Makalah Psikologi Agama
Makalah Psikologi Agama
Makalah Psikologi Agama
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psiokologi
Agama
Dosen pengampu : Dra. Isti Fatonah M.A
Di susun oleh :
Kelompok 11/ Kelas G/ Semester 5
penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan didunia ini dalam keadaan fitrah, sehingga
beberapa faktor akan turut mempengaruhi perkembangan seseorang.
Baik ataupun buruknya seseorang akan tercipta dari beberapa faktor
pendidikan yang didapatnya. Ada pendapat yang mengemukakan
bahwa bayi yang baru lahir merupakan makhluk yang tidak berdaya,
namun ia dibekali oleh berbagai kemampuan yang bersifat bawaan.
Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa sifat bawaan seseorang
itu diperlukan sarana untuk dikembangkan. Pendidikan merupakan
salah satu saran yang tepat dalam mencapainya. Apalagi sebagai
umat islam maka pendidikan islam tentu menjadi sebuah jalan yang
harus ditempuh oleh semua umat.
Pendapat lain mengatakan juga bahwa pendidikan agama islam
bertujuan untuk menimbulkan pertumbuhan yang seimbangdari
kepribadian total manusia melalui latihan spiritual, intelek,rasional
diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia. Karena itu pendidikan
seharusnya membukakan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam
segala aspek spiritual, intelektual, imajimatif, fisikal, ilmiah,
linguistik, baik secara individual maupun secara kolektif dan
memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaika dan
kesempurnaan. Dan tujuan akhir dari sebuah pendidikan Islam yakni
mewujudkan penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat
indiviadual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.
Walaupun begitu para pendapat masih juga belum mempunyai
keputusan persoalan tentang asal usul jiwa keagamaan manusia, akan
tetapi secara umum para ahli mengakui adanya peran pendidikan
dalam menumbuhkanrasa dan perilaku keberagaman manusia.
Dengan begitu, pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam
upaya menumbuhkan rasa keagamaan pada seorang anak. Lalu
1
melalui pendidikan itu juga dilakukan pembentukan keagamaan
tersebut. Maka dari itu dari pembahasan pemakalah akan dijelas kan
macam-macam pengaruh pendidikan perkembangan jiwa keagamaan
yang diantaranya sebagai berikut: pendidikan keluarga,
kelembagaan, dan pendidikan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan agama dalam pendidikan islam?
2. Bagaiamana pengaruh pendidikan keluarga terhadap jiwa
keagamaan?
3. Apa pengaruh pendidikan kelembagaan terhadap jiwa
keagamaan?
4. Apa pengaruh pendidikan dimasyarakat terhadap jiwa
keagamaan?
5. Apa pengaruh pendidikan agama dan masalah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan agama dalam
pendidikan islam
2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan keluarga terhadap
jiwa keagamaan
3. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kelembagaan
terhadap jiwa keagamaan
4. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan dimasyarakat
terhadap jiwa keagamaan
5. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama dan masalah
sosial
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009), 102.
2
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2003), 98.
3
Tujuan pendidika menurut Qurais Shihab yakni, membimbing
manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan
fungsi sebagai hamba dan khalifah Nya, dan berguna untuk
membangun dunia sesuai dengan ketetapan Allah. Pendidikan agama
memiliki peranan penting bagi umat manusia, yaitu sebagai upaya
yang nyata untuk mengantarkan umat islam kepada rasa
keagamaan.3
B. Pendidikan Keluarga
Pada masa anak-anak yang masih sekolah mempunyai
lingkungan yag tunggal, yakni keluarga. Gilbert Highgest
mengemukakan bahwa anak yang memiliki kebiasaan sebagian
terbentuk karena keluarga. Dari ia bangun tidur hingga ia akan tidur
kembali, anak –anak akan menerima pengaruh pendidikan dari
lingkungan keluarga.
Dua ahli psikologi anak di Perancis bernama Itard dan Sanguin
meneliti bahwa anak-anak yang diasuh serigala. Mereka menemukan
ada 2 bayi yang dirawat oleh sekelompok serigala disebuah gua. Saat
ditemukan bayi manusia tersebut sudah berumur kanak-kanak. Akan
tetapi, kemampuan yang dimilikinya tidak seperti bayi manusia pada
umumnya. Segala sikap dan sifat yang dimiliki bayi tersebut sama
persis yang dilakukan oleh serigala tersebut. Mulai dari cara makan,
berjalan, dan tidak bisa berbicara. Bahkan, bayi tersebut memiliki
gigi taring seperti serigala, akhirnya bayi tersebut dipulangkan
kelingkungan manusia, namun bayi tersebut tidak bisa
menyesuaikan lingkungan dan tidak bisa bertahan dan mati.4
Dari contoh kasus diatas dapat dipahami bahwa, bagaimana
pengaruhnya pendidikan dari baik buruknya bentuk perawatannya
ataupunpola kebiasaan terhadap masa depan perkembangan anak.
Walaupun seorang bayi manusia dilahirkan dengan keadaan sudah
3
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1992), 203.
4
Jalaluddin, Psikologi Agama, 2009, 104.
4
dibekali kemampuan manusia, namun dengan pemeliharaan dan
erawatan nya dapat merubah manusia tersebut dan tidak dapat
berkembang potensinya.
Kondisi diatas terlihat menimbulkan manusia perlu adanya
pemeliharaan, pengawasan, dan bimbingan yang pas dan tepat sesuai
agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat berjalan sesuai
prosesnya.
Keluarga menurut para pendidik ialah tempat pendidikan yang
paling utama dan pendidik tersebut ialah orang tua. Bapak dan ibu
merupakan pendidik takdir yang diberikan oleh Allah. Dan orang tua
diberi sebuah naluri orang tua yang, naluri tersebut akan
menimbulkan rasa kasih sayang dari orang tua untuk anak-anaknya.
Maka dari itu, kewajiban seorang orang tua yakni, mengawasi,
merawat, memelihara, melindungi dan mengarahkan anak-anaknya
untuk menjadi lebih baik.
Pendidikan keluarga adalah pendidikan paling dasar bagi
terbentuknya jiwa keagamaan. Menurut WH Clark berjalan dengan
unsur-unsur kejiwaan sehingga sangat sulit untuk mengidentifikasi
secara jelas, karena semua tu menyangkut problema kejiwaan
manusia yang rumit dan sangat kompleks. Namun, melalui fungsi-
fungsi jiwa yang masih sangat sederhana agama terjalin dan nampak
didalamnya. Dan melalui unsur-unsur tersebut agama mulai
berkembang. Dalam kaitan tersebut maka pendidikan keluarga itu
sangat berpengaruh dalam jiwa keagamaan karena menanamkan jiwa
keagamaan untuk anak-anak sejak masih kecil merupakan tanggung
jawab orang tua sebagai keluarga.
C. Pendidikan Kelembagaan
Sekolah sebagai lanjutan pendidikan setelah keluarga. Karena
keterbatasan orang tua dalam mendidik anak-anak , maka mereka
menyerahkan anak-anak mereka kepada sekolah. Semua yang
dijalankan untuk masa depan anak-anak, namun terkadang orang tua
5
masih suka memilih sekolah ataupun tempat untuk menyekolahkan
anak-anaknya. Seperti orang tua yang lebih beragama disekolahkan
disekolah yang banyak mempelajari agama, begitupun sebaliknya.
Dan orang tua yang tidak bisa mengendalikan sikap dan perilaku
anaknya yang nakal, maka orang tua akan menyerahkan anak
tersebut kelembaga yang berbasis agama untuk menjadikan anak
mereka menjadi lebih baik lgi dari sebelumnya. Karena sekolah
tersebut dapat mempengarui sikap dan perilaku anak tersebut.5
Walaupun sulit untuk mengutarakan secara tepat seberapa jauh
pengaruh pendidikan agama melalui kelembagaan pendidikan
terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak-anak.
Pendidikan agama dilembaga pendidikan bagaimanapun akan
berpengaruh terhadap jiwa keagamaan pada diri anak. Akan tetapi,
tidak besar pengaruh tersebut, karena banyak faktor yang dapat
mendorong atau memotivasi anak-anak dalam memahami nilai-nilai
agama. Sebab, pendidikan agama hakikat adalah pendidikan nilai.
Maka dari itu, pendidikan agama lebih diberatkan pada bagaimana
pembentukan kebiasaan yang selaras dengan ajaran agama.
D. Pendidikan Masyarakat
Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Para
pendidik umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang
ikut mempengaruhi perkembaangan anak didik adalah keluarga,
kelembagaan pendidikan, dan lingkungan masyarakat. Keserasian
antara ketiga lapangan pendidikan ini akan memberi dampak yang
positif bagi perkembangan anak, termasuk dalam pembentukan jiwa
keagamaan mereka. Seperti diketahui bahwa dalam keadaan yang
ideal, pertumbuhan seseorang menjadi sosok yang memiliki
kepribadian terintegrasi dalam berbagai aspek mencakup fisik,
psikis, moral, dan spiritual. Menurut salah satu ilmuwan bernama
Wetherington, untuk mencapai tujuan tersebut perlu pola asuh yang
5
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, 2003, 91.
6
serasi. Ia memberi contoh fakta asuhan yang diberikan anak kembr
yang diasuh dilingkungan yang berbeda. Hasilnya ternyata
menunjukan bahwa ada perbadaan antara keduanya sebagai hasil
pengaruh lingkungan. Kehidupan rumah (keluarga) yang baik dapat
menimbulkan perubahan-perubahan yang penting dalam
pertumbuhan psikis (kejiwaan). 6
Selanjutnya karena asuhan terhadap anak harus berlangsung
secara teratur dan terus menerus, maka lingkungan masyarakat akan
memberi dampak dalam pembentukan pertumbuhan. Jika
pertumbuhan fisik akan terhenti ketika anak mencapai dewasa, tetapi
pertumbuhan psikis akan berlangsung seumur hidup. Hal ini
menunjukan jika masa suhan di kelembagaan pendidikan hanya
berlangsung beberapa waktu tertentu, tetapi assuhan oleh masyarakat
akan berjalan seumur hidup. Besarnya pengaruh masyarakat
terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan sebagai bagian dari aspek
kepribadian terintegrasi dalam pertumbuhan psikis. Jia keagamaan
memuat norma-norma kesopanan tidak akan dapat dikuasai hanya
dengan mengenal saja. Menurut Emerson, norma-borma kesopanan
meghendaki adanya norma-norma kesopanan pula pada orang laiin.
Dalam ruang lingkup yang lebih luass, dapat diartikan bahwa
pembentukan nilai-nilai kesopanan atau nilai-niai yang berkaitan
dengan aspek-asspek spiritual akan lebih efektif jika seseorang
berada dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai
tersebut. Dengan demikian, fungsi dan peran masyarakat dalam
pembentukan jiwa keagamaan akan sangat tergantung dari seberapa
jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma keagamaan itu
sendiri.
6
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), 92.
7
E. Agama dan Masalah Sosial
Dalam proses keagamaan, ternyata memiliki suatu kesadaran
dan proses yang bertahap dan tidak sekaligus. Pengaruh ekstern atau
pengaruh luar memiliki peranan yang besar, khususnya pendidikan.
Pendidikan yang paling berpengaruh dalam usia anak yaitu
pendidikan keluarga. Ketika dalam lingkungan keluarga anak tidak
diberikan pendidikan agama, biasanya akan kesulitan untuk
memperoleh kesadaran dalam agama yang memadai.
Suatu pepatah mengatakan, “ bila seorang anak tidak dididik
oleh orang tuanya, maka ia akan dididik oleh siang dan malam. Dari
pribahasa tersebut sudah sangat jelas jika seorang anak tidak
dikenalkan pendidikan agama sedari kecil maka secara otomatis ia
akan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, maka jika
lingkungannya bagus ia akan terpengaruh menjadi bagus, tetapi
sebaliknya, jika lingkungannya buruk, maka kepribadian agama anak
tersebut akan terpengaruh menjadi buruk.
Dalam hal ini ada sekelumit contoh mengenai anak jalanan. Secara
umum anak jalanan merupakan anak yatim. Mereka teryatimkan ini
masih memiliki keluargatetapi sudah lepas hubungan dari orang tua
mereka. Anak-anak ini pada umumnya tergabung dalan kelompok
sebaya atau dalam hal lain memiliki nasib yang sama. Ada kelompok
pengamen, pengemis, pemulung dan lain-lain. Melihat kondisi
mereka, maka disini sering kali terjadi kesenjangan pendidikan
agama dan pendidikan sosial. Karena melihat latar belakang mereka,
mereka juga kurang dalam bimbingan pendidikan agama dan sosial .
Sekolah sebagai kelembagaan pendidikan adalah penerus dari
pendidikan keluarga. Karena keterbatasan para orang tua dalam
memberikan pendidikan bagi anak-anaknya, maka mereka
mempasrahkan kepada pihak sekolah untuk melanjutlan pendidikan
anak mereka. Tetapi karakteristik masing-masing orang tua juga
berbada, ada yang lebih condong menyekolahkan anaknya pada
8
sekolah agama, tetapi juga sebaliknya, ada yang lebih condong pada
pembelajaran umum. Terkadang ada orang tua yang kesulitan untuk
menyekolahkan anaknya pada sekolah agama dengan harapan akan
memiliki pengalaman keagamaan dan untuk membentuk kepribadian
anak tersebut menjadi baik.7
Sulit untuk mengungkapkan secara tepat mengenai seberapa
jauh pengaruh pendidikan agama melalui kelembagaan pendidikan
terhadap perkembangan jiwa keagamaan para anak. Walaupun latar
belakang pendidikan agama dilingkungan keluarga lebih dominan
dalam pembentukan jiwa keagamaan, barangkali pendidikan agama
yang diberikan di kelembagaan pendidikan ikut berpengaruh dalam
pembentukan jiwa keagamaan anak. Sebagai contoh, banyak tokoh
agama yang lahir dari pendidikan agama mealui kelembagaan
pendidikan khusus seperti pondok pesantren, seminari maupun
vihara. Pendidikan keagamaan sangat mempengaruhi tingkah laku
keagamaan. Jika melalui pendidikan keluarga pembentukan jiwa
keagamaan dapat dilakukan dengan menggunakan cara pengulangan
atau cara pertama, maka melalui kelembagaan pendidikan cara
kedua atau dirncanakan maka akan lebih efektif. Dengan demikian,
pengaruh pembentukan jiwa keagamaan pada anak di kelembagaan
pendidikan, barangkalu banyak tergantung dari bagaimana
perencanaan pendidikan agama yang diberikan di sekolah (lembaga
pendidikan).
Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pemnbentukan jiwa
keagamaan pada anak, antara lain sebagai pelanjut pendidikan
agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan
pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam
keluarga. Dalam konteks ini, guru agama harus mampu mengubah
sikap anak idiknya agar menerima pendidikan agama yang
diberikannya.
7
Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2009), 105.
9
Menurut Mc Guire, proses perubahan sikap dari tidak menerima
sikap ke sikap menerima berlangsung melalui tiga tahap perubahan
sikap. Proses pertama adalah adanya perhatian, kedua adanya
pemahaman, dan ketiga adanya penerimaan. Dengan demikian,
pengaruh kelembagaan pendidikan dalam pembentukan jiwa
keagamaan pada anak sangat tergantung dari kemampuan para
pendidik untuk menjalankan ketiga proses agar dapat berjalan sesuai
rencana ddan tujuan pun akan tercapai. Pendidikan agama
dilingkungan pendidikan bagaimanapun akan berpengaruh bagi
pembentukan jiwa keagamaan pada diri anak. Namun demikian,
seberapa besar pengaruhnya tergantung pada faktor yang dapat
memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab
pendidikan agama pada dasarnya merupakan pendidikan nilai. Oleh
karena itu pendidikan agama menitikberatkan pada pembentukan
kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan agama dalam pendidikan islam sangatlah penting, karena
dengan adanya pendidikan agama manusia akan lebih dekat dengan Tuhan
dan keimanan mereka akan semakin kuat. Pendidikan sangat berpengaruh
terhadap jiwa keagamaan seseorang, khususnya dalam membentuk pribadi
dan pembentukan watak anak. Semakin tinggi pendidikan anak tersebut
akan semakin lebih bagus tingkat pendidikannya dalam melaksankan
ibadahnya kepada Allah. Maka dari itu, pengaruh pendidikan terhadap
jiwa keagamaan sangat penting karena membantu kita untuk menanamkan
jiwa keagamaan pada diri anak. Diantara pengaruh nya yaitu, pendidikan
keluarga, masyarakat, kelembagaan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12