Proyek Inovasi Alas Agd Kel

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PROJECT INOVASI

BANTAL PENGALAS MODIFIKASI UNTUK

PEMERIKSAAN AGD

Disusun Oleh :

1. DEWI WIDIYASTUTI ( SN181042)


2. SUPRIHATIN (SN181167)
3. IDA ARDANI (SN181073)
4. ARIANSYAH (SN181019)
5. NOVITA SARI (SN181124

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Analisis gas darah merupakan pemeriksaan yang esensial dalamke gawat darurat,
yang mampu memberikan informasi berharga mengenai status asam basa,
ventilasi maupun oksigenasi dari pasien. Analisis gas darah arteri merupakan
prosedur yang sering dikerjakan dan merupakan standar baku untuk menentukan
status asam basa, ventilasi dan oksigenasi pasien (Dewi, K.J.U. 2014).
Paru-paru dan ginjal merupakan organ penting yang bertanggung jawab
untuk mengatur pH darah tetap normal.Gangguan keseimbangan asam-basa
merupakan hal yang sangat penting, karena setiap gangguannya dapat
mempengaruhi fungsi organ vital. Gangguan keseimbangan asam basa yang berat
juga dapat mengancam kehidupan (Hardjoeno dkk,2003).
Komponen yang dapat diketahui dari pemeriksaan AGD adalah pH,
Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PCO2), Bicarbonat (HCO3-), Base
Excess/kelebihan basa (BE), Tekanan Oksigen (PO2), Kandungan Oksigen (O2)
dan saturasi Oksigen (SO2)(Kee,2007). Sampel yang paling baik dalam
pemeriksaan gas darah adalah menggunakan darah arteri (karena paling
mencerminkan status pertukaran gas di paru-paru). Darah arteri dan vena berbeda
dalam pH, PCO2, dan PO2, pH arteri biasannya lebih tinggi sedikit dibandingkan
dengan pH vena, saturasi oksigen dan tekanan oksigen arteri juga lebih tinggi
dibandingkan darah vena, sedangkan tekanan karbondioksida arteri lebih rendah
dibandingkan darah vena. Pemeriksaan analisa gas darah sebaiknya dilakukan
segera setelah pengambilan spesimen darah arteri ini dilakukan untuk
menghindari adanya kontaminasi terhadap udara dan temperatur, yang dapat
mengakibatkan penurunan hasil pada kadar pH dan HCO3-, sedangkan kadar
PCO2 akan cenderung naik (NOVA Biomedika, 2011).
Analisa gas darah ( AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang
bertujuan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah.
AGD juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH
darah. Sel-sel darah merah mengangkut oksigen dan karbon dioksida yang
juga dikenal sebagai gas darah ke seluruh tubuh. Saat darah melewati paru-
paru ,oksigen masuk ke dalam darah sementara karbon dioksida terlepas dari
sel darah dan keluar kwe paru-paru. Dengan demikian pemeriksaan analisa gas
darah dapat menentukan seberapa baik paru-paru dalam bekerja memindahkan
oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan karbon dioksida dari darah.
Ketidakseimbangan antara oksigen,karbon dioksida dan tingkat Ph ddarah
dapat mengindikasikan adanya suatu penyakit atau kondisi medis tertentu.
Sebagai contoh pada gagal ginjal, gagal jantung,diabetes yang tidak terkontrol,
pendarahan, keracunan zat kimia,overdosis obat, dan syok.
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran Ph dan juga
keseimbangan asam basa, oksigenasi, kadar karbon dioksida, kadar
bikarbonat, saturasi oksigen dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan
gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam
penatalaksanaan pasien pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan
penunjang yang dilakukan,sehingga dipakai sebagai salah satu kriteria untuk
menilai pengobatan,selain dapat membantu menegakkan diagnosis,analisa gas
darah juga dapat membantu untuk mengetahui dengan pasti beratnya suatu
penyakit sehingga secara langsung dapat kita lakukan intervensi.

Studi pendahuluan pada tanggal 1 juli 2019, wawancara kepada perawat saat
melakukan tindakan pemeriksaan AGD sering memakai pelabot infus sebagai
alas agar tangan ekstensi.Berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik untuk
membuat inovasi Project bantal Alas AGD untuk meningkatkan keberhasilan
tindakan pengambilan darah untuk pemeriksaan AGD.
2 .Tujuan

Tujuan inovasi project ini adalah :


1. Untuk menciptakan papan alas AGD untuk meningkatkan keamanan dan
keberhasilan pemeriksaan AGD di ruang IGD RSPA BOYOLALI.
2. Untuk menciptakan kenyamanan pada pasien saat dilakukan pemeriksaan
AGD
3. Untuk efektivitas pengganti plabot infus dalam pelaksanaan pemeriksaan
AGD
BAB II

TINJAUAN TEORI

1 . Konsep Inovasi

A. Pengertian Analisa Gas Darah


Analisa gas darah adalah pemeriksaan yang melalui arteri
radialis,arteri ulnaris, arteri brakialis, arteri femoralis, arteri tibialis
posterior, arteri dorsalis pedis untuk pengukuran pH ( dan juga
keseimbangan asam basa ), oksigenasi, kadar karbon dioksida, kadar
bikarbonat, saturasi oksigen, kelebihan dan kekurangan basa dan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut
dan menahun.
B. Tujuan Tindakan pemeriksaan analisa gas darah
a. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
b. Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
c. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh

2. Prosedur pelaksanaan AGD

Tahapan Fase Prosedur


Fase pra interaksi 1. Menyiapkan peralatan
2. Spuit 3 cc
3. Kapas alcohol
4. Kasa steril
5. Plester
6. Heparin
7. Handscoen bersih
8. Bengkok
Fase orientasi
9. Mengucapkan salam
10. Memperkenalkan diri
11. Menjelaskan maksud dan tujuan
12. Menjelaskan prosedur
13. Memberikan kesempatan pasien
untuk bertanya
14. Menanyakan kesiapan pasien
Fase kerja 15. Dekatkan alat
16. Mencuci tangan
17. Pakai sarung tangan
18. Pasang pengalas bantalan AGD
kemudian tangan di ekstensikan lalu
diberi perekat agar tangan tidak
bergerak dan tertarik.
19. Rabah arteri radialis,
brancihialis/femohralis yang menjadi
area penyuntikan
20. Desinfeksi lokasi fungsi dengan
alcohol swabs
21. meyuntikan jarum ke arteri radialis
dengan sudut antara 45-60 derajat
dengan menstabilkan arteri klien
dengan tangan yang lain
22. Pastikan jarum masuk dalam arteri,
darah akan terhisap sendiri tanpa
spiut dihisap dan warna darah yang
keluar ialah darah terang.
23. Setelah darah terhisap ( kira-kira 3cc)
tarik spuit dan tekan bekas tusukan
arteri 5-10 menit dengan kasa seteril
bila pasien mendapat heparin tekan
15 menit.
24. Masukan darah dalam tube
25. Observasi adanya hematoma
26. Beri identitas nama pada tube
27. Panatau tanda-tanda vital dan
sirkulasi

Fase terminasi 28. Bereskan alat


29. berpamitan
30. Mencuci tangan

Alat dan bahan untuk memodifikasi bantal penyanggah pemeriksaan AGD


1. Alat dan bahan
a. kapas :19 cm x 17 cm
b. busa :19 cm x 17 cm
c. kain : 40 cm x 18 cm
d. Perlak : 44 cm x 21 cm
e. perekat : 20 cm x 2 cm
f. jarum,benang
g. gunting
h. mistar
i. Pensil/ pulpen
j. kertas A4/ pola

2. Proses pembuatan modifiksi bantal AGD

a. Membuat pola bantal menggunakan kertas a4 lalu kita desain


dari bentuk, ukuran panjang,lebar dari bahan yang akan kita
gunakan.
b. Menggunting bahan kapas,busa,kain yang telah diukur lalu
kapas dan busa dijahit menjadi satu.
c. Lalu kita jahit kain yang sudah di ukur dan digunting,lalu kita
masukan kapas dan busa yang sudah disatukan kedalam kain
lalu dijahit kembali.
d. Lalu gunting perlak yang mau digunakkan sebagai lapisan luar,
pertama, kain dilipat jadi dua , setelah itu gunting sesuai pola.
e. Mulai menjahit dengan jarum atau mesin jahit.
f. Setelah selesai menjahit, gunting hasil jahitan dengan cutter
atau gunting biasa, kemudian membalik bagian dalamnya.
g. Lalu Masukkan busa yang sudah dibungkus dengan kain ke
dalam perlak.
h. Setelah busa masuk semua, jahit bantal dengan rapi.
i. Kemudian dikasih perekat atas dan bawah.

3. HASIL

Bantal AGD yang telah penulis modifikasi menunjukkan hasil yang


baik, yakni terdapat ketepatan dalam posisi yang diinginkan saat
dilakukannya pengambilan sample darah di arteri. Sebelum menggunakan
bantal AGD, biasanya perawat menggunakan flabot infus untuk memberikan
posisi yang diinginkan. Namun setelah adanya bantal AGD yang dibuat dan
dimodifikasi maka perawat dapat memanfaatkannya untuk membantu dalam
pengambilan sample darah di arteri, baik bagi pasien dewasa maupun pasien
anak. Walaupun di ruang IGD selama praktek penulis tidak menemukan
adanya pasien anak yang masuk dan membutuhkan pengambilan sample
AGD, bantal AGD juga bisa dipakai bagi anak yang masuk dengan
penurunan kesadaran, disstres pernapasan, SPO2 menurun dll sehingga
perawat juga dapat menggunakannya pada saat ada pasien anak yang
memiliki indikasi untuk pengambilan sample AGD. Ukuran lingkaran
bantalan AGD yang dibuat penulis ialah berukuran P 22cm, L 19cm .Dengan
adanya bantal AGD yang dimodifikasi ini dapat kami simpulkan bahwa
bantal AGD aman dan efektif bagi pasien-pasien yang memiliki indikasi
untuk pengambilan sampel darah di arteri sehingga tidak lagi menggunakan
flabot infus atau penyangga lainya.

4. PEMBAHASAN

Di RSUD Pandan Arang Boyolali pengambilan sample darah AGD


dilakukan dengan mengunakan alat pengalas flabot infus atau handuk sebagai
penyangah nya.pengunaan flabot infus atauhanduk sebagai pengalas bentuk
nya tidak menyesuai kan dengan tangan dan keepektifan saat pengambilan
sample AGD,pengunaan flabot infus yang di gunakan sebagai menyangah
AGD kurang efektif.
Sehinga penulis tertarik untuk membuat inovasi Project bantal Alas AGD
untuk meningkatkan keberhasilan tindakan pengambilan darah untuk
pemeriksaan AGD.
Dengan di buatnya bantal AGD ini selain bisa di gunakan kenyamanan
dan bisa di gunakan pada pasien dewasa maupun anak.bantal AGD yang di
buat dengan mengunakan busa berstekstur lembut dan di balut perlak sehinga
mudah untuk di bersihkan.
Tabel Analisis SWOT

Faktor SWOT
Kekuatan (Strength)  Alat dan bahan mudah didapatkan
dan terjangkau
 Efektif dalam menggunakan waktu
 Lebih mudah dalam pengambilan
sample AGD
 Bentuknya sederhana, mudah
dibuat, fleksibel dan praktis
 Keunikan produk yang belum ada
sebelumnya
 Bentuk bantal yang sudah
dimodifikasi sesuai dengan yang
dibutuhkan
Kelemahan (Weakness)  Tidak semua ruangan dapat
menggunakan alat tersebut
 Belum adanya penelitian yang
lebih relevan
Peluang (Opportunity)  Peluang untuk memperbanyak
produk
 Dijadikan wira usaha untuk alat
modifikasi
Ancaman (Treath)  Belum adanya ijin resmi dan
standarisasi mutu pada institusi
pemerintah
 Belum tersestandarkan karena
merupakan handmade

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Modifikasi alat bantal pengalas sebagai penyangga tangan posisi
ekstensi untuk pengambilan sample AGD, dibuat dengan ukuran 34 cm .

B. SARAN
1. BagiRumahSakit
Rumah sakit dapat memasukan bantalan tangan dalam prosedur Satuan
Operasional Prosedur AGD, Di Rsud pandan arang boyolali.
2. BagiInstitusi
Adanya hasil inovasi dari modifikasi bantalan penyangga tangan yang
tepat guna menahan posisi tangan tetap ekstensi.
3. Bagiperawat
Perawat dapat mengambil sample darah di arteri dengan lebih mudah
melakukan prosedur AGD karena tangan telah diposisikan ektensi
dengan bantuan modifikasi bantalan tangan. Perawat pun mudah untuk
melakukan prosedur AGD.
4. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat melatih kreatifitas untuk memodifikasi bantalan
tangan dengan bahan yang mudah di cari namun memiliki dampak
kemanfaatan besar bagi pelaksanaan tindakan AGD.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, K.J.U. 2014.Chulay, M. Burns, S. M. 2011. AACN Essentials of
Critical Care Nursing.2rd Edition. Philippines: Mc Graw Hill
Education.
Hardjoeno dkk,2003Catharina .Modul Skill Lab Ketrampilan Medik PPD
Unsoed. Jurnal Kedokteran Unsoed
Cook T, Woodall N, Frerk C. Major complications of airway management
in the United Kingdom. 4th National audit project. London: The
Royal College of Anaesthetists, The Royal College of
Anaesthetists and The Difficult Airway Society; 2011. Report No.:
ISBN 978-1- 900936-03-3
Dewi, K.J.U. 2014
Hardjoeno dkk,2003Catharina.
Hikayati, 2014.Studi Deskriptif: Perawatan Cuff Endotracheal TubePada
Pasien Terintubasi Di Ruang Rawat Intensif. Jurnal Keperawatan
Sriwijaya. Volume 1 Nomor 1. ISSN No 2355 5459
Ismail,S 2017.pemeriksaan analisis gas darah arteri pada pasien stroke:
ISBN ;978-602-386-163-7
Kiton, B. I., Malara, M. R. 2014. Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir
Endotrakeal Tube (ETT) terhadap kadar saturasi oksigen pada
pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado. Jurnal Keperawatan, Volume 2. No 2
Muttaqin, A. 2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan.Indonesia : Salemba Medika.
Marshall SA. 2011. Management of moderate and severe traumatic brain
injury. AAN Hawaii.
NOVA Biomedika, 2011
Nugraha, A. A., Sudjud, R. W. Bisri, T. 2017. Angka Morbiditas
Pascaoperasi Tulang Belakang akibat Posisi Prone di Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode November 2015 – Desember
2016. JNI 2017;6 (3): 132‒42
Soertidewi, L. 2012. Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kranioserebral.
CDK-193/ vol. 39 no. 5, th. 2012
Sole, M.L., et al. 2011. Evaluation of an Intervention to Maintain
Endotracheal Tube Cuff Pressure Within Therapeutic Range. Am J
Crit Care; 20 : 109-118.
Terry, C. L., & Weaver, A. 2013.Keperawatan Kritis. Yogyakarta: Rapha

LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai