus dikontrol/diawasi
secara kontiniu oleh Pengawas.
c. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton (hatch mixer atau portable
continous mixer). Sebelum digunakan, mesin aduk ini harus benar-benar kosong,
dan harus dicuci terlebih dahulu bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
d. Selain ketentuan tersebut di dalam butir 1.7.c di atas, maka pengadukan beton di
lapangan harus mengikuti ketentuan berikut ini :
1. Harus dilakukan di dalam suatu mesin aduk dari tipe yang telah disetujui
Pengawas.
2. Mesin-aduk harus berputar pada suatu kecepatan yang direkomendasikan
oleh pabrik pembuat mesin aduk tersebut.
3. Pengadukan harus diteruskan sedikitnya 1.5 menit setelah semua material
dimasukkan ke dalam drum aduk, kecuali jika dapat dibuktikan/ditunjukkan
bahwa dengan waktu pengadukan yang menyimpang dari ketentuan ini masih
dapat dihasilkan beton yang memenuhi syarat.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 7


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

4.8. Pengangkutan Adukan


a. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan ke tempat penyimpanan akhir
(sebelum di tuang), harus sedemikian hingga tercegah terjadinya pemisahan
(segregasi) atau kehilangan material.
b. Alat angkut yang digunakan harus mampu menyediakan beton di tempat
penyimpanan akhir dengan lancar, tanpa mengakibatkan pemisahan bahan yang
telah dicampur dan tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan hilangnya
plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan.

4.9. Penempatan beton yang akan dituang


a. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin ke cetakan akhir
untuk mencegah terjadinya segregasi karena penanganan kembali atau pengaliran
adukan.
b. Pelaksanaan penuangan beton harus dilaksanakan dengan suatu kecepatan
penuangan sedemikian hingga beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat
mengalir dengan mudah ke dalam rongga di antara tulangan.
c. Beton yang telah mengeras sebagian dan atau telah dikotori oleh material asing,
tidak boleh dituang ke dalam cetakan.
d. Beton setengah mengeras yang ditambah air atau beton yang diaduk kembali
setelah mengalami pengerasan tidak boleh dipergunakan kembali.
e. Beton yang dituang harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara sempurna
dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi sepenuhnya daerah
sekitar tulangan dan barang yang tertanam dan ke daerah pojok acuan.

4.10. Perawatan Beton


a. Jika digunakan dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton tersebut harus
dipertahankan di dalam kondisi lembab paling sedikit 72 jam, kecuali jika dilakukan
perawatan yang dipercepat.
b. Jika tidak digunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton harus
dipertahankan dalam kondisi lembab paling sedikit 168 jam setelah penuangan,
kecuali jika dilakukan perawatan dipercepat sebagaimana disebutkan di dalam
Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI 03-2847-2002).

4.11. Cetakan Beton


a. Di dalam segala hal, cetakan beton (termasuk penyangganya) harus direncanakan
sedemikian rupa hingga dapat dibuktikan bahwa penyangga dan cetakan tersebut
mampu menerima gaya-gaya yang diakibatkan oleh penuangan dan pemadatan
adukan beton.
b. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil
beton yang direncanakan, serta tidak bocor dan harus cukup kaku untuk
mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
c. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus
dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal; terutama untuk permukaan beton
yang tidak difinish (expossed concrete).
d. Kecuali beton pondasi, cetakan dibuat dari multipleks dengan ketebalan minimal
12 mm.
e. Kontraktor harus melakukan upaya-upaya sedemikian hingga penyerapan air
adukan oleh cetakan dapat dicegah.
f. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress" atau

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 8


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari
tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan
beban-beban yang ada di atasnya selama pelaksanaan.
g. Sebelum penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya, dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada
saat beton dituang, permukaan cetakan harus bersih terhadap segala kotoran, dan
diberi oli untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Untuk menghindari
lekatnya oli pada baja tulangan, maka pemberian oli pada cetakan harus dilakukan
sebelum tulangan terpasang.
h. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Pengawas, atau
jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
 Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35 % fc)
 Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70 % fc)
 Balok dengan beban konstruksi 14 hari (setara dengan 85 % fc)
 Plat lantai/atap/tangga 14 hari (setara dengan 85 % fc)
Pada bagian konstruksi yang terletak di dalam tanah, cetakan harus dicabut
sebelum pengurugan dilakukan.

4.12. Pengangkutan dan Pengecoran


a. Perletakan pengadukan dan pengecoran harus diatur sedemikian rupa hingga
memudahkan dalam pelaksanaan pengecoran.
b. Waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak boleh lebih dari 1 jam.
Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya
pemisahan material dan perubahan letak tulangan.
c. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1.5 m, cara
penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa, chute, dan sebagainya
harus mendapat persetujuan Pengawas.
d. Pelaksana harus memberitahukan Pengawas selambat-lambatnya 2 hari sebelum
pengecoran beton dilaksanakan.

4.13. Pemadatan Beton


a. Pemadatan beton harus dilakukan dengan penggetar mekanis/mechanical vibrator
dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk
mengalirkan beton.
b. Pemadatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga beton yang dihasilkan
merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi atau keropos.
c. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat
penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik.
Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan terutama pada tulangan yang
telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras.

PASAL 5. PEKERJAAN PONDASI PLAT MENERUS

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 9


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

5.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan pondasi adalah pekerjaan pondasi beton bertulang.

5.2. Standarisasi
a. SNI 03-3446 (Standarisasi Pondasi Menerus Indonesia).
b. SNI 03-2874-1992 (Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung).
c. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
d. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal).
e. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
f. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
g. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
h. SNI 03-1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
i. SNI 1971-1990-F (Metode Mutu Air dalam Pengujian Beton).
j. SNI 03-1729-2002 (Tata Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung).
k. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam)).
l. SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan
dari Besi/Baja)).

5.3. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Pekerjaan Pembesian
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembesian, volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk
mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas, yang disertai
gambar shop drawing.
2. Kuat desak beton rencana 20.75Mpa sekualitas K250.
3. Kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan yang memuat diameter
besi, jumlah besi, dimensi profil baja dan jarak pembesian pada area yang
akan dicor.
4. Pasang besi beton slab, sesuai desain.
5. Panjang sambungan besi minimum 40 x diameter tulangan rencana.
6. Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
7. Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
8. Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6.
b. Pekerjaan Bekisting
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan bekisting meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta
contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Bahan bekisting perancah/stiger adalah cetakan/bekisting sesuai kontak.
3. Panel bekisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa
sesuai dengan shop drawing.
4. Sambungan panel bekisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 10


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

5. Bekisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusaannya dengan lot dan


tarikan benang.
6. Level bekisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.

5.4. Pelaksanaan Cor Beton


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor beton meliputi volume pekerjaan, jumlah
tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material untuk
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Kuat desak beton rencana 20,75Mpa sekualitas K250.
c. Sebelum di cor, bekisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan sebelumnya atau
kotoran-kotoran.
d. Material bekisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan mold oil/sika
form oil (ekspose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah dibuka,
untuk bekisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat sehingga layak
digunakan.
e. Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya dan batas
ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
f. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat pengangkutan
adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah disiapkan cadangannya.
g. Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan penerangan
yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
h. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk untuk mendapatkan beton yang
homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi
dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau memisah dari
campuran.
i. Pengadukan beton, untuk beton struktur menggunakan campuran beton, jika
memakai ready mix harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
j. Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang
monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar tidak
berubah posisi, kevertikalan bekisting harus selalu periksa selama pengecoran.
k. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi segregasi, jarak
jatuh maximal 1.5 m.
l. Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15 cm.
Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh bekisting dan atau tulangan.
Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan
segregasi.
m. Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur
kelencakan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan maksimal
12.5 cm minimal 5 cm.
n. Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh beton segar.
Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari mesin aduk setelah
pengadukan selesai. Pengambilan dilakukukan di beberapa titik dan dicampurkan.
Bila pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih
dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk.
o. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh
PPTK dan Konsultan Pengawas.
p. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.
5.5. Pembongkaran Bekisting dan Perawatan Beton
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pembongkaran bekisting dan perawatan meliputi

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 11


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
b. Pembongkaran bekisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
c. Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut pada
struktur, alat yang digunakan untuk membongkar bekisting tidak boleh merusak
permukaan beton.
d. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
e. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.

5.6. Material
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah semen jenis Semen Portland tipe I.
2. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran tersebut
diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
5. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen dalam
kantong di penyimpanan lokal (di penyalur) lebih dari 3 bulan perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
1. Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup
syarat kekerasannya dan padat, dengan tekstur permukaan kasar, butir-
butirnya tajam, kuat dan bersudut.
2. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak lebih
besar dari 3/4 jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan
dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3. Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
c. Agregat halus
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan dengan
nilai Modulus halus butir antara 1.50 – 3.80.
4. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
d. Air
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik
lainnya) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0.5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
5. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang
resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 12


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

e. Besi beton
1. Tulangan menggunakan besi ≥ Ø 13 mm dengan fy = 400 Mpa, begel
menggunakan besi ≤ Ø 10 mm dengan fy = 240 MPa.
2. Semua besi harus di ujikan di laboratorium yang di setujui Konsultan
Pengawas, masing-masing minimal 3 benda uji.
3. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.

PASAL 6. PEKERJAAN SLOOF

6.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan sloof adalah semua pekerjan pembuatan sloof sesuai dalam gambar
rencana.

6.2. Standarisasi
a. SNI 03-2874-1992 (Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung).
b. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
c.SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal).
d. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
e. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
f. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g. SNI 03-1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h. SNI 1971-1990-F (Metode Mutu Air dalam Pengujian Beton).
i. SNI 03-1729-2002 (Tata Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung).
j. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam).
k.SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan dari
Besi/Baja).

7.3. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Pekerjaan Pembesian
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembesian, volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan serta
contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas, yang
disertai gambar shop drawing.
2. Kuat desak beton rencana 20,75Mpa sekualitas K250.
3. Kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan yang memuat diameter
besi, jumlah besi, dimensi profil baja dan jarak pembesian pada area yang
akan dicor.
4. Pasang besi beton slab, sesuai desain.
5. Cor beton slab.
6. Panjang sambungan besi minimum 40 x diameter tulangan rencana.
7. Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
8. Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
9. Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 13


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

b. Pekerjaan Bekisting
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan bekisting meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil
pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Pengawas.
2. Bahan bekisting perancah/stiger adalah cetakan/bekisting sesuai kontak.
3. Panel bekisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa
sesuai dengan shop drawing.
4. Sambungan panel bekisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
5. Bekisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusaannya dengan lot
dan tarikan benang.
6. Level bekisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.

7.4. Pelaksanaan Cor Beton


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor beton sloof meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan,
serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Kuat desak beton rencana 20,75Mpa sekualitas K250.
3. Sebelum di cor, bekisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
4. Material bekisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan
mold oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah
dibuka, untuk bekisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat sehingga
layak digunakan.
5. Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan
batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
6. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah disiapkan
cadangannya.
7. Bila dilakukan pencoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
8. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan
beton yang homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen
mulai berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau
memisah dari campuran.
9. Pengadukan beton, untuk beton struktur menggunakan campuran beton
ready mix dan harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
10. Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton
yang monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar
tidak berubah posisi, kevertikalan bekisting harus selalu periksa selama
pengecoran.
11. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi
segregasi, jarak jatuh maximal 1.5 m.
12. Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh bekisting
dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena
akan mengakibatkan segregasi.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 14


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

13. Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur


kelencakan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan maksimal
12.5 cm minimal 5 cm.
14. Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar. Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari mesin aduk
setelah pengadukan selesai. Pengambilan dilakukukan di beberapa titik dan
dicampurkan. Bila pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanyak 3 kali
atau lebih dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk.
15. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang
disetujui oleh PPTK dan Konsultan Pengawas.
16. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.

7.5. Pembongkaran bekisting dan perawatan beton


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor
harus menyiapkan rencana kerja pembongkaran bekisting dan perawatan meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
2. Pembongkaran bekisting harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
3. Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban
kejut pada struktur, alat yang digunakan untuk membongkar bekisting tidak boleh
merusak permukaan beton.
4. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
5. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.

7.6. Material
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah semen jenis Semen Portland tipe I.
2. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika
ada bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran
tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
5. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen
dalam kantong di penyimpanan lokal lebih dari 3 bulan perlu diuji sebelum
digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
1. Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat, dengan tekstur permukaan kasar,
butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
2. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak
lebih besar dari 3/4 jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan
dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3. Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 15


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

c. Agregat halus
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2. Bebas dari bahan-bahan organik, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan dengan
nilai Modulus halus butir antara 1.50 – 3.80.
4. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
d. Air
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
5. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan
bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
e. Besi beton
1. Tulangan Pokok menggunakan besi ≥ Ø 13 mm dengan fy = 400 Mpa, begel
menggunakan besi ≤ Ø 10 mm dengan fy = 240 MPa.
2. Semua besi harus di ujikan di laboraturium yang di setujui Konsultan
Pengawas dan PPTK, masing-masing minimal 3 benda uji.
3. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.

PASAL 8. PEKERJAAN BETON KOLOM

8.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan Beton Kolom adalah pekerjaan pembuatan beton kolom beton bertulang
sesuai gambar rencana.

8.2. Standarisasi
a. SNI 03-2874-1992 (Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung).
b. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
c. SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal).
d. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
e. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
f. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g. SNI 03-1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h. SNI 1971-1990-F (Metode Mutu Air dalam Pengujian Beton).
i. SNI 03-1729-2002 (Tata Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung).
j. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam).
k. SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan dari
Besi/Baja)).

8.3. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Pekerjaan Pembesian

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 16


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor


harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembesian, volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan serta
contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas, yang
disertai gambar shop drawing.
2. Kuat desak beton rencana 20,75 Mpa sekualitas K250.
3. Kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan yang memuat diameter
besi, jumlah besi, dimensi profil baja dan jarak pembesian pada area yang
akan dicor.
4. Pasang besi beton sesuai desain dan dicor beton.
5. Panjang sambungan besi minimum 40 x diameter tulangan rencana.
6. Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
7. Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
8. Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6.
9. Posisi sleeve/konduit harus terletak pada daerah lapangan dengan tinggi
maksimum 1/5 h balok.
b. Pekerjaan Bekisting
1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan bekisting meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta
contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
2. Bahan Bekisting perancah/stiger adalah cetakan/bekisting sesuai kontrak.
3. Panel bekisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa sesuai
dengan shop drawing.
4. Sambungan panel bekisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
5. Bekisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusaannya dengan lot dan
tarikan benang.
6. Level bekisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.
7. Untuk kebutuhan instalasi M/E luas total sleeve/pipa maksimum 4% dari luas
penampang kolom.

8.4. Pelaksanaan Cor Beton


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor beton Beton Kolom meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan,
serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Kuat desak beton rencana adalah 20.75 Mpa sekualitas K250.
3. Sebelum di cor, bekisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan sebelumnya atau
kotoran-kotoran.
4. Material bekisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan mold oil/sika
form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan mudah dibuka, untuk
bekisting bekas yang akan dipakai ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.
5. Stek untuk penulangan lantai diatasnya, panjang stek di atas lantai minimal 40 x
diameter tulangan rencana.
6. Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya dan batas
ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 17


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

7. Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus terpasang


sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah posisi selama pengecoran.
8. Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah disiapkan
cadangannya.
9. Bila dilakukan pencoran beton pada malam hari harus disediakan penerangan
yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
10. Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan beton yang
homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai
berhidrasi dan selalu dijaga agar tidaka ada bahan-bahan yang tumpah atau
memisah dari campuran.
11. Pengadukan beton, untuk beton struktur harus menggunakan campuran beton
dari ready mix, dan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas
dan PPTK.
12. Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton yang
monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga agar tidak
berubah posisi, kevertikalan bekisting harus selalu periksa selama pengecoran.
13. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi segregasi,
jarak jatuh maximal 1.5 m.
14. Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan 15 cm.
Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh bekisting dan atau tulangan.
Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan
segregasi.
15. Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur
kelencakan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan maksimal
12.5 cm minimal 5 cm.
16. Untuk keperluan tes kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh beton segar.
Pengambilan contoh beton segar dilakukan langsung dari mesin aduk setelah
pengadukan selesai. Pengambilan dilakukukan di beberapa titik dan dicampurkan.
Bila pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih
dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk.
17. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh
PPTK dan Konsultan Pengawas.
18. Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.

8.5. Pembongkaran bekisting dan perawatan beton


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor harus
menyiapkan rencana kerja pembongkaran bekisting dan perawatan meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
2. Pembongkaran bekisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
3. Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut pada
struktur, alat yang digunakan untuk membongkar bekisting tidak boleh merusak
permukaan beton.
4. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat.
5. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.

8.6. Material
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah semen jenis Semen Portland tipe I.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 18


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

2. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.


3. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika
ada bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10%
berat. Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas,
maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran
tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
5. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen
dalam kantong di penyimpanan lokal lebih dari 3 bulan perlu diuji sebelum
digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
1. Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup
syarat kekerasannya dan padat dengan tekstur permukaan kasar, butir-
butirnya tajam, kuat dan bersudut.
2. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3 cm dan tidak lebih
besar dari 3/4 jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan
dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3. Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
c. Agregat halus
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2. Bebas dari bahan-bahan organik, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan dengan
nilai Modulus halus butir antara 1.50 – 3.80.
4. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
d. Air
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
5. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang
resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

e. Besi beton
1. Tulangan menggunakan besi diameter ≥ Ø 13 mm dengan fy = 400 Mpa,
begel menggunakan besi ≤ Ø 10 mm dengan fy = 240 Mpa.
2. Semua besi harus di ujikan di laboraturium yang di setujui Konsultan
Pengawas dan PPTK, masing-masing minimal 3 benda uji.
3. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 19


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

PASAL 10. PEKERJAAN BETON KONSTRUKSI

10.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh
pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana :
a. Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana, termasuk di
dalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan-bantu yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
b. Pengadaan, detil, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan (reinforcement)
dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton.
c. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan
perawatan beton, dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan
beton.

10.2. Standarisasi
a. Persyaratan-persyaratan Konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat-syarat
pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam
persyaratan teknis ini. Di dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan
struktur beton harus sesuai dengan standard-standard yang berlaku, yaitu :
 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-6861-
2002).
 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-
2002).
 Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding (SNI 03-3430-
1994).
 Tata Cara Perhitungan Pembebanan untuk Bangunan Rumah dan Gedung (SNI
03-1727-1989).
 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI
03-1726-2002).
 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-
2002).
 SNI 03-3976-1995 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal).
 SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
 SNI 1971-1990-F (Metode Mutu Air dalam Pengujian Beton).
 SNI 03-1729-2002 (Tata Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung).
 SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam).
 SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan
dari Besi/Baja)).
b Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan presisi tinggi,
sebagaimana tercantum di dalam persyaratan teknis ini, gambar-gambar rencana
dan atau instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas.
c. Semua material yang digunakan di dalam pekerjaan ini harus merupakan material
yang kualitasnya teruji dan atau dapat dibuktikan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan.
d. Kontraktor wajib melakukan pengujian beton yang akan digunakan di dalam
pekerjaan ini.
e. Seluruh material yang oleh Pengawas dinyatakan tidak memenuhi syarat harus
segera dikeluarkan dari lokasi proyek dan tidak diperkenankan menggunakan
kembali.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 20


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

10.3. Material
a. Semen
Semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I dan merupakan hasil
produksi dalam negeri satu merk. Semen harus disimpan sedemikian rupa hingga
mencegah terjadinya kerusakan bahan atau pengotoran oleh bahan lain.
Penyimpanan semen harus dilakukan di dalam gudang tertutup, sedemikian rupa
sehingga semen terhindar dari basah atau kemungkinan lembab, terjamin tidak
tercampur dengan bahan lain.
Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan urutan kedatangan semen
tersebut di lokasi pekerjan.
b. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini :
1. Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari "Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton". Bila tidak tercakup di dalamnya, maka agregat
tersebut harus memenuhi ketentuan Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal (SNI 03-2847-2002).
2. Atas persetujuan Pengawas, agregat yang tidak memenuhi persyaratan butir
a., dapat digunakan asal disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus
dan atau pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan beton yang
kekuatan, keawetan, dan ketahanannya memenuhi syarat.
3. Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar
harus tidak melebihi syarat-syarat berikut :
• 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
• 1/3 dari tebal plat.
• 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas batang
tulangan.
Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut penilaian Tenaga
Ahli, kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton adalah sedemikian
hingga dijamin tidak akan terjadi sarang kerikil atau rongga.
c. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan
berikut ini :
1. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi
mutunya menurut tujuan pemakaiannya.
2. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya,
yang dapat dilihat secara visual.
3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gr/ltr.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gr/ltr. Kandungan
clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak
lebih dari 100 ppm.
5. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling,
maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak
lebih dari 10%.
d. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut ini :
a. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak,
gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau berlapis-lapis.
b. Hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja .

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 21


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

c. Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja tulangan


deform (BJTD 40), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih
dari 70% diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5%
diameter nominalnya.
d. Tulangan dengan Ø < 13 mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk tulangan
dengan Ø ≥ 13 mm memakai BJTD 40 (deform) bentuk ulir.
e. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan harus
dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya
menyatakan nilai kuat - leleh dan berat per meter panjang dari baja tulangan
dimaksud.
f. Diameter nominal baja tulangan (baik deform/BJTD) yang digunakan harus
ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut dan harus ditentukan dari rumus :
d = 4.029  B , atau d = 12.47 G
dimana :
d = diameter nominal dalam mm
B = berat baja tulangan (N/mm)
G = berat baja tulangan (kg/m)
g. Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal ini sebagai berikut :
“D” Tulangan Tulangan Toleransi Berat
Baja Tulangan yang Diizinkan
 < 10 mm ±7%
10 mm <  <16 mm ±6%
16 mm <  < 28 mm ±5%
 > 28 mm ±4%
h. Pembesian
1. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections)
Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan haras
disertai surat keterangan Percobaan dari pabrik.
Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja-tulangam harus diadakan
pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji
tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang
baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh
Direksi Lapangan.
Semua pengujian tersehatan di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus
dilakukan di laboratorium lembaga Uji Konstruksi atau laboratorium lainya
direkomendasi oleh Direksi Lapangan dan minimal sesuai dengan salah
satu standard uji yang dapat dipakai. Semua biaya pengetesan tersebut
ditanggung oleh Kontraktor. Segala macam kotoran, karat, cat, minyak
atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap kekuatan rekatan harus
dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat
dengan kawat.dari baja. lunak.
Sambungan mekanis harus ditest. dengan percobaan tarik.
Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari
pembesian, termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari
sambungan dan panjang penjangkaran dari penulangan baja oleh Direksi
Lapangan.
Sertifikat :
Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka
pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 22


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

sertifikat resmi dari Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan


proyek ini.
2. Produk
a. Tulangan
Tulangan yang digunakan berulir mutu BJTD-39 (400 Mpa) dan
tulangan polos mutu BJTP-24 seperti dinyatakan pada gambar-
gambar rencana. Tulangan polos dengan diameter ≤ 12 mm harus
baja lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm 2. Tulangan ulir dengan
diameter ≥ 12 mm harus baja tegangan tarik tinggi, batang berulir
dengan tegangan leleh fy = 400 Mpa
b. Tulangan Anyaman (Wire mesh)
Tulangan anyaman, menggunakan type M8.
c. Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support)
Dudukan tulangan haruslah tahu beton, yang dilengkapi dengan
kawat pengikat yang ditanam atau batang kursi tinggi plat sendiri
(Individual High Chairs).
d. Bolstern, kursi spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk
mengatur jarak.
 Gunakan besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI,
kecuali diperlihatkan lain pada gambar rencana.
 Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang ridak
direkomendasi.
 Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir
atau horizontal rumers dimana bahan dasar tidak akan langsung
menunjang batang kursi (chairs legs). Atau pakai lantai kerja yang
rata.
 Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang langsung
berhubungan/mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan
jenis hot-dip-galvanized atau penunjang yang dilindungi plastik.
 Kawat Pengikat dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.

3. Jaminan Mutu
Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui
oleh Direksi Lapangan. Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau
lainnya) harus diperlihatkan untuk semua tulangan yang dipakai.
Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan hasil-hasil dan semua
komposisi kimia dan sifat-sifat fisik.
4. Persiapan Pekerjaan/Peralatan Tulangan
Pembengkokan dan pembentukan
Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa
sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak
mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran
berlangsung.
Pembuatan dan pemasangan tulangan toleransi pembuatan disesuai
dengan peratuaran yang disyaratkan.
5. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya
Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai
dengan etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan
tanda pengenal.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 23


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari kerusakan.


Gudang di alas tanah harus kering, daerah yang bagus saluran-
salurannya, dan terlindung dari lumpur, kotoran, karat dsb.
6. Pelaksanaan Pemasangan Tulangan, Pembengkokan dan Pemotongan
6.1. Persiapan
a. Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill
steel) dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi
daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau
pada sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
b. Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.
6.2. Pemasangan Tulangan
a. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar rencana dan
koordinasi dengan bagian lain dan kelancaran pengadaan
bahan serta tenaga perlu diadakan untuk mengindari
keterlambatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada
lubang-lubang (openings)/bukaan.
b. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat
baja, hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah
tempatnya.
1. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus
dipasang pada posisi yang benar dan untuk menjaga jarak
bersih digunakan spacers/penahan jarak.
2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus
ditunjang untuk memperoleh lokasi yang tepat selama
pengecoran beton dengan penjaga jarak, kursi penunjang
dan penunjang lain yang diperlukan.
3. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di
atas agregai (seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap
air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton
yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang
akan dicor.
4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan
tebal penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang
dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan
mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan
dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok
persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang
sebanyak minimum 4 buah setiap m2 cetakan atau lantai
kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas
harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang
penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan bawah
atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi.
Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan
letak dari tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang
harus melintasi tulangan balok yang berbatasan.
c. Toleransi pada Pemasangan Tulangan

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 24


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

1. Terhadap selimut beton (selimut beton)  6 mm.


2. Jarak terkecil pemisah antara batang  6 mm.
3. Tulangan atas pada plat dan balok :
 Balok dengan tinggi sama atau < 200 mm adalah  6
mm.
 Balok dengan tinggi > 200 mm tapi < 600 mm adalah
 12 mm.
 Balok dengan tinggi > 600 mm adalah  12 mm
 Panjang batang  50 mm.
4. Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai SNI 2002.
d. Pembengkokan Tulangan, sesuai dengan SNI 2002.
1. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan
dengan cara-cara yang merusak tulangan itu.
2. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan
diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak
60 cm dari bengkokan sebelumnya.
3. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton
tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan di lapangan,
kecuali apabila ditentukan di dalam gambar-gambar
rencana atau disetujui oleh perencana.
4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus
dilakukan dalam keadaan dingin, kecuali apabila
petnanasan dilajutkan oleh perencana.
5. Apabila pemanasan diizinkan, batang tulangan dari baja
lunak (polos atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai
kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu
lebih dari 85OC.
6. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami
pengerjaan dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami
pemanasan di atas 1000C yang bukan pada waktu las,
maka dalam perhitungan-perhitungan sebagai kekuatan
baja hams diambil kekuatan baja tersebut yang tidak
mengalami pengerjaan dingin.
7. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan,
kecuali diizinkan oleh perencana.
8. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak
boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
9. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh
dilakukan dalam jarak 8 x diameter batang dari setiap
bagian dari bengkokan.
e. Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.
1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai
dengan yang ditunjukkan dalang gambar-gambar rencana
dengan toleransi-toleransi yang disyaratkan oleh
perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana, pada
pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan
toleransi-toleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat
berikut.
2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong
menurun ukuran dan terhadap panjang total dan ukuran
intern dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 25


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

sebesar  25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan


dalam ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total batang
yang diserahkan menurut sesuatu ukuran ditetapkan
toleransi sebesar > 50 mm dan < 25 mm.
3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok
ditetapkan toleransi sebesar  6 mm untuk jarak 60 cm
atau kurang dan sebesar  12 mm untuk jarak lebih dari 60
cm.
4. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-
ikatan ditetapkan toleransi sebesar  6 mm.
f. Panjang Penjangkaran dan panjang penyaluran.
1. Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran = 30 diameter dengan kait
Panjang penyaluran = 30 diameter dengan kait
2. Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)
Panjang penjangkaran = 40 diameter tanpa kait
Panjang penyaluran = 40 diameter tanpa kait
3. Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana
terjadi tegangan terbesar.
Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton
harus diadakan di tengah bentang, dan tulangan bawah
pada tumpuan. Sambungan harus ditunjang dimana
memungkinkan.
4. Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh
melampaui perbandingan 1 terhadap 10.
5. Standard Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan
SKSNI-91 (Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung), kecuali ditentukan lain.
7. Pemasangan Wire Mesh
Pemasangan pada kepanjangan terpanjang yang memungkinkan Jangan
melakukan penghentian/pengakhiran lembar wire mesh antara tumpuan
balok atau tepat diatas balok dari struktur menerus.
Keseimbangan pengakhiran dari lewatan dalam arah lebar yang
berdampingan untuk mencegah lewatan yang menerus.
Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama pengecoran.
7.1. Las
Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus
sesuai dengan SNI 04-3891-1995 (Standar Mutu Pengelasan
Indonesia). Pengelasan tidak boleh dilakukan pada pembengkakan
di suatu batang, pengelasan pada persilangan (las titik) harus
diizinkan kecuali seperti di anjurkan atau disahkan oleh Direksi
Lapangan dan harus dilengkapi dengan keperluan jaminan
kehandalan kemampuan las.
7.2. Sambungan Mekanik
Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas
penampang kolom dengan menggunakan  32 mm, sambungan
mekanik untuk tulangan (pada kolom) harus disediakan dan dipakai.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 26


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

8. Beton dan Adukan Beton Struktur


a. Sebelum memulai pekerjaan beton struktur, Kontraktor harus
membuat trial mix design dengan tujuan untuk mendapatkan
proporsi campuran yang menghasilkan kuat tekan target beton
seperti yang disyaratkan.
b. Kuat tekan target beton yang disyaratkan di dalam pekerjaan ini (f’c)
tidak boleh < 30 Mpa. Kuat tekan ini harus dibuktikan dengan
sertifikat pengujian dari Laboratorium Bahan Bangunan yang telah
disetujui Konsultan Pengawas.
c. Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan
kuat tekan rata-rata (f'cr) minimal sebesar f'cr = f'c + 1,64 Sr,
dengan Sr adalah standar deviasi rencana dari benda uji yang
nilainya setara dengan nilai standar deviasi statistik dikalikan
dengan faktor berikut :
Jumlah Benda Uji Faktor Pengkali
< 15 dikonsultasikan dengan Pengawas
15 1.16
20 1.08
25 1.03
> 30 1
d. Benda uji yang dimaksud adalah silinder beton dengan  150
mm dan tinggi 300 mm, yang untuk setiap 10 m 3 produksi adukan
beton harus diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara
pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang
terdapat di dalam standar Metoda Pembuatan dan Perawatan
Benda Uji Beton di Laboratorium (SK SNI M-62-1990-03).
e. Jika hasil uji kuat tekan beton menunjukkan bahwa kuat tekan target
beton yang dihasilkan tidak memenuhi syarat, maka proporsi
campuran adukan beton tersebut tidak dapat digunakan, dan
Kontraktor dengan persetujuan Pengawas, harus membuat proporsi
campuran yang baru hingga kuat tekan target beton yang
disyaratkan dapat dicapai.
f. Setiap ada perubahan jenis bahan yang digunakan, Pelaksana wajib
melakukan trial mix design dengan bahan-bahan tersebut dan
melakukan pengujian laboratorium untuk memastikan bahwa kuat
tekan beton yang di hasilkan memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan.
g. Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat
pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut :
Bagian Konstruksi Nilai Slump (mm)
a. Pelat Pondasi/Poer 50 - 125
b. Kolom Struktur 75 - 150
c. Balok-balok 75 - 150
d. Pelat Lantai 75 - 150
h. Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan
teknis ini, Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang
tercakup di dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 27


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

9. Pengadukan dan Alat-aduk


a. Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
memiliki ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
takaran masing-masing bahan beton. Seluruh peralatan,
perlengkapan dan tata cara pengadukan harus mendapatkan
persetujuan Pengawas
b. Pengaturan pengangkutan dan cara penakaran yang dilakukan,
harus mendapatkan persetujuan Pengawas. Seluruh operasi harus
dikontrol/diawasi secara kontiniu oleh Pengawas
c. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton (batch
mixer atau portable continous mixer). Sebelum digunakan, mesin
aduk ini harus benar-benar kosong, dan harus dicuci terlebih dahulu
bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
d. Selain ketentuan tersebut di dalam butir 5.c. di atas, maka
pengadukan beton di lapangan harus mengikuti ketentuan berikut ini
:
 Harus dilakukan di dalam suatu mesin aduk dari tipe yang telah
disetujui Pengawas.
 Mesin aduk harus berputar pada suatu kecepatan yang di
rekomendasikan oleh pabrik pembuat mesin aduk tersebut.
 Pengadukan harus diteruskan sedikitnya 1.5 menit setelah
semua material dimasukkan ke dalam drum aduk, kecuali jika
dapat dibuktikan/ditunjukkan bahwa dengan waktu pengadukan
yang menyimpang dari ketentuan ini masih dapat dihasilkan
beton yang memenuhi syarat.
10. Pengangkutan Adukan
a. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan ke tempat
penyimpanan akhir (sebelum di tuang), harus sedemikian hingga
tercegah terjadinya pemisahan (segregasi) atau kehilangan
material.
b. Alat angkut yang digunakan harus mampu menyediakan beton di
tempat penyimpanan akhir dengan lancar tanpa mengakibatkan
pemisahan bahan yang telah dicampur dan tanpa hambatan yang
dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas beton antara
pengangkutan yang berurutan.

11. Penempatan beton yang akan dituang


a. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin ke
cetakan akhir untuk mencegah terjadinya segregasi karena
penanganan kembali atau pengaliran adukan.
b. Pelaksanaan penuangan beton harus dilaksanakan dengan suatu
kecepatan penuangan sedemikian hingga beton selalu dalam
keadaan plastis dan dapat mengalir dengan mudah ke dalam
rongga di antara tulangan.
c. Beton yang telah mengeras sebagian dan atau telah dikotori oleh
material asing, tidak boleh dituang ke dalam cetakan.
d. Beton setengah mengeras yang ditambah air atau beton yang
diaduk kembali setelah mengalami pengerasan tidak boleh
dipergunakan kembali.
e. Beton yang dituang harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara
sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 28


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan dan barang yang


tertanam dan ke daerah pojok acuan.
12. Perawatan Beton
a. Jika digunakan dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton
tersebut harus dipertahankan di dalam kondisi lembab paling sedikit
72 jam, kecuali jika dilakukan perawatan yang dipercepat.
b. Jika tidak digunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi,
maka beton harus dipertahankan dalam kondisi lembab paling
sedikit 168 jam setelah penuangan, kecuali jika dilakukan perawatan
dipercepat sebagaimana disebutkan di dalam pasal 5., Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-
03).
13. Cetakan Beton
Persyaratan Umum
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini,
Cetakan dan Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi
persyaratan dalam SNI-2002, SNI Beton-91.
Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan
serta gambar-gambar rancangan cetakan dan perancah untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Lapangan sebelum pekerjaan tersebut
dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jetas terlihat
konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan
serta sistem rangkanya, pemindahan dari cetakan serta perlengkapan
untuk struktur yang aman.
a. Di dalam segala hal, cetakan beton (termasuk penyangganya) harus
direncanakan sedemikian rupa hingga dapat dibuktikan bahwa
penyangga dan cetakan tersebut mampu menerima gaya-gaya yang
diakibatkan oleh penuangan dan pemadatan adukan beton.
b. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas
bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak bocor dan
harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat
atau kelongsoran dari penyangga.
c. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh
ada lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada
cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun
vertikal; terutama untuk permukaan beton yang tidak difinish
(expossed concrete).
d. Kecuali beton pondasi, cetakan dibuat dari multipleks dengan
ketebalan minimal 12 mm.
e. Kontraktor harus melakukan upaya-upaya sedemikian hingga
penyerapan air adukan oleh cetakan dapat dicegah.
f. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar
dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa
adanya "overstress" atau perpindahan tempat pada beberapa
bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga
harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan
beban-beban yang ada di atasnya selama pelaksanaan.
g. Sebelum penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan
kebenaran letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan
dan pengembangan pada saat beton dituang, permukaan cetakan

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 29


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

harus bersih terhadap segala kotoran, dan diberi form oil unuk
mencegah lekatnya beton pada cetakan. Untuk menghindari
lekatnya form oil pada bajatulangan, maka pemberian form oil pada
cetakan harus dilakukan sebelum tulangan terpasang.
h. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari
Pengawas, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai
berikut :
 Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35% f’c).
 Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70%
f’c).
 Balok dengan beban konstruksi 21 hari (setara dengan 95%
f’c).
 Plat atap/tangga 21 hari (setara dengan 95% f’c).
g Pada bagian konstruksi yang terletak di dalam tanah, cetakan harus
dicabut sebelum pengurugan dilakukan.
Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk
Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran
dari semua cetakan beton serta penunjang untuk semua beton cor
seperti yang tertera dalam gambar rencana.
2. Pekerjaan yang berhubungan
 Pekerjaan Pembesian
 Pekerjaan Beton

14. Pengangkutan dan Pengecoran


a. Perletakan pengadukan dan pencoran harus diatur sedemikian rupa
hingga memudahkan dalam pelaksanaan pencoran.
b. Waktu antara pengadukan dan pencoran tidak boleh lebih dari 1
jam. Pencoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari
terjadinya pemisahan material dan perubahan letak tulangan.
c. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih
dari 1.5 m, cara penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang,
pipa, chute, dan sebagainya harus mendapat persetujuan
Pengawas.
d. Pelaksana harus memberitahukan Pengawas selambat-lambatnya 2
hari sebelum pencoran beton dilaksanakan.
15. Pemadatan Beton
a. Pemadatan beton harus dilakukan dengan penggetar
mekanis/mechanical vibrator dan tidak diperkenankan melakukan
penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.
b. Pemadatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga beton yang
dihasilkan merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang,
segregasi atau keropos.
c. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan
dengan alat penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk
menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
d. Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan terutama
pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai
mengeras.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 30


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

PASAL 11. PEKERJAAN BAJA (STRUKTURAL)

11.1. Lingkup Pekerjaan


a. Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan dan perlengkapan serta
pemasangan dari semua pekerjaan bajauntuk struktur, rangka atap rangka kolom
ornament atau seperti yang terlihat dalam gambar.
b. Pekerjaan ini mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi
baja pada atap secara lengkap sesuai dengan gambar dan persyaratan teknis ini.

11.2. Ketentuan Umum


Persyaratan-persyaratan konstruksi baja dan istilah teknik secara umum menjadi satu
kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku
persyaratan teknis maka semua pekerjaan baja harus sesuai dengan standar berikut :
a. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983
b. Peraturan Pembebanan untuk Gedung Indonesia (PPUG) 1983
c. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBBI) NI - 3 1970
d. American Society for Testing Material (ASTM)
e. Steel Structural Painting Council (SSPC)
f. Standar Industri Indonesia (SII).
Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan kesesuaian yang
tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi yang diperlukan
oleh Konsultan Pengawas.

11.3. Material
A. Umum
a. Semua material yang digunakan harus baru dengan kualitas terbaik dan disetujui
oleh Konsultan Pengawas.Konsultan Pengawas berhak untuk minta diadakan
pengujian atas bahan-bahan tersebut dan Pelaksana harus bertanggungjawab atas
segala biaya yang dikeluarkan untuk itu.
b. Baja struktur harus mempunyai mutu BJ 37.
c. Las yang digunakan adalah las listrik dengan mutu FE 360 atau E 6013 sesuai
dengan JIS.
d. Semua baja yang digunakan harus sesuai bentuk, ukuran dan ketebalannya serta
bebas dari karat, cacat karena tumbukan, tekuk, atau puntir, dengan berat sesuai
rencana.
e. Semua material baja harus dari supplier yang dapat dipertanggungjawabkan dengan
disertai sertifikat dari pabrik. Jika dianggap perlu, pelaksana harus menyerahkan
hasil pengujian yang dibutuhkan dan berhubungan dengan konstruksi baja ini
disertai faktur pengiriman.
f. Bahan untuk coating adalah cat, dengan warna ditentukan kemudian.

B. Spesifikasi Bahan
a. Semua dimensi dan ukuran mengacu pada gambar kerja.
b. Seluruh sambungan menggunakan las AWS dengan ketebalan minimal 5mm (tidak
boleh kurang).
c. Seluruh pekerjaan rangka atap terekspose ataupun tidak harus difinish dengan cat
dasar anti karat ex zinchromate.
d. Suplier harus melampirkan perhitungan struktur dan surat garansi resmi untuk
mendapatkan persetujuan oleh Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana dan
pihak Pemberi Tugas.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 31


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

11.4. Fabrikasi
a. Fabrikasi harus dilaksanakan dalam bengkel/workshop, yang memenuhi persyaratan
terlindung dari pengaruh cuaca. Pelaksana harus membuat workshop di lapangan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Apabila fabrikasi dilakukan di luar lokasi, pelaksana
harus menanggung biaya yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan tersebut.

b. Penyambungan dan Pemasangan.


a) Pengelasan.
 Pekerjaan pengelasan ini harus memenuhi syarat-syarat JIS atau AISC.
 Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman
dan dengan ketepatan yang tinggi. Kontraktor wajib menyerahkan sertifikat
keahlian dari masing-masing tukang lasnya sesuai dengan peraturan.
 Pengelasan hanya boleh dilakukan pada tempat-tempat yang dinyatkaan
dalam gambar kerja dan RKS ini. Ukuran las yang tercantum dalam gambar
adalah ukuran-ukuran efektif.
 Batang-batang elektrode yang dipakai adalah jenis Mild sleel Arca Welding
Electrode dan harus memenuhi syarat JIS atau AISC/AWS. Batang elektrode
ini harus disimpan pada tempat yang dapat menjamin sifat-sifat dari
elektrode tersebut selama dalam peyimpanan.
 Pengelasan harus menjamin pengaliran yang merata dari cairan elektrode
tersebut.
 Pekerjaan las sebanyak mungkin dilaksanakan di dalam lapangan harus
cukup baik dan sangat hati-hati, tidak boleh dilakukan sewaktu dalam
keadaan basah atau hujan.
 Pemberhentian las harus pada tempat-tempat yang ditentukan dan harus
dijamin bahwa profil-profil yang dilas tidak akan berputar atau membengkak
setelah sambungan menjadi dingin.
 Setelah pengelasan selesai, maka sisa-sisa kerak las harus dibersihkan
dengan baik.
 Las-lasan yang menunjukkan cacat, harus dipotong dan dilas kembali atas
biaya kontraktor.
 Sebelum pekerjaan las dimulai, kontraktor wajib menyerahkan prosedur
kerja cara-cara pengelasan yang akan dikerjakan, baik di bengkel maupun
yang akan dikerjakan di lapangan. Usulan ini harus diperiksa dan disetujui
Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan pengelasan ini dapat dimulai.

b) Persiapan Pekerjaan Pengelasan.


 Bidang permukaan yang akan dilas harus rata, bersih dan bebas dari
retakan atau cacat-cacat lainnya yang dapat mengurangi mutu pengelasan.
Juga permukaan tersebut harus bebas dari kotoran, cat , aspal, minyak dan
karat.
 Sebelum pekerjaan las dimulai, maka harus ada jaminan bahwa bidang-
bidang yang akan disambung las tidak boleh bergerak sampai pekerjaan las
selesai dilakukan.
 Bagian-bagian yang akan dilas sebaiknya dalam keadaan datar dan bila ada
yang harus di las tegak maka pengelasan harus dimulai dari bawah
kemudian ke arah atas.
 Bagian ujung dari suatu las tumpul harus mendapat jaminan bahwa
sambungan dilaksanakan dalam keadaan penuh. Untuk itu sebaiknya
dipakai batang-batang penyambungan pada bagian ujung dari sambungan
tersebut agar pengelasan dapat dilaksanakan penuh.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 32


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

c) Pemberian tanda, Pengangkutan dan Penyimpanan


 Setelah distel di bengkel konstruksi, maka setiap komponen diberi nomor
secara sistematis agar di lapangan nanti, bagian-bagian tersebut dapat
disambung kembali dengan mudah.
 Setiap komponen juga harus dihitung beratnya, agar dapat diatur alat
pengangkutannya seperti truk-truk dan trailer sesuai dengan kapasitas yang
diperlukan.
 Di lapangan, komponen baja harus diletakkan sedemikian rupa agar tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan dan yang dapat memperlemah konstruksi
tersebut.

d) Pekerjaan Pemasangan Baja Struktur


 Sebelum erection dimulai, Pemborong harus memeriksa kembali kedudukan
angker-angker baja dan memberitahukan kepada Konsultan Pengawas
mengenai metode dan urutan pelaksanaan/erection. Perhatian khusus harus
dilakukan dalam pemasangan angker-angker untuk kolom di mana
jarak/kedudukan angker harus tepat dan akurat untuk mencegah
ketidakcocokan dalam erection. Untuk itu harus dijaga agar selama masa
pencoran, angker tersebut tidak bergeser, misalnya dengan mengelas pada
tulangan kolom beton.
 Semua peralatan dan steiger yang diperlukan untuk pemasangan konstruksi
baja harus disediakan oleh kontraktor dalam keadaan cukup baik di
lapangan, walau secara khusus tidak diperlihatkan dalam gambar-gambar
atau persyaratan teknis harus diadakan.
 Kontraktor bertanggungjawab atas keselamatan pekerjaan di lapangan.
Untuk ini Kontraktor harus menyediakan ikat pinggang pengaman, helmet,
sarung tangan, pemadam kebakaran, dll.

11.5. Perubahan-perubahan dan Tambahan


a.Perubahan-perubahan dan bagian-bagian atau tambahan-tambahan pada detail, atau
keduanya beserta uraian yang menyebabkannya harus diberikan beserta gambar kerja
untuk disetujui.
b.Perubahan-perubahan yang disetujui, pengganti-pengganti dan penambahan yang perlu
untuk bagian-bagian dari pekerjaan harus dikoordinasikan oleh Pemborong tanpa
tambahan biaya.

11.6. Pengujian Mutu Pekerjaan


a.Pemasangan harus dengan toleransi yang diijinkan/tertera dalam standar-standar yang
telah disetujui.
b.Bila toleransi tersebut tidak tercantum dalam standar, maka toleransi akan diberikan oleh
Konsultan Pengawas
c. Pemasangan baja dengan toleransi yang tidak disetujui akan ditolak.
d.Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk memeriksa pekerjaan di pabrik pada saat
yang dikehendaki, dan tidak ada pekerjaan yang boleh dikirim ke lapangan sebelum
diperiksa dan disetujui Konsultan Pengawas
e.Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dngen gambar atau spesifikasi akan
ditolak dan apabila terjadi demikian, harus diperbaiki dengan segera, dan biaya untuk hal
ini menjadi beban Kontraktor.

11.7. Persyaratan Pengujian

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 33


Pembangunan Ruang Praktik Siswa SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

a. Semua bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan baja harus dimungkinkan untuk
diperiksa atau ditest baik workshop lapangan maupun pada Lembaga/Instansi yang
berwenang untuk menguji (DPMB, LIPI, dsb.).
b. Untuk profil-profil yang tersusun dari pelat (built up) harus diadakan pengujian non
destructive testing. Apabila dalam pengujian non destructive testing timbul keraguan
mengenai mutu baja, mutu pengelasan, maka Konsultan Pengawasberhak untuk
meminta diadakan pengujian destructive testing.
c. Semua biaya pengujian ini ditanggung oleh Kontraktor.

Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat 34

Anda mungkin juga menyukai