LP Maternitas SC Dengan PE
LP Maternitas SC Dengan PE
LP Maternitas SC Dengan PE
B. Klasifikasi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2016, p. 186) klasifikasi pre-eklampsia
dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Pre-eklampsi ringan
a. Terdapat tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pengukuran
dua kali pemeriksaan dalam jarak periksa 1 jam atau dapat sebaliknya
6 jam.
b. Terdapat edema yang umum yang biasa terjadi pada muka, jari tangan,
kaki, atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu.
c. Proteinuria +1 sampai +2
2. Pre-eklamsia berat
a. Terdapat tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Terdapat proteinuria lebih dari +3 hingga +5
c. Terjadi oliguria dengan jumlah urine <400cc/24jam
d. Adanya gangguan cerebral, gangguan penglihatan, nyeri kepala, dan
rasa nyei pada epigastreum.
e. Terdapat edema paru disertai dengan sianosis
f. Enzim hati yang meningkat dan terjadi ikterus
g. Terjadi perdarahan pada mata khususnya pada retina
h. Penurunan trombosit hingga kurang 100.000/mm.
C. Etiologi
Timbulnya pre-eklamsia pada ibu hamil >20 minggu tidak diketahui
secara pasti penyebabnya, namun secara umum disebabkan vasospasme
arteriola dan juga ada faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya pre-
eklamsia diantaranya : hidramnio, primigravida, multigravida, kehamilan
ganda, mola hidatidosa, malnutrisi berat, dan bisa dari faktor usia ibu yang
kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, 2016,
p. 172).
D. Manifestasi Klinis
Menurut pendapat (Nurarif & Kusuma, 2016, p. 187) tanda dan gejala
pre-eklamsia berat adalah sebagai berikut:
1. Nyeri kepala pada bagian depan dan belakang kepala dengan diikuti
tekanan darah yang tinggi dan juga sakit kepala terus – menerus
2. Pandangan kabur dan kebutaan sementara
3. Ibu gelisah, bila mendengar suara berisik
4. Nyeri perut pada ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah
5. Gangguan pernafasan dan terjadi cyanosis
6. Penurunan kesadaran penurunan fungsi ginjal
Sedangkan menurut (Maryunani, 2016, p. 319) cara menentukan edema
yaitu sebagai berikut:
1. Kriteria menentukan adanya edema adalah nilai positif jika terjadi edema
di daerah tibia, lumbosakral, wajah dan tangan.
2. Bila sulit menentukan tingkat edema, maka metode dibawah ini dapat
digunakan adalah sebagai berikut:
a. + = Sedikit edema pada daerah kaki pretibia
b. ++ = Edema ditentukan pada ekstremitas bawah
c. +++ =Edema pada muka, tangan, abdomen bagian bawah
d. ++++ =Anasarka disertai asites.
E. Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan
tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus.
Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan
pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin.
Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan
aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi
intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif
koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor
pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis.
Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ
hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya
menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen
arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen
hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan
meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan
terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan
merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme
bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi
darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya
otak, darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah.
Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,
sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia
hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya
kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan
terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya
kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah
menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga
menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan
penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi
peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa
keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada
ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein
akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan
reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga
menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan
memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas
terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan
lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan
terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan
retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan
diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan
menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinyaIntra Uterin Growth
Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi
traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat
menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H
menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik.
Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual
dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat
terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah
yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam
laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat
lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas.
Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi
dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.
F. Komplikasi
Menurut (Mitayani, 2013, pp. 16-17) komplikasi yang dapat terjadi
pada klien PEB sebagai berikut:
1. Pada ibu
a. Eklamsia
b. Solusio plasenta
c. Perdarahan sukapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah (DIC)
e. Sindrom HELLP ( hemolisis, elevated, liver, enzim, dan low platelet
count)
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian
2. Pada janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
G. Pemerikasaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
b. Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
c. Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
d. Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)
2. Urinalisis
a. Ditemukan protein dalam urine.
3. Pemeriksaan Fungsi hati
a. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
b. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
c. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
d. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45
u/ml )
e. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N=
<31 u/l )
f. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4. Tes kimia darah
a. Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
5. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban
sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
H. Penatalaksanaan
Pada pasien preeklamsia berat penatalaksanaan yang tepat diberikan
adalah semacam obat sedatif dengan tujuan mencegah adanya kejang. sesudah
12 sampai 24 jam sudah teratasi, maka tindakan selanjutnya adalah mengh
entikan kehamilan. Juga diberikan larutan MgSO4 20% dengan dosis 4gr
secara i.v (intravena). selanjutnya di berikan MgSO4 40% sebanyak 12gr
dalam 500 cc RL drip dengan 17 tetes /menit. dengan tujuan untuk
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Pada pre-eklampsia
dapat diberikan juga klorpromazim dengan dosis 50 mg secara im ataupun
diazepam 20 mg i.m (Nurarif & Kusuma, 2016, p. (Nurarif & Kusuma, 2016,
p. 188).
I. WOC
Terlampir
B. INDIKASI
1. Plasenta previa
Plasenta previa adalah lokasi abnormal plasenta di segmen bawah uterus,
yang sebagian atau keseluruhannya menutupi os serviks. Ketika kehamilan
maju, ibu rentan terhadap perdarahan, terutama saat serviks dilatasi, dan
perdarahan bisa sangat hebat. Sedangkan plasenta previa adalah kondisi
plasenta terimplantasi sebagian atau keseluruhan di uterus bagian bawah,
baik di dinding anterior maupun posterior. Lokasi anterior tidak seserius
lokasi posterior.
2. Panggul sempit
Panggul sempit adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melairkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus
tidaknya proses persalinan. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan
“jalan” yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.
Bentuk tulang panggul ada empat jenis, yaitu panggul ginekoid, android,
platpeloid, dan anthropoid. Sebenarnya bentuk apapun yang dimiliki tidak
mempengaruhi besar kecilnya ukuran panggul sehingga apabila masih
dalam kisaran normal janin dapat melaluinya. Namun, umunya bentuk
panggul ginekoid yang akan membantu memudahkan kelahiran bayi
(Bramantyo, 2003).
3. Disproporsi sevalopelvik, yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dan ukuran panggul.
4. Ruptur uteri
Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau
dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perineum visceral.
5. Partus lama (prolonged labor)
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi dan lebih dari 18 jam pada multigravida.
6. Partus tak maju (obstructed labor)
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat tapi tidak
menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan
putar paksi selama 2 jam terakhir. Penyebab partus tak maju antara lain
adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan
partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua, perut
gantung, grandmulti dan ketuban pecah dini.
7. Distosia serviks
Distosia servik adalah terhalangnya kemajuan persalinan karena kelainan
pada serviks uteri.Walaupun his normal dan baik, kadang pembukaan
serviks macet karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau
membuka.
8. Pre-eklamsia
Pre eklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan
proteinuria, edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan
setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat
perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani,
2009).
9. Hipertensi
10. Malpresentasi janin
Posisi janin yang dikatakan sebagai posisi malpresentasi adalah posisi-
posisi bagian terendah janin yang berada di bagian segmen bawah rahim,
bukan bagian belakang kepala.
C. JENIS-JENIS SC
1. Abdomen (SC Abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis
b. Sectio caesarea klasik atau corporal: dengan insisi memanjang pada
korpus uteri.
c. Sectio caesarea profunda: dengan insisi pada segmen bawah uterus
2. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan
dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
3. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
4. Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila:
a. Sayatan memanjang (longitudinal)
b. Sayatan melintang (tranversal)
c. Sayatan huruf T (T Insisian)
5. Sectio caesarea klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira 10cm.
6. Sectio caesaria (ismika profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada
segmen bawah rahim kira-kira 10cm.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Menurut (Green and Wilkinson, 2012) :
a. Pemerikasaan fisik
Ds : 1) Merasa lemas
2) Merasakan pusing
Do : 1) Keadaan umum sedang / cukup, tampak lemas
2) Tekanan darah meningkat
3) Oedema pada ekstermitas
b. Nutrisi
Ds : 1) Makanan/cairan saat ini
2) Mual/Muntah
3) Permintaan untuk makanan khusus
Do : 1) Berat badan pada akhir kehamilan
2) Berat badan saat ini
c. Eliminasi
Ds : 1) Berkemih dalam waktu 6 x jam setelah melahirkan (ya/tidak)
2) Waktu BAK/BAB terakhir
3) Sering berkemih atau panas berkemih.
4) Waktu defekasi pertama setelah melahirkan
Do : 1) Kandung kemih dapat dipalpasi (ya/tidak)
2) Bising usus
3) Adanya episiotomi/laserasi perineum (jelaskan derajatnya)
d. Aktifitas/Istirahat
Ds : 1) Jumlah tidur/istirahat sebelum persalinan
2) Rencana pengaturan istirahat setelah kembali ke rumah
3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri/bantuan
(sebutkan)
4) Rencana untuk pemahaman latihan fisik guna memulihkan
tonus otot abdomen dan perineum
Do : 1) Status mental, keterjagaan
2) Durasi persalinan
3) Melakukan ambulasi secara mandiri/dengan bantuan
(sebutkan)
e. Persepsi Diri
Ds : 1) Perasaan tidak berdaya atau putus asa
2) Mengungkapkan tentang persalinan dan kelahiran,
bagaimana persalinan dan kelahiran tersebut sama/beda dari
harapan ibu
3) Pernyataan tidak melakukan persalinan dan kelahiran
dengan baik.
Do : 1) Tingkat keterlibatan dalam pengambilan keputusan tentang
asuhan diri dan bayi
2) Jumlah kontak mata
f. Seksualitas
Ds : 1) Kekhawatiran seksual (misal, kapan kembali melakukan
hubungan seksual) Kekhawatiran pasangan
2) Jenis alat kontrasepsi yang direncanakan setelah pulang
Do: 1) Masalah/komplikasi/penanganan intrapartum.
2) Pemeriksaan perineum (edema, ekimosis, episiotomi,
leserasi)
3) Lokia (warna, jumlah, adanya bekuan)
4) Fundus uterus (keras/lunak, posisi)
5) Payudara (lunak, keras, bengkak, timbul kolostrum, kondisi
puting)
g. Kenyamanan
Ds : 1) Nyeri (lokasi, frekuensi, derajat, durasi): Faktor pencetus
(SC), tindakan untuk mengurangi, gejala terkait
2) Ketidaknyamanan lain (misal, gatal)
Do : 1) Manifestasi fisik (misal: meringis, berhati-hati)
2) Respons emosi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (prosedur operasi).
b. Intoleransi aktivitas berhubungan tirah baring (efek anastesi).
c. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi pembedahan
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka/kerusakan kulit, insisi
pembedahan.
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
Ari Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
ANDI
Bramantyo. 2003. Melahirkan tanpa rasa sakit dan nyeri. Jakarta : Rinerka Swara
Doengoes. M. E, Et. Editor Monica, E. 2010. Nursing Care Plans Guidelines for
Planning and Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: Kariasa IM.
Jakarta: EGC
Farrer, H. (2001). Keperawatan Maternitas. Edisi 4, Vol 2, Alih Bahasa: dr. Andry
Hartono. Jakarta: EGC
Kasdu, D. 2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Mitayani. 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Medforth, Jannet, dkk. 2012. Kebidanan Oxford. Jakarta : ECG
Green,C. J and J. M. Wilkinson. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal &
Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC