Makalah Munasabah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MUNASABAH AL-QUR'AN

MAKALAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Qur’an

Dosen Pengampu: Yuliana Desi Rahmawati S. Th.I,M.Ag

Disusun oleh:

NURUL FUAD (933516319)

ANI RAHMAWATI (933516419)

M.MAULA SHOFFUL ABABIL CHOIR (933516219)

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) KEDIRI


TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kediri, 13 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
A. Latar belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
C. Tujuan makalah ........................................................................................................................ 1
BAB II .................................................................................................................................................... 2
A. Pengertian Munasabah ............................................................................................................. 2
B. Macam-macam Munasabah Al-Qur’an .................................................................................. 3
1. Persesuaian yang nyata (zahir al-Irtibat) .............................................................................. 3
2. Persambungan yang tidak jelas (khaafiyyu al-Irtibath) ....................................................... 3
C. Bentuk-Bentuk Munasabah Al-Qur’an .................................................................................. 3
1. Munasabah antara surat dengan surat sebelumnya .......................................................... 3
2. Munasabah antara nama surat dengan isi atau tujuan surah .......................................... 4
3. Hubungan antara fawatih as-suwar (ayat pertama yang terdiri dari beberapa huruf)
dengan isi surah............................................................................................................................. 4
4. Hubungan antara ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surah ....................... 4
5. Hubungan Ayat dengan Ayat Berikutnya .......................................................................... 4
6. Hubungan Penutup Satu Surat dengan Mukaddimah Surat Berikutnya. ...................... 5
7. Munasabah Antara Penutup Ayat dengan Isi Ayat Itu Sendiri ....................................... 5
D. URGENSI DAN MANFAAT MEMPELAJARI MUNASABAH ......................................... 6
BAB III................................................................................................................................................... 7
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSAKA .............................................................................................................................. 7
BAB I
PENDALUHUAN

A. Latar belakang

Al-Qur’ân adalah kitab pedoman umat islam yang berisi petunjuk dan tuntunan untuk
mengatur kehidupan di dunia maupun di akhirat. Sebagai pedoman tentunya al-Qur’ân harus
dipahami terlebih dahulu, baru kemudian diamalkan. Upaya pemahaman al-Qur’ân tersebut
dapat dilakukan berbagai cara, Salah satunya dalam ilmu “munasabah”. Istilah tersebut
mungkin terdengar asing untuk kalangan awam, ataupun akademisi yang tidak berkecimpung
di dunia ulum al-Qur’an. Hal ini tentulah sangat disayangkan mengingat betapa besarnya
peran munasabah dalam penafsiran al-Qur’an.
Selama ini, kebanyakan orang lebih mengenal “asbab an-Nuzul” daripada “munasabah”.
Padahal, dengan mengetahui sebab-sebab turunnya saja, para mufassir (ahli tafsir) masih
mendapat kesulitan dalam menemukan tafsiran yang tepat mengenai suatu ayat atau surat
dalam al-Qur’an. Dengan mengetahui munasabah dalam al-Qur’an, seseorang akan lebih
mudah mengetahui maksud dari suatu ayat ataupun surat dalam al-Qur’an.Hubungan antara
ayat ataupun surat dalam al-Qur’an tentulah tidak disususn secara sembarangan karena setiap
penyusunan dalam al-Qur’an memiliki makna yang saling berkaitan dan sangat membantu
dalam penafsiran al-Qur’an.
Kami akan menjelaskan “munasabah” lebih rinci dalam makalah sederhana ini dengan
berpatokan pada beberapa pembahasan yang sesuai dengan Rumusan Masalah dalam
makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Munasabah al-Qur’an?
2. Apa saja macam-macam Munasabah al-Qur’an?
3. Bagaimana bentuk-bentuk Munasabah al-Qur’an?
4. Apa Urgensi mempelajari Munasabahal-Qur’an?
C. Tujuan makalah
1. Untuk mengetahui pengertian Munasabah al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui macam-macam Munasabah al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Munasabah al-Qur’an.
4. Untuk mengetahui manfaat pembelajaran Munasabah al-Qur’an

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Munasabah

Munasabah berasal dari bahasa Arab yang mengandung pengertian “kesesuaian”,


“kedekatan”, hubungan atau “korelasi”. Jika dikatakan “Ahmad yunâsibu dengan Zaid”
maka maksudnya adalah bahwa “Ahmad menyerupai Zaid dalam bentuk fisik dan sifat”.
Jika keduanya munâsabah dalam pengertian saling terkait, maka namanya kerabat
(qarabah). Imam az-Zarkasyi sendiri memaknai munâsabah sebagai ilmu yang
mengaitkan pada bagian-bagian permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafadz umum
dan lafadz khusus, atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, ‘illat dan
ma’lul, kemiripan ayat, pertentangan (ta’arudh) dan sebagainya. Lebih lanjut dia
mengatakan, bahwa keguanaan ilmu ini adalah “menjadikan bagian-bagian kalam saling
berkait sehingga penyusunannya menjadi seperti bangunan yang kokoh yang
bagianbagiannya tersusun harmonis.
Dengan demikian, secara bahasa munasabah dapat dipahami sebagai sebuah
kesesuaian antara satu hal dengan hal yang lain. Dengan kata lain, munasabah ada di
antara dua hal, baik berupa benda yang berwujud maupun hal yang abstrak seperti sifat,
karakteristik, pesan, maksud dan lain-lain. Adapun munâsabah dalam teori Studi Ilmu-
Ilmu Al Qur’an dipahami sebagai segi-segi hubungan antara satu kalimat dengan kalimat
yang lain dalam satu ayat; antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam banyak ayat;
atau antara satu surat dengan surat yang lain. Pemahaman tentang munâsabah ini
dimaksudkan untuk memahami keserasian antar makna, mukjizat Al Qur’an secara
retorik, kejelasan keterangannya, keteraturan susunan kalimatnya dan keindahan gaya
bahasanya.1 Imam az-Zarkasyi sendiri memaknai munâsabah sebagai ilmu yang
mengaitkan pada bagian-bagian permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafadz umum
dan lafadz khusus, atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, ‘illat dan
ma’lul, kemiripan ayat, pertentangan (ta’arudh) dan sebagainya2

1
Al-Imam Badr ad-Dîn Muhammad ibn ‘Abdillâh Al-Zarkasyi, Al-Burhân fî ‘Ulûm al-Qur’ân
Jilid I (Dâr al-Fikr, Bairût :1988), hal. 35
2
Al-Imam Badr ad-Dîn Muhammad ibn ‘Abdillâh Al-Zarkasyi, Al-Burhân fî ‘Ulûm al-Qur’ân
Jilid I (Dâr al-Fikr, Bairût :1988), hal. 35
B. Macam-macam Munasabah Al-Qur’an

Jika di tinjau dari segi sifat munasabah atau keadaan persesuaian dan persambungannya,
maka munasabah itu ada dua macam sebagai berikut:

1. Persesuaian yang nyata (zahir al-Irtibat)

Yaitu yang persambungan atau persesuaian antara bagian al-Qur’an yang satu dengan
yang lain tampak jelas dan kuat, karena kaitan kalimat yang satu dengan yang lain erat
sekali, sehingga yang satu tidak bisa menjadi kalimat yang sempurna, jika di pisahkan
dengan kalimat yang lain. Maka deretan beberapa ayat yang menerangkan sesuatu materi itu
kadang-kadang ayat yang satu berupa penguat, penafsir, penyambung, penjelas,
pengecualian atau pembatasan dari ayat yang lain, sehingga semua ayat-ayat tersebut tampak
sebagai satu kesatuan yang sama.

2. Persambungan yang tidak jelas (khaafiyyu al-Irtibath)

Samarnya persesuaian antara bagian al-Qur’an dengan yang lain, sehingga tidak tampak
adanya pertalian untuk keduanya, bahkan seolah-olah masing-masing ayat/surah itu berdiri
sendiri-sendiri, baik karena ayat yang satu itu diathafkan kepada yang lain, atau karena yang
satu bertentangan dengan yang lain. Contoh: seperti hubungan antara ayat 189 surah al-
Baqarah dengat ayat 190 surah al-Baqarah.3

C. Bentuk-Bentuk Munasabah Al-Qur’an

Jika ditinjau dari segi materinya dalam al-Qur’an sekurang-kurangngya terdapat tujuh
macam munasabah, yaitu:

1. Munasabah antara surat dengan surat sebelumnya


Satu surah berfungsi menjelaskan surah sebelumnya,
contoh, di dalam Q.S. Al-Fatihah ayat 6 :
َ ُ َ َ ‫َ ر‬
‫المست ِقيم‬ ‫اهدنا الِّصاط‬
ِ
“tunjukilah kami kejalan yang lurus”
Lalu dijelsakan di surah al-Baqarah, bahwa jalan yang lurus itu ialah mengikuti
petunjuk al-Qur’an4

Abdul jalal , ‘ulum al-Qur’an. 155-157


3

M.Qurash Shihab, Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an, (Jakata Pustaka Firdaus, 1999), 75
4
2. Munasabah antara nama surat dengan isi atau tujuan surah
Nama-nama surah biasanya diambil dari suatu masalah pokok di dalam satu
surah,misalnya Q.S.an-Nisa’ (perempuan) karena di dalamnya banyak menceritakan tentang
persoalan perempuan.

3. Hubungan antara fawatih as-suwar (ayat pertama yang terdiri dari beberapa
huruf) dengan isi surah
Hubungan fawatih as-suwar dengan isi surahnya bisa dilacak dari jumlah huruf-huruf
yang dijadikan sebagai fawatih as-suwar. Misalnya jumlah huruf alif, lam, dan mim pada
surah-surah yang dimulai dengan alif-lam-mim semuanya dapat dibagi 19 (Sembilan belas)

4. Hubungan antara ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surah
Misalnya Q.S Al-Mu’minun: )1( ‫قَ ْد أ َ ْفلَ َح ا ْل ُمؤْ ِمنُون‬

“sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”


kemudian di bagian akhir surat ayat 117 ditemukan kalimat;
)117( ‫ع َم َع هللاِ إِ ٰلها آ َخ َربُ ْرهانَ لَهُ ِب ِه فَ ِإنَّما ِحسابُهُ ِع ْن َد َر ِب ِه إِنَّهُ ال يُف ِل ُح ا ْلكافِ ُرون‬
ُ ‫َو َم ْن يَ ْد‬

“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada
suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak beruntung”

5. Hubungan Ayat dengan Ayat Berikutnya


Munasabah antar ayat ini dijumpai dalam contoh pada QS. al-Baqarah : 45-46
terdapat kata “al-khasyi’in” yang kemudian di jelaskan pada ayat berikutnya yang
memberi informasi tentang maksud dari kata “al-khasyi’in” tersebut:

}45{ َ‫علَى ٱ ْل ٰ َخ ِشعِين‬


َ ‫يرة ٌ إِ ََّّل‬
َ ِ‫صلَ ٰوةِ ۚ َوإِنَّ َها لَ َكب‬
َّ ‫صب ِْر َوٱل‬ ۟ ُ‫َوٱ ْست َ ِعين‬
َّ ‫وا بِٱل‬

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.”

۟ ُ‫ظنُّونَ أَنَّ ُهم ُّم ٰلَق‬


}46{ َ‫وا َر ِب ِه ْم َوأَنَّ ُه ْم ِإلَ ْي ِه ٰ َر ِجعُون‬ ُ َ‫ٱلَّذِينَ ي‬

“Orangorang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa
mereka akan kembali kepada-Nya.”
6. Hubungan Penutup Satu Surat dengan Mukaddimah Surat Berikutnya.

Misalnya permulaan surat Al-Hadid : 1dengan penutupan surat Al-Waqi’ah : 96


memiliki relevansi yang jelas, yakni keserasian dan hubungan dengan tasbih

‫س ِبحْ بِٱس ِْم َر ِبكَ ْٱل َع ِظ ِيم‬


َ َ‫ف‬

“Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.”

Lalu dengan ayat berikutnya,

‫يز ٱ ْل َح ِكي ُم‬


ُ ‫ض ۖ َو ُه َو ْٱلعَ ِز‬
ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬
ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬
َّ ‫سبَّ َح ِ َّّلِلِ َما فِى ٱل‬
َ
“Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah
(menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ”
(QS. al-Hadid :1)5

7. Munasabah Antara Penutup Ayat dengan Isi Ayat Itu Sendiri

Munasabah pada bagian ini, Imam al-Sayuthi menyebut empat bentuk yaitu al-Tamkin
(mengukuhkan isi ayat), al-Tashdir (memberikan sandaran isi ayat pada sumbernya), al-
Tawsyih (mempertajam relevansi makna) dan al-Ighal (tambahan penjelasan). Sebagai
contoh:

‫فتبارك هللا احسن الخالقين‬mengukuhkan ‫ثم خلقنا النطفة علقة‬bahkan mengukuhkan hubungan
dengan dua ayat sebelumnya (al-mukminun: 14-12).

5
M.Qurash Shihab dkk, Sejarah., 77
D. URGENSI DAN MANFAAT MEMPELAJARI MUNASABAH

Mengenai hubungan antara suatu ayat / surat dengan ayat / surat lain (sebelum /
sesudahnya), tidaklah kalah pentingnya dengan mengetahui sebab nuzulul ayat. Sebab
mengetahui adanya hubungan antara ayat-ayat dan surat itu dapat pula membantu kita
memahami dengan tepat ayat-ayat dan surat-surat yang bersangkutan.
Ilmu ini dapat berpesan mengganti Ilmu Asbabun Nuzul, apabila kita tidak dapat
mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tetapi kita bisa mengetahui adanya relevansi ayat itu
dengan ayat lainnya.Sehingga di kalangan ulama timbul masalah mana yang didahulukan
antara mengetahui sebab turunnya ayat dengan mengetahui hubungan antara ayat itu dengan
ayat lain.
Ada beberapa pendapat di kalangan ulama tentang Ada yang berpendapat, bahwa setiap /
surat selalu ada relevansinya dengan ayat / surat lain. Adapula yang berpendapat, bahwa itu
tidak selalu ada hanya memang sebagian besar ayat-ayat dan surat-surat ada hubungannya
satu sama lain. Di samping itu, ada yang berpendapat, bahwa mudah mencari hubungan
antara suatu ayat dengan ayat lain, tetapi sukar sekali mencari hubungan antara suatu surat
dengan surat lain.
Di antara manfaat mempelajari ilmu munasabah ialah Dapat mengembangkan anggapan
orang yang menganggap bahwa tema-tema al Qur’an tidak mempunyai hubungan antara satu
bagian dengan bagian yang lainnya. Mengetahui hubungan antara bagian al-Qur’an, baik
antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain,
sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab al-Qur’an dan
memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setiap penyusunan ayat, surat, maupun juz dalam al-Qur’an memiliki keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Maka, mempelajari munasabah akan sangat membantu
dalam penafsiran maupun pemahaman kandungan ayat dan surat dalam al-Qur’an.
Munasabah sangatlah berperan dalam menafsirkan al-Qur’an karena tanpa mempelajari dan
mengetahui munasabah, akan sangat sulit untuk mengerti isi kandungan dalam setiap ayat
karena tidak semua ayat bisa dipahami secara komprehensif hanya dengan mengetahui asbab
an-Nuzulnya saja.
Namun sayangnya, banyak yang tidak mengetahui ilmu ini dan terkesan
menomerduakan dengan asbab an-Nuzul dalam al-Qur’an. Padahal, penguasaan atas
munasabah akan sangat membantu dalam penyimpulan dan penafsiran al-Qur’an.
Mempelajari munasabah tidak hanya akan menambah wawasan saja, akan tetapi juga akan
melatih kepekaan seseorang untuk melihat suatu kaitan dalam berbagai hal.

DAFTAR PUSAKA

Shihab, Quraish, dkk. 1999. Sejarah dan Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus

Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Litera AntarNusa. Bogor. 2012.

Anda mungkin juga menyukai