Pelatihan Pramuka P Yana Bahan
Pelatihan Pramuka P Yana Bahan
Pelatihan Pramuka P Yana Bahan
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan ekstrakurikuler wajib di satuan pendidikan?.
2. Kendala apa saja yang dihadapi untuk menerapkan ekstrakurikuler wajib di stuan
pendidikan?.
3. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?.
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan ekstrakurikuler wajib di stuan pendidikan.
2. Kendala-kendala yang dihadapi untuk menerapkan ekstrakurikuler wajib di stuan pendidikan.
3. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
D. Manfaat Pembahasan
Manfaat dari pembahasan makalah ini adalah untuk:
1. Satuan pendidikan supaya dapat dapat menerapkan ekstrakurikuler wajib pramuka dengan
sebaik-baiknya sebagai mana yang diamanatkan dalam kurikulum 2013.
2. Kwartir Cabang agar dapat melakukan pengawasan dan pendampingan kepada kakak-kakak
pembina di setiap gugus depan yang berada diwilayah kerja masing-masing karena
mengingat masih banyak gugus depan yang masih minim pembina yang sudah pernah
mengikuti kursus kepramukan. Semacam KMD, KML, KPD ataupun KPL.
3. Pemangku Kebijakan, sangat kami harapkan untuk lebih memperhatikan pramuka
terutamanya dari segi pendanaan apalagi sekarang ini sudah menjadi ekstrakurikuler yang
diwajibkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Ketinggalan Jaman
Pada tahap perkembangan ilmu dan teknologi serta arus informasi yang demikian
pesat dewasa ini, seakan pendidikan kepramukaan tetap saja berjalan di tempat. Berbagai
materi dan metode yang dikenalkan hampir lebih sepuluh tahun yang lalu sampai saat ini
masih disampaikan kepada para peserta didik tanpa mengalami pembaharuan. Para Pembina
Pramuka dan Pelatih Pembina Pramuka terlalu berpegang pada pakem yang ada, seakan tidak
peduli terhadap kemajuan di sekilingnya.
Memang prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan senantiasa harus dipegang
teguh dalam proses pendidikan kepramukaan, karena hal itu merupakan ciri utama yang
membedakan antara pendidikan kepramukaan dengan bentuk pendidikan lainnya. Namun
materi yang diberikan serta metode pembelajarannya harus selalu dikembangkan mengikuti
perkembangan jaman.
Kemampuan mengembangkan materi serta metode pembelajaran itulah yang saat ini
miskin dikuasai oleh para Pembina Pramuka. Kebanyakan dari mereka dalam proses latihan
rutin dari tahun ke tahun selalu hanya mengandalkan buku rujukan Kursus Pembina Mahir
Dasar atau Lanjutan.
Untuk itulah pada kurikulum Kursus Pembina Mahir Dasar dan Kursus Pembina
Mahir Lanjutan perlu dicantumkan pokok bahasan tentang inovasi teknologi pendidikan
kepramukaan, yaitu suatu pokok bahasan yang memberikan bekal pada Pembina Pramuka
agar mampu melakukan pembaharuan di bidang materi dan metode pembelajaran untuk dapat
menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Konteks menyesuaikan jaman artinya adalah
melakukan pembaharuan pendidik-an kepramukaan sesuai dengan minat dan kebutuhan
perkembangan anak dan remaja pada jaman dimana ia hidup.
Berkaitan dengan hal itu, maka akan dapat kita kaji kembali: sejauhmana keterkaitan
keterampilan semaphore, morse, dan tali temali pada pendidikan kepramukaan dalam era
globalisasi informasi serta teknologi canggih dewasa ini? Memang pada era Baden Powell,
awal abad ini, semaphore dan morse merupakan alat yang ampuh dalam melakukan
komunikasi jarak jauh dan tali temali merupakan keterampilan utama yang diperlukan dalam
melakukan pionering.
Fakta lain menunjukkan bahwa pada perkembangan dewasa ini pendidikan
kepramukaan jauh kalah populer dibanding dengan kelompok pecinta alam. Perkembangan
kegiatan kelompok pecinta alam sudah sedemikian pesatnya sehingga muncul aktivitas yang
menarik bagi remaja seperti panjat tebing, caving, dan mountainering. Pada perkembangan
yang sama sebagian besar satuan Gerakan Pramuka masih melakukan kegiatan alam terbuka
dengan acara mencari jejak, permainan berbagai macam sandi, wide game yang dipandang
oleh remaja terlalu monoton dan sudah kuno. Padahal sejarah pertum-buhan Gerakan
Pramuka di Indonesia lebih tua dibanding dengan kelompok pecinta alam. Mengapa hal itu
bisa terjadi? Padahal sebagian besar aktivitas pendidikan kepramukaan adalah di alam
terbuka serta diikuti usaha mengenal dan menanamkan rasa mencintai alam. Keadaan ini
tidak akan terjadi manakala Pembina mampu mengembangkan dan mengemas kegiatan
sesuai dengan minat anak dan remaja sesuai dengan jamannya, bukan jamannya Kakak
Pembina.
b. Model Aktualisasi
Merupakan kegiatan wajib dalam bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang
dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan dalam kegiatan Kepramukaan secara rutin,
terjadwal, dan diberikan penilaian formal. Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan
melalui ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dengan menerapkan model Aktualisasi adalah
bentuk kegiatan pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan dengan mengaktualisasikan
kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan dengan metode dan prinsip dasar
kepramukaan.
Sistem penyelenggaraan pendidikan kepramukaan model Aktualisasi dilakukan
dengan mengaktualisasikan kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan. Oleh karena itu
pendidik harus terlebih dahulu melakukan pemetaan terhadap kompetensi dasar mata
pelajaran yang relevan untuk dapat diaktualisasikan dalam kegiatan pendidikan kepramukaan.
Pendidik yang menyampaikan materi pada sistem ini, sekurang-kurangnya telah mengikuti
Orientasi Pendidikan Kepramukaan (OPK), dan satuan pendidikan telah memiliki sarana dan
prasarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan.
Aktivitas Model Aktualisasi :
1. Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali;
2. Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 120 menit;
3. Kegiatan model Aktualisasi merupakan kegiatan Latihan Ekstrakurikuler Kepramukaan;
4. Pembina kegiatan dilakukan oleh Guru Kelas /Guru Mata pelajaran selaku Pembina Pramuka
dan/atau Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh Pembantu Pembina (Instruktur
Muda/Instruktur Pramuka).
Tujuan pelaksanaan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler model
Aktualisasi adalah :
a. Pengenalan pendidikan kepramukaan yang menyenangkan dan menantang kepada seluruh
peserta didik;
b. Media Aktualisasi kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan dengan metode dan prinsip
dasar kepramukaan;
c. Meningkatkan kompetensi (nilai-nilai dan keterampilan) peserta didik yang sejalan dan
sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, melalui Aplikasi Dwi
Satya dan Dwi Darma bagi peserta didik usia Siaga, dan Aplikasi Tri Satya dan Dasa Darma
bagi peserta didik usia Penggalang, dan Penegak.
d. Model Reguler
Merupakan kegiatan sukarela berbasis minat peserta didik yang dilaksanakan di
Gugus depan. Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler pada
satuan pendidikan dengan menerapkan sistem reguler adalah bentuk kegiatan pendidikan
kepramukaan yang dilaksanakan pada Gugus depan (Gudep) yang ada di satuan pendidikan
dan merupakan kegiatan pendidikan kepramukaan secara utuh. Oleh karena itu apabila satuan
pendidikan memilih model reguler dan belum memiliki Gudep, maka harus terlebih dahulu
menyiapkan sistem pengelolaan pendidikan kepramukaan melalui Gudep.
Aktivitas model Reguler:
1. Bersifat sukarela sesuai dengan bakat dan minat peserta didik;
2. Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 2 jam (120 menit) pelajaran;
3. Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali;
4. Sepenuhnya dikelola oleh Gugus depan Pramuka pada satuan atau gugus satuan pendidikan.
5. Pembina kegiatan adalah Guru Kelas /Guru Mata pelajaran selaku Pembina Pramuka
dan/atau Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh Pembantu Pembina (Instruktur
Muda/Instruktur Pramuka) yang telah mengikuti Kursus Mahir Dasar (KMD).
Tujuan pelaksanaan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler model reguler
adalah meningkatkan kompetensi (nilai-nilai dan keterampilan) peserta didik yang sejalan
dan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memiliki
minat dan ketertarikan sebagai anggota pramuka, melalui: aplikasi Dwi Satya dan Dwi
Darma bagi peserta didik usia Siaga, dan aplikasi Tri Satya dan Dasa Darma bagi peserta
didik usia Penggalang dan Penegak.
Kedudukan Ektra Kurikuler wajib Pendidikan Kepramukaan dalam sistem Kurikulum
2013 merupakan komplemen kurikulum yang dirancang secara sistematis dan relevan dengan
upaya meningkatkan mutu pendidikan. Seluruh aktivitas didedikasikan pada peningkatan
kompetensi peserta didik. Penyelenggaraan kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan, bakat dan potensi peserta didik.
Secara konsepsional Kurikulum 2013 memiliki landasan filosofis, teoritis yang
mengikat struktur kurikulum yang komprehensif untuk mencapai kompetensi inti.
Kompetensi meliputi; sikap (spiritual dan sosial), kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan. Setiap proses pendidikan di sekolah, termasuk penyelenggaraan ekstra
kurikuler di sekolah, hendaknya diarahkan untuk mengembangkan kapasitas ketiga dimensi
tersebut.
Pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan sebagai ekstra kurikuler wajib di Sekolah,
sejalan dan relevan dengan amanat Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum 2013,
memerlukan Buku Panduan atau Petunjuk Pelaksanaan yang dikembangkan oleh setiap
satuan pendidikan yang mengacu pada Peraturan Menteri No.81A tahun 2013 tetapi
ditindaklanjuti dengan adanya SKB Mendikinas dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka tentang Petunjuk Pelaksanaannya.
Peranan Pelatih pembina Pramuka dalam menghadapi Ekstra Kurikuler Wajib
Pendidikan Kepramukaan sebagaimana yang telah diuraikan di atas, memberikan sebuah
tantangan dan memotivasi untuk memikirkan pola pelatihan dan mengimplementasikan pola
pelatihan tersebut sesuai dengan harapan Permendikbud, juga tetap harus menjaga nilai-nilai
dan kode kehormatan Pramuka sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
Oleh karenanya pelatih pembina Pramuka harus mengenal lebih dekat Permendikbud
tersebut, selanjutnya harus pula mengerti dan memahami esensi dan isi permendikbud
tersebut baik dari sisi historis maupun dari sisi filosofis, yuridis dan sosiologis, kemudian
merumuskan konsep modul pembelajaran bagi pembina Pramuka untuk
mengimplementasikannya dalam bentuk kegiatan pendidikan kepramukaan di Gugus
depannya masing-masing.
A. Simpulan
Pramuka merupakan organisasi kepemudaan yang resmi dari pemerintah yang
memiliki payung hukum mulai dari Keppres RI Nomor 238 Tahun 1961 hingga payung
hukum Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2013 tentang Gerakan Pramuka. Dengan
demikian, Pramuka menjadi tangung jawab bersama dalam pelaksanaannya. Dengan
berlakunya Kurikulum 2013 dan sesuai dengan Lampiran III Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi
Kurikulum, Pramuka dijadikan ekstrakurikuler wajib pada setiap satuan pendidikan mulai
dari pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Oleh sebab itu peran satuan pendidikan
juga sangat penting demi terlaksananya kebijakan tersebut dengan baik. Dengan
ekstrakurikuler wajib Pramuka dalam kurikulum 2013, diharapkan adanya perpaduan yang
baik antara mata pelajaran umum di sekolah dengan kegiatan Pramuka yang saling
mendukung dalam ranah pendidikan karakter.
B. Saran
Dari pembahasan di atas ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan pada
kesempatan ini, diantaranya:
1. Gugus depan hendaknya mempersiapkan secara matang untuk melaksanakan Ekstrakurikuler
wajib pendidikan Kepramukaan baik dari sisi personal (para Pembina Pramuka dengan
kapasitas yang meningkat ter-Upgrade dan ter-Update) maupun sarana dan prasara yang
memadai.
2. Para Pelatih Pembina Pramuka, hendaknya membuat modul pembelajaran untuk bahan ajar
para Pembina Pramuka dalam menerapkan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan.
3. Sebaiknya Kwartir Nasional agar secepatnya membuat Petunjuk Pelaksanaan Ekstrakurikuler
Wajib Pendidikan Kepramukaan yang mengacu kepada Peraturan Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia tentang Kurikulum 2013 dan Ekstra Wajib Pendidikan
Kepramukaan.
4. Metode Pelatihan, mengembangkan metode-metode pendidikan dan pelatihan bagi
kepramukaan. Terjadinya kekakuan dalam sistem pendidikan dan pelatihan kepramukaan,
membuat kegiatan menjadi terkekang oleh ruangan kelas, dan mengurangi kegiatan-kegiatan
di luar ruangan yang merupakan kegiatan sesungguhnya dari kepramukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Andri Bob Sunardi., Boy Man. Penerbit Nuansa Muda, Bandung, Tahun 2011.
Anonimus, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun
2013 Tentang Implementasi Kurikulum : Pedoman Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta, Tahun 2014.
Anonimus, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun
2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada
Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Jakarta, Tahun 2014.
Anonimus, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka.
Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Jakarta, Tahun 2014.
Anonimus, Keputusan Musyawarah Nasional Nomor 11/Munas/2013 Tentang Anggaran Dasar
Gerakan Pramuka. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Jakarta, Tahun 2014.
Anonimus. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 231 Tahun 2007 Tentang
Petunjuk Penyelenggaraan Gugusdepan Gerakan Pramuka. Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka, Jakarta, Tahun 2008.
Djarab, Hendarmin (Ed). 2004. Guru & Pramuka Untuk Bangsa: 85 Tahun Let.Jend. TNI (Purn) H.
Mashudi (Sept. 1919-Sept. 2004). Bandung: Forum Putera Puteri TNI (FKPPI) dan Fakultas
Hukum Unpad.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. 2007. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor:
231 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugusdepan Gerakan Pramuka.
Lampiran III Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun
2013 Tentang Implementasi Kurikulum.
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan. 2014. Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Kepala
Sekolah: Pendidikan Kepramukaan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Samho, Bartolomeus. 2013. Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara: Tantangan dan Relevansi.
Yogyakarta: Kanisius.
PROGRAM KERJA
GUGUS DEPAN
PANGKALAN Sdn 001 kasikan
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
GERAKAN PRAMUKA GUDEP
PANGKALAN SDN 001 KASIKAN
KWARTIR RANTING TAPUNG HULU
2014
PROGRAM KERJA
GUGUS DEPAN
PANGKALAN SDN 001 KASIKAN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmad
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
progran kerja Gugus Depan 1527-1528 Pangkalan SMP Negeri 23 Pati
pada tahun ajaran 2014/2015.
Program kerja ini merupakan acuan bagi Dewan Kerja Penggalang
dan Pembina Penggalang pada Gudep 1527-1528 Pengkalan SMP Negeri
23 Pati untuk menjalankan aktivitas atau kegiatan kepramukaan di
lingkungan SMP Negeri 23 Pati. Diharapkan dengan selesainya
penyusunan program kerja ini maka pelaksanaan kegiatan kepramukaan
pada Gudep 1527-1528 Pangkalan SMP Negeri 23 Pati dapat terarah,
terencana dan berhasil dengan baik. Sehingga peningkatan mutu
pendidikan kepramukaan yang merupakan tujuan pendidikan
kepramukaan di Gudep 1527-1528 Pangkalan SMP Negeri 23 Pati dapat
tercapai dengan baik.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Bapak Kepala SMP Negeri 23 Pati beserta kepala Urusan yang ada di SMP
Negeri 23 Pati
2. Unsur Pembina dan Pembantu Pembina pada Gudep 1527-1528
Pangkalan SMP Negeri 23 Pati
3. Semua anggota pramuka penggalan pada Gudep 1527-1528 Pangkalan
SMP Negeri 23 Pati
Kami menyadari bahwa dalam penyusuan program kerja ini masih
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun
akan kami harapkan demi kesempurnaan program kerja Gudep 1527-1528
Pangkalan SMP Negeri 23 Pati. Akhirnya semoga program kerja ini
bermanfaat bagi kita semua.
A. Latar Belakang
Gerakan pramuka sebagai satu-satunya wadah kegiatan kepanduan di sekolah merupakan
tempat pendidikan bagi anak-anak yang dilaksanakan dengan penuh kegembiraaan, penuh
pendidikan dan dilakukan di luar jam-jam sekolah maupun jam-jam keluarga. Sebagai satu-
satunya kegiatan kepanduan, pramuka diharapkan dapat memberikan peranan penting dalam
peningkatan dan pembentukan sikap dan mental peserta didik pada sikap yang baik. Sikap
baik dalam arti berakhlaq mulia, sopan santun, rasa cinta kasih sesama, patriot, suci dalam
segala pikiran maupun perbuatan, bertaqwa kepada tuhannya, dan segala sikap yang lain.
Pendek kata diharapkan anggota pramuka dapat melaksanakan Dasa Dharma dan Tri Satya
yang merupakan kode etik dan janji pramuka.
Untuk lebih berperan aktif dalam pembentukan sikap, dalam gerakan pramuka perlu
adanya keseragaman langkah bagi pengelola gerakan pramuka yang tergabung dalam suatu
gugus depan. Ada keterkaitan erat antara siswa didik sebagai anggota pramuka, pembina
pramuka dan unsur majelis pembimbing gugus depan. Tanpa kerja sama yang baik dari unsur-
unsur tersebut rasanya tidak mungkin pramuka berperan aktif dalam pembentukan sikap
peserta didik.
Oleh sebab itu untuk penyelarasan dan penyeragaman langkah, perlu disusun suatu
program kerja gugus depan yang berisikan segala sesuatu yang dapat mengatur langkah dan
gerak dari gugus depan tersebut. Program kerja sebagai rambu-rambu pelakasanaan kegiatan
kepanduan di sekolah merupakan acuan yang wajib dilaksa-nakan oleh unsur-unsur pengelola
gugus depan tersebut.
B. Dasar Kegiatan
Yang menjadi dasar penyusunan program kerja gugus depan pramuka adalah:
1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2015 tentang Gerakan Pramuka
2. Keputusan Munas No. 11/Munas/2013 Tahun 2013 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Gerakan Pramuka
3. SK Gerakan Pramuka No. 220 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pokok-pokok
Organisasi Gerakan Pramuka
4. SK Gerakan Pramuka No. 231 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugesdepan
Gerakan Pramuka
5. SK Gerakan Pramuka No. 202 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Sistem
Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka
6. Program kerja sekolah yang dijabarkan dalam program kerja urusan kesiswaan SMP Negeri
23 Pati tahun pelajaran 2014/2015
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dengan disusunnya program kerja ini:
1. Untuk memberikan arahan kepada pelaksana gugus depan agar pelakasanaan kinerja gugus
depan dapat berjalan dengan baik.
2. Sebagai sarana untuk peningkatan mutu pendidikan kepramukaan di sekolah.
D. Sasaran
Sasaran pelaksanaan program kerja ini adalah unsur-unsur yang terdapat dalam suatu gugus
depan yang meliputi:
1. Unsur Majelis Pembimbing Gugus Depan (Mabigus) yang diketuai oleh Kepala Sekolah
sebagai penguasa tertinggi di sekolah yang dibantu dengan Urusan Kesiswaan, Urusan
Kurikulum dan unsur guru yang ditunjuk.
2. Unsur Pembina Pramuka yang merupakan unsur pelaksana kegiatan secara teknis dalam
suatu gugus depan yang meliputi Instruktur Pramuka, pelatih atau anggota pramuka yang
minimal mempunyai sertifikat Kursus Mahir Dasar (KMD)
3. Para pembantu pembina yang meliputi anggota penegak, pandega dan unsur lain yang
mempunyai keinginan untuk menjadi anggota pramuka dengan baik.
4. Peserta didik yang menjadi obyek pendidikan kepramukaan di sekolah yang terbagi dalam
siaga, penggalang, penegak dan pandega sesuai dengan tingkat umur peserta didik.
BAB II
PROGRAM KERJA GUGUS DEPAN
Program kerja gugus depan 1527-1528 pangkalan SMP Negeri 23 Pati dapat dijelaskan dan
dirinci sebagai berikut didasarkan pada waktu pelaksanaan program. Masing-masing
kelompok program terbagi dalam beberapa bidang kegiatan. Adapun pembagian kelompok
program tersebut adalah sebagai berikut:
N BULAN KE
KEGIATAN KET.
o 1 2 3 4 5 6
Penerimaan anggota
1. X
pasukan
2. Latihan SKU Penggalang X X X X X X
Ujian SKU Penggalang
3. X X X
Ramu
Ujian SKU Penggalang
4. X X X
Rakit
Ujian SKU Penggalang
5. X X X
Terap
6. Ujian SKK X X X X X X
7. Gladian Pemimpin Regu X
Perkemahan Dekat
8. X X
( Persami )
Penjelajahan dan Halang
9. X
Rintang
1
Bakti Masyarakat X
0.
11
Latihan gabungan X X
.
1
Lomba Tingkat I X
2.
1 Laporan Semester ke
X
3. Kwartir Ranting
1
Iuran anggota X X X X X X
4.
Mengikuti kegiatan di menye
1
Kwartir Ranting, Cabang, suaika
5
Daerah maupun Nasional n
N BULAN KE
KEGIATAN KET.
o 1 2 3 4 5 6
1. Latihan SKU Penggalang X X X X X
Ujian SKU Penggalang
2. X X X X
Ramu
Ujian SKU Penggalang
3. X X X
Rakit
Ujian SKU Penggalang
4. X X
Terap
5. Ujian SKK X X X X X
6. Gladian Pemimpin Regu X
Perkemahan Dekat
7. X
( Persami )
Penjelajahan dan Halang
8. X X
Rintang
9. Bakti Masyarakat X
1
Latihan gabungan X
0.
11 Laporan Semester ke
X
. Kwartir Ranting
1
Iuran anggota X X X X X X
2.
1 Pemilihan pramuka
X
3. terbaik
1 Musyawarah Gugus
X
4. Depan
1 Perkemahan jauh dan
X
5. Pengembaraan
Mengikuti kegiatan di menye
1
Kwartir Ranting, Cabang, suaika
6.
Daerah maupun Nasional n
Demikian program kerja Gugus Depan 1527-1528 Pangkalan SMP Negeri 23 Pati
tersusun, dengan harapan dapat menjadi acuan bagi gerak dan kerja pramuka di gugus depan.
Disamping itu program kerja ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi sekolah dalam
menentukan kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan kepramukaan pada SMP Negeri
23 Pati.
Perlu disadari bahwa dalam penyusunan program kerja ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan program kerja ini. Akhirnya semoga program kerja ini dapat bermanfaat bagi
semua.
Judul
Disusun Oleh :
TAHUN 2017
Ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional (supplement dan complements)
dalam kurikulum sekolah. Banyak ragam kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diselenggarakan oleh
sekolah, baik wajib atau pilihan. Dalam Kurikulum 2013 pemerintah telah menetapkan pramuka
sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah mulai jenjang sekolah dasar (SD/MI) sampai sekolah
menengah atas (SMA/SMK). Artinya, harus diikuti oleh semua peserta didik terkecuali bagi peserta
didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkan dapat mengikutinya.
Tujuan dari Gerakan Pramuka adalah membentuk setiap angggota pramuka agar memiliki
kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin,
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa
dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta
melestarikan lingkungan hidup. Tujuan dari Gerakan Pramuka sejalan dengan fokus pendidikan
karakter yang menjadi program utama Kementerian Pendidikan Nasional.
Dalam UU No. 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, disebutkan Gerakan Pramuka
adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan
yang mempersiapkan anggotanya untuk mempunyai karakter bangsa sesuai dengan dasa darma dan
tri satya.
Saat ini, penyelenggaraan ekstrakurikuler pramuka di sekolah terkesan hanya formalitas dan
asal berjalan. Kesan tersebut tampak dari carut marutnya pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka
antara lain, tidak ada program dan target yang jelas, latihan jika akan ada lomba saja, pembina bukan
ahli, kegiatan asal berjalan, dan pendanaan yang minim.
Oleh sebab itu perbaikan manajemen ekstrakurikuler pramuka di sekolah penulis yakni
mendesak dan krusial dibenahi. Penulis memiliki gagasan pengelolaan ekstrakurikuler pramuka
dengan manajemen “cerdas” (cermat, efektif, rasional, didaktis, atraktif, dan sukses). Konsep ini
mengacu pada pendapat George R. Terry merumuskan fungsi-fungsi manajemennya sebagai POAC
(Planning, Organizing, Actuating, Controlling).
Untuk menghasilkan perencanaan yang bagus, perlu diawali dengan brain strorming (curah
pendapat) yang diikuti seluruh personil sekolah dan pihak yang terkait, yaitu kepala sekolah, guru,
perwakilan siswa sebagai calon anggota, pembina gugus, pelatih, kwartir ranting atau cabang
gerakan pramuka sebagai calon pelatih, dan perwakilan komite sekolah. Dengan adanya curah
pendapat tersebut dapat tersusun program ideal yang sesuai dengan kondisi sekolah .
Menurut penulis jadwal latihan sangat tepat dilaksananakan setiap Jun’at Sore karena
madrasah libur, semua guru dilibatkan menjadi pembina dan ada koordinator pembina, siswa
dikelompokkan sesuai dengan tingkatannya untuk kelas 5 dan 6 masuk di regu penggalang dan kelas
1 sampai 4 masuk di barung siaga. Anggaran dalokasikan untuk kegiatan latihan, honor pembinaan,
kelengkapan sarana dan prasarana, serta untuk kegiatan besar tahunan seperti Jambore dan Pesta
Siaga. Anggaran dialokasikan dari dana BOS dan sebagaian dari Sumbangan Sukarela orang tua
murid, kalangan alumnus, pengusaha, dan tokoh masyarakat setempat.
Dengan kecermatan perencanaan maka tidak akan terjadi melaksanakan latihan tanpa jadwal
dan hanya menjelang lomba, menunjuk pelatih asal-asalan, kegiatan yang tidak terencana dan
kesulitan pembiayaan.
Kegiatan eksrakurikuler pramuka di sekolah harus dapat dilaksanakan dengan efektif. Oleh
karena itu pengelolaan pelatihan dan pembelajaran berpedoman pada Syarat Kecakapan Umum
(SKU) dan Syarat Kecakapan Khusus (SKK). Materi juga mengacu pada kegiatan skup besar seperti
Jambore dan Pesta Siaga. Strategi yang digunakan dalam kegiatan latihan menantang, menarik, dan
menumbuhkan minat siswa untuk giat berlatih. Dengan demikian dapat membawa hasil bagi siswa,
guru pelatih, sekolah, dan masyarakat.
Hasil yang diperoleh siswa adalah diperolehnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif.
Semua hasil yang diperoleh tersebut dapat digunakan siswa sebagai bekal menghadapi masa depan
dan mengatasi kendala kehidupan. Mereka menjadi anak yang disiplin, tanggung jawab, gigih
berusaha, sehingga sukses belajar. Siswa mendapat nilai tambah jika memiliki kejuaraan dari lomba
pramuka, yang dapat digunakan untuk bekal melanjutkan pendidikan.
Bagi sekolah, ekstrakurikuler pramuka yang berhasil dapat meningkatkan akreditasi sekolah,
guru pelatih memiliki bukti fisik sebagai pelatih pramuka dan dapat diperhitangkan untuk penilaian
angka kredit, dan hasil bagi masyarakat adalah orang tua merasa mendapat pelayanan prima dari
sekolah.
Sedangkan pembelajaran pramuka siaga mengarah pada 2 pilar dwi dharma, yaitu (1) Siaga
itu patuh pada ayah dan ibundanya, dan (2) Siaga itu berani dan tidak putus asa. Baik dasa dharma
dan dwi dharma merupakan kode kehormatan pramuka, sebagai ketentuan moral untuk membina
kemandirian, akhlak mulia, serta menjadi landasan penggerak tujuan pendidikan kepramukaan.
Kegiatan pramuka yang mengarah ke pilar di atas akan menghasilkan generasi muda yang
memiliki karakter sesuai dengan tujuan kegiatan pramuka. Karakter yang dimaksud bertanggung
jawab, kerjasama, berani karena benar, suka memberi pertolongan pada orang lain, peduli dan
sebagainya.
Kegiatan dikatakan sukses bila dilaksanakan tanpa hambatan. Ini adalah hasil akhir dari
semua pelaksanaan manajemen yang cermat, efektif, rasional, didaktis, dan atraktif. Aspek yang
paling penting keberhasilan suatu program dari pelaksanaan program ini. Diperoleh gambaran
tentang hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan ekstrakurikuler pramuka dapat tercapai atau
tidak, akan tercermin dalam diri anak yang mendapat pelayanan optimal ketika melakukan kegiatan.
Evaluasi dan supervisi merupakan kegiatan urgen dalam menentukan suksesnya kegiatan
ekstrakurikuler pramuka. Pada aspek kotroling ini membutuhkan peranserta secara aktif baik dari
kepala sekolah selaku manager kegiatan, komite sekolah selaku mitra sekolah, dan masyarakat yang
merasakan dampak langsung dari program ekstrakurikuler ini. Kegiatan pengawasan disusun secara
periodik sesuai sekedul dan kebutuhan.
Lakukan pengelolaan ekstrakurikuler Pramuka di sekolah saudara dengan baik dan secara
cerdas (cermat, efektif, rasional, didaktif, atraktif, dan sukses). Kerahkan semua potensi yang dimiliki
sekolah untuk mengelola program ini. Selamat Mencoba!
DAFTAR PUSTAKA