Bab Ii

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Cengkodok


2.1.1 Klasifikasi
Taksonomi tumbuhan cengkodok (M. malabathricum L.) adalah sebagai
berikut:18
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)
Bangsa : Myrtales
Suku : Melastomataceae
Marga : Melastoma
Jenis : Melastoma malabathricum L.
Sinonim : Melastoma affine D. Don, Melastoma polyanthum BI
Distribusi tanaman cengkodok (M. malabathricum L.) dimulai dari
Kepulauan Samudera India yang meliputi Asia Selatan dan Asia Tenggara, Cina,
Taiwan, Australia dan Benua Pasifik Selatan. Nama di berbagai daerah dari
tumbuhan cengkodok (Melastoma malabathricum L) yaitu di Jawa disebut
senggani, sengganen, kluruk dan kemanden, di Madura harendong, di Sumatera
dikenal dengan nama senduduk atau kenduduk, dan di Kalimantan Timur adalah
Karamunting.19
2.1.2 Morfologi
Tumbuhan cengkodok (M. malabathricum L) merupakan tumbuhan liar
yang hidup di tempat-tempat yang mendapat cukup sinar matahari, seperti di
lereng gunung, semak belukar dan lapangan yang tidak terlalu gersang.
Tumbuhan cengkodok (M. malabathricum L.) dapat tumbuh sampai ketinggian
1650 m diatas permukaan laut. Tanaman ini merupakan tumbuhan perdu, tegak,
tinggi mencapai 0,5 – 4 m, memiliki banyak cabang, bersisik dan berbulu halus.
Tumbuhan cengkodok berdaun tunggal berwarna hijau dan bertangkai dengan
panjang 2-20 cm, lebar 0,75-8,5 cm. Helai daun bulat telur memanjang sampai
lonjong, ujung lancip, pangkal membulat, tepi rata, permukaan berbulu pendek
yang jarang dan kaku sehingga teraba kasar.19

6
Tumbuhan cengkodok Berbunga majemuk yang keluar diujung cabang,
berwarna ungu kemerahan dengan jumlah bunga dalam setiap helai 4-18 bunga,
berbentuk periuk yang ditutupi oleh sisik-sisik berukuran 1-2 mm. Buah masak
akan merekah yang terbagi dalam beberapa bagian dan berwarna ungu tua
kemerahan. Biji kecil-kecil berwarna coklat. Buahnya dapat dimakan,
sedangkan daun muda dapat dimakan sebagai lalapan atau sayur.19

Gambar 2.1. (A) Morfologi Tumbuhan cengkodok (M. malabathricum L.);


(B) Daun cengkodok7
2.1.3 Kandungan Daun Cengkodok
Daun cengkodok (M malabathricum L.) memiliki kandungan kimia
berupa flavonoid, saponin, tannin, glikosida, triterpenoid dan steroid.7
Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang mempunyai
kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga mengganggu proses
metabolisme. Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan membentuk
senyawa komplek terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas
membran sel bakteri, selain itu flavonoid juga bersifat sebagai koagulator
protein.20 Mekanisme aksi flavonoid sebagai antibakteri antara lain
menghambat sintesis asam nukleat, mengganggu fungsi membran sel, dan
menghambat metabolisme energi.21
Saponin adalah zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas
membran sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membrane serta
menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel akan lisis.
Senyawa ini banyak ditemukan pada banyak tumbuhan, terutama yang
memberikan rasa pahit.22 Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat
pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi, tanin bekerja sebagai
7
antimikroba dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan protoplasma
bakteri sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri dan pada
saluran pencernaan, tanin diketahui mampu mengeliminasi toksin.23
Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk
dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi
diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat
pengaruh lingkungan luar (misalnya terkena panas dan teroksidasi udara).
Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer, proses detoksikasi, pengatur
tekanan turgor, menjaga diri terhadap pengaruh luar yang mengganggu.24
Triterpenoid merupakan senyawa yang bekerja sebagai antibakteri,
antifungus, insektisida, dan antivirus.25 Steroid dapat berinteraksi dengan
membran fosfolipid sel sehingga menyebabkan integritas membran sel
menurun, morfologi membran sel berubah dan akhirnya dapat menyebabkan
membran sel rapuh dan akhirnya lisis.26
2.1.4 Manfaat Tumbuhan Cengkodok (Melastoma malabthricum L.)
Daun cengkodok (Melastoma malabathricum L.) dapat digunakan sebagai
obat diare, disentri, maag, tukak lambung, bekas luka, jerawat, tonik dan
menghentikan perdarahan. Pucuk daun cengkodok dapat mengobati infeksi
nifas, tekanan darah tinggi dan diabetes. Jus pucuk daun cengkodok digunakan
sebagai obat kumur untuk mengobati sakit gigi. Bunga dari tanaman cengkodok
dapat digunakan sebagai obat kanker, obat penenang, saraf, serta perdarahan.
Rebusan akar cengkodok dapat pula membantu penyembuhan luka setelah
melahirkan dan penguat rahim, mengurangi rematik, arthritis, nyeri di kaki,
mengurangi perdarahan menstruasi yang berlebihan serta kram, meredakan
sindrom postmenstrual, perut sakit, keputihan, meningkatkan kesuburan dan
untuk obat diare. Jus akar dapat diaplikasikan untuk mengurangi rasa sakit
karena sariawan pada anak-anak.7

2.2 Bakteri Endofit


Bakteri endofit adalah bakteri yang hidup dalam jaringan tanaman tanpa
menimbulkan gejala penyakit pada tanaman tersebut dan dapat diisolasi dari
jaringan tanaman yang sudah disterilisasi permukaannya atau diekstrak dari
jaringan tanaman bagian dalam.27 Bakteri endofit masuk ke dalam jaringan

8
tanaman umumnya melalui akar, namun bagian tanaman yang terpapar udara
langsung seperti daun, bunga, batang dan kotiledon, juga dapat menjadi jalur
masuk bakteri endofit. Bakteri endofit yang telah masuk ke dalam tanaman
dapat tumbuh hanya di satu titik tertentu atau menyebar ke seluruh tanaman.
Mikroorganisme ini dapat hidup di dalam pembuluh vaskular atau di ruang
intersel.28
Bakteri endofit pada satu tanaman inang umumnya terdiri atas beberapa
genus dan spesies. Bakteri endofit dapat beradaptasi terhadap stres biotik dan
abiotik dibandingkan dengan bakteri pada rizosfer. Pada banyak tanaman, akar
mempunyai jumlah endofit lebih banyak dibandingkan jaringan diatas
permukaan.27 Kerapatan populasi bakteri endofit pada akar adalah 105, batang
104 dan daun sekitar 103. Bakteri endofit dilaporkan menghasilkan antibiotik
dan enzim pendegradasi yang dapat menghambat perkembangan patogen secara
in vitro, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen dengan
menginduksi reaksi ketahanan tanaman, dan memacu pertumbuhan tanaman.
29,30,31

2.2.1 Metabolit Sekunder Bakteri Endofit


Bakteri endofit memiliki kemampuan memproduksi senyawa metabolit
sekunder dari tanaman inangnya tersebut dalam jumlah yang cukup tinggi tanpa
harus menebang tanaman asli untuk diambil simplisianya, yang kemungkinan
besar memerlukan waktu yang lama untuk dapat dipanen.32 Berbagai jenis
bakteri endofit telah berhasil diisolasi dari tanaman inangnya dan berhasil
dibiakkan dalam media pembenihan yang sesuai. Bakteri endofit menginfeksi
tanaman sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mitotoksin,
enzim, antibiotika serta metabolit lain. Beberapa diantaranya yaitu:33
a. Bakteri endofit menghasilkan antibiotik
Metabolit sekunder dari bakteri endofit dapat dimanfaatkan sebagai
agen biokontrol karena bakteri endofit merupakan suatu antibiotik yang
mampu melindungi tanaman dari serangan patogen. Bakteri ini juga mampu
menginduksi ketahanan, meningkatkan pertumbuhan tanaman, menguraikan
dinding sel patogen dan menghambat pertumbuhan patogen dengan
menghasilkan senyawa antimikroba. Bakteri endofit juga mampu

9
menghasilkan beberapa senyawa antibiotika seperti phemazines, pyrolnitrin,
pycocyanin, pholoroglucianol dan asam pseudomonat.34,35
b. Bakteri endofit penghasil enzim ekstra seluler
Enzim ekstraseluler yang dihasilkan bakteri endofit diantaranya adalah
kitinase, protease dan selulase. Enzim kitinase merupakan enzim penting
yang dihasilkan oleh bakteri antagonis untuk mengendalikan patogen telur
tanah, karena enzim ini dapat mendegradasi dinding sel patogen yang terdiri
dari kitin seperti dinding sel cendawan, nematode dan serangga. Semua
enzim yang dapat mendegradasi kitin disebut dengan kitinase total atau
kitinase non-spesifik. Enzim yang mendegradasi kitin secara acak dari dalam
disebut endokitinase, sedangkan yang membebaskan N-asetilglukosamina
dari kitin disebut N-asetil-beta-Dglukosaminidase (NAGase) dan yang
membebaskan unit dimer dari beta-1,4-Nasetilglukosamina (kitobiosa)
disebut eksokitinase. Enzim protease berperan dalam mendegradasi dinding
sel patogen, protease dapat digunakan oleh bakteri tersebut untuk melakukan
penetrasi secara aktif ke dalam jaringan tanaman.36
c. Bakteri endofit menginduksi ketahanan tanaman
Bakteri endofit dapat menghasilkan senyawa bioaktif yang berperan
sebagai penghasil hormon pertumbuhan dan memacu pertumbuhan melalui
proses peningkatan ketersediaan nutrisi tertentu bagi tanaman.
Keanekaragaman bakteri endofit merefleksikan banyaknya mekanisme kerja
yang mungkin terjadi untuk melawan patogen, yang memungkinkan patogen
memproduksi senyawa antibiotik untuk melawan bakteri endofit tersebut.35
2.2.2 Mekanisme Kerja Bakteri Endofit
Mekanisme kerja bakteri endofit sebagai agen pengendali hayati
diantaranya memproduksi bahan campuran antimikroba, kompetisi ruang dan
nutrisi, kompetisi mikronutrisi seperti zat besi dan siderofor, serta dapat
menyebabkan tanaman inang menjadi resisten.35 Sedikit yang mengetahui
mekanisme lain yang digunakan oleh antagonis bakteri endofit terhadap
patogen seperti antibiotik, kompetisi dan lisis. Mikroba endofit terdiri atas
bakteri, fungi atau jamur dan aktinomisetes, namun yang paling banyak
ditemukan adalah golongan bakteri dan fungi.37

10
Mikroba endofit ini dapat menghasilkan senyawa bioaktif yang dapat
berpotensi sebagai antibiotik disebabkan karena aktivitasnya yang besar dalam
membunuh mikroba-mikroba patogen. Senyawa antimikroba yang mampu
dihasilkan oleh mikroba endofit juga mampu menghasilkan senyawa-senyawa
antibakteri, antifungi, antivirus, antikanker, antidiabetes, antimalaria, dan
antiimunosupresif. Beberapa bakteri endofit mampu menghasilkan metabolit
sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi antara tanaman inang dengan
mikroba endofit.38,39

2.3 Identifikasi Bakteri Endofit


Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan
karakter morfologi koloni, fisiologi dan biokimia, dalam identifikasi.
2.3.1 Pengamatan Karakter Morfologi
Pengamatan morfologi koloni meliputi pengamatan terhadap bentuk
dan warna koloni. Isolat bakteri di tumbuhkan pada medium dan dilakukan
pengamatan pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar miring yaitu bentuk
pertumbuhan pada bekas goresan, pertumbuhan koloni bakteri pada medium
agar tegak yaitu bentuk pertumbuhan pada bekas tusukan dan pertumbuhan
koloni bakteri pada medium agar lempeng yaitu bentuk, tepian, dan elevasi. Uji
KOH dilakukan dengan larutan KOH 3% diteteskan pada kaca preparat dan
mencampurkan isolat bakteri pada larutan tersebut. Reaksi gram negatif
ditunjukkan dengan adanya lendir pada kaca preparat inokulasi yang ikut
terangkat. Selain itu dilakukan pengamatan morfologi tunggal dengan melihat
bentuk sel dan ukuran sel.40
2.3.2 Pengamatan Karakter Fisiologi
Salah satu cara mengidentifikasi sel bakteri digunakan metode
pewarnaan sel bakteri dengan tujuan, agar bakteri terlihat jelas dan mudah
diamati. Selain itu pewarnaan gram ini juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologis yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pewarnaan. Struktur di dalam sel pada tempat-tempat yang dibentuk oleh
bakteri ini, disebut endospora. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan
kekurangan nutrient, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta bahan-
bahan kima. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang

11
tebal dan keras. Sifat inilah yang menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang
keras untuk mewarnainya. Pewarnaan akan menembus spora jika dilakukan
pemanasan yang cukup dan sesuai. Namun jika pewarna sudah memasuki
endospora, maka pewarna akan sulit untuk dihilangkan.40
Sel-sel bakteri yang bersifat gram positif merupkan bakteri yang dapat
mengikat zat warna utama dengan kuat sehingga dapat dilunturkan oleh zat
peluntur dan tidak dapat diwarnai lagi oleh zat lain. Pada pemeriksaan
mikroskopik, sel bakteri gram positif akan menunjukkan warna biru ungu
(violet). Sedangkan bakteri gram negatif merupakan bakteri yang daya pengikat
warna utamanya tidak kuat, sehingga dapat dilunturkan dan dapat diwarnai
kembali oleh zat warna lain. Pada pemeriksaan mikroskopik sel-sel bakteri
pada gram negatif tampak berwarna merah.40
Perbedaan gram positif dan gram negatif adalah gram positif
merupakan organisme yang dapat menahan kompleks pewarna primer ungu
Kristal iodium sampai pada akhir prosedur (sel tampak biru gelap atau ungu).
Sedangkan gram negatif merupakan organisme yang kehilangan kompleks
warna ungu kristal pada saat pembilasan dengan alkohol namun kemudian
terwarnai oleh pewarnaan tandingan safranin (sel tampak merah atau merah
muda).40 Menurut Bailey (2007) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi
pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Jika suatu zat warna sudah
sudah meresap ke preparat, kemudian dilakukan pencucian dengan asam encer
maka semua zat warna akan terhapus.41
2.3.3 Pengamatan Karakter Biokimia
Suatu bakteri tidak dapat dideterminasi hanya berdasarkan sifat-sifat
morfologinya saja, sehingga perlu diteliti sifat-sifat biokimia dan faktor yang
mempengaruhi pertumbuhannya. Uji biokimia bakteri merupakan suatu cara
yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendeterminasi suatu biakan murni
bakteri hasil isolasi melalui sifat-sifat fisiologisnya. Beberapa jenis uji biokimia
itu antara lain:
a. Uji Kebutuhan Oksigen
Uji ini digunakan untuk mengetahui sifat pertumbuhan bakteri
dengan menggunakan medium NB. Sifat pertumbuhan bakteri adalah aerob,

12
anaerob, fakultatif atau mikroaerofil. Bakteri anaerob akan tumbuh
mengelompok pada dasar medium, bakteri anaerob fakultatif akan tumbuh
tersebar diseluruh medium, bakteri mikroaerofil akan tumbuh mengelompok
sedikit di bawah permukaan medium, sedangkan bakteri aerob akan tumbuh
pada permukaan medium.42
b. Tes oksidase
Uji ini berfungsi untuk menentukan adanya oksidase sitokrom yang
ditemukan pada mikrobia tertentu.40
c. Uji Katalase
Katalase adalah enzim yang mengkatalisasikan penguraian hidrogen
peroksida ( H2O2 ) menjadi air dan O2. Pada bakteri yang bersifat katalase-
positif terlihat pembentukan gelembung udara sekitar koloni.40
d. Tes Fermentasi Karbohidrat
Uji gula bertujuan untuk mendeterminasi kemampuan bakteri dalam
mendegradasi gula dan menghasilkan asam organik yang berasal dari tiap-
tiap jenis gula. Proses fermentasi gula-gula sejumlah besar asam (acid) dan
beberapa bakteri akan menghasilkan gas yang dapat diamati denagn tabung
durham yang diletakkan pada media gula-gula. Media gula-gula merupakan
media cair (liquid) yang berwarna merah.42
e. Tes Dekarboksilasi
1. Uji Lysin Iron Agar (LIA)
Uji ini bertujuan menunjukkan kemampuan bakteri dalam
mendekarboksilasi berbagai asam amino40
2. Uji Ornitin
Tujuan uji ornithin adalah mengamati pertumbuhan bakteri pada
daerah anaerob.40
3. Uji Arginin
Uji arginin dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri
dengan menggunakan jarum ose lurus kemudian ditusukkan secara
vertical ke media arginin dan diinkubasi selama 24 jam.40
f. Tes Urease
Uji Urease untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menghidrolisa
urea menjadi amoniak karena adanya bakteri yang dapat mensintesa enzim

13
urease dengan cara menginokulasikan isolat bakteri pada media urea dengan
suhu 35°C selama 24 jam. Timbulnya warna merah muda berarti reaksi
positif dan negatif warna tidak berubah.42
g. Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Tes TSA bertujuan untuk mengetahui kemampuan kuman untuk
memfermentasikan karbohidrat. Pada media TSIA berisi 3 macam
karbohidrat yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa. Indikatornya yaitu phenol
red yang menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi kuning
dalam suasana asam. Glukosa berada di dasar media sedangkan laktosa dan
sukrosa berada dibagian lereng. Fermentasi pada TSIA juga disertai dengan
pembentukan gas CO2 yang dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya
agar. Media TSIA juga dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan
H2S yaitu melihat apakah kuman memfermentasi metionin dan sistein (Asam
amino yang mempunyai gugus S). Pada media TSIA terdapat asam amino
metionin dan/sistein, jika kuman memfermentasi kedua asam amino ini
maka gugus S akan keluar dan gugus S akan bergabung dengan H2O
membentuk H2S. Selanjutnya H2S bergabung dengan Fe+ membentuk FeS
berwarna hitam dan mengendap.40
g. Uji Indol
Uji indol ini digunakan untuk mengetahui apakah kuman
mempunyai.enzim triptophanase sehingga kuman tersebut mampu
mengoksidasi asam.amino tryptophan membentuk indol. Media yang
digunakan dalam uji indol yaitu pepton 1%. Adanya indol dapat diketahui
dengan penambahan reagen Ehrlich/Kovac’s yang berisi paradimetil amino
bensaldehid. Hasil negatif.menunjukkan tidak terbentuknya lapisan cincin
warna merah pada permukaan biakan. Sedangkan hasil positif jika lapisan
cincin berwarna merah pada.permukaan biakan.42
h. Uji MR (Methyl Red)
Uji MR digunakan untuk mengetahui adanya fermentasi asam
campuran (metilen glikol). Media yang digunkan pada uji ini yaitu pepton
glukosa phosphat. Tidak terbentuknya perubahan warna media menjadi
merah setelah,ditambah methyl red 1% menunjukkan hasil negatif.

14
Sedangkan jika terjadi.perubahan warna media menjadi merah setelah
penambahan methyl red 1%.menunjukkan hasil poditif.42
i. Uji Simmon Citrat Agar
Tujuan dari uji ini yaitu untuk mengetahui apakah kuman
menggunakan.sitrat sebagai sumber karbon. Media yang digunakan pada uji
citrate yaitu Simons citrate. Dalam media cimons citrate berisi indicator
BTB (Brom Tymol.Blue). Apabila bakteri menggunakan citrate sebagai
sumber karbon maka media berubah menjadi basa dan berubah warna
menjadi biru.42
j. Uji Motilitas
Media yang dipakai pada uji motilitas ini merupakan media yang bersifat
semi solid dengan kandungan agar-agar 0,2-0,4%. Tujuan dari uji ini yaitu
untuk mengetahui pergerakan kuman, bias memakai media MO
(Motilitas.Ornitin) atau SIM (Sulfida Indol Motility). Pada media SIM selain
untuk melihat motilitas dapat juga untuk tes indol dan pembentukan H2S.40
k. Uji Glukosa OF
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kuman memfermetasi
masing-masing gula membentuk asam. Media gula-gula ini terpisah dalam 5
tabung yang berbeda dan media yang digunakan adalah masing-masing gula
dengan.konsentrasi 1% dalam pepton. Masing-masing gula-gula
ditambahkan dengan/indicator phenol red. Hasil negatif jika tidak terjadi
perubahan warna media dari merah menjadi kuning. Sedangkan pada hasil
positif terjadi perubahan warna media dari merah menjadi kuning.40
l. Uji Voges Prouskuer (V-P)
Uji Voges Prouskuer ditunjukkan dengan adanya perubahan warna
larutan dari kuning menjadi merah tua yang menunjukkan adanya
kandungan aseton yang diproduksi oleh bakteri dalam larutan KOH 40%
dalam aquades steril dan á-napthol 5% dalam ethanol, yang bertindak
sebagai katalis.40

2.4 Antibakteri
Antibakteri didefinisikan sebagai zat aktif yang bersifat toksisitas selektif
yaitu membunuh bakteri yang merugikan manusia tanpa menimbulkan toksisitas

15
terhadap manusia. Zat semacam ini juga sering disebut zat kemoterapeutik yaitu
zat kimia yang digunakan untuk mengobati penyakit menular atau mencegah
penyakit. Antibiotic didefinisikan sebagai zat yang dihasilkan suatu
mikroorganisme baik langsung maupun analog sintesisnya yang dalam jumlah
amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Cara kerja
zat antibakteri dalam melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah
sebagai berikut:43
a. Antibakteri yang menghambat metabolisme sel
b. Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel
c. Antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran sel
d. Antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel
e. Antibakteri yang menghambat sintesis protein

2.5 Uji Aktivitas Antibakteri


…… Standar metode uji kepekaan antibiotika dan pemilihan jenis antibiotika
yang diuji maupun cara interpretasinya telah diatur oleh Clinical and Laboratory
Standars Institute (CLSI) yang disusun di Amerika Serikat. Terdapat dua uji yang
dapat dilakukan yaitu: 44
a. Metode Dilusi Tabung
Cara ini digunakan untuk menentukan KHM (Kadar Hambat
Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh Minimum) dari bahan antimikroba.
Metode dilusi tabung dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth dilution)
dan dilusi padat (solid dilution). Pada metode ini dilakukan pengenceran
antibiotik dalam tabung-tabung reaksi untuk menentukan konsentrasi
antibiotik terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri
(KHM). Tabung dengan pertumbuhan bakteri akan terlihat keruh; bila terjadi
hambatan, medium di dalam tabung akan terlihat jernih.45
b. Metode difusi cakram
Metode difusi cakram Kirby-Bauer merupakan metode yang
menggunakan cakram kertas saring yang telah mengandung antimikroba
dengan konsentrasi tertentu dan diletakkan diatas lempeng Mueller Hinton
agar (MHA) yang telah diinokulasi bakteri. Setiap cakram harus ditekan ke
bawah untuk memastikan berkontak langsung dan lengkap dengan permukaan

16
media agar. Cakram yang diletakkan harus terdistribusi secara merata
sehingga tidak berjarak kurang dari 24 mm dari pusat ke pusat untuk
meminimalkan tumpang tindih zona hambat pertumbuhan bakteri. Biasanya,
tidak lebih dari 5 cakram pada lempeng berukuran 100 mm.45
Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri yang tampak
menunjukkan adanya kepekaan bakteri tersebut terhadap antibiotik
bersangkutan. Penilaian terhadap zona hambat dilakukan dengan
membandingkan besarnya diameter zona hambat (dalam mm) dengan standar
interpretasi diameter zona hambat dan KHM. Hasil penilaiannya berupa
sensitif, intermediate, dan resisten. Sensitif, apabila diameter zona hambat ≥
diameter zona hambat standar; intermediate, apabila diameter zona hambat
diantara resisten dan sensitif dan resisten, apabila diameter zona hambat≤
diameter zona hambat standar.45

2.6 Karakter Shigella flexneri


Klasifikasi Shigella spp, adalah sebagai berikut:46
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriales
Genus : Shigella
Secara morfologi bakteri Shigella berbentuk batang ramping, tidak
berkapsul, tidak bergerak, tidak membentuk spora, bentuk cocobasil pada
biakan muda. Shigella spp, merupakan bakteri gram negativ dan merupakan
bakteri patogen penyebab disentri basiler. Habitat alamiah terbatas pada
saluran cerna manusia dan primata lainnya. Bakteri Shigella spp. dapat dibagi
menjadi empat spesies berdasarkan reaksi biokimia dan antigen O spesifik,
yaitu Shigella dysenteriae (serogroup A), Shigella flexneri (serogroup B),
Shigella boydii (serogroup C), dan Shigella sonnei (serogroup D). isolate
Shigella flexneri lebih sering ditemukan di Negara-negara berkembang.46

17
Gambar 2.2. Pewarnaan Gram Shigella spp46
Shigella spp. dapat tumbuh pada media seperti agar nutrisi dan agar
Mueller-Hinton. Media spesifik untuk Shigella spp. adalah Salmonella-
Shigella (SS) agar, MacConkey Agar, Deoxycholate Citrate Agar (DCA),
Xylose Lysine Deoxycholate (XLD) agar, dan Hectoen Enteric (HE) agar.
Shigella spp. bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh paling baik secara
aerob. Temperatur pertumbuhannya berkisar antara 10-400C dan pH 7,4.
Koloni Shigella spp. pada agar nutrisi berbentuk konveks, bulat transparan,
dengan tepi yang utuh dan mencapai diameter sekitar 2 mm dalam 24 jam.46

2.7 Patogenesis Shigella flexneri

2.3. Proses Patogenesis Shigella47


Ketahanan terhadap kondisi pH yang rendah menyebabkan Shigella
bertahan melalui barrier lambung. Sesampainya di usus halus, terjadi patogenik
yang fundamental yaitu invasi mukosa kolon. Hal ini memicu respon inflamasi
akut yang intensif dengan ulserasi mukosa dan pembentukan abses. Patogenesis
18
Shigella ditentukan terutama oleh beberapa faktor virulensi seperti endotoksin,
faktor aderen intestinal dan virulensi plasmid. Faktor aderen intestinal
merupakan protein membran luar 97-KDa yang dikode oleh setiap gen pada
kromosom yang berperan dalam proses kolonisasi Shigella spp. virulensi
plasmid sebanyak 214 kb terdiri 100 gen, yang mengkode 25 sistem sekresi tipe
III yang memasuki membran sel inang agar efektor dapat transit dari sitoplasma
bakteri ke dalam sitoplasma sel. Lipopolisakarida berperan sebagai endotoksin
yang memiliki peran yang penting dalam resistensi bakteri Shigella terhadap
pertahanan non-spesifik pejamu selama invasi ke jaringan. Bakteri dapat
menginvasi sel epitel intestinal dengan menginduksi uptake setelah melewati
barrier epitel melalui sel M.46,47
Shigella melewati membran mukosa dengan memasuki folikel pada sel
M di usus halus, yang sangat sedikit memiliki brush border absorptive yang
terorganisir. Shigella melekat secara selektif pada sel M dan dapat transitosis
melalui sel M ke dalam kumpulan sel fagosit. Bakteri didalam sel M dan
makrofag fagositik dapat menyebabkan kematian sel dengan mengaktifkan
apoptosis. Bakteri dilepaskan dari sel M pada sisi basolateral enterosit dan
mengawali proses invasi yang multiple dan bertahap yang diperantai oleh
antigen invasi.46
Shigella mudah beradaptasi dengan lingkungan intraseluler dan hal ini
memberikan keunikan dalam proses infeksi. Meskipun pada awalnya bakteri
dikelilingi oleh vakuola fagositik, mereka dapat lepas dalam waktu 15 menit
dan memasuki kompartemen sitoplasma sel inang. Secara cepat, bakteri
Shigella akan segera membentuk paralel dengan filamen aktin sitoskeleton dari
sel dan memulai proses yang dapat mengontrol polimerisasi monomer yang
membuat fibril-fibril aktin. Proses ini akan membentuk ekor aktin pada
mikroba yang memberikan kemudahan bagi bakteri Shigella untuk tidak hanya
bereplikasi di dalam sel tetapi juga dapat bergerak secara efisien di dalamnya.
Bakteri akan masuk ke dalam membran sel, terutama membran sel yang
berdekatan dengan eritrosit lain, kemudian melisiskan membran sel dan
menginfeksi sel normal yang berdekatan. 46,47
Sitokin yang dilepaskan oleh sejumlah sel epitel intestinal yang
terinfeksi akan menyebabkan kenaikan jumlah sel imun (terutama leukosit

19
polimorfonuklear) ke tempat infeksi dan akan mendestabilisasi barrier epitel,
eksaserbasi inflamasi dan menyebabkan colitis akut. Proses perluasan sel ke sel
secara radial membentuk ulkus fokal pada mukosa, terutama pada kolon. Ulkus
menambah komponen perdarahan dan menyebabkan Shigella untuk mencapai
lamina propria, dimana mereka membangkitkan respon inflamasi akut yang
intensif. 46,47
2.7.1 Gambaran Klinis
Setelah masa inkubasi sekitar 1-2 hari, secara mendadak akan timbul
gejala demam, malaise, dan diare cair. Diare ini disebabkan oleh kerja
enterotoksin di usus halus. Kemudian secara cepat berkembang menjadi diare
dengan mukus dan darah yang merupakan karakteristik infeksi Shigella ketika
infeksi telah mengenai ileum dan kolon. Disentri ditandai dengan diare sedikit
disertai darah dan lender diikuti dengan tenesmus (spasme rektum), kram perut
yang mengakibatkan nyeri perut bagian bawah saat akan defekasi. Tanda-tanda
dehidrasi ringan atau sedang kadang-kadang ditemukan sebagai akibat
kehilangan cairan lewat diare, peningkatan insensible water loss akibat demam,
dan penurunan asupan makan dan minum. Kebanyakan gejala Shigellosis ini
akan membaik sendiri tanpa terapi dalam waktu 1 minggu, tetapi dengan terapi
yang tepat maka proses penyembuhan terjadi dalam beberapa hari saja dan
tanpa ada gejala sisa. 46,47

2.8 Kerangka Teori

Bakteri Endofit Daun Melastoma malabathricum L.


20
Tanin
antibakteri

Saponin
menghambat metabolisme sel
Steroid
menghambat sintesis dinding
sel flavonoid

mengganggu permeabilitas
membran sel

menghambat sintesis asam


nukleat sel

menghambat sintesis protein

Efek aktivitas antibakteri

Terbentuk zona hambat

Identifikasi isolat

Gambar 2.8 Kerangka Teori

21
2.9 Kerangka Konsep

Variable bebas: Variabel terikat:

Bakteri endofit dari daun Diameter zona hambat (mm)


Melastoma malabathricum
L.

Variabel terkendali:

Sterilitas
Suhu dan waktu inkubasi
Medium
pH
Tekanan atmosfir

Gambar 2.9 Kerangka Konsep

22

Anda mungkin juga menyukai