Analisa Program Stanting Di Puskesmas
Analisa Program Stanting Di Puskesmas
Analisa Program Stanting Di Puskesmas
TINGKAT 3A
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Memberikan pemahaman dan ketrampilan dasar kepada pengendalian, evaluasi,
penilaian kinerja dan pelaporan di puskesmas.
b. Tujuan khusus
1. menjelaskan tentang program nasional masalah sunting
2. menjelaskan program stunting di puskesmas
BAB II
PROGRAM NASIONAL
A. PROGRAM
Penangan stunting dilakukan melalui Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif pada
sasaran 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6 tahun.
a. Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi yang ditujukan kepada ibu hamil dan anak dalam 1.000 hari pertama
kehidupan. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan, Intervensi spesifik
bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek
Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor
kesehatan.
I. Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil:
1. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan
energi dan protein kronis.
2. Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.
3. Mengatasi kekurangan iodium.
4. Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.
5. Melindungi ibu hamil dari Malaria.
II. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan:
1. Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum).
2. Mendorong pemberian ASI Eksklusif.
III. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:
1. Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh
pemberian MP-ASI.
2. Menyediakan obat cacing dan suplementasi zink.
3. Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
4. Memberikan perlindungan terhadap malaria.
5. Memberikan imunisasi lengkap.
6. Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
b. Intervensi Gizi Sensitif
Intervensi yang ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan.
Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk sasaran 1.000 Hari
Pertama Kehidupan.
Idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor
kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi
spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada
1.000 Hari PertamaKehidupan (HPK).
1. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih.
2. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi.
3. Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.
4. Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
7. Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
9. Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.
10. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi pada
Remaja.
11. Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.
12. Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.
B. Kebijakan Program
Pemerintah telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional Penanganan Stunting pada
bulan Agustus 2017, yang menekankan pada kegiatan konvergensi di tingkat Nasional,
Daerah dan Desa, untuk memprioritaskan kegiatan intervensi Gizi Spesifik dan Gizi
Sensitif pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan hingga sampai dengan usia 6 tahun. Kegiatan
ini diprioritaskan pada 100 kabupaten/kota di tahun 2018.
Kebijakan ini didukung melalui :
1. Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Percepatan Perbaikan Gizi,
2. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Sehat
3. Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi
4. Indonesia bergabung dalam Gerakan Global Scaling Up Nutrition (SUN) movement
pada tahun 2011
5. Pencegahan stunting tercakup dalam RPJMN 2015-2019
C. Indikator
D. Kegiatan
Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan status gizi yang
optimal dengan cara melakukan perbaikan gizi secara terus menerus.dan kegiatannya
dilaksanakan melalui:
1. kampanye nasional dan daerah
2. advokasi dan sosialisasi lintas sektor dan lintas lembaga
3. dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi
4. pelatihan
5. diskusi
6. intervensi kegiatan gizi langsung (spesifik)
7. intervensi gizi tidak langsung (sensitif)
BAB III
PROGRAM PUSKESMAS
A. Data Program
Dari data RISKIDES 2-13, prevalensi stunting purbalingga sebesar 36, 75% sedangkan
jumlah balita stunting 2013 ada 29.880 dari 70.000 balita. Sejak tahun 2013 sampai tahun
2017 penanganan stunting terus diupayakan sehingga berdasarkan data dari puskesmas
tahun2017 tentang stnting prosentasenya turun menjadi 22% dengan rincian 16% yang pendek
dan 6% sangat pendek. Dari 224 desa yang ada, maka ada 10 desa yang perlu mendapatkan
prioritas dalam penanganannya. Kecamatan kemangkon, desa pelumutan, kecamatan
kaligondang desa brecek, cilapar, dan sempor, kecamatan kutosari desa candinata kecamatan
mrebet, desa kradenan selagangeng dan sangkanayu.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka, pemkab yang dimotori oleh dinkes
melakukan langkah- langkah untuk menanganinya, pertama melalui advokasi kepada semua
desa yang termasuk dalam kasus stunting bersama puskesmas bahwa pentingnya menjaga
kesehatan bagi ibu dan anak sejak mulai dari kandungan sampai menginjak balita. Kedua
mengoptimalkan program dan kegiatan di bidang kesehatan dengan tujuan untuk
menanggulangi dan menangani kasus stunting yang dimaksud. Program dan kesgiatan
tersebut bukan hanya semata-mata menjadi tanggungjawab dinkes namun juga didukung oleh
semua program dan kegiatan yang ada di OPD maupun masyarakat.
B. Indikator program
1. Penurunan prevalensi stunting pada rumah tangga 1.000 HPK di tingkat nasional dan
kabupaten/kota prioritas
2. Jumlah kabupaten/kota prioritas yang berhasil menurunkan prevalensi stunting
bertambah setiap tahun
3. Jumlah kasus stunting yang berhasil dicegah setiap tahunnya
4. Insidens Diare
5. Insidens Kecacingan
6. Prevalensi Gizi Buruk
7. Prevalensi anemia pada ibu hamil
8. Prevalensi BBLR
9. Cakupan ASI Eksklusif
10. Cakupan hasil intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif di kabupaten/kota prioritas
11. Cakupan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitive pada sasaran prioritas (1.000 HPK)
12. Rembuk stunting tahunan di tingkat nasional
13. Nota kesepakatan (Memo of Agreement) pencegahan stunting yang ditandatangani oleh
pimpinan daerah di kabupaten/kota prioritas
14. Rembuk Stunting tahunan di tingkat kabupaten/kota prioritas dan desa
15. Persentase masyarakat yang menilai stunting sebagai 10 masalah penting dalam gizi dan
kesehatan anak
16. Pelaksanaan kampanye perubahan perilaku yang konsisten dan berkelanjutan di tingkat
pusat dan daerah
17. Terbitnya kebijakan daerah yang memuat kampanye publik dan komunikasi perubahan
perilaku
18. Pelaksanaan konvergensi program/kegiatan nasional untuk pencegahan stunting pada
kabupaten/kota prioritas
19. Kinerja pelaksanaan program/kegiatan di tingkat kabupaten/kota prioritas untuk
pencegahan stunting
20. Jumlah kabupaten/kota prioritas yang melaksanakan Aksi Konvergensi/Aksi Integrasi
21. Persentase pemanfaatan Dana Desa untuk kegiatan intervensi gizi prioritas
22. Persentase sasaran prioritas yang mendapat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
dan/atau bantuan pangan lainnya di kabupaten/kota prioritas
23. Kebijakan terkait peningkatan fortifikasi pangan
24. Akses sasaran prioritas kepada pangan bergizi
C. Identifikasi masalah
Pada tingkat individu, masalah gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi
yang saling terkait. Sedangkan di tingkat keluarga dan masyarakat, masalah gizi dipengaruhi
oleh kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik jumlah ataupun
jenis sesuai dengan kebutuhan gizi, pola asuh anak, pemanfaatan pelayanan kesehatan,
kebersihan pribadi dan masalah sanitasi.Beberapa tahun terakhir telah terjadi masalah status
gizi anak di Indonesia dapat dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010.
Hal ini ditandai dengan meningkatnya prevalensi stunting dari 39,4 persen pada tahun 2007
menjadi sebesar 49,2 persen pada tahun 2010. Dilihat dari angka ini prevalensi stunting masih
di atas ambang batas (cut off) yang telah disepakati secara universal, dimana masalah stunting
di atas 20 persen, maka masih merupakan masalah kesehatan pada masyarakat
Dari data RISKIDES 2-13, prevalensi stunting purbalingga sebesar 36, 75% sedangkan
jumlah balita stunting 2013 ada 29.880 dari 70.000 balita. Sejak tahun 2013 sampai tahun
2017 penanganan stunting terus diupayakan sehingga berdasarkan data dari puskesmas
tahun2017 tentang stnting prosentasenya turun menjadi 22% dengan rincian 16% yang pendek
dan 6% sangat pendek. Dari 224 desa yang ada, maka ada 10 desa yang perlu mendapatkan
prioritas dalam penanganannya. Kecamatan kemangkon, desa pelumutan, kecamatan
kaligondang desa brecek, cilapar, dan sempor, kecamatan kutosari desa candinata kecamatan
mrebet, desa kradenan selagangeng dan sangkanayu.
B. Saran
Untuk membangun lingkungan yang mendukung optimalisasi investasi gizi,
diperlukan lingkungan yang mendukung melalui penguatan dalam aspek ilmu pengetahuan
dan hasil-hasil penelitian, pemerintah dan politik, serta kapasitas dan sumber daya. Investasi
melalui penguatan di masing-masing program perlu memperhatikan penguatan dari sisi
tujuan, desain/perencanaan, dan implementasinya; peningkatan target, jangka waktu untuk
penerapan intervensi; menyusun kegiatan berdasarkan kebutuhan program serta
mempertimbangkan penerima manfaat.
REFERENSI
Kementrian desa pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi 2017 “Buku Saku
Desa dalam Penanganan Stunting”
Kementrian koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan 2018
“strategi nasional percepatan pencegahan anak kerdil (stunting)”
Kemenkes RI. 2018. “Buku Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan”
Satriawan, Elan. 2108. “Buku Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting”.