Penyusunan Rencana Peningkatan Mutu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat dicegah karena manusia
dengan potensi akalnya terus berfikir dan menghasilkan temuan-temuan
yang sesuai dengan masalah yang dihadapi dan kebutuhan pada waktu itu.
Pada satu sisi kita sangat bergembira dengan semakin pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang kajian ilmu
sehingga akan semakin menambah arti hidup yang dijalani, sementara
disisi lain perkembangannya ilmu yang tidak dilandasi oleh nilai-nilai
positif dan moral akan berakibat terjadinya penyalahgunaan sehingga akan
merusak dan menghancurkan tatanan hidup yang telah ada.
Lingkungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Hal tersebut disebabkan karena lingkungan memberi banyak
manfaat bagi manusia. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup (termasuk manusia dan
perilakunya) yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Artinya pengelolaan
lingkungan secara baik untuk mendorong pembangunan berkelanjutan
sangat penting. Namun, realitas yang terjadi persentase pertumbuhan
ekonomi hampir berbanding lurus dengan kerusakan lingkungan sebagai
akibat dari pembangunan, dan hal ini berlangsung secara terus menerus.
Masalah lingkungan, bukan masalah yang baru, tetapi sudah ada sejak
manusia hidup di muka bumi ini. Keberadaan manusia di bumi merupakan
faktor penyebab terjadinya masalah terhadap lingkungan. Pertumbuhan
hidup yang besar pun mengakibatkan meningkatnya masalah terhadap
lingkungan. Upaya untuk mengantisipasi masalah lingkungan adalah
dengan cara menanamkan kepedulian lingkungan pada manusia di bumi.
Saat ini kondisi pengelolaan lingkungan belum lagi terwujud secara
memuaskan seperti yang diharapkan. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyebab berbagai gangguan terhadap lingkungan

1
yang terjadi berakar dari tabiat manusia, yakni sikap dan perilaku manusia
yang tidak mempedulikan kondisi saling ketergantungan antara manusia
dan lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan itu
pada dasarnya merupakan manifestasi dari permasalahan sosial dan
lingkungan yang saling terkait dalam kenyataan hidup sehari-hari.
Untuk mencapai kesadaran akan pentingnya lingkungan maka
dibutuhkan suatu pembaharuan pembelajaran antara lain pada strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran mengacu pada metode-metode yang
digunakan para siswa untuk belajar. Pada strategi pembelajaran terdapat
teknik-teknik memperbaiki konsep diri siswa agar lebih baik dalam belajar
dan mampu membantu guru dalam menghubungkan materi lingkungan
yang diajarkan dengan realitas, sehingga siswa diharapkan lebih peduli
terhadap lingkungan di sekitarnya.
Pendidikan yang ada di sekolah seringkali membuat kita kecewa,
apalagi bila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Walaupun seringkali kita mengetahui bahwa banyak siswa yang mungkin
mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang
diterimanya, tetapi pada kenyatannya mereka seringkali tidak memahami
secara mendalam pengetahuan yang bersifat hafalan dan tanpa melibatkan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Sebagian besar dari
siwa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan itu dapat mereka gunakan / manfaatkan.
Pendidikan Biologi sebagai bagian dari pendidikan umumnya
memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di
dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang
mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu
di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan
teknologi.
Namun pembelajaran Biologi di SMA pada umumnya masih
didominasi oleh aktifitas guru. Kelas berfokus pada guru sebagai sumber
utama pengetahuan dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang
berpedoman pada buku paket saja. Sehingga kegiatan pembelajaran kurang

2
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan benda-
benda konkrit dalam situasi yang nyata. Hal ini mengakibatkan siswa tidak
peduli terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu
seharusnya guru memberikan contoh konkrit dalam setiap pembelajaran
agar supaya siswa dapat tanggap dan peduli terhadap lingkungan dimana
siswa tersebut berada.
Pada pengamatan awal di SMAN 2 Komodo menunjukkan kenyataan
bahwa kondisi lingkungan yang berada di daerah pasar mengalami berbagai
pencemaran baik tanah, udara dan air tidak diiringi oleh kepedulian para
siswa terhadap masalah tersebut. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya
perhatian dari para siswa terhadap masalah pencemaran lingkungan yang
terjadi di daerah sekitar tempat tinggalnya, bahkan siswa terlihat tidak
peduli terhadap masalah pencemaran yang terjadi dengan seolah-olah tidak
ada sesuatu yang terjadi.
Selain itu hasil pengamatan pada proses kegiatan belajar mengajar,
kegiatan tersebut hanya berjalan secara teoritis dan tidak terkait dengan
lingkungan nyata tempat siswa berada. Hasil pengamatan ketuntasan belajar
siswa hanya mencapai 60 %. Ketidaktuntasan hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti fasilitas sekolah yang kurang
memadai, pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat, media
pembelajaran kurang menarik dan tingkat keaktifan siswa yang rendah.
Kurangnya kepedulian masyarakat, sekolah serta peran guru mengakibatkan
hasil yang dicapai kurang maksimal.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya sebuah strategi
pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yaitu suatu pendekatan
pembelajaran yang mampu mendidik siswa dengan pengalaman dan
lingkungan sekitar. Sehingga pembelajaran dapat dikontekskan ke dalam
situasi dunia nyata dan diharapkan hasil belajar pun dapat meningkat.
Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru
dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan
instruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
menjelaskan materi pembelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan

3
bagian lainnya yang berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang
dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip, atau teori yang baru
tentang suatu bidang ilmu.
Konsep belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses
pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif
membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru
berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan
dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa
mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang
bermakna. Adanya kaitan antara pelajaran baru yang diterima dengan
pelajaran sebelumnya. Selain itu siswa tidak selalu bergantung dari
pembelajaran di kelas, karena siswa dapat mencari pemahaman dari hasil
interaksi dengan lingkungannya sendiri, bukan dari penyampaian materi di
kelas saja. Begitu pula pembelajaran yang bermakna sangatlah penting.
Pendekatan pembelajaran konstruktivisme yang dapat mengaitkan
lingkungan dan pemahaman siswa adalah pendekatan kontekstual.
Penerapan pembelajaran kontekstual ini diharapkan dapat mendorong
minat, motivasi, dan keaktifan siswa dalam proses KBM, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Pendekatan kontekstual
pada proses pendidikan yang holistik bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya. Materi tersebut
dikaitkan dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa
memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan untuk ditransfer dari satu permasalahan ke permasalahan lain.
Pembelajan kontekstual dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) diharapkan KBM menjadi lebih efektif, karena siswa akan
belajar lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi secara
berkelompok. CTL dapat memudahkan siswa dalam menyerap materi
pelajaran, serta siswa dapat memantapkan pemahaman terhadap jumlah
materi pelajaran. Oleh karena itu perlunya dilaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) di sekolah SMA NEGERI 2 kOMODO dengan

4
harapan hasil belajar dapat meningkat sesuai dengan proses pembelajaran
yang bermakna.
Dengan demikian peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan CTL Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA
NEGERI 2 KOMODO Kelas X Pada Materi Pencemaran Lingkungan”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah, maka rumusan masalah adalah, Bagaimanakah
penerapan CTL dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa pada pada
Materi Pencemaran Lingkungan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar
biologi dengan penerapan CTL pada konsep pencemaran lingkungan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan hasil penelitian ini dapat dispesifikasikan
menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis,
hasil penelitian ini diharapkan dapat:

1. Memberikan pijakan dalam memecahkan masalah belajar yang dialami


siswa SMA NEGERI 2 KOMODO KELAS X MIA.
2. Menjadi bahan rujukan bagi penelitian berikutnya, terutama penelitian
atau kajian yang membahas masalah model pembelajaran khususnya
model CTL.
Sedangkan secara praktisnya, dapat:

3 Memberikan ruang kepada siswa untuk melakukan perubahan sekaligus


menilai kebiasaan mereka belajar di sekolah, dan
4 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki
metode pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Acuan Teori


1. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu perkembangan model
pembelajaran mutahir yang mengedepankan aktivitas siswa dalam setiap
interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksplorasi dan menemukan
pengetahuannya sendiri. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan
konstruksi (bentukan) kita sendiri, bukan imitasi dari kenyataan, bukan
gambaran dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat
dari konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian
aktivitas seseorang. Siswa membentuk skema, kategori, konsep dan struktur
pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan.Pengetahuan bukanlah
tentang hal-hal yang terlepas dari pengamat, tetapi merupakan ciptaan
manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia yang dialaminya.
Proses pembentukan ini berjalan terus menerus, dan setiap kali terjadi
reorganisasi atau rekonstruksi karena adanya pengalaman baru.
Ciri-ciri model pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut:

a. Memberi peluang kepada siswa untuk menemukan pengetahuan


baru melalui proses pelibatan dalam dunia nyata.

b. Mendorong terbentuknya pembelajaran secara kooperatif.

c. Memperhatikan kecenderungan sikap dan pembawaan siswa.

d. Menganggap proses pembelajaran sebagai sesuatu yang sama


pentingnya dengan hasil pembelajaran.

e. Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog dengan sesama


siswa dan guru.

f. Menciptakan proses inquiri siswa melalui kajian dan eksperimen.

g. Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan siswa.

6
h. Memperhatikan ide dan permasalahan yang dimungkinkan oleh
siswa dan menggunakannya sebagai bagian dalam merancang
pembelajaran.

i. Memperhatikan dan mengapresiasikan hasil kajian siswa terhadap


suatu masalah.

Prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstruktivisme menurut


Suparno, antara lain :

a. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif,


b. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa,
c. Mengajar adalah membantu siswa belajar,
d. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil
akhir,
e. Kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan
f. Guru sebagai fasilitator.
2. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
i. Landasan Filosofis CTL
Pembelajaran kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and
Learning) banyak dipengaruhi oleh filasafat konstruktivisme yang mulai
digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean
Piaget. Aliran filsafat konstruktivisme berangkat dari pemikiran
epistimologi Giambatista Vico. Vico mengungkapkan: “Tuhan adalah
menciptakan alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaannya.”
Mengetahui, menurut Pico, berarti mengetahui bagaimana membuat
sesuatu. Artinya, seseorang dikatakan mengetahui manakala ia dapat
menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Oleh karena itu
menurut Vico, pengetahuan itu tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu.
Pengetahuan merupakan struktur konsep dari subjek yang mengamati.
Selanjutnya, pandangan filsafat konstruktivisme tentang hakikat
pengetahuan memengaruhi konsep tentang proses belajar, bahwa belajar
bukanlah sekadar menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan
melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang

7
lain seperti guru, tetapi proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap
individu. Pengetahuan hasil dari pemberitahun tidak akan menjadi
pengetahuan yang makna. Bagaimana proses mengkonstruksi pengetahuan
yang dilakukan oleh setiap subjek?
Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki
struktur kognitif yang kemudian dinamakan „skema”. Skema terbentuk
karena pengalaman. Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya
pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh
terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran
kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, penegetahuan itu akan
bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.
Pegetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan
menjadi penengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan
mudah dilupakan dan tidak fungsional.

ii. Pengertian CTL


CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka. konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Ada tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yang
efektif, yaitu konstruktifisme (constructivism), bertanya (question),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modelling), dan penilaian sebenarnya (authentic
assesment). Dengan pembelajaran CTL ini diharapkan dapat lebih
bermakna bagi siswa, dimana proses pembelajaran yang berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan praktikum siswa, sehingga siswa
mengalami sendiri bukan tranfer pengetahuan dari guru. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa CTL sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri

8
dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin
satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang
diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Ada beberapa pengertian
yang diberikan oleh para ahli, disini ditampilkan lima pengertian yang
berasal dari beberapa sumber yang berbeda. Adapun pengertian CTL
adalah sebagai berikut:
Pertama, Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-
hari sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan ( ditransfer ) dari satu permasalahan ke
permasalahan lain.
Kedua, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka.
Ketiga, Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat
hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Keempat, Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa., sehingga
strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.

9
Kelima, Nancy berpendapat bahwa CTL adalah metode dalam
pembelajaran yang mempunyai hubungan/kaitan terhadap kehidupan
sehari-hari-setiap isi topik nya pun mencoba menggambarkan
bagaimana sesuatu itu berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari
juga mencoba untuk bekerja berdasarkan penelitian. Pembelajaran
kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan
dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari,
peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan akan memperoleh
makna yang mendalam terhadap apa yang dipejarinya. Dari beberapa
pengertian, dapat disimpulkan bahwa CTL dapat dikatakan sebagai
sebuah strategi pembelajaran yang menunjukan kondisi alamiah dari
pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan diluar kelas, pembelajarn
CTL menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam
membangun pengetahuan dan mengkonstruksi pemahamannya
berdasarkan pengalamannya yang akan mereka terapkan dalam
kehidupannya. CTL menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi
pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut
digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana cara belajar siswa.
Materi belajar akan semakin berarti jika siswa mempelajari
materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan
menemukan arti di dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran
akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan belajar keras
untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan selanjutnya siswa akan
memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya
itu dalam konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan permasalahan
dunia nyata, baik secara mandiri maupun secara kelompok.

10
iii. Asas-Asas CTL
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas.
Asas-asas ini melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL, diantaranya yaitu:

1. Konstruktivisme
Konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam
proses belajar mengajar dan tujuan pembelajaran konstruktivis adalah
sebagai berikut:
1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman
baru berdasar pada pengetahuan awal.
2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses
”mengkontruksi” bukan menerima pengetahuan.

2. Menemukan (Inquiry).
Inkuiri artinya, proses pemebelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah,
yaitu:

a) Merumuskan masalah

b) Mengajukan hipotesis

c) Mengumpulkan data

d) Menguji hipotesis

e) Membuat kesimpulan.

3. Bertanya (Questioning) .
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan.Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya
akan sangat berguna untuk:

a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa untuk belajar

11
b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.
e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat
dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat
heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya,
maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya
mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk
membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu
didorong untuk menularkannya pada yang lain.

5. Pemodelan (Modeling)
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat
juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.
Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran
CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran
yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.

6. Refleksi (Reflection)

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap


berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk “merenung‟ atau mengingat kembali apa ayang telah
dipelajarinya, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman
belajarnya.
Konsep pengetahuan baru siswa juga akan lebih bermakna jika
seorang guru memperhatikan berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki
siswa, yaitu setiap orang memiliki kesemua kecerdasan tersebut. Walau
bagaimanapun, tahapan dan kombinasi kecerdasan yang berbeda-beda
diantara individu. Dari berbagai jenis kecerdasan tersebut tidak hanya

12
memberi informasi tentang apa yang dipelajari, tetapi lebih penting lagi
bagaimana mempelajarinya. Justru CTL dapat membangkitkan potensi
kecerdasan siswa dan pembelajaran akan lebih berkesan.
Dalam CTL, berbagai gaya pembelajaran dapat diterapkan,
yaitu:

a) Pembelajaran secara konkrit seperti mengalami dan


melakukan percobaan, merasakan dan melihatnya.
b) Pembelajaran abstrak, yaitu: dengan melihat konsep yang
dipelajarinya, siswa memikirkan informasi yang mereka
terima ketika pembelajaran.
Dalam penerapan CTL juga diperlukan berbagai macam
fasilitas, diantaranya: berbagai lingkungan, daftar pelajaran, peraturan
fisik dikelas, dan anggaran.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)


Proses pembelajaran konvesional yang sering dilakukan guru
pada saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek
intelektual, sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada
penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah
menguasai materi pelajaran. Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran
tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja,
akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian
keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil
tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata.
Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang
dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk
mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak;apakah
pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap
perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan
proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus- menerus
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab, tekanannya
diarahkan kepada proses belajar bukan hasil belajar.

13
iv. Langkah-langkah Pembelajaran CTL.
Dalam CTL, guru berperan dalam memilih, menciptakan, dan
menyelenggarakan pembelajaran yang menggabungkan seberapa
banyak bentuk pengalaman siswa termasuk aspek sosial, fisikal, dan
psikologikal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Dalam lingkungan sekitar, siswa menemukan hubungan yang bermakna
antara ide abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks nyata. Siswa
akan memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa
sehingga dirasakan masuk akal dengan kerangka berpikir yang
dimilikinya (ingatan, pengalaman, dan tanggapan).
Dalam pelaksanaan kegiatan CTL di kelas, guru harus
memperhatikan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini.

1) Guru memotivasi siswa


Sebelum proses pembelajaran dimulai guru memberikan
stimulus dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang dibahas
atau yang dipelajari.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Siswa diajak untuk mempelajari sebuah materi ajar yang sesuai


dengan Kompetensi dasar.

3) Guru membagi kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah


siswa. Tiap siswa ditugaskan untuk melakukan observasi. Melalui
observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan
di perpustakaan.

4) Melakukan percobaan

Untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna, siswa


diharapkan mampu dan mengetahui penerapannya pada proses yang
sebenarnya yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

5) Diskusi kelompok

14
Setiap kelompok mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai
dengan pembagian tugas masing-masing.

6) Hasil diskusi dipresentasikan

Di dalam kelas semua siswa mendiskusikan hasil temuan mereka


sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kemudian siswa
melaporkan hasil diskusi.

7) Guru menerangkan konsep

Guru membantu menyampaikan materi sekitar masalah yang


dipelajari yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa.

8) Menyimpulkan
Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi
sekitar hasil eksperimen yang dilakukan siswa sesuai dengan indikator
hasil belajar yang harus dicapai.

9) Penugasan

Guru menugaskan siswa untuk membuat laporan dari hasil


diskusi dan eksperimen yang merupakan hasil pengalaman dari proses
pembelajaran berlangsung.
Agar proses instruksional dapat dianggap sebagai CTL, guru
harus memperhatikan faktor-faktor berikut ketika menggunakan
pendekatan CTL. Konsep ini berdasarkan pada bagaimana siswa belajar,
oleh Karena itu guru harus:

a) Merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan


perkembangan para siswa. Hubungan antara isi
kurikulum dan metode yang digunakan untuk mengajar
para siswa harus didasarkan pada tingkatan tertentu,
perkembangan sosial, emosional, dan intelektual siswa.
Dengan demikian yang harus menjadi pertimbangan
adalah unsurpara siswa, karakteristik individual,
lingkungan social dan budaya mereka.

15
b) Membentuk kelompok yang saling tergantung. Melalui
kelompok yang kecil, siswa belajar dari yang lain dan
belajar bekerjasama, perputaran kualitas, dan bentuk-
bentuk kerjasama lainnya yang diperlukan orang dewasa
di tempat kerja dan dalam konteks yang lain dimana
siswa diharapkan untuk berperan aktif.

c) Menyediakan lingkungan yang mendukung


pembelajaran mandiri (diatur sendiri). Para siswa harus
memahami kekuatan dan kelemahan mereka, untuk
menetapkan target yang dicapai, dan untuk
mengembangkan strategi untuk mencapai target mereka.
Ketika mereka mempelajari keterampilan ini mereka
akan memperoleh kepercayaan diri dan kompetisi.
Melalui guru juga menciptakan lingkungan dimana siswa
merefleksikan bagaimana mereka belajar, bagaimana
mereka mengatasi pekerjaan sekolah, bagaimana mereka
mengatasi kesulitan mereka, dan bagaimana mereka
dapat bekerja secara harmonis dengan yang lain. Dengan
pendekatan CTL yang membutuhkan kerja kelompok.,
para siswa harus mampu memberikan kontribusi
sehingga kelompok mereka sukses.

d) Mempertimbangkan perbedaan para siswa. Para guru


harus mengajar berbagai siswa. Pertimbangan termasuk
latar belakang suku dan ras siswa, status social, ekonomi
mereka, dan berbagai ketidak mampuan yang mereka
miliki.

e) Memperhatikan multi-intelgensi siswa. Dalam


menggunakan pendekatan CTL, maka cara siswa
berpartisipasi di dalam kelas harus memperhatikan
kebutuhan delapan orientasi pembelajaran. Delapan
orientasi pembelajaran yang melibatkan faktor-faktor

16
seperti bahasa, pendengaran atau penglihatan, musik,
bilangan, visualisasi, gerakan manusia, sosialisasi, dan
kepemimpinan.

f) Menggunakan teknik pertanyaan yang meningkatkan


pembelajaran siswa dan perkembangan pemecahan
masalah dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Agar
CTL mencapai tujuannya harus digunakan jenis dan
tingkat pertanyaan yang sesuai. Pertanyaan-pertanyaan
harus disiapkan untuk menghasilkan.

g) Menerapkan penilaian yang sebenarnya. Assessment


adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Penilaian sebenarnya mengevaluasi aplikasi
penegatahuan siswa dan pemikiran yang kompleks
daripada menghafal daya ingat akan informasi faktual.

Selain itu agar pembelajaran dapat dikatakan


sebagai CTL Scott G. Paris meninjau 12 prinsip
pembelajaran mandiri dalam empat kategori umum yang
dapat digunakan oleh para guru di dalam kelas, yaitu:
kategori menilai diri sendiri, kategori mengatur diri
sendiri, menolong siswa, memperoleh pemahaman, dan
membentuk identitas siswa sebagai pelajar

v. Strategi Pembelajaran Kontekstual


Strategi pembelajaran kontektual yang dikemukakan oleh
Center for Occupational Research and Develoment (CORD) yang
dikenal dengan REACT, yaitu :

1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks dunia nyata.


2) Experiencing, belajar ditekankan pada penggalian (eksplorasi),
penemuan (discovery), dan penciptaan (invention)
3) Applying, belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam
konteks pemanfaatannya.

17
4) Coopeerating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,
pemakaian bersama, atau tugas kelompok.
5) Trasferring, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam
situasi atau konteks baru.
a. Strategi yang Berasosiasi dengan CTL
Startegi pengajaran yang berasosiasi dengan CTL diperlukan
dalam proses belajar mengajar dikelas agar pembelajaran berlangsung
lebih terarah dan baik. Dibawah ini merupakan beberapa strategi
pengajaran yang berasosiasi dengan CTL dan pelaksanaannya di
lapangan dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya.
Strategi metode CTL dalam pembelajaran (prinsip-prinsip CTL)

1. Pembelajaran berdasarkan masalah.


Pembelajaran berdasarkan masalah adalah kunci utama dalam
CTL. CTL adalah sebuah pendekatan instruksional yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks untuk
siswa untuk belajar berfikir kritis dan kemampuan
memecahkan masalah.
2. Project-based learning
3.Pembelajaran berdasarkan penelitian
Pembelajaran berdasarkan penellitian adalah strategi utama
dalam praktek CTL.
4. Pembelajaran pelayanan
Pembelajaran pelayanan adalah strategi lain yang biasa
diidentifikasi dalam praktek CTL. Terdapat potensi untuk
pembelajaran pelayanan, walaupun kita tidak secara langsung
mengobservasi pembelajaran pelayanan walaupun kita
sedang kunjungan kelas.
5. Pembelajaran kolaborasi
Pembelajaran kolaborasi atau pembelajaran kooperatif
diartikan sebagai sebuah proses yang membantu manusia
berinteraksi agar mencapai tujuan yang spesifik atau
mengembangkan sebuah produk akhir. (Berns & Erickson,
2001).

18
6. Penilaian autentik
Penilaian autentik dalam Science didasarkan pada observsi
siswa, latihan, dan apa yang telah mereka lakukan.
7. Ketertarikan siswa dengan latar belakang yang bermacam-
macam
Berikut adalah beberapa aspek fundamental untuk
kontekstualisasi Science dalam kelas Science; siswa melakukan Science
nyata, siswa menyangkutpautkan Science pada diri mereka, komunikasi
mereka, dan dunia mereka, dan terhadap yang lainnya. Dalam
pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar
dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar
terhadap gaya belajar siswa. CTL mengarahkan para guru untuk
menggunakan beraneka ragam strategi pembelajaran, yaitu: kegiatan
keterampilan, pengetahuan, bekerjasama, pengetahuan dasar masalah
dan penelitian, penerapan kehidupan nyata, penilaian sebenarnya dan
penggabungan teknologi.
Para guru di dunia pendidikan, sains telah memperjuangkan
beberapa cara untuk mengkontekskan materi. Mereka telah
menggunakan aktivitas keterampilan, permainan, simulasi, eksperimen,
dan menghubungkan dengan kehidupan nyata (seperti tes darah,
masalah kontrol statistik, menggambar kebun), di laboratorium sekolah
dan teknologi. Para guru lebih menggunakan strategi dasar disekolah
(seperti pemecahan masalah penemuan, penilaian portofolio) dan ini
sudah banyak terkenal pada mata pelajaran pilihan, aan tetapi mereka
lebih mempercayakan kuliah, membuat catatan, menguji fakta dan isi
buku, dan instruksi guru.

Beberapa strategi lain yang dapat diterapkan dalam CTL, diantaranya:

1) Menghubungkan kepada keterkaitan siswa


2) Membawa IPA ke dalam kurikulum
3) Memerankan pekerjaan sains ke dalam bentuk simulasi.
4) Menggunakan penilaian alternatif

19
vi. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional .
Dibawah ini dijelaskan secara singkat perbedaan kedua model
tersebut dilihat dari konteks tertentu.

a) CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa


berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara
menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan,
dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek
belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

b) Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan


kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan
memberi. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih
banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan
menghafal materi pelajaran.

c) Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara


riil; sedangkan dalam pembeljaran konvensional, pembelajaran
bersifatteoritis dan abstrak.

d) Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman; sedangkan


dalam pembelajaran konvensional kemampuan dperoleh melalui
latihan-latihan.

e) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah


kepuasan diri; sedangkan dalam pembeajaran konvensional, tujuan
akhir adalah nilai dan angka.

f) Dalam CTL tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri


sendiri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau
prilaku individu didasarkan oleh factor dari luardirinya, misalnya
individu tidakmelakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau
sekadar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.

g) Dalam CTL pengetahuan yang dimilii setiap individu selalu


berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab
itu terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang

20
dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak
mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolute dan
final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.

h) Dalam pembelajarn CTL, siswa bertanggung jawab dalam


memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-
masing; sedagkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah
penentu jalannya proses pembelajaran.

i) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran biasa terjadi di mana saja


dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan;
sedangkan dalam pembelajaran konvensional hanya terjadi di dalam
kelas.

j) Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek


erkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran
diukur dengan cara misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya
siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain
sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional
keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dengan tes.

vii. Pembelajaran Berbasis Inkuiri


Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan
sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap
pertanyaan ilmiah yang diajukan. Inkuiri merupakan bagian inti dari
kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan, apapun materi ang diajarkan. Pembelajaran
dengan penemuan (inquiry) merupakan satu pilar penting alam
pendekatan konstruktivistik yang memiliki sejarah panjang dalam
inovasi atau pembaharuan pendidikan. Burner, penganjur
pembelajaran dengan basis inkuiri, menyatakan idenya sebagai
berikut : ” Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk

21
menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian, tetapi lebih
ditujukan untuk membuat siswa berpikir untuk diri mereka sendiri,
meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan,
mereka turut mengambil bagian dalam proses mendapatkan
pengetahuan. Mengetahui adalah suatu proses bukan suatu produk.
Dengan demikian belajar dengan penemuan dapat diterapkan dalam
banyak mata pelajaran.

Pembelajaran inkuiri membutuhkan strategi pengajaran yang


mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk
pembelajaran bermakna. Inkuiri adalah seni dan ilmu bertanya serta
menjawab. Inkuiri melibatkan observasi dan pengukuran,
pembuatan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan
pengujian model. Inkuiri menuntut adanya eksperimentasi, refleksi,
dan pengenalan akan keunggulan dan kelemahan metode-
metodenya sendiri.

Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut


1) Merumuskan masalah
2) Mengamati atau melakukan observasi
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,
laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya
4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada
pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pendekatan contextual Teaching and Learning (CTL) dengan
menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri adalah pendekatan yang
ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual
dan keahlian yang diperlukan memunculkan masalah dan menemukan
pemecahan masalah tersebut (konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-
teori baru) oleh siswa itu sendiri, sehingga siswa menjadi penemu
pemecahan masalah yang independen.

22
3. Hakikat Belajar
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hana mengingat, akan tetapi lebih luas
dari itu yaitu mengalami. Jadi belajar adalah suatu usaha atau perbuatan
yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis,
mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta
dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek
kejiwaan seperti intelejensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya.

Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “tahapan


perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif. Selain itu belajar diartikan sebagai suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan. Definisi ini
menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha
untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan
tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara
sadar.

Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila setelah


melakukan kegiatan belajar ia menyadari bahwa dalam dirinya telah
terjadi suatu perubahan. Misalnya, ia menyadari bahwa pengetahuannya
bertambah, keterampilannya meningkat, sikapnya semakin positif, dan
sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah
laku tanpa usaha dan tanpa disadari bukanlah belajar. Dari pengertian
belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan
tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah
laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Hal ini berarti bahwa belajar
pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil
belajar yaitu pemerolehan pengetahuan baru.

Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan


kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi

23
antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses
pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi
pengetahuan materi pelajaran, tapi yang diutamakan adalah kemampuan
siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri ( Self regulated).

Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak


kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Pengetahuan dikonstruksi oleh anak sebagai
subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan
pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak
akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya
untuk diingat sementara setelah itu dilupakan.

Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui


proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema
adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman.
Pikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema atau skemata
(jamak) yang sering disebut dengan struktur kognitif.

Dengan menggunakan skemata itu seseorang mengadaptasi dan


mengkoordinasi lingkungannya sehingga terbentuk skemata yang baru.
Selanjutnya, skemata yang terbentuk melalui proses asimilasi dan
akomodasi itulah yang disebut pengetahuan. Asimilasi merupakan
proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan informasi
(persepsi, konsep, dan sebagainya) atau pengalaman baru ke dalam
struktur kognitif (skemata) yang sudah dimiliki seseorang. Akomodasi
adalah proses restrukturisasi skemata yang sudah ada sebagai akibat
adanya informasi dan pengalaman baru yang tidak dapat secara
langsung diasimilasikan pada skemata tersebut. Hal itu, dikarenakan
informasi baru tersebut agak berbeda atau sama sekali tidak cocok
dengan skemata yang telah ada. Jika informasi baru, betul-betul tidak
cocok dengan skemata yang lama, maka akan dibentuk skemata baru
yang cocok dengan informasi itu. Sebaliknya, apabila informasi baru itu
hanya kurang sesuai dengan skemta yang telah ada, maka skemata yang

24
lama itu akan direstrukturisasi sehingga cocok dengan informasi baru
itu.

Dengan kalimat lain, pandangan Piaget di atas dapat dijelaskan


bahwa apabila suatu informasi (pengetahuan) baru dikenalkan kepada
seseorang dan pengetahuan itu cocok dengan skema/skemata(struktur
kognitif) yang telah dimilikinya maka pengetahuan itu akan diadaptasi
melalui proses asimilasi dan terbentuklah pengetahuan baru. Sedangkan
apabila pengetahuan baru yang dikenalkan itu tidak cocok dengan
struktur kognitif yang sudah ada maka akan terjadi disequilibrium,
kemudian struktur kognitif tersebut direstrukturisasi kembali agar dapat
disesuaikan dengan pengetahuan baru atau terjadi equilibrium sehingga
pengetahuan baru itu dapat diakomodasi dan selanjutnya diasimilasikan
menjadi pengetahuan skemata baru.

Dengan demikian, asimilasi dan akomodasi merupakan dua aspek


penting dari proses yang sama yaitu pembentukan pengetahuan. Kedua
proses itu merupakan aktivitas secara mental yang hakikatnya adalah
proses interaksi antara pikiran dan realita. Seseorang menstruktur hal-
hal yang ada dalam pikirannya, namun bergantung pada realita yang
dihadapinya. Jadi adanya informasi dan pengalaman baru sebagai realita
mengakibatkan terjadinya rekonstruksi pengetahuan yang lama yang
disebut proses asimilasi-akomodasi sehingga terbentuk pengetahuan
baru sebagai skemata dalam pikiran seseorang. Pengikut aliran
konstruktivisme personal yang lain adalah Bruner. Meskipun Bruner
mengklaim bahwa ia bukan pengikut Piaget tetapi teori-teori belajarnya
sangat relevan dengan tahap-tahap perkembangan berpikir seperti yang
dikemukakan Piaget. Salah satu teori belajar Bruner yang mendukung
paham konstruktivisme adalah teori konstruksi. Teori ini menyatakan
bahwa cara terbaik bagi seseorang untuk memulai belajar konsep dan
prinsip dalam biologi adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan
prinsip yang dipelajari itu. Hal ini perlu dibiasakan sejak anak-anak
masih kecil.

25
Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa dalam belajar sebenarnya
siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan informasi
dan pengalaman baru yang diperolehnya. Dengan demikian, guru
sebagai pengajar tidak semestinya menganggap siswa sebagai kumpulan
kertas yang kosong. Untuk mendukung terlaksananya pembelajaran
yang diharapkan melalui pandangan ini, diperlukan pemikiran yang
harus disadari oleh guru, antara lain:

1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti


apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan
2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan
bersama sehingga siswa sungguh terlibat
3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai
dengan kebutuhan siswa
4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan
kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar
5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat
mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa
berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru.
Kaitannya dengan pembelajaran Biologi di SMA. Terdapat beberapa
tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keyakianan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam,
konsep dan prinsip ilmu biologi yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
biologi, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam pemeliharan,
menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

26
4. Hakikat Hasil Belajar
Dalam melakukan kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang
melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-
informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan
penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adanya
pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar
mengajar maka siswa telah memahami suatu perubahan dari yang tidak
diketahui menjadi diketahui. Perubahan inilah yang disebut dengan hasil
belajar. Hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.

Hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali,


dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan
keluasan, kedalaman, kerumitan dan harus digambarkan secara jelas
serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Hasil belajar
juga dikatakan sebagai perolehan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan
dan sikap. Pemerolehan ini termasuk suatu cara baru melakukan sesuatu
dan cara mengatasi masalah pada situasi baru. Hasil belajar merupakan
peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi di diri
seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif
yang kemudian berpengaruh pada perilaku.Dengan demikian perilaku
seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap sesuatu yang
dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes, dan pada akhirnya
muncul hasil belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel.

Gambar 2.1 Proses Hasil Belajar

Dari bagan di atas mencerminkan hasil belajar diakibatkan oleh


adanya kegiatan evaluasi belajar atau tes dan evaluasi belajar dilakukan
karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat

27
bergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku individu yang
bersangkutan terhadap yang dipelajari. Indikator hasil belajar
merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari
kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi
yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi
tersebut, yakni penilaian terhadap : (1) penguasaan materi akademik
(kognitif), (2) hasil belajar yang bersifat proses normatif (afektif),
aplikatif produktif (psikomotorik). Tipe belajar hasil kognitif meliputi
tipe belajar hasil pengetahuan hafalan (knowledge), tipe hasil belajar
pemahaman (comprehention), tipe hasil belajar penerapan (aplicationi),
tipe belajar hasil analisis (analysis), tipe belajar sintesis (synthesis) dan
tipe belajar evaluasi(evaluation). Tipe hasil belajar afektif berkenaan
dengan sikap dan nilai. Sedangkan tipe hasil belajar Dari bagan di atas
mencerminkan hasil belajar diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi
belajar atau tes dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya kegiatan
belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat bergantung dari pengetahuan
dan perubahan perilaku individu yang bersangkutan terhadap yang
dipelajari. Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian
kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar
kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk
mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian
terhadap : (1) penguasaan materi akademik (kognitif), (2) hasil belajar
yang bersifat proses normatif (afektif), aplikatif produktif
(psikomotorik)31. Tipe belajar hasil kognitif meliputi tipe belajar hasil
pengetahuan hafalan (knowledge), tipe hasil belajar pemahaman
(comprehention), tipe hasil belajar penerapan (aplicationi), tipe belajar
hasil analisis (analysis), tipe belajar sintesis (synthesis) dan tipe belajar
evaluasi(evaluation). Tipe hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap
dan nilai. Sedangkan tipe hasil belajar.

Jadi hasil belajar yang dilihat dari tes hasil belajar berupa
keterampilan pengetahuan integensi, kemampuan dan bakat individu
yang diperoleh di sekolah biasanya dicerminkan dalam bentuk nilai-

28
nilai tertentu. Tes bertujuan untuk membangkitkan motivasi siswa agar
dapat mengorganisasikan pelajaran dengan baik.

5. Pencemaran Lingkungan
Salah satu dampak dari adanya peningkatan jumlah populasi
manusia adalah munculnya masalah lingkungan, yaitu pencemaran. Ada
beberapa jenis pencemaran yang dapat terjadi di lingkungan kita, di
antaranya pencemaran udara, air dan tanah. Mari kita pelajari bersama.

a. Pencemaran udara

Apakah kegunaan udara? Udara berperan penting dalam


kehidupan. Oksigen digunakan untuk bernapas, karbondioksida
digunakan untuk fotosintesis. Lapisan ozon berfungsi menahan sinar
ultraviolet. Komposisi udara bersih normal di atmosfer kita adalah
Nitrogen (78.09%), oksigen (21,95%), argon (0,93%) dan
karbondioksida (0,031%). Menurut Peraturan Pemerintah no.41 tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara
didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkan zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam udara normal oleh kegiatan manusia, sehingga
mutu udara normal turun (kadarnya berubah) sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan udara tidak dapat memenuhi fungsinya.

Apabila susunan udara di atas mengalami perubahan dari keadaan


normal maka udara tersebut sudah tercemar. Pencemaran ini disebabkan
oleh asap buangan, misalnya gas CO2, CO hasil pembakaran, debu,
SO2, senyawa hidrokarbon (CH4, C4H10), asap rokok dan sebagainya.
Zat-zat pencemar udara tersebut pada dasarnya masih belum
membahayakan jika belum melebihi ambang batasnya. Ambang batas
adalah ukuran batas atau kadar zat, atau komponen yang ada atau yang
seharusnya ada dari unsur pencemaran yang dapat ditolerir/masih belum
membahayakan keberadaannya dalam kadar udara normal. Nilai
ambang batas beberapa zat pencemar di udara dalam satuan part per
million (ppm) dalam waktu 24 jam adalah NO2 (0,05), SO2 (0,10), dan
CO (20). Kualitas udara sangat tergantung pada iklim. Oleh karenanya,

29
pencemaran udara dapat menyebabkan perubahan iklim yang tidak baik.
Dampak yang ditimbulkan antara lain terjadinya hujan asam, kerusakan
lapisan ozon dan berkurangnya jarak pandang karena kabut.asap.

b. Pencemaran air
Lihatlah sungai atau perairan di sekitarmu? Bagaimanakah
kondisinya? Masih bersih atau sudah kotorkah? Mengapa perairan itu
menjadi kotor? Darimanakah sumber pencemar itu? Sumber
pencemaran air di antaranya limbah pestisida pertanian, limbah rumah
tangga misalnya detergen, limbah industri dan sebagainya. Indikator
dasar yang menunjukkan air lingkungan telah tercemar adalah
perubahan fisik, perubahan kimia dan perubahan biologis. Perubahan
fisik meliputi warna, bau, rasa, suhu, endapan, koloid, bahan-bahan
terlarut. Perubahan kimia meliputi keasaman, kandungan oksigen,
kebutuhan oksigen, kandungan zat-zat kimia berbahaya. Perubahan
biologis meliputi adanya mikroorganisme indicator seperti populasi
bakteri Escheria coli, dan mikroorganisme patogen. Air yang belum
tercemar tidak berwarna, berbau, berasa, oksigen terlarutnya (DO:
Dissolved Oxygen) tinggi sedangkan kebutuhan oksigen (BOD:
Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand)
rendah. Terjadinya eutrofikasi (pertumbuhan yang berlebihan pada
ganggang) karena kandungan nitrat dan fosfat dan secara umum
merusak ekosistem air.

c. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah organik dan
an-organik dari rumah tangga, pasar, industri, pertanian, peternakan.
Pencemar tanah umumnya adalah limbah padat yang berupa sampah
nondegradable (tidak mudah terurai) seperti plastik dan pecahan gelas.
Tanah yang tercemar akan berkurang kesuburannya hingga menurun
fungsinya sebagai faktor produksi.

2.2 Penelitian yang Relevan


Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

30
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan
ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai
hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai
diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya
nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.
Muh. Yusuf dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan
Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan CTL, menunjukan data
bahwa keaktifan mahasiswa mencatat kompetensi dasar yang menjadi
keharusan untuk dimiliki pada setiap pertemuan, keaktifan mahasiswa
mencatat indikator, keaktifan mahasiswa mencatat materi pokok yang
diterangkan dosen, keaktifan mahasiswa membaca buku agar memahami
pelajaran yang akan dibahas (construktivisme), keaktifan/keberanian dalam
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan,keaktifan mahasiswa
mahasiswa menyatakan pendapat tentang permasalahan yang sedang
dipelajari, keaktifan setiap kelompok menyimpulkan hasil diskusinya,
keaktifan dan ketepatan dalam mengerjakan tugas baik kelompok maupun
individual, didalam ruang kelas atau di luar kelas menunjukan grafik yang
meningkat dari setiap siklus.
Sudarman, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, FT Unnes dalam
penelitiannya “Pola Peningkatan Kualitas Pembelajaran Lingkungan Hidup
Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 9 Semarang Pada Pokok Bahasan
Pencemaran Lingkungan Melalui Pendekatan Kontekstual Berwawasan
Sets 1” Menyimpulkan bahwa, Dengan pendekatan kontekstual
berwawasan SETS, minat dan hasil belajar serta ketuntasan klasikal
meningkat. Selain itu menjadikan siswa memiliki wawasan yang lebih luas
tentang keterkaitan SETS itu sendiri dan mendorong siswa lebih aktif dan
kreatif. Hasil penelitian Kurniastuti Mahasiswa Pendidikan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

31
Semarang,menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL) pada
pokok bahasan ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII
SMP Negeri I Doro Kabupaten Pekalongan Tahun pelajaran 2004/2005. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata dari 69,12 dengan
ketuntasan belajar 62,50 % menjadi 85,91 dengan ketuntasan belajar 92,50
%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran pada pokok bahasan ekosistem dapat ditingkatkan dengan
menggunakan pendekatan kontekstual.
Nurdin dalam penelitian yang berjudul Implementasi Pendekatan CTL
dalam Meningkatkam Hasil Belajar, mengatakan bahwa pada pembejaran
kontekstual siswa tidak harus menghafal fakta-fakta yang hasilnya tidak
tahan lama, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa untuk
mengkonstruksikan pengetahuan mereka melalui keaktifan dalam proses
pembelajaran.
2.3 Kerangka Berpikir
Pada dasarnya pelajaran Biologi adalah mata pelajaran yang
menuntun siswa ke arah kesadaran kritis tentang bagaimana asal usul dan
pola serta tata cara mempertahankan lingkungan alam dengan mahluk yang
ada di dalamnya.Dengan demikian bukan hanya sekadar konsep yang
menjabarkan pengertian-pengertian dan merinci karakteristik hewan,
tumbuhan dan manusia. Akan tetapi biologi dengan kedalaman materi yang
dikandungnya memiliki makna tersendiri atas kesadaran berpikir manusia
bahwa manusia hanyalah bagian kecil dari mahluk ciptaan Tuhan.
Para siswa SMA Negeri 2 Komodo kls x MIA pada umumnya sudah
memiliki pemahaman tentang pencemaran lingkungan, dan konsep-konsep
dasar biologi. Para siswa dengan pemahaman agamanya telah mampu
mengintegrasikan antara ajaran agama dengan teori-teori biologi.
Namun pemahaman tersebut kurang diperhatikan oleh para guru mata
pelajaran biologi. Kebanyakan dari mereka hanya mengajarkan apa yang
dikatakan dalam buku teks tanpa mengkaitkannya dengan pemahaman awal
siswa atau dengan pengalaman dan pengetahuan yang sudah ada. Hal ini
menyebabkan pembelajaran biologi hanya sebagai kumpulan teori dan

32
cerita-cerita masa lalu yang harus dihafal oleh siswa, dan sudah barang tentu
apa yang mereka pelajari berorientasi kepada kemampuan menjawab soal-
soal ujian. Artinya, guru-guru biologi masih berkutat pada apa yang
dikatakan sebagai pencetak manusia-manusia yang hanya tahu teori namun
tidak tanggap terhadap fakta dan kenyataan yang berkembang dalam
kehidupan masyarakatnya serta keberlangsungan hidup mereka dengan
mahluk lain di alam ini.
Banyak siswa yang nilai biologinya mencapai predikat istimewa,
namun hampir tidak satupun dari mereka yang mampu menjawab
permasalahan riil yang terjadi di depan mata kepala mereka. Para siswa
tidak mampu menganalisis ataupun melakukan sintesa terhadap persoalan-
persoalan kehidupan yang sekarang ini tengah berlangsung. Akhirnya, ilmu
biologi hanyalah sekadar ilmu hafalan yang kosong atau gersang tanpa
makna.
Melihat kenyataan ini, para ahli pendidikan berupaya mencari dan
merumuskan kembali tentang tujuan, model, dan strategi pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah-sekolah modern. Salah satu model yang dimaksud
adalah CTL yang menekankan kemampuan peserta didik untuk
mengkonstruksi dan melakukan rekonstruksi terhadap pengetahuan serta
pengalaman yang mereka miliki dalam belajarnya. Model ini mengarahkan
siswa untuk memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
CTL memberikan ruang gerak kepada siswa untuk menyelami setiap
persoalan yang mereka hadapi, baik secara perorangan maupun kelompok
serta memberikan alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang mereka
hadapi. Proses CTL ini diawali dari pencermatan terhadap masalah,
mengidentifikasi masalah, merumuskan masalahnya, dan membuat dugan-
dugaan sementara terhadap masalah lalu kemudian membuat kesimpulan
berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan. Proses ini sangat erat
kaitannya dengan kerja ilmiah yang dilakukan oleh para ahli yang sedang
melakukan kajian-kajian ilmiah di sebuah laboratorium maupun lapangan
penelitian.

33
Proses pembelajaran semacam ini, tidak dijumpai dalam pembelajaran
langsung (konvensional), di mana peserta didik hanya dituntut untuk
mendengarkan, menghafal isi bacaan tanpa mampu membandingkannya
dengan pengetahuan awal maupun pengalaman-pengalaman yang dimiliki
oleh peserta didik. Permasalahan inilah yang kemudian menjadi fokus
tersendiri dalam penelitian ini. Yakni, melihat apakah hasil CTL yang
diyakini mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ini lebih
baik daripada pembelajaran yang dilaksanakan dengan pola-pola lama
(pembelajaran konvensional). Apabila digambarkan ke dalam sebuah
bagan, maka kerangka berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini mengikuti alur sebagai berikut:

2.4 Hipotesis Tindakan


Berdasarkan permasalahan dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
sebelumnya serta didukung oleh kajian empirik yang relevan, hipotesis
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, Penerapan CTL dapat
meningkatkan hasil belajar biologi siswa SMA NEGERI 2 KOMODO
Kelas X MIA pada materi pencemaran lingkungan.

34
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MIA SMA Negeri 2 Komodo
yang beralamat di Jln.Lintas Selatan Desa Nggorang Kecamatan Komodo
Kab.Manggarai Barat..

2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2019/2020
dimulai dari bulan April 2020.

3.2 Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian


1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang mengacu pada tindakan guru sebagai upaya untuk
memperbaiki proses dalam hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini
mengacu pada konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri
dari empat komponen, yaitu :

a. Perencanaan (planning)
b. Tindakan (acting)
c. Pengamatan (observing)
d. Refleksi (reflecting)

Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat


digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Tahap-tahap dalam PTK

35
2. Rancangan Siklus Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dalam 2 siklus. Setiap siklus
merupakan suatu alur proses kegiatan yang meliputi perencanaan
(Planning), pelaksanaan tindakan (Acting), pengamatan
(Observing), dan refleksi (reflecting). Sebelum kegiatan penelitian
dilaksanakan, sebelumnya perlu mengadakan persiapan-persiapan
yang nantinya akan diperlukan dalam kegiatan penelitian. Adapun
kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap persiapan ini adalah :

a. Dilakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah


melalui wawancara dengan guru bidang studi biologi, kemudian
bersama-sama guru tersebut menentukan bentuk pemecahan
masalah berupa penerapan model pembelajaran kontekstual
pada konsep pencemaran lingkungan.
b. Dipersiapkan perangkat pembelajaran (membuat satuan
pelajaran, rencana pembelajaran, LKS, menyiapkan alat dan
bahan untuk praktikum).
c. Disusun instrumen dan lembar observasi untuk mengamati
kegiatan siswa.
d. Disusun soal tes
e. Dilaksanakan uji coba soal pada kelas yang lain dengan jumlah
soal 30 butir.
f. Dianalisis hasil uji coba soal yang meliputi : validitas soal,
reliabilitas soal, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X MIA
SMAN 2 Komodo Semester II.

3.4 Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian.


Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka kehadiran peneliti di
tempat penelitian sanggat diperlukan sebagai instrumen utama. Peneliti

36
bertindak sebagai pengumpul data, menganalisis dan pelaporan hasil
penelitian. Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan
data, analis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.

Karena peneliti merupakan instrument dalam penelitian ini, maka


kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan sesuai dengan
prinsip-prinsip penelitian kualitatif, yaitu peneliti harus menciptakan
hubungan yang baik dengan subjek penelitian. Hubungan baik diciptakan
sejak penjajakan awal, selama penelitian bahkan sesudah penelitian.
Sebab hal itu menjadi kunci utama dalam kesuksesan penelitian, terutama
dalam hal pengumpulan data di lapangan. Kehadiran peneliti di lokasi
penelitian sangat diutamakan karena selain sebagai pemberi tindakan,
peneliti merupakan instrumen kunci.

Sebagai pemberi tindakan, peneliti bertindak sebagai pengajar yang


membuat rancangan pembelajaran dan sekaligus menyampaikan bahan
ajar selama kegiatan penelitian. Sebagai instrumen kunci berarti bahwa
peneliti adalah pengumpul data. Peneliti bertindak sebagai pewawancara
terhadap subjek penelitian. Untuk menghasilkan data pengamatan dan
pengumpulan data, maka peneliti akan dibantu oleh guru mata pelajaran
biologi Program lintas minat.

3.5 Tahap Intervensi Tindakan.


1. Perencanaan
Tahap perencanaan pada penelitian ini meliputi :
a. Menentukan pokok bahasan

b. Menentukan media yang tepat untuk pokok bahasan

c. Mengembangkan skenario pembelajaran

d. Menyiapkan instrumen tes (tes essay dan lembar observasi)

e. Membentuk kelompok siswa

f. Menyimpulkan materi

37
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu menerapkan
CTL yang mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran tentang materi
yang akan diajarkan.
3. Pengamatan
Pengamatan atau observasi terhadap penerapan CTL dilakukan pada
saat proses pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan
b. Membahas hasil evaluasi mengenai RPP, skenario, dan lain-lain
c. Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada hasil evaluasi, dan
digunakan untuk tahap berikutnya.
5. Keputusan
Kesimpulan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini apakah
akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya atau cukup pada siklus tertentu.
3.6 Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan.
Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian tindakan
kelas ini adalah setelah siswa mengalami pembelajaran dengan penerapan
CTL, siswa dapat meningkatkan hasil belajar, baik dari ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Selain itu diharapkan pula adanya kepedulian
siswa terhadap lingkungan sekitar.
3.7 Data dan Sumber Data
1. Jenis data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan
data kualitatif yang diperoleh dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil
observasi pembelajaran, evaluasi siswa, dan hasil belajar.
2. Cara Pengumpulan Data
Data hasil belajar diambil melalui evaluasi awal dan evaluasi
pembelajaran berupa tes.Data mengenai pelaksanaan pembelajaran saat
dilakukan tindakan akan dikumpulkan melalui lembar observasi kegiatan
guru dan siswa dalam pembelajaran kontekstual.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

38
a. Hasil pengamatan observer
b. Hasil tes evaluasi tertulis siswa kelas X MIA semester II.

3.8 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan data, tujuannya agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan mudah diperoleh hasilnya. Pada umumnya penelitian
akan berhasil apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dalam menguji
hipotesis diperoleh melalui instrumen.
Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan
dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana
adanya. Instrumen sangat berkaitan dengan metode, karena penentuannya
berdasarkan: objek penelitian, sumber data, waktu dan dana yang tersedia,
jumlah tenaga peneliti, dan teknik yang akan digunakan untuk mengolah data.
Jadi pemilihan instrumen disesuaikan dengan penggunaan metode
pengumpulan dan prosedur pengumpulan data apa yang akan digunakan
peneliti.
Berdasarkan penjelasan tersebut dalam penelitian ini instrumen yang
dipakai adalah Soal tes berupa soal pilihan ganda dan hasil observasi.

3.9 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Evaluasi tertulis
Evaluasi di gunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar
hasil belajar Biologi siswa pada materi pencemaran lingkungan , mengukur
keberhasilan dan efisiensi pembelajaran yang di lakukan serta seberapa jauh
siswa menyerap materi pelajaran yang telah disampaikan. Evaluasi ini
dilakukan pada akhir siklus setelah proses pembelajaran selesai.
b. Observasi

39
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan siswa secara langsung
yang berarti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap subjek yang
diteliti.
3.10 Teknik Pemeriksaan Kepercayaan
Uji coba dilakukan setelah perangkat tes disusun, untuk mengetahui
validitas, tingkat kesukaran soal, daya beda soal, dan reliabilitas. Setelah
perangkat tes diuji cobakan, langkah selanjutnya dilakukan analisis dengan
tujuan supaya instrumen yang dipakai untuk memperoleh data benar-benar
dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Analisis perangkat uji coba meliputi:

1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan. Teknik uji coba validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji valid instrumen dengan menggunakan teknik
rumus korelasi. Dikatakan valid jika hasil perhitngan memperoleh koefisien
korelasi r yx ≥ rtabel
Rumus Product Moment dari Pearson:

Keterangan:

N : banyaknya peserta tes

X : skor butir soal

Y : skor total

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y xy r

2. Tingkat Kesukaran Soal


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar.
Rumus yang digunakan :

40
Keterangan :
P = Tingkat kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata
“proporsi”. Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang

Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

3. Daya Pembeda Soal


Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

Keterangan:

D = Daya pembeda soal

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = Bnyaknya peserta kelompok bawah

PA = = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

41
PB = = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

0,00 ≤ D ≤ 0,20 : Jelek

0,21 ≤ D ≤ 0,40 : Cukup

0,41 ≤ D ≤ 0,70 : Baik

0,71 ≤ D ≤ 1,00 : Baik Sekali

D : negatif, semuanya tidak baik, jika semua butir soal yang mempunyai nilai
D negatif sebaiknya dibuang.

4. Reliabilitas
Reliabilitas adalah keajegan atau ketetapan. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil
yang tetap.
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga. Mencari reliabilitas instrument dengan menggunakan rumus
KR-20:

Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal
p = proporsi siswa yang menjawab betul pada butir
q = proporsi siswa yang menjawab salah pada butir (1-p)
Vt = varians total
5. Uji N Gain
Untuk mengetahui peningkatan skor pre test dan posttest menggunakan
rumus Normalized Gain.

42
3.11 Analisis Data dan Interpretasi Data
Data yang terkumpul dianalisis secara diskriptis kualitatif yaitu
membandingkan hasil belajar sebelum tindakan dengan hasil belajar setelah
tindakan, dan kuantitatif untuk data pembelajaran. Analisis diskriptis kualitatif
memberikan gambaran sejelas-jelasnya tentang proses dan pelaksanaan
pembelajaran, serta berhubungan dengan prestasi hasil belajar siswa dari
ketiga aspek kemampuan siswa.
3.12 Pengembangan Perencanaan Tindakan
Untuk memperbaiki kekurangan hasil penelitian pada siklus awal,maka
dilanjutkan ke siklus kedua.
1. Perencanaan
Tahap perencanaan pada penelitian ini meliputi :
a. Menentukan pokok bahasan
b. Menentukan media yang tepat untuk pokok bahasan
c. Mengembangkan skenario pembelajaran
d. Menyiapkan instrument tes (tes essay, lembar observasi dan
kuesioner)
e. Membentuk kelompok siswa
f. Menyimpulkan materi
2. Tindakan
Tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu menerapkan CTL
yang mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran tentang materi yang
akan diajarkan.

3. Pengamatan
Pengamatan atau observasi terhadap penerapan CTL dilakukan pada saat
proses pembelajaran berlangsung.

43
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan

b. Membahas hasil evaluasi mengenai RPP, skenario, dan lain-lain

c. Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada hasil evaluasi,


dandigunakan untuk tahap berikutnya.

5. Keputusan
Kesimpulan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini apakah
akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya atau cukup pada siklus tertentu.

44
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS 1

Sekolah : SMA NEGERI 2 KMODO


Kelas / Semester : X MIA /Semester II
Mata Pelajaran : Biologi
Alokasi waktu : 3 X 45

KOMPETENSI DASAR
4.11. Merumuskan gagasan
3.11. menganalisis data perubahan Pemecahan Masalah perubahan
lingkungan,penyebab dan lingkungan yang terjadi di
dampaknya bagi lingkungan lingkungan sekitar
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ( IPK )
3.11.1 Dengan merangkum dari berbagai 4.11.1 Dengan berdiskusi, siswa dapat
sumber, siswa dapat menentukan sampah/ limbah
mengidentifikasi kerusakan yang akan dibentuk daur ulang
lingkungan
4.11.2 Dengen berdiskusi, siswa dapat
3.11.2 Dengan merangkum dari berbagai merancang produk daur ulang
sumber, siswa dapat menjelaskan limbah yang mempunyai nilai jual
pencemaran lingkungan
4.11.3 Dengan berdiskusi, siswa dapat
3.11.3 Dengan merangkum dari berbagai membuat produk daur ulang
sumber, siswa dapat lumbah yang bernilai jual
melaksanakan percobaan
pengaruh pencemaran air 4.11.1 Dengan berdiskusi, siswa dapat
terhadap kelangsungan hidup mengkomunikasikan hasil produk
organisme yang telah dibuat

3.11.4 Dengan merangkum dari berbagai Dengan berdiskusi, siswa dapat membuat
rumusan tentang adaptasi dan mitigasi
sumber, siswa dapat
terhadap perubahan lingkungan.
mendeskripsikan pelestarian
lingkungan

3.11.5 Dengan merangkum dari berbagai


sumber, siswa dapat membuat
usulan pelestarian lingkungan

45
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan CTL dan pendekatan saintifik menuntut
peserta didik untuk mengamati (membaca)dan menganalisis menganalisis data
perubahan lingkungan,penyebab dan dampaknya bagi lingkungan dengan
tepat dan benar. kemudian mempresentasikanya di depan kelas dengan rasa ingin
tahu, tanggung jawab, disiplin, bersikap jujur, santun, percaya diri dan pantang
menyerah, serta memiliki sikap responsif (berpikir kritis) dan pro-aktif ,kreatif, serta
mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik.

MATERI PEMBELAJARN

1. Materi Fakta
Banyak ekosistem terutama yang padat penduduknya, telah mengalami
perubahan keseimbangan lingkungan yang disebabkan oleh faktor buatan
manusia seperti pencemaran

Sampah di Sungai Citarum, Jawa Barat

Republika.co.id, Bandung, 29/6/2012. Lagi, persoalan limbah industri tekstil


pada sungai Citarum mendapat kecaman dari sejumlah pihak. Limbah industri

46
yang langsung dibuang ke aliran sungai tanpa proses instalasi pengolahan limbah
mengancam puluhan hektar sawah, penyakit kulit, hingga penurunan kuantitas
listrik pada waduk sepanjang sungai Citarum.

Pencemaran itu terjadi di kawasan dekat hulu Citarum, di kampung


Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung. Sejumlah warga mengaku pasrah
terhadap pencemaran pabrik tekstil di sekitar kawasan tersebut.

Sejumlah petani di Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung, mengaku


mengalami kondisi terparah dari pencemaran limbah tujuh pabrik di sekitar
kawasan Balekambang. “Banyak pipa-pipa saluran limbah yang bocor ke areal
sawah, tak jarang banyak padi yang rusak,” ujar Ojang (60 tahun), warga
Balekambang. Air sumur juga kotor mengakibatkan penyakit gatal dan diare.

Sumber: http://www.republika.co.id

1. Materi Konsep:
 Berdasarkan tempat terjadinya, pencemaran dibedakan 4 macam:
pencemaran udara, air, tanah, dan suara.
 Penyebab pencemaran udara: CO, NOX, CFC, O3, gas rumah kaca
(H2O, CO2, CH4, NO).
 Penyebab pencemaran air: limbah domestik, industri, pertanian,
pertambangan.
 Penyebab pencemaran tanah: penggunaan insektisida, fungisida,
herbisida, DDT, pupuk kimiawi secara berlebihan; limbah sulit
terurai, misalnya plastik, kaca, styrofoam, dan kaleng.
 Penyebab pencemaran suara: suara dari mesin pabrik, lalu-lalang
kendaraan bermotor, pesawat terbang, ledakan mercon.
 Penanganan Limbah
- Penanganan limbah cair: cubluk, tangki septik konvensional dan
biofilter, IPAL.
- Penanganan limbah padat: reuse, replacement, refusal, repair,
reconstruct, redurability, reduce, recycle, recovery.
- Penanganan limbah gas: filter udara, pengendap siklon dan
elektrostatik, filter basah.
- Penanganan limbah B3: reduksi, pengolahan dengan teknologi,
penimbunan, diekspor, penyimpanan dengan persetujuan
Bapedal.

3. Materi Prinsip:
 Keseimbangan lingkungan bisa mengalami perubahan yang
disebabkan oleh faktor alami maupun faktor buatan manusia.

4. Materi Praktik:
 Daur ulang kertas.
 Pembuatan pupuk kompos

47
Pendekatan dan model pembelajaran

Model : Pembelajaran Kontekstual ( CTL )


Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi kelompok ,Observasi ,Diskusi Informasi

Tahapan Kegiatan Alokasi


Kegiatan Waktu
Guru Siswa

Pendahuluan
1. Guru memberikan 1. Siswa merespon
apersepsi dan pertanyaan guru.
motivasi dengan
bertanya kepada siswa
”apa yang terlintas
dalam pikiran kalian
ketika mendengar
Hutan Gundul? Apa
yang terjadi ketika
hutan gundul diguyur
hujan? Apa dampak
yang akan
terjadi?”(asas
bertanya)

2. Guru menjelaskan
bahwa materi hari ini 2. Siswa memperhatikan
adalah pencemaran materi yang
lingkungan. disampaikan oleh guru.

3. Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran 3. Siswa memperhatikan
hari ini, yaitu : penjelasan guru.
Menjelaskan
kegunaan hutan hujan
tropis. Menjelaskan
kerugian akibat
penebangan
hutan.Menjelaskan
usaha-usaha
mencegah dan
mengatasi kerusakan
lingkungan akibat
penebangan hutan.

48
4. Guru menjelaskan
tentang model 4. Siswa memperhatikan
pembelajaran CTL. penjelasan guru.

Inti 1. Guru memberi 1. Siswa merespon


gambaran antara pertanyaan dari guru.
hutan gundul dan
hutan lebat kepada
siswa dengan
memberikan contoh
2 orang anak yang
satu berambut cepak
dan yang satu
berambut panjang
untuk maju
kedepan. Kemudian
guru menjelaskan
apa yang terjadi
ketika keduanya
disiram dengan air.

2. Guru menjelaskan 2. Siswa memperhatikan


tentang kegunaan penjelasan guru dan
hutan hujan tropis, mencatat hal-hal yang
kerugian akibat dianggap penting.
penebangan hutan,
menjelaskan usaha-
usaha mencegah dan
mengatasi
kerusakan
lingkungan akibat
penebangan hutan.
dengan
menggunakan slide
power point.

Eksplorasi :
1. Guru membimbing Siswa membentuk
siswa untuk kelompok diskusi.
membentuk
kelompok diskusi
secara heterogen
yang terdiri dari 4-5
orang dengan
intelegensi yang
berbeda, dan
masing-masing

49
anggota kelompok
mempunyai peran
masing-masing.
(asas masyarakat
belajar)
2. Guru membimbing Siswa membaca literatur
siswa untuk bersama kelompok.
mempelajari
literatur bersama
kelompok.
Elaborasi :
1. Guru memberikan Siswa menjawab
LKS 1 tentang pertanyaan yang sudah
penebangan hutan dan mereka dapat dari LKS
hutan gundul. (asas tersebut.
konstruktivisme)

2. Guru membimbing
siswa untuk Siswa berdiskusi dengan
berdiskusi dengan kelompok
kelompok dalam
mengisi LKS 1 dan
memastikan tiap
anggota dari masing-
masing kelompok
dapat mengetahui dan
menguasai konsep
dari soal-soal LKPD 1
yang dikerjakan
bersama.

3. Guru meminta siswa


mencari berbagai Siswa mencari berbagai
alasan kenapa orang alasan kenapa terjadi
melakukan penebangan hutan pada
penebangan hutan. literatur.
4. Guru meminta setiap Siswa bersama kelompok
kelompok menjelaskan hasil jawaban
menjelaskan jawaban yang sudah didiskusikan.
hasil diskusi tersebut.
(asas refleksi)

Konfirmasi :
1. Guru memberikan Siswa dari kelompok lain
skor dari tiap jawaban merevisi atau menyanggah
kelompok. (asas jawaban dari kelompok lain
penilaian jika salah.
sebenarnya)

50
2. Guru memberi Siswa menyimak
penguatan dan sedikit penjelasan guru.
tentang materi yang
baru saja dipelajari.

Penutup 1. Guru membimbing Siswa memberikan


siswa untuk memberi kesimpulan.
kesimpulan tentang
materi yang telah
dipelajari hari ini.
2. Guru menginformasi Siswa memperhatikan
kepada siswa untuk penjelasan guru.
membentuk 4
kelompok dan
mengerjakan tugas
rumah yakni mencari
di buku atau internet
mengenai ilegaloging.

SUMBER BELAJAR

Sumber / Alat / Bahan.


Sumber : Buku acuan yang relevan, internet, lingkungan sekolah.
Alat dan bahan : komputer, Alat bantu presentasi (LCD),
Skema/Bagan konsep, tulisan, gambar, karton, spidol

PENILAIAN PROSES HASIL BELAJAR

a. Penilaian meliputi tes tulis (Essay)


b. Tugas Rumah

Mengetahui Labuan Bajo, 19 September 2019

Kepala SMA N 2 Komodo , Guru Mata Pelajaran


Biologi,

Agustinus Bayuwarta,S.Pd Yasinta Jelita, S.Pd


Pembina Tk.I/IVb Nip.
Nip. 19700823 199802 1 002

51
Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


SIKLUS 2

Sekolah : SMA NEGERI 2 KMODO


Kelas / Semester : X MIA /Semester II
Mata Pelajaran : Biologi
Alokasi waktu : 3 X 45

KOMPETENSI DASAR
4.11. Merumuskan gagasan
3.11. menganalisis data perubahan Pemecahan Masalah perubahan
lingkungan,penyebab dan lingkungan yang terjadi di
dampaknya bagi lingkungan lingkungan sekitar
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ( IPK )
3.11.6 Dengan merangkum dari berbagai 4.11.4 Dengan berdiskusi, siswa dapat
sumber, siswa dapat menentukan sampah/ limbah
mengidentifikasi kerusakan yang akan dibentuk daur ulang
lingkungan
4.11.5 Dengen berdiskusi, siswa dapat
3.11.7 Dengan merangkum dari berbagai merancang produk daur ulang
sumber, siswa dapat menjelaskan limbah yang mempunyai nilai jual
pencemaran lingkungan
4.11.6 Dengan berdiskusi, siswa dapat
3.11.8 Dengan merangkum dari berbagai membuat produk daur ulang
sumber, siswa dapat lumbah yang bernilai jual
melaksanakan percobaan
pengaruh pencemaran air 4.11.2 Dengan berdiskusi, siswa dapat
terhadap kelangsungan hidup mengkomunikasikan hasil produk
organisme yang telah dibuat

3.11.9 Dengan merangkum dari berbagai Dengan berdiskusi, siswa dapat membuat
rumusan tentang adaptasi dan mitigasi
sumber, siswa dapat
terhadap perubahan lingkungan.
mendeskripsikan pelestarian
lingkungan

3.11.10 Dengan merangkum dari berbagai


sumber, siswa dapat membuat
usulan pelestarian lingkungan

52
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan CTL dan pendekatan saintifik menuntut
peserta didik untuk mengamati (membaca)dan menganalisis menganalisis data
perubahan lingkungan,penyebab dan dampaknya bagi lingkungan dengan
tepat dan benar. kemudian mempresentasikanya di depan kelas dengan rasa ingin
tahu, tanggung jawab, disiplin, bersikap jujur, santun, percaya diri dan pantang
menyerah, serta memiliki sikap responsif (berpikir kritis) dan pro-aktif ,kreatif, serta
mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik.

MATERI PEMBELAJARN

2. Materi Fakta
Banyak ekosistem terutama yang padat penduduknya, telah mengalami
perubahan keseimbangan lingkungan yang disebabkan oleh faktor buatan
manusia seperti pencemaran

Sampah di Sungai Citarum, Jawa Barat

Republika.co.id, Bandung, 29/6/2012. Lagi, persoalan limbah industri tekstil


pada sungai Citarum mendapat kecaman dari sejumlah pihak. Limbah industri
yang langsung dibuang ke aliran sungai tanpa proses instalasi pengolahan limbah
mengancam puluhan hektar sawah, penyakit kulit, hingga penurunan kuantitas
listrik pada waduk sepanjang sungai Citarum.

Pencemaran itu terjadi di kawasan dekat hulu Citarum, di kampung


Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung. Sejumlah warga mengaku pasrah
terhadap pencemaran pabrik tekstil di sekitar kawasan tersebut.

Sejumlah petani di Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung, mengaku

53
mengalami kondisi terparah dari pencemaran limbah tujuh pabrik di sekitar
kawasan Balekambang. “Banyak pipa-pipa saluran limbah yang bocor ke areal
sawah, tak jarang banyak padi yang rusak,” ujar Ojang (60 tahun), warga
Balekambang. Air sumur juga kotor mengakibatkan penyakit gatal dan diare.

Sumber: http://www.republika.co.i

3. Materi Konsep:
 Berdasarkan tempat terjadinya, pencemaran dibedakan 4 macam:
pencemaran udara, air, tanah, dan suara.
 Penyebab pencemaran udara: CO, NOX, CFC, O3, gas rumah kaca
(H2O, CO2, CH4, NO).
 Penyebab pencemaran air: limbah domestik, industri, pertanian,
pertambangan.
 Penyebab pencemaran tanah: penggunaan insektisida, fungisida,
herbisida, DDT, pupuk kimiawi secara berlebihan; limbah sulit
terurai, misalnya plastik, kaca, styrofoam, dan kaleng.
 Penyebab pencemaran suara: suara dari mesin pabrik, lalu-lalang
kendaraan bermotor, pesawat terbang, ledakan mercon.
 Penanganan Limbah
- Penanganan limbah cair: cubluk, tangki septik konvensional dan
biofilter, IPAL.
- Penanganan limbah padat: reuse, replacement, refusal, repair,
reconstruct, redurability, reduce, recycle, recovery.
- Penanganan limbah gas: filter udara, pengendap siklon dan
elektrostatik, filter basah.
- Penanganan limbah B3: reduksi, pengolahan dengan teknologi,
penimbunan, diekspor, penyimpanan dengan persetujuan
Bapedal.

5. Materi Prinsip:
 Keseimbangan lingkungan bisa mengalami perubahan yang
disebabkan oleh faktor alami maupun faktor buatan manusia.

6. Materi Praktik:
 Daur ulang kertas.
 Pembuatan pupuk kompos

Pendekatan dan model pembelajaran

Model : Pembelajaran Kontekstual ( CTL )


Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi kelompok ,Observasi ,Diskusi Informasi

54
Tahapan Kegiatan Alokasi
Kegiatan Waktu
Guru Siswa

Pendahuluan 1. Guru memberikan Siswa merespon


apersepsi dan motivasi pertanyaan guru.
dengan bertanya kepada
siswa ” Mengapa
kebanyakan sungai di
kota besar airnya sangat
kotor?”(asas bertanya)
2. Guru menjelaskan bahwa
materi hari ini adalah
pencemaran pencemaran Siswa memperhatikan
air. materi yang disampaikan
oleh guru.
3. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran hari ini,
yaitu : Menjelaskan Siswa memperhatikan
pengertian pencemaran penjelasan guru
air. Menjelaskan
sumber-sumber
pencemaran air.
Menjelaskan akibat yang
ditimbulkan oleh
pencemaran air
Menjelaskan upaya yang
harus dilakukan untuk
mencegah pencemaran
air.
Inti 1. Guru memberi gambaran Siswa merespon
kepada siswa dengan pertanyaan dari guru.
mengajak siswa untuk
melakukan pengamatan
terhadap seekor ikan
yang di masukan
kedalam sebuah toples
yang berisi air sabun dan
air bersih
2. Guru menjelaskan
tentang Guru Siswa memperhatikan
menjelaskan tentang penjelasan guru dan
pengertian,penyebab, mencatat hal-hal yang
dampak dan upaya yang dianggap penting.
harus dilakukan
pencemaran air dengan
menggunakan slide
power point.

55
Eksplorasi :
1. Guru membimbing
siswa untuk Siswa membentuk
membentuk kelompok kelompok diskusi.
diskusi secara
heterogen yang terdiri
dari 4-5 orang dengan
intelegensi yang
berbeda, dan masing-
masing anggota
kelompok mempunyai
peran masing-masing.
(asas masyarakat
belajar)
2. Guru membimbing Siswa membaca literatur
siswa untuk bersama kelompok.
mempelajari literatur
bersama kelompok.
Elaborasi :
1. guru memberikan LKS ,
tentang pencemaran air Siswa berdiskusi dengan
(asas konstruktivisme) kelompok

2. Guru membimbing siswa Siswa menjawab


untuk berdiskusi dengan pertanyaan yang sudah
kelompok dalam mereka dapat dari LKPD
mengisi LKPD 1 dan tersebut.
memastikan tiap anggota
dari masing-masing
kelompok dapat
mengetahui dan
menguasai konsep dari
soal-soal LKPD 1 yang
dikerjakan bersama.

3.Guru meminta siswa


mencari jenis bahan Siswa mencari jenis
yang dapat bahan pencemar air pada
mencemari air. (asas literatur.
inquiry)
4. Guru meminta setiap
kelompok
Siswa dari kelompok
menjelaskan jawaban lain merevisi atau
hasil diskusi tersebut. menyanggah jawaban
(asas refleksi) dari kelompok lain jika
salah.

56
Konfirmasi :
Guru memberikan skor
dari tiap jawaban
kelompok. (asas
penilaian sebenarnya)

Guru memberi
penguatan dan sedikit
Siswa menyimak
tentang materi penjelasan guru.
yang baru saja dipelajari.

Penutup
Guru membimbing siswa Siswa memberikan
untuk memberi kesimpulan kesimpulan.
tentang materi yang telah
dipelajari hari ini.

SUMBER BELAJAR

Sumber / Alat / Bahan.


Sumber : Buku acuan yang relevan, internet, lingkungan sekolah.
Alat dan bahan : komputer, Alat bantu presentasi (LCD),
Skema/Bagan konsep, tulisan, gambar, karton, spidol

PENILAIAN PROSES HASIL BELAJAR

a. Penilaian meliputi tes tulis (Essay)


b. Tugas Rumah

Mengetahui Labuan Bajo, 19 September 2019

Kepala SMA N 2 Komodo , Guru Mata Pelajaran Biologi,

Agustinus Bayuwarta,S.Pd Yasinta Jelita, S.Pd


Pembina Tk.I/IVb Nip.
Nip. 19700823 199802 1 002

57

Anda mungkin juga menyukai