Etika Profesi
Etika Profesi
Etika Profesi
Disusun Oleh:
Randika Satrio Pratama (1117026)
Dosen Pengampu:
Taswir Syahfoeddin, SMI, M.Si
Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti
:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab.
PENGERTIAN PROFESI
Profesi sendiri berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua
pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian
yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh
nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit
profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus
dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi
merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit
dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan
dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan
pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia,
kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi
tersebut
PENGERTIAN ETIKA PROFESI
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup
dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada
tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering
(rekayasa), science, medis/dokter, dan sebagainya.
Menurut Anang Usman, SH., MSi, etika profesi adalah sikap hidup untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai
keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan
disertai refleksi yang seksama
2. Siti Rahayu
Menurut Siti Rahayu (2010), pengertian etika profesi adalah kode etik untuk
profesi tertentu dan karenanya harus dimengerti selayaknya, bukan sebagai etika
absolut.
3. Kaiser
4. Prakoso
etika profesi merupakan etika sosial dalam etika khusus mempunyai tugas
dan tanggung jawab kepada ilmu dan profesi yang disandangnya.
Menurut Muchtar (2016), etika profesi adalah aturan perilaku yang memiliki
kekuatan mengikat bagi setiap pemegang profesi.
5. Sawyer
etika profesi adalah pernyataan-pernyataan yang berorientasi pada
pedoman yang digunakan sebagai haluan perilaku dalam melaksanakan tanggung
jawab profesionalnya.
6. Utami dan Nugroho
etika profesi adalah rumusan penerapan nilai-nilai etika yang berlaku di
lingkungan pegawai atau karyawan.
7. Lubis
etika profesi adalah sikap hidup, yang mana berupa kesediaan untuk
memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan keterlibatan
penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas.
8. Muchtar
Menurut Muchtar, Etika profesi adalah aturan perilaku yang memiliki
kekuatan mengikat bagi setiap pemegang profesi.
3) Keadilan
Prinsip keadilan ingin membangun satu kondisi yang tidak memihak manapun yang
memungkinkan untuk ditunggangi pihak-pihak yang berkepentingan.
Sedangkan menurut Suraida (2005), terdapat beberapa prinsip etika profesi
yang harus dijalankan oleh seorang profesional, yaitu:
1) Tanggung Jawab Profesional
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, anggota harus
melaksanakan pertimbangan profesional dan moral dalam seluruh keluarga.
2) Kepentingan Publik
Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak dalam suatu cara yang akan
melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen pada profesionalisme.
3) Integritas
Untuk mempertahankan dan memperluas keyakinan publik, anggota harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesional dengan perasaan integritas
tinggi.
4) Objektifitas
Anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari konflik penugasan
dalam pelaksanaan tanggung jawab profesional.
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Agar dapat memberikan layanan yang berkualitas, profesional harus memiliki dan
mempertahankan kompetensi dan ketekunan.
6) Kerahasiaan
Profesional harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya
dalam melakukan tugas, walaupun keseluruhan proses mungkin harus dilakukan
secara terbuka dan transparansi.
7) Perilaku Profesional
Profesional harus melakukan tugas sesuai dengan yang berlaku, yang meliputi
standar teknis dan profesional yang relevan.
8) Standar Teknis
Harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar teknis dan standar profesional
yang telah ditetapkan.
1. Para profesional akan lebih sadar tentang aspek moral dari pekerjaannya.
Dengan adanya kode etik para profesional akan bertindak dengan
kesadaran sebagaimana yang dituntut dalam kode etik. Sekaligus akan
terdapat kesadaran bahwa di dalam pekerjaannya terdapat dimensi
moralitas yang harus dipenuhinya.
2. Kode etik berfungsi sebagai acuan yang dapat diakses secara lebih mudah.
Dengan fungsi ini kode etik akan dapat mengarahkan manajer untuk selalu
memelihara perhatiannya terhadap etika.
3. Ide-ide abstrak dari kode etik akan ditranslasikan ke dalam istilah yang
konkret dan dapat diaplikasikan ke segala situasi. Bagaimanapun kode etik
merupakan panduan normatif, oleh karenanya tidak mudah untuk
menghindar dari sifatnya yang abstrak. Namun demikian kode etik tentu
dapat ditranslasikan ke dalam bahasa yang lebih mudah untuk dipahami
anggota profesi, serta dengan mudah pula dapat diplikasikan pada situasi-
situasi tertentu.
4. Anggota sebagai suatu keseluruhan, akan bertindak dalam cara yang lebih
standar pada garis profesi. Keragaman pandangan atas nilai moral yang
didasari oleh berbagai latar belakang diri anggota akan tidak
menguntungkan bagi pencapaian kinerja tertinggi dari sebuah profesi.
5. Menjadi suatu standar pengetahuan untuk menilai perilaku anggota dan
kebijakan profesi. Kode etik sebagai pedoman perilaku profesional hadir
untuk ditaati. Dengan perangkat standar ini, bagi siapapun lebih mudah
untuk menilai berbagai perilaku anggota dan sekaligus kebijakan asosiasi
profesi.
6. Anggota akan menjadi dapat lebih baik menilai kinerja dirinya sendiri. Ini
menunjukkan bahwa kode etik dapat sekaligus dijadikan bahan instropeksi
diri bagi kalangan anggota profesi, setidaknya sebelum dinilai oleh pihak
lain atas kinerja moral profesionalnya.
7. Profesi dapat membuat anggotanya dan juga publik sadar sepenuhnya atas
kebijakan-kebijakan etisnya. Sebagaimana telah disebutkan bahwa profesi
akuntan sangat mengandalkan keberadaannya pada kepercayaan yang
diberikan oleh publik. Dengan adanya kode etik, kepercayaan public akan
selalu terjaga dengan selalu menghargai integritas profesi.
8. Anggota dapat menjustifikasi perilakunya jika dikritik. Ini penting untuk
menghindari ketidakpastian penilaian di masyarakat atas perilaku
professional anggota.