Penyusunan Rencana Peningkatan Mutu
Penyusunan Rencana Peningkatan Mutu
Penyusunan Rencana Peningkatan Mutu
PENDAHULUAN
1
yang terjadi berakar dari tabiat manusia, yakni sikap dan perilaku manusia
yang tidak mempedulikan kondisi saling ketergantungan antara manusia
dan lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan itu
pada dasarnya merupakan manifestasi dari permasalahan sosial dan
lingkungan yang saling terkait dalam kenyataan hidup sehari-hari.
Untuk mencapai kesadaran akan pentingnya lingkungan maka
dibutuhkan suatu pembaharuan pembelajaran antara lain pada strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran mengacu pada metode-metode yang
digunakan para siswa untuk belajar. Pada strategi pembelajaran terdapat
teknik-teknik memperbaiki konsep diri siswa agar lebih baik dalam belajar
dan mampu membantu guru dalam menghubungkan materi lingkungan
yang diajarkan dengan realitas, sehingga siswa diharapkan lebih peduli
terhadap lingkungan di sekitarnya.
Pendidikan yang ada di sekolah seringkali membuat kita kecewa,
apalagi bila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Walaupun seringkali kita mengetahui bahwa banyak siswa yang mungkin
mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang
diterimanya, tetapi pada kenyatannya mereka seringkali tidak memahami
secara mendalam pengetahuan yang bersifat hafalan dan tanpa melibatkan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Sebagian besar dari
siwa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan itu dapat mereka gunakan / manfaatkan.
Pendidikan Biologi sebagai bagian dari pendidikan umumnya
memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di
dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang
mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu
di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan
teknologi.
Namun pembelajaran Biologi di SMA pada umumnya masih
didominasi oleh aktifitas guru. Kelas berfokus pada guru sebagai sumber
utama pengetahuan dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang
berpedoman pada buku paket saja. Sehingga kegiatan pembelajaran kurang
2
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan benda-
benda konkrit dalam situasi yang nyata. Hal ini mengakibatkan siswa tidak
peduli terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu
seharusnya guru memberikan contoh konkrit dalam setiap pembelajaran
agar supaya siswa dapat tanggap dan peduli terhadap lingkungan dimana
siswa tersebut berada.
Pada pengamatan awal di SMAN 2 Komodo menunjukkan kenyataan
bahwa kondisi lingkungan yang berada di daerah pasar mengalami berbagai
pencemaran baik tanah, udara dan air tidak diiringi oleh kepedulian para
siswa terhadap masalah tersebut. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya
perhatian dari para siswa terhadap masalah pencemaran lingkungan yang
terjadi di daerah sekitar tempat tinggalnya, bahkan siswa terlihat tidak
peduli terhadap masalah pencemaran yang terjadi dengan seolah-olah tidak
ada sesuatu yang terjadi.
Selain itu hasil pengamatan pada proses kegiatan belajar mengajar,
kegiatan tersebut hanya berjalan secara teoritis dan tidak terkait dengan
lingkungan nyata tempat siswa berada. Hasil pengamatan ketuntasan belajar
siswa hanya mencapai 60 %. Ketidaktuntasan hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti fasilitas sekolah yang kurang
memadai, pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat, media
pembelajaran kurang menarik dan tingkat keaktifan siswa yang rendah.
Kurangnya kepedulian masyarakat, sekolah serta peran guru mengakibatkan
hasil yang dicapai kurang maksimal.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya sebuah strategi
pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yaitu suatu pendekatan
pembelajaran yang mampu mendidik siswa dengan pengalaman dan
lingkungan sekitar. Sehingga pembelajaran dapat dikontekskan ke dalam
situasi dunia nyata dan diharapkan hasil belajar pun dapat meningkat.
Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru
dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan
instruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
menjelaskan materi pembelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan
3
bagian lainnya yang berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang
dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip, atau teori yang baru
tentang suatu bidang ilmu.
Konsep belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses
pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif
membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru
berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan
dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa
mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang
bermakna. Adanya kaitan antara pelajaran baru yang diterima dengan
pelajaran sebelumnya. Selain itu siswa tidak selalu bergantung dari
pembelajaran di kelas, karena siswa dapat mencari pemahaman dari hasil
interaksi dengan lingkungannya sendiri, bukan dari penyampaian materi di
kelas saja. Begitu pula pembelajaran yang bermakna sangatlah penting.
Pendekatan pembelajaran konstruktivisme yang dapat mengaitkan
lingkungan dan pemahaman siswa adalah pendekatan kontekstual.
Penerapan pembelajaran kontekstual ini diharapkan dapat mendorong
minat, motivasi, dan keaktifan siswa dalam proses KBM, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Pendekatan kontekstual
pada proses pendidikan yang holistik bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya. Materi tersebut
dikaitkan dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa
memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan untuk ditransfer dari satu permasalahan ke permasalahan lain.
Pembelajan kontekstual dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) diharapkan KBM menjadi lebih efektif, karena siswa akan
belajar lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi secara
berkelompok. CTL dapat memudahkan siswa dalam menyerap materi
pelajaran, serta siswa dapat memantapkan pemahaman terhadap jumlah
materi pelajaran. Oleh karena itu perlunya dilaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) di sekolah SMA NEGERI 2 kOMODO dengan
4
harapan hasil belajar dapat meningkat sesuai dengan proses pembelajaran
yang bermakna.
Dengan demikian peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan CTL Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA
NEGERI 2 KOMODO Kelas X Pada Materi Pencemaran Lingkungan”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah, maka rumusan masalah adalah, Bagaimanakah
penerapan CTL dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa pada pada
Materi Pencemaran Lingkungan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar
biologi dengan penerapan CTL pada konsep pencemaran lingkungan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan hasil penelitian ini dapat dispesifikasikan
menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis,
hasil penelitian ini diharapkan dapat:
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
h. Memperhatikan ide dan permasalahan yang dimungkinkan oleh
siswa dan menggunakannya sebagai bagian dalam merancang
pembelajaran.
7
lain seperti guru, tetapi proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap
individu. Pengetahuan hasil dari pemberitahun tidak akan menjadi
pengetahuan yang makna. Bagaimana proses mengkonstruksi pengetahuan
yang dilakukan oleh setiap subjek?
Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki
struktur kognitif yang kemudian dinamakan „skema”. Skema terbentuk
karena pengalaman. Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya
pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh
terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran
kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, penegetahuan itu akan
bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.
Pegetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan
menjadi penengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan
mudah dilupakan dan tidak fungsional.
8
dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin
satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang
diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Ada beberapa pengertian
yang diberikan oleh para ahli, disini ditampilkan lima pengertian yang
berasal dari beberapa sumber yang berbeda. Adapun pengertian CTL
adalah sebagai berikut:
Pertama, Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-
hari sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan ( ditransfer ) dari satu permasalahan ke
permasalahan lain.
Kedua, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka.
Ketiga, Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat
hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Keempat, Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa., sehingga
strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.
9
Kelima, Nancy berpendapat bahwa CTL adalah metode dalam
pembelajaran yang mempunyai hubungan/kaitan terhadap kehidupan
sehari-hari-setiap isi topik nya pun mencoba menggambarkan
bagaimana sesuatu itu berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari
juga mencoba untuk bekerja berdasarkan penelitian. Pembelajaran
kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan
dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari,
peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan akan memperoleh
makna yang mendalam terhadap apa yang dipejarinya. Dari beberapa
pengertian, dapat disimpulkan bahwa CTL dapat dikatakan sebagai
sebuah strategi pembelajaran yang menunjukan kondisi alamiah dari
pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan diluar kelas, pembelajarn
CTL menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam
membangun pengetahuan dan mengkonstruksi pemahamannya
berdasarkan pengalamannya yang akan mereka terapkan dalam
kehidupannya. CTL menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi
pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut
digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana cara belajar siswa.
Materi belajar akan semakin berarti jika siswa mempelajari
materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan
menemukan arti di dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran
akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan belajar keras
untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan selanjutnya siswa akan
memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya
itu dalam konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan permasalahan
dunia nyata, baik secara mandiri maupun secara kelompok.
10
iii. Asas-Asas CTL
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas.
Asas-asas ini melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL, diantaranya yaitu:
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam
proses belajar mengajar dan tujuan pembelajaran konstruktivis adalah
sebagai berikut:
1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman
baru berdasar pada pengetahuan awal.
2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses
”mengkontruksi” bukan menerima pengetahuan.
2. Menemukan (Inquiry).
Inkuiri artinya, proses pemebelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah,
yaitu:
a) Merumuskan masalah
b) Mengajukan hipotesis
c) Mengumpulkan data
d) Menguji hipotesis
e) Membuat kesimpulan.
3. Bertanya (Questioning) .
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan.Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya
akan sangat berguna untuk:
11
b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.
e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat
dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat
heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya,
maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya
mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk
membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu
didorong untuk menularkannya pada yang lain.
5. Pemodelan (Modeling)
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat
juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.
Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran
CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran
yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
6. Refleksi (Reflection)
12
memberi informasi tentang apa yang dipelajari, tetapi lebih penting lagi
bagaimana mempelajarinya. Justru CTL dapat membangkitkan potensi
kecerdasan siswa dan pembelajaran akan lebih berkesan.
Dalam CTL, berbagai gaya pembelajaran dapat diterapkan,
yaitu:
13
iv. Langkah-langkah Pembelajaran CTL.
Dalam CTL, guru berperan dalam memilih, menciptakan, dan
menyelenggarakan pembelajaran yang menggabungkan seberapa
banyak bentuk pengalaman siswa termasuk aspek sosial, fisikal, dan
psikologikal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Dalam lingkungan sekitar, siswa menemukan hubungan yang bermakna
antara ide abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks nyata. Siswa
akan memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa
sehingga dirasakan masuk akal dengan kerangka berpikir yang
dimilikinya (ingatan, pengalaman, dan tanggapan).
Dalam pelaksanaan kegiatan CTL di kelas, guru harus
memperhatikan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini.
4) Melakukan percobaan
5) Diskusi kelompok
14
Setiap kelompok mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai
dengan pembagian tugas masing-masing.
8) Menyimpulkan
Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi
sekitar hasil eksperimen yang dilakukan siswa sesuai dengan indikator
hasil belajar yang harus dicapai.
9) Penugasan
15
b) Membentuk kelompok yang saling tergantung. Melalui
kelompok yang kecil, siswa belajar dari yang lain dan
belajar bekerjasama, perputaran kualitas, dan bentuk-
bentuk kerjasama lainnya yang diperlukan orang dewasa
di tempat kerja dan dalam konteks yang lain dimana
siswa diharapkan untuk berperan aktif.
16
seperti bahasa, pendengaran atau penglihatan, musik,
bilangan, visualisasi, gerakan manusia, sosialisasi, dan
kepemimpinan.
17
4) Coopeerating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,
pemakaian bersama, atau tugas kelompok.
5) Trasferring, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam
situasi atau konteks baru.
a. Strategi yang Berasosiasi dengan CTL
Startegi pengajaran yang berasosiasi dengan CTL diperlukan
dalam proses belajar mengajar dikelas agar pembelajaran berlangsung
lebih terarah dan baik. Dibawah ini merupakan beberapa strategi
pengajaran yang berasosiasi dengan CTL dan pelaksanaannya di
lapangan dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya.
Strategi metode CTL dalam pembelajaran (prinsip-prinsip CTL)
18
6. Penilaian autentik
Penilaian autentik dalam Science didasarkan pada observsi
siswa, latihan, dan apa yang telah mereka lakukan.
7. Ketertarikan siswa dengan latar belakang yang bermacam-
macam
Berikut adalah beberapa aspek fundamental untuk
kontekstualisasi Science dalam kelas Science; siswa melakukan Science
nyata, siswa menyangkutpautkan Science pada diri mereka, komunikasi
mereka, dan dunia mereka, dan terhadap yang lainnya. Dalam
pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar
dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar
terhadap gaya belajar siswa. CTL mengarahkan para guru untuk
menggunakan beraneka ragam strategi pembelajaran, yaitu: kegiatan
keterampilan, pengetahuan, bekerjasama, pengetahuan dasar masalah
dan penelitian, penerapan kehidupan nyata, penilaian sebenarnya dan
penggabungan teknologi.
Para guru di dunia pendidikan, sains telah memperjuangkan
beberapa cara untuk mengkontekskan materi. Mereka telah
menggunakan aktivitas keterampilan, permainan, simulasi, eksperimen,
dan menghubungkan dengan kehidupan nyata (seperti tes darah,
masalah kontrol statistik, menggambar kebun), di laboratorium sekolah
dan teknologi. Para guru lebih menggunakan strategi dasar disekolah
(seperti pemecahan masalah penemuan, penilaian portofolio) dan ini
sudah banyak terkenal pada mata pelajaran pilihan, aan tetapi mereka
lebih mempercayakan kuliah, membuat catatan, menguji fakta dan isi
buku, dan instruksi guru.
19
vi. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional .
Dibawah ini dijelaskan secara singkat perbedaan kedua model
tersebut dilihat dari konteks tertentu.
20
dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak
mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolute dan
final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.
21
menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian, tetapi lebih
ditujukan untuk membuat siswa berpikir untuk diri mereka sendiri,
meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan,
mereka turut mengambil bagian dalam proses mendapatkan
pengetahuan. Mengetahui adalah suatu proses bukan suatu produk.
Dengan demikian belajar dengan penemuan dapat diterapkan dalam
banyak mata pelajaran.
22
3. Hakikat Belajar
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hana mengingat, akan tetapi lebih luas
dari itu yaitu mengalami. Jadi belajar adalah suatu usaha atau perbuatan
yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis,
mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta
dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek
kejiwaan seperti intelejensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya.
23
antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses
pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi
pengetahuan materi pelajaran, tapi yang diutamakan adalah kemampuan
siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri ( Self regulated).
24
lama itu akan direstrukturisasi sehingga cocok dengan informasi baru
itu.
25
Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa dalam belajar sebenarnya
siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan informasi
dan pengalaman baru yang diperolehnya. Dengan demikian, guru
sebagai pengajar tidak semestinya menganggap siswa sebagai kumpulan
kertas yang kosong. Untuk mendukung terlaksananya pembelajaran
yang diharapkan melalui pandangan ini, diperlukan pemikiran yang
harus disadari oleh guru, antara lain:
26
4. Hakikat Hasil Belajar
Dalam melakukan kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang
melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-
informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan
penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adanya
pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar
mengajar maka siswa telah memahami suatu perubahan dari yang tidak
diketahui menjadi diketahui. Perubahan inilah yang disebut dengan hasil
belajar. Hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.
27
bergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku individu yang
bersangkutan terhadap yang dipelajari. Indikator hasil belajar
merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari
kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi
yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi
tersebut, yakni penilaian terhadap : (1) penguasaan materi akademik
(kognitif), (2) hasil belajar yang bersifat proses normatif (afektif),
aplikatif produktif (psikomotorik). Tipe belajar hasil kognitif meliputi
tipe belajar hasil pengetahuan hafalan (knowledge), tipe hasil belajar
pemahaman (comprehention), tipe hasil belajar penerapan (aplicationi),
tipe belajar hasil analisis (analysis), tipe belajar sintesis (synthesis) dan
tipe belajar evaluasi(evaluation). Tipe hasil belajar afektif berkenaan
dengan sikap dan nilai. Sedangkan tipe hasil belajar Dari bagan di atas
mencerminkan hasil belajar diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi
belajar atau tes dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya kegiatan
belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat bergantung dari pengetahuan
dan perubahan perilaku individu yang bersangkutan terhadap yang
dipelajari. Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian
kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar
kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk
mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian
terhadap : (1) penguasaan materi akademik (kognitif), (2) hasil belajar
yang bersifat proses normatif (afektif), aplikatif produktif
(psikomotorik)31. Tipe belajar hasil kognitif meliputi tipe belajar hasil
pengetahuan hafalan (knowledge), tipe hasil belajar pemahaman
(comprehention), tipe hasil belajar penerapan (aplicationi), tipe belajar
hasil analisis (analysis), tipe belajar sintesis (synthesis) dan tipe belajar
evaluasi(evaluation). Tipe hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap
dan nilai. Sedangkan tipe hasil belajar.
Jadi hasil belajar yang dilihat dari tes hasil belajar berupa
keterampilan pengetahuan integensi, kemampuan dan bakat individu
yang diperoleh di sekolah biasanya dicerminkan dalam bentuk nilai-
28
nilai tertentu. Tes bertujuan untuk membangkitkan motivasi siswa agar
dapat mengorganisasikan pelajaran dengan baik.
5. Pencemaran Lingkungan
Salah satu dampak dari adanya peningkatan jumlah populasi
manusia adalah munculnya masalah lingkungan, yaitu pencemaran. Ada
beberapa jenis pencemaran yang dapat terjadi di lingkungan kita, di
antaranya pencemaran udara, air dan tanah. Mari kita pelajari bersama.
a. Pencemaran udara
29
pencemaran udara dapat menyebabkan perubahan iklim yang tidak baik.
Dampak yang ditimbulkan antara lain terjadinya hujan asam, kerusakan
lapisan ozon dan berkurangnya jarak pandang karena kabut.asap.
b. Pencemaran air
Lihatlah sungai atau perairan di sekitarmu? Bagaimanakah
kondisinya? Masih bersih atau sudah kotorkah? Mengapa perairan itu
menjadi kotor? Darimanakah sumber pencemar itu? Sumber
pencemaran air di antaranya limbah pestisida pertanian, limbah rumah
tangga misalnya detergen, limbah industri dan sebagainya. Indikator
dasar yang menunjukkan air lingkungan telah tercemar adalah
perubahan fisik, perubahan kimia dan perubahan biologis. Perubahan
fisik meliputi warna, bau, rasa, suhu, endapan, koloid, bahan-bahan
terlarut. Perubahan kimia meliputi keasaman, kandungan oksigen,
kebutuhan oksigen, kandungan zat-zat kimia berbahaya. Perubahan
biologis meliputi adanya mikroorganisme indicator seperti populasi
bakteri Escheria coli, dan mikroorganisme patogen. Air yang belum
tercemar tidak berwarna, berbau, berasa, oksigen terlarutnya (DO:
Dissolved Oxygen) tinggi sedangkan kebutuhan oksigen (BOD:
Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand)
rendah. Terjadinya eutrofikasi (pertumbuhan yang berlebihan pada
ganggang) karena kandungan nitrat dan fosfat dan secara umum
merusak ekosistem air.
c. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah organik dan
an-organik dari rumah tangga, pasar, industri, pertanian, peternakan.
Pencemar tanah umumnya adalah limbah padat yang berupa sampah
nondegradable (tidak mudah terurai) seperti plastik dan pecahan gelas.
Tanah yang tercemar akan berkurang kesuburannya hingga menurun
fungsinya sebagai faktor produksi.
30
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan
ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai
hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai
diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya
nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.
Muh. Yusuf dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan
Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan CTL, menunjukan data
bahwa keaktifan mahasiswa mencatat kompetensi dasar yang menjadi
keharusan untuk dimiliki pada setiap pertemuan, keaktifan mahasiswa
mencatat indikator, keaktifan mahasiswa mencatat materi pokok yang
diterangkan dosen, keaktifan mahasiswa membaca buku agar memahami
pelajaran yang akan dibahas (construktivisme), keaktifan/keberanian dalam
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan,keaktifan mahasiswa
mahasiswa menyatakan pendapat tentang permasalahan yang sedang
dipelajari, keaktifan setiap kelompok menyimpulkan hasil diskusinya,
keaktifan dan ketepatan dalam mengerjakan tugas baik kelompok maupun
individual, didalam ruang kelas atau di luar kelas menunjukan grafik yang
meningkat dari setiap siklus.
Sudarman, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, FT Unnes dalam
penelitiannya “Pola Peningkatan Kualitas Pembelajaran Lingkungan Hidup
Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 9 Semarang Pada Pokok Bahasan
Pencemaran Lingkungan Melalui Pendekatan Kontekstual Berwawasan
Sets 1” Menyimpulkan bahwa, Dengan pendekatan kontekstual
berwawasan SETS, minat dan hasil belajar serta ketuntasan klasikal
meningkat. Selain itu menjadikan siswa memiliki wawasan yang lebih luas
tentang keterkaitan SETS itu sendiri dan mendorong siswa lebih aktif dan
kreatif. Hasil penelitian Kurniastuti Mahasiswa Pendidikan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
31
Semarang,menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL) pada
pokok bahasan ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII
SMP Negeri I Doro Kabupaten Pekalongan Tahun pelajaran 2004/2005. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata dari 69,12 dengan
ketuntasan belajar 62,50 % menjadi 85,91 dengan ketuntasan belajar 92,50
%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran pada pokok bahasan ekosistem dapat ditingkatkan dengan
menggunakan pendekatan kontekstual.
Nurdin dalam penelitian yang berjudul Implementasi Pendekatan CTL
dalam Meningkatkam Hasil Belajar, mengatakan bahwa pada pembejaran
kontekstual siswa tidak harus menghafal fakta-fakta yang hasilnya tidak
tahan lama, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa untuk
mengkonstruksikan pengetahuan mereka melalui keaktifan dalam proses
pembelajaran.
2.3 Kerangka Berpikir
Pada dasarnya pelajaran Biologi adalah mata pelajaran yang
menuntun siswa ke arah kesadaran kritis tentang bagaimana asal usul dan
pola serta tata cara mempertahankan lingkungan alam dengan mahluk yang
ada di dalamnya.Dengan demikian bukan hanya sekadar konsep yang
menjabarkan pengertian-pengertian dan merinci karakteristik hewan,
tumbuhan dan manusia. Akan tetapi biologi dengan kedalaman materi yang
dikandungnya memiliki makna tersendiri atas kesadaran berpikir manusia
bahwa manusia hanyalah bagian kecil dari mahluk ciptaan Tuhan.
Para siswa SMA Negeri 2 Komodo kls x MIA pada umumnya sudah
memiliki pemahaman tentang pencemaran lingkungan, dan konsep-konsep
dasar biologi. Para siswa dengan pemahaman agamanya telah mampu
mengintegrasikan antara ajaran agama dengan teori-teori biologi.
Namun pemahaman tersebut kurang diperhatikan oleh para guru mata
pelajaran biologi. Kebanyakan dari mereka hanya mengajarkan apa yang
dikatakan dalam buku teks tanpa mengkaitkannya dengan pemahaman awal
siswa atau dengan pengalaman dan pengetahuan yang sudah ada. Hal ini
menyebabkan pembelajaran biologi hanya sebagai kumpulan teori dan
32
cerita-cerita masa lalu yang harus dihafal oleh siswa, dan sudah barang tentu
apa yang mereka pelajari berorientasi kepada kemampuan menjawab soal-
soal ujian. Artinya, guru-guru biologi masih berkutat pada apa yang
dikatakan sebagai pencetak manusia-manusia yang hanya tahu teori namun
tidak tanggap terhadap fakta dan kenyataan yang berkembang dalam
kehidupan masyarakatnya serta keberlangsungan hidup mereka dengan
mahluk lain di alam ini.
Banyak siswa yang nilai biologinya mencapai predikat istimewa,
namun hampir tidak satupun dari mereka yang mampu menjawab
permasalahan riil yang terjadi di depan mata kepala mereka. Para siswa
tidak mampu menganalisis ataupun melakukan sintesa terhadap persoalan-
persoalan kehidupan yang sekarang ini tengah berlangsung. Akhirnya, ilmu
biologi hanyalah sekadar ilmu hafalan yang kosong atau gersang tanpa
makna.
Melihat kenyataan ini, para ahli pendidikan berupaya mencari dan
merumuskan kembali tentang tujuan, model, dan strategi pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah-sekolah modern. Salah satu model yang dimaksud
adalah CTL yang menekankan kemampuan peserta didik untuk
mengkonstruksi dan melakukan rekonstruksi terhadap pengetahuan serta
pengalaman yang mereka miliki dalam belajarnya. Model ini mengarahkan
siswa untuk memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
CTL memberikan ruang gerak kepada siswa untuk menyelami setiap
persoalan yang mereka hadapi, baik secara perorangan maupun kelompok
serta memberikan alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang mereka
hadapi. Proses CTL ini diawali dari pencermatan terhadap masalah,
mengidentifikasi masalah, merumuskan masalahnya, dan membuat dugan-
dugaan sementara terhadap masalah lalu kemudian membuat kesimpulan
berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan. Proses ini sangat erat
kaitannya dengan kerja ilmiah yang dilakukan oleh para ahli yang sedang
melakukan kajian-kajian ilmiah di sebuah laboratorium maupun lapangan
penelitian.
33
Proses pembelajaran semacam ini, tidak dijumpai dalam pembelajaran
langsung (konvensional), di mana peserta didik hanya dituntut untuk
mendengarkan, menghafal isi bacaan tanpa mampu membandingkannya
dengan pengetahuan awal maupun pengalaman-pengalaman yang dimiliki
oleh peserta didik. Permasalahan inilah yang kemudian menjadi fokus
tersendiri dalam penelitian ini. Yakni, melihat apakah hasil CTL yang
diyakini mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ini lebih
baik daripada pembelajaran yang dilaksanakan dengan pola-pola lama
(pembelajaran konvensional). Apabila digambarkan ke dalam sebuah
bagan, maka kerangka berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini mengikuti alur sebagai berikut:
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2019/2020
dimulai dari bulan April 2020.
a. Perencanaan (planning)
b. Tindakan (acting)
c. Pengamatan (observing)
d. Refleksi (reflecting)
35
2. Rancangan Siklus Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dalam 2 siklus. Setiap siklus
merupakan suatu alur proses kegiatan yang meliputi perencanaan
(Planning), pelaksanaan tindakan (Acting), pengamatan
(Observing), dan refleksi (reflecting). Sebelum kegiatan penelitian
dilaksanakan, sebelumnya perlu mengadakan persiapan-persiapan
yang nantinya akan diperlukan dalam kegiatan penelitian. Adapun
kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap persiapan ini adalah :
36
bertindak sebagai pengumpul data, menganalisis dan pelaporan hasil
penelitian. Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan
data, analis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.
f. Menyimpulkan materi
37
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu menerapkan
CTL yang mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran tentang materi
yang akan diajarkan.
3. Pengamatan
Pengamatan atau observasi terhadap penerapan CTL dilakukan pada
saat proses pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan
b. Membahas hasil evaluasi mengenai RPP, skenario, dan lain-lain
c. Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada hasil evaluasi, dan
digunakan untuk tahap berikutnya.
5. Keputusan
Kesimpulan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini apakah
akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya atau cukup pada siklus tertentu.
3.6 Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan.
Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian tindakan
kelas ini adalah setelah siswa mengalami pembelajaran dengan penerapan
CTL, siswa dapat meningkatkan hasil belajar, baik dari ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Selain itu diharapkan pula adanya kepedulian
siswa terhadap lingkungan sekitar.
3.7 Data dan Sumber Data
1. Jenis data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan
data kualitatif yang diperoleh dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil
observasi pembelajaran, evaluasi siswa, dan hasil belajar.
2. Cara Pengumpulan Data
Data hasil belajar diambil melalui evaluasi awal dan evaluasi
pembelajaran berupa tes.Data mengenai pelaksanaan pembelajaran saat
dilakukan tindakan akan dikumpulkan melalui lembar observasi kegiatan
guru dan siswa dalam pembelajaran kontekstual.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
38
a. Hasil pengamatan observer
b. Hasil tes evaluasi tertulis siswa kelas X MIA semester II.
a. Evaluasi tertulis
Evaluasi di gunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar
hasil belajar Biologi siswa pada materi pencemaran lingkungan , mengukur
keberhasilan dan efisiensi pembelajaran yang di lakukan serta seberapa jauh
siswa menyerap materi pelajaran yang telah disampaikan. Evaluasi ini
dilakukan pada akhir siklus setelah proses pembelajaran selesai.
b. Observasi
39
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan siswa secara langsung
yang berarti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap subjek yang
diteliti.
3.10 Teknik Pemeriksaan Kepercayaan
Uji coba dilakukan setelah perangkat tes disusun, untuk mengetahui
validitas, tingkat kesukaran soal, daya beda soal, dan reliabilitas. Setelah
perangkat tes diuji cobakan, langkah selanjutnya dilakukan analisis dengan
tujuan supaya instrumen yang dipakai untuk memperoleh data benar-benar
dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Analisis perangkat uji coba meliputi:
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan. Teknik uji coba validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji valid instrumen dengan menggunakan teknik
rumus korelasi. Dikatakan valid jika hasil perhitngan memperoleh koefisien
korelasi r yx ≥ rtabel
Rumus Product Moment dari Pearson:
Keterangan:
Y : skor total
40
Keterangan :
P = Tingkat kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata
“proporsi”. Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Keterangan:
41
PB = = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
D : negatif, semuanya tidak baik, jika semua butir soal yang mempunyai nilai
D negatif sebaiknya dibuang.
4. Reliabilitas
Reliabilitas adalah keajegan atau ketetapan. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil
yang tetap.
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga. Mencari reliabilitas instrument dengan menggunakan rumus
KR-20:
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal
p = proporsi siswa yang menjawab betul pada butir
q = proporsi siswa yang menjawab salah pada butir (1-p)
Vt = varians total
5. Uji N Gain
Untuk mengetahui peningkatan skor pre test dan posttest menggunakan
rumus Normalized Gain.
42
3.11 Analisis Data dan Interpretasi Data
Data yang terkumpul dianalisis secara diskriptis kualitatif yaitu
membandingkan hasil belajar sebelum tindakan dengan hasil belajar setelah
tindakan, dan kuantitatif untuk data pembelajaran. Analisis diskriptis kualitatif
memberikan gambaran sejelas-jelasnya tentang proses dan pelaksanaan
pembelajaran, serta berhubungan dengan prestasi hasil belajar siswa dari
ketiga aspek kemampuan siswa.
3.12 Pengembangan Perencanaan Tindakan
Untuk memperbaiki kekurangan hasil penelitian pada siklus awal,maka
dilanjutkan ke siklus kedua.
1. Perencanaan
Tahap perencanaan pada penelitian ini meliputi :
a. Menentukan pokok bahasan
b. Menentukan media yang tepat untuk pokok bahasan
c. Mengembangkan skenario pembelajaran
d. Menyiapkan instrument tes (tes essay, lembar observasi dan
kuesioner)
e. Membentuk kelompok siswa
f. Menyimpulkan materi
2. Tindakan
Tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu menerapkan CTL
yang mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran tentang materi yang
akan diajarkan.
3. Pengamatan
Pengamatan atau observasi terhadap penerapan CTL dilakukan pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
43
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan
5. Keputusan
Kesimpulan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini apakah
akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya atau cukup pada siklus tertentu.
44
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS 1
KOMPETENSI DASAR
4.11. Merumuskan gagasan
3.11. menganalisis data perubahan Pemecahan Masalah perubahan
lingkungan,penyebab dan lingkungan yang terjadi di
dampaknya bagi lingkungan lingkungan sekitar
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ( IPK )
3.11.1 Dengan merangkum dari berbagai 4.11.1 Dengan berdiskusi, siswa dapat
sumber, siswa dapat menentukan sampah/ limbah
mengidentifikasi kerusakan yang akan dibentuk daur ulang
lingkungan
4.11.2 Dengen berdiskusi, siswa dapat
3.11.2 Dengan merangkum dari berbagai merancang produk daur ulang
sumber, siswa dapat menjelaskan limbah yang mempunyai nilai jual
pencemaran lingkungan
4.11.3 Dengan berdiskusi, siswa dapat
3.11.3 Dengan merangkum dari berbagai membuat produk daur ulang
sumber, siswa dapat lumbah yang bernilai jual
melaksanakan percobaan
pengaruh pencemaran air 4.11.1 Dengan berdiskusi, siswa dapat
terhadap kelangsungan hidup mengkomunikasikan hasil produk
organisme yang telah dibuat
3.11.4 Dengan merangkum dari berbagai Dengan berdiskusi, siswa dapat membuat
rumusan tentang adaptasi dan mitigasi
sumber, siswa dapat
terhadap perubahan lingkungan.
mendeskripsikan pelestarian
lingkungan
45
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan CTL dan pendekatan saintifik menuntut
peserta didik untuk mengamati (membaca)dan menganalisis menganalisis data
perubahan lingkungan,penyebab dan dampaknya bagi lingkungan dengan
tepat dan benar. kemudian mempresentasikanya di depan kelas dengan rasa ingin
tahu, tanggung jawab, disiplin, bersikap jujur, santun, percaya diri dan pantang
menyerah, serta memiliki sikap responsif (berpikir kritis) dan pro-aktif ,kreatif, serta
mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik.
MATERI PEMBELAJARN
1. Materi Fakta
Banyak ekosistem terutama yang padat penduduknya, telah mengalami
perubahan keseimbangan lingkungan yang disebabkan oleh faktor buatan
manusia seperti pencemaran
46
yang langsung dibuang ke aliran sungai tanpa proses instalasi pengolahan limbah
mengancam puluhan hektar sawah, penyakit kulit, hingga penurunan kuantitas
listrik pada waduk sepanjang sungai Citarum.
Sumber: http://www.republika.co.id
1. Materi Konsep:
Berdasarkan tempat terjadinya, pencemaran dibedakan 4 macam:
pencemaran udara, air, tanah, dan suara.
Penyebab pencemaran udara: CO, NOX, CFC, O3, gas rumah kaca
(H2O, CO2, CH4, NO).
Penyebab pencemaran air: limbah domestik, industri, pertanian,
pertambangan.
Penyebab pencemaran tanah: penggunaan insektisida, fungisida,
herbisida, DDT, pupuk kimiawi secara berlebihan; limbah sulit
terurai, misalnya plastik, kaca, styrofoam, dan kaleng.
Penyebab pencemaran suara: suara dari mesin pabrik, lalu-lalang
kendaraan bermotor, pesawat terbang, ledakan mercon.
Penanganan Limbah
- Penanganan limbah cair: cubluk, tangki septik konvensional dan
biofilter, IPAL.
- Penanganan limbah padat: reuse, replacement, refusal, repair,
reconstruct, redurability, reduce, recycle, recovery.
- Penanganan limbah gas: filter udara, pengendap siklon dan
elektrostatik, filter basah.
- Penanganan limbah B3: reduksi, pengolahan dengan teknologi,
penimbunan, diekspor, penyimpanan dengan persetujuan
Bapedal.
3. Materi Prinsip:
Keseimbangan lingkungan bisa mengalami perubahan yang
disebabkan oleh faktor alami maupun faktor buatan manusia.
4. Materi Praktik:
Daur ulang kertas.
Pembuatan pupuk kompos
47
Pendekatan dan model pembelajaran
Pendahuluan
1. Guru memberikan 1. Siswa merespon
apersepsi dan pertanyaan guru.
motivasi dengan
bertanya kepada siswa
”apa yang terlintas
dalam pikiran kalian
ketika mendengar
Hutan Gundul? Apa
yang terjadi ketika
hutan gundul diguyur
hujan? Apa dampak
yang akan
terjadi?”(asas
bertanya)
2. Guru menjelaskan
bahwa materi hari ini 2. Siswa memperhatikan
adalah pencemaran materi yang
lingkungan. disampaikan oleh guru.
3. Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran 3. Siswa memperhatikan
hari ini, yaitu : penjelasan guru.
Menjelaskan
kegunaan hutan hujan
tropis. Menjelaskan
kerugian akibat
penebangan
hutan.Menjelaskan
usaha-usaha
mencegah dan
mengatasi kerusakan
lingkungan akibat
penebangan hutan.
48
4. Guru menjelaskan
tentang model 4. Siswa memperhatikan
pembelajaran CTL. penjelasan guru.
Eksplorasi :
1. Guru membimbing Siswa membentuk
siswa untuk kelompok diskusi.
membentuk
kelompok diskusi
secara heterogen
yang terdiri dari 4-5
orang dengan
intelegensi yang
berbeda, dan
masing-masing
49
anggota kelompok
mempunyai peran
masing-masing.
(asas masyarakat
belajar)
2. Guru membimbing Siswa membaca literatur
siswa untuk bersama kelompok.
mempelajari
literatur bersama
kelompok.
Elaborasi :
1. Guru memberikan Siswa menjawab
LKS 1 tentang pertanyaan yang sudah
penebangan hutan dan mereka dapat dari LKS
hutan gundul. (asas tersebut.
konstruktivisme)
2. Guru membimbing
siswa untuk Siswa berdiskusi dengan
berdiskusi dengan kelompok
kelompok dalam
mengisi LKS 1 dan
memastikan tiap
anggota dari masing-
masing kelompok
dapat mengetahui dan
menguasai konsep
dari soal-soal LKPD 1
yang dikerjakan
bersama.
Konfirmasi :
1. Guru memberikan Siswa dari kelompok lain
skor dari tiap jawaban merevisi atau menyanggah
kelompok. (asas jawaban dari kelompok lain
penilaian jika salah.
sebenarnya)
50
2. Guru memberi Siswa menyimak
penguatan dan sedikit penjelasan guru.
tentang materi yang
baru saja dipelajari.
SUMBER BELAJAR
51
Lampiran 2
KOMPETENSI DASAR
4.11. Merumuskan gagasan
3.11. menganalisis data perubahan Pemecahan Masalah perubahan
lingkungan,penyebab dan lingkungan yang terjadi di
dampaknya bagi lingkungan lingkungan sekitar
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ( IPK )
3.11.6 Dengan merangkum dari berbagai 4.11.4 Dengan berdiskusi, siswa dapat
sumber, siswa dapat menentukan sampah/ limbah
mengidentifikasi kerusakan yang akan dibentuk daur ulang
lingkungan
4.11.5 Dengen berdiskusi, siswa dapat
3.11.7 Dengan merangkum dari berbagai merancang produk daur ulang
sumber, siswa dapat menjelaskan limbah yang mempunyai nilai jual
pencemaran lingkungan
4.11.6 Dengan berdiskusi, siswa dapat
3.11.8 Dengan merangkum dari berbagai membuat produk daur ulang
sumber, siswa dapat lumbah yang bernilai jual
melaksanakan percobaan
pengaruh pencemaran air 4.11.2 Dengan berdiskusi, siswa dapat
terhadap kelangsungan hidup mengkomunikasikan hasil produk
organisme yang telah dibuat
3.11.9 Dengan merangkum dari berbagai Dengan berdiskusi, siswa dapat membuat
rumusan tentang adaptasi dan mitigasi
sumber, siswa dapat
terhadap perubahan lingkungan.
mendeskripsikan pelestarian
lingkungan
52
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan CTL dan pendekatan saintifik menuntut
peserta didik untuk mengamati (membaca)dan menganalisis menganalisis data
perubahan lingkungan,penyebab dan dampaknya bagi lingkungan dengan
tepat dan benar. kemudian mempresentasikanya di depan kelas dengan rasa ingin
tahu, tanggung jawab, disiplin, bersikap jujur, santun, percaya diri dan pantang
menyerah, serta memiliki sikap responsif (berpikir kritis) dan pro-aktif ,kreatif, serta
mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik.
MATERI PEMBELAJARN
2. Materi Fakta
Banyak ekosistem terutama yang padat penduduknya, telah mengalami
perubahan keseimbangan lingkungan yang disebabkan oleh faktor buatan
manusia seperti pencemaran
53
mengalami kondisi terparah dari pencemaran limbah tujuh pabrik di sekitar
kawasan Balekambang. “Banyak pipa-pipa saluran limbah yang bocor ke areal
sawah, tak jarang banyak padi yang rusak,” ujar Ojang (60 tahun), warga
Balekambang. Air sumur juga kotor mengakibatkan penyakit gatal dan diare.
Sumber: http://www.republika.co.i
3. Materi Konsep:
Berdasarkan tempat terjadinya, pencemaran dibedakan 4 macam:
pencemaran udara, air, tanah, dan suara.
Penyebab pencemaran udara: CO, NOX, CFC, O3, gas rumah kaca
(H2O, CO2, CH4, NO).
Penyebab pencemaran air: limbah domestik, industri, pertanian,
pertambangan.
Penyebab pencemaran tanah: penggunaan insektisida, fungisida,
herbisida, DDT, pupuk kimiawi secara berlebihan; limbah sulit
terurai, misalnya plastik, kaca, styrofoam, dan kaleng.
Penyebab pencemaran suara: suara dari mesin pabrik, lalu-lalang
kendaraan bermotor, pesawat terbang, ledakan mercon.
Penanganan Limbah
- Penanganan limbah cair: cubluk, tangki septik konvensional dan
biofilter, IPAL.
- Penanganan limbah padat: reuse, replacement, refusal, repair,
reconstruct, redurability, reduce, recycle, recovery.
- Penanganan limbah gas: filter udara, pengendap siklon dan
elektrostatik, filter basah.
- Penanganan limbah B3: reduksi, pengolahan dengan teknologi,
penimbunan, diekspor, penyimpanan dengan persetujuan
Bapedal.
5. Materi Prinsip:
Keseimbangan lingkungan bisa mengalami perubahan yang
disebabkan oleh faktor alami maupun faktor buatan manusia.
6. Materi Praktik:
Daur ulang kertas.
Pembuatan pupuk kompos
54
Tahapan Kegiatan Alokasi
Kegiatan Waktu
Guru Siswa
55
Eksplorasi :
1. Guru membimbing
siswa untuk Siswa membentuk
membentuk kelompok kelompok diskusi.
diskusi secara
heterogen yang terdiri
dari 4-5 orang dengan
intelegensi yang
berbeda, dan masing-
masing anggota
kelompok mempunyai
peran masing-masing.
(asas masyarakat
belajar)
2. Guru membimbing Siswa membaca literatur
siswa untuk bersama kelompok.
mempelajari literatur
bersama kelompok.
Elaborasi :
1. guru memberikan LKS ,
tentang pencemaran air Siswa berdiskusi dengan
(asas konstruktivisme) kelompok
56
Konfirmasi :
Guru memberikan skor
dari tiap jawaban
kelompok. (asas
penilaian sebenarnya)
Guru memberi
penguatan dan sedikit
Siswa menyimak
tentang materi penjelasan guru.
yang baru saja dipelajari.
Penutup
Guru membimbing siswa Siswa memberikan
untuk memberi kesimpulan kesimpulan.
tentang materi yang telah
dipelajari hari ini.
SUMBER BELAJAR
57