Sap Terapi Bermain Puzzle

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak


DI SUSUN OLEH : KELOMPOK C
1. Akhmad Zaenul (C1017054)
2. Egi Ayu Nolarita (C1017010)
3. Iffat Nafisa (C1017021)
4. Laeli Hasna Y (C1017026)
5. Sekar Ayu Ningrum I (C1017041)
6. Via Amalianti (C1017049)
KELAS : 3A

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN & NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADASLAWI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak-anak.
Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang membutuhkan
pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Bermain dapat dilakukan oleh anak yang
sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan
bermain tetap ada. Salah satu fungsi bermain adalah sebagai terapi di mana dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya.
Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Pemilihan jenis permainan harus disesuaikan dengan usia anak. Usia prasekolah
permainan yang cocok dilakukan antara lain puzzle, di mana anak mulai menyukai
bentuk-bentuk benda di sekelilinya. Puzzle adalah suatu bentuk permainan menyusun
gambar yang membutuhkan konsentrasi dan kemampuan berfikir. Melalui terapi
menyusun puzzle ini diharapkan dapat melatih kemampuan konsentrasi dan mengarahkan
perilaku serta emosi anak kea rah yang positif.
Sebuah penelitian menunjukan ada pengaruh signifikan antara terapi bermain
terhadap stress hospitalisasi begitu juga dengan penelitian mengenai terapi bermain
menggunakan puzzle, setelah dilakukan terapi bermain menyusun puzzle, terjadi
peningkatan kemampuan sosialisasi pada anak. Oleh karena itu, pentingnya kegiatan
bermain terhadap tumbuh kembang anak dan mengurangi kecemasan akibat hosptalisasi,
maka akan dilaksanakan terapi bermain.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak diharapkan dapat menurunkan kecemasan
yang dirasakan anak dirumah sakit
2. Tujuan Khusus
a. Anak bisa merasa senang.
b. Menstimulasi perkembangan motorik halus anak.
c. Melatih ketrampilan anak.
d. Melatih kemampuan konsentrasi anak.
e. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya.

C. Sasaran
Para pasien di ruang anggrek RSUD Brebes umur 3-6 tahun.
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
1. Usia 3-6 tahun
2. Keadaan umum anak baik.
3. Anak dapat duduk dengan tenang.
4. Anak kooperatif.

B. Analisa Kasus
Dari indikator dapat dilihat bahwa puzzle merupakan permainan yang bertujuan
untuk meningkatkan ingatan jangka pendek, mengatur emosi anak, mengembangkan
kemampuan kognitif, meningkatkan ketrampilan spasial otak. Jadi permainan puzzle
sangat bermanfaat untuk anak. Disisi lain permainan puzzle memiliki nilai keindahan
berupa gambar yang disukai oleh anak seperti hewan, buah, huruf, angka.
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. Judul Permainan
Puzzle

B. Deskripsi Permainan
Puzzle adalah permainan yang dimainkan dengan tujuan menyusun gambar,
gambar diacak terlebih dahulu. Sehingga orang yang memainkannya mencoba
menyusunnya di dalam bingkai dengan menghubungkan potongan-potongan atau
kepingan gambar kecil sehingga menjadi gambar utuh.
Kepingan gambar puzzle umumnya dibuat tidak simetris sehingga keping gambar
itu unik dan membantu pemain dalam memudahkan menyusun. Dari bentuk dan potongan
puzzle dapat disesuaikan sesuai keinginan pemain mulai dari kepingan yang berukuran
besar dan juga kecil. Pilihan potongan puzzle yang tidak terlalu rumit sangat cocok untuk
metode awal mengenalkan permainan puzzle ini terutama pada anak.

C. Tujuan permainan
1. Memperkuat ingatan jangka pendek.
Meningkatkan proses berpikir untuk semua usia, mengingat bahwa anak muda
memiliki pikiran dan ingatan yang sangat mudah ditempa sementara orang dewasa
dan lanjut usia lebih rentan terhadap daya ingat.
2. Menunda terjadinya demensia.
Mampu melatih saraf otak untuk bekerja dengan baik, meskipun sudah berusia
dewasa atau lansia.Penelitian menunjukan bahwa aktivitas yang merangsang otak
dapat menunda timbulnya demensia atau pikun pada lansia.
3. Meningkatkan ketrampilan spasial otak.
Ketika anak mencocokan satu warna dengan warna yang lainnya, ini melatih
kemampuan spasial yang menuntut aktivitas fisik dan mental.
4. Mengembangkan keterampilan motorik.
Dengan bermain puzzle anak harus mengambil sesuatu yang membuat garis dan
memindahkan barang tanpa harus membuat rusak. Ini akan menambah ketrampilan
motorik. Bukan hanya dalam gerakan dasar melainkan puzzle juga akan membantu
dalam mengontrol gerakan dan meletakan pada suatu di tempatnya. Dengan
permainan yang dapat melatih ketrampilan motorik akan membantu anak berlatih
kemempuan, seperti menulis dan juga makan dengan baik.
5. Mengembangkan keterampilan kognitif.
Bermain puzzle anak dilatih mengenali ukuran, gambar dan bentuk yang
berbeda sehingga akan membantu meletakan potongan puzzle di segala arah dengan
harmonis dan bersamaan. Sehingga dengan seperti itu akan melatih ketrampilan
kognitif.

D. Ketrampilan Yang Diperlukan


1. Melatih memecahkan masalah
Permainan ini membantu untuk berfikir secara berbeda dapat menyelesaikan potongan
demi potongan puzzle.Selain itu, puzzle juga dapat membantu anak mencapaitujuan
dan memiliki sesuatu yang membuat nya ingin menyelesaikan lebih banyak puzzle
lagi.
2. Mengembangkan kordinasi mata dan tangan
Anak akan dilatih untuk meletakan potngan puzzle dengan bentuk berbeda dan tempat
ke tempat. Cara ini membuat anak belajar melibatkan gerakan dan konsentrasi serta
mmenangi apa yang lihat pada permainan puzzle.
3. Mengembangan keterampilan motoric
Mengembangan kerampilan motoric ini juga akan me;atih anak melakukan hal hal
dasar seperti meniru tempat permaian puzzle.
4. Mengembangkan keterampilan kognonif
Permaian ini juga akan membantu anak dengan dasar dasr untuk sekolah dan
kehidupan nya nanti, memasuk alfabed, berhutung dan mengenal nama nama objek.

E. Jenis Permainan
1. Logic Puzzle yang menggunakan logika berpikir. Seperti permainan teka teki silang,
grid puzzle, tic toc, dan Sudoku.
2. Jigsaw Puzzle adalah puzzle yang berupa kepingan gambar. Puzzle ini pada umumnya
banyak dimainkan dan digemari oleh anak-anak. Jigsaw puzzle inilah yang umumnya
diketahui oleh sebagian besar orang. Bahan pembuatan puzzle ini umumnya dari kayu
atau MDF. Contoh jigsaw puzzle adalah tangram, puzzle huruf angka, puzzle hewan
atau binatang, puzzle buah sayur, puzzle matematika.
3. Combination Puzzle adalah puzzle yang dapat diselesaikan melalui beberapa
kombinasi yang berbeda. Puzzle ini biasannya terbuat dari plastic atau kayu. Contoh
combination adalah rubik cube dan chungky puzzle.
4. Mechanical Puzzle adalah puzzle yang kepingnya saling berhubungan dan dapat
membentuk suatu formasi. Contoh puzzle mechanical adalah mainan lego dan tetris
kubus.
5. Construction Puzzle merupakan kumpulan potongan-potongan yang terpisah, yang
dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. Mainan construction puzzle
yang paling umum adalah blok-blok kayu berwarna warni. Mainan rakitan ini sesuai
anak yang suka bekerja dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka
berimajinasi. Contoh puzzle ini adalah mainan city block dan mainan kayu rainbow
block.

F. Alat Yang Diperlukan


Jigsaw Pugzzle

G. Waktu Pelaksanaan
 Hari/tanggal : kamis 28 november 2019
 Waktu : 13.00 - sampai selesai
 Tempat : ruang anggrek

H. Proses Terapi Bermain Dan Waktu Pelaksanaan


Terapi Waktu Subjek terapi
Persiapan pra interaksi 15 Ruangan, alat permainan,
a. Anak diberitahu tujuan permainan. menit anak.
b. Melakukan kontrak waktu dan tempat pelaksanaan.
c. Mengecek kesiapan dan kondisi anak untuk bermain
(anak tidak mengantuk, tidak rewel, kondisi anak
memunginkan untuk diajak bermain, keadaan umum
baik).
d. Bermain dilakukan sesuai dengan kondisi anak.
Persiapan peralatan
a. Menyiapkan alat yang akan digunakan seperti puzzle.
b. Mengecek kembali peralatan yang akan digunakan.
Pembukaan (orientasi) 15 Anak menjawab salam,
a. Mengucapkan salam. menit saling berkenalan, ikut
b. Memperkenalkan diri. bernyanyi, anak
c. Memanggil anak dengan penggilan yang disukai. memperhatikan terapi
d. bernyanyi bermain.
e. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pelaksanaan
kegiatan terapi bermain dengan puzzle.
f. Memberi kesempatan bertanya pada anak untuk
menanyakan yang belum jelas.
g. Meminta persetujuan (informed consent).
Menyusun puzzle 25 Anak memperhatikan
a. Memberi petunjuk tentang menyusun puzzle. menit penjelasan terapi, anak
b. Mempersilahkan anak untuk memilih tempat duduk melaksanakan kegiatan
yang disenangi. terapi bermain puzzle,
c. Anak mulai menyusun puzzle di damping oleh anak memberikan respon
mahasiswa pendamping. yang baik.
d. Mengobservasi emosi dan hubungan interpersonal
anak.
e. Menanyakan perasaan anak apakah sudah merasa
bosan.
f. Memberi pujian ketika anak berhasil menyusun
puzzle.
g. Memberikan reward kepada para pemenang.
Terminasi 5 Anak tampak senang,
a. Menanyakan perasaan anak setelah melakukan menit menjawab salam.
kegiatan terapi bermain dengan puzzle.
b. Berpamitan dengan anak.
c. Membereskan peralatan
d. Cuci tangan.
e. Mencatat respon anak.

I. Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai


1. Anak lelah
2. Anak bosan
3. Anak merasa takut dengan lingkungan
4. Anak mendapat program pengobatan saat terapi bermain dilaksanakan
5. Kecemasan pada orang tua
J. Antisipasi Meminimalkan Hambatan
1. Membatasi waktu bermain berdasarkan aturan dan kondisi anak
2. Permainan bervariasi/tidak monoton.
3. Jadwal bermain disesuaikan yaitu tidak pada saat jadwal terapi.
4. Terlebih dahulu memberikan penjelasan pada anak dan orang tua.

K. Pengorganisasian Dan Denah Bermain


Pemimpin permainan : Akhmad Zaenul
Observer : Sekar Ayu Ningrum Iskandar
Fasilitator : Egi Ayu Nolarita
Iffat Nafisa
Laeli Hasna Y
Via Amalianti

L. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 5 anak
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang yang tidak terpakai
c. Pengorganiasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya

2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan menyusun puzzle
b. Anak mengitu terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk bermain puzzle
3. Evaluasi Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Anak mampu menyebutkan bentuk gambar dalam puzzle
d. Puzzle tersusun dengan benar

Anda mungkin juga menyukai