Tipus Alelopati PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Alelopati
Alelopati istilah dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita). Menurut
Molisch, alelopati merupakan interaksi biokimiawi secara timbal balik, yakni yang
bersifat penghambat maupun perangsang antara semua jenis tumbuhan termasuk
mikroorganisme (Rice, 1984). Sedangkan menurut (Soetikno, 1990), Alelopati
adalah pelepasan senyawa yang bersifat toxsic sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman disekitarnya, dan senyawa yang bersifat alelopati disebut
alelokimia. Beberapa bagian dari senyawa alelopati berperan sebagai menghambat
pembelahan sel-sel akar, menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi
pembesaran sel, menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein,
menghambat aktivitas enzim, serta menurunkan daya permeabilitas membran pada
sel tumbuhan.
Efek yang timbul penghambatan senyawa alelopati pada organisme target bisa
terjadi secara langsung maupun tidak langsung, tapi bagaimana penghambatan
terjadi di alam belum bisa diketahui secara pasti. Dikarenakan terdapat faktor lain
selain alelokimia yang bisa menghambat pertumbuhan diantaranya kompetisi,
faktor biotik, dan abiotik (Junaedi, 2006).
Senyawa alelokimia yang dilepaskan ke sebuah lingkungan melalui volatilasi
(untuk atsiri), eksudasi akar, basuhan daun atau hasil dekomposisi residu
tumbuhan, bisa berupa terpenoida, juglone, alkaloida dan fenol (Stowe, 1983).
Tanaman berkayu yang dilaporkan bersifat alelopati antara lain: Acasia sp,
Albizzia lebbeck, Eucalyptus sp, Grewia optiva, Glirycidia sepium, Leucaena
leucocephala, Moringa oleifera, Populus deltoides, Abies balsamea, Picea
mariana, Pinus divaricata, P. recinosa, dan Thuja occidentalis. Senyawa alelopati
dari tanaman berkayu bisa dimanfaatkan dalam pertanaman sistem wanatani
(agroforestry), serta dalam pengendalian gulma, patogen, ataupun hama. Alelopati
pada sistem wanatani dimanfaatkan sebagai strategi pengurangan keragaman
vegetasi di bawah (Singh, Batish, & Kohli, 2001).

B. Sumber Senyawa Alelopati


Senyawa alelopati kemungkinan besar dihasilkan oleh, tanaman pangan, dan
hortikultura (semusim), tanaman berkayu, residu dari tanaman dan gulma, serta
mikroorganisme. Alelopati dari tanaman dan gulma dapat dikeluarkan dalam
bentuk eksudat dari akar dan serbuk sari, luruhan organ (decomposition), senyawa
yang menguap (volatile) dari daun, batang, dan akar, serta melalui pencucian
(leaching) dari organ bagian luar (Junaedi, 2006)
Senyawa alelopati yang bersifat racun dapat terjadi melalui beberapa cara
yaitu diantaranya eksudasi dari akar, larut dari daun segar melalui air hujan atau
embun, larut dari serasah yang telah terdekomposisi dan transformasi dari
mikroorganisme tanah. Umumnya konsentrasi senyawa alelopati yang berasal dari
daun segar jauh lebih rendah dibandingkan dari serasah yang telah terdekomposisi
(Junaedi, 2006)
Hasil dari metabolit sekunder seperti senyawa phenol, alkaloid, terpenoid,
asam lemak, steroid dan polyacetylene berfungsi sebagai alelokimia. Zat-zat
alelopati suatu tanaman paling banyak berlokalisasi di daun. Pelepasan zat
alelopati ke lingkungan secara alamiah terjadi melalui peristiwa eksudasi akar,
basuhan batang dan daun oleh air hujan. Pelepasan atau penarikan zat aktif juga
dapat dilakukan dengan cara ekstraksi, dengan air atau pelarut organik lain yang
sesuai. Teknik paling sederhana adalah dengan cara merendam atau dengan
pemanasan (Singh, Batish, & Kohli, 2001)
Senyawa dari metabolit sekunder seperti fenolik, terpenoid, alkaloid, steroid,
poliasetilena, dan minyak esensial diketahui juga memiliki aktivitas alelopati.
Metabolit primer tertentu juga memiliki peranan dalam alelopati, seperti asam
palmitat dan stearat, tetapi umumnya senyawa alelopati termasuk ke dalam
golongan metabolit sekunder. Senyawa fenolik dengan kelarutan dalam air tinggi
diketahui memiliki aktivitas alelopati yang rendah. Sebaliknya, senyawa fenolik
dengan kelarutan dalam air rendah memiliki aktivitas alelopati yang tinggi (Rice,
1984).

C. Gulma Yang Berpotensi Sebagai Alelopati


Senyawa–senyawa kimia yang berpotensi sebagai alelopati dapat ditemukan
pada setiap organ tumbuhan yakni pada daun, akar, batang, rhizom, buah biji dan
umbi,serta bagian-bagian tumbuhan yang membusuk (Wijaya, 1998).
Jenis-jenis gulma yang berpotensi mengeluarkan senyawa alelopati adalah
cukup banyak jumlahnya. Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma
didalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman pangan ataupun dalam
pola-pola penguasaan di habitat dalam melalui eksudat yang dikeluarkannya, yang
tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organnya
yang telah mati. Beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk
Agropuran repens, Cirsium arvense, Sorgum halepens, Ciperus khususnya melalui
rotundus, dan Imperata cylindrical, mempunyai pengaruh terhadap alelopati,
khususnya melalui senyawa beracun yang dikeluarkan dari organnya yang telah
mati. Isolasi senyawa kimia dari jenis-jenis gulma ini masih diperlukan untuk
membuktikan hasil pengamatan dilapangan. Sebagai contohnya: Sejatinya, semua
ekstrak tumbuhan dalam konsentrasi yang lumayan tinggi akan bersifat racun
tetapi belum berarti mempunyai alelopati (Wijaya, 1998).
Contoh gulma yang berpotensi mengeluarkan senyawa alelopati dan tumbuh
pada pertanaman jagung ialah ilalang (Imperata cylindrica L), adalah gulma
tahunan yang hidupnya bisa mencapai 2 tahunan dan mungkin dalam
kenyataannya hampir tidak terbatas. Bandotan (Ageratum conyzoides L) termasuk
family Asteraceae. Tumbuhan ini mampu tumbuh pada ketinggian tempat 1-2.100
meter dpl, dapat tumbuh di sawah-sawah, ladang, semak belukar, halaman kebun,
tepi jalan, tanggul dan tepi air (Izah, 2009).
Tanaman Akasia tersebut diduga mengandung allelopati juga karena biasanya
di lingkungan sekitar tumbuhan tidak ditemukan tumbuhan yang lain. Tumbuhan
mempunyai alasan di dalam menghasilkan allelopat. Salah satunya adalah untuk
mempertahankan hidup dengan mengurangi pesaing di dalam mendapatkan unsur
hara. Sehingga dia mengeluarkan suatu zat yang bisa mengganggu metabolisme
tumbuhan pesaing bahkan ada yang sampai menyebabkan kematian. Hal ini
merupakan salah satu cara tumbuhan tersebut untuk memepertahankan hidupnya
(Izah, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Izah, L. (2009). Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma Terhadap Perkecambahan


Biji Jagung. Malang : UIN.
Junaedi, A. M. (2006). Ulasan Perkembangan Terkini Kajian Alelopati (Current
Research Status of Allelopathy). Jurnal Hayati, 13(1), 79-84.
Rice, E. L. (1984). Allelopathy. Second Edition. Academic.
Singh, H. P., Batish, D. R., & Kohli, R. K. (2001). Allelopathy in Agroecosystems: an
overview. Prod 4 : 1-41: J. Crop.
Soetikno. (1990). Ekologi Gulma. Yogyakarta: Kanisius.
Stowe, L. G. (1983). The Role of Toxin in Plant Interaction. New York: Marcel
Dekker Inc.
Wijaya, F. H. (1998). Pemanfatan Alelopati Pada Rimpang Alamg-Alang Sebagai
Herbisida Organik Pengendali Gulma Teki. Magelang: SMU Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai