Laporan Praktikum Uji Air Dengan Membran Filter
Laporan Praktikum Uji Air Dengan Membran Filter
Laporan Praktikum Uji Air Dengan Membran Filter
2. Tujuan Praktikum :
1) Untuk mengetahui kualitas air yang diuji
2) Untuk mengetahui jenis mikroba yang ada pada air yang diuji
4. Tinjauan Pustaka
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran
sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme
seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler).
Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang
dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga
termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler.
Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat
dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu
untuk dapat melihatnya seperti mikroskop, lup, dan lain-lain. Cakupan dunia
mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis,
sehingga diperlukan pengidentifikasian. Banyak bakteri dibawah mikroskop
menunjukan bentuk morfologi yang sama, tetapi sifat-sifat fisiologi mereka
berlainan sama sekali. Ada beberapa golongan bakteri yang sama bentuknya,
tetapi yang satu dapat mencernakan asam amino tertentu. Sedangkan yang
lainnya tidak. Ada pula suatu golongan yang dapat menyebabkan suatu
penyakit, sedang golonganyang lain tidak. Maka jelaslah bahwa kesukaran
kita untuk menetapkan spesies berdasarkan sifat-sifat morfologis saja.. Dalam
pengidentifikasian mikroorganisme haruslah diketahui terlebih dahulu
karakteristik atau ciri-ciri mikroorganisme (Basuni, 2017).
Mikroba pada umumnya sangat kecil : ukurannya dinyatakan dalam
mikrometer (1 m = 0,001 mm ). Oleh karena ukurannya yang kecil diperlukan
mikroskop untuk melihat mikroba. Mikroskop yang digunakan tergantung
pada kecermatan yang diinginkan oleh peneliti. Sel mikroba terdiri dari
berbagai bahan kimia. Bila sel mikroba diberi perlakuan kimiawi, maka sel ini
memperlihatkan susunan kimiawi yang spesifik. Sebagai contoh, bakteri Gram
negatif memiliki lipopolisakarida dalam dinding selnya, Sedangkan bakteri
Gram positif tidak. Sebaliknya pada banyak bakteri Gram positif terdapat
asam teikoat. Bahan kimia ini tidak ditemukan pada gram negatif. Dinding sel
fungsi dan algae berbeda dari bakteri. Habitat merupakan sifat yang
mencirikan mikroorganisme. Mikroorganisme yang hidup di lautan berbeda
dengan air tawar. Mikroorganisme yang terdapat dalam rongga mulut berbeda
dengan saluran pencernaan (Basuni, 2017).
Mikroba yang memiliki habitat yang berbeda juga memiliki peran
yang berbeda. Ada mikroba yang meyebabkan patogen maupun sebaliknya
dan ada mikroba yang bersimbiosis dengan organisme lainnya. Mikroba yang
hidup diperairan dapat dijadikan sebagai parameter mikrobiologi. Parameter
mikrobiologi sebagai bioindikator pencemar perairan adalah merupakan salah
satu bahan pencemar biologis berupa mikroorganisme yang berasal dari
buangan domestik, industri pengolahan limbah, sampah dan limbah
peternakan.
Pentingnya sebagai parameter mikorbiologi pada air karena air
adalah materi esensial di dalam kehidupan, tidak ada satu pun makhluk hidup
di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Baik tumbuh-tumbuhan maupun
hewan, sebagian besar tersusun oleh air, lebih dari 75% isi sel tumbuh-
tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan tersusun atas air. Wardhana
(2004) dalam Zega dna Hasruddin (2018) menjelaskan bahwa air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Dewasa ini, air menjadi
masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk
mendapatkan air yang baik sesuai standart tertentu, saat ini menjadi barang
yang mahal. Dalam penggunaan air tersebut, air kadang tercemar oleh
bermacam-macam pencemar seperti bahan kimia, biologi dan juga polusi
secara fisik.
Secara khusus pencemaran biologik adalah adanya bahan pencemar
seperti mikroorganisme yang masuk ke dalam perairan. Mikroorganisme yang
masuk ke dalam perairan dapat berasal dari limbah manusia. Salah satu
mikroorganisme cemaraan air minum adalah materi fekal. Kehadiran materi
fekal (dari tinja) di dalam air minum sangat tidak diharapkan, baik ditinjau
dari segi estetika maupun sanitasi. Escherichia coli sebagai salah satu contoh
jenis bakteri Coli, pada keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme
pertahanan tubuh. Dari sejumlah tinja yang setiap hari dihasilkan oleh manusia
antara 100-150 gram, ternyata di dalamnya terkandung sekitar 3x1011 (300
milyar) sel bakteri Coli sehingga keberadaan mikroorganisme ini dalam air
minum dapat digunakan sebagai jasad-parameter/indikator alami terhadap
kontaminasi fekal. Golongan Escherichia coli merupakan mikroba oportunis
yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal.
Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya
diare pada anak dan juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan
tubuh lain di luar usus (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2008:3).
Kebutuhan akan air bersih semakin lama semakin meningkat, hal ini
sesuai dengan keperluan dan taraf kehidupan penduduk. Pencemaran air yang
semakin meningkat menyebabkan masyarakan beralih menggunakan air
minum dalam kemasan dan isi ulang sebagai alternatif untuk sumber air bersih
layak minum. Air minum isi ulang merupakan air yang mengalami proses
pemurnian baik secara penyinaran ultraviolet, ozonisasi, ataupun keduanya
melalui berbagai tahap filtrasi untuk mendapatkan air bersih yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan (Zega dan Hasruddin, 2018).
Cemaran mikroba merupakan mikroba yang keberadaannya dalam
pangan pada batas tertentu dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan
Terdapatnya mikroba di dalam bahan pangan yang dianggap sebagai cemaran
ialah apabila mikroba tersebut dapat mengakibatkan menurunnya mutu
makanan/minuman, rusaknya bahan dan mengakibatkan gangguan pada
kesehatan manusia.
Batas maksimal cemaran mikroba yang diizinkan dalam Kualitas air
minum menurut PerMenKes No.492/ Menkes /Per/IV/2010 berdasarkan
kualitas mikrobiologisnya yaitu: Total bakteri Escherichia coli maksimal 0
koloni/g (per 100 ml sampel) dan Total bakteri Coiliform maksimal 0 koloni/g
(per 100 ml sampel) (Rahayu, 2017).
Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim
digunakan sebagai indikator pencemar perairan untuk menentukan air/
perairan telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Bakteri koliform
menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri
pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan
skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam
tubuh. Bakteri koliform memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada
bakteri patogen lain serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan. Ciri-ciri
bakteri koliform antara lain dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan
asam dan gas pada suhu 35 ⁰C-37 ⁰C. Contoh bakteri coliform antara lain
Escherichia coli, Salmonella spp., Citrobacter spp., Enterobacter spp.,
Klebsiella spp. Bakteri koliform tidak termasuk dalam taksonomi bakteri
namun hanya istilah untuk menyebutkan kelompok mikroorganisme yang
berada di air. Bakteri koliform memiliki enzim tambahan yaitu sitokrom
oksidase dan beta-galaktosidase (Sutiknowati, 2018).
Salah satu metode yang dapat mengidentifikasi suatu bakteri ialah
Pewarnaan Gram dan uji biokimia bakteri. Pewarnaan Gram dan uji biokimia
bakteri merupakan suatu cara atau perlakuan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi dan mendeterminasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi
melalui sifat-sifat fisiologinya. Proses biokimia erat kaitannya dengan
metabolisme sel, yakni selama reaksi kimiawi yang dilakukan oleh sel yang
menghasilkan energi maupun yang menggunakan energi untuk sintesis
komponen-komponen sel dan untuk kegiatan seluler, seperti pergerakan
(Rahayu, 2017).
Pada uji air lainnya untuk mengidentifikasi dengan menggunakan
membran filter sebagai pendugaan apakah ada mikroba yang terkandung
dalam air. Ciri morfologis mikroba dilihat dari warna koloni mikroba.
Pertumbuhan bakteri terlihat berupa koloni berwarna merah (koliform). Selain
itu terdapat bakteri autotrofik yaitu bakteri sulfur (berwarna ungu dan non
ungu) yang merupakan agen pendegradasi bahan organik menjadi bahan
anorganik dengan melakukan fotosintesa sulfur. Selama proses degradasi,
bakteri ungu mengabsorbsi racun H2S dan mengubahnya menjadi bahan tidak
beracun. Bakteri menjadi berwarna ungu disebabkan adanya pigmen ungu
dalam membrane sel yang terdiri dari karotenoid dan bakteriokhlorofil. Warna
ungu terjadi selama proses fotosintesa anoksigen dan kebutuhan belerang
(sulfur) untuk bakteri berasal dari senyawa sulfur organic (Sutiknowati, 2018).
Salah satu uji air dengan membran filter akan dilakukan untuk menguji apakah
air di sumber air di kota medan layak di pakai untuk konsumsi dan keperluan
lainnya seperti mandi.
Bahan
1) Sampel air kemasan
2) Sampel air sumur
3) Sampel air isi ulang
4) Sampel air PAM
5) Media Agar
6. Prosedur Praktikum :
1) Alat-alat praktikum tabung ukur, pinset, corong, cawan petri, botol
tempat sampel di bungkus dengan kertas pembungkus.
2) Media agar yang dibuat di dalam tabung ukur di bungkus dengan kertas
pembungkus.
3) Kemudian di sterilisasi di Autoklaf sampai mencapai suhu 1210 𝐶
4) Setelah disterilisasi, alat-alat praktikum di dinginkan dalam suhu
ruangan
5) Setelah dingin botol untuk sampel siap digunakan dalam pengambilan
sampel.
6) Media agar dibuat kedalam cawan petri secukupnya. Dengan
penggunaan spritus untuk sterilisasi daerah penuangan bahan media.
7) Penuangan media agar di buat di laminar air flow cabinet.
8) Kemudian didinginkan sekitar setengah jam.
9) Alat-alat praktikum lainnya dan media agar di tempatkan di tempat
pendingin (kulkas).
10) Sampel diambil di daerah medan dengan empat jenis sumber air yaitu;
air kemasan, air sumur, air PAM dan air isi ulang.
11) Sampel air diambil masing-masing sebanyak 200 ml.
12) Cara pengambilan sampelnya adalah sampel dari air keran maka
sebelumya keran dialirkan dulu beberapa saat dan mulut kran
disterilisasi.
7. Hasil Praktikum
8. Pembahasan
Uji air yang dilakukan pada empat jenis sumber air. Yaitu; air
kemasan, air PAM, air sumur dan air isi ulang. Pada pengujian yang dilakukan
di laboratorium Biologi UNIMED pada tanggal 21-22 Oktober 2019.
Menunjukkan hasil praktikum yang dapat dilihat pada bagian hasil
pengamatan pada gambar. Sampel air kemasan menunjukkan bahwa tidak ada
koloni yang terlihat. Sampel kedua yaitu air PAM menunjukkan bahwa tidak
ada koloni pada membran filter tersebut. dari sampel 1 dan 2 disimpulkan
bahwa air kemasan dan air PAM tidak mengandung mikroba.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penyulingan dan penyaringan air
kemasan dan air PAM sangat baik. Pada air kemasan layak dikonsumsi akan
tetapi air PAM belum tentu layak dikonsumsi karena volume air PAM untuk
sampel belum tentu mewakilinya. Karena volume air PAM besar
dibandingkan air kemasan yang sudah di kemas dengan volume 220 ml. Oleh
karena itu air PAM dilakukan penelitian selanjutnya dengan sampel yang lebih
memadai.
Alasan lainnya sampel air PAM tidak mengandung koloni mikroba
adalah penggunaan kaporit pada air PAM. Kaporit adalah
Kaporit dengan rumus kimia Ca(OCl)2 merupakan disinfektan yang sering
digunakan dalam disinfeksi karena cukup efektif dan terjangkau dari segi ekonomi,
bersifat stabil serta dapat disimpan lebih lama. Agar air sumur tersebut layak
diminum diperlukan pembubuhan disinfektan, sehingga kandungan E.coli dapat
dihilangkan. Untuk itu diperlukan disinfektan yang murah, mudah diperoleh dan
stabil dalam penggunaannya. Percobaan Syadikin menggunakan sinar matahari
sebagai disinfektan dapat mengurangi jumlah bakteri menjadi 1.110 sel/ml (64,71%)
pada air tanah kawasan Purus dan 185 sel/ml (75,97%) untuk kawasan Tabing.
Jumlah bakteri tersebut masih belum memenuhi batas baku mutu air minum.
Disinfeksi dengan sinar matahari ini memiliki kelemahan karena bergantung pada
intensitas penyinaran matahari dan keadaan cuaca. Disinfektan dapat membunuh
bakteri dengan menghambat sintesis protein, asam nukleat, sintesis dinding
sel, menghancurkan membran plasma, serta menghentikan metabolisme. Hal
ini mengakibatkan bakteri mati atau musnah (Komala dan Ajeng, 2014).
Pencampuran kaporit di dalam air akan dijumpai dalam air minum
adanya senyawa Trihalomethane atau disingkat THMs sebagai akibat hasil
samping dari proses disinfeksi dengan gas khlor atau senyawa hipoklorit.
Senyawa haloform dalam air minum dengan konsentrasi yang cukup tinggi
ditemukan segera setelah proses klorinasi. Berbagai factor yang
mempengaruhi terbentunya senyawa trihalomethane dalam air minum akibat
reaksi antara senyawa khlorine dengan senyawa natural seperti ‘ Humic
substance “ yang ada dalam air baku. Senyawa Trihalomethane dengan doses
yang cukup tinggi dapat menyebakan kanker hal ini diukapkan oleh Nasional
Cancer Institute tahun 1975 (Mulyono, 2018).
Air limbah yang masuk kebadan air mengalami pula proses
penguraian secara alami oleh mikro organisme yang ada di dalam air hal ini
dikenal dengan proses pemurnian sendiri (Self purification) dari sungai itu
sendiri. Dengan demikian jumlah mikroba semakin bertambah banyak dan
sebagai akibatnya senyawa humus yang ada semakin bertambah besar pula.
Senyawa – senyawa ini akan terbawa oleh aliran sungai menuju kedaerah hilir.
Jadi jelaslah bahwa senyawa precursor Trihalomethanes dapat terbentuk
akibat proses alami, maupun proses kegiatan manusia. Air yang sudah
mengandung precursor Trihalomethane ini didaerah hilir di jadikan air minum,
yang dalam pengolahanya akan diberikan khlor untuk disinfeksi yang
akibatnya akan terjadi reaksi samping antara ion CLO-dengan senyawa
senyawa organik membentuk Trihalomethane dan senyawa halogen organic
lainya. Disamping itu dengan semakin besarnya kandungan amoniak dalam air
akan membutuhakan jumalh khlor yang semakin banyak pula hal ini dikenal
dengan Break Point khlorinasi
NH3 +HOCl NH2 Cl + H2O
NH3 + 2HOCl NH Cl2 +2 H2O
NH2CL +NHCl2 N 2+ 3HCl
9. Kesimpulan
Uji air yang dilakukan pada empat jenis air yaitu air kemasan, air
PAM, air sumur dan air isi ulang dengan menggunakan membran filter dapat
menunjukkan koloni mikorba pada air. Pada air kemasan dan air PAM tidak
terdeteksi (tidak ada) koloni mikrobanya. Sedangkan pada air sumur dan air isi
ulang terdapat koloni mikroba yang menunjukkan bahwa air sumur
terkontaminasi cemaran bakteri Escherichia coli. Dan air isi ulang
terkontaminasi bakteri Escherichia coli dan Coliform sp.
Daftar Pustaka