Teori Ringkasan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 52

A. M.

Leininger “Transkultural Madeleine”

1. Tujuan Teori
Tujuan dari teori ini adalah untuk menjelaskan, menafsirkan, dan memprediksi
perawatan budaya dalam rangka untuk memberikan layanan berkualitas, memuaskan serta
bermanfaat bagi klien dari berbagai ragam budaya.
2. Latar Belakang Penggagas Teori
Madeleine M. Leininger lahir pada 13 Juli 1925 di Sutton, Nebraska, Amerika Serikat .
Pada tahun 1948, dia menerima diploma keperawatan dari St. Anthony School of Nursing di
Denver, Colorado. Pada tahun 1950, ia meraih gelar B.S. dari St. Scholastica (Benedictine
College) di Atchison, Kansas, dan pada tahun 1954 meraih M.S. di kejiwaan dan mental
keperawatan kesehatan dari Universitas Katolik Amerika di Washington, DC Pada tahun
1965, ia dianugerahi gelar Ph.D. dalam antropologi budaya dan sosial dari Universitas
Washington, Seattle (Alligood, 2014).
Sebagai inisiator dan pemimpin dalam bidang keperawatan transkultural, Madeleine
Leininger adalah perawat profesional pertama yang selesai gelar doktor di bidang
antropologi. Leininger pertama kali mengajarkan kursus keperawatan transkultural di
University of Colorado pada tahun 1966. Pada tahun 1998, Leininger dihormati sebagai
Living Legend of American Academy of Nursing. Leininger adalah editor Journal of Nursing
Transcultural, publikasi resmi dari Masyarakat Keperawatan Transcultural, dari tahun 1989
ke tahun 1995.
Selama tahun 1950, saat bekerja di rumah bimbingan anak, Leininger mengalami apa
yang disebut sebagai cultural shock ketika dia menyadari bahwa pola-pola perilaku pada
anak-anak ternyata memiliki dasar budaya. Leininger mengidentifikasi kurangnya budaya
dan pengetahuan tentang caring sebagai missing link untuk keperawatan. Leininger
Madeline adalah seorang perawat perintis antropolog. Menjabat dekan dari University of
Washington, Sekolah Keperawatan pada tahun 1969, Leininger tetap dalam posisi itu
sampai 1974. Perjalanannya ke New Guinea pada tahun 1960 yang menginspirasi dia akan
kebutuhan perawat untuk memahami pasien dan latar belakang budaya mereka dalam
rangka untuk menyediakan perawatan. Leininger dianggap oleh beberapa orang sebagai
“Margaret Mead keperawatan” dan diakui di seluruh dunia sebagai pendiri keperawatan
transkultural. Dia telah menulis atau menyunting 27 buku dan membuat Journal of
Transcultural Perawatan untuk mendukung penelitian Transcultural Keperawatan Society,
yang ia mulai tahun 1974.
Madeleine Leininger adalah pendiri gerakan Transcultural Nursing di seluruh dunia.
Leininger tetap sebagai salah satu penulis yang paling produktif di seluruh dunia dalam
bidang perawatan budaya. Ia mengembangkan pendekatan ethnonursing dalam
perkembangan asuhan keperawatan. Ethnonursing merupakan sebuah metode pendekatan
kualitatif yang menggunakan berbagai macam strategi untuk mendokumentasikan,
menjelaskan, dan memahami pengalaman, arti serta simbol mengenai perawatan terkait
dengan keyakinan, nilai, kesehatan dan cara pandang budaya klien (Leininger, 2005).
3. Uraian Teori Leininger
Melalui Leininger, keperawatan transkultural dimulai sebagai teori keragaman dan
universalitas perawatan budaya. keperawatan transkultural didirikan dari tahun 1955 ke
tahun 1975. Pada tahun 1975, Teori Leininger disempurnakan khusus melalui penggunaan
konsep "model sunrise". Itu lebih diperluas dari tahun 1975 ke 1983. Ini merupakan
pendirian internasional sebagai bidang keperawatan dari tahun 1983 hingga saat ini. Setelah
diresmikan sebagai kursus keperawatan pada tahun 1966 di University of Colorado, program
keperawatan transkultural dan jalur program yang ditawarkan sebagai master dan
persiapan doktor selama bagian awal tahun 1970-an.
Teori perawatan budaya Madeleine Leininger terfokus pada konsep perawatan yang
sangat penting dalam asuhan keperawatan. Hal ini membuat para perawat berfungsi unik
untuk disiplin lainnya. Dalam paradigma Leininger ini menggambarkan orang sebagai
penerima perawatan, termasuk komponen fisik, spiritual, psikologis, dan sosial budaya.
Manusia secara universal adalah makhluk peduli yang bertahan hidup dalam keragaman
budaya melalui kemampuan mereka untuk menyediakan universalitas perawatan dalam
berbagai cara sesuai dengan budaya yang berbeda, kebutuhan dan pengaturan. Kekuatan-
kekuatan yang ada di luar organisme dan konteks budaya disebut lingkungan, bermakna dan
interpretasi yang diberikan kepada mereka dalam pengaturan fisik, ekologi, sosial politik
atau budaya tertentu.
Definisi konsep utama transkultural nursing menurut Leininger (1988) yaitu:
a. Culture
Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan mentransmisikan nilai, keyakinan, norma,
dan kehidupan praktek dari kelompok tertentu yang dapat memandu kita dalam
berpikir, mengambil keputusan dan bertindak.
b. Care
Perawatan (kata benda) mengacu pada fenomena yang berhubungan dengan
membantu, mendukung dan memperbaiki atau meningkatkan kondisi manusia.
c. Caring
Merawat (kata kerja) mengacu pada tindakan yang diarahkan untuk membantu,
mendukung, dan memperbaiki atau meningkatkan kondisi manusia.
d. Cultural Care
Perawatan budaya mengacu pada nilai-nilai kognitif, keyakinan, dan ekspresi yang
membantu, mendukung, atau mengaktifkan individu atau kelompok lain untuk
mempertahankan kesejahteraan, meningkatkan kondisi manusia atau menghadapi
kematian dan kecacatan.
e. Cultural Care Diversity
Keanekaragaman perawatan budaya mengacu pada variabilitas makna, pola, nilai-nilai,
atau simbol perawatan yang berasal dari budaya untuk kesejahteraan individu, untuk
meningkatkan kondisi manusia dan menghadapi kematian.
f. Cultural Care Universality
Kesatuan perawatan kultural mengacu pada suatu pengertian umum yang memiliki
kesamaan, pola-pola, nilai-nilai, atau simbol-simbol perawatan budaya yang diperoleh
manusia untuk kesejahteraan mereka, untuk meningkatkan kondisi manusia dan
menghadapi kematian. Memandang dunia atau alam semesta untuk membentuk
gambar atau nilai sikap tentang kehidupan mereka dan dunia mereka.
g. Work View/ sudut pandang dunia

-2-
Sudut pandang dunia mengacu pada cara individu dalam memandang dunia atau alam
semesta untuk membentuk gambar atau nilai sikap tentang kehidupan mereka dan
dunia tentang mereka.
h. Social Structure
Struktur sosial mengacu pada sifat dinamis dari saling terkait struktural atau organisasi
faktor budaya tertentu (atau masyarakat) dan bagaimana faktor-faktor ini berfungsi
untuk memberikan arti dan ketertiban struktural, termasuk agama, kekerabatan, politik,
ekonomi, pendidikan, teknologi, dan faktor budaya.
i. Environment Contex
Konteks lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu peristiwa, situasi, atau
pengalaman tertentu yang memberikan arti manusia untuk berekpresi, termasuk
interaksi sosial dan fisik, ekologi, emosional, dan dimensi budaya.
j. Folk health (well being) system
Sistem kesehatan rakyat mengacu pada perawatan kesehatan adat tradisional atau lokal
atau praktek pengobatan yang digunakan untuk menyembuhkan atau membantu
individu.
k. Health
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural,
dihargai, dan dipraktekkan dan yang mencerminkan kemampuan individu atau
kelompok untuk melakukan kegiatan peran mereka sehari-hari dengan cara budaya
yang memuaskan.
l. Professional Health System
Sistem kesehatan profesional mengacu pada perawatan atau penyembuhan jasa
profesional yang ditawarkan oleh tenaga kesehatan yang beragam yang telah disiapkan
melalui program formal profesional studi di lembaga pendidikan khusus.
m. Cultural Care Prevervation Or Maintenance
Pelestarian perawatan budaya mengacu pada membantu individu, mendukung, atau
memungkinkan dalam melakukan tindakan dan keputusan professional untuk
membantu klien berdasarkan budaya tertentu untuk mempertahankan keadaan
kesehatan atau untuk pulih dari penyakit dan menghadapi kematian
n. Cultural acommodation or negotiation
Mengacu pada membantu individu, mendukung, atau memungkinkan dalam membuat
aktifitas dan keputusan professional yang membantu klien dalam memahami budaya
sehingga dapat beradaptasi dan bernegosiasi dengan budaya lain sehingga dapat
memberi keuntungan dan kepuasan status kesehatan atau menghadapi kematian.
o. Cultural care repatterning or restructoring
Mengacu pada membantu individu, mendukung, atau memungkinkan melakukan suatu
aktivitas dan keputusan professional yang dapat membantu klien mengubah gaya hidup
mereka untuk pola yang baru atau berbeda secara budaya yang dapat memberikan
bermaknaan, kepuasan dan dukungan yang menguntungkan dalam pola hidup sehat.

-3-
Model sunrise dikembangkan dan disempurnakan selama lima dekade terakhir untuk
menggambarkan dimensi keragaman perawatan budaya dan universalitas. Gambaran
konseptual untuk menggambarkan komponen teori untuk mempelajari bagaimana
komponen ini mempengaruhi caring dan status kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
lembaga sosial budaya. Sunrise ini untuk menggambarkan dimensi keragaman perawatan
budaya dan universalitas. Konseptualisasi holistik ini untuk membantu peneliti mempelajari
komponen sistematis teori yang beragam, seperti pandangan dunia, sosial faktor struktur,
nilai-nilai dan keyakinan budaya, dan rakyat dan sistem kesehatan profesional. Dengan
demikian, peneliti mampu melihat seluruh konseptual gambar komponen teoritis.
(Leininger, 1988).
Dalam model sunrise, Leininger menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai
konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan merupakan inti dari idenya tentang
keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan.
Tindakan didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung. Menurut Leininger
bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif apabila latar belakang pasien juga
dipertimbangkan, dan perencanaan dan pemberian asuhan keparawatan selalu dikaitkan
dengan budaya.
Berikut adalah kesimpulan kelebihan dan kekurangan dari model Madeiline M.
Leineinger :
Tabel 2.1. Kelebihan dan Kekurangan Model Madeline M.Leininger
Kelebihan Jelas dan mudah dimengerti
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat
memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian

-4-
asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori
Orem, King, Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya
yang akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan
terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk
membuat keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan
keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan.

Kekurangan 1. Terlalu umum, tidak mengidentifikasikan umur, kesehatan,


penyakit pasien dan area khusus keperawatannya
2. Dalam pengaplikasiannya membutuhkan berbagai banyak
komponen yang diperlukan seperti kebijakan, keuangan, sosialisasi.
3. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri
sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai
macam konseptual model lainnya.
4. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam
mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan
model teori lainnya.
5. Akhirnya, menurut Leininger, tujuan studi praktek pelayanan
kesehatan transkultural adalah meningkatkan pemahaman atas
tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya. Dengan
mengidentifikasi praktek kesehatan dalam berbagai budaya (kultur)
baik dimasa lalu maupun zaman sekarang, akan terkumpul
persamaan-persamaan, sehingga kombinasi pengetahuan tentang
pola praktek transkultural dengan kemajuan teknologi dapat
menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan
kesehatan orang banyak dari berbagai kultur.

-5-
B. MARGARET NEWMAN “Theory Of Health As Expanding Consciousness”

1. Tujuan teori
Didalam teori ini Newman memperluas tujuan dari teori ini yaitu kesehatan adalah
kesadaran individu dengan demikian teori ini dikembagkan dari berbagai pengembangan
beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang menjelaskan lebih spesifik
tujuan penerapan intervensi keperawatan. Teori Newman mengenalkan pola menyediakan
dasar untuk proses perawatan klien.
2. Latar belakang penggagas teori
Margaret Newman lahir pada tanggal 10 Oktober 1933 di Memphis Tennessee.
Pendidikan yang diperoleh pada tahun 1962 ia menerima gelar sarjananya dalam
Keperawatan. Pada tahun 1964 ia menerima gelar Master nya Medical-Surgical Nursing.
Pada tahun 1971 ia menyelesaikan Doktor nya Ilmu Keperawatan dan Rehabilitasi.
3. Uraian tentang teori keperawatan margaret A. Newman
a. Definisi dan konsep utama teori Margaret A. Newman
Konsep utama teori Margaret A Newman adalah:
1) Kesehatan: menyangkut penyakit dan non penyakit, ekspilasi pola yang
mendasari individu dan lingkungan. Sebagai suatu proses perkembangan
kesadaran diri dan lingkungan bersama-sama dengan peningkatan kemampuan
untuk mempersepsikan alternatif dan berespon dalam berbagai cara.
2) Pola: apa yang mengidentifikasi individual sebagai seseorang yang khusus
3) Kesadaran: kapasitas informasional system kemampuan system berinteraksi
dengan lingkungannya (waktu, pergerakan dan ruang)
Margaret Newman menjelaskan pola kesehatan sangat penting. Kesadaran akan
memperluas pengenalan pola, manifestasi penyakit tergantung pada pola individu
sehingga patologi dari penyakit ada sebelum gejalanya muncul, sehingga gejala
penyakit tidak mengubah struktur individu. Margaret menjelaskan bahwa individu
muncul dari keadaan kesadaran; mereka kemudian membuat pilihan yang pada
akhirnya membawa mereka melampaui ruang dan waktu untuk keadaan kesadaran
mutlak perawat memfasilitasi pengenalan pola pada klien.
Perawat memfasilitasi wawasan klien melalui berbagi proses pengenalan pola,
membuka tindakan yang mungkin, perawat memasukkan keseluruhan pola menjadi
bagian dan intuisi dari seluruh pola kesehatan. Menurut Marget Newman, kesehatan
individu dalam memperluas kesadaran meliputi kondisi sampai sekarang digambarkan
sebagai penyakit, atau, dalam istilah medis, patologi. Kondisi patologis dapat dianggap
sebagai manifestasi dari pola total individu. Pola individu yang akhirnya
memanifestasikan dirinya sebagai patologi primer dan ada sebelum perubahan
struktural atau fungsional
b. Keterbatasan teori
Meskipun kelengkapan dalam teori Margaret A Newman luas terdapat
kesinambungan antara perawatan pada pasien kronik dan terminal, tetapi teori ini
-6-
muncul berdasarkan kesadaran akan perawat pada kliennya Kesehatan: menyangkut
penyakit dan non penyakit, ekspilasi pola yang mendasari individu dan lingkungan.
Sebagai suatu proses perkembangan kesadaran diri dan lingkungan bersama-sama
dengan peningkatan kemampuan untuk mempersepsikan alternatif dan berespon
dalam berbagai cara. Dalam teori ini sangat menekankan pada kesadaran individu
sehingga dalam aplikasinya perlu di iringi dengan motivasi secara terus menerus,
sehingga untuk promosi kesehatan tidak berjalan secara natural.

Konsep Newman dari penelitian Kathleen M. Musker (2008). Menjelaskan bahwa pola
kesadaran mengacu pada kesadaran akan waktu, ruang dan gerakan pola yang unik
dari setiap orang yang adalah ekspresi yang mendasari kesadaran. Temuan penelitian
ini menunjukkan bahwa pola kehidupan partisipan adalah konfigurasi unik dari ruang,
waktu dan gerakan. Dalam penelitian ini diungkapkan bahwa fenomena yang terjadi
adalah masa transisi memasuki masa menopause yang merupakan stressor yang harus
dialami oleh wanita, kehidupan seseorang merupakan pola yang unik dimana terdapat
kisah-kisah pribadi yang penting didalamnya. Dalam kisah tersebut terdapat proses
mengenali dan merenungkan pola orang tersebut dan lingkungannya. Kesadaran
merupakan transformatif yang membawa perubahan dalam kesehatan dan tidak
dapat dipisahkan oleh pola kesatuan dasar (Newman, 2000)

C. IMOGENE M. KING “Goal Attainment”

Teori Immogene M King yang menjelaskan pencapaian sebuah tujuan atau “Goal Attainment”
menjelaskan bahwa domain perawat dan pasien untuk mendapatkan tujuan atau hasil yang di
butuhkan bersama adalah dengan melalui interaksi antara keduanya. Teori yang cetuskan oleh King
memaparkan kerangka kerja yang menunjukkan adanya proses interaksi antara individu dan perawat
yang akan memunculkan sebuah transaksi.

-7-
D. PATRICIA BENNER “From Novice To Expert”
1. Latar belakang Penggagas Teori
Patricia Benner dilahirkan di Hampton Virginia USA, pada tanggal 10 Mei 1955.
Patricia Benner adalah Profesor di Departemen Fisiologis Keperawatan di Sekolah
Keperawatan di University of California , San Francisco. Dr Benner menerima gelar
sarjana di bidang keperawatan dari Pasadena College, gelar master dalam keperawatan
bedah medis dari University of California, San Francisco, dan Ph.D.
2. Uraian tentang Teori Keperawatan Patricia Benner
a. Konsep Utama Teori Benner
Patricia Benner telah mengembangkan konsep yang dikenal sebagai "From
Novice to Expert." Konsep ini menjelaskan bahwa perawat mengembangkan
keterampilan dan pemahaman tentang perawatan pasien dari waktu ke waktu dari
kombinasi dasar pendidikan yang kuat dan pengalaman pribadi.
Dasar pembuatan teori ini adalah karena terjadinya pasien semakin kritis
dengan semakin baik pengetahuan, perkembangan teknologi kesehatan,
penurunan masa rawat inap pasien menyebabkan dibutuhkannya perawat yang
berpengalaman. Dengan demikian pasien akan dapat menilai perbedaan antara
perawat yang berpengalaman dan perawat pemula (Williams, Williams, & Health,
2015)
Benner mengusulkan bahwa perawat bisa mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan tanpa benar-benar belajar teori. Dia menjelaskan hal ini sebagai
perawat "knowing how" without "knowing that." Dia menjelaskan lebih lanjut
bahwa perkembangan pengetahuan di bidang-bidang seperti keperawatan terdiri
dari perluasan pengetahuan melalui penelitian dan pemahaman melalui
pengalaman klinis.

-8-
Benner (1982) menyatakan bahwa the Dreyfus Model Skill Acquisition
menawarkan sesuatu yang bermanfaat untuk menilai perbedaan antara perawat
yang berpengalaman dan perawat pemula. Model ini disampaikan dua orang yang
berasal dari University of California, Berkeley, yaitu Stuart Dreyfus yang merupakan
seorang professor yang ahli matematika dan analisis sistem, dan Hubert Dreyfus
yaitu seorang filosofi. Berdasarkana hal tersebut, maka Benner menemukan bahwa
model tersebut dapat digeneralisasikan dalam keperawatan. Dimana model ini
dibutuhkan dalam peningkatan kinerja yang terampil berdasarkan pengalaman
serta pendidikan. Hal ini juga bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan
dalam praktik keperawatan dan pengembangan karir dalam praktik keperawatan
(Williams et al., 2015)
Secara singkat, model Dreyfus berpendapat bahwa, dalam akuisisi dan
pengembangan keterampilan, akan melewati satu dari lima tingkat kemahiran,
yaitu : 1) novice, 2) advanced beginner, 3) competent, 4) proficient dan 5) expert.
Adapun penjelasan dari lima tingkat pengalaman keperawatan adalah sebagai
berikut:
1) Novice/pemula
Novice/Seorang pemula adalah pemula tanpa pengalaman. Mereka
diajarkan aturan umum untuk membantu melakukan tugas-tugas, dan
perilaku aturan-diatur mereka terbatas dan tidak fleksibel. Dengan kata lain,
mereka diberitahu apa yang harus dilakukan dan hanya mengikuti instruksi
(Benner, et al., 2009).
Novice merupakan perawat yang belum memiliki latar belakang
pengalaman klinik ini paling cocok disematkan kepada mahasiswa
keperawatan yang akan memasuki dunia klinik, akan tetapi Patricia Benner
menambahkan perawat senior yang masuk ke lingkungan yang sama sekali
baru juga dapat dikategorikan ke dalam level ini. Perawat pada level pemula
perlu untuk selalu diarahkan dan diberi petunjuk yang jelas (tidak
konteksual, akan tetapi dapat langsung diinterpretasi secara tekstual).
2) Advance beginner
Pada level ini perawat telah memiliki pengalaman klinik dan mampu
menangkap makna dari aspek - aspek dalam suatu situasi keperawatan
(pada tahap ini perawat masih memerlukan bimbingandan arahan secara
kontinyu karena belum mampu memandang situasi secaara luas dan holistic.
Perawat masih merasa bahwa situasi klinik dan berbagai kasus pasien adalah
sebuah tantangan yang harus dilalui, dan belum memandang dari sisi
kebutuhan pasien (meskipun demikian mereka masih sangat membutuhkan
bantuan dari senior). Level ini paling sesuai untuk fresh graduate ners.
3) Competent
Pada level ini perawat telah mampu memilah dan memilih aspek mana
dari suatu situasi keperawatan yang benar benar penting dan kurang perlu
dipertimbangkan lebih lanjut. Kriteria utama dari level ini adalah perawat
harus mampu membuat perencanaan dan memprediksikan hal hal apa yang
mungkin terjadi selanjutnya. Keterbatasan dari level ini adalah perawat
-9-
masih memandang suatu situasi pasien secara parsial sehingga tindakannya
pun kurang dapat menyentuh setiap dimensi pasien sebagai individu yang
holistic.
4) Proficient
Pada level ini perawat dapat memandang situasi secara holistik, tidak
hanya per aspek dari situasi tersebut. Perawat mampu bertindak bagi pasien
tanpa terlebih dahulu melalui tahapan tahapan penetapan tujuan dan
penyusunan rencana tindakan. Pada level ini juga perawat telah lebih
banyak berinteraksi dengna pasien dan keluarganya.
5) Expert
Pada level ini perawat telah dapat menentukan inti masalah yang
dialami oleh pasien dan segera mengetahui intervensi apa yang paling tepat
diberikan tanpa harus melalui serangkaian tahap berpikir analitis. Secara
intuitif perawat expert dapat menentukan masalah dan tindakan tanpa
dibingungkan dengan berbagai alternative. Pengalaman dan pengetahuan
yang bersinergi dengan baik telah membentuk naluri dan intuisinya sehingga
dapat memandang pasien secara keseluruhan dalam waktu yang singkat.
b. Analisis model from Novice to Expert
1) Person
Patricia Benner mendasarkan penjelasannya tentang seseorang
berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Heidegger. Benner
menggambarkan seseorang sebagai, "makhluk diri -interpreting yaitu, orang
yang lahir ke dunia tidak langsung mempunyai arti, tetapi menjadi berarti
seiring dengan perjalanan kehidupan. Seseorang juga mempuyai sedikit
pengalaman dan kesulitan dalam memahami diri dalam kehidupan (Tomey
& Alligood, 2006). Satu mungkin menafsirkan pernyataan ini berarti bahwa
manusia lahir ke dalam dunia sebagai "batu tulis kosong", dan bahwa
melalui pengalaman yang diberikan oleh kehidupan bahwa seseorang adalah
dibentuk menjadi diri mereka sendiri.
Benner memandang seseorang sebagai sesuatu yang aktif "peserta
dalam makna umum" Benner menjelaskan empat aspek pemahaman yang
dapt membentuk seseorang: 1. peran situasi. 2. Peran tubuh. 3. Peran
keprihatinan pribadi, dan 4. Peran temporalitas. (Tomey & Alligood, 2006).
Aspek ini menegaskan kembali sebuag konsep yang menyatakan bahwa
seseorang tidak didefinisikan hanya dengan fisik tubuh, tetapi pikiran dan
tubuh merupakan satu kesatuan. Hal inilah yang telah diajarkan di bidang
keperawatan yaitu seorang perawat dalam melakukan perawatan pada
pasien adalah secara menyeluruh, bukan hanya tubuh/fisik saja.
2) Environment
Patricia Benner tidak menggunakan istilah "lingkungan" untuk
menggambarkan dunia di mana seseorang orang hidup, tapi ia menjelaskan
"situasi". Istilah, situasi, menyiratkan bahwa seorang individu terlibat dalam
lingkungan sosial dan interaktif. Benner menggunakan istilah “being
situated” dan “situated meaning, yang didefinisikan sebagai keterlibatan
-10-
seseorang dalam interaksi, interpretasi, dan pemahaman dari situasi
"(Tomey & Alligood 2006). Konsep ini menyiratkan bahwa pengalaman dan
perspektif seseorang dapat mempengaruhi lingkungan disekitar mereka.
(Tomey & Alligood, 2006).
3) Health
Benner membagi konsep kesehatan menjadi dua konsep. Yang
pertama, adalah bahwa "kesehatan adalah berdasarkan apa yang dapat
dinilai ", data objektif. "Kesejahteraan", yang didefinisikan sebagai
pengalaman kesehatan sesorang dan keutuhan (Tomey & Alligood, 2006).
Menurut Benner, kesehatan seseorang tidak hanya terbatas karena adanya
penyakit, tetapi pengalaman individu tersebut terhadap keadaan yang
dialami. Misalnya, pada seseorang yang didiagnosis kanker paru-paru;
namun, tergantung pada stadium kanker, orang tersebut mungkin tidak
mengalami efek sakit dari / penyakit nya pada waktu saat ini.
4) Nursing
Dalam hal ini keperawatan digambarkan dengan “caring”. Caring
merupakan suatu hubungan kepedulian. Dalam paradigma ini caring
merupakan hal inti dalam keperawatan karena dengan caring
memungkinkan adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien
dalam memberikan bantuan. Memahami praktik keperawatan harus
dihubungkan dengan pengalaman hidup, riwayat kesehatan dan penyakit,
ketiga elemen ini harus diperhatikan dalam praktik keperawatan karena
keperawatan merupakan bentuk seni dan tanggungjawab moral (Wrubel
dan Benner 1989).

E. DOROTHEA E OREM “Self Care Deficit Theory”


1. Latar Belakang Penggagas Teori
Dorothea Elizabeth Orem merupakan salah satu pencetus teori keperawatan yang
terkenal di Amerika, lahir di Baltimore, Maryland, pada tahun 1914. Orem memulai karir
di keperawatan di Providence Hospital School of Nursing di Washington, dan
memperoleh gelar diploma keperawatan pada awal tahun 1930 an. Orem memperoleh
gelar sarjana dari Catholic University of America (CUA) pada tahun 1939 dan
memperoleh gelar master di universitas yang sama pada tahun 1946. Awal pengalaman
Orem di keperawatan meliputi perawat di kamar operasi, tugas perawat pribadi baik di
-11-
rumah sakit maupun di rumah, staf perawat di anak dan dewasa, unit medikal bedah,
supervisi di ruang gawat darurat, dan mengajar ilmu biologi. Orem menjabat direktur di
fakultas keperawatan dan di departemen keperawatan Providence Hospital pada tahun
1940-1949. Setelah itu,Orem meninggalkan Deltroit dan menghabiskan 8 tahun di
Indiana untuk bekerja di divisi pelayanan rumah sakit dan institusi di Indiana State Board
of Health. Tujuannya adalah ingin meningkatkan kualitas perawat rumah sakit umum di
daerah tersebut.
Pada tahun 1957 Orem berpindah ke Washington DC dan menempati posisi di
pendidikan di departemen kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sebagai konsultan
kurikulum. Dari tahun 1958-1960 Orem bekerja pada proyek untuk meningkatkan atau
pelatihan praktek keperawatan. Satu tahun setelahnya, Orem menjadi asisten profesor
di CUA. Selanjutnya Orem menjadi dekan dan assosiate profesor. Orem melanjutkan
mengembangkan konsepnya tentang keperawatan dan self care di CUA. Menyusun
konsep sendiri atau terkadang dengan orang lain. Anggota Nursing Model Committee di
CUA yang kemudian menjadi Nursing Development Conference Group (NDCG), semua
berkontribusi dalam mengembangkan teori. Orem menerapkan kepemimpinan
intelektual dalam usaha kolaborasi ini.
Pada tahun 1970, Orem meninggalkan CUA dan memulai usahanya dalam bidang
konsultan. Buku pertama yang dipublikasikan adalah “Nursing Concepts of Practice”,
pada tahun 1971. Orem merupakan editor untuk NDCG yang kemudian direvisi menjadi
Concept Formalization in Nursing: Process and Product pada tahun 1973 dan 1979. Pada
tahun 2004, cetakan edisi kedua di produksi dan didistribusikan oleh International Orem
Society for Nursing Science and Scholarship (IOS). Edisi berikutnya dari Nursing Concept
of Practice dipublikasikan pada tahun 1980, 1985, 1991, 1995 dan 2001. Orem kemudian
mengundurkan diri pada tahun 1984 dan mulai bekerja sendiri dengan koleganya, dalam
mengembangkan Self Care Deficit Nursing Theory (SCDNT).
George town University menganugrahi Orem Doktor of Science pada tahun 1976.
Orem juga memperoleh penghargaan dari asosiasi alumni CUA dalam teori
keperawatan. Penghargaan lain yang diterima antara lain: Incarnate Word College
(1980), Doctor of Humane letters dan Illionis Wesleyan University (1988), Linda Richards
Award dan National Leaguefor Nursing (1991), dan Honorary Fellow of American
Academy of Nursing (1992). Orem mendapat penghargaan Doctor of Honoris Causa dari
University of Missouri pada tahun 1998.
Pada usia 92 tahun, Orem meninggal setelah mengalami periode tirah baring. Orem
meninggal pada Jumat, 22 Juni 2007 di tempat tinggalnya di Pulau Skidway, Georgia.
Penghargaan terakhir dari kolega Orem dalam wujud Ios offical journal. Self care,
Dependent Care & Nursing (SCDCN). Beberapa paper dan presentasi Orem menyediakan
bagaimana pandangan dalam praktek keperawatan, pendidikan keperawatan, dan ilmu
keperawatan. Beberapa paper sekarang tersedia dalam bentuk kompikasi yang diedit
oleh Renpening dan Taylor.
2. Tujuan Teori Orem
Berdasarkan hasil pengamatan, Orem mulai proses memformalkan pengetahuan
tentang apa orang perlu melakukan atau telah melakukan untuk diri mereka sendiri
untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan. Ketika seseorang perlu bantuan, apa
-12-
bantuan keperawatan yang sesuai tindakan? Teori perawatan diri menjelaskan apa
orang membutuhkan dan tindakan apa yang perlu diambil untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
3. Uraian Teori Orem
Orem menyatakan bahwa “keperawatan menjadi keluarga dari pelayanan kesehatan
yang terorganisasi untuk menyediakan perawatan langsung kepada orang yang
memerlukan bentuk perawatan langsung yang berbeda karena status kesehatan atau
lingkungan perawatan”. Orem memaparkan konsep layanan bantuan yang jelas yang
harus disediakan oleh perawat. Orem mengakui bahwa apabila keperawatan ingin maju
sebagai suatu pengetahuan dan praktek,maka membutuhkan struktur dan organisasi
body of knowledge dari keperawatan. Dari pertengahan tahun 1950 an, saat Orem
mengemukakan definisi keperawatan dan mencoba mengejar dan mengembangkan
struktur teotri yang dapat memaparkan seperti sebuah organisasi atau kerangka kerja
body of knowledge.
Sumber utama ide Orem tentang keperawatan adalah pengalamannya dalam
keperawatan. Berdasarkan refleksi dari situasi praktek keperawatan, Orem dapat
mengidentifikasi obyek yang tepat atau fokus dari keperawatan. Pertanyaan yang
menjadi bahan pemikiran Orem adalah “Kondisi apa yang ada pada seseorang saat
keputusan diambil sehingga perawat harus ada dalam situasi tersebut?”.
Kondisi yang mengindikasikan bahwa seseorang membutuhkan bantuan perawat
adalah ketidakmampuan seseorang untuk secara berkelanjutan menyediakan untuk
dirinya sendiri self care yang berkualitas karena situasi kesehatan personal. Hal ini
merupakan obyek sesuai yang menentukan domain atau batasan dari keperawatan, baik
sebagai lingkup pengetahuanmaupun praktek. Spesifikasi obyek sesuai dari keperawatan
menandai permulaan kerja teori Orem. Usaha Orem adalah bekerja secara mandiri,
bersama koleganya dan mempunyai hasil dalam mengembangkan dan memperbaiki dari
SCDNT. Terdiri dari beberapa konsep dan teori yang menentukan hubungan dari konsep
tersebut, SCDNT merupakan teori umum, yaitu secara deskriptif menjelaskan
keperawatan dalam semua tipe situasi praktek. Awalnya, tiga teori spesifik dipaparkan
dengan jelas, yaitu nursing system, self care deficit dan self care. Teori tambahan yaitu
teori dependent care.
Teori self care merupakan teori umum yang dibangun dari 4 komponen yang saling
berhubungan, yaitu:
a. Teori self care, yang menjelaskan mengapa dan bagaimana seseorang merawat dirinya
sendiri.
b. Teori dependent care, menjelaskan bagaimana anggota keluarga atau teman
memberikan perawatan untuk seseorang yang mengalami ketergantungan terahdap
orang lain.
c. Teori self care deficit, menjelaskan bagaimana seseorang dapat dibantu melalui
keperawatan.
d. Teori nursing sistem, menjelaskan hubungan yang harus ada dan dipertahankan dalam
keperawatan agar produktif.

-13-
Teori tersebut dihubungkan oleh enam konsep sentral yaitu; 1) Self-care; 2) Self-care
agency; 3) kebutuhan self-care therapeutic; 4) self-care deficit; 5) nursing agency, dan 6)
nursing system, serta satu konsep perifer yaitu basic conditioning factor (faktor kondisi
dasar). Postulat self-care teori mengatakan bahwa self-care tergantung dari perilaku yang
telah dipelajari, individu berinisiatif dan membentuk sendiri untuk memelihara kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraannya.
1. Teori Self-Care
Untuk memahami teori self-care, sangat penting terlebih dahulu memahami konsep self-
care, self-care agency, basic conditioning factor dan kebutuhan self-care therapeutic.
a. Self-care adalah performance atau praktek kegiatan individu untuk berinisiatif dan
membentuk prilaku mereka dalam memelihara kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan. Jika self-care dibentuk dengan efektif maka hal tersebut akan membantu
membentuk integritas struktur dan fungsi manusia dan erat kaitannya dengan
perkembangan manusia.
b. Self-care agency adalah kemampuan manusia atau kekuatan untuk melakukan self-care.
Kemampuan individu untuk melakukan self-care dipengaruhi oleh basic conditioning
factors
c. Basic conditioning factors seperti; umur, jenis kelamin, status perkembangan, status
kesehatan, orientasi social budaya, sistem perawatan kesehatan (diagnostik,
penatalaksanaan modalitas), sistem keluarga, pola kehidupan, lingkungan serta
ketersediaan sumber.
d. Kebutuhan self-care therapeutic (Therapeutic self-care demand) adalah merupakan
totalitas dari tindakan self care yang diinisiatif dan dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan self care dengan menggunakan metode yang valid yang berhubungan dengan
tindakan yang akan dilakukan.
Konsep lain yang berhubungan dengan teori self-care adalah self-care requisite. Orem
mengidentifikasikan tiga katagori self-care requisite :

a. Universal meliputi; udara, air makanan dan eliminasi, aktifitas dan istirahat, solitude dan
interaksi sosial, pencegahan kerusakan hidup, kesejahteraan dan peningkatan fungsi
manusia.
b. Developmental, lebih khusus dari universal dihubungkan dengan kondisi yang
meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan seperti; pekerjaan baru,
perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut. Pengembangan self care requisites
terpisah dari self care requisites umum. Terdapat 3 komponen dalam pengembangan
self care requisites, yaitu:
1. Adanya kondisi yangdapat meningkatkan pegembangan
2. Janji untuk pengembangan diri
3. Pencegahan pengaruh kondisi atau situasi kehidupan seseorang yang dapat
mempengaruhi perkembangan manusia.
c. Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan akibat terjadinya
perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk melakukan self-care
akibat suatu penyakit atau injury. Self care requisite ini munvul pada orang yang
mengalami kondisi sakit, dalam bentuk gangguan atau kondisi patologis yang spesifik,

-14-
meliputi kecacatan, dan seseorang dengan diagnosa dan pengobatan medis.
Karakteristik penyimpangan kesehatan sebagai kondisi yang muncul menentukan jenis
kebutuhan perawatan sesuai dengan dampak yang diakibatkan dari kondisi patologis.
Penyakit tidak hanya mempengaruhi struktur spesifik dan mekanisme baik fisik maupun
psikologi tetapi juga berpengaruh terhadap aspek fungsi manusia. Ketika aspek fungsi
terpengaruh secara serius, maka pengembangan untuk agency seseorang rusak baik
sementara maupun permanen. Dalam status kesehatan yang tidak normal, self care
requisite muncul dari status kesehatan dan diukur dengan diagnosis atau pengobata
yang dilakukan.
2. Teori Self-Care Deficit
Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem. Dalam teori
ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau pada kasus ketergantungan) tidak
mampu atau terbatas dalam melakukan self-care secara efektif. Keperawatan diberikan
jika kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau adanya
ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan dalam
membantu self-care:
a. Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain.
b. Memberikan petunjuk dan pengarahan.
c. Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
d. Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung pengembangan
personal..
e. Pendidikan.
Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa atau semua
metode tersebut dalam memenuhi self-care. Orem menggambarkan hubungan diantara
konsep yang telah dikemukakannya.

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa jika kebutuhan lebih banyak dari
kemampuan, maka keperawatan akan dibutuhkan. Tindakan-tindakan yang dapat
dilakukan oleh perawat pada saat memberikan pelayanan keperawatan dapat
digambarkan sebagi domain keperawatan. Orem (1991) mengidentifikasikan lima area
aktifitas keperawatan yaitu:
a. Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien dengan individu, keluarga,
kelompok sampai pasien dapat melegitimasi perencanaan keperawatan.
b. Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan.
-15-
c. Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan untuk
kontak dan dibantu perawat.
d. Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara langsung dalam bentuk
keperawatan.
e. Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-hari
klien, atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial dan
edukasional yang dibutuhkan atau yang akan diterima.
3. Teori Nursing System

Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self-care dan
kemampuan pasien melakukan self-care. Jika ada self-care deficit, self-care agency dan
kebutuhan self-care therapeutic maka keperawatan akan diberikan.

Nursing agency adalah suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan untuk
orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang dapat melakukan,
mengetahui dan membantu orang lain untuk menemukan kebutuhan self-care
therapeutic mereka, melalui pelatihan dan pengembangan self-care agency.

Orem mengidentifikasi tiga klasifikasi nursing system yaitu:

F. ROSEMARIE RIZZO PARSE “ Human Becoming Theory ”

Dialog dan interaksi yang dilakukan Rosemarie Rizzo Parse dengan Van Kaan dan
Giorgi menstimulasnya untuk berpikir tentang pengalaman hidup dari manusia, kebebasan dan
partisipasi pada hidup seseorang. Mensistensis teori tentang kesatuan manusia (univary human
beings) yang dikembangkan oleh Martha E Rogers pada tahun 1970 dan 1992 dengan prinsip
fundamuntal dari ide existential phenomenological yang dikemukakan oleh Heidegger
(Hermeneutik), Satre dan Merlev-ponty dan mengatakan bahwa keperawatan sebagai ilmu
tentang kemanusiaan. 3 proses asumsi dasar, yaitu :
1. Proses menjadi manusia adalah pilihan setiap individu secara bebas terhadap makna akan
suatu situasi dalam proses nilai kehidupan manusia.

-16-
2. Proses manusia menjadi adalah pola yang diciptakan secara teratur dalam hubungan
proses menguntungkan antara manusia dan alam semesta.
3. Proses menjadi manusia adalah proses multidimensi yang menggabungkan berbagai
kemungkinan-kemungkinan menciptakan. Teori Human Becoming didapatkan dengan
pendekatan biomedis dan bio-psycho-socialspiritual yang memandu perawat dalam
memahami persfektif dari masing- masing bagian dalam memberikan pelayanan
keperawatan
Theory human becoming. Teori ini terdiri dari 3 prinsip besar yaitu: structuring,
cocreating rhythmical pattern, and cotranscendence prinsip: Structuring Meaning Prinsip
utama dalam teori human becoming teori adalah
1. Prinsip satu : Structuring Meaning
Structuring Meaning atau membangun makna merupakan proses
menggambarkan dan memberi nilai dari ungkapan langsung ( penggunaan bahasa) yang
dibagi kedalam 3 ide utama yang membentuk cara perawat berfikir tentang manusia
sebelumnya ia mendekati masyarakat dalam pelayanan.
2. Prinsip yang kedua
Menyusun pola ritme merupakan pernyataan yang tersembunyi pembatasan
dan pembatasan kemungkinan dari sebuah hubungan yang terputus Pola-pola yang
mengubah waktu sebagai realita yang interes untuk memudahkankan penerimaan
kehilangan dan menintegrasikan dengan sesuatu cara yang unik untuk mencapai
kesejahteraan.
3. Prinsip ketiga Contrascending
Maksud dari prinsip ini adalah manusia secara terus menerus berubah dan
membuka kehidupan mereka memilih dari beberapa yang mungkin tentang bagaimana
melakukan, apa sikapnya dan bagaimana pendekatan yang bisa digunakan, siapa yang
terlibat, apa yang menarik atau cara mengeskprorasikan.

-17-
G. SISTER CALLISTA ROY “Teori Adaptasi”

1. Latar Belakang
Sister Calista Roy adalah anggota dari para Suster (biarawati) Santo Yosep dari
Carondelet, lahir pada 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Dia menerima gelar
Bachelor Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Mary’s College di Los Angeles dan
Master Keperawatan dari University of California, Los Angeles pada tahun 1966.
Sesudahnya Roy memulai pendidikan tentang sosiologi, menerima gelar master keduanya
tahun 1973 dan doctor sosiologi diraih pada 1973 dari University of California.
Saat bekerja untuk meraih gelar master, Roy ditantang dalam seminar dengan
Dorothy E. Johnson untuk membuat model konsep dalam keperawatan, Roy telah
mencatat kegembiraan luar biasa pada anak-anak dan kemampuan beradaptasi dalam
respon pada perubahan fisik dan psikologis mayor. Roy tertarik pada adaptasi adalah
conceptual framework yang sesuai dalam keperawatan. Roy membangun konsep dasar
dari model saat ia lulus dari University of California, Los Angeles, dari 1964 sampai 1966.
Roy memulai operasional modelnya pada tahun 1968 ketika Mount Saint Mary’s College
mengadopsi framework adaptasi sebagai 4dasar filosofi dalam kurikulum keperawatan.
Roy Adaptation Model pertama kali dipresentasikan dalam literature pada sebuah artikel
yang dipublikasikan dalam Nursing Outlook tahun 1970 dengan judul “Adaptation: A
Conceptual Framework for Nursing” (Roy, 1970) seperti dituliskan oleh Alligood (2014a).
Roy merupakan associate professor dan pegawai di Department of Nursing at Mount
Saint Mary’s College sampai 1982. Dia dipromosikan ke dalam urutan untuk menjadi
professor pada 1983 di kedua institusi yaitu Mount Saint Mary’s College dan University of
Portland. Dia menolong mmemulai dan mengajar di program master musim panas di
University of Portland. Dari 1983 ke 1985, dia mengikuti fellow Robert Wood Johnson
postdoctoral sebagai penerima beasiswa perawat klinis di ranah neuroscience. Selama
waktu ini, dia berhubungan dengan penelitian dalam intervensi keperawatan untuk
pemulihan kognitif pada cedera kepala dan di bagaimana pengaruh model keperawatan
dalam pembuatan keputusan. Pada 1987, Roy memulai membuat posisi baru teori baru di
Boston College School of Nursing. Roy telah mempublikasikan banyak buku, bab dan artikel
secara periodic dan mempresentasikan sejumlah kuliah dan workshop yang berfokus pada
teori adaptasi keperawatan. (Roy & Andrews, 1991 cit Alligood, 2014a).
Perbaikan dan pernyataan kembali dari Roy Adaptation Model dipublikasikan dalam
bukunya pada tahun 1999, The Roy Adaptation Model (Roy & Andrews, 1999). Roy adalah
anggota Sigma Theta Tau dan dia menerima National Founder’s Award for Excellence in
Fostering Professional Nursing Standards pada tahun 1981. Dia juga menerima Honorary
Doctorate of Humane Letters dari Alverno College (1984), honorary doctorates dari Eastern
Michigan University (1985), St. Joseph’s College in Maine (1999) dan American Journal of
Nursing Book of the Year Award for Essentials of the Roy Adaptation Model (Andrews &
Roy, 1986).
Roy juga dikenal sebagai The World Who’s Who of Women (1979); Personalities of
America (1978); fellow of the American Academy of Nursing (1978); penerima Fulbright

-18-
Senior Scholar Award from the Australian-American Educational Foundation (1989), dan
menerima the Martha Rogers Award for Advancing Nursing Science dari the National
League for Nursing (1991). Roy menerima the Outstanding Alumna award dan Carondelet
Medal yang prestisius dari almamaternya, Mount Saint Mary’s. The American Academy of
Nursing memberikan penghargaan Roy untuk persembahan hidupnya yang luar biasa
dengan memperkenalkannya sebagai Legenda Hidup pada tahun 2007. (Alligood, 2014a).
2. Uraian Konsep Teori Model Adaptasi Roy
a. Sumber teoritis
Derivasi dari Roy Adaptasi Model untuk keperawatan termasuk kutipan dari
karya Harry Helson di psychophysics yang diperluas untuk ilmu-ilmu sosial dan
perilaku (Roy, 1984). Dalam teori adaptasi Helson ini, tanggapan adaptif adalah
fungsi dari stimulus yang masuk dan tingkat adaptif (Roy, 1984). Sebuah stimulus
adalah faktor apapun yang memprovokasi respon. Stimuli mungkin timbul dari
internal maupun lingkungan eksternal (Roy, 1984). Tingkat adaptasi terdiri dari efek
dikumpulkan dari tiga kelas rangsangan berikut:
1) Stimuli focal adalah stimulus tiba-tiba yang membuat individu segera
memberikan respon.
2) Kontekstual stimuliare semua rangsangan lain yang hadir yang kontribusi pada
efek dari stimulus fokal.
3) Residual faktor lingkungan stimuliare yang efek tidak jelas dalam situasi
tertentu.
Kerja Helson ini mengembangkan konsep zona tingkat adaptasi, yang
menentukan apakah stimulus akan menimbulkan respon yang positif atau negatif.
Menurut teori Helson ini, adaptasi adalah proses menanggapi secara positif terhadap
perubahan lingkungan (Roy & Roberts, 1981).
Setelah pengembangan model nya, Roy disajikan sebagai kerangka untuk
praktek keperawatan, penelitian, dan pendidikan. Roy (1971) mengakui bahwa lebih
dari 1500 dosen dan mahasiswa memberikan kontribusi terhadap perkembangan
teoritis dari model adaptasi. Dia menyajikan model sebagai kerangka kurikulum
untuk besar penonton pada Konferensi 1977 Perawat Pendidik di Chicago (Roy,
1979). Dan, pada tahun 1987, diperkirakan bahwa lebih dari 100.000 perawat di
Amerika Serikat dan Kanada telah siap untuk berlatih menggunakan model Roy.
Dalam Pengantar Keperawatan: Sebuah Adaptasi Model, Roy (1976a)
membahas konsep diri dan identitas kelompok model. Dia dan rekan-rekannya
mengutip karya Coombs dan Snygg mengenai konsistensi diri dan faktor utama yang
mempengaruhi konsep diri (Roy, 1984). Teori interaksi sosial yang dikutip untuk
memberikan dasar teoritis. Misalnya, Roy (1984) mencatat bahwa Cooley (1902)
berteori bahwa persepsi diri dipengaruhi oleh persepsi tanggapan orang lain, disebut
"mencari kaca diri”. Roy dibangun di atas saran Sullivan bahwa diri muncul dari
interaksi sosial (Roy, 1984). Gardner dan pendekatan perkembangan Erickson
dukungan Roy (Roy, 1984). Yang lain mode-fisiologis-fisik, fungsi peran, dan
interdependensi-ditarik sama dari ilmu biologi dan perilaku untuk pemahaman
orang.
b. Konsep Utama & Definisi
-19-
1) Sistem
Sebuah Systemis merupakan "seperangkat atau kesatuan dari beberapa
bagian terhubung yang berfungsi untuk beberapa tujuan dan yang
melakukannya saling ketergantungan dari bagian-bagiannya" (Roy & Andrews,
1999, hal. 32). Selain memiliki keutuhan dan bagian terkait, "sistem juga
memiliki input, output, dan kontrol serta proses umpan balik "(Andrews & Roy,
1991, hal. 7).
2) Tingkat Adaptasi
Gambaran dari proses kehidupan dalam konteks adaptasi dibagi menjadi
tiga tingkatan, yaitu dijelaskan pada tiga tingkat yang terintegrasi, kompensasi,
dan dikompromikan (Roy & Andrews, 1999, hal. 30). Tingkatan adaptasi
sesorang merupakan suatu respon yang terus berubah setiap waktu dan
merupakan perwakilan standar terhadap respon stimulus sesorang dimana hal
tersebut dibentuk berdasatkan stimulus fokal konseptual dan stimulus residual.
(Roy, 1984, hlm. 27-28).
3) Masalah Adaptasi
Masalah adaptasi adalah daerah luas yang menjadi perhatian terkait
dengan adaptasi. Ini menggambarkan kesulitan terkait dengan indikator
adaptasi positif" (Roy & Andrews, 1999, hal. 65). Roy (1984) menyatakan
berikut:
Hal ini dapat dicatat pada titik ini bahwa perbedaan yang dibuat antara
masalah adaptasi dan diagnosa keperawatan didasarkan pada pengembangan
yang bekerja di kedua bidang tersebut. Pada titik ini, masalah adaptasi dilihat
bukan sebagai diagnosa keperawatan, tetapi sebagai bidang yang menjadi
perhatian bagi perawat yang berhubungan dengan beradaptasi seseorang atau
kelompok (dalam setiap adaptif mode) (pp. 89-90).
4) Stimulus fokal
Focal stimulus yakni " stimulus yang muncul tiba tiba berupa stimulus
internal atau eksternal yang mempengaruhi sistem idividu, "(Roy & Andrews,
1999, hal. 31).
5) Stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual adalah "semua rangsangan lain yang hadir di situasi
dan berkontribusi terhadap efek dari focal stimulus" (Roy & Andrews, 1999, hal.
31). Rangsangan kontekstual adalah semua faktor lingkungan yang hadir untuk
orang dari dalam atau tanpa tetapi yang tidak menjadi pusat perhatian orang
tersebut dan / atau energi "(Andrews & Roy, 1991, hal. 9).
6) Stimuli residual
Stimuli residual "adalah faktor lingkungan dalam atau tanpa sistem
manusia dengan efek dalam situasi saat ini yang tidak jelas "(Roy & Andrews,
1999, hal. 32).
7) Proses koping
Proses koping atau mengatasi masalah " cara respon yang muncul atau
diperoleh untuk berinteraksi dengan perubahan lingkungan, baik berupa dari
instrinsik maupun eksintrik"(Roy & Andrews, 1999, hal. 31).
-20-
8) Mekanisme koping instrinsik
Merupakan repon otomatis yang penggunaanya tidak memerlukan proses
berpikir yang didapatkan sejak lahir atau genetik dan umum."(Roy & Andrews,
1999, hal. 46).
9) Mekanisme koping yang didapat
Mekanisme coping diakuisisi dikembangkan melalui strategi seperti
belajar. Pengalaman yang didapat selama menjalani kehidupan akan
membentuk cara berespon terhadap suatu stimulus tertentu"(Roy & Andrews,
1999, hal. 46).
10) Subsystem regulator
Regulator adalah "proses coping utama yang melibatkan saraf, kimia, dan
sistem endokrin "(Roy & Andrews, 1999, hal. 32).
11) Subsystem Cognator
Cognator adalah "proses coping utama yang melibatkan empat
saluran kognitif-emotif: persepsi dan pengolahan informasi, pembelajaran,
penilaian, dan emosi "(Roy & Andrews, 1999, hal. 31).
12) Respon adaptif
Respon adaptif merupakan respon yang dapat meningkatkan adaptasi,
integritas atau pencapaian pada sistem manusia. (Roy & Andrews, 1999, hal.
31).
13) Respon tidak efektif
Respon tidak efektif merupakan respon yang tidak memberikan
kontribusi terhadap pencapaian dalam peningkatan integritas tujuan sistem
manusia "(Roy & Andrews, 1999, hal. 31).
14) Proses Hidup terpadu
Merujuk pada tingkatan adaptasi dimana struktur dan fungsi dari proses
merupakan satu kesatuan bentuk kerjasama yang tidak dapat dipisahkan dan
saling terkait satu sama lain, untuk memenuhi kebutuhan manusia "(Roy &
Andrews, 1999, hal. 31).
15) Mode Fisiologis-fisik
Fisiologis "dikaitkan dengan proses fisik dan kimia yang terlibat dalam
fungsi dan kegiatan organisme hidup "(Roy & Andrews, 1999, hal. 102). Lima
kebutuhan diidentifikasi dalam mode fisiologis-fisik berhubungan dengan
kebutuhan dasar integritas fisiologis yaitu: (1) oksigenasi, (2) nutrisi, (3)
eliminasi, (4) aktivitas dan istirahat, dan (5) perlindungan. Proses kompleks yang
mencakup indra; cairan, elektrolit, dan keseimbangan asam-basa; fungsi
neurologis; dan fungsi endokrin berkontribusi adaptasi fisiologis. Kebutuhan
dasar mode fisiologis adalah integritas fisiologis (Roy & Andrews, 1999). Modus
fisik adalah "suatu cara dimana sistem adaptif manusia secara kolektif terwujud
dalam hubungan adaptasi dengan sumber sumber oprasional dasar, peserta,
fasilitas fisik dan sumber fiskal"(Roy & Andrews, 1999, hal. 104).
16) Mode identitas konsep diri-kelompok
Mode identitas konsep diri - kelompok merupakan satu dari tiga mode
psikososial; "Berfokus secara khusus pada aspek psikologis dan sistem spiritual
-21-
manusia. Kebutuhan dasar yang mendasari mode konsep diri individu yang
telah diidentifikasi sebagai integritas psikospiritual, atau kebutuhan untuk
memahami diri sendiri sehingga orang dapat ikut merasakan kehadiran yang
utuh, bermakna dan mermanfaat bagi alam semesta"(Roy & Andrews, 1999,
hal. 107).
Konsep diri didefinisikan sebagai gabungan dari keyakinan dan perasaan
tentang diri sendiri pada waktu tertentu dan terbentuk dari persepsi internal
dan persepsi dari reaksi orang lain "(Roy & Andrews, 1999, hal. 107).
komponennya meliputi: (1) fisik diri, yang melibatkan sensasi dan citra tubuh,
dan (2) personal diri, yang terdiri dari konsistensi diri, idealitas atau harapan,
dan moral etik-spiritual diri. Mode identitas kelompok "mencerminkan
bagaimana orang dalam kelompok menganggap diri mereka berdasarkan
umpan balik lingkungan. Modus identitas kelompok terdiri dari hubungan
interpersonal, kelompok citra diri, sosial lingkungan dan budaya "(Roy &
Andrews, 1999, hal. 108).
17) Fungsi Peran
Fungsi Peran adalah salah satu dari dua mode sosial dan berfokus pada
peran seseorang di masyarakat. Peran, merupakan unit fungsional masyarakat,
yang dimaknakan sebagai seperangkat harapan mengenai bagaimana seseorang
menduduki satu posisi tertentu, berperilaku terhadap orang lain yang
menduduki posisinya masing masing. Kebutuhan dasar yang mendasari mode
fungsi peran telah diidentifikasi sebagai integritas sosial utuk mengetahui
bahwa seseorang memiliki hubngan dengan orang lain sehignga orang tersebut
bertindak berdasarkan hubungan tersebut "(Hill & Roberts, 1981, hlm. 109-
110). Setiap orang memiliki peran primer, sekunder, dan tersier. Peran ini
dilaksanakan dengan prilaku yang bersifat instrumental ataupun ekspresif
"(Andrews, 1991, hal. 348). Perilaku ekspresif adalah "perasaan, sikap, seperti
suka atau tidak suka yang dimiliki seseorang terhadap suatu peran atau
penampilan peran, sedangkan prilaku intrumental merupakan penampilan
peran yang sebenarnya dari suatu prilaku "(Andrews, 1991, hal. 348).
Peran primer menentukan prilaku utama yang dimiliki seseorang dalam
priode tertentu dikehidupannya. Peran in tergantung pada umur, jenis kelamin,
dan tahapan perkembangan (Andrews, 1991, hal. 349).
Peran sekunder adalah peran yang perlu dilakukan untuk melengkapi
tugas tahap perkembangan sesorang serta tugas dari peran primer (Andrews,
1991, hal. 349).
Peran tersier terkait untuk peran sekunder dan merupakan cara di mana
individu memenuhi kewajiban peran mereka. Peran tersier biasanya bersifat
sementara, bebas dipilih oleh individu, dan mencakup kegiatan seperti klub atau
hobi (Andrews, 1991, hal. 349).
18) Saling ketergantungan (interdependensi)
Hubungan erat antar satu sama lainnya baik secara individu dan
kelompok yang memiliki tujuan struktur dan perkembangan. hubungan ini
melibatkan keinginan dan kemampuan untuk memberi dan menerima satu
-22-
sama lainnya dari berbagai aspek seperti cinta , rasa hormat, merawat,
pengetahuan , keterampilan komitment, kepemilikan barang, waktu dan bakat
"(Roy & Andrews, 1999, hal. 111).
19) Persepsi
Persepsi adalah interpretasi dari stimulus yang dilakukan secara sadar
(Pollock, 1993, hal. 169). Persepsi menghubungkan regulator dengan cognator
dan menghubungkan mode adaptif (Rambo, 1983).
c. Asumsi utama
Berdasarkan teori sistem , sistem adaptif manusia dipandang sebagai bagian
interaktif yang bekerja dalam satu kesatuan untuk tujuan tertentu. Sistem adaptif
manusia bersifat kompleks, beraneka ragam dan berespon terhadap berbagai
stimulus lingkungan untuk mencapai adaptasi. Kemampuan sistem manusia untuk
beradaptasi terhadap lingkungan membuat manusia mampu menciptakan
perubahan lingkunganya (roy & andrew, 1999) roy menarik benang merah dari
karakteristik penciptaan spiritualitas dan mengombinasikannya dengan asumsi
humanisme dan veritivitas menjadi seperangkat asumsi filosofis. Humanisme
menegaskan bahwa manusia dan pengalaman manusia adalah penting untuk dapat
mengetahui dan menghargai. Humanisme juga menyatakan manusia dan
pengalaman memiliki kekuatan kreatif. Sedangkan verivitas menerangkan tentang
keyakinan terhadap tujuan nilai dan makna hidup manusia.
3. Konsep Praktik Perawatan
Menurut Roy seperti dikutip oleh Master (2012) metaparadigma keperawatan terdiri
dari empat:
a. Manusia
Menurut Roy, manusia sebagai sebuah sistem holistic dan adaptif. Sebagai sistem
adaptif, sistem manusia digambarkan sebagai keseluruhan dengan bagian-bagian
yang berfungsi sebagai kesatuan untuk tujuannya. Manusia sebagai sistem yang
meliputi individu atau dalam kelompok, keluarga, organisasi, komunitas, dan
masyarakat sebagai satu keseluruhan (Roy & Andrews, 1999, hal. 31).
b. Lingkungan (urutannya 1 trs a?)
Lingkungan adalah "semua kondisi, keadaan, dan pengaruh sekitarnya dan
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok, dengan
pertimbangan tertentu dari hubungan timbal balik dengan sumber bumi yang
mencakup focal, kontekstual, dan residual stimuli "(Roy & Andrews, 1999, hal. 81).
c. Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan dan proses menjadi pribadi yang utuh dan menyeluruh.
Ini adalah refleksi dari adaptasi, yaitu interaksi orang dan lingkungan "(Andrews &
Roy, 1991, hal. 21).
d. Keperawatan
Keperawatan sebagai "profesi perawatan kesehatan yang berfokus pada proses
kehidupan manusia dan pola dan menekankan promosi kesehatan bagi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan "(Roy & Andrews, 1999,
hal. 4).

-23-
H. MYRA ESTRIN LEVINE “The Conservation Model”

1. Tujuan Teori
Adapun tujuan keperawatan menggunakan model teori konservasi Levine adalah
meningkatkan adaptasi dan menjaga keutuhan atau integritas pasien dengan cara
menanamkan dan memperkuat pengetahuan, sehingga individu dapat melanjutkan
kehidupan pribadinya, tidak terus menerus menjadi pasien sehingga tidak lagi menjadi orang
yang tergantung orang lain.
2. Latar Belakang
Myra Estrin Levine memiliki banyak riwayat pekerjaan. Dia adalah perawat sipil di
Angkatan bersenjata Amerika tahun 1945, instruktur praklinik pada ilmu eksak di Cook
County (1947-1950) direktur perawat di Drexel home Chicago (1950-1951) dan supervisor
bedah di klinik Universitas Chicago (1951-1952) dan rumah sakit Henry Ford di Detroit
(1956-1962). Levine mengajar di fakultas keperawatan Cook County (1963-1967) Univesitas
loyola (1967-1973) Universitas Rush (1974-1977) dan Universitas Illionis (1962-1963, 1977-
1987). Dia memimpin departemen keperawatan klinik di Universitas Cook County (1963-
1967), koordinator program sarjana perawat onkologi di Universitas Rush (1974-1977)
Levine adalah direktur departemen pendidikan berkelanjutan di Rumah sakit Evanston
(Maret-Juni 1974) dan konsultan departemen (Juli 1974-1976). Dia juga sebagai associate
profesor studi humanistik di Universitas Illionis (1981-1987). Pada tahun 1987 dia menjadi
Profesor Emeritus, keperawatan medikal bedah di Universitas illionis Chicago. Pada tahun
1974 levine pergi ke Universitas Tel Aviv, Israel sebagai assciate profesor tamu dan kembali
sebagai profesor tamu pada tahun 1982. Dia juga sebagai profesor tamu di sekolah perawat
Recanati Universitas Ben Gurion, Sheva, Israel (Maret-April 1982).
Levine menerima banyak penghargaan, termasuk charter fellow akademi perawat
amerika (1973), anggota kehormatan bantuan kesehatan mental Amerika untuk Israel
(1976), dan penghargaan kehormatan dari Asosiasi Perawat Illionis (1977). Dia adalah
penerima pertama penghargaan Elizabeth Russel belford untuk excellence teaching dari
Sigma Theta Tau (1977). Edisi pertama dan kedua bukunya, Introduction to Clinical
Nursing(Levine, 1969a; 1973), keduanya menerima penghargaan American journal of
Nursing Book of The Year. Dan bukunya, Renewal for Nursing, ditranslasikan ke bahasa
yahudi (Levine,1971a). Levine di masukkan ke dalam daftar Who’s Who in American Women

-24-
(1977-1988) dan Who’s Who in American Nursing tahun 1987. Dia terpilih sebagai anggota
Institut Kedokteran Chicago (1987-1991). Perhimpunan Alpha Lambdadari Sigma Theta Tau
memberikan penghargaan atas kontribusinya yang menonjol kepada bidang keperawatan
pada Tahun 1990. Pada Januari 1992, Dia di anugerahi penghargaan sebagai doktor
kehormatan dalam bidang kesusteraan dari Universitas Loyola, Chicago. Levine adalah
seorang ketua aktif dari Asosiasi Perawat Amerika dan Asosiasi Perawat Illionis. Setelah
pensiun pada tahun 1987, dia tetap aktif dalam pengembangan teori dan mendorong
penelitian tentang teorinya.
Sebagai seorang pembicara yang dinamis, levine sering mempresentasikan program,
workshop, seminar dan banyak panel, serta penulis yang menghasilkan banyak karya yang
berhubungan dengan keperawatan dan pendidikan. Dia juga berperan sebagai konsultan di
banyak rumah sakit dan sekolah keperawatan. Meskipun dia tidak pernah bermaksud
mengembangkan teorinya, dia menyediakan organisasi terstruktur untuk pembelajaran
keperawatan medikal bedah dan stimulus untuk pengembangan teori (Stafford, 1996 dalam
Alligood 2014). “Empat Prinsip Keperawatan Konservasi” adalah pernyataan pertama teori
konservasi Levine pada tahun 1967. Pendahuluan yang lain meliputi “adaptasi dan
pengkajian: rasional intervensi keperawatan, “For Lack of Love Alone”, dan “Pursuit of
Wholeness”. Edisi pertama bukunya yang menggunakan prinsip-prinsip konservasi,
Introduction to clinical nursing, dicetak pada tahun 1969.Edisi kedua Introduction to Clinical
Nursing dicetak pada tahun 1973. Setelah itu Levine mempresentasikan prinsip-prinsip
konservasi pada konferensi teori keperawatan, yang mana hal tersebut di rekam di
konferensi Institut Allentown st. Francis de sales (sekarang Universitas DeSales).
Levine pada tahun 1989 menerbitkan sebuah perubahan mendasar dan klarifikasi
mengenai teorinya dalam ‘ The Four Conservation Principles: Twenty Years later.”Dia
menjelaskan panjang lebar bagaimana hasil dari adaptasi tersebut adalah konservasi.Levine
secara eksplisit menghubungkan kesehatan dengan proses konservasi untuk menjelaskan
bahwa model konservasi memandang kesehatan sebagai satu kesatuan komponen dasar.
3. Teori Model Konservasi
Dari presentasi Beland (1971) mengenai teori penyebab spesifik dan multiple faktor,
Levine belajar sejarah pandangan penyakit dan belajar bahwa cara pandang orang mengenai
penyakit berubah setiap saat. Beland mengarahkan perhatian Levine kepada banyak penulis
yang kemudian mempengaruhi pemikirannya, meliputi Goldstein (1963), Hall (1966),
Sherington (1906), dan Dubos (1961, 1965). Levine menggunakan definisi Gibson tentang
sistem persepsi, Erikson (1964) perbedaan antara total dan holistik, Selye (1956) teori stress,
dan model Bates (1967) tentang lingkungan eksternal. Levine bangga bahwa Roger (1970)
mau menjadi editor pertamanya. Dia mengakui kontribusi nightingale pada pemikirannya
mengenai observasi “aktifitas penjaga” yang di gunakan perawat untuk”menyelamatkan
nyawa dan meningkatkan kesehatan dan rasa nyaman.”
a. Domain Konsep Levine
Introduksi klinik keperawatan adalah teks untuk mahasiswa keperawatan awal yang
menggunakan teori konservasi sebagai kerangka kerjanya (Levine, 1969a, 1973).
Meskipun Levine tidak menyatakan hal itu secara spesifik sebagai sebuah asumsi, Levine
(1973) menilai bahwa sebuah pendekatan holistik diperlukan untuk merawat semua

-25-
orang, baik sehat ataupun sakit. Perghormatannya pada semua orang secara individu di
tandai pada pernyataan berikut:
1) Keperawatan
Keperawatan adalah interaksi manusia. Keperawatan profesional harus disediakan
bagi mereka yang telah menyelesaikan program sarjana sesuai kebutuhan yang
diharapkan seperti profesional pada berbagai disiplin ilmu yang lain.
2) Orang
Orang dideskripsikan sebagai sesuatu yang holistik, kesatuan integritas (Levine,
1991). Integritas berarti bahwa seseorang memiliki kebebasan dalam memilih dan
bergerak.
3) Kesehatan
Kesehatan adalah ditentukan secara sosial terhadap kemampuan untuk berfungsi
dalam perilaku yang normal dan beralasan.
4) Lingkungan
Lingkungan internal dan eksternal dalam menentukan intervensi
keperawatan untuk meningkatkan adaptasi. Semua adaptasi menggambarkan
akomodasi yang mungkin antara lingkungan internal dan eksternal.

b. Konsep Utama dan Definisi


Terdapat tiga konsep utama model konservasi, yaitu holistic, adaptasi dan
konservasi
1) Holistik
Levine melandaskan penggunaan istilah holistik nya pada deskripsi Erikson (1964,
1968), yaitu tentang holistik sebagai suatu sistem terbuka. Levine (dalam Alligood 2014)
mengutip Erikson, yang menyatakan bahwa holistik menekankan pada sehat, organik,
hubungan antara bermacam fungsi dan bagian dalam sebuah kesatuan, yang mana
batas batas nya terbuka dan bebas. Levine percaya bahwa definisi Erikson memberikan
opsi untuk mengeksplorasi bagian dari kesatuan untuk memahami kesatuan itu sendiri.
Integritas artinya suatu kesatuan dari individu, menekankan bahwa mereka merespon
secara terintegrasi, secara luarbiasa berdaptasi terhadap perubahan lingkungan.

2) Adaptasi
Adaptasi adalah sebuah proses berubah dimana seorang individu mempertahankan
integritasnya dalam realitas internal nya dan lingkungan eksternal (Levine, 1973 dalam
Alligood 2014).
3) Konservasi
Konservasi berasal dari bahasa latin conservatio, yang berarti “menjaga bersama”
(Levine, 1973). Konservasi menggambarkan suatu sistem yang komplek yang mampu
melanjutkan fungsi disaat menghadapi tantangan yang berat (Levine, 1990 dalam
Alligood 2014). Lewat konservasi, individu mampu menghadapi hambatan, beradaptasi
sesuai kemampuan dan mempertahankan keunikkan mereka. Tujuan dari konservasi
adalah kesehatan dan kekuatan menghadapi ketidakmampuan.

-26-
I. SYSTEM MODEL BETTY NEUMAN
1. Latar Belakang Penggagas Teori Keperawatan
Betty Neuman lahir di Lowell, Ohio pada tahun 1924. Ayahnya seorang petani dan
ibunya seorang ibu rumah tangga. Dia anak kedua dari tiga bersaudara dan merupakan
anak perempuan satu-satunya. Ayahnya meninggal karena penyakit Chronic Renal Failure
ketika beliau berumur 11 tahun. Rasa cinta pada tanah kelahiran membuat beliau bertekad
untuk membangun desanya, Ohio. Latar belakang kehidupan di pedesaan membantu
dirinya mengembangkan rasa kasih sayang terhadap orang-orang yang membutuhkan,
seperti yang dilakukan sepanjang kariernya. Setelah lulus SMA, Neuman bekerja sebagai
teknisi pada perusahaan pesawat terbang dan sebagai juru masak di Ohio dalam rangka
menabung untuk pendidikannya dan membantu ibu serta adiknya. Adanya program militer
di keperawatan mempercepat masuknya Neuman ke sekolah keperawatan (Fawcett,
2006).
Beliau pertama kali memperoleh pendidikan di People Hospital School of Nursing
yang sekarang berubah nama menjadi General Hospital Akron di Akron, Ohio pada tahun
1947 dan beliau pindah ke Los Angeles untuk tinggal dengan keluarganya di California. Di
California Neuman bekerja diberbagai bagian diantaranya perawat di sekolah, perawat
industri, beliau juga memegang jabatan penting yaitu sebgai staf keperawatan rumah sakit
di California, dan sebagai instruktur klinik di University of California Medical Center. Pada
tahun 1957 beliau menyelesaikan pendidikan sarjananya di University of California dengan
jurusan psikologi dan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1966 beliau mendapat gelar
Master dibidang kesehatan mental, konsultan kesehatan masyarakat di University of
California, dan menyelesaikan program doktoralnya di jurusan Psikologi Klinik di Pacific
Western University (Alligood & Tomey, 2006). Pada tahun yang sama Neuman juga
bekerja sebagai konsultan kesehatan mental di sebuah rumah sakit dan aktif dalam terapi
keluarga. Banyak sekali pengalaman yang telah beliau dapat diantaranya menjadi dosen
keperawatan jiwa, konsultan dan organisasi, pemimpin konseling model Whole Person
Approach serta beliau telah membuat sebuah sistem model keperawatan di UCLA dan
memfokuskan sistem tersebut dalam masalah keperawatan. Gelar sarjana muda didapat
pada tahun 1957 di public health dan psykologi dengan peringkat sangat baik. Gelar master
diperoleh pada tahun 1966 pada kesehatan mental, konsultasi kesehatan masyarakat dari
Universitas California Los Angelea(UCLA). Dia mendapatkan gelar doktornya dalam klinikal
psikologi dari Pacivic western University pada tahun 1985 (McEwen & Wills, 2011).
Betty Neuman mulai mengembangkan model saat mengajar di komunitas
kesehatan mental di UCLA. Pada tahun 1972 Model keperawatannya pertama kali
diterbitkan sebagai 'Model untuk mengajar dengan pendekatan total ke masalah pasien'.
Tahun 1985 Menerima gelar doktor di bidang Psikologi Klinis dari Pacific Western University.
Tahun 1998 Menerima gelar doktor kehormatan kedua, ini salah satu dari Grand Valley
State University, Allendale, Michigan. Model sistem Neuman memberikan warisan baru
tentang cara pandang terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia
secara keseluruhan) meliputi aspek (variabel) fisiologis, psikologis sosiokultural,
perkembangan dan spiritual yang berhubungan dengan adanya respon-respon sistem

-27-
terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal (Tomey and Alligod,
2006).
2. Tujuan Teori
Tujuan dari model teori Betty Neuman adalah untuk mencapai stabilitas sistem
secara optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem
terbuka maka klien akan selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan
mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun diluar
sistem yang berupaya untuk mengusahakannya.
3. Uraian Tentang Teori Keperawatan
Model konsep yang dikemukan oleh Betty Neuman adalah konsep Health Care
System yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditujukan
kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara
fleksibel atau normal maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.
Filosofi dari perkembangan teori sistem Neuman adalah berdasarkan pendekatan
perorangan total untuk memandang masalah pasien. Sistem yang digunakan adalah sistem
terbuka sehingga menghasilkan interaksi yang dinamis. Variabel interaksi mencakup semua
aspek yaitu fisiologis, psikologis, sosio kultural, perkembangan dan spiritual (Alligood,
2014).
Sistem Neuman terbentuk dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang
berinteraksi secara konstan dengan stressor di lingkungan secara dimensional. Model fokus
pada klien terhadap stress serta faktor pemulihan (adaptasi). Asumsi dasar dari teori
Neuman yaitu individu merupakan sistem yang unik dengan respon yang berbeda. Kurang
pengetahuan, perubahan lingkungan dapat merubah stabilitas individu (fisiologis,
psikologis, sosio kultural, perkembangan dan spiritual). Individu dalam memberikan respon
harus mempunyai koping yang stabil terhadap stressor, karena lingkungan internal dan
eksternal dapat menyebabkan stress. Untuk itu individu akan bereaksi terhadap stressor
dari lingkungan dengan mekanisme pertahanan diri (Alligood, 2014).
Pencegahan primer berdasarkan teori sistem Neuman yaitu mengidentifikasi faktor
resiko dan membantu masyarakat dalam meningkatkan kesehatan dan aktifitas pendidikan
kesehatan. Pencegahan sekunder yaitu inisiatif dalam bentuk intervensi jika terjadi
masalah. Perawat berperan sebagai Early Case Finding, pengobatan setelah pasien
terdiagnosa mengidap suatu penyakit. Pencegahan tersier yaitu mempertahankan
kesehatan, perawat membantu adaptasi dan reduksi untuk mencegah komplikasi (Alligood,
2014).
4. Konsep Utama
Konsep utama yang teridentifikasi dalam model ini seperti yang dilukiskan pada
skema Neuman System Model adalah pendekatan holistik, system terbuka (meliputi fungsi,
input dan output, feedback, negentropy, egentropy dan stabilitas), lingkungan, lingkungan
yang dibuat, sehat, sakit, system klien (meluputi lima variable klien, struktur dasar, garis
pertahanan, garis pertahanan normal, garis pertahanan fleksibel), stressor, tingkat reaksi,
pencegahan dan intervensi dan rekontruksi. Adapun maksud dari konsep-konsep utama
menurut Alligood (2014) tersebut adalah:

-28-
a. Pendekatan Holistik:
Klien sebagai suatu system dapat didefinisikan sebagai orang, keluarga, kelompok,
masyarakat atau sosial. Klien digambarkan sebagai sesuatu yang utuh bagian dari
interaksi dinamis. Model ini mempertimbangkan semua variabel yang secara simultan
mempengaruhi klien: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
b. Open System:
Elemen-elemen system secara continue bertukar informasi dan energi dalam suatu
organisasi yang kompleks. Stress dan reaksi terhadap stress adalah komponen dasar
pada suatu system terbuka.
c. Fungsi atau Proses:
Klien sebagai system bertukar energi, informasi, berbagai hal dengan lingkungannya dan
menggunakan sumber energi yang didapat untuk bergerak kearah stabilitas yang utuh.
d. Input dan Output:
Klien sebagai suatu system, input dan output adalah zat-zat, energy, informasi yang
saling bertukar antara klien dan lingkungan.
e. Feed Back:
Sistem output dalam bentuk zat, energi, dan informasi memberikan sebagai feedback
untuk input selanjutnya untuk memperbaiki tindakan untuk merubah, meningkatkan,
atau menstabilkan system.

-29-
f. Negentropy :
Suatu proses pemanfaatan energy konservasi yang membantu kemajuan system kearah
stabilitas atau baik.
g. Entropy:
Suatu proses kehabisan energi atau disorganisasi yang menggerakkan sistem kearah
sakit atau kemungkinan kematian.
h. Stability:
Suatu keinginan keadaan seimbang antara penanggulangan system dan stressor untuk
memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan integritas.
i. Enviroment:
Kekuatan internal atau eksternal disekitarnya dan mempengaruhi klien setiap saat
sebagai bagian dari lingkungan.
j. Created Enviroment:
Suatu pengembangan yang tidak disadari oleh klien untuk mengekspresikan system
secara simbolik dari keseluruhan system. Tujuannya adalah menyediakan suatu arena
aman untuk system fungsi klien. Dan untuk membatasi klien dari stressor.
k. Client system:
Lima Variabel (fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual) klien
dalam berinteraksi dengan lingkungan bagian dari klien sebagai system.
l. Basic Clien Structure:
Klien sebagai system terdiri dari pusat inti yang dikelilingi oleh lingkaran terpusat. Pusat
diagram dari lingkaran menghadirkan faktor kehidupan dasar atau sumber energi klien.
Inti struktur ini terdiri dari faktor kehidupan dasar yang umum untuk seluruh anggota
organisme. Seperti sebagai faktor bawaan atau genetik.
m. Lines of Resistance:
Serangkaian yang merusak lingkaran disekitar struktur inti dasar disebut garis
pertahanan, lingkaran ini menyediakan sumber-sumber yang membantu klien
mempertahankan melawan suatu stressor. Sebagai contoh adalah respon system imun
tubuh. Ketika garis pertahanan efektif, klien dapat menyusun system kembali. Jika tidak
efektif maka kematian dapat terjadi. Jumlah pertahanan stressor ditentukan oleh
interrelationship kelima variable system klien.
n. Normal line defence:
Garis pertahanan normal adalah suatu model diluar lingkaran padat. Hal itu
menghadirkan suatu keadaan stabil untuk individu atau system. Itu dipelihara dari waktu
ke waktu dan melayani sebagai suatu standar untuk mengkaji penyimpangan dari
kebiasaan baik klien. Itu semua meliputi variabel system dan perilaku seperti kebiasaan
pola koping seseorang, gaya hidup, dan tahap perkembangan. Pelebaran dari garis
normal merefleksikan suatu peningkatan keadaan sehat, pengecilan, suatu penyusutan
keadaan kesehatan.
o. Garis Pertahanan Fleksibel:
Garis lingkaran patah-patah terluar dinamakan garis pertahanan fleksibel. Hal ini dinamis
dan dapat berubah dengan cepat dalam waktu yang singkat. Hal ini dipersepsikan
sebagai penahan yang melindungi terhadap stressor dari pecahnya/berubahnya kondisi
kesehatan yang stabil yang di presentasikan sebagai garis pertahanan normal. Hubungan
-30-
antara variabel (fisiologi, psikologi, sosoikultural, perkembangan, dan spiritual) dapat
mempengaruhi tingkat kemampuan individu untuk menggunakan pertahanan garis
fleksibel untuk melawan kemungkinan dari reaksi stressor seperti gangguan tidur.
Neuman menggambarkan pertahanan garis fleksibel meluas, hal ini akan memberikan
pertahanan yang lebih besar dalam waktu yang singkat terhadap invasi stressor.
Demikian sebaliknya, akan memberikan lebih sedikit pertahanan.
p. Kesejahteraan (Wellness):
Keadaan sejahtera merupakan kondisi ketika tiap bagian dari sistem klien berinteraksi
secara harmoni dengan seluruh sistem. Kebutuhan sistem terpenuhi.
q. Sakit (Illness):
Sakit terjadi ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang mengakibatkan keadaan tidak
seimbang dan penurunan energy.
r. Stressor:
Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat mengakibatkan gangguan pada
system yang stabil. Stressor dapat berupa:
a) Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu, seperti respon kondisional
seseorang.
b) Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau lebih individu, seperti harapan
peran.
c) Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diliat individu, seperti keadaan finansial.
s. Tingkat reaksi:
Tingkat reaksi merupakan jumlah energy yang diperlukan oleh klien untuk menyesuaikan
terhadap stressor.
t. Pencegahan sebagai intervensi:
Intervensi adalah tindakan yang bertujuan untuk membantu klien menahan, mencapai,
atau mempertahankan stabilitas system. Intervensi dapat terjadi sebelum dan sesudah
garis perlindungan dan perlawanan yang dilakukan pada fase reaksi dan rekonstitusi.
Intervensi didasarkan pada kemungkinan atau faktual dari tingkat reaksi, sumber daya,
tujuan, dan hasil antisipasi. Neuman mengidentifikasi tiga level intervensi :
1) Pencegahan primer, pencegahan primer dilakukan ketika stressor dicurigai atau
diidentifikasi. Reaksi belum terjadi tetapi tingkat resiko diketahui. Neuman
menyatakan sebagai berikut: Pelaku atau pengintervensi akan berusaha untuk
mengurangi kemungkinan pertemuan individu dengan stressor, atau dengan kata
lain usaha untuk memperkuat seseorang bertemu dengan stressor, atau
menguatkan garis pertahanan fleksibel untuk menurunkan kemungkinan reaksi.
2) Pencegahan sekunder, pencegahan sekunder meliputi intervensi atau treatment
awal sesudah gejala dari stress telah terjadi. Sumber daya internal dan eksternal
digunakan agar sistem stabil dengan menguatkan garis internal resistensi,
mengurangi reaksi, dan meningkatkan faktor resistensi.
3) Pencegahan tersier, pencegahan tersier terjadi sesudah treatment atau
pencegahan sekunder. Pencegahan ini difokuskan pada penyesuaian kearah
kestabilan sistem yang optimal. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan resistensi
terhadap stressor untuk membantu mencegah terjadinya kembali reaksi atau
regresi. Proses ini mendorong untuk kembali pada tipe siklus ke pencegahan
-31-
primer. Sebagai contoh akan dihindarinya suatu stressor yang telah diketahui akan
membahayakan klien.
u. Rekonstitusi:
Rekonstitusi terjadi mengikut treatment reaksi stressor. Hal ini menggambarkan
kembalinya sistem stabil dimana tingkat kesejahteraannya lebih tinggi atau lebih rendah
dari sebelumnya untuk melawan stressor.
5. Paradigma Keperawatan
Menurut Alligood (2014), paradigma keperawatan dalam Neuman System Model adalah
sebagai berikut:
a) Manusia
Manusia sebagai klien atau sistem klien, model sistem Neuman menyatakan konsep
klien sebagai sistem yang dapat berupa individu, keluarga, kelompok, komunitas, atau
kelompok sosial tertentu.
b) Kesehatan
Dia memandang kesehatan sebagai kodisi yang terus menerus dari sehat menuju sakit
yang secara alamiah dinamis dan secara konstan seseorang berubah untuk mencapai
kondisi sehat yang optimal atau stabil yang diindikasikan seluruh kebutuhan sistem
terpenuhi.
c) Keperawatan
Keperawatan adalah memperhatikan semua aspek manusia. Dia juga menggambarkan
bahwa keperawatan adalah profesi yang unik yang memperhatikan semua variabel
yang mempengaruhi respon individu terhadap stress.
d) Lingkungan
Lingkungan dan manusia diidentifikasi sebagai dasar fenomena dari model sistem
Neuman, bahwa hubungan manusia dengan lingkungan adalah hubungan yang timbal
balik. Lingkungan didefinisikan sebagai semua faktor internal dan eksternal yang
berada disekelilingi manusia dan berinteraksi dengan manusia dan klien.
Neuman mengidentifikasi tiga lingkungan yang relevan sebagai berikut :
1) Lingkungan Internal adalah intrapersonal dengan semua interaksinya yang terjadi
pada klien
2) Lingkungan Eksternal adalah interpersonal atau ekstrapersonal dengan semua
interaksinya yang terjadi di luar klien.
3) Lingkungan yang diciptakan adalah perkembangan tidak sadar dan digunakan klien
untuk membantu mekanisme pertahanan.

J. MARTHA ELIZABETH ROGERS “Science Of Human Beings”

1. Tujuan Teori
(Potter dan Perry dalam Fundamentals of Nursing: Standards and Practice Fourth
Edition menjelaskan teori ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan
tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan.
Model Roger ini mendukung kerangka filosofis abstrak dimana teori ini melihat
manusia secara menyeluruh dengan lingkup lingkungan. Rogers berpendapat bahwa pada

-32-
dasarnya keperawatan itu berbasis pada pengetahuan teori yang menuntun praktik
keperawatan.
Model Roger ini menggunakan asumsi implisit, mendukung prinsip yang langsung
secara konseptual pada teori perkembangan. Beberapa teori muncul dan mendukung
pemahaman dan petunjuk dalam praktik keperaawatan berdasarkan kerangka
hemodinamis Roger. Termasuk di dalamnya adalah Teori Penerimaan Disonansi yang dibuat
oleh Bultemeier dari model teori Roger ,di mana teori ini mendukung persepektif teori
untuk mengeksplorasi situasi dari resonansi yang bervariasi sebagai manifestasi kepedulian
dalam bidang kesehatan.
Teori ini muncul dari prinsip resonansi dan integralitas serta mengemukakan bahwa
resonansi sebagai alternatif secara periodik dan secara beraturan selama evolusi dari
lingkup energi. Selama episode yang bervariasi dari resonansi, manifestasi manusia dan
lingkup lingkungan dapat dipersepsikan sebagai non harmoni dan sebagai suatu hal yang
tidak nyaman atau belum pasti pada diri seseorang. Untuk itulah seseorang mungkin
melihat dirinya tidak dalam kondisi yang harmonis atau dapat disebut dengan suatu kondisi
sakit.
2. Latar Belakang Penggagas Teori
Publikasi yang dilakukan Rogers selama hidupnya mencakup sekitar tiga buku dan
lebih dari 200 artikel. Ia mengajar di 46 negara yaitu Distrik Kolumbia, Puerto Rico, Mexico,
Belanda, Cina, Newfoundland, Kolubia, Brazil dan banyak lagi.Rogers menerim gelar Doktor
Kehormatan dari beberapa institusi seperti Universitas Duquesne,Universitas San Diego,
Sekolah Tinggi Iona, Unversitas Fairfield, Universitas Emory, Universitas Adlphi, Sekolah
Tinggi Mercy dan Universitas Washburn di Topeka. Beberapa penghargaan yang ia dapatkan
dalam bidang keperawatan antara lain adalah Inspiring Leadership dalam Hubungan
Antarkelompok oleh Chi Eta Phi Sorority, In Recognition of Your Outstandng Contribution to
Nursing oleh Universitas New York dan Untuk Bidang Pelayanan dalam Keperawatan (For
Distinguished Service to Nursing) oleh Sekolah Tinggi Pendidik. Universitas New York juga
membuat Pusat Martha E. Rogers untuk Pendidikan Ilmu Keperawatan.
Di tahun 1988 kolega dan murd-muridnya bergabung untuk mendirikan Persatuan
Pelajar Rogerian (Society of Rogerian Scholars-SRS) dan dengan segera memulai
mempublikasikan Buletin Ilmu Keperawatan Rogerian (Rogerian Nurisng Science News).
Adapun isi dari buletin tersebut antara lain adalah tentang berita pengembangan dan
penelitian. Tahun 1993, SRS mulai mempublikasikan jurnal referensi yaitu Visions: The
Journal of Rogerian Nursing Science. Mendapat dana yang diprakarsai oleh Martha Rogers.
Tahun 1995, Universitas New York membangun Pusat Martha E. Rogers untuk mendukung
keberlanjutan penelitian dan praktek Rogerian.
Beberapa karya Rogers termasuk di dalamnya berkaitan dengan deskripsi istilah
sebagai suatu hal yang menstimulasi, menantang, kontorversial, idealistis, visioner, pebawa
pesan, filosofis, akademis, mengutarakan pendapat, humor dan etika. Rogers mengingatkan
penghormatan bagi para pelajar atas kontribusi dan kepemimpinannya dalam keperawatan.
Butcher mencatatkan bahwa Rogers seperti Nightingle, yang benar-benar mandiri, individu
yang perfeksionis yang percaya kepada visinya. Koleganya memberi label kepada Rogers
sebagaui seorang pemikir sejati dalamkeperawatan yang mensintesis dan meresintesis

-33-
pengetahuan enjadi sebuah sistem pemikiran baru. Hari ini, pemikirannya melebihi waktu
yang dimiliki olehnya baik di dalam maupun luar dunia.
3. Uraian Teori Keperawatan Roger
Roger dalam Alligood (2014) menyatakan dalam teori Science of Unitary Human
Being, mengartikan bahwa manusia sebagai sebuah konsep yang secara konstan melibatkan
sebuah lingkup energi dan manusia juga bersifat dinamis. Terjadi sebuah pertukaran energi
antara manusia dan lingkungan, sehingga tidak ada batasan untuk mencegah aliran energi di
antara keduanya.
1. Unitary Human Being
Unitary Human being dapat diartikan sebagai suatu hal yang tidak dapat dikurangi, tidak
dapat dibagi dan adanya dimensi energi yang dapat diidentifikasi dengan adanya pola dan
menunjukkan suatu karakteristik yag spesifik untuk semua yang mana tidak dapat
diprediksi dari pengetahuan yang tidak utuh.
2. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang tidak dapat dikurangi, lapang energi yang
diidentifikasi oleh suatu pola dan seiring dengan bagian/ wilayah dari manusia itu sendiri.
3. Keperawatan
Fokus dari keperawatan menurut teori ini adalah sikap kepedulian pada seseorang dalam
proses kehidupan mereka dan pengalaman hidup mereka. Roger dalam Alligood (2014)
juga menyatakan “Praktik profesionanl dalam bidang keperawatan berfokus untuk
memberikan interaksi yang seimbang antara manusia dengan lingkungannya, untuk
memperkuat integritas area manusia dan baik secara langsung maupun tidak langsung
membentuk pola pada manusia dan lingkungan untuk menyadari potensi kesehatan yang
maksimal. ”Keaktifan perawat dengan mengetahui/ memahami pasein dan tujuan dari
keperawatan adalah menjadi manusia yang lebih baik.
4.Kesehatan
Konsep dari sehat dan sakit dipahami sebagai suatu perwujudan/ bentuk pola. Manfestasi
dari pentingnya kesehatan dari hal yang saling menguntungkan, proses pola yang
simultan dari manusia. Manifestasi pola adalah sebuah ekspresi dari proses kehidupan
yang didefinisikan oleh manusia dan budayanya. Oleh karena itu, apa yang kita tahu
tentang kesehatan dan sakit dipertimbangkan sebgai ekspresi yang berkelanjutan atau
sebuah menifestasi dari proses kehidupan dalam kerangka kerja Rogers.
Dalam Alligood (2014) Roger menjelaskan terdapat konsep besar dalam kerangka
kerja ini. Konsep-konsep ini mendiskripsikan karakter dari manifestasi individu dan proses
saling menguntungkan dengan lingkungan. Konsep tersebut antara lain adalah:
1. Patterning (Pemolaan)
Pola mengidentifikasi individu dan merefleksikan keseluruhan individu tersebut. Pola
didiefinisika sebagai suatu hal yang membedakan karakter dari energi yang diterima
sebagai suatu gelombang tunggal. Pada tahun 1986 Rogers mengklrifikasi tentang
makan “pola” ini sebagai “suatu hal yang abstrak” yang “memberikan identitas pada
suatu ruang/ wilayah/ area/ lingkup”.
2. Energy Field (Lingkup energi)
Lingkup energi adallah suatu hal yang potensial untuk sebuah proses, pergerakan
dan perubahan. Lingkup energi adalah batasan konseptual dari semua, kehidupan
-34-
maupun non kehidupan. Lingkup energi “ mendukung cara untuk mempersepsikan
seseorangdan lingkungannya sebagai suatu hal yang secara keseluruhan tidak dapa
dikurangi”
3. Pandimensionality
Pandimensionality ini didefinisikan sebagai “ domain/ area yang non linier tanpa
ruang/ celah atau atribut waktu”
4. Keterbukaan
Lingkup manusia dan lingkup lingkungan secara konstant menjadi suatu proses yang
saling menguntungkan. Tidak terdapat batasan yang menghambat keduanya untuk
saling bertukar lingkup energi. Rogers menggunakan pengetahuannya yang luas dan
latar belakang pendidikan yang berbeda untuk mengartikulasi cara yang
revolusioner untuk melihat pengalaman manusia.
5. Prinsip Hemodinamis
Prinsip Rogers pada hemodinamis meningkatkan cara untuk mendiskripsikan,
menjelaskan rentang yang luas dalam mempersepsikan orang dan proses
lingkungannya elibatkan perubahan dan pertumbuhan. Prinsip tersebut merupakan
sebuah teori yang pertama kali diajukan oleh Rogers sebagai”pengaturan ritme yang
mengkarakteristikkan baik lingkup manusia maupun lingkuplingkungan yang
melanjutkan metamorfosis dinamis dalam proses manusia dengn lingkungannya”.
Prinsip tersebut mendiskripsikan keaslian manusia atau proses lingkungan yang
meliputi:
a.Resonansi merupakan lanjutan perubahan dari frekuensi rendah ke frekuensi yang
tinggi dalam pola gelombang antara manusia dengan lingkungan
b. Pusaran / helicy adalah sebuah keberlanjutan, inovasi , tidak dapat diprediksi dan
meningkatkan perbedaan dari pola lingkungan atau manusia
c. Integralitas adalah keberlanjutan, saling menguntungkan, keberlangsungan proses
lingkup manusa dan lingkungan.

Disini terdapat elemen – elemen yang saling berhubungan pada ini adalah manusia
dan lingkungannya. Sebagai system hidup dan sumber energy, individu mampu mengambil
energy dan informasi untuk lingkungan. Karena pertukaran ini individu adalah system
terbuka yang mendasari dan membatasi asumsi – asumsi utama Matha E. Roger. Menurut
Martha E. Roger ilmu tentang keperawaan berhubngan langsung dengan proses kehidupan
manusia bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan kealamiahan dan hubungannya
dengan perkmbangan. Untuk memperkuat teorinya Martha E. Rogers mengkombinasikan
konsep manusia seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang kemudian dikemukakannya.
Roger dalam Alligood (2014) menjelaskan bahwa keperawatan merupakan sebuah
ilmu dan seni. Keunikan keperawatan, seperti yang lain ilmu pengetahuan, terletak pada
fenomena pusat untuk fokus. keprihatinan lama terbentuk perawat dengan orang dan dunia
mereka tinggal di adalah pelopor alami sistem abstrak terorganisi rmeliputi orang dan
lingkungan mereka. Sifat tereduksi individu adalah berbeda dari jumlah bagian-bagian.
Integrasi orang dan lingkungan yang berkoordinasi dengan (kemudian berubah menjadi
pandimensional) semesta multidimensi terbukasistem poin untuk sebuah paradigma baru:
identitas keperawatan sebagai ilmu. Tujuan dari perawat adalah untuk meningkatkan
-35-
kesehatan dan kesejahteraan bagi semua orang dimanapun mereka berada. Seni
keperawatan adalah penggunaan kreatif dari ilmu keperawatan untuk perbaikan manusia.
Menurut Roger bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dari model yang
diutarakannya adalah suatu proses yang tidak pernah berakhir dengan menggunakan
beragam pengetahuan dari berbagai sumber untuk menghasilakn beberapa peristiwa yang
mungkin terjadi. Penjelasan dari teori Roger menjadi suatu kelebihan dan meberikan contoh
sebagai suatu kesatuan yang utuh (Peterson ,2013). Berdasarkan pada kerangka konsep yang
dikembangkan oleh Rogers ada lima asumsi mengenai manusia, yaitu:
a. Manusia merupakan mahluk yang memilki kepribadian unik, antara satu dan yang
lainnya berbeda dibeberapa bagian. Secara signifikan mempunyai sifat – sifat yang
khusus jika semuanya jika dilihat secara bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu
sub system tidak efektif bila seorang memperhatikan sifat – sifat dari system kehiupan
manusia. Manusia akan terlihat saa bagiannya tidak dijumpai.
b. Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling tukar menukar energy dan material
satu sama lain. Beberapa individu mendefinisikan lingkungan sebagai faktor eksternal
pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
c. Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan salingbergantung
dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu
tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
d. Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan uang inovatif.
Manusia bercirikan mempunyai kemampuan atau abstak, membayangkan,
bertuturbahasa dan berfikir, sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan didunia
hanya manusia yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Berdasar pada Asumsi – asumsi terdapat 4 batasan utama yang ditunjukkan oleh Martha E.
Roger :
1. Sumber Energi
2. Keterbukaan
3. Pola – pola perilaku
4. Ukuran – ukuran empat dimensi
Disini terdapat elemen – elemen yang saling berhubungan di dalamnya yaitu
manusia dan lingkungannya. Menurut Martha E. Roger ilmu tentang keperawatan
berhubungan langsung dengan proses kehidupan manusia bertujuan untuk menjelaskan dan
memperkirakan kealamiahan dan hubungannya dengan perkmbangan. Untuk memperkuat
teorinya Martha E. Rogers mengkombinasikan konsep manusia seutuhnya dengan prinsip
homeodinamik yang kemudian dikemukakannya.
Teori menyatakan bahwa dalam keperawatan dipergunakan prinsip hemodinamika
untuk melayani manusia, yaitu :
1. Integritas (Integrality), adalah proses berhubungan dengan yang menguntungkan antar
manusia dan ingkungannya secara berkesinambngan.
2. Resonansi (Resonancy), prinsip ini membicarakan tentang alam dan perubahan yang
terjadi antar manusia dan lingkungannya. Resonansi dapat dijelaskan sebagai suatu pola
–pola gelombang yang itunjukan dengan perubahan – perubahan dari frekuens
terendah keprekuensi yang lebih tinggi pada gelombang perubahan.

-36-
3. Helicy. Prinsip yang menyatakan bahwa keadaan alami dan hubungan manusia dan
lingkungan adalah berkesinambungan, inovatif, ditunjukkan denganpeningkatan jenis
pola – pola perilaku manusia dan lingkugan yang menimbulkan kesinambungan,
menguntungkan, merupakan interaksi yang simultan antara manuia dan lingkungan
bukan menyataan ritmitasi.
Roger menyatakan jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada
umat manusia, prinsip-prinsip homeodinamik memberikan pedoman untuk memprediksi
sifat dan arah perkembangan individu sebagai respon terhadap masalah
kesehatan. Diharapkan, praktik keperawatan profesional kemudian akan
meningkatkan dinamika integrasi manusia dan lingkungannya, untuk
memperkuat hubungan dan integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan pola dari
bidang manusia dan lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan (Peterson, 2013).
Menurut Roger bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dari model yang
diutarakannya adalah suatu proses yang tidak pernah berakhir dengan menggunakan
beragam pengetauhan dari berbagai sumber untuk menghasilakn beberapa peristiwa yang
mungkin terjadi. Penjelasan dari teori Roger menjadi suatu kelebihan dan meberikan contoh
sebagai suatu kesatuan yang utuh (Peterson, 2013).
Dalam Peterson (2013) tiga pengembangan teori yang belum sempurna oleh Roger
tersebut dari suatu kesatuan manusia, yaitu:
1. Teori percepatan evolusi
2. Teori perubahan ritme yang berhubungan
3. Teori fenomena paranormal

K. MARION GOOD & SHIRLEY MOORE “ Acute Pain Management”


1. Tujuan Teori
Tujuan dari teori adalah sebagai dasar penelitian. Sedangkan tujuan penelitian
adalah untuk mendapatkan teori baru, tetapi tujuan keduanya adalah untuk dapat
diaplikasikan ke dalam praktek keperawatan. Tujuan dari teori ini adalah untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik yaitu secara holistik tidak hanya dengan analgetik saja.
yaitu untuk menyeimbangkan antara pengobatan nyeri dengan efek samping yang lebih
sedikit dari opioid dengan menggunakan prinsip/proposisi. Kemudian untuk memberi
pandangan baru kepada tenaga kesehatan bagaimana menghadapi nyeri yang memberi
sugesti hubungan terapeutik tetapi tidak mengkhususkan intervensi yang efektif dan
merupakan teori preskriptif.
2. Latar Belakang Penggagas Teori
a. Marion Good
Marion Good adalah Profesor Emeritus di Frances Payne Bolton School of Nursing.
Dia mendapatkan PhD dan B.S dengan baik dari Case Western Reserve University in
Nursing. Dia menerima gelar Master dari Wayne State University pada tahun 1981. Dan
juga pernah menjadi anggota di Fakultas Bowling Green State University. Dia telah
dilisensi di negara bagian Ohio. Bidang keilmuannya yaitu pengobatan komplementer
untuk mengurangi nyeri akut, stres dan kekebalan. Salah satu penelitiannya yaitu “
Suplementing relaxation and music for post operative pain”, National Institutes of
Health, National institute of Nursing Reaserch, 1994-2005.
-37-
b. Shirley Moore
Shirley Moore, PhD, RN, FAAN, adalah Edward J. dan Louise Mellon Profesor
Keperawatan dan Dekan Associate Research, Case Western Reserve University,
Cleveland, Ohio. Dia memiliki gelar Sarjana Keperawatan dari Kent State University dan
mendapatkan PhD dari Case Western Reserve University. Dr. Moore telah menjadi
pemimpin dalam pendidikan profesi kesehatan mengatasi peningkatan kualitas selama
20 tahun terakhir, setelah merancang program peningkatan kualitas pertama bagi para
profesional perawatan kesehatan dalam pelatihan pada tahun 1994 di Case Western
Reserve University. Dia telah mengedit dan memberikan kontribusi untuk beberapa buku
menangani pendidikan peningkatan kualitas tenaga kesehatan. Dr Moore adalah mantan
Presiden Academy for Healthcare Improvement. Dia telah memberikan kepemimpinan
pada enam proyek nasional menangani desain dan uji kurikulum interdisipliner pada
peningkatan mutu berkelanjutan dan dia saat ini co-Direktur VA Kualitas Scholars
Program. Dr. Moore adalah anggota dari tim kepemimpinan nasional Mutu dan
Keamanan Pendidikan untuk Perawat (QSEN) proyek dan di tim kepemimpinan QSEN
Institute terletak di Case Western Reserve University. Dr Moore memiliki program aktif
penelitian dalam pengurangan faktor risiko penyakit kardiovaskular di mana ia
menggunakan teknik perbaikan proses untuk perubahan perilaku kesehatan. Dia adalah
Direktur dari National Institutes of Health_funded Center of Excellence di penelitian Self-
Manajemen. Dr. Moore adalah anggota di Akademi Nasional Practice, American Heart
Association dan American Academy of Nursing. Salah satu penelitian nya adalah
“CHANGE: An Intervention to Enhance Exercise Maintenance in Cardiac Patients”,
National Institute of Nursing Research, National Institutes of Health. R01 NR04704-01A2,
2000 - 2004.
3. Uraian Tentang Teori Keperawatan Marion Good dan Shirley Moore
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan dan mengelola nyeri, salah
satunya adalah teori nyeri: Keseimbangan antara analgesik dan efek samping merupakan
teori yang dikembangkan oleh Marion Goood (2004) dan termasuk dalam teori middle
range.
Marion Good mengembangkan teorinya bermula dari berbagai teori sebelumnya seperti
teori tentang mekanisme nyeri, pergeseran dalam fokus pada penurunan nyeri,
pengembangan pendekatan yang terintegrasi, dan pedoman manajemen nyeri akut. teori
Marion good merupakan teori middle range pertama yang berisi tentang teori
keseimbangan antara analgesik dan efek samping.
Teori ini dikembangkan dari Pedoman Manajemen Nyeri Akut oleh Agency For Health
Care Policy And Research. Pedoman ini dikembangkan berdasarkan kesepakatan
multidisiplin seperti peneliti, perawat, dan dokter anestesi. Pedoman ini memberikan dasar
bagi pengembangan teori yang sedang dibahas ini. Teori ini adalah teori preskriptif middle-
range manajemen nyeri terintegrasi yang pertama. Konsep utama yang dikembangkan oleh
teori ini adalah nyeri. Nyeri akut dikonsepkan sebagai fenomena multidisiplin yang terjadi
setelah pembedahan atau trauma yang mencakup dimensi sensori dan afektif. Nyeri pada
orang dewasa yang sadar adalah apa yang ia laporkan. Komponen sensori nyeri yang terjadi
setelah kerusakan jaringan tubuh adalah persepsi fisik terhadap luka yang bersifat lokal.
Komponen afektif nyeri adalah emosi yang tidak menyenangkan berkaitan dengan sensasi
-38-
dan sudah dinamakan distres nyeri, kecemasan, atau sesuatu yang tidak menyenangkan.
Kedua komponen ini saling mempengaruhi satu sama lain dan dapat diukur intensitasnya.
Konsep dari teori ini dijabarkan secara lengkap pada pembahasan berikutnya.
Tabel 1. Definisi dan Pengukuran dari Konsep Teori Acute Pain Management Marion Good
dan Shirley Moore

Teori ini menjelaskan keseimbangan antara analgesic dan efek samping mengatur
tindakan perawat untuk mendorong partisipasi pasien dalam menggunakann terapi multimodal
dengan dengan rasa kepedulian (Adapted from Good, M. [1998]. A middle range theory of acute
pain management: Use in research. Nursing Outlook, 46[3], 120–124.)

Gambar 1. Model Konsep Teori Acute Pain Management Marion Good dan Shirley Moore

-39-
Model Konsep menurut Marion Good 2004 terkait dengan nyeri akut: keseimbangan antara
analgesik dan efek samping :
a. Partisipasi pasien
Patient teaching (pengajaran pasien) dan Goal setting for pain relief (seting tujuan untuk
mengurangi nyeri) berkontribusi dalam manajemen nyeri akut terkait keseimbangan antara
analgesik dan efek samping. Pengajaran pasien bisa dilakukan pada saat pre operasi dan
menguatkan pasien pasca operasi tentang sikap dan harapan pasien, melapor saat nyeri,
memperoleh pengobatan, pencegahan aktivitas terkait rasa sakit dan penggunaan adjuvant.
Setting tujuan dilakukan dengan Pendokumentasian tujuan menggunakan pain scale yang
diperivikasi oleh pasien.
b. Terapi multimodal
Medikasi nyeri yang efektif dan Adjuvant farmakologis serta adjuvant nonpharmaceutical
dapat digunakan perawat untuk memperoleh keseimbangan antara analgesik dan efek
samping. Medikasi nyeri yang efektif contohnya morfin atau anastesi lokal epidural pada
pasien nyeri pascaoperasi. Adjuvant farmakologi seperti penggunaan NSAID sebagai obat
yang paten dalam medikasi nyeri. Adjuvant nonpharmaceutical dengan melakukan relaksasi,
musik, imagery, masage, atau cold sebagai tambahan dalam medikasi untuk mengurangi
nyeri.
c. Perawatan penuh perhatian
Pengkajian nyeri secara teratur, efek samping dan identifikasi pengurangan nyeri yang tidak
adequat dan efek samping yang tidak dapat diterima pasien, dan melakukan intervensi,
pengkajian ulang dan intervensi ulang digunakan perawat untuk memperoleh keseimbangan
antara analgesik dan efek samping(Good & Moore, 1996)

-40-
L. BARBARA RESNICK “Self Efficacy”
1. TUJUAN TEORI
Teori self efficacy didasarkan pada teori social kognitif, dan konseptualisasi manusia-
tingkahlaku-lingkungan sebagai tiga hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik
tersebut tidaklah harus seimbang namun tergantung pada pengaruh salah satu dari
faktor tersebuat yang lebih dominan atau lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya.
2. LATAR BELAKANG PENGGAGAS TEORI
Teori self efficacy merupakan teori yang dikemukakan oleh Bandura yang kemudian
diadopsi oleh Barbara Resnick. Kelompok menemukan buku yang mengemukakan teori
ini oleh Barbara Resnick, kelompok juga menemukan buku asli yang ditulis oleh Bandura.
Sebelum menjelaskan Barbara Resnick akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai
penggagas teori asli yaitu Bandura. Bandura memiliki nama lengkap Albert Bandura.
Lahir di Mundara Kanada 4 Desember. Bandura mendapatkan gelar B.A dari University of
British Columbia pada tahun 1949, dan gelar Ph.D psikologi dari University of Lowa
tahun 1952. Bandura adalah penulis dan juga editor dari beberapa buku dan beberapa
artikel. Bandura pernah menjabat sebagai presiden the American Psychological
Association pada tahun 1974 (Bandura, 1995).
Barbara resnick menyelesaikan BSN nya di University of Connecticut dan
mendapatkan gelas Master (M.S.N) di University of Pennsylvania Gerontological Nurse
Practitioner kemudian gelar Ph. D di University of Marryland. Barbara Resnick mengurus
sertifikasi sebagai praktisi perawat geriatric dari the American Nurses Credentialing
Center. Barbara Resnick adalah seorang associate professor di departemen adult health
di University of Marryland dan juga sebagai pengurus di Rolland Park Place, yaitu sebuah
komunitas lifecare. Selain itu Barbara resnick juga merupkan anggota di American
Academy of Nurse Practitioners, dan American Academy of Nursing. Barbara Resnick
telah menerbitkan lebih dari 100 jurnal baik di keperawatan, dan juga telah menurus
beberapa buku keperawatan yang berkonsentrasi pada perawatan lansia.
Barbara resnick juga menjadi dewan penasehat, seperti di Eastern Nursing Research
Society, American Geriatrics Society, dan Society of Behavioral Medicine. Barbara
Resnick juggga sebagai ketua dari American Academy of Nurse Practitioners, sekertaris
dari American Academy of Nurse Practitioners pada tahun 1996 hingga 2000, dan juga
sebagai wakil presiden terpilih, presiden, dan mantan presiden dari National Conference
of Gerontological Nurse Practitioners 2001 sampai 2004. Barbara Resnick juga menjadi
dewan penasihat jurnal tentang geriatik dan gerontology. Selama 30 tahun Barbara
Resnick menjadi praktikal klinis di managemen medical primer untuk lansia. Sebagai
seorang klinisi Barbara Resnick menjadi seorang contoh untuk klinisi lain yang bekerja
untuk lansia, Barbara Resnick juga mendemonstrasikan inovasi dan memberikan cara
menarik yang dapat memotovasi anggota klinisi lain, agar dapat mencapai level fungsi
tertinggi, dan mejaga kesehataan dan kualitas hidup yang optimal (Resnick, 2004.)
Kelompok tidak menemukan sejarah bagaimana Barbara Resnick ini mengadopsi
teori dari Bandura. Kelompok hanya menemukan buku mengenai teori keperawatan
middle range yang berisi mengenai Barbara Resnick, namun tidak menjelaskan proses
bagaimana mengadopsi teori self efficacy itu.

-41-
3. URAIAN TENTANG SELF EFFICACY
a. Pengertian self efficacy
Self efficacy di definisikan sebagai persepsi ataupun sugesti dari setiap
individu akan kemampuannya dalam mengorganisasikan dan mengeksekusi sebuah
tidakan yang dilakukan. Inti dari self efficacy adalah terletak pada bagaimana setiap
individu dapat melakukan aktivitas (exercise) yang mempengaruhi apa yang mereka
lakukan. Untuk menentukan self efficacy, seorang individu harus memiliki
kesempatan untuk melakukan evaluasi diri agar dapat membandingkan hasil dengan
beberapa kriteria evaluasi (Smith & Lieher, 2014).
b. Konsep teori self efficacy (Smith & Lieher, 2014).
Teori self efficacy merupakan adaptasi dari teori social cognitive dari disiplin
ilmu psikologi. Teori tersebut dikembangkan oleh praktisi psikolog yaitu Bandura,
yang kemudian diadaptasi oleh Barbara Resnick.
Self efficacy dibedakan kedalam 2 komponen yaitu ekspektasi efikasi diri
(self efficacy expectation) dan hasil ekspektasi diri (outcome self expectacy).
Keduanya menjadi ide utama dari teori self efficacy. Ekspektasi self efficacy (self
efficacy expectation) merupakan persepsi/ sugesti/ judgement dari setiap individu
untuk memenuhi tugas yang telah diberikan. Sedangkan yang dimaksud dengan hasil
self ekspektasi (outcome self expectacy) adalah persepsi/ sugesti/ judgement
tentang apa yang akan terjadi jika tugas yang diberikan diselesaikan dan berhasil
dipenuhi. Keduanya berbeda karena sesuai dengan berbagai macam tingkah laku itu
akan memberikan hasil yang spesifik, meskipun, individu tersebut tidak yakin akan
apakah dengan mereka mampu memberikan tingkah laku yang disyaratkan akan
memberikan hasil yang baik. Sebagai contoh, jika seorang lansia mungkin saja
percaya bahwa dengan mengikuti rehabilitasi fisik maka akan membuat mereka
lebih cepat untuk pulih dan kembali ke rumah setelah perawatan di rumah sakit,
akan tetapi, mereka mungkin juga tidak percaya/ tidak yakin bahwa mereka bisa bisa
melewati ruangan. Akhirnya dengan pemikiran yang seperti itu mereka mungkin
tidak akan mengikuti program rehabilitasi yang diberikan. Contoh lain mengenai
expected outcome akan dipengaruhi oleh extrinsic outcome, misalnya saja perawat
A sedang masuk pada dinas sore selama 8 jam kedepan , dan pada saat itu ada 8
pasien. Disuatu kondisi yang sama namun jumlah pasien ada 10, perawat tersebut
akan melakukan hal yang sama ketika mereka mengetahui gajinya pun pada
akhirnya akan sama. Dalam contoh tersebut extrinsic outcomenya adalah dimana
perawat berpikiran pahwa gaji yang didapat akan sama meskipun jumlah pasien
bertambah banyak. Konsep dari teori self efficacy dijelaskan dalam beberapa item
berikut:
a. Sumber dari self efficacy judgement
Terdapat 4 sumber yaitu:
1) Pencapaian (pengalaman akan kesuksesan). Pencapaian disini dideskripsikan
sebagai sumber paling berpengaruh terhadap informasi self efficacy. Jika ada
pengalaman sukses akan meningkatkan self efficacy, kegagalan akan
menurunkan self efficacy.
2) Pengalaman orang lain (vicarious experience)
-42-
Dengan melihat orang lain berhasil dalam melakukan aktifitas yang sama
seperti yang akan individu lakukan bisa mempengaruhi self efficacy individu
tersebut.
3) Verbal persuasion
Persuasi verbal ini digunakan untuk meyakinkan pada individu bahwa dia
menjadi dapat melakukan suatu hal.
4) Psychological feedback
Indicator psikologi adalah hal penting mengenai hubungan pada koping
dengan stressor, pencapaian fisik dan fungsi kesehatan. Sebagai contoh, jika
seorang lansia memiliki ketakutan akan jatuh atau terluka pada saat
berjalan. Pernyataan tersebut berhubungan dengan rasa takut yang akan
membatasi performen dan menurunkan kepercayaan diri seseorang akan
kemampuannya untuk melakuka aktifitas tersebut.
c. Hubungan diantara konsep: model
Teori ini diadopsi dari teori social kognitif 4 sumber self efficay dapat berpotensial
mempengaruhi self efficacy dan hasil (outcome expectation) berhubungan dengan
karakteristik dari individual dan lingkungan. Idealnya, self efficacy dan otcome
expectation dikuatkan oleh pengalaman itu dan terus menerus menjadi perilaku
yang baik.

1) Pengukuran self efficacy dan outcome expectation


Pengukuran Self efficacy dikembangkan oleh Bandura yang diibaratkan
seperti pengukuran pensil dan kertas yang menyusun aktivitas dari mudah
sampai paling sulit pada domain perilku yang spesifik. Partisipan diminta
untuk mengindikasikan apakah mereka dapat melakukan aktivitas (besarnya
ekspektasi self efficacy) dan kemudian mengevaluasi level kepercayaan diri
mereka dalam melakukan aktivitas yang diberikan (kekuatan dari self
efficacy)
2) Instrument yang digunakan untuk pengujian empiris (Peterson dan Bredow,
2004).
Beberapa contoh pengukuran self efficacy yang dikembangkan didunia
keperawatan yaitu:
-43-
a) Self efficacy for functional ability (SEFA) scale
Dikembangkan oleh Barbara Resnick pada tahun 1999. Memiliki 9 item
pengukurn yang meminta partisipan untuk mengukur level kepercaayaan
diri untuk menampilkan aktivitas fungsional. (mandi, berpakaian,
toileting, menaiki tangga)
b) The self efficacy for exercise (SEE) scale
Dikembangkan oleh Barbara Resnick pada tahun 2000. Mengukur
rintangan self efficacy untuk melakukan olah raga/aktivitas.
Pengukurannya menggunakan 13 item .
c) The self efficacy for osteoporosis medication adherence (SEOMA) scale.
Instrument pengukuran ini dikembangkan oelh Barbara Resnik, Wahren
dan Orwig pada tahun 2003. Terdapat 14 item yang mengukur pada
banyaknya tantangan yang dihadapi terkait dengan penggunaan obat
osteoporosis
d) Outcome expectation for exercise (OEE) scale
Terdapat 9 item pengukuran yang dikembangkan untuk mengukur
outcome expectation dan keuntungannya yang berhubungan dengan
olahraga/ exercise pada orang dewasa. Ini dikembangkan oleh Sechrist,
Walker, Pender pada tahun 1987, juga oleh Steinhardt dan Dishman,
1989.
d. Penggunaan self efficacy pada penelitian keperawatan
1) Penelitian self efficacy berhubungan dengan menegement penyakit kronis
Penelitan ertama kali mengenai self efficacy di keperawatan dilakukan oleh
Gother dan timnya pada tahun 1998. Focus penelitian yang dilakukan adalah
intervensi self efficacy pada pasien dengan penyakit kardiovaskular.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Barbara Resnick dan tim sendiri adalah
penggunaan self efficacy pada managemen nyeri, dan penggunaan obat.
Keudian penelitian lain yang dilakukan oleh Oberg dan timnya ada tahun
2011 mengenai managemen diabetes.
2) Self efficacy untuk aktivitas promosi kesehatan seperti olah raga (exercise)
dan kehilangan berat badan.
Penelitian yang dilakukan oleh Barbara Resnick pada tahun 2005
menyebutkan hasil bahwa self efficacy expectation sangat berphubungan
secara signifikan dengan menjaga perilaku berolahraga. Penelitian yang lain
yang dilakukan oleh Huang dan tim pada tahun 2011, dilakukan
pengembangan terhadap intervensi diet, dan mencoba meningkatkan intake
diet dan menjaga serta memfasilitasi kehilangan berat badan.
3) Tindakan Self efficacy untuk managemen gejala
Penelitian yang paling sering dilakukan adalah self efficacy di beberapa
managemen gejala seperti, gejala nyeri, gejala akan takut akan jatuh, dan
juga gejala perubahan memori (daya ingat).
4) Tindakan self efficacy untuk pendidikan pada penyedia pelayanan
kesehatan.

-44-
Penelitian mengenai teori self efficacy di dunia pendidikan ditunjukan oleh
beberapa penelitian yang dilakukan. Penelitian tersebut seperti penelitian
pada mahasiswa S1 keperawatan yang memiliki focus pada self efficacy
expectation berhubungan dengan performen akademiknya dan ketrampilan
klinisnya.

M. GEORGENE GASKILL EAKES, MARY LERMANN BURKE, & MARGARETH A. HAINSWORTH


“CHRONIC SORROW”

1. Tujuan Teori
Tujuan dari teori ini adalah memperkenalkan teori keperawatan middle-range dari chronic
sorrow yang menampilkan kesedihan sebagai respons normal pada disparitas berkelanjutan
yang disebabkan oleh kehilangan. Chronic sorrow merupakan kekambuhan periodik yang
permanen, kesedihan pervasif atau kesedihan lainnya terkait perasaan yang berhubungan
dengan kehilangan yang signifikan. Teori ini menyediakan sebuah kerangka kerja sebagai
acuan untuk memahami dan bekerja dengan orang-orang yang mengalami kehilangan
tunggal atau kehilangan yang berkelanjutan (Eakes, Burke, & Hainsworth, 1998).
2. Latar Belakang Penggagas Teori
a. Georgene Gaskill Eakes
Georgene Gaskill Eakes lahir di New Bern, Carolina Utara. Pada tahun 1966, Eakes
memperoleh gelar Diploma Keperawatan dari Watts Hospital School of Nursing di
Durham, Carolina Utara, dan lulus dengan predikat Summa Cum Laude dari North
Carolina Agricultural and Technical State University dengan Sarjana Keperawatan pada
1977. Eakes menyelesaikan M.S.N.nya pada 1980 di University of North Carolina di
Greensboro dan Ed.D pada 1988 di North Carolina State University. Eakes memperoleh
kesempatan magang untuk pascasarjana pada tingkat master dan beasiswa pascasarjana
dari North Carolina League for Nursing untuk kuliah doktornya. Ia ikut serta dalam
Sigma Theta Tau International pada 1979 dan Phi Kappa Phi pada 1988. Eakes
mengawali karir profesionalnya di pelayanan psikiatri akut dan komunitas dasar dan
kesehatan mental. Pada 1980, ia bergabung di fakultas keperawatan East Carolina
University School of Nursing di Greenville, Carolina Utara.
Eakes tertarik pada isu yang terkait dengan kematian, keadaan sekarat, kesedihan,
dan kehilangan pada 1970, ketika ia mengalami cedera yang mengancam jiwa saat
kecelakaan mobil. Saat itu Eakes merasa kematian sangat dekat, sehingga ia sadar
bahwa perlu kesiapan professional kesehatan dan orang awam untuk berurusan dengan
individu yang sedang dihadapkan dengan kematiannya dan memiliki pemahaman yang
kurang terhadap pengalaman kesedihan pada situasi kehilangan. Pada 1983, Eakes
mendirikan sebuah komunitas pelayanan dan dukungan untuk individu yang didiagnosa
kanker beserta orang terdekat mereka. Pada 1989, Eakes memperoleh kesempatan
untuk mempresentasikan penelitiannya di konferensi Internasional Sigma Theta Tau di
Taipei, Taiwan. Setelah itu, Eakes menghadiri presentasi chronic sorrow oleh Mary
Lermann Burke. Ia menghubungkan antara deskripsi Burke terhadap chronic sorrow
pada ibu dengan anak yang memiliki disabilitas myelomeningocele dan observasinya
terhadap reaksi kesedihan di antara para anggota grup pendukung kanker.

-45-
Setelah konferensi, Eakes menghubungi Burke untuk mengeksplorasi kemungkinan
dilakukannya penelitian kolaborasi. Mereka merencanakan sebuah pertemuan dengan
pesertanya yaitu Burke beserta koleganya Margareth A. Hainsworth, dan Carolyn
Lindgren, kolega Hainsworth yang dilakukan di musim panas pada tahun 1989. Adapun
hasil pertemuan pertama mereka yaitu pembentukan Nursing Consortium for Research
on Chronic Sorrow (NCRCS). Agar NCRCS dapat berdiri, para anggota mengadakan
kolaborasi studi penelitian kualitatif pada populasi dengan individu dengan kondisi
kronis dan mengancam jiwa, pada keluarga pengasuh, dan individu yang berduka. Eakes
berfokus pada penderita kanker, keluarga pengasuh anak yang sakit mental, dan individu
yang memiliki pengalaman kematian orang yang penting baginya.
Dari 1992 sampai 1997, Eakes menerima 3 penghargaan hibah penelitian dari East
Carolina University School of Nursing dan 2 penghargaan hibah dari Betanu Chapter of
Sigma Theta Tau International untuk mendukung proyek penelitiannya. Sebagai
tambahan publikasi profesionalnya, Eakes harus mengadakan banyak presentasi pada
isu yang berhubungan dengan kesedihan-kehilangan dan kematian, serta kondisi
sekarat, dan membentuk grup professional kesehatan dan orang awam di tingkat lokal,
negara, nasional, dan internasional. Ia sangat terlibat pada pelatihan konselor sindrom
kematian bayi mendadak di Carolina Utara. Eakes aktif dalam upaya memperbaiki
kualitas pelayanan pada akhir kehidupan dan sebagai anggota pada Board of Directors of
the End of Life Care Coalition of Eastern North Carolina.
Pada 2002, Eakes menerima the East Carolina University Scholar Teacher Award,
yang terkenal unggul dalam integrasi penelitian ke dalam praktik pengajaran. Pada 1999,
Eakes menerima the Best of Image award untuk teori publikasi diselenggarakan oleh the
Sigma Theta Tau International Honor Society of Nursing untuk artikelnya, “Middle-Range
Theory of Chronic Sorrow”. Ia menjadi seorang finalis di dalam Oncology Nursing Forum
Excellence in Writing Award pada 1994. Kehormatan dan penghargaan lainnya
mencakup North Carolina Nurse Educator of the Year oleh North Carolina Nurses
Association pada 1991 dan Outstanding Researcher oleh the Beta Nu Chapter of Sigma
Theta Tau International Honor Society untuk perawat pada 1994 dan 1998. Eakes
bertugas sebagai seorang reviewer untuk Penelitian Kualitatif Kesehatan, sebuah jurnal
interdisiplin internasional.
Eakes adalah pensiunan professor di East Carolina University College of Nursing.
Sebelum pensiun, ia mengajar di sekolah sarjana pada mata kuliah psikiatri dan
keperawatan kesehatan mental dan penelitian keperawatan, untuk level master yaitu
pendidikan keperawatan dan sekolah pascasarjana interdisiplin yang berjudul
“Perspective on Death/Dying”. Sekarang, ia adalah direktur Clinical Education pada
Vidant Medical Center di Greenville, NC.
(Alligood, 2014)
b. Mary Lermann Burke
Burke lahir di Sandusky, Ohio. Ia memperoleh gelar diploma keperawatan dari Good
Samaritan Hospital School of Nursing di Cincinnati pada tahun1962, dan sertifikat
kelulusan dari Children’s Medical Center di Distrik Kolumbia. Setelah beberapa tahun
memiliki pengalaman di keperawatan anak, Burke lulus Summa Cum Laude pada tingkat
sarjana di keperawatan Rhode Island College di Providence. Pada 1982, ia menerima
-46-
gelar masternya di keperawatan orangtua-anak Boston University, dimana ia juga
memperoleh Certificate in Parent-Child Nursing and Interdisciplinary Training in
Developmental Disabilities the Child Development Center of Rhode Island Hospital and
the Section on Reproductive and Developmental Medicine di Brown University di
Providence. Pada 1989, ia menerima doctor ilmu keperawatannya untuk Family Studies
dari Universitas Boston.
Burke bergabung ke dalam Theta Chapter, Sigma Theta Tau, sejak program
masternya di Universitas Boston pada 1981 dan menjadi anggota di Delta Upsilon
Chapter-at-Large of Sigma Theta Tau di Rhode Island College pada 1988. Ia menerima
Doctoral Student Scholarship Award dari Theta Chapter pada 1988 dan Delta Upsilon
Chapter-at-Large Louisa A. White Award untuk Research Excellence pada 1996. Selama
periode, dari 1991-1996, Burke menerima 4 penghargaan Rhode Island College Faculty
Research untuk studi chronic sorrow. Pada 1998, ia memenangkan penghargaan dari
Delta Upsilon Chapter-at-Large untuk pengembangan awal instrument kuantitatif untuk
studi chronic sorrow. Dari 1992 sampai 1995, Burke merupakan peneliti utama pada
Transition to Adult Living Project, yang didanai oleh Department of Health and Human
Services, Maternal and Child Health Bereau, Genetic Service Branch. Pada 1995, ia
sebagai asisten peneliti utama pada New England Regional Genetics Group Special
Project Grant, The Transition to Adult Project—System Dissemination of Information.
Burke mengawali karirnya di keperawatan pediatrik khususnya di ruangan akut dan
primer. Ia bergabung di fakultas Rhode Island College Department of Nursing sebagai
instruktur klinik pada 1980, dan ia menjadi pegawai tetap pada 1982, asisten profesor
pada 1987, dan profesor pada 1996. Selama periode ini, ia mengajar keperawatan
pediatrik di lingkungan pendidikan dan klinik. Ia juga mengembangkan dan mengajar
keperawatan terkait nutrisi, farmakologi, dan patofisiologi. Burke pensiun dari fakultas
di Rhode Island College pada Desember 2002.
Burke menjadi tertarik pada konsep chronic sorrow selama program masternya,
ketika praktikum klinik di Child Developmental Center of Rhode Island Hospital. Ketika
bekerja disana dengan anak-anak spina bifida dan orang tua mereka, ia mengembangkan
gagasan klinik bahwa emosi yang dia observasi pada para orang tua konsisten dengan
kesedihan kronis yang pertama kali digambarkan oleh Olhansky (1962). Tesisnya, The
Concerns of Mother of Preschool Children with Myelomeningocele, mengidentifikasi
emosi yang sama dengan kesedihan kronis. Ia kemudian mengembangkan The Burke
Chronic Sorrow Questionnaire untuk disertasinya yaitu Chronic Sorrow in Mothers of
School-Age Children with Myelomeningocele. Juni 1989, Burke mempresentasikan
penelitian disertasinya di Sigma Theta Tau International Research Congress di Taipei,
Taiwan, dimana ia bertemu dengan Dr. Eakes dari East Carolina University dan Dr.
Hainsworth dari Rhode Island University. Berikutnya, grup ini memiliki nama Nursing
Consortium for Research on Chronic Sorrow (NCRCS), bersama Dr. Carolyn Lindgren dari
Wayne State University yang bergabung sebentar dalam grup ini. Mereka bersama-sama
mengembangkan sebuah modifikasi Burke/NCRCS Chronic Sorrow Questionnaire dan
mengadakan seri studi individu yang kemudian dianalisis secara kolaborasi. Studi Burkes
pada seri ini berfokus pada kesedihan kronis pasangan infertil, anak-anak dewasa
dengan orang tua yang mengalami kondisi kronis, dan orang tua yang berduka. Studi
-47-
analisis kolaborasi menghasilkan pengembangan “Middle-Range Theory of Chronic
Sorrow”, yang dipublikasikan pada 1998. Anggota konsorsium, baik individual maupun
kolaborasi, mempresentasikan banyak makalah tentang chronic sorrow pada konferensi
lokal, negara, nasional, dan internasional dan mempublikasikan 10 artikel di setiap
jurnal. Artikel mereka, “Middle-Range Theory of Chronic Sorrow” memperoleh The Best
of Image Award pada 1999 pada kategori teori dari Sigma Theta Tau International.
Selanjutnya, Burke berkolaborasi dengan Eakes dalam mengembangkan The
Burke/Eakes Chronic Sorrow Assessment Tool. Burke aktif di banyak organisasi
professional dan komunitas. Ia melayani di St. Joseph’s Health Services of Rhode Island
Board of Trustees. Ia menerima The Outstanding Alumna Award for Contributions in
Nursing Education dari Rhode Island College Department of Nursing dan Alumni Honor
Roll Award dari Rhode Island College.
(Alligood, 2014)
c. Margaret A. Hainsworth
Margaret A. Hainsworth lahir di Brockville, Ontario, Kanada. Ia meraih gelar diploma
keperawatannya pada 1953 di Brockville General Hospital di Brockville, Ontario. Pada
1959, ia berimigrasi ke Amerika Serikat untuk menghadiri The George Peabody College
for Teachers di Nashville, Tennessee, dimana ia menerima diploma keperawatan
kesehatan masyarakat. Hainsworth melanjutkan pendidikannya di Salve Regina College
di Newport, Rhode Island, dan menerima gelar sarjana keperawatan di 1973. Ia
kemudian menerima gelar master di keperawatan psikiatrik dan kesehatan jiwa dari
Boston College pada 1974 dan tingkat doctor di administrasi pendidikan dari University
of Connecticut pada 1986. Pada 1988, ia menjadi spesialis keperawatan psikiatrik dan
kesehatan jiwa.
Hainsworth dimasukkan ke dalam Sigma Theta Tau, Alpha Chi Chapter pada 1978 dan
Delta Upsilon Chapter-at-Large pada 1989. Pada 1976, ia menerima penghargaan dosen
luar biasa di Rhode Island College. Pada 1992, ia dipilih, dan menghadiri The Technical
Assistance Workshop and Mentorship for Nurses in Implementation of the National Plan
for Research in Child and Adolescent Mental Disorder, disponsori oleh National Institutes
of Health. Hainsworth mengulas manuskrip dari Qualitative Health Research, sebuah
jurnal Interdisiplin, publikasi Sage.
Praktik keperawatan Hainsworth di lingkungan kesehatan masyarakat dan
keperawatan psikiatrik dan kesehatan jiwa. Ia menjadi seorang dosen di Department of
Nursing at Rhode Island College pada 1974 dan professor di 1992. Area utama
pengajarannya adalah pelayanan psikiatrik di kelas dan klinis. Mata kuliah berjudul
“Death and Dying” yang ia ajarkan menjadi mata kuliah pilihan di program studi umum
perguruan tinggi. Hainsworth selalu konsisten terhadap praktiknya dan bekerja 13
tahun sebagai konsultan di Visiting Nurse Association. Ia memulai praktik mandiri di Bay
Counseling Association pada 1993 dan mempertahankan praktik itu selama 5 tahun.
Ketertarikannya pada penyakit kronis dan hubungannya terhadap kesedihan dimulai
pada saat ia berperan sebagai fasilitator untuk grup pendukung wanita dengan multiple
sclerosis. Ketertarikan ini mengarahkannya membuat disertasinya, An Etnoghrapic Study
of Women with Multiple Sclerosis Using a Symbolic Interaction Approach. Penelitian ini
diterima untuk presentasi di Sigma Theta Tau Research Congress di Taipei, Taiwan, pada
-48-
1989, dimana ia mempelajari tentang penelitian Burke pada chronic sorrow setelah
menghadiri persentasinya.
NCRCS didirikan pada 1989 untuk memperluas pemahaman tentang chronic sorrow.
Hainsworth merupakan salah satu dari empat perintis dan menjadi anggota aktif hingga
1996. Penelitian NCRCS dimulai dengan 4 studi fokus chronic sorrow pada individu
dengan situasi hidup kronis, dan anggota konsorsium menganalisis data secara
kolaborasi. Selama 7 tahun ia menjadi anggota, konsorsium mempresentasikan
penemuan mereka di konferensi Internasional, negara, dan regional dan
mempublikasikan 13 manuskrip. Pada 1999, mereka dianugerahi the Best of Image
Award in Theory dari Sigma Theta Tau International.
(Alligood, 2014)
3. Uraian tentang Teori Keperawatan
Teori chronic sorrow ini awalnya diperkenalkan oleh Olhansky pada 1962. Pada teori
ini Olhansky mencirikan chronic sorrow sebagai respon normal terhadap gangguan yang
dapat diantisipasi secara normal. Penelitian selanjutnya tentang chronic sorrow dilakukan
oleh Nursing Consortium Research of Chronic Sorrow (NCRCS). Penelitian ini telah
memperluas relevansi konsep tentang individu yang mengalami berbagai situasi kehilangan,
serta keluarga pengasuh mereka. Middle-Range Theory of Chronic Sorrow ini berbentuk
induktif dan divalidasi melalui serangkaian 10 studi kualitatif yang dilakukan oleh anggota
Nursing Consortium Research of Chronic Sorrow (NCRCS) dan tinjauan kritis dari penelitian
yang ada.

-49-
a. Situasi Kehilangan

Peristiwa yang utama yang harus terjadi sebelum serangan chronic sorrow adalah
pengalaman kehilangan yang signifikan. Kehilangan dapat berlanjut tanpa prediksi, seperti
kelahiran anak dengan ketidakmampuan atau diagnosis penyakit kronis, atau kehilangan
yang dialami saat kematian orang yang dicintai. Interpretasi kehilangan sangat
individualistis, sehingga sulit untuk menyeragamkan makna dari kehilangan yang signifikan.
Penelitian menggambarkan tentang kehilangan yang tidak pernah berakhir seperti,
keinginan memiliki anak yang sempurna oleh orang tua anak dengan disabilitas fisik atau
mental; keluarga yang mengasuh anak, pasangan, orang tua, atau orang terdekat dari
individu dengan penyakit ketidakmampuan fisik atau mental; menyaksikan kondisi orang
yang dicintainya memburuk, menempatkan mereka pada resiko tinggi terjadinya chronic
sorrow. Kehadiran kondisi kronis dengan seiring ketidakyakinan membentuk situasi yang
tidak dapat diprediksi. Keterlibatan kehilangan yang bersifat berlanjut dihubungkan dengan
kondisi kronik atau mengancam jiwa, seperti infertilitas, kanker, atau multiple sclerosis
mungkin dapat mengarah kepada chronic sorrow.

Berbeda dengan pengalaman kehilangan berlanjut yang tidak dapat diprediksi, kematian
orang yang dicintai mewakili peristiwa untuk kehilangan yang bersifat tunggal. Tiga studi
konsorsium diadakan pada 1994 untuk menyelidiki kejadian chronic sorrow pada individu
dengan pengalaman kematian salah seorang anggota keluarga. Konsorsium ini memvalidasi
bahwa pengalaman chronic sorrow bukan hanya pada individu yang berduka dengan
kehilangan yang bersifat berlanjut tetapi juga pada individu yang mengalami kehilangan
bersifat tunggal. Oleh karena itu diasumsikan bahwa setiap tipe pengalaman kehilangan
signifikan dapat menghasilkan perkembangan chronic sorrow.

b. Disparitas

Kunci berikutnya yang mengawali chronic sorrow yaitu disparitas sebagai hasil kehilangan
yang tidak dapat diselesaikan. Disparitas dibentuk oleh pengalaman chronic sorrow ketika
kenyataan terkini dari individu berbeda dari yang ideal. Ketika kehilangan membentuk
sebuah kesenjangan antara keinginan akan sebuah hubungan dengan kondisi actual.
Kesenjangan yang terus berjalan merupakan atribut umum dari chronic sorrow.

c. Trigger events

Kejadian pemicu memiliki hubungan yang dekat dengan disparitas. Pemicu dianggap sebagai
kejadian penting yang ditemukan dalam lingkungan, situasi, kondisi yang membawa
pengaruh negatif yang dihasilkan oleh kehilangan, secara jelas hal tersebut menjadi faktor
yang memperburuk kejadian disparity. Kejadian yang dapat memicu timbulnya konfrontasi
dengan kejadian disparitas yang sedang berlangsung bervariasi tergantung kepada
kehilangan tersebut, apakah berhubungan dengan kondisi kronis atau situasi hidup yang
mengancam, menjadi caregiver untuk seseorang dengan kondisi kronis atau mengalami
kehilangan dari kematian orang yang dicintai.

-50-
d. Manajemen metode

Manajemen metode mengarah pada strategi koping yang digunakan oleh individu yang
mengalami chronic sorrow (internal) dan intervensi yang disediakan oleh tenaga profesional
(external). Penggunaan dari metode koping yang efektif dan ketentuan dari intervensi yang
sesuai akan dapat membantu mereka yang mengalami chronic sorrow untuk mendapatkan
kembali keseimbangan emosional mereka dan meningkatkan level kenyamanan mereka.
Pengembangan dari managemen koping yang efektif kemungkinan dapat memperpanjang
periode antara peristiwa pemicu dan menurunkan derajat perbedaan yang dirasakan.

a) Manajemen metode internal yang efektif

Kebanyakan individu dapat mengatasi secara positif chronic sorrow dengan menggunakan
aksi strategi yang diciptakan untuk membuat mereka merasa lebih dalam hidup mereka.
Strategi ini mencakup mempertahankan keterlibatan dalam hal hal personal yang disukai,
mengejar kesempatan untuk beristrahat, dan mencari informasi mengenai pengalaman
seseorang akan kehilangan. Metode kognitif dari koping juga sering digunakan untuk
mengelola perasaan mereka yang berhubungan dengan chronic sorrow. Strategi ini
mencakup perilaku “can do”, mengambil satu hari pada satu waktu, dan berusaha melihat
sisi positif dari hidupnya seseorang.

Kategori lain untuk strategi mengatasi chronic sorrow adalah interpersonal. Strategi ini
mencakup berbicara dengan orang lain yang juga mengalami hal yang sama atau situasi
kehilangan yang mirip, berbicara dengan orang terdekat, atau berbicara dengan profesional
yang terpercaya. Metode positif koping lain yang terkadang dijelaskan meskipun lebih jarang
dan emosional yakni menangis dengan puas ( having a good cry ) dan spiritual yakni
mengandalkan pada kepercayaan agama, keyakinan pribadi yang dipraktekkan untuk
mendapat dan meningkatkan rasa nyaman.

b) Manajemen metode eksternal yang efektif

Perlu dicatat bahwa manajemen metode yang disediakan oleh tenaga kesehatan profesional
harus didasarkan pada konseptual bahwa chronic sorrow adalah hal yang normal bukan
patologis. Menormalkan pengalaman yang dialami individu adalah landasan fondasi yang
digunakan untuk menciptakan intervensi. Kesadaran akan keadaan dan situasi yang mampu
memicu chronic sorrow menjadi ketentuan untuk petunjuk mengantisipasi. Model koping
seseorang dapat dikaji dengan menanyakan sebuah pertanyaan sederhana seperti “bantuan
yang seperti apa?”, ketika sudah diidentifikasi strategi koping positif harus diperkuat dan
didukung. Untuk individu yang kurang dalam hal kemampuan koping efektif, maka strategi
koping efektif untuk bisa menghadapi chronic sorrow dapat diajarkan. Tindakan yang lebih
spesifik dari tenaga profesional kesehatan diidentikasi sebagai cara yang sangat membantu
dalam menurunkan rasa sakit yang emosional dalam chronic sorrow. Intervensi ini dapat
dikategorikan sebagai peran dari perawat dan tenaga kesehatan profesional lainnya yang
dapat diperkirakan melalui interaksi mereka dengan individu yang mengalami chronic
sorrow.

-51-
e. Paradigma Keperawatan menurut Teori Chronic Sorrow
1. Manusia
Manusia memiliki persepsi yang ideal dalam proses kehidupan dan kesehatan. Banyak
orang membandingkan pengalamannya dengan keadaan yang ideal dan dengan orang
lain di sekitar mereka. Walaupun pengalaman kehilangan setiap orang bersifat unik,
maka dapat dilihat secara umum dan diprediksi mengenai pengalaman kehilangan
manusia.
2. Keperawatan
Mendiagnosa chronic sorrow dan melakukan intervensi merupakan lingkup keperawatan.
Perawat dapat memberikan bimbingan antisipasi untuk individu yang beresiko. Langkah
pertama yang dilakukan perawat yaitu berempati, menunjukkan caring, dapat sebagai
guru-ahli dan pemberi pelayanan yang berkompeten.
3. Sehat
Adanya sebuah normalitas fungsi. Kesehatan seseorang tergantung pada adaptasi
seseorang menghadapi disparitas dan kehilangan dalam hidup. Koping yang efektif dapat
terjadi sebagai respons yang normal terhadap suatu kehilangan dalam hidup.
4. Lingkungan
Interaksi terjadi dalam konteks sosial, termasuk keluarga, sosial, pekerjaan, dan
lingkungan pelayanan kesehatan. Respon individu terhadap penilaian mereka sendiri
dalam kaitannya dengan norma-norma sosial.

-52-

Anda mungkin juga menyukai