Makalah Cephal Hematoma

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama
bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses
yang panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya
kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang
terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi
tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada
masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh
kembang anak selanjutnya. (Saiffudin, 2006).
Proses kelahiran sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Dalam kehamilan yang tidak
ada gangguan, diharapkan kelahiran bayi yang normal melalui proses persalinan yang
normal, dimana bayi dilahirkan cukup bulan, pengeluaran dengan tenaga mengejan ibu
dan kontraksi kandung rahim tanpa mengalami asfiksia yang berat ataupun trauma lahir.
(Dewi, 2010)
Pada saat persalinan, perlukaan atau trauma kelahiran kadang-kadang tidak dapat
dihindarkan dan lebih sering ditemukan pada persalinan yang terganggu oleh salah satu
sebab. Penanganan persalinan secara sempurna dapat mengurangi frekuensi peristiwa
tersebut.
Kelainan pada ibu dan bayi dapat terjadi di beberapa saat sesudah persalinan bahkan
persalinan normal sekalipun. Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup bulan
merupakan tanggung jawab penuh seorang bidan terhadap keselamatannya dan juga pada
ibu pada persalinan normal. Saat ini angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih
sangat tinggi bahkan tertinggi di Asia Tenggara.
Cephal Hematoma biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak
selama persalianan dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Cephal
Hematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada
kulit kepala. Insidennya adalah 2,5%. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang
parietal. Tepi periosteum membedakan chepal hematoma dari caput sucsedeneum. Caput
terdiri atas pembengkakan lokal kulit kepala akibat edema yang terletak di atas
periosteum. Selain itu, chepal hematoma mungkin timbul beberapa jam setelah lahir,
sering tumbuh semakin besar dan lenyap hanya setelah beberapa minggu atau beberapa
bulan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Cephal Hematoma ?
2. Apa saja etiologi Cephal Hematoma ?
3. Bagaimana patofisiologi pada Cephal Hematoma ?
4. Apa saja manifestasi klinis Cephal Hematoma ?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis Cephal Hematoma ?
6. Apa saja komlikasi pada Cephal Hematoma ?
7. Bagaimana proses pengkajiannya ?
8. Apa saja diagnose keperawatan yang muncul pada Cephal Hematoma ?
9. Bagaimana perencanaan keperawatan pada Cephal Hematoma ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose cephal
hematoma.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi Cephal Hematoma ?
b. Mengetahui etiologi Cephal Hematoma ?
c. Menjelaskan patofisiologi pada Cephal Hematoma ?
d. Mengidentifikasi manifestasi klinis Cephal Hematoma ?
e. Mengetahui penatalaksanaan medis Cephal Hematoma ?
f. Mengetahui komplikasi pada Cephal Hematoma ?
g. Mengidentifikasi proses pengkajiannya ?
h. Mengetahui diagnose keperawatan yang muncul pada Cephal Hematoma ?
i. Bagaimana perencanaan keperawatan pada Cephal Hematoma ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Cephal Hematoma merupakan suatu perdarahan subperiostal tulang tengkorak
berbatas tegas pada ruling yang bersangkutan dan tidak melewati sutura. Cephal
hematoma timbul pada persalinan dengan tindakan seperti tarikan vakum atau cunam,
bahkan dapat pula terjadi pada kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan
kepala bayi (Puspita, 2013).
Cephal Hematoma adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan
karena adanya penumpukan darah akibat perdarahan pada subperiotinum (Dewi, 2012).
Cephal Hematoma merupakan pengumpulan darah di subperiosteal akibat rupture
pembuluh darah yang berada di antara tulang tengkorak dengan periosteum. Kelainan ini
berbatas tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melampui sutura. Tulang
tengkorak yang sering terkena adalah tulang parietal dan tulang oksipital, ditemukan pada
0,5-2% dari kelahiran hidup (Prawirohardjo, 2010).

B. Etiologi
Menurut Dewi (2012), Cephal Hematoma disebabkan oleh :
1) Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala waktu persalinan.
2) Molase yang terlalu kuat sehingga selaput tengkorak robek.
3) Partus dengan tindakan seperti forsep dan vakum ekstraksi.

Sedangkan menurut (Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan) adalah :


1) Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis
ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
2) Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam, yang kuat dapat menyebabakan
penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke
jaringan periosteum.
3) Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
C. Patofisiologi & Pathway
Cephal Hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintas tulang
kepala ke jaringan poriostem. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan
lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah subperiosteal yang dari
luar terlihat benjolan.
Bagian kepala yang hematoma biasanya berwarna merah akibat adanya penumpukan
daerah yang perdarahan subperiosteum.

Tekanan Jalan Lahir Tindakan Mullages yang keras

Tekanan dalam Kapiler dan Vena Selaput tengkorak robek

Pecah

Perdarahan pada sub


periosteum merah

Edema/bengkak

Nyeri Tekan

Gangguan Rasa Nyaman


D. Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal Hematoma menurut Vivian Nanny Lia
Dewi, 2010 :
1. Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum
2. Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak (
tidak melewati sutura).
3. Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok
pada tekanan dan berfluktuasi.
4. Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir
5. Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas
6. Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.

E. Penatalaksanaan
1. Tidak diperlukan pengobatan khusus karena cephal hematoma dapat menghilang
dengan sendirinya dalam beberapa minggu.
2. Observasi cephal hematoma pada kepala bayi, serta mengobservasi keadaan umum
dan tanda-tanda vital seperti periksa suhi tubuh, hitung nadi, hitung dan periksa
pernafasan.
3. Harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut secara radiologis terhadap tulang
tengkorak apabila terjadi pembesaran hematoma dan terlihat tanda-tanda perdarahan
yg ekstensif.
4. Lesi yag menyebabkan perdarahan berat pada area atau yg melibatkan fraktur
jaringan membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
5. Vitamin K dapat diberikan untuk mengurangi perdarahan lebih lanjut.
6. Area harus dilindungi dari injuri.
7. Infeksi yang menyebabkan pembentukan abses harus di drainase, walaupun ini jarang
terjadi.
8. Terdapat kontraindikasi melakukan insisi dan drainase untuk mengeluarkan darah,
karena dapat menyebabkan infeksi pada cephal hematoma yg sebenarnya tidak
berbahaya.
9. Rujuk, bila ada fraktur tulang tengkorak, cephal hematoma yang terlalu besar.
10. Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami
resolusi dalam 2 - 8 minggu.
11. Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena
pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.

F. Komplikasi
1. Anemia
Cephal hematoma masif kadang-kadang dapat mengakibatkan kehilangan darah
cukup banyak atau mungkin terdapat patah tulang tengkorak yg disertai perdarahan
intrakranial.
2. Hiperbilirubinemia
Hal ini dikarenakan kadar bilirubin yang ada dalam darah bayi terlalu banyak,
bilirubin tersebut diproduksi akibat terjadinya kerusakan pada sel darat merah.
Mungkin terjadi selama proses resolusi dari hematoma.
3. Infeksi dapat terjadi, yang ditandai dengan peningkatan pembengkakan secara tiba-
tiba.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN CEPHAL HEMATOMA

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama Bayi
Untuk membedakan antar bayi yang satu dengan yang lain.
b. Umur
Untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan klinis bayi tersebut normal
sesuai dengan umurnya.
c. Tanggal / jam lahir
Untuk mengetahui kapan bayi lahir
d. Berat badan / panjang badan
Untuk mengetahui berat badan bayi, mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah
yang berhubungan dengan berat lebih rendah dan untuk mengukur panjang badan
bayi. Normal berat bayi adalah 2.500 – 4.000 gram, dan panjangnya 48 – 52 cm.
e. Jenis Kelamin
Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai – nilai baku, insiden seks,
peyakit – penyakit seks.
f. Nama ibu / ayah
Untuk menambah keakuratan data
g. Umur
Untuk menambah keakuratan data
h. Pekerjaan
Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
i. Agama dan suku bangsa
Untuk memantapkan identitas serta untuk mengetahui perilaku seseorang tentang
kesehatan dan penyakit yang sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa.
j. Pendidikan
Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesuai tingkat pengetahuannya.
k. Alamat
Untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
2. Keluhan Utama : Keluhan pada bayi baru lahir dengan cephal hematoma adalah
keluarga dan tenaga kesehatan mengatakan terdapat pembengkakan dan luka pada
kepala.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Imunisasi TT
Untuk melindungi janin yang akak dilahirkan dari infeksi tetanus
neonatorum.
2) HPHT
Yaitu hari pertama haid terakhir ditambah 7 dikurangi 3 ditambah 1 tahun.
Untuk mengetahui umur kehamilan.
3) Riwayat penyakit selama hamil
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita
pada saat hamil dan yang akan berpengaruh pada bayi yang dilahirkan.
4) Riwayat Penyakit Persalinan
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin bayi, keadaan bayi
meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini menunjukan untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga terdapat riwayat penyakit menurun.
5. Riwayat Keturunan Kembar
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada riwayat keturunan kembar.
6. Riwayat Operasi
Untuk mengetahui apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan bedah atau
operasi.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit pertama. Kelima, dan
kesepuluh untuk mengetahui gejala sisa, meliputi : Apperance (warna kulit),
Pulse rate (frekuensi nadi), Grimace (reaksi rangsang), Activity (tonus otot),
Repiration (pernafasan).

2) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum
Keadaan umum baik, sedang, lemah dari pasien. Pada kasus bayi baru
lahir dengan cephal hematom, keadaan umumnya adalah sedang.
b) Kesadaran
Kesadaran bayi meliputi tingkat kesadaran (sadar penuh yaitu
memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan, apatis
yaitu acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya, gelisah yaitu tidak
responsive terhadap rangsangan ringan dan masih memberikan respon
terhadap rangsangan yang kuat, koma yaitu tidak dapat bereaksi terhadap
stimulus atau rangsangan apapun). Pada khusus bayi baru lahir dengan
cephal hematoma dengan tangisannya yang kuat menunjukkan kesadaran
composmentis.
c) Tanda – tanda vital :
 Nadi : Normalnya 120 -160 kali/menit
 Pernafasan : BBL normal 30-60 per menit, tanpa retraksi dada
dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi.
d) Suhu
Suhu bayi normal 36,5-37,5 0C

3) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Periksa sutura, molase, caput succedaneum, cephal hematoma, hidrosefalus,
ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil. Pada bayi baru lahir dengan cephal
hematoma kepala teraba benjola, berwarna merak dan agak basah.
b) Mata
Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan sub konjungtiva dan
kerimetrisan.
c) Hidung
Periksa kebersihannya.
d) Telinga
Untuk memeriksa posisi telinga, apakah bayi terkejut / menangis dalam
reaksi terhadap bunyi yang keras.
e) Mulut
Adanya kelainan kongenital labiopalatoskisis, trush, sianosis, mukosa
kering / basah.
f) Leher
Adakah pembesaran kelenjar tyroid, adakah keretakan pada clavikula
(normal, rata atau tanpa gumpalan di sepanjang tulang simetris).
g) Dada
Pemeriksaan bentuk dada, putting susu, bunyi jantung dan pernafasan.
h) Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, perdarahan tali pusat, dinding
perut, adanya benjolan, gastroskisis, omfalokel.
i) Kulit
Memeriksa adanya laserasi, tanda lahir, ruam, mongolian, memar dan
setiap trauma kelahiran.
j) Genetalia
 Kelamin laki-laki : Penis berlubang, dan ada ujung penis.
 Kelamin perempuan : Vagina, ureta berlubang, labia mayora, dan
labia minora.
k) Ekstremitas
Adakah kelainan seperti polidaktili, adakah tulang yang retak misalnya
clavikula.
l) Tulang Punggung
Adakah kerusakan yang terlihat misalnya masa, lekuk atau tonjolan.
m) Anus
Berlubang atau tidak, fungsi spingter ani.
4) Pemeriksaan Reflek
a) Reflek Marro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggung dengan posisi 450 , dalam
keadaan rileks kepala dijatuhkan 100 , normalnya akan terjadi abduksi
sendi bahu dan ekstensi lengan.
b) Reflek Rooting
Yaitu mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah
mulut.
c) Reflek Walking
Bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan berjalan dan kaki akan
bergantian dari fleksi ke ekstansi.
d) Reflek Grasping
Bayi akan menunjukkan respon berupa berjalan dan kaki bergantian dari
fleksi ke ekstansi.
e) Reflek Sucking
Reflek mengisap dan menelan yaitu dilihat pada waktu bayi menyusui.
f) Reflek Tonic Neck
Bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke stu sisi dengan badan
ditahan, ekstremitas terekstensi pada sisi kepala yang diputar, tetapi
ekstremitas pada sisi lain fleksi. Pada keadaan normal, bayi akan berusaha
untuk mengambilan kepala ketika diputar ke sisi pengujian saraf asesori.

5. Pemeriksaan Antropomentri
a) Lingkar Kepala
Normalnya pada bayi adalah 32-37 cm.
b) Lingkar Dada
Normalnya adalah 30-38 cm.
c) Berat Badan
Berat badan normal adalah 2.500-4.000 gram.
d) Panjang Badan
Antara 48-52 cm.
6. Pola Eliminasi
Pada BBL normal biasanya BAK lebih dari 6 kali per hari.

7. Data Penunjang
Data diperoleh dari pemeriksaan laboratorium, pada kasus bayi cephal
hematoma dilakukan pemeriksaan penunjang CT-scan kepala apabila
ditemukan fraktur tulang tengkorak.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap nyeri b.d trauma jaringan.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d perdarahan.
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d trauma jaringan.
4. Kurang pengetahuan orang tua b.d kurangnya informasi atau pengalaman dalam
merawat bayi.
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi.

C. Perencanaan Keperawatan
1. Diagnosa : Resiko tinggi terhadap nyeri b.d trauma jaringan
a) Hasil yang diharapkan:
 Menunjukkan berkurangnya frekuensi menangis.
 Menghilangkan ansietas dan ketegangan BBL.
b) Intervensi – Mandiri :
 Evaluasi perilaku bayi : ekspresi muka, tekanan pada mata, pembengkakan alis
mata, alur nasolabial, ekspresi vokal.
 Mengatur posisi sesuai kebutuhan dan menciptakan suasana lingkungan yang
nyaman.
 Mengurangi rangsangan pada daerah fraktur.
 Kaji apa yg telah dilakukan orang tua sebelumnya dan keberhasilan intervensi
tersebut.
 Memberikan sentuhan terapeutik.
2. Diagnosa : Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d perdarahan
a) Hasil yang diharapkan:
 Kebutuhan cairan terpenuhi secara normal.
 Intake dan output seimbang.
b) Intervensi – Mandiri :
 Pantau input dan output cairan. Perhatikan warna dan konsentrasi urine, kristal
yang berwarna bersih pada popok.
 Kaji kondisi turgor kulit, konjungtiva mata, dan mulut.
 Lakukan pemberian cairan oral. Perhatikan jumlah cairan yang ditelan dan
yang dimuntahkan.
c) Intervensi – Kolaborasi :
 Pemberian vitamin K.
 Pemberian cairan IV sesuai program.

3. Diagnosa : Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d trauma jaringan


a) Hasil yang diharapkan :
 Bebas dari tanda-tanda infeksi.
 Menunjukkan pemulihan tepat waktu, perdarahan dapat diabsorpsi tubuh
kembali.
b) Intervensi – Mandiri :
 Kaji usia gestasi BBL.
 Sikat dan cuci tangan dengan antiseptik sebelum memasuki ruang perawatan
bayi, setelah kontak dengan material yg terkontaminasi, dan setelah memegang
setiap bayi.
 Pantau petugas, orang tua, dan pengunjung terhadap penyakit infeksius, lesi
kulit, demam, atau herpes. Batasi kontak dengan bayi secara tepat.
 Memelihara peralatan individu dan bahan-bahan persediaan untuk setiap bayi.
 Inspeksi kulit setiap hari terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit. Gunakan
sabun lembut dan lap kulit dengan perlahan untuk mengeringkan setelah mandi,
hindari menggosok secara berlebihan.
 Anjurkan menyusui dini secara tepat.
 Perhatikan adanya alergi, penurunan BB, penurunan suhu, ikterik, atau lesi yang
terlihat. Isolasi bayi sesuai indikasi. Beritahu dokter.
c) Intervensi – Kolaborasi :
 Pantau pemeriksaan laboratorium :
Jumlah sel darah putih.
Kadar serum IgE, IgM, dan IgG.
Kultur lesi, pustula, atau drainase, kultur darah.

4. Diagnosa : Kurang pengetahuan orang tua b.d kurangnya informasi atau pengalaman
dalam merawat bayi
a) Intervensi – Mandiri :
 Tentukan tingkat pemahaman orang tua tentang kebutuhan fisiologis bayi dan
adaptasi terhadap kebutuhan ekstra-uterus berkenaan dengan nutrisi, kebutuhan
pernapasan, fungsi usus dan bladder. Berikan informasi dan perbaiki kesalahan
konsep bila dibutuhkan. Anjurkan diskusi dan pertanyaan.
 Diskusikan tentang pengertian, penyebab, dan terapi cephal hematom.
 Diskusikan dan demonstrasikan cara perawatan terhadap cephal hematom.
 Diskusikan kebutuhan nutrisi, variasi dalam pemberian makanan, dan cara
mengkaji keadekuatan hidrasi dan nutrisi.
 Bantu keluarga mengidentifikasi hal-hal yang perlu penanganan medis segera.

5. Diagnosa : Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi


a) Hasil yang diharapkan :
 Tidak ditemukan tanda-tanda gangguan integreitas kulit yang ditandai dengan
kulit tetap utuh.
b) Intervensi – Mandiri :
 Pertahankan posisi postur tubuh yg sesuai.
 Rubah posisi setiap 2 jam sekali atau sesuai kebutuhan dan kondisi.
 Kaji area kulit, adanya lecet.
D. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien.

E. Evaluasi
1. Bayi dapat bernapas normal.
2. Pada Area edema mengalami perubahan ukuran mengecil).
3. Bayi menunjukkan tidak lagi tanda-tanda infeksi.
4. Keluarga sudah mengerti tentang perawatan bayi dgn cephal hematom.
5. Integritas kulit tetap baik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cephal Hematoma adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan
karena adanya penumpukan darah akibat perdarahan pada subperiotinum.
Cephal Hematoma biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak
selama persalianan dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Cephal
Hematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada
kulit kepala.

B. Saran
Cephal Hematoma merupakan suatu kasus yang terjadi pada ibu yang sedang
menjalani persalinan dan kelahiran, karena kurangnya mengetahui tentang penyakit cephal
hematoma dan menganjurkan untuk segera dibawa ke tenaga kesehatan yang terdekat
apabila mengenali tanda bahaya, menjaga kebersihan dan menghindari adanya sentuhan
yang terlalu sering atau benturan yang terlalu keras pada kepala bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, V .N.L. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Matondang, dkk. 2013. Diagnosa Fisik Pada Anak. Jakarta: PT. Sagung Seto.
Notoatmodjo, S. 2012 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prawirohardjo, S. 2010 Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Putra, S.R. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Untuk Keperawatan Dan Kebidanan.
Yogyakarta: D-Medika.

Anda mungkin juga menyukai