Laporan Praktikum Kelompok A3 (Shift 2)
Laporan Praktikum Kelompok A3 (Shift 2)
Laporan Praktikum Kelompok A3 (Shift 2)
FARMAKOLOGI
OBAT HIPNOTIK SEDATIF
Oleh:
Anang Dwi Atmoko 162010101077
Siti Aminah Daeng D. 162010101078
Zanuba Putri Arofa 162010101079
Nisrina Salsabila F. 162010101080
Alif Kufari 162010101081
Bella Rizki Dayanti 162010101082
Miranda Dewi 162010101083
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
PENDAHULUAN
Insomnia merupakan gangguan tidur yang meminta evaluasi serius dalam pengatasannya. Salah
satu cara untuk mengatasi insomnia adalah dengan memberikan obat sedatif-hipnotik (Katzung,
2002). Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi sistem saraf
pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderate yang memberikan efek
menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan
yang dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur. Pemakaian sedativahipnotika dalam
dosis kecil dapat menenangkan, dan dalam dosis besar dapat membuat orang yang memakainya
tertidur. Gejala akibat pemakaiannya adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk,
malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat . Penggunaan klinis kedua golongan obat-
obatan ini telah digunakan secara luas seperti untuk tata laksana nyeri akut dan kronik, tindakan
anestesia, penata laksanaan kejang, serta insomnia. Obat-obatan sedatif hipnotik diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok, yakni: 1. Benzodiazepin 2. Barbiturat 3. Golongan obat nonbarbiturat –
nonbenzodiazepin
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik dan sedatif.
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat (2,4,4-
trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara ureum dengan asam
malonat. Susunan Saraf Pusat efek utama barbiturat ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi
dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, koma sampai dengan kematian. Efek antianseitas
barbiturat berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek hipnotik barbiturate dapat
dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis,
tidak disertai mimpi yang mengganggu. Efek anastesi umumnya diperlihatkan oleh golongan
tiobarbital dan beberapa oksibarbital untuk anastesi umum. Untuk efek antikonvulsi umumnya
diberikan oleh berbiturat yang mengandung substitusi 5-fenil misalnya fenobarbital. Barbiturat
secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus halus kedalam darah. Secara
IV barbiturat digunakan untuk mengatasi status epilepsi dan menginduksi serta mempertahankan
anastesi umum. Barbiturat didistribusi secara luas dan dapat melewati plasenta, ikatan dengan
protein plasma sesuai dengan kelarutan dalam lemak; tiopental yang terbesar. Barbiturat yang
mudah larut dalam lemak, misalnya tiopental dan metoheksital, setelah pemberian secara IV,
akan ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini akan menyebabkan kadarnya dalam plasma
dan otak turun dengan cepat. Barbiturat yang kurang lipofilik, misalnya aprobarbital dan
fenobarbital, di metabolisme hampir sempurna didalam hati sebelum diekskresi di ginjal. Pada
kebanyakan kasus, perubahan pada fungsi ginjal tidak mempengaruhi eliminasi obat.
Fenobarbital diekskresi ke dalam urine dalam bentuk tidak berubah sampai jumlah tertentu (20-
30 %) pada manusia. Faktor yang mempengaruhi biodisposisi hipnotik dan sedatif dapat
dipengaruhi oleh berbagai hal terutama perubahan pada fungsi hati sebagai akibat dari penyakit,
usia tua yang mengakibatkan penurunan kecepatan pembersihan obat yang dimetabolisme yang
terjadi hampir pada semua obat golongan barbiturat. Barbiturat tidak boleh diberikan pada
penderita alergi barbiturat, penyakit hati atau ginjal, hipoksia, penyakit parkinson. Barbiturat
juga tidak boleh diberikan pada penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah
kebingungan di malam hari yang terjadi pada penderita usia lanjut.
Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima efek farmakologi sekaligus, yaitu anxiolisis,
sedasi, antikonvulsi, relaksasi otot melalui medula spinalis, dan amnesia retrograde.
Benzodiazepine banyak digunakan dalam praktek klinik. Keunggulan benzodiazepine dari
barbiturate yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin
dosis aman yang lebar, rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom dihati.
Benzodiazepin telah banyak digunakan sebagai pengganti barbiturate sebagai premedikasi dan
menimbulkan sedasi pada pasien dalam monitoring anestesi. Dalam masa perioperative,
midazolam telah menggantikan penggunaan diazepam. Selain itu, benzodiazepine memiliki
antagonis khusus yaitu flumazenil. Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi
Gamma Amino Butyric Acid (GABA) sebagai neurotransmitter penghambat diotak.
Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor GABA melainkan meningkatkan kepekaan reseptor
GABA terhadap neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi
hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membran sel tidak dapat
dieksitasi. Hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol,
antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal. Efek sedatif timbul dari aktivasi reseptor GABA. Sub
unit alpha-1 yang merupakan 60% dari resptor GABA di otak (korteks serebral, korteks
serebelum, thalamus). Sementara efek ansiolotik timbul dari aktifasi GABA sub unit aplha-2
(Hipokampus dan amigdala). Perbedaan onset dan durasi kerja diantara benzodiazepine
menunjukkan perbedaan potensi (afinitas terhadap reseptor), kelarutan lemak (kemampuan
menembus sawar darah otak dan redistribusi jaringan perifer) dan farmakokinetik (penyerapan,
distribusi, metabolisme dan ekskresi). Hampir semua benzodiazepine larut lemak dan terikat kuat
dengan protein plasma, sehingga keadaan hipoalbumin pada cirrhosishepatis dan chronicrenal
disease akan meningkatkan efek obat ini. Benzodiazepin menurunkan degradasi adenosin dengan
menghambat tranportasi nuklesida. Adonosin penting dalam regulasi fungsi jantung (penurunan
kebutuhan oksigen jantung melalui penurunan detak jantung dan meningkatkan oksigenasi
melalui vasodilatasi arteri korener) dan semua fungsi fisiologi proteksi jantung. Kelelahan dan
mengantuk adalah efek samping yang biasa pada penggunaan lama benzodiazepine. Sedasi akan
menggangu aktivitas setidaknya selama 2 minggu. Penggunaan yang lama benzodiazepine tidak
akan mengganggu tekanan darah, denyut jantung, ritme jantung dan ventilasi, namun
penggunaannya sebaiknya hati-hati pada pasien dengan penyakit paru kronis. Penggunaan
benzodiazepine akan mengurangi kebutuhan akan obatanestesi inhalasi ataupun injeksi.
Walaupun penggunaan midazolam akan meningkatkan efek depresi napas opioid dan
mengurangi efek analgesiknya.
PEMBAHASAN
Prosedur Kerja:
1. Menyiapkan 2 mencit untuk percobaan ini, mencit ke-1 diinjeksikan obat diazepam /
luminal dan mencit ke-2 diinjeksikan aquades untuk digunakan sebagai kontrol
2. Injeksi diazepam pada mencit ke-1 secara intraperitoneal
3. Injeksi aquades pada mencit ke-2 secara intraperitoneal
4. Kemudian, menggantungkan ekor mencit ke-1 pada tiang khusus
5. Catat waktu yang dibutuhkan hingga mencit mencapai keadaan imobilisasi
6. Setelah itu, lakukan yang sama pada mencit ke-2 dengan menggantungkan ekor
mencit pada tiang khusus
7. Catat waktu yang dibutuhkan hingga mencit mencapai keadaan imobilisasi
Hasil:
Mencit 1 2 3
A (Diazepam) 31” 33” 3’
B (Luminal) 1’ 9” 2’ 1” 4’ 30”
Normal A (kontrol) 4’ 45” 5’ 28” >6’
Normal B (kontrol) 4’ 45” >6’ >6’
Pembahasan:
Tail Suspension Test adalah tes perilaku pada mencit yang berguna untuk melihat efek
obat depresan dan menilainya dengan parameter berupa respon pasif (immobility time)
dari mencit yang merupakan respon depresi sistem saraf pusat. Ekor mencit digantung
dengan selotip, dalam posisi sedemikian rupa sehingga tidak dapat melarikan diri atau
berpegang pada permukaan di dekatnya. Tes ini berdurasi enam menit.
Pada mencit yang diberi perlakuan diazepam (A3) dibandingkan dengan mencit kontrol,
mencit yang diberi diazepam lebih dulu mengalami immobilitas yakni dalam 3 menit. Hal
ini sesuai dengan cara kerja diazepam (obat golongan non-barbiturate/benzodiazepine)
yang mendepresi sistem saraf pusat sehingga timbul efek hypnosis, sedasi, relaksasi otot
dan antikonvulsi. Begitu pula dengan obat golongan barbiturate dimana dalam praktikum
ini menggunakan luminal. Mencit dengan perlakuan diberikan luminal (B3) mengalami
immobilitas yang lebih cepat daripada mencit kontrol. Hasil ini membuktikan bahwa
hewan uji yang diberi perlakukan dengan obat depresan akan mengalami immobilitas
lebih dahulu.
Pada mencit dengan perlakuan pemberian obat diazepam mengalami immobilitas lebih
dulu daripada yang diberi obat luminal. Hal ini dikarenakan obat golongan
Benzodiazepine memiliki onset of action yang lebih cepat daripada golongan Barbiturate.
Namun, durasi kerja Benzodiazepine lebih pendek daripada Barbiturate. Benzodiazepine
(diazepam) memiliki onset of action yang lebih cepat karena lebih mudah larut lipid
daripada Barbiturate (luminal) sehingga lebih cepat menuju sistem saraf pusat.
B. Activity wheel
Uji ini digunakan menilai aktivitas motorik dengan cara menhitung banyaknya putaran
yang dilakukan mencit selama berlari pada rotarod dalam kurun waktu 30 menit.
Mencit 1 2 3
15’ 30’ 15’ 30’ 15’ 30’
Diazepam (A) 41 1 7 26 0 0
Luminal (B) 0 0 0 0 579 116
Normal A 185 107 38 5 61 274
Normal B 1 3 15 5 620 290
Pembahasan
Pada praktikum ini menggunakan mencit sebagai hewan percobaan, karena
proses metabolisme dalam tubuh mencit jika diberikan injeksi diazepam diabsorpsi cepat
sehingga menghasilkan efek yang sangat cepat dan sangat cocok untuk dijadikan sebagai
objek pengamatan
Injeksi diazepam menggunakan rute pemberian secara intraperitonial pada mencit yaitu
disuntikkan kedalam ronggga perut, penyerapan cepat karena rongga perotonium
mempunyai permukaan absorbsi yang sangat luas sehingga obat dapat masuk ke sirkulasi
sistemik secara cepat. Kecepatan absorbsi obat berbeda pada masing-masing cara
pemberian sehingga dapat menunjukkan keefektifan obat tersebut.
Pemberian secara intraperitonial menyebabkan obat langsung masuk ke dalam pembuluh
darah. Obat dengan kadar tinggi dimetabolisme serempak dan akan berikatan dengan
reseptor. Sehingga akan langsung berefek tetapi efek yang dihasilkan durasinya cepat
karena setelah itu tidak ada obat yang berikatan lagi dengan reseptor.
Mekanisme Kerja Diazepam, Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat
fungsi hambatan neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf
pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan
oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan
bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai
benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi
benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan
ini kerja GABA akan meningkat.
Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida
akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida
menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel
untuk dirangsang berkurang. Efek obat hipnotik sedatif terhadap aktivitas system saraf
pusat dapat dinilai melalui pengaruh obat terhadap aktivitas motorik, perubahan perilaku,
koordinasi, reflek sensoris dan motorik serta suhu tubuh
Pada praktikum kali ini menggunakan metode activity wheel. Activity wheel digunakan
untuk menilai aktivitas motorik dengan cara menghitung banyaknya putaran yang
dilakukan mencit selama berlari di rotarod dalam kurun waktu 30 menit dan memberikan
hasil bahwa mencit yang di injeksi aquades dapat melakukan 61 putaran pada 15 menit
pertama dan 274 putaran pada menit ke 30. Sedangkan mencit yang di injeksi diazepam
tidak melakukan putaran di rotarod. Hal ini menandakan bahwa mencit yang di injeksi
aquades akan berlari lebih banyak dari mencit yang di berikan diazepam, karena
diazepam memiliki efek hipnotik-sedatif yang menekan sistem saraf pusat yang salah
satunya pada activity wheel menurunkan aktivitas gerakan motorik.
C. Chimney Test
Mencit ditempatkan di dalam suatu silinder (pyrex-glass) sepanjang 30 cm yang diberi
tanda pada ketinggian 20 cm dan diameter tabung 2,8 cm. mencit dimasukkan ke dalam
tabung dengan posisi horizontal, kepala mencit ke arah dasar tabung.
Silinder ditegakkan dalam posisi vertikal dan tikus akan berusaha memanjat dinding
silinder. Catat waktu yang dibutuhkan heawn uji untuk naik ke tabung sampai batas tanda
20 cm. Pada mencit yang normal, mencit akan memanjat sampai batas tanda dalam waktu
30 detik.
Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Gelas ukur dengan diameter 2,8 cm - Mencit
dan tinggi 30 cm - Diazepam
- Spuit 1 cc
- Aquadest
Langkah kerja :
1. Menyiapkan 2 mencit untuk dilakukan percobaan, mencit ke-1 diinjeksikan obat
diazepam dan mencit ke-2 diinjeksikan aquades untuk digunakan sebagai kontrol
2. Injeksi aquades pada mencit ke-2 secara intraperitoneal
3. Mencit ditempatkan di dalam suatu silinder (pyrex-glass) sepanjang 30 cm dan
diameter tabung 2,8 cm
4. Mencit dimasukkan ke dalam tabung dengan posisi horizontal, kepala mencit kea rah
dasar tabung
5. Silinder ditegakkan dalam posisi vertical dan tikus akan berusaha memanjat dinding
silinder
6. Catat waktu yg dibutuhkan untuk naik ke tabuung sampai batas tanda 20 cm
pada mencit normal, mencit akan memanjat sampai batas tanda dalam waktu 30 detik
1. Berat badan mencit yang sangat mempengaruhi dari absorpsi obat, karena
berpengaruh pada luasnya daerah absorpsi dan tentu saja sangat
mempengaruhi absorpsi obat. Perbedaan jumlah pada tiap bagian ini
dipengaruhi bagaimana ketersediaan obat dalam mencit. Semakin lama obat dalam
mencit akan bekerja sampai puncaknya dan kemudian lama-lama efeknya akan
menurun karena ketersediaan obat makin berkurang.
2. Kesalahan dalam pengenceran atau pengambilan dosis yang akan
diinjeksikan pada mencit sehingga obat yang diberikan tidak mencapai dosis yang
berakibat tidak memberikan efek farmakologi yang dinginkan.
3. Alat yang digunakan seperti tabung dan roda putar tidak sesuai antar kelompok
sehingga didapatkan hasil yang berbeda-beda.
4. Berat badan mencit yang berbeda-beda walaupun yang digunakan
keseluruhan > 20 gram.
KESIMPULAN
Pada Tail Suspension Test, pemberian obat hipnotik-sedatif akan memberikan efek
penurunan aktivitas motorik pada hewan uji (perlakuan diazepam serta luminal) daripada
hewan kontrol. Hal ini sesuai dengan cara kerja kerja dari obat tersebut sebagai depresan
sistem saraf pusat. Pada praktikum ini terlihat bahwa Diazepam (golongan
Benzodiazepine) lebih cepat memberikan efek daripada Luminal (golongan Barbiturate)
karena memang onset of action dari golongan Benzodiazepine lebih cepat daripada
Barbiturate. Hal ini dikarenakan Benzodiazepine (diazepam) lebih mudah larut lipid
daripada Barbiturate (luminal) sehingga lebih cepat menuju sistem saraf pusat.
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian diazepam
memberikan efek hipnotik sedatif terhadap aktivitas sistem saraf pusat mencit melalui
pengaruh obat terhadap aktivitas motorik, perubahan perilaku, koordinasi, refleks
sensoris dan motorik serta suhu tubuh. Hal ini dibuktikan dengan penurunan gerakan
motorik pada mencit yang diinjeksikan diazepam.
C. Chimney Test
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa diazepam memberikan
efek hipnotik sedatif terhadap aktivitas system saraf pusat mencit melalui pengaruh obat
terhadap aktivitas motorik, perubahan perilaku, koordinasi,
reflek sensoris dan motorik serta suhu tubuh. Hal ini dibuktikan dengan
penurunan aktifitas motoric mecit pada chimney test tidak menunjukkan pergerakan
dibandingkan mencit yang diberi aquades pada detik ke 4.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tanu, Ian. 2007. Farmakologi dan Terapi ed. 5. Jakarta:Badan Penerbit FKUI
2. Can, Adem et al. 2012. The Tail Suspension Test.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3353516/. Diakses pada 10 September 2018
pukul 20.35 WIB
3. Katzung, Bertram G et al. 2015. Pharmacology : Examination and Board Review 11th ed.
McGraw-Hill Education