Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
A. Vertikultur
Vertikultur adalah salah satu contoh urban farming yang diartikan sebagai teknik
budidaya tanaman secara vertikal dengan penanaman dilakukan secara bertingkat untuk
memaksimalkan penggunaan lahan dalam menghasilkan tanaman. Pemanfaatan teknik
vertikultur memungkinkan untuk berkebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien.
Dalam budidaya tanaman secara vertikultur salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
menentukan jumlah populasi tanaman atau menentukan jarak tanam dalam satu areal
penanaman karena jumlah populasi dapat mempengaruhi produksi tanaman. Selain
menentukan populasi tanaman, dalam budidaya sayuran dengan sistem vertikultur neraca
unsur hara sangat penting dalam menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman (Andoko,
2004).
Pertanian dengan menggunakan sistem vertikultur merupakan solusi atau jawaban
bagi yang berminat dalam budidaya tanaman namun memiliki ruang atau lahan sangat
terbatas. Kelebihan sistem pertanian vertikultur antara lain: (1) efisiensi dalam penggunaan
lahan, (2) penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, (3) dapat dipindahkan dengan
mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, dan (4) mudah dalam hal
monitoring/pemeliharaan tanaman. Namun demikian, sistem budidaya vertikultur juga
memiliki kelemahan, yaitu: (1) investasi awal cukup tinggi dan (2) sistem penyiraman
harus kontinyu serta memerlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai
alat bantu penyiraman. Disamping banyaknya nilai kelebihan, teknik vertikultur memiliki
beberapa kelemahan yakni investasi atau biaya awal yang diperlukan cukup tinggi
(Andoko, 2004).
Bentuk atau susunan vertikultur tentunya harus disesuaikan dengan morfologi
tanaman agar semua tanaman memperoleh sinar matahari (Lubis,2004). Selanjutnya
disebutkan, bahwa pada umumnya jenis tanaman yang digunakan atau dibudidayakan
dalam teknik vertikultur adalah tanaman sayuran semusim dengan tinggi maksimal 1
meter. Sayuran menjadi penting dalam kebutuhan pangan penduduk karena menjadi salah
satu penyedia gizi berupa serat, vitamin, mineral, dan zat lain-lainnya yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia (Purwanto, 2012).
Dalam budidaya sistem vertikultur banyak jenis tanaman yang dapat di tanam.
Beberapa diantaranya misalnya adalah: a) tanaman sayuran semusim (sawi, selada, kubis,
wortel, tomat, terong, cabai, kangkung, dan lain-lainnya), b) tanaman bunga seperti
anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dan c) tanaman obat-obatan. Sistem
pertanian kota dengan ketersediaan lahan yang sempit dapat ditempuh dengan usaha
mengembangkan teknologi pertanian yang hemat lahan. Sistem pertanian vertikal yang
diharapkan dapat meningkatkan panen radiasi surya yang melimpah, selain itu juga
efisiensi dalam penggunaan lahan dan air.Budidaya tanaman dengan sistem vertikultur
dapat menghemat air sampai tiga kali. Kenaikan tuntutan penduduk atas industry
menyebabkan penggunaan lahan peertanian yang produktif beralih fungsi menjadi sentra
industri sehingga perlu dilakukan ekstensifikasi untuk memperoleh lahan pertanian baru
(Purwanto, 2012).
1. Bentuk-Bentuk Vertikultur
Pertanian dengan teknologi vertikultur dapat menerapkan beberapa model, tinggal
disesuaikan dengan bahan yang tersedia, kondisi dan keinginan. Bahan yang dapat
digunakan seperti bambu, pipa paralon, pot, terpal, kaleng bekas, bahkan lembaran
pembungkus semen atau karung beras pun bisa. Intinya wadah yang bisa ditempati
menanam dengan baik dan juga memberikan nilai stetika. Beberapa model teknologi
vertikultur yang dapat diterapkan adalah (Widarto, 1996) :
a. Vertiminaponik
Vertiminaponik merupakan kombinasi antara system budidaya sayuran
secara vertical berbasis pot talang plastik dengan aquaponik (budidaya ikan) atau
dengan kata lain integrasi antara budidaya sayuran dengan ternak ikan. Media
tanam yang digunakan adalah batu zeolit dan kompos.
b. Walkaponik
Walkapponik merupakan system budidaya sayuran yang juga
diintegrasikan dengan ternak ikan. Prinsip dari walkaponik sama dengan
vertiminaponik, yang membedakan adalah system budidaya sayuran yang
menggunakan pot-pot dan disusun sedemikian rupa membentuk taman vertical,
sehingga disebut walkaponik yang berasal dari kata wall gardening dan aquaponik.
Media tanam yang digunakan adalah batu zeolit dan kompos.
2. Media Tanam
Media tanam adalah komponen utama dalam menunjang pertumbuhan tanaman.
Bagi tanaman, media tanam memiliki banyak peran seperti sebagai tempat bertumpu
agar tanaman tetap tumbuh tegak. Di dalam media tanam terkandung air, hara, dan
udara yang diperlukan oleh tanaman, selain itu media tanam juga berfungsi untuk
menjaga kelembaban daerah di sekitar akar, penyedia udara yang cukup dan dapat
menahan ketersediaan unsur hara (Purwanto, 2012). Untuk itulah diperlukan media
tanam yang sesuai untuk diterapkan dalam teknik vertikultur. Media dapat berupa
media cair maupun padat seperti kompos, pasir, sekam, dan tanah. Di beberapa negara
maju, penggunaan vertikultur telah dipadukan dengan sistem hidroponik maupun
aeroponik. Media tanam dapat ditampung dalam kaleng-kaleng, paralon PVC, bambu,
atau papan kayu yang disusun secara bertingkat (Litbang, 2006).
3. Jenis Tanaman Budidaya
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan wadah yang tersedia
atau kemampuan wadah dalam menyiapkan media untuk kebutuhan tanaman yang akan
ditanam. Dengan teknologi vertikultur ini kita bisa menanam berbagai jenis tanaman
misalnya seledri, cabai, terong, bawang kucai, mentimun, seladah, bawang merah,
tomat, kemangi, sawi, bayam, kangkung dan berbagai jenis sayuran lainnya yang
penting tanaman jenis kecil dengan perakaran pendek.
Andoko, Agus. 2004. Budi Daya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik.
Penebar Swadaya. Jakarta
Purwanto, W. 2012. Budidaya Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya. Jakarta.
Widarto, L. 1996. Vertikultur Bercocok Tanam Secara Bertingkat. PT Penebar
Swadaya. Jakarta
Badan Litbang Pertanian. 2006. http://sulbar.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-
teknologi/367-teknologi-vertikultur-sebagai-solusi-bertani-dilahan-sempit.
Teknologi Vertikultur Sebagai Solusi Bertani dilahan Sempit. Diakses pada
tanggal 22 November 2019.