Tugas Auditing, Kelas G, (Ahrun Naza, Ummul Azhari)
Tugas Auditing, Kelas G, (Ahrun Naza, Ummul Azhari)
Tugas Auditing, Kelas G, (Ahrun Naza, Ummul Azhari)
Saya/kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/ tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/ kami
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk makalah/ tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami
menggunakannya.
Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat di komunikasikan
untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
A.1 Perilaku Etis Dan Perilaku Tidak Etis Bagi Perorangan, Profesional Dan
Konteks Bisnis.
Etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip
atau nilai moral. Prinsip dan nilai moral seseorang serta kepentingan relative prinsip tersebut
bagi mereka pasti berbeda dengan orang-orang lainnya. Perbedaan ini merefleksikan pengalaman
hidup, kesuksesan dan kegagalan yang dialami, serta pengaruh dari orang tua, guru dan teman.
Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi secara teratur.
Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting, sehingga banyak nilai etika yang umum
dimasukkan ke dalam undang-undang. Namun, sebagian besar nilai etika tidak dapat dijadikan
undang-undang, karena etika tersebut tidak dapat didefinisikan dengan cukup baik agar dapat
diberlakukan. Contoh : dapat dipercaya, penghargaan, pertanggung jawaban, kelayakan,
perhatian, kewarganegaraan. Ada 2 alasan utama mengapa seseorang bertindak tidak etis :
Profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekadar memenuhi
tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Akuntan
publik, sebagai profesional, mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta
rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, meskipun itu pengorbanan diri. Alasan utama
mengharapkan tingkat perilaku profesional yang tinggi oleh setiap profesi adalah kebutuhan akan
kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan oleh profesi, tanpa memandang individu
yang menyediakan jasa tersebut. Kepercayaan masyarakat atas kualitas jasa profesional akan
semakin besar bila profesi mendorong standar kinerja dan perilaku yang tinggi di pihak seluruh
praktisi.
Kantor akuntan publik (KAP) memiliki hubungan khusus dengan para pemakai laporan
keuangan yang berbeda dengan bentuk hubungan antara profesional lain dengan para pemakai
jasanya. Sangat penting bahwa pemakai laporan memandang kantor akuntan publik sebagai
pihak yang kompeten dan objektif. Ada insentif yang cukup banyak bagi kantor akuntan publik
untuk berperilaku pada tingkat profesionalisme yang tinggi.
Kode Perilaku Profesional berarti memberikan standar perilaku kepada semua anggota
AICPA. PCAOB berwenang untuk menetapkan standar etika dan independensi bagi auditor
perusahaan publik, dan SEC juga memainkan peran yang penting dalam menetapkan standar
independensi bagi auditor perusahaan publik.
Kode Perilaku Profesional AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yang
ideal maupun peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan. Kode etik ini terdiri dari 4
bagian :
Tanggung jawab
Kepentingan publik
Integritas
Objektivitas dan independensi
Keseksamaan
Ruang lingkup dan sifat jasa
Kelima prinsip pertama diterapkan secara merata keseluruh anggota AICPA. Satu
pengecualian adalah dalam kalimat terakhir dari prinsip objektifitas dan independensi hanya
berlaku bagi para anggota yang bekerja bagi publik, dan hanya jika mereka menyediakan jasa-
jasa atestasi seperti audit. Prinsip keenam, ruang lingkup dan sifat jasa, hanya diterapkan pada
para anggota yang bekerja bagi publik.
1.Peraturan perilaku
Mereka yang memegang sertifikat akuntan publik tetapi tidak berpraktik sebagai akuntan
publik harus memetuhi sebagian besar, tetapi tidak semua, ketentuan tersebut. Peraturan perilaku
ini dinyatakan dalam ungkapan yang lebih spesifik daripada ungkapan yang tercantum dalam
bagian prinsip. Apabila para praktisi berperilaku pada tingkat minimum, maka hal itu tidak
menyiratkan perilaku yang tidak memuaskan. Profesi telah menyusun standar yang cukup tinggi
agar standar perilaku yang minimum pun dapat memuaskan.
3.Kaidah etika
Kaidah (ruling) adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etika profesional
tentang situasi faktual khusus(specific factual circumstance). Sejumlah besar kaidah etika
dipublikasikan dalam versi yang diperluas dari Kode Perilaku Profesional AICPA.
Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias.
Independensi dalam fakta (independen in fact) ada bila auditor benar-benar mampu
mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit. Independensi dalam
penampilan(independence in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi
ini.
Ketentuan sarbanes-oxley act dan SEC yang membahas independesi auditor
1. Jasa Nonaudit à Sarbanes-Oxley Act dan peraturan SEC yang direvisi lebih lanjut
membatasi, tetapi tidak benar-benar menghilangkan, jenis jasa nonaudit yang dapat
diberikan kepada klien audit yang merupakan perusahaan terbuka.
2. Komite audit à adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung
jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari manajemen. Sarbanes-
Oxley Act mewajibkan semua anggota komite audit bersikap independen, dan perusahaan
harus mengungkapkan apakah dalam komite audit paling sedikit ada satu pakar
keuangan. Selanjutnya mensyaratkan komite audit perusahaan publik bertanggung jawab
atas penunjukkan, kompensasi, dan pengawasan atas pekerjaan auditor.
3. Konflik yang timbul dari hubungan personalia à KAP dianggap tidak independen
berkenaan dengan klien audit jika mantan partner, prinsipal, pemegang saham, atau
karyawan profesional dari kantor tersebut diterima bekerja pada klien dan mempunyai
kepentingan keuangan yang brekelanjutan dalam kantor akuntan bersangkutan atau dalam
posisis yang mempengaruhi kebijakan operasi atau keuangan kantor akuntan tersebut.
4. Rotasi partner à mengharuskan pimpinan dan partner audit merotasi penugasan audit
sesudah 5 tahun. Partner audit lainnya yang memiliki keterlibatan yang cukup besar pada
audit harus dirotasi sesudah 7 tahun dan terkena periode time-out selama 2 tahun.
5. Kepentingan kepemilikan à melarang setiap kepemilikan oleh orang-orang yang terlibat
dalam audit dan keluarga dekat mereka, termasuk (a) anggota tim penugasan audit, (b)
mereka yang dapat mempengaruhi penugasan audit dalam rantai komando perusahaan,
(c) partner dan para manajer yang memberikan lebih dari 10 jam jasa nonaudit kepada
klien, (d) partner dalam kantor partner yang terutama bertanggungjawab atas penugasan
audit.
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas,
harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor
salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan
(mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.
Dengan mempertahankan integritas ia akan bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi. Dengan
mempertahankan objektivitas ia akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan
pihak tertentu atau kepentingan pribadi.
Kantor akuntan publik harus independen ketika memeberikan jasa tertentu, tetapi tidak untuk
jasa lainnya. Independensi juga diwajibkan dalam jenis jasa atestasi lainnya, seperti jasa review
dan audit atas laporan keuangan prospektif. Akan tetapi, sebuah kantor akuntan publik dapat
memeberikan jasa SPT pajak dan jasa manajemen tanpa harus berlaku independen.
Sumber :
Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley., Auditing dan Jasa Assurance : Pendekatan
Terintegrasi Jilid 1.Penerbit Erlangga, Jakarta. 2008
Xsaelicia,2011”https://xsaelicia.blogspot.co.id/2012/11/etika-dalam-kantor-akuntan-
publik.html”Diakses pada 12 maret 2018