Jurnal 1
Jurnal 1
Jurnal 1
Email : [email protected]
ABSTRAK
Riska Nirwana Sari. 022114064. Akuntansi Perpajakan. Beban Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak, dan
Profitabilitas terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012-2017. Dibawah bimbingan .Arief Tri Hardiyanto dan Patar Simamora. 2019.
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu
untuk mempengaruhi laba yang akan terjadi menjadi seperti yang mereka inginkan melalui pengelolaan faktor
internal yang dimiliki atau digunakan perusahaan. Praktik manajemen laba bisa dilakukan melalui beban pajak
tangguhan dimana besar kecilnya nilai beban pajak tangguhan dari tahun ke tahun ,sehingga beban pajak tangguhan
dapat memprediksi dalam melakukan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer agar dapat menghindari
kerugian atau pelaporan penurunan laba. Perencanaan pajak digunakan untuk manajemen lba dengan cara mengatur
seberapa besar laba yang dilaporkan, sehingga masuk dalam indikasi adanya praktik manajemen laba.Dan
profitabilitas juga digunakan untuk mendekteksi manajemen laba karena dimana semakin besar profitabilitas maka
semakin besar peluang probabilitas perusahaan dalam melakukan manajemen laba.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh beban pajak tangguhan, perencanaan pajak
dan profitabilitas terhadap manajemen labapada perusahaan manufaktur .Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang telah diaudit pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2017.Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Ada 11 perusahaan yang diuji menggunakan regresi linier berganda,uji asumsi klasik, dan
hipotesis.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Beban pajak tangguhan berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba, 2) Perencanaan pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba, 4)
Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba 3) Beban pajak tangguhan, perencanaan pajak
dan profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan manajemen laba.
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan bahwa beban pajak tangguhan, perencanaan pajak dan
profitabilitas berpengaruh bersama sama secara signifikan terhadap keputusan manajemen laba. Penelitian
selanjutnya hendaknya menganalisis praktek manajemen laba yang dilakukan perusahaan tidak hanya pada pajak
tangguhan tetapi ada juga pada komponen lainnya contohnya akrual, leverage dan indikator lain yang mendukung
adanya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan..
Kata kunci : Beban Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak, Profitabilitas dan Manajemen Laba.
1) Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan
2) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan
3) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan
PENDAHULUAN manajemen untuk memaksimumkan
kepuasannya. Oleh karena itu, pihak
1.1. Latar Belakang Penelitian manajemen sebagai pelaksana dan
penanggungjawab operasional perusahaan
Penyusunan laporan keuangan oleh
dapat menaikan dan menurunkan laba
manajemen bertujuan untuk
perusahaan sesuai dengan keinginannya.
menyampaikan informasi mengenai
(earning management).
kondisi keuangan dan ekonomi
Manajemen laba merupakan upaya yang
perusahaan pada periode tertentu.
dilakukan pihak manajemen untuk
Informasi merupakan output olahan data
melakukan menaikan dan menurunkan
yang mempunyai manfaat dan peranan
laba dalam menyusun dan menyajikan
yang sangat dominan dalam suatu
laporan keuangan dengan tujuan untuk
perusahaan. Informasi keuangan sangat
menguntungkan diri sendiri (Schipper,
dibutuhkan oleh pihak internal dan pihak
1989 dalam Kusuma, (2006)). Adapun
eksternal sebagai pemakai laporan
definisi manajemen laba menurut
keuangan perusahaan.Suwardjono (2003)
Djamaluddin (2008:56) dalam Dewi
menyatakan bahwa pihak internal yaitu
Pindiharti (2011) adalah perilaku yang
manajemen yang memerlukan informasi
dilakukan manajer menggunakan
laporan keuangan untuk perencanaan,
kebijakan (judgment) dalam pelaporan
pengkoordinasian dan pengendalian
keuangan dan dalam menyusun transaksi
operasi perusahaan.Sedangkan pihak
untuk mengubah laporan keuangan dan
eksternal terdiri atas investor, kreditor,
menyesatkan stakeholders mengenai
pelanggan, pemasok, lembaga
kinerja ekonomi perusahaan, atau untuk
pemerintah, lembaga pendidikan dan
mempengaruhi contractual outcomes
masyarakat umum.Sebagai pengelola
yang tergantung pada angka akuntansi
perusahaan, manajer harus dapat
yang dilaporkan.Penelitian mengenai
mengakses informasi secara lebih baik
praktik manajemen laba telah banyak
dan berkualitas mengenai kinerja
dilakukan oleh peneliti sebelumnya
perusahaan.Salah satu ukuran kinerja
seperti A.A Gede Raka Plasa Negara.
perusahaan yang sering digunakan
I.D.G dan Dharma Suputra (2017) yang
sebagai pengambilan keputusan bisnis
meneliti beban pajak tangguhan dan
adalah laba yang dihasilkan
perencanaan pajak dalam perusahaan
perusahaan.Karena Laba perusahaan
manufaktur terdaftar di Bursa Efek
masih sangat diperhitungkan sebagai
Indonesia, menunjukkan bahwa beban
informasi yang penting bagi investor dan
pajak tangguhan dan perencanaan pajak
kreditur serta pemilik perusahaan.Para
secara signifikan dapat mendeteksi
investor, kreditor dan pemilik perusahaan
manajemen laba yang dilakukan
dapat mengestimasi kekuatan laba guna
perusahaan dengan tujuan menghindari
mengukur risiko dalam investasi dan
kerugian.
kredit. Di sisi lain, laba perusahaan
merupakan target rekayasa bagi pihak
Beban pajak tangguhan timbul akibat perusahaan sebesar Rp48 miliar. Pada
perbedaan temporer antara laba akuntansi laporan keuangan PT PLN (PERSERO)
(laba menurut Standar akuntansi Distribusi Bali (Laidian,2004). Hal ini
Keuangan) dengan laba fiskal (laba aturan menunjukan bahwa pajak tangguhan
perpajakan yang digunakan sebagai dasar dijadikan celah oleh manajemen untuk
penghitungan pajak) (Yuliati, 2004). mempengaruhi besarnya pajak penghasilan
Suandy (2008) menyatakan bahwa beda yang seharusnya dibayarkan.
temporer adalah perbedaan yang Beberapa masalah mengenai manajemen
disebabkan oleh perbedaan waktu dan laba diatas dapat disimpulkan bahwa
metode pengakuan penghasilan dan beban manajemen seringkali memanipulasi
tertentu berdasarkan Standar Akuntansi laporan keuangan agar terlihat baik oleh
Keuangan (selanjutnya disebut dengan pihak eksternal dimana perusahaan yang
SAK) dengan peraturan perpajakan. mempunyai laba yang kecil direkayasa
Banyak kasus yang terkait dengan menjadi lebih besar agar terlihat baik oleh
manajemen laba yang terjadi di dalam pihak ekternal dan perusahaan yang
negeri yang bertujuan agar laporan mempunyai laba yang besar direkayasa
keuangan yang disajikan terlihat baik oleh menjadi lebih kecil agar beban pajak yang
pihak eksternal sehingga manajer harus dibayarkan oleh perusahaan dibayar
mendapatkan bonus yang sebesar- seminimal mungkin.Berikut ini beberapa
besarnya.Contoh praktik manajemen juga perusahaan manufaktur yang terindikasi
dilakukan PT. PLN (PERSERO) melakukan manajemen laba agar
Distribusi Bali. Setelah dilakukan manajemen mendapatkan bonus dari
pemeriksaan pajak pada tahun 2004 memanipulasi laporan keuangan atau untuk
didapatkan hasil berupa penurunan pajak menekan beban pajak yang mesti mereka
penghasilan fiskal tahun 2003-2004 bayarkan.Penulis menggunakan rasio
sebesar Rp495 miliar. Pajak tangguhan manajemen laba yakni perubahan dari laba
yang ada di PT PLN (PERSERO) perusahaan dari tahun ke tahun untuk
Distribusi Bali untuk aktiva pajak menggambarkan kenaikan kinerja pada
tangguhan mengalami penurunan tahun perusahaan.
2003-2004 sebesar Rp148 miliar dan Tabel 1
kewajiban pajak tangguhan pun Nilai Deteksi Manajemen Laba
mengalami penurunan tahun 2003-2004 EMITEN 2012 2013 2014 2015 2016 2017
AMFG 0,003 -0,002 0,041 -0,035 -0,028 -0,076
sebesar Rp27 miliar.
BUDI -0,064 0,081 -0,032 -0,017 0,062 0,018
Pada saat diadakan koreksi fiskal atas EKAD 0,051 0,013 0,006 0,017 0,156 -0,052
laporan laba rugi tahun 2003 ditemukan INAI -0,037 -0,254 0,183 0,056 0,054 0,015
INCI -0,335 0,133 0,017 0,137 -0,126 0,119
adanya selisih sebesar Rp57 miliar lebih
JPFA 0,127 -0,033 -0,019 0,013 0,243 -0,064
besar menurut fiskal daripada laporan KBLI 0,300 -0,069 -0,003 0,078 0,459 0,022
keuangan perusahaan. Pada tahun 2004 KDSI 0,133 -0,004 0,069 -0,232 0,461 0,154
LMSH 0,633 -0,267 -0,088 -0,091 0,078 0,119
juga ditemukan selisih yang lebih besar
TCID 0,007 0,004 0,007 0,105 -0,115 0,007
menurut fiskal daripada laporan keuangan TRST -0,076 -0,368 -0,019 -0,005 0,012 0,004
Sumber: Data yang diolah penulis INCI pada tahun 2012 dan 2016 nilai
(2019). manajemen laba berada dibawah 0 yaitu -
0,335 dan -0,126, dan pada tahun
Berdasarkan Tabel 1 terdapat fenomena 2013,2014,2015, dan 2017 nilai manajemen
dimana nilai manajemen laba perusahaan berada diatas 0 yang berarti dalam 4 tahun
manufaktur pada periode 2012-2017 perusahaan INCI melakukan manajemen
mengalami ketidak stabilan atas laba yang laba. Perusahaan JPFA tahun 2012,2015
disajikan yang mengindikasi adanya praktik dan 2017 nilai manajemen laba berada
manajemen laba dengan cara meningkatkan diatas 0 berarti manajer melakukan
atau menurunkan laba atau dengan manajemen laba namun pada 2013,2014
menunda beban yang harus dibayarkan dan 2016 nilai manajemen laba berada
yang disajikan perusahaan selama periode dibawah 0 yang berarti manajer tidak
2012-2017. Pada perusahaan AMFG melakukan manajemen laba. Perusahaan
dimana pada tahun 2012 - 2013 mengalami KBLI dimana tahun 2012,2015,2016 dan
penurunan namun pada tahun 2014 2017 berada diatas 0 dan tahun 2013 dan
mengalami kenaikan dan 2015-2017 2014 nilai manajemen laba berada dibawah
mengalami penurunan kembali hal ini 0 yang berarti perusahaan KBLI 4 tahun
menunjukan 2 tahun dari perusahaan terdekteksi melakukan manajemen laba.
AMFG melakukan manajemen laba. Pada Perusahaan KDSI dimana tahun
perusahaan BUDI tahun 2012,2014 dan 2012,2014,2016 dan 2017 berada diatas 0
2015 tidak melakukan manajemen laba dan tahun 2013 dan 2015 nilai manajemen
karna nilai manajemen laba dibawah 0, laba berada dibawah 0 yang berarti
namun tahun 2013,2016, dan 2017 nilai perusahaan KBLI 4 tahun terdekteksi
manajemen laba lebih dari 0 maka melakukan manajemen laba. Perusahaan
2013,2016,dan 2017 perusahaan BUDI LSMH pada tahun 2012,2016, dan 2017
melakukan manajemen laba. Perusahaan berada diatas 0 untuk nilai manajemen laba
EKAD dimana nilai manajemen laba dari dan pada tahun 2013,2014,dan 2015 berada
2012-2016 lebih dari 0 maka tahun 2012- dibawah 0 yang berarti tidak melakukan
2016 perusahaan EKAD melakukan manajemen laba. Perusahaan TCID pada
manajemen laba namun pada 2017 nilai tahun 2012-2015 dan 2017 nilai
manajemen laba perusahaan EKAD manajemen laba berada diatas 0 dan tahun
menurun sebsar -0,052 yang dimana kurang 2016 tidak melakukan manajemen laba
dari 0 maka pada tahun 2017 tidak karena berada dibawah0 yaitu -0,115, maka
melakukan manajemen laba. Perusahaan TCID terdekteksi melakukan manajemen
INAI dimana tahun 2012 dan 2013 nilai laba selama 5 tahun. Perusahaan TRST
manajemen dibawah 0 yaitu -0,037 dan - dimana 2012-2015 secara berturut-turut
0,254 berarti manajer tidak melakukan nilai manajemen laba berada dibawah 0
manajemen laba namun 2014-2017 nilai berarti selama 4 tahun berturut-turut TRST
manajemen berada diata 0 yang berarti tidak melakukan manajemen laba, namun
tahun 2014-2017 terdektsi manajer tahun 2016 dan 2017 nilai manajemen
melakukan manajemen laba. Perusahaan
TRST berada diatas 0 yang berarti TRST 0,058. Hal ini menunjukan rata-rata
melakukan manajemen laba selama 2 perusahaan manufaktur di Bursa Efek
tahun. Indonesia melakukan manajemen
laba.Perusahaan dianggap melakukan
Berdasarkan uraian diatas manajemen laba jika nilai manajemen
memperlihatkan bahwa manajemen laba laba bernilai lebih dari 0.
dalam mengindikasi perusahaan yang
melakukan manajemen laba menggunakan Faktor-faktor yang mempengaruhi
indikator Schaled Earning Changes, manajemen laba adalah beban pajak
dimana jika terindikasi manajer melakukan tangguhan. Dalam Pernyataan Standar
manajemen laba maka nilai manajemen Akuntansi Keuangan (PSAK) 46 tahun
laba melewati titik 0, dan jika perusahaan 2014 yang mengatur mengenai pajak
terindikasi tidak melakukan manajemen penghasilan. Beban PPh terdiri dari
laba maka nilai manajemen laba berada beban pajak kini dan beban pajak
dibawah titik 0.Berikut rata-rata dari tangguhan/pendapatan pajak
manajemen laba pada Gambar 1 sebagai tangguhan. Beban pajak tangguhan
berikut : akan menimbulkan kewajiban pajak
tangguhan. Kewajiban pajak tangguhan
(deferred tax liabilities) timbul apabila
beda waktu menyebabkan terjadinya
koreksi negatif sehingga beban pajak
menurut akuntansi lebih besar daripada
beban pajak menurut peraturan
perpajakan. Besarnya jumlah beban
pajak tangguhan mengurangi laba
Sumber:www.idx.co.id perusahaan sehingga mengurangi
Gambar 1 besarnya pajak yang harus dibayar.Hal
Grafik rata-rata Manajemen Laba pada ini membuat manajemen
Perusahaan Manufaktur memanfaatkan celah untuk melakukan
Periode 2012-2017 manipulasi besarnya beban pajak
tangguhan yang dimiliki. Mengacu
Dilihat dari data diatas menunjukan
pada pernyataan tersebut, maka dapat
bahwa terdapat fenomena kenaikan
diperkirakan adanya peranan antara
yang sangat signifikan dalam
beban pajak tangguhan yang dapat
melakukan manajemen laba, dan nilai
dimungkinkan dapat digunakan
tertinggi terjadi pada tahun 2016.
sebagai indikator adanya manajemen
Ditahun 2012 sebesar 0,105, ditahun
laba.Jika jumlah beban pajak
2013 sebesar -0,027, ditahun 2014
tangguhan semakin rendah adanya
sebesar 0,030, ditahun 2015
indikator manipulasi laporan keuangan
sebesar0,029 dan sitahun 2016 naik
oleh manajemen. Berikut rata-rata
secara signifikan sebesar 0,156 dan
turun kembali ditahun 2017 sebesar
beban pajak tangguhan dan manajemen Faktor lainnya yang bisa mempengaruhi
laba pada Gambar 2 sebagai berikut: manajemen laba adalah perencanaan
pajak.Penelitian yang dilakukan oleh
Suandy (2008) mendefinisikan perencanaan
pajak sebagai upaya perusahaan
meminimalkan pembayaran pajaknya
sepanjang masih dalam aturan perpajakan
yang berlaku. Penelitian yang dilakukan
oleh Sumomba (2010) meneliti tentang
pengaruh perencanaan pajak terhadap
Sumber:www.idx.co.id manajemen laba, dimana hasilnya adalah
Gambar 2 terdapat pengaruh yang signifikan antara
Grafik rata-rata Beban Pajak Tangguhan perencanaan pajak dengan manajemen
dan Manajemen Laba pada Perusahaan
laba..Upaya pihak manajemen berkeinginan
Manufaktur Periode 2012-2017
untuk menekan dan membuat beban pajak
Berdasarkan Gambar 2 terdapat
sekecil mungkin, maka pihak manajemen
pertumbuhan beban pajak tangguhan
laba cenderung meminimalkan pembayaran
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
beban pajak yang sering disebut
BEI periode 2012-2017 yang di ukur
perencanaan pajak (tax planning). Berikut
mengunakan beban pajak tangguhan.
rata-rata beban pajak tangguhan dan
Didalam data yang tergambar dari gambar
manajemen laba pada Gambar 3 sebagai
2 pertumbuhan beban pajak tangguhan
berikut:
tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebesar
0,003 dan terendah pada tahun 2013,2014
dan 2015 sebesar -0,001.