MAKALAH PROMOSI GIZI KELOMPOK 2 (Bu Etik)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PROMOSI GIZI

Disusun Oleh Kelompok 2:

Anggita NIM PO.62.31.3.17.394

Eliska kornelia NIM PO.62.31.3.17.399

Geby Annastraina NIM PO.62.31.3.17.405

Renti Cristiana NIM PO.62.31.3.17.424

Oktaviani karolina NIM PO.62.31.3.17.405

Savira angelia NIM PO.62.31.3.17. 430

KEMENTERIAN KESEHATANPOLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

JURUSAN GIZI2019

KATA PENGANTAR

Page | 1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah Promosi Gizi ini telah kami susun
dengan sebaik mungkin dan mendapatkan materi tambahan dari berbagai referensi
sehingga dalam pembuatan makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun,

Kelompok 2

DAFTAR ISI

Page | 2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...3


1.2 Tujuan …………………………………………………………………....4
1.3 Manfaat…………………………………………………………………...5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian model promosi gizi………………………………........................6


2.2 Konsep model promosi gizi..............................................................................7
2.3 Strategi modelpromosi gizi..............................................................................8
2.4 Media modelpromosi gizi.................................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………12
3.2 Saran……………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....14

BAB I

PENDAHULUAN

Page | 3
1.1 Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara, baik di negara maju
maupun di negara berkembang. Masalah gizi ini diikuti dengan semakin bertambahnya
jumlah penduduk, sehingga kebutuhan pangan sehari hari tidak dapat terpenuhi. Namun
masalah gizi bukan hanya berdampak pada kesehatan saja, akan tetapi berdapak pula pada
pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dimasa yang akan datang. Sari (2011)
Data prevalensi gizi buruk mengalami penurunan dari 9,7% di tahun 2005 menjadi 4,9% di
tahun 2010 dan diharapkan pada tahun 2015, pravelensi gizi buruk dapat turun menjadi 3,6
%. Walaupun terjadi penurunan gizi buruk di Indonesia, tetapi masih akan ditemui sekitar
3,7 juta balita yang mengalami masalah gizi. Minarto (2011) Dalam upaya meningkatkan
perbaikan gizi masyarakat di Indonesia dapat dilakukan melalui beberapa hal. Pertama,
perubahan intervensi perilaku, seperti pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat, memantau berat badan teratur, dan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Kedua, suplementasi gizi mikro, mencakup asupan vitamin A,
tablet Fe. Dan garam beryodium. Ketiga, tatalaksana gizi kurang/buruk pada ibu dan anak,
meliputi pemulihan gizi anak gizi kurang, pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu
hamil. Upaya-upaya tersebut bertujuan dalam meningkatkan perbaikan status gizi serta
upaya perbaikan sumber daya manusia (Sari, 2011) Munthofiah (2008) yang dikutip dari
Soekirman (2001) status gizi anak merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya
manusia (SDM). Sehingga anak yang memiliki status gizi baik merupakan aset dan investasi
sumber daya manusia (SDM) dimasa mendatang, namun sebaliknya anak yang memiliki
status gizi kurang merupakan permasalahan terhadap sumber daya manusia dimasa
mendatang. Sari (2011) sehingga kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat ditentukan
oleh kualitas gizi pada anak. Wirandoko (2007) yang dikutip dari Jellife (1989) untuk
mengetahui status gizi anak dapat dilakukan dengan penilaian status gizi secara langsung
maupun tidak langsung, penilaian status gizi langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Cara pengukuran status gizi yang paling
sering dilakukan adalah dengan menggunakan pengukuran antropometri (Sanyoto, 2005).
Wirandoko (2007) yang dikutip dari Jahari (2002) menyatakan indeks antropometri yang
sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur

Page | 4
(BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Wirandoko (2007) yang dikutip dari
Sediaoetama (2004) menyatakan bahwa pada balita usia 2-5 tahun termasuk dalam kelompok
rentan atau rawan gizi. Gizi merupakan faktor penting bagi kesehatan dan kecerdasan anak
(Widodo, 2009). Jika pada usia ini status gizinya tidak dikelola dengan baik, maka
dikemudian hari kemungkinan akan terjadi gangguan status gizi buruk dan selanjutnya akan
sulit terwujudnya perbaikan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Oleh
karena itu pada masa balita usia 2-5 tahun harus mendapatkan perhatian yang lebih dari
orang tua terhadap kesehatannya terutama dalam pemberian makanan-makanan yang bergizi
(Soetjiningsih, 2008).
Keadaan gizi balita dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain keadaan ekonomi,
ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari bahan bahan yang bergizi serta
kurangnya pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan tambahan yang bergizi
(Soetjiningsih, 2008). Dari beberapa faktor yang ada diatas, faktor ekonomi merupakan
salah satu faktor penyebab sering terjadinya masalah gizi. Akibat dari masalah gizi tersebut
dapat menyebabkan beberapa efek serius pada balita seperti kegagalan pertumbuhan fisik
serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan, bahkan dapat menimbulkan kematian
pada balita. Namun, kejadian masalah gizi pada balita ini dapat dihindari apabila orang tua
memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara pemberian makanan dan mengatur makanan
balita dengan baik. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan gizi pada balita. Sehingga pengetahuan orang tua tentang gizi
merupakan kunci keberhasilan baik atau buruknya status pada balita (Notoadmodjo, 2007).
Sehingga pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting. Karena dengan
pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar dengan
baik (Soetjiningsih, 1995).
1.2 Tujuan

1. Untuk menjelaskan pengertian model promosi gizi


2. Untuk mengetahuikonsep model promosi gizi
3. Untuk mengetahui strategi model promosi gizi
4. Untuk mengetahui media model promosi gizi
1.3 Manfaat
 Mahasiswa mampu mengerti dan mengetahui pengertian model promosi gizi

Page | 5
 Mahasiswa mampu mengerti dan mengetahui konsep model promosi gizi
 Mahasiswa mampu mengerti dan mengetahui strategi model promosi gizi
 Mahasiswa mampu mengerti dan mengetahui media model promosi gizi

Page | 6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model promosi gizi

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (fisik dan psikis)
maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik, politik, ekonomi seta pendidikan). Hal
tersebut dapat menjadi latar belakang dikembangkannya model-model kesehatan. Model-model
promosi kesehatan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Health Belief Model (HBM), merupakan model kognitif, yang digunakan untuk
meramalkan perilaku peningkatan kesehatan yang digunakan untuk menjelaskan
kegagalan partisipasi masyarakat secara luas dalam program pencegahan atau deteksi
penyakit. Menurut HBM, kemungkinan seseorang melakukan tindakan pencegahan
dipengaruhi oleh keyakinan dan penilaian kesehatan (Maulana, 2009) yang di
pengaruhi oleh :
a. Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or
illness). Hal ini berkaitan dengan sejauh mana seseorang berpikir bahwa
penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Oleh
karena itu, jika ancaman yang dirasakan meningkat, perilaku pencegahan
juga akan meningkat.
b. Keuntungan dan kerugian (benefits and costs). Pertimbangkan antara
keuntungan dan kerugian perilaku untuk memutuskan melakukan tindakan
pencegahan atau tidak.
c. Petunjuk berperilaku. Petunjuk berperilaku disebut sebagai keyakinan
terhadap posisi yang menonjol. Hal ini berupa berbagai informasi dari luar
atau nasihat mengenai permasalah kesehatan (misalnya media massa,
kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari anggota keluarga yang lain
atau teman).
HBM memiliki fungsi sebagai model pencegahan atau preventif (Stanley & Maddux;
1986 dalam Community Health Nursing, 2010). 6 komponen dari HBM ini, yaitu :

Page | 7
1. Perceived Susceptibility (kerentanan yang dirasakan). Contohnya
seseorang percaya kalau semua orang berpotensi terkena kanker.
2. Perceived Severity (bahaya/kesakitan yang dirasakan). Contohnya
individu percaya kalau merokok dapat menyebabkan kanker.
3. Perceived Benefits (manfaat yang dirasakan dari tindakan yang
diambil).Contohnya melakukan perilaku sehat seperti medical check
up rutin selain itu kalau tidak merokok, dia tidak akan terkena
kanker.Perceived Barriers (hambatan yang dirasakan akan tindakan yang
diambil).Contohnya kalau tidak merokok tidak enak, mulut terasa asam.
4. Cues to Action (isyarat untuk melakukan tindakan).Saran dokter atau
rekomendasi menjadi cues to action untuk bertindak dalam konteks
berhenti merokok.
5. Self Efficacy. Merasa percaya diri dengan perilaku sehat yang dilakukan

2. Theory of Reasoned Action (TRA), digunakan dalam berbagai perilaku manusia,


khususnya berkaitan dengan masalah sosiopsikologis, kemudian berkembang dan
banyak digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku
kesehatan. (Maulana, 2009) Teori ini menghubungkan antara keyakinan
(beliefs),sikap (attitude), kehendak (intention), dan perilaku.. TRA Merupakan model
untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis
perilaku sehat yang berlainan, seperti pengaturan penggunaan substanti terterntu
(merokok, alcohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan,
pencegahan AIDS dan penggunaan kondom dll. (Maulana, 2009)
 Keuntungan TRA. Teori TRA pegangan untuk menganalisis komponen
perilaku dalam item yang operasional. Fokus sasaran prediksi dan
pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan berada dalam
kendali seseorang, artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan
diidentifikasi secara jelas.
 Kelemahan TRA. Kelemahan TRA adalah tidak mempertimbangkan
pengalaman sebelumnya dengan perilaku dan mengabaikan akibat-akibat
jelas dari variable eksternal terhadap pemenuhan intensi perilaku.

Page | 8
3. Transteoritikal Model (TTM), adalah kerelaan individu untuk berubah,
yaitu merubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, dan yang sehat menjadi lebih
sehat lagi. Terbagi menjadi 5 tahap yaitu :

1) Pre-contemplation. Individu tidak mengetahui adanya masalah dan tidak


memikirkan adanya perubahan.
2) Contemplation.Individu berfikir tentang perubahan di masa yang akan
datang dengan cara memberi dukungan dan motivasi.
3) Decission/ determination. Membuat rencana perubahan namun butuh
bantuan dalam mengembangkan dan mengatur tujuan dan rencana
tindakan.
4) Action. Implementasi dari rencana dan tindakan spesifik dapat dibantu
dengan diberikannya umpan balik dan dukungan sosial.

4. Maintenance. Individu dapat menunjukan tindakan yang ideal dan mampu


mengulangi tindakan yang direkomendasikan secara
berkala.PRECEDE dan PROCEED Model. Model ini dikembangkan untuk diagnosis
mengenai pendidikan mulai dari kebutuhan pendidikan sampaipengembangan
program. PRECEDE merupakan kependekandari Predisposing, Reinforcing, and
Enable Causes in Educational Diagnosis and Evaluation. Terdapat tujuh tahap dalam
merumuskan diagnosis dalam model ini, yaitu: diagnosis sosial, diagnosis
epidemologi, diagnosis perilaku dan lingkungan, diagnosis pendidikan. Perawat dapat
mengembangkan pernyataan diagnosa yang menggambarkan pendidikan apa yang
dibutuhkan oleh klien (Ivanov & Blue, 2008).

PROCEED yang merupakan kependekan dari Policy, Regulatory, and Organizational


Construct for Educational and Enviromental Development digunakan untuk merencanakan,
mengimplementasi, dan mengevaluasi dalam program pendidikan kesehatan. Model ini
terdiri dari empat tahap implementasi, proses, dampak, dan evaluasi hasil dari proses
pendidikan (Ivanov & Blue, 2008).

Page | 9
Fokus model ini adalah mempengaruhi individu, kelompok dan masyarakat untuk
berperilaku sehat dalam diagnosa, pendidikan dan evaluasi. Green & Kreuter (2005) dalam
Saifah (2011) mendefinisikan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat digunakan dalam
menginvestigasi perilaku yang berkontribusi terhadap status kesehatan, yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor)
b. Faktor pemungkin (enabling factor)
c. Faktor penguat (reinforcing factor)

2.2 Konsep model promosi gizi

Ada beberapa konsep promosi gizi yang dapat dilibatkan dalam upaya menyebarkan informasi
dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait peningkatan kualitas kesehatan dan menjalani
gaya hidup sehat. Aktivitas promosi kesehatan di sekolah dapat menjadi bagian dari kegiatan
menyebarkan informasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait pesan – pesan tertentu.
Salah satu promosi kesehatan yang dapat digulirkan di sekolah adalah ajakan untuk
meningkatkan konsumsi ikan. Terdapat beberapa pesan penting dari gerakan tersebut yang
berkaitan dengan gizi tinggi yang bisa diperoleh dari konsumsi ikan dan tentu saja rasa yang
enak.

Dalam konsep promosi gizi terdapat beberapa kegiatan yang bisa dilakukan baik itu untuk
promosi kesehatan di tempat kerja, promosi kesehatan di sekolah ataupun promosi kesehatan di
masyarakat. Dan berikut adalah kegiatan promosi kesehatan.

 Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


 Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
 Mengkonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur.
 Tidak membuang sampah sembarangan
 Melakukan kerja bakti untuk menciptakan lingkungan sehat
 Menggunakan pelayanan kesehatan.
 Menjalankan gaya hidup sehat bersama anggota keluarga

2.3 Strategi model promosi gizi

Page | 10
1. Advokasi
Pada dasarnya promosi kesehatan bertujuan untuk mengenalkan kesehatan kepada
masyarkat, untuk mencapai hal ini perlu adanya pendekatan persuasif, dan menggunakan
cara yang komunikatif serta inovatif yang memerhatikan sasaran promosi kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait kesehatan(Maulana,
2007).Advokasi merupakan strategi dengan pendekatan pimpinan dengan tujuan untuk
mengembangkan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Efendi & Makhfudli,
2009).Advokasi berperan dalam mendukung kegiatan promosi kesehatan yang dapat
memfasilitasi adaptasi perilaku dan lingkungan untuk memperbaiki kesehatan.Pelaku
advokasi kesehatan ialah orang yang peduli terhadap upaya kesehatan dan memandang
perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut (Maulana, 2007).

a. Tahap Advokasi
Komitmen yang didapat dari proses advokasi tentunya tidak berjalan dengan cepat
karena melewati beberapa tahapan. Pertama, mengetahui atau menyadari adanya
masalah.Kedua, tertarik untuk ikut mengatasi masalah.Ketiga, peduli terhadap pemecahan
masalah (dengan mencari alternatif pemecahan masalah).Keempat, sepakat untuk
memecahkan masalah dengan memilih caranya.Kelima, memutuskan tindak lanjut
kesepakatan. Bahan-bahan advokasi pun perlu disiapkan terlebih dahulu dan matang,
diataranya ialah sesuai minat dan sasaran advokasi, memuat rumusan masalah dan
alternatif pemecahan masalah, memuat peran sasaran dalam pemecahan masalah,
berdasarkan fakta dan bukti (evidence-based), dikemas secara menarik dan jelas, serta
sesuai dengan waktu yang tersedia (Depkes, 2011).

b. Proses Pendekatan Advokasi


Proses pendekatan dalam advokasi kesehatan ialah pendekatan persuasive,
dewasa, dan bijak. Menurut UNFPA dan BKKBN (2002) terdapat lima pendekatan utama
yaitu, melibatkan para pemimpin, bekerja sama dengan media massa, membangun
kemitraan, memobilisasi massa, dan membangun kapasitas (Maulana, 2007). Advokasi
akan lebih efektif jika dilaksanakan dengan prinsip kemitraan, dengan membentuk jejaring
advokasi atau forum kerjasama. Hal tersebut dapat mendukung proses advokasi karena

Page | 11
akan terjadinya proses kerja sama yang didalamnya terdapat pembagian tugas dan saling
mendukung, maka sasaran advokasi akan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan. Oleh
karena itu, metode dan media advokasi perlu ditentukan secara cermat, sehingga dapat
terjalin kerjasama yang baik (Depkes, 2011).
c. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dengan menggunakan strategi ini berupa kebijakan dan
peraturan-peraturan yang mendukung untuk mempengaruhi terciptanya perilaku hidup
bersih dan sehat serta adanya sumber dukungan dari aspek lain.

2. Social Support dan Enpowerment

Proses belajar akan terlaksana dengan baik jika klien mengalami perubahan
tingkat pengetahuan, kesadaran maupun perilaku. Strategi-strategi yang dibahas biasanya
meliputi belajar-mengajar, pemecahan masalah, penggunaan diri secara terapeutik,
kepedulian, manajemen stres, modifikasi pelaku, membuat kontrak, proses kelompok dan
prinsip-prinsip praktik keperawatan.Terdapat tiga strategi yang dapat dilakukan untuk
melakukan perubahan tersebut pada klien yaitu empiric-rational change, normative-
reeducative, dan power-coersive (Allender, Rector, & Warner, 2014). Selain itu, menurut
WHO (1994) dan DepKes RI (2007) terdapat beberapa strategi dalam promosi kesehatan,
yaitu:

a. Bina Suasana (Social Support). Strategi ini dilakukan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh masyarakat, baik tokoh masyarakat formal maupun
informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah para tokoh masyarakat, dapat
menjadi jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program
kesehatan dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan.
a. Pemberdayaanadalah kegiatan yang melibatkan masyarakat berupa kegiatan
dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam mengenali masalah kesehatan mereka
sendiri serta bersedia untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi
kesehatannya masing-masing (Efendi & Makhfudli, 2009). Tujuan umum
dalam gerakan pemberdayaan masyarakat ini adalah masyarakat mampu
mengenali, memelihara, melindungi dan meningkatkan kualitas kesehatannya

Page | 12
termasuk apabila mereka sakit, mereka dapat memperoleh pelayanan
kesehatan tanpa mengalami kesulitan terutama dalam biaya. Sasaran dan
pelaku dalam gerakan pemberdayaan masyarakat ditujukan pada masyarakat
langsung sebagai sasaran primer. Prinsip dalam gerakan pemberdayaan
masyarakat ini berupa menumbuhkembangkan potensi masyarakat,
menumbuhkan kontribusi masyarakat dalam upaya kesehatan,
mengembangkan kegiatan yang melibatkan kebersamaan antar-masyarakat,
kerjasama masyarakat, promosi pendidikan dan pelatihan dengan
pemanfaatan potensi setempat, upaya yang dilakukan secara kemitraan
dengan berbagai pihak dan sesuai dengan keadaan atau budaya setempat.
Selain prinsip dalam gerakan pemberdayaan masyarakat, adapula bentuk dari
gerakan pemberdayaan masyarakat, yaitu community leader, community
organizations, community fund, community material, community
knowledge, community technology, dan community decision making.Dalam
gerakan pemberdayaan masyarakat dibutuhkan peran dari dinas kesehatan
dalam kota maupun kabupaten yang berupa pengkajian dalam membantu
memahami permasalahan kesehatan di wilayah tersebut, pemberi arah terkait
tujuan dan sasaran dari kegiatan yang akan dilakukan, memberikan
bimbingan dan bantuan teknis yang sesuai dengan keperluan serta
memberikan dukungan moral, memberikan dukungan sumber daya manusia
dan memantau perkembangan masalah kesehatan yang dialami. Indikator
keberhasilan terhadap strategi gerakan pemberdayaan masyarakat terdiri dari
indikator input, indikator proses dan indikator output (Maulana, 2009).
2.4. Media model promosi gizi
Media dapat digolongkan menjadi dua, berdasarkan bentuk umum penggunaan dan
berdasarkan cara produksi.
1. Berdasarkan bentuk umum penggunaan.
a. Bahan bacaan : modul, buku , leaflet, buletin, tabloid, dan lain-lain.
 Modul
Modul merupakan suatu alat atau sarana pembelajaran yang di dalamnya berupa
materi, metode, dan evaluasi yang dibuat secara sistematis dan terstruktur sebagai

Page | 13
upaya untuk mencapai tujuan kompetensi yang diharapkan. Modul dirancang secara
khusus dan jelas berdasarkan kecepatan pemahaman masing-masing siswa, sehingga
mendorong siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuanya. Menurut Depdiknas
(2008), mendefinisikan modul sebagai alat atau sarana pembelajaran yang berisi
materi, metode, batasan-batasan, dan secara mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan
kompleksinya. Sedangkan Nasution (2003:205), mengemukakan modul dapat
dirumuskan sebagai: suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas
suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai
sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. ( Syauqy. 2012)
 Buku
Buku merupakan sebuah media pembelajaran yang mempunyai keuntungan yang
banyak bagi para pemakainya, karena dapat menambah berbagai pengetahuan dan
informasi. Sebagai seorang tenaga kesehatan perlu melakukan interaksi dengan buku
karena dapat berperan sebagai pentransfer ilmu, dengan demikian para masyarakat
dapat memperoleh ilmu pengetahuan secara langsung dari tenaga kesehatam yang
mempromosikan . tenaga kesehatan juga dapat mengembangkan lagi isi dari buku
tersebut. Buku yang telah dipahami oleh tenaga kesehatan dapat menjadi informasi
yang lebih luas lagi. Dan tenaga kesehatan memberikan informasi yang lebih luas tadi
dengan media buku.
 Leaflet
Leafletadalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leafletdidesain secara cermat
dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta
mudah dipahami. Ada beberapa yang disajikansecara berlipat.Leaflet digunakan
untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnyadeskripsi
pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare danpenecegahannya,
dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat
pertemuanpertemuandilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu,
kunjungan rumah, danlain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan
sederhana seperti di photo copy.

Page | 14
b. Bahan peragaan :
1.poster tunggal
Poster adalah media gambar yang memiliki sifat persuasif tinggi karena menampilkan
suatupersoalan (tema) yang menimbulkan perasaan kuat terhadap khalayak. Yang
terpenting dari poster adalah menyampaikan pertanyaan terhadap persoalan di atas,
bukan memberikan solusi atau jawabannya. Inilah yang membuat poster berbeda
dengan ilustrasi biasa. Tujuan poster adalah mendorong adanya tanggapan (respon)
dari khalayak dan akan lebih baik apabila kemudian digunakan sebagai media diskusi.
Poster tunggal adalah Selembar Poster dengan pesan tunggal.

2.poster seri
Poster seri merupakan serangkaian media gambar yang dibeberkan menjadi suatu
gambaran yang terkait. Sebaiknya setiap gambar bisa diceritakan menyambung
dengan gambar lain tanpa harus ada patokan urutan yang kaku. Pembuatan poster seri
dimaksudkan untuk meningkatkan peluang keterlibatan peserta dalam bentuk diskusi
kelompok.Setiap kelompok dapat menyusun gambar secara berbeda dan
mengembangkan cerita sesuai gagasannya masing-masing. Hal ini menyebabkan
poster seri biasanya tidak memuat tulisan (teks) karena cerita akan berkembang dari
peserta sendiri

3.flip chart
Flip chart adalah kumpulan ringkasan, skema, gambar, tabel yang dibuka secara
berurutan, tersusun dengan rapi dan baik berdasarkan topik materi pembelajaran.

4.Transparansi
transparansi merupakan keterbukaan pemerintah kepada masyarakat untukmengakses
informasi berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggung jawaban pemerintah
tersebut.

5.slide

Page | 15
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini sangat
effektifuntuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat mencermati setiap
materi dengancara seksama, karena slide sifatnya dapat diulang-ulang

6.Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa
edukatif.

2. Berdasarkan cara produksi


a. Media cetak.
Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Pada
umumnya terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna.
Contohnya poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker, dan pamflet.
Fungsi utamanya adalah memberi informasi dan menghibur. Kelebihan yang dimiliki media
cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak terlalu tinggi, tidak perlu
energi listrik, dapat dibawa, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan gairah belajar.
Kelemahannya tidak dapat menstimulasi efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat.
b. Media elektronik.
Media elektronik aitu suatu media bergerak, dinamis, dapat dilihat, didengar, dan dalam
menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contohnya televisi, radio, film,
kaset, CD, VCD, DVD, slide show, CD interaktif, dan lain-lain. Kelebihan media elektronik
antara lain sudah dikenal masyarakat, melibatkan semua pancaindra, lebih mudah dipahami,
lebih menarik karena ada suara dan gambar, adanya tatap muka, penyajian dapat
dikendalikan, janagkauan relatif lebih besar/luas, serta dapat diulang-ulang jika digunakan
sebagai alat diskusi. Kelemahannya yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, memerlukan
energi listrik, diperlukan alat canggih dalam proses produksi, perlu persiapan matang,
peralatan yang selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan, dan perlu
keterampilan dalam pengoprasian

c. Media luar ruang

Page | 16
Media luar ruang yaitu suatu media yang penyampaian pesannya di luar ruang secara
umum melalui media cetak dan elektronik secara statis. Contohnya papan reklame, spanduk,
pameran, banner, TV layar lebar, dan lain-lain. Kelebihan media luar ruang diantaranya
sebagai informasi umum dan hiburan, melibatkan semua pancaindra, lebih menarik karena
ada suara dan gambar, adanya tatap muka, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif
lebih luas. Kelemahannya yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, ada yang memerlukan listrik
atau alat canggih, perlu kesiapan yang matang, peralatan yang selalu berkembang dan
berubah, perlu keterampilan penyimpanan.

Page | 17
BAB III

PENUTUP

2.4 Kesimpulan
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu,di mana
dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam konsep
promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam hal pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan saja, melainkan juga upaya
bagaimana mampu menjembatani adanya perubahan perilaku seseorang.
Dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan banyak faktor- faktor yang berperan penting
atas keberhasilan tersebut. Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan adalah
metode yang digunakan, materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya
dan alat- alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan disamping
faktor masukannya sendiri. Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor - faktor
tersebut harus bekerja sama secara harmonis.

Page | 18
2.5 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah yang membahas salah satu isu kesehatan yang masih
ada di Indonesia ini, masyarakat luas dan khususnya mahasiswa dapat menjadi cerminan diri
untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta memiliki dan mampu untuk
meningkatkan status gizi seimbang yang baik bagi dirinya dan masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36607694/Konsep_Promosi_Kesehatan
https://retnoiswati.wordpress.com/2018/03/02/model-dan-nilai-promosi-
kesehatan/
https://docplayer.info/49542095-Model-dan-nilai-promosi-kesehatan.html
http://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan
http://tarychute.blogspot.com/2012/05/media-dan-metode-dalam-promosi.html
afajridabiologiuir.blogspot.com/2015/11/modul.html
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKA
N/197706132001122-LAKSMI_DEWI/MEDIA_GRAFIS/MEDIA_GRAFIS-
HSL_MHSISSWA/poster/POSTER_fix.pdf
https://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/07/Media-Promkes.pdf

Page | 19
Page | 20

Anda mungkin juga menyukai