TKP 78 - 18 Abi H (Jurnal Pendukung Hipertensi)
TKP 78 - 18 Abi H (Jurnal Pendukung Hipertensi)
TKP 78 - 18 Abi H (Jurnal Pendukung Hipertensi)
TESIS
Oleh:
Nama : Zaenal Abidin
NIM. 131614153035
TESIS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, hidayah dan limpahan
karunia – Nya, sehingga tesis dengan judul “Health Education dengan pendekatan
social media reminder dan audiovisual terhadap kepatuhan dan glukosa darah
pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya” dapat
diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Keperawatan (M. Kep) di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Surabaya.
Ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya dan penghargaan yang
setinggi – tingginya diucapkan kepada Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) selaku
pembimbing I dan Ibu Eka Mishbahatul M.Has, S. Kep., Ns., M. Kep. selaku
pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
masukan, arahan serta motivasi dalam penulisan tesis ini.
Penyusunan tesis ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu terima
kasih disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Nursalam, M. Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga dan pembimbing I tesis ini
2. Ibu Eka Mishbahatul M.Has, S.Kep., Ns, M.Kep., selaku wakil dekan 2
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dan Pembimbing 2 tesis ini
3. Bapak Dr. Kusnanto, S.Kp., M. Kes., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga dan penguji tesis ini
4. Bapak Dr. Ahmad Yusuf, S.Kp., M.Kes., selaku Wakil Dekan III Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga
5. Ibu Dr. Tintin Sukartini, S.Kp., M.Kes selaku koordinator program studi S2
Keperawatan dan selaku penguji tesis ini yang telah memberikan saran dan
masukan yang bermanfaat dalam menyempurnakan tesis ini.
6. Ibu Erna Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang
telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam
menyempurnakan tesis ini.
vi
7. Ibu Laily Hidayati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku selaku dosen penguji yang
telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam
menyempurnakan tesis ini.
8. Bapak M. Syamsul Hidayat., S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang
telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam
menyempurnakan tesis ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf pengajar Program Studi Magister
Keperawatan Fakultas Keperawatan UNAIR yang telah mendidik dan
membimbing serta memberikan ilmu selama masa perkuliahan.
10. Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga Prof., Dr. Nasronudin, dr.,
Sp.PD-KTI (FINASIM) yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian di Rumah Sakit Universitas Airlangga
11. Manajer Keperawatan Ibu Purwaningsih, S.Kp., M.Kes yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan tesis ini
12. Seluruh responden yang telah berpartisipasi selama proses pengambilan
data berlangsung.
13. Istriku Iqlima Dwi Kurnia, S.Kep., Ns, M.Kep, Anak-anakku Ahmad
Naufal Abiyyu Hadyan dan Farzana Zhafira Naiara Putri, terima kasih
banyak yang tidak terhingga atas semua dukungan baik moril maupun
materiil serta semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis
ini.
14. Orang tua saya Almarhum Bapak Heri Suyatno dan Almarhumah Ibu
Supartini
15. Adik-adikku Rada Hayyu Nuri Jannah dan Zaenul Hakim terima kasih
banyak yang tidak terhingga atas semua dukungan baik moril maupun
materiil serta semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis
ini
16. Bapak mertua Imam Muchsin, S.Ag dan ibu mertua Dewi Maryam terima
kasih banyak yang tidak terhingga atas semua dukungan baik moril
maupun materiil serta semangat untuk penulis sehingga dapat
menyelesaikan tesis ini
vii
17. Seluruh kepala ruangan dan ners irna lantai 4 di RS Unair yang telah
memberikan dukungan, semangat dan motivasi dalam menyelesaikan
penyusunan tesis ini.
18. Keluarga besar yang telah memberikan dukungan penuh
19. Dosen-dosen Program Studi Magister Keperawatan yang telah membimbing
selama proses perkuliahan dan memberikan motivasi dalam penyelesaian
tesis
20. Dr. Retno Indarwati, S.Kep., Ns., M.Kep dan Fatihul Arifin selaku sekretariat
Program Studi Magister Keperawatan yang senantiasa sabar dan memberikan
dukungan penuh dalam mendukung setiap proses penyelesaian tesis
21. Teman – teman seperjuangan M9, yang telah memberikan dukungan dan
semangat.
22. Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, yang telah memberi motivasi dan bantuan hingga
tesis ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan pihak yang telah
membantu penelitian ini. Saya menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak sangat peneliti harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan. Semoga
penelitian ini bermanfaat bagi profesi keperawatan. Aamiin Allaahumma Aamiin
Zaenal Abidin
NIM. 131614153035
viii
ix
RINGKASAN
EXECUTIVE SUMMARY
HEALTH EDUCATION WITH SOCIAL MEDIA REMINDER AND
AUDIOVISUAL APPROACH ON ADHERENCE AND BLOOD GLUCOSE
LEVEL OF DIABETES MELLITUS TYPE 2 PATIENT AT UNIVERSITAS
AIRLANGGA HOSPITAL SURABAYA
By:Zaenal Abidin
xiii
ABSTRAK
xiv
ABSTRACT
By:Zaenal Abidin
Introduction: Patients with DM who are not managed well in a long time will
cause various chronic complications. Therefore diabetic patient need to integrate
several treatment strategies, including adherence to medication, dietary and
physical activity programs. The purpose of this study was to determine whether
health education with social media reminder and audiovisual approach can affect
adherence and blood glucose levels of patients with type II DM Method: The
method in this research used research and development for phase I, phase II used
quasy experimental. Independent variable was health education approach social
media reminder and audiovisual. Dependent variable were adherence and blood
glucose. Sample was taken by simple random sampling method. 100 sample was
taken in stage I. The second stage was 50 patients consisting of 25 for the
treatment group and 25 control groups. Result: the research at stage 1 showed the
implementation of health education in outpatient using the method of counseling
by doctors. Evaluation of physical activity, dietary and medication adherence of
most patients with type II diabetes at universitas Airlangga hospital in medium
adherence categories. Respondents' beliefs are largely confident. There was an
effect of health education approach of social media reminder and audiovisual
toward physical adherence (p = 0,000), dietary adherence (p = 0,002), medication
adherence (p = 0,000) and blood glucose level (p=0,000) Discussion: health
education with social media reminder and audiovisual can improve adherence and
decrease blood glucose level at DM type 2 patient. Health education from
multidiscipline profession used audiovisual and social media reminder can
improve patient adherence.
xv
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Dalam ....................................................................................................... i
Prasyarat Gelar ...................................................................................................... ii
Pernyataan orisinalitas .......................................................................................... iii
Lembar Pengesahan Pembimbing Tesis................................................................ iv
Lembar Pengesahan Tesis ..................................................................................... v
Kata Pengantar ...................................................................................................... vi
Persyaratan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir untuk Kepentingan Akademis... ix
Ringkasan .............................................................................................................. x
Executive Summary ............................................................................................... xii
Abstrak .................................................................................................................. xiv
Abstract ................................................................................................................. xv
Daftar Isi................................................................................................................ xvi
Daftar Tabel .......................................................................................................... xix
Daftar Gambar ....................................................................................................... xx
Daftar Lampiran .................................................................................................... xxi
Daftar Singkatan.................................................................................................... xxii
xvii
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Indentifikasi Masalah ........................................................................ 9
Gambar 2.1 Kerangka Health Belief Model .......................................................... 31
Gambar 3.1 Keramgka Konseptual ....................................................................... 50
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian tahap 1 .................................................... 55
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian tahap 2 .................................................... 63
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ..................................................109
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian .......................................................................110
Lampiran 3 Surat Keterangan Lolos Kaji Etik ..................................................111
Lampiran 4 Izin Penggunaan Kuisoner PDAQ .................................................112
Lampiran 5 Lembar penjelasan penelitian tahap 1 ............................................113
Lampiran 6 Lembar penjelasan penelitian tahap 2 .............................................115
Lampiran 7 Lembar penjelasan penelitian tahap 2 kelompok kontrol ...............118
Lampiran 8 Lembar penjelasan partisipan kegiatan FGD ..................................121
Lampiran 9 Panduan kegiatan FGD tahap 1 ......................................................123
Lampiran 10 Panduan kegiatan FGD tahap 2 ....................................................125
Lampiran 11 Lembar informed consent .............................................................126
Lampiran 12 Lembar Data Demografi ...............................................................127
Lampiran 13 Lembar evaluasi health education ................................................128
Lampiran 14 Kuisoner kepatuhan aktivitas fisik ................................................129
Lampiran 15 Kuisoner Kepatuhan Diet..............................................................130
Lampiran 16 Kuisoner kepatuhan pengobatan ...................................................131
Lampiran 17 Kuisoner keyakinan pasien DM type II berdasar HBM ...............132
Lampiran 18 Satuan Acara Kegiatan..................................................................133
xxi
DAFTAR SINGKATAN
DM : Diabetes Mellitus
RS : Rumah Sakit
xxii
BAB 1
PENDAHULUAN
ancaman kesehatan global. Keadaan DM yang tidak dikelola dengan baik dalam
jangka waktu yang lama akan menimbulkan berbagai komplikasi kronik. Kontrol
pengobatan, termasuk kepatuhan terhadap program obat, diet dan aktivitas fisik
(Raj et al., 2017). Kepatuhan bukan hanya diartikan secara sederhana dengan
tindakan minum obat tetapi bisa diartikan secara lebih luas dan merupakan
kegiatan bersama dimana orang tidak hanya mengikuti saran medis, tetapi harus
Boas LC, 2014). Konsep Kepatuhan pada Pasien DM tipe II harus mencakup
kepatuhan terhadap medikasi atau terapi obat, kepatuhan diet serta kepatuhan
penderita DM akan patuh mengikuti anjuran serta saran dari mereka selaku
petugas kesehatan ketika penderita opname atau berada di Rumah Sakit. Namun
saat di rumah dan menjalankan rutinitas seperti biasa, penderita akan kembali ke
gaya hidup yang tidak teratur, lupa dengan kondisi fisik sebelumnya, sehingga
sakit yang diderita bertambah parah, kadar glukosa dalam darah tinggi dan terjadi
komplikasi. Hal ini dijadikan nilai penting penulis untuk meneliti pasien atau
DM. Akibat dari ketidakpahaman akan penyakit DM, banyak penderita DM yang
bertambah parah. Tujuan dari pengelolaan DM tidak akan tercapai tanpa disertai
besar yang cukup penting dalam pengelolaan DM (Puspitasari, 2012). Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan perawat poli penyakit dalam RSUA
kurang mematuhi medikasi atau pengobatan sesuai anjuran medis dan telat datang
dokter. 7 dari 10 pasien yang mengatakan tidak terlalu membatasi diet dengan
alasan sudah mengkonsumsi obat dan makan yang tidak sesuai dengan diet pasien
yang mereka sukai tanpa memperhatikan jumlah dan jenis makanannya. 8 dari 10
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini
pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. Berdasarkan data Badan
berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan mengacu pada pola
pertambahan penduduk, maka diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194
juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar
rata prevalensi DM di daerah urban untuk usia di atas 15 tahun sebesar 5,7%.
Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1%. Sedangkan
Jambi sampai 21,8% di Propinsi Papua Barat dengan rerata sebesar 10.2%
(Perkeni, 2015). Menurut hasil riskesdas 2013 Jatim menempati urutan ke 9 (2,5
%) dalam rata prevalensi DM di daerah urban untuk usia di atas 15 tahun. Jumlah
Surabaya tahun 2015 sebanyak 8.790 pasien tahun 2016 sebanyak 5.079 pasien.
yaitu hanya 163 menyatakan sepenuhnya patuh dari 356 responden yang telah
memiliki rencana diet. Hal ini juga didukung dengan penelitian Ur et al (2015)
Menurut laporan WHO pada tahun 2003, rata-rata pasien yang menjalani
terapi jangka panjang di negara maju hanya sebesar 50% yang menjalani terapinya
rendah (Susanto, 2016). Salah satu faktor yang berperan dalam kegagalan
pasien DM dalam mengikuti program terapi disebabkan karena beberapa hal yaitu
yang ditimbulkan serta faktor lupa dalam mengkonsumsi obat. Sehingga untuk
pemberian pesan singkat pengingat dan motivasi (Susanto, 2016). Usaha yang
leaflet. Hanya saja konseling yang dilakukan tidak terlalu efektif, hal ini karena
keterbatasan waktu yang tersedia serta media yang diberikan belum memberikan
yang dilakukan oleh (Laili, 2012) terdapat perubahan pengetahuan, sikap dan
setelah dilakukan DSME mengenai meal planning, responden menjadi tahu jenis
makanan yang boleh dikonsumsi banyak dan makanan yang sebaiknya dikurangi.
manajemen diri yang baik sehingga dapat meningkatkan perilaku kepatuhan diet pada
penderita DM tipe 2.
darah. Pengendalian glukosa dalam darah dapat dilakukan melalui diet, aktivitas
fisik/olahraga dan obat (Soegondo, 2009). Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan
kesadaran masyarakat dan melakukan perubahan pola hidup kearah yang lebih sehat,
untuk memahami dan mempraktekkan gaya hidup yang benar dan menghindari penyakit,
individu dan masyarakat perlu mempelajari perilaku (Miller, 2011). Dalam hal ini model
dan respon individu terhadap penyakit. Health Belief Model menegaskan bahwa persepsi
dikembangkan oleh Rosentock & Becker tahun 1974. HBM merupakan kerangka
medikasi yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan sebagai salah satu cara
(perceived severity). Beragam faktor risiko, termasuk usia, jenis kelamin, sosio
berdampak pada kadar gula darah dalam batas normal (Rausch et al, 2012).
orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat agar melaksanakan perilaku
diharapkan pasien dapat memiliki kepatuhan yang baik dan dapat meningkatkan
derajat kesehatan pada pasien DM. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan
berbagai media. Media yang digunakan dapat berupa media audiovisual dan
reminder. Arsyad (2011) mendefinisikan bahwa media audio visual adalah jenis
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan
dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal
kontak yang teratur dan sering dengan pasien melalui telepon mampu
meningkatkan kepatuhan dan mencapai kemajuan begitu juga kadar tekanan darah
perawatan diri pada pasien dengan gagal jantung, tes HIV, kepatuhan pengobatan,
dan penggunaan kondom wanita. Selain itu media pengingat seperti sms reminder
dapat digunakan dalam meningkatkan kepatuhan pasien DM tipe 2. Hal ini seperti
penelitian Vervloet et al. (2012) yang menjelaskan bahwa pasien yang sering
diingatkan melalui sms memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi pada
penggunaan obat daripada yang tidak menerima sms (42,9% vs 18,2% p=0,041).
Sedangkan penelitian tentang Health education dengan social media reminder dan
peneliti ingin meneliti “Health education dengan social media reminder dan
Airlangga Surabaya”.
Komponen HBM:
1. Persepsi dirasakan sebagai hambatan dalam terapi
medikasi (perceived barriers)
2. Persepsi dirasakan sebagai manfaat melaksanakan
terapi medikasi (perceived benefits)
3. Persepsi dirasakan sebagai kerentanan dari penyakit
DM (perceived susceptibility)
4. Persepsi dirasakan sebagai keparahan dari penyakit
DM (perceived severity).
Ketidakpatuhan
1. Dari 356 responden 163 menyatakan patuh melaksanakan diet
(Ponzo v. et al,2017)
2. Responden pasien DM type 2 di klinik rawat jalan di
Sargodha, Pakistan mempunyai level kepatuhan pada
pengobatan yang rendah dengan nilai median 4.75 (IQR, 3–6)
(Nazir et al, 2015)
3. Data awal yang didapatkan pada pasien DM tipe 2 di poli
penyakit dalam RSUA yang menyatakan 3 dari 10 pasien DM
tipe II kurang mematuhi medikasi atau pengobatan sesuai
anjuran medis, 7 dari 10 pasien yang mengatakan tidak terlalu
membatasi diet dengan alasan sudah mengkonsumsi obat dan
makan yang tidak sesuai dengan diet pasien DM. 8 dari 10
pasien tidak mematuhi anjuran aktivitas fisik pada pasien DM.
Glukosa darah
tidak stabil
Gambar 1.1 Kajian Masalah health education dengan social media reminder dan
audiovisual terhadap kepatuhan dan glukosa darah pasien DM tipe 2
di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya.
melalui social media reminder dan audiovisual. Berdasarkan teori Health Belief
pada persepsi dan kepercayaan individu tersebut terhadap adanya gejala atau
keluhan pada dirinya karena suatu penyakit (Priyoto, 2014). Dari teori ini
responden pasien DM type 2 yaitu hanya 163 menyatakan sepenuhnya patuh dari
356 responden yang telah memiliki rencana diet. Hal ini juga didukung dengan
pada pengobatan yang rendah dengan nilai median 4.75 (IQR, 3–6)
glukosa darah yang tidak stabil dan menyebabkan kulatias hidup menjadi rendah
hal ini sesuai dengan Hasil dari studi menunjukkan bahwa kepatuhan pada pasien
DM akan berdampak pada kadar gula darah dalam batas normal (Rausch, et al
2012), dan pasien DM yang patuh memiliki kualitas hidup yang lebih baik
Universitas Airlangga?
Airlangga?
Universitas Airlangga
1.5.1 Teoritis
1.5.2 Praktis
DM tipe 2
sehingga peran rumah sakit dalam promosi kesehatan yang selama ini
dengan baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep DM
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kondisi kronis yang terjadi saat tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau
kadar glukosa dalam darah. Insulin adalah hormon yang diproduksi di pankreas;
Hal ini diperlukan untuk mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh
seseorang dengan diabetes berarti glukosa tetap bersirkulasi dalam darah. Seiring
mengancam nyawa.
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas telah
diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada
yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ lain seperti:
13
hiperglikemia pasien. Manifestasi klinis klasik dari semua jenis diabetes termasuk
tiga P yaitu poliuria, polidipsia, dan polifagia. Poliuria (peningkatan kencing) dan
polidipsia (peningkatan haus) terjadi sebagai akibat dari kelebihan cairan yang
terkait dengan diuresis osmotik. Pasien juga mengalami polifagia (nafsu makan
defisiensi insulin dan pemecahan protein dan lemak. Gejala lainnya termasuk
rasa di tangan atau kaki, kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuh, dan
infeksi berulang.
1. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan
2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas telah
diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada
yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ lain seperti:
1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik atau
(NGSP).
umur eritrosit dan gangguan fungsi ginjal maka HbA1c tidak dapat dipakai
edukasi, modifikasi diet, latihan fisik, pengobatan dan pemantauan kadar glukosa
komplikasi.
1. Edukasi
sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan
2. Modifikasi diet
pasien DM bertujuan untuk mencapai hasil kadar gula darah, kadar lipid dan
tekanan darah yang normal serta mengubah pola makan untuk mencegah
perencanaan makan dengan tepat jumlah, jenis dan jadwal makan serta dengan
pengaturan pola makan ini dapat mempertahan kadar glukosa normal dengan
oleh jenis kelamin, umur, aktivitas fisik, dan berat badan (PERKENI, 2011).
3. Latihan fisik/jasmani
apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali per minggu selama
sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit per minggu. Jeda antar latihan tidak
darah sebelum latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien
harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan
bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif
setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50- 70% denyut
jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
dokter. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
jasmani. Intensitas latihan jasmani pada penyandang DM yang relatif sehat bisa
2015).
4. Pengobatan
1) Obat hipoglikemik oral (OHO) terdiri dari sulfonylurea dan glinid (memicu
kali perhari atau pada pengguna obat pemacu sekresi insulin. Waktu pemeriksaan
terkait dengan terapi yang diberikan. Waktu yang dianjurkan adalah pada saat
sebelum makan, 2 jam setelah makan (untuk menilai ekskursi glukosa), menjelang
waktu tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia), dan di antara siklus tidur (untuk
menilai adanya hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau ketika
1. Penyulit akut
1) Krisis Hiperglikemia
dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai
tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas peningkatan
anion gap. Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH) adalah suatu keadaan dimana
terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa tanda dan
2) Hipoglikemia
2. Penyulit Menahun
1) Makroangiopati
b. Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer yang sering terjadi pada
penyandang DM. Gejala tipikal yang biasa muncul pertama kali adalah nyeri
namun sering juga tanpa disertai gejala. Ulkus iskemik pada kaki merupakan
2) Mikroangiopati
a. Retinopati diabetik
b. Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko atau
retinopati
c. Nefropati diabetik
1. Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko atau
d. Neuropati
yang berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki yang meningkatkan risiko
amputasi.
2. Gejala yang sering dirasakan berupa kaki terasa terbakar dan bergetar
Ada beberapa macam terminologi yang biasa digunakan dalam literatur untuk
persistence. Compliance adalah secara pasif mengikuti saran dan perintah dokter
untuk melakukan terapi yang sedang dilakukan (Osterberg & Blaschke dalam
Nurina, 2012). Adherence adalah sejauh mana pengambilan obat yang diresepkan
biasanya dilaporkan sebagai persentase dari dosis resep obat yang benar-benar
diambil oleh pasien selama periode yang ditentukan (Osterberg & Blaschke dalam
Nurina, 2012).
minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai
anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak
dokternya. Dikatakan lebih lanjut, bahwa tingkat kepatuhan pada seluruh populasi
medis yang kronis adalah sekitar 20% hingga 60% dan pendapat Sarafino pula
diet tidak sehat, dan tingkat aktivitas fisik yang tidak mencukupi.
Ketaatan diet sangat penting dalam perawatan diabetes tipe 2. Selain itu,
& Ben-Nakhi, 2007; Talbot & Avery, 2001 dalam Halali et al., 2016).
efektif, seperti olahraga teratur, perubahan pola makan, Tes gula darah sering dan
Pellerud, Rygg, & Steinsbekk, 2013). Intervensi gaya hidup telah ditemukan
2016)
berikut:
membantu
layanan kesehatan
a. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari pasien yang
serta paksaan dari tenaga kesehatan yang menghasilkan efek negatif pada
penderita sehingga awal mula pasien mempunyai sikap patuh bisa berubah
menjadi tidak patuh. Kesadaran diri sangat dibutuhkan dari diri pasien.
b. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga perlu
tetapi juga mempertahankan perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri dan
c. Dukungan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan sahabat dalam
mencapai kepatuhan.
a. Segi Penderita
adanya kontrol diri yang baik dari penderita akan semakin meningkatkan
yang penting dari kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri mereka sendiri
melakukannya.
biasanya didapat dari berbagai sumber seperti media cetak, elektronik atau
penyakitnya tersebut.
keadaan dirinya seperti keadaan gula dalam darahnya, berat badan, dan apapun
yang dirasakannya.
dengan pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk menanamkan kepatuhan
2. Memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan cara
berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa yang ia katakan secara umum
kesehatannya.
kesehatan dengan berfokus pada persepsi dan kepercayaan individu terhadap suatu
kognitif yang berarti bahwa khususnya proses kognitif dipengaruhi oleh informasi
dari lingkungan.
Menurut Priyoto (2004) Teori Health Belief Model (HBM) didasarkan atas tiga
faktor esensial, yaitu: 1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka
Perilaku itu sendiri. Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
dengan petugas kesehatan, serta pengalaman untuk mencoba perilaku yang serupa
(Priyoto, 2014).
Resiko pribadi atau kerentanan adalah salah satu persepsi yang lebih kuat dalam
mendorong orang untuk mengadopsi perilaku sehat. Semakin besar resiko yang
kematian,cacat dan nyeri) juga dapat berasal dari keyakinan seseorang bahwa ia
akan mendapat kesulitan akibat penyakit dan akan membuat atau berefek pada
Priyoto, 2014).
Berkaitan dengan manfaat yang akan dirasakan jika mengadopsi perilaku yang
dianjurkan, yaitu persepsi seseorang tentang nilai atau kegunaan dari suatu
cenderung mengadopsi perilaku sehat ketika mereka percaya perilaku baru akan
meliputi manfaat tidak terkait kesehatan, misal tawaran perilaku yang akan
diadopsi memberikan efek positif pada finansial pasien (Glanz et al, 2008 dalam
Priyoto, 2014).
Hal ini berhubungan dengan proses evaluasi individu sendiri atas hambatan
yang dihadapi untuk mengadopsi perilaku baru persepsi tentang hambatan yang
terjadi perubahan perilaku atau tidak. Berkaitan dengan perilaku baru yang akan
diadopsi, seseorang harus percaya bahwa manfaat dari perilaku baru lebih besar
Adalah peristiwa, orang atau hal-hal yang menggerakkan orang untuk mengubah
perilaku mereka. Dapt berasal dari informasi media massa, nasihat dari orang
sekitar, pengalaman pribadi atau keluarga, artikel dan lain-lain (Priyoto, 2014).
7. Self efficacy
Tahun 1997 bandura memperkenalkan konsep self efficacy atau harapan efficacy
yang berbeda dari harapan hasil (outcome expectation) yang harus ditambahkan
dan mencapai hasil tertentu. Perlu keyakinan tinggi agar dapat merubah gaya
perilaku saat ini yang sedang dijalani dan yakin bahwa perubahan tertentu akan
lebih.
Perceived
susceptibility to Individual
and severity of Perceived behaviors
Age disease threat
Gender
Ethnicity Perceived Cues to action
benefits
Personality
Socioeconomics
Perceived
Knowledge barriers
Perceived self
efficacy
Griffiths (1972) dalam Glanz, Rimer & Viswanath (2008) menyatakan bahwa
pendidikan kesehatan adalah upaya untuk menutup kesenjangan antara apa yang
diketahui tentang praktik kesehatan optimal dan apa yang sebenarnya dilakukan
individu, kelompok, dan populasi yang lebih besar dari perilaku yang dianggap
merugikan untuk kesehatan, terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan masa
bagi kesehatan
diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam
suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari
Apabila proses pendidikan dilihat sebagai sebuah sistem, proses belajar dalam
sasaran didik subjek belajar dengan perilaku belum sehat. Subjek belajar yang
tersebut diperlukan interaksi antara subjek belajar sebagai pusatnya dan pengajar
(petugas kesehatan), metode pengajaran, alat bantu belajar dan materi pelajaran.
maupun perangkat keras, dan subjek belajar, yaitu individu, kelompok, keluarga,
Dalam ilmu psikologi, ilmu komunikasi dan sosiologi, pengaruh media atau
efek media adalah teori tentang cara media masa dalam mempengaruhi pemikiran
dan tingkah laku pemirsanya. Media berfungsi sebagai alat bantu yang
1. Alat peraga yang rumit (complicated) seperti film, film strip, slide dan
2. Alat peraga yang sederhana seperti leaflet, model buku bergambar, benda-
benda yang nyata seperti bua-buahan dan sebagainya. Selain itu juga ada
1. Pengertian
Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh
sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan
1) Kata-kata
2) Tulisan
3) Rekaman radio
4) Film
5) Televisi
6) Pameran
7) Field trip
8) Demonstrasi
9) Sandiwara
Alat bantu ini lebih dikenal dengan AVA (Audio Visual Aids)
1.Alat peraga yang complicated (rumit) : film, slide, film strip yang
2.Alat peraga yang sederhana : yang mudah dibuat sendiri dengan bahan
setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas dan
sebagainya.
dan sebagainya
1. Petugas-petugas Puskesmas/Kesehatan
2. Kader kesehatan
4. Pamong desa
Arsyad (2011) mendefinisikan bahwa media audio visual adalah jenis media yang
penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang
dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang
a. Bersifat linear
perancang/pembuatnya
f. Umumnya berorientasi pada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang
rendah
Setiap jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran memiliki kelebihan
dan kelemahan begitu pula dengan media audio visual. Arsyad (2011)
2) Film dan vidio dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat
5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya jika dilihat secara
langsung.
6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil,
7) Film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat
1) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang
banyak.
3) Film dan vidio yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
kebutuhan sendiri.
Varinder Taprial dan Priya Kanwar (2012) menyatakan Media sosial adalah
media yang digunakan oleh individu agar menjadi sosial, atau menjadi sosial
secara daring dengan cara berbagi isi, berita, foto dan lain-lain dengan orang lain
P.N. Howard dan M.R Parks (2012) menyatakan Media sosial adalah media
yang terdiri atas tiga bagian, yaitu : Insfrastruktur informasi dan alat yang
digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan isi media, Isi media dapat
Fungsi media sosial dapat kita ketahui melalui sebuah kerangka kerja honeycomb.
media sosial menyangkut nama, usia, jenis kelamin, profesi, lokasi serta foto.
berupa teks, gambar, atau video yang dilakukan oleh para pengguna.
lainnya.
pengguna lainnya.
kooperatif dan motivasi (Rambe and Bere, 2013). Studi lainnya mengenai
bertanya dan partisipasi yang lebih banyak dari seorang siswa memungkinkan
lanjut penelitian yang meneliti tentang bagaimana persepsi guru dan siswa dalam
Instant Messaging tidak menjadi penghalang komunikasi yang luwes antara guru
Menggunakan search engine: science direct, scopus, ebsco, proquest. Setelah itu
ditemukan adalah 662 jurnal. Jurnal yang sesuai ditemukan 17 jurnal terpilih.
BAB 3
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konseptual health education dengan social media reminder dan
audiovisual terhadap kepatuhan dan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di
Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
50
menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan
dan/atau suntikan.
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
dengan berfokus pada persepsi dan kepercayaan individu tersebut terhadap adanya
gejala atau keluhan pada dirinya karena suatu penyakit. Manifestasi klinis pasien
berperilaku mencari pengobatan agar terbebas dari penyakit. Pilihan tindakan ini
suatu peristiwa, orang atau hal yang menggerakkan individu tersebut untuk
seperti kepatuhan terhadap diet, aktivitas dan pengobatan merupakan tindakan yag
seharusnya dilakukan.
tipe 2 maka dilakukan pemberian intervensi health education dengan social media
social media reminder dan audiovisual maka pasien dapat merubah perilakunya.
dapat menyebabkan glukosa darah stabil. Glukosa darah yang stabil akan
1. Ada pengaruh health education dengan social media reminder dan audiovisual
BAB 4
METODE PENELITIAN
(penelitian dan pengembangan), dengan alasan sesuai tujuan yag hendak dicapai.
a) Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subyek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe
53
b) Sampel
penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang memenui kriteria inklusi. Peneliti
Kriteria inklusi:
Kriteria eksklusi:
dengan cara acak. Penetapan besar sampel menggunakan rumus Cochran sebagai
berikut :
n = N.z2.σ2 .
d2 (N-1) + z2. σ2
n = 105.(1,96)2.1,292 .
Keterangan :
n = besar sampel minimal
N = ukuran populasi
z = harga kurva normal yang tergantung dari harga alpha
d = toleransi kesalahan yang dipilih (0,05)
σ2 = varian pengetahuan (SD = 1,29)
Besar sampel penelitian adalah sebanyak 100 orang.
Potensi dan
Masalah
Melakukan
Analisis
Deskriptif
a. Variabel Penelitian
a) Variabel Independen
b) Variabel Dependen
C) Definisi Operasional
Tabel 4.1. Definisi Operasional Penelitian Health education dengan social media
reminder dan audiovisual terhadap peningkatan kepatuhan pasien Dm tipe 2 di
Rumah Sakit Universitas Airlangga
Variabel Sub Definisi Parameter Alat Skala skor
Variabel Ukur
Penyusuna - Suatu mekanisme 1. Metode Kuisoner - -
n Health untuk membuat Health Wawancar
education media pendidikan Education a
dengan kesehatan yang baik FGD
social menggunakan 2. Isi dari Health
media Social media Education
reminder reminder dan
dan audiovisual
audiovisual
Kepatuhan Kepatuhan Tingkat ketaatan Kuesioner interv Nilai
Pasien DM terhadap pasien DM dalam sebanyak 10 al tertinggi : 10
Tipe 2 obat pasien mengkonsumsi pertanyaan yang Nilai
Dm Tipe 2 obat DM yang berisi tentang terendah: 0
direkomendasikan evaluasi
kepatuhan
terhadap
pengobatan
sesuai dengan
advis dokter.
2. Keyakinan
terhadap
manfaat
3. Keyakinan
terhadap
ancaman
4. Self Efficacy
dari Asaad (2016), yang terdiri dari 9 pertanyaan dengan tiga parameter tentang
1. Analisis Deskriptif
menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik.
variasi (simpang baku, varians, rentang dan kuartil). Salah satu pengamatan yang
fekuensi. Tabel frekuensi terdiri atas kolom-kolom yang memuat frekuensi dan
menghitung frekuensi atau jumlah dan prosentase dari aspek yang diukur. Analisis
penelitian ini telah ditentukan dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan
Tabel 4.1 Rencana penelitian Quasy Experimental One Group Pre-test Post-test
Design
Subjek Pre-test Perlakuan Post-test
KA O I OI-A
KB O - OI-B
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan:
K-A : Pasien DM Tipe II yang diberikan intervensi Health Education dengan
social media dan audiovisual
K-B : Pasien DM Tipe II yang dikontrol hanya diberi intervensi standar di
poli
O : Observasi Pengetahuan, keyakinan dan kepatuhan sebelum
diberikan Intervensi Health Education
I : Health Education dengan social media dan audiovisual
IO (A+B) : observasi pengetahuan, keyakinan dan kepatuhan setelah Intervensi
a. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subyek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe
b. Sampel
Sampel pada tahap kedua penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang
Kriteria inklusi:
Kriteria eksklusi:
minimal pada penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus berikut (Dahlan, 2013):
2
(Zα+Zβ)δ
n1 = n2 = 2
µ1 – µ2
2
(1.96 + 1.28) 0,22
n1 = n2 = 2
0,21
n = 2x11,5212
n= 23,04 = 23
Keterangan :
n1 : besar sampel kelompok eksperimen
n2 : besar sampel kelompok control
Ζα : kesalahan tipe Iα = 0,05 satu arah (1,96)
Ζβ : kesalahan tipe IIβ = 10% satu arah (1,28)
δ : standar deviasi / simpangan baku yang didapat pada penelitian
sebelumnya yang serupa sebesar 0,22 (Surucu, 2017)
µ1 – µ2 : perbedaan rerata minimal yang dianggap bermakna dari beda data
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada variabel HbA1c penelitin
sebelumnya sebesar 0,21 (Surucu, 2017)
adalah 23 orang. Dengan perkiraan drop out 10% (2 orang), maka jumlah sampel
1. Pasien tidak mengikuti penelitian sesuai waktu yang telah ditentukan peneliti
2. Pasien meninggal
Identifikasi Pasien
Simple
Random
Sampling
Sejumlah 50
Pasien
Gambar 4.2.2 Kerangka Kerja Penelitian tahap II health education dengan social
media reminder dan audiovisual terhadap kepatuhan dan kadar
glukosa darah pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Universitas Airlangga
Surabaya
a. Variabel Penelitian
a) Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah health education dengan social
b) Variabel Dependen
c) Definisi Operasional
Tabel 4.2 Definisi Operasional Penelitian Health education dengan social media
reminder dan audiovisual terhadap kepatuhan dan kadar glukosa darah
pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
obat
yang valid setelah diuji menggunakan Uji reliabilitas dengan menggunakan rumus
alpha, didapatkan nilai r hitung di atas nilai r tabel(> 0,632) dengan signifikansi
0,05.
Analisa data tahap kedua penelitian ini akan dianalisis sebagai berikut:
2. Analisis Inferensial
kepatuhan sebelum dan sesudah pemberian health education dengan social media
Peniltian ini telah lolos uji etik dari komite etik dan hukum RS UNAIR
dan kerugian yang minimal, agar tujuan penelitian tercapai. Peneliti juga
sebanding dengan manfaat yang diterima dalam hal ini pemberian pendidikan
kesehatan dan peneliti menjamin bahwa proses pengambilan data yang dilakukan
responden.
hubungan antara peneliti dan responden dapat terbina dengan baik dan penelitian
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan penelitian. Serta menjunjung
tinggi komitmen yang telah disepakati bersama dengan responden terkait dengan
5. Confidentiality
responden harus dijaga privasinya. Peneliti harus bisa menjaga kerahasiaan data
yang diperoleh dari responden dan tidak menyampaikan kepada orang lain.
Identitas responden dibuat kode, hasil pengukuran hanya peneliti dan kolektor
data yang mengetahui. Selama proses pengolahan data, analisis dan publikasi
identitas responden tidak diketahui oleh orang lain. Semua data disimpan selama
6. Justice
sesuai dengan kriteria inklusi dan semua responden diperlakukan sama, dan adil
perlakuan yang sama dan adil, begitu juga yang termasuk responden intervensi
yang sama untuk ikut atau tidak menjadi responden penelitian tanpa adanya sangsi
perlakuan.
BAB 5
Pada bab ini disajikan hasil penelitian dan analisis penelitian health education
dan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di rumah sakit Universitas Airlangga
Pada bagian hasil penelitian akan diuraikan mengenai data yang didapat saat
penelitian; 2) hasil dan analisis penelitian pada tahap 1; 3) hasil dan analisis
Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Salah satu tujuan dibangunnya RS. UNAIR
sebagai rumah sakit pendidikan adalah untuk dapat mendukung salah satu tujuan
terutama dalam bidang kesehatan. RS. UNAIR sebagai rumah sakit di dalam
melainkan seluruh bidang studi yang dapat memanfaatkan rumah sakit sebagai
71
Rumah Sakit Unair mempunyai 23 poli spesialis. Terdiri dari: Poli penyakit
dalam, Poli syaraf, Poli anak, Poli Jantung, Poli Obsgyn, Poli bedah, dan lain-lain.
Ruang rawat jalan yang digunakan untuk penelitian ini adalah ruang poli penyakit
dalam.
penyakit dalam. Rata-rata kunjungan per hari 100-130 pasien dengan 70-80% dari
total pasien menderita DM. setiap pasien yang datang akan diberikan kesempatan
waktu yang terbatas. Selain itu di Rs unair dilakukan PKRS oleh tim PKRS di
5.2 Hasil dan Analisis Penelitian Tahap 1 di Poli Penyakit Dalam Rumah
Sakit Universitas Airlangga
rumah sakit Universitas Airlangga yang terdiri dari 100 pasien. Hasil tabulasi data
Tabel 5.1 Data Demografi Responden Tahap I di Poli Penyakit Dalam Rumah
Sakit Unair Periode Bulan Februari – Maret 2018
No Karakteristik responden Parameter ∑ %
wawancara
1 Usia 31-35 3 3
36-45 6 6
46-55 35 35
56-65 56 56
Total 100 100
2 Jenis kelamin Laki-laki 47 47
dari segi usia, jenis kelamin, lama bekerja, pendidikan terakhir dan status
kepegawaian yang mana didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden (56%)
perempuan (53%), hampir seluruhnya sebanyak 93 responden (93%) lama sakit >
6 bulan, lebih dari separuh 51% pendapatan responden >UMR. Sebagian besar
Hasil evaluasi pelaksanaan Health Education di Rumah sakit Unair dari 100
Tabel 5.3 Evaluasi Pelaksanaan Health Education di Poli Penyakit Dalam Rumah
sakit Unair Periode Bulan Februari-Maret 2018
No Parameter Jawaban Jumlah %
responden
1. Metode penyuluhan yang digunakan konsultasi 100 100
dokter
2. Pelaksanaan penyuluhan baik 70 70
Cukup 20 20
Tidak baik 10 10
3. Durasi/ Waktu pemberian ditambah 100 100
dan jangan
terburu-
buru
4. Pemateri Dokter 100 100
5. Metode yang diusulkan menarik, 100 100
mudah
dipahami
Berdasarkan tabel 5.3 evaluasi pelaksanaan health education yang sudah
diterapkan di poli rawat jalan spesialis penyakit dalam Rumah sakit Unair dari
100 responden mengatakan metode penyuluhan yang digunakan selam ini adalah
Universitas Airlangga dilakukan pada 100 responden yang datang kontrol dan
berobat di Poli penyakit dalam Rumah sakit Unair. Hasil evaluasi keyakinan dan
kepatuhan menggunakan kuesioner dan diuraikan pada tabel 5.2 di bawah ini
100 responden sebagian besar (66%) berada di tingkat kepatuhan sedang dengan
mean 5.8 dan SD=2.352733. Kepatuhan diit sebagian besar (71%) berada pada
pengobatan sebagian besar (58%) berada pada kategori sedang dengan nilai mean
7.03. dan SD= 2.619488. keyakinan responden sebagian besar memiliki kategori
5.2.3 Penyusunan health education dengan social media reminder dan audio
visual di poli penyakit dalam Rumah Sakit Universitas Airlangga.
beberapa isu strategis yang akan dibahas didalam FGD. Kegiatan FGD
Kegiatan FGD dihadiri 7 orang yang terdiri atas dokter spesialis penyakit dalam,
perawat poli penyakit dalam, ahli gizi, koordinator rawat jalan, tim PKRS, ahli IT
dan kepala ruang poli yang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2018 di Ruang
Pendidikan lantai 4 Rumah Sakit Unair. Hasil dari kegiatan FGD terlihat pada
tabel 5.4
Tabel 5.4 Hasil FGD tentang Pelaksanaan Health Education Di Poli Penyakit
Dalam Rumah Sakit Universitas AIrlangga
No Isu Strategis Penyebab Hasil FGD Telaah Peneliti
1 Penyuluhan Keterbatasan waktu 1. Perlu dibuatkan media Membuat health
dari dokter yang dapat membuat education
terlalu cepat pasien mengerti terkait melibatkan
kepatuhan aktivitas,diet multidisiplin
dan pengobatan pasien ilmu
DM tipe 2
2. Media Pemanfaatan media 1. Perlu pembuatan media Membuat media
penyuluhan penyuluhan RS edukasi yang menarik audiovisual
hanya Unair yang masih sehingga pasien dapat untuk health
tulisan/leaflet belum optimal mengerti tentang education pada
saja sehingga pasien aktivitas, diet dan pasien
kurang merasa pengobatan pasien DM
tertarik dengan tipe 2
edukasi tersebut
yaitu dokter spesialis penyakit dalam, ahli gizi, perawat poli penyakit dalam
dengan berpedoman pada standar PERKENI(2015) dan hasil FGD yang telah
dilakukan dengan para ahli sesuai dengan kebutuhan pasien DM tipe 2 di poli
Hasil diskusi dengan pakar ini akan digunakan untuk membuat health
education ini digunakan untuk tahap uji coba pada penelitian tahap II.
5.3 Hasil dan Analisis Penelitian Tahap II di Poli Penyakit Dalam Rumah
Sakit Universitas Airlangga Periode Bulan April-Mei 2018
kotrol. Responden pada tahap ini adalah pasien DM Tipe II di Instalansi Rawat
≤ 35 0 0 0 0
36-45 0 0 1 4
46-55 15 60 12 48
56-65 10 40 12 48
4. Lama Menderita
> 6 bulan 24 96 23 92
< 6bulan 1 4 2 8
Total 25 100 25 100
5. Pendidikan
kelompok perlakuan dan kontrol berjenis kelamin perempuan. Umur pasien pada
kelompok perlakuan 60% berumur 46-55 tahun sedangkan pada kelompok kontrol
48% berumur 46-55 tahun. Lama menderita responden pada kelompok perlakuan
selama > 6 bulan. Pendidikan responden pada kelompok perlakuan separuh lebih
penghasilan >UMR dan pada keompok control 60% memiliki penghasilan >UMR.
perlakuan dan kelompok kontrol diukur menggunakan uji Fisher dan memiliki
nilai p>0,05 yang artinya bahwa data antara kelompok perlakuan dan kelompok
Tabel 5.7 Nilai glukosa darah dan keyakinan kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol
data dengan uji paired samples test (α 0,05) pada kelompok kontrol diperoleh
nilai p 0,007 , maka nilai p ≤0,05 yang artinya terdapat pengaruh intervensi
bahwa setelah dilakukan uji analisis dengan menggunakan uji wilcoxon (α 0,05)
diperoleh nilai p 0,000 yang artinya terdapat pengaruh health education dengan
social media reminder dan audiovisual pada nilai kadar glukosa darah.
Table 5.7 juga menunjukkan bahwa keyakinan setelah dilakukan uji analisis
data dengan uji wilcoxon (α 0,05) pada kelompok kontrol diperoleh nilai p 0,027 ,
maka nilai p ≤0,05 yang artinya terdapat pengaruh intervensi standar RS terhadap
analisis dengan menggunakan uji wilcoxon (α 0,05) diperoleh nilai p 0,000 yang
artinya terdapat pengaruh health education dengan social media reminder dan
Tabel 5.8 Variabel Kepatuhan Aktivitas Fisik ,Diit Dan Pengobatan kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol
dilakukan uji analisis data dengan uji wilcoxon (α 0,05) pada kelompok kontrol
diperoleh nilai p 0,064 , maka nilai p ≥0,05 yang artinya tidak terdapat pengaruh
menggunakan uji wilcoxon (α 0,05) diperoleh nilai p 0,000 yang artinya terdapat
pengaruh health education dengan social media reminder dan audiovisual pada
Table 5.8 juga menunjukkan bahwa kepatuhan diit setelah dilakukan uji
analisis data dengan uji wilcoxon (α 0,05) pada kelompok kontrol diperoleh nilai p
0,190 , maka nilai p ≥0,05 yang artinya tidak terdapat pengaruh intervensi standar
setelah dilakukan uji analisis dengan menggunakan uji paired sample test (α 0,05)
diperoleh nilai p 0,000 yang artinya terdapat pengaruh health education dengan
uji analisis data dengan uji wilcoxon (α 0,05) pada kelompok kontrol diperoleh
nilai p 0,004 , maka nilai p ≤0,05 yang artinya terdapat pengaruh intervensi
wilcoxon (α 0,05) diperoleh nilai p 0,000 yang artinya terdapat pengaruh health
pengobatan.
glukosa darah. Berdasarkan uji statistic regresi linier didapatkan nilai signifikansi
0.438 untuk hubungan variabel glukosa darah dan aktivitas yang berarti tidak ada
hubungan. Varibel glukosa darah dengan kepatuhan diit dengan nilai signifikansi
0.375 yng berarti tidak berhubungan. Variabel glukosa darah dan kepatuhan
pengobatan dengan nilai signifikansi 0.079 yang berarti tidak ada hubungan.
5.3.6 Sosialisasi Hasil Uji Coba Health Education Social Media Reminder dan
Audiovisual.
Sosialisasi Hasil Uji Coba Health Education Social Media Reminder dan
RS. UNAIR pukul 13.00 Kegiatan sosialisasi ini diikuti oleh kepala ruangan rawat
jalan, perawat poli spesialis penyakit dalam, dokter penyakit dalam, tim PKRS,
ahli gizi rumah sakit Unair. Berdasarkan hasil uji coba kepada 50 responden yang
didapatkan hasil ada perbedaan kepatuhan dan nilai kadar glukosa darah pada
penurunan nilai kadar glukosa darah terjadi pada kelompok Perlakuan. Hasil
evaluasi tentang health education social reminder dan Audiovisual hampir seluruh
dengan Tim PKRS Rumah Sakit Unair, dokter spesialis Penyakit Dalam, serta
perawat Poli Penyakit dalam dalam hal persiapan, undangan dan sarana prasarana.
Kegiatan yang telah dibuat, para peserta mendengarkan materi dengan baik dan
proses diskusi tanya jawab berlangsung dengan baik. Secara hasil, peserta sangat
kooperatif dan antusias dalam kegiatan sosialisasi ini dan mengikuti sosialisasi
BAB 6
PEMBAHASAN
baik tetapi perlu ditingkatkan lagi agar pasien bisa memahami informasi yang
yang mudah dimengerti dan media dalam penyuluhan dibuat semenarik mungkin,
dokter sangat singkat dan tidak menyeluruh serta metode yang digunakan kurang
individu adalah adanya partisipasi aktif dari individu. Umpan balik dapat
diperoleh secara langsung dari pemberi informasi dan juga penerima. Topik
dari pasien yang lain. Umpan balik dari penerima pesan kurang lengkap, karena
84
tetapi lebih ke masalah individu hal ini sesuai dengan pelaksanaan penyuluhan
yang selama ini diterapkan di poli penyakit dalam rumah sakit UNAIR dimana
peneriman informasi, selain itu pasien juga bisa lebih terbuka menyampaikan
manajemen DM, karena lebih bersifat konseling. Akan tetapi pada kenyataannya
metode seperti ini mempunyai banyak kelemahan saat diterapkan di poli penyakit
dalam, mengingat perbandingan jumlah pasien dan dokter yang masih kurang.
pasien tidak banyak bertanya, maka dokter tidak akan menjelaskan kembali terkait
individu, kelompok, dan populasi yang lebih besar dari perilaku yang dianggap
kini dan masa depan (Glanz, et al, 2008). Hal ini berarti bahwa setelah diberikan
subjek belajar. Dalam proses tersebut diperlukan interaksi antara subjek belajar
sebagai pusatnya dan pengajar (petugas kesehatan) dalam penelitian ini adalah
dokter spesialis penyakit dalam dan tim PKRS rumah sakit, metode pengajaran,
alat bantu belajar dan materi pelajaran. Proses pendidikan kesehatan dipengaruhi
pendidikan baik perangkat lunak maupun perangkat keras, dan subjek belajar,
yaitu individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat serta tenaga kesehatan atau
perawat.
penting akan meningkat lebih tinggi bila seseorang mempelajari lewat metode
mengingat sebesar 72% (Windiana 2012). Faktor lain yang dapat mempengaruhi
adalah pendidikan, dapat dilihat dari tingkat pendidikan pasien, sebagian besar
pasien berpendidikan SD dan SMA. Hal ini sesuai dengan penelitian Kurniawati
promosi kesehatan berupa alat bantu lihat (visual aids), alat bantu dengar (audio
aids) dan alat bantu lihat dengar (audiovisual aids). Berdasarkan penelitian oleh
Yusyaf (2011), didapatkan bahwa efektif menggunakan alat bantu lihat (visual
demam berdarah.
sehingga pasien belum bisa menangkap informasi yang diberikan dengan baik.
Hal ini sesuai dengan hasil dalam penelitian ini dimana responden mengatakan
waktunya singkat sehingga proses transfer ilmu yang dilakukan kurang begitu
maksimal. Selain itu usia juga mempengaruhi mudah tidaknya materi itu bisa
diterima oleh seorang individu. Sebagian besar usia responden pada penelitian ini
berada pada rentang 56-65 tahun, dimana pada rentang usia ini sudah terjadi
mengingat, sehingga responden membutuhkan waktu yang agak lama untuk bisa
dan memahami informasi yang diberikan. Selain itu selama ini pendidikan
menerima, mengingat dan mengikuti apa yang sudah disampaikan oleh dokter
didapatkan hasil bahwa sebagian besar keyakinan pasien berada pada tingkat
tingkat sedang.
perilaku seseorang dan pola kebutuhan klien (Souza, 2013). Keyakinan yang
tinggi mendorong pembentukan pola pikir untuk mencapai suatu tujuan tertentu
dan akan memunculkan hasil yang nyata, namun hal ini harus didukung dengan
tujuan yang jelas (Ayele, 2012). Perlu keyakinan tinggi agar dapat merubah gaya
perubahan perilaku berhasil, individu harus merasa terancam oleh faktor perilaku
saat ini yang sedang dijalani dan yakin bahwa perubahan tertentu akan lebih baik.
pada perilaku yang lebih spesifik yaitu self efficacy. Kepercayaan pasien yang
resiko atau bahaya yang bisa terjadi dengan penyakitnya. Sehingga hal ini yang
tindakan dalam hal ini manajemen perawatan DM, sehingga tingkat kepatuhan
rendah. Tindakan yang didasari oleh kepercayaan akan bertahan lebih lama dari
Penelitian Santi, dkk (2014) yang menjelaskan ada hubungan antara efikasi
diri baik memiliki peluang 8,9 kali patuh dibanding yang mempunyai efikasi diri
mencapai efek atau dampak yang dihasilkan dari perilakunya. Melalui efikasi diri
yang baik, pasien DM yakin dapat melakukan perilaku kepatuhan diit, kepatuhan
cara. Cara pertama adalah dengan penguasaan (mastery experiences). Efikasi diri
yang baik akan terbangun jika pasien DM terus menerus melakukan perilaku diet
DM hingga kepatuhan terwujud dan efikasi diri meningkat. Cara kedua dalam
berpendapat jika seorang melihat orang lain yang mirip dirinya mampu
menjalankan suatu tugas dengan baik, maka orang tersebut dapat belajar untuk
yakin bahwa dirinya sendiri juga akan berhasil. Dalam penelitian ini responden
belum melakukan cara model sosial ini. Hal tersebut terlihat dari belum ada
juga didukung dengan belum aktif dan berjalannya komunitas PERSADIA Rumah
Sakit Unair. Kelebihan ikut dalam komunitas tersebut adalah perkumpulan pasien
DM dapat membangun rasa mampu dan keyakinan diri bahwa semua pasien DM
mampu menjalankan tata laksana diet DM dengan baik. Usaha ketiga dalam
yang dipersuasi bahwa dirinya mampu menjalankan diet DM akan memiliki usaha
lebih keras dibanding yang ragu dan tidak mendapatkan ajakan untuk terus
berperilaku sehat.
keyakinan atau dua penilaian kesehatan (Glanz dkk, 2008), yaitu ancaman yang
dirasakan dari sakit atau luka, serta keuntungan dan kerugian (benefits and cost).
mengenai penyakitnya, pada aspek emosional dan kognitif. Aspek tersebut yang
pasien terhadap regimen terapi yag diberikan. Responden yang tidak mampu
mengendalikan stres akan memiliki penilaian yang buruk tentang kepatuhan yang
harus dijalani dalam manajemen perawatan pasien DM tipe II. Hal ini sesuai
aturan itu menjadi sebuah siksaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bandura
yang menyatakan bahwa Problem focus coping (PFC) menjadi strategi koping
aktivitas dan pengobatan bukan lagi suatu ancaman, dan cenderung menjalankan
diet, aktivitas dan pengobatan secara patuh. Perlu keyakinan tinggi agar dapat
demikian agar perubahan perilaku berhasil, individu harus merasa terancam oleh
faktor perilaku saat ini yang sedang dijalani dan yakin bahwa perubahan tertentu
akan lebih.
untuk pasien DM tipe 2 dilakukan dengan cara menemukan isu strategis untuk
dilakukan sebuah FGD dengan pakar di rumah sakit yang terdiri dari berbagai
disiplin ilmu. Isu strategis ini didapatkan dari wawancara dengan pasien tentang
pendidikan kesehatan yang diberikan selama ini dan data kuisoner pasien tentang
FGD adalah suatu metode riset yang oleh Irwanto (1988:1) didefinisikan
tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok”. Penelitian Brown, dkk
PVC.
DM tipe 2 di rumah sakit UNAIR dengan menggunakan media yang menarik dan
sebagai pengingat pasien dalam melakukan tata laksana diit,aktivitas fisik dan
audiovisual dan social media reminder yang melibatkan peran serta dari berbagai
6.4 Pengaruh health education dengan social media reminder dan audiovisual
terhadap keyakinan, kepatuhan dan kadar glukosa darah pasien DM
tipe 2 di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
Terdapat 7 responden yang memiliki self efficacy yang tidak baik menjadi baik
yakin dapat merubah pola makan aktivitas fisik dan mematuhi pengobatan agar
glukosa darah menjadi normal dan merasa tidak yakin mengatasi segala hambatan
intervensi berupa health education dengan audiovisual dan social media reminder
pasien merasa yakin dapat mengatasi segala hambatan dan merasa yakin dapat
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti tetapi kuga mau dan bisa
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa dengan health education dan akses
media social mempengaruhi peningkatan sikap pada remaja putrid menjadi lebih
baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Walgito (2003) menjelaskan beberapa
mempunyai self-efficacy yang kuat. Hal inilah yang akan menyebabkan seseorang
untuk menetapkan tujuan dan berpegang teguh pada tujuannya. Sebaliknya, bila
seseorang yang memiliki self-efficacy yang lemah maka lemah pula tujuannya,
kesehatannya seperti diet, kontrol glukosa, dan perawatan DM. Dijelaskan juga
oleh Bastable S.B (2000) bahwa mewujudkan sikap menjadi perbuatan yang nyata
adanya referensi) dan faktor pendorong terwujud dalam bentu dukungan keluarga,
dengan audiovisual dan social media reminder. Terdapat 7 pasien yang makan
tepat waktu sesuai waktu yang dianjurkan dalam pendidikan kesehatan yang
diberikan dalam seminggu terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa responden dapat
Hal ini sejalan dengan penelitian herlena dan widiyaningsih (2013) yang
responden meningkat.
perilaku sehingga tercapai kualitas hidup yang lebih baik. Dengan adanya
perubahan perilaku yang dilakukan oleh pasien secara terus menerus dapat
2009). Hasil penelitian ini didukung oleh Hokkam (2009), bahwa pendidikan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Desalu (2011), bahwa
pengetahuan yang baik memiliki praktik perawatan kaki yang baik. Klien
perawatan kaki yang baik dibandingkan dengan klien diabetes mellitus tipe II
perawatan yang baik pula dimana kebiasaan terbentuk oleh pengetahuan yang
yang awalnya sering lupa pada jadwal meminum obat anti diabetes menjadi ingat
dan lebih patuh terhadap jadwal pemberian obat diabetes di rumah. Hasil ini
selaras dengan penelitian vervloet, dkk (2012) bahwa sms reminder memiliki
pasien dengan gagal jantung, tes HIV, kepatuhan pengobatan, dan penggunaan
kondom wanita.
makan. Hanya 1 responden mengalami glukosa darah yang tetap sebelum dan
audiovisual
tersebut adalah merubah pengetahuan dan sikap pasien Diabetes mellitus. Salah
media audiovisual. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sri Anani (2012) yang menjelaskan bahwa perilaku pengendalian
diabetes mellitus yang baik dapat mengontrol kadar gula darah dalam batas
normal. Demikian pula dengan beberapa studi yang menunjukkan bahwa kesulitan
oleh tenaga kesehatan secara berulang. Selain itu dengan adanya reminder yang
dilakukan peneliti setiap hari akan membentuk suatu pola yang terbiasa dilakukan
komunikasi dari tenaga kesehatan dan kejelasan informasi tentang penyakit dan
pengobatan dengan kadar glukosa darah didapatkan hasil yang tidak signifikan, ini
berarti tidak ada hubungan antara kepatuhan aktivitas fisik, kepatuhan diit
kepatuhan pengobatan dengan kadar glukosa darah. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ernaeni (2005) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kepatuhan diet dengan kadar gula
darah. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden yang tidak patuh
karena kesulitan mereka mengukur porsi secara tepat dan menyesuaikan dengan
jadwal yang telah dianjurkan, sehingga diet seringkali diabaikan. Menurut Catur
(2013) ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar gula
darah selain kepatuhan terapi diet yaitu kepatuhan minum obat, asupan lemak,
pengetahuan dan dukungan keluarga. Dasar terapi diet pada diabetes melitus
adalah memberikan kalori yang cukup dan komposisi yang memadai, dengan
memperhatikan 3J, yaitu jumlah makanan, jadwal makanan, dan jenis makanan.
Jumlah makanan harus disesuaikan dengan jumlah kalori yang dibutuhkan setiap
(obesitas, kurus, atau ideal), tinggi badan, jenis kelamin, usia, dan faktor penentu
kebutuhan kalori per hari. Jadwal makan umumnya dibagi menjadi 3 porsi besar.
(Harding, 2003).
gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan. Faktor yang
merupakan faktor utama yang ada didalam diri individu yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, persepsi, kepercayaan dan keyakinan, nilai nilai serta sikap.
antara pemberi dan penerima informasi serta kualitas dari interaksi tersebut.
(Andi, Susilowati et al, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar gula darah
ini tidak hanya dari kepatuhan terapi diet tetapi dapat dipengaruhi juga dari faktor
lainnya yang termasuk dalam faktor perancu, yaitu faktor usia, jenis kelamin,
obesitas, hipertensi, merokok, dan lama menderita DM. (ADA, 2005). Hasil
terdiagnosis, maka pasien tersebut akan semakin menurun tingkat kepatuhan, hal
ini didukung dengan sebagian besar responden dalam penelitian ini mengalami
Hasil penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah hasil
penelitian Qadrianty, dkk. (2014) yang melaporkan bahwa sekitar 80% responden
dengan kepatuhan minum OHO kategori sedang-tinggi, memiliki kadar GDP tidak
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik
dengan kadar GDP. Hasil penelitian ini juga relevan dengan hasil penelitian Suci
Qadrianty, dkk. (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
tingkat aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah puasa pada penderita Diabetes
mellitus tipe 2.
1. Beberapa pasien tidak datang pada saat kegiatan penyuluhan karena kesibukan
Audiovisual.
2. Terdapat beberapa faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh peneliti seperti
tinggi badan, berat badan, obesitas, stres, merokok dimana faktor tersebut dapat
BAB 7
7.1 Kesimpulan
baik akan tetapi waktunya sangat terbatas sehingga pasien kurang memahami
aktivitas fisik, kepatuhan diit dan kepatuhan pengobatan dari responden tahap
pemberi asuhan mulai dari Dokter spesialis penyakt dalam, ahli gizi, perawat
poli penyakit dalam dengan berpedoman pada standar PERKENI dan hasil
FGD yang telah dilakukan dengan para ahli sesuai dengan kebutuhan pasien
glukosa darah didapatkan hasil yang tidak signifikan, ini berarti tidak ada
100
7.2 Saran
1. Bagi rumah sakit perlu diterapkan pendidikan kesehatan yang lebih menarik
melalui media audiovisual dan social media reminder sehingga pasien dapat
2. Bagi perawat agar dapat menerapkan model pendidikan kesehatan yang dapat
3. Bagi peneliti diharapkan dapat mengukur tingkat stres, berat badan dan tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Abu Abed, M., Himmel, W., Vormfelde, S., Koschack, J., (2014) „Video-assisted
patient education to modify behavior: A systematic review‟, Patient
Education and Counseling. Elsevier Ireland Ltd, 97(1), pp. 16–22. doi:
10.1016/j.pec.2014.06.015.
Andi, Susilowati, et. al, 2007, Faktor Risiko Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar, Makasar. (Skripsi)
Ariani, Y., (2011).Hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pasien DM tipe 2
dalam konteks asuha keperawatan di RSUP H.Adam malik. Medan. Tesis
tidak dipublikasikan.
Assad G., Sadegian, M , Lau R. , Xu Y., Contreras D.C , Bell R.C , Chan, C.B.
(2015). The Reliability and Validity of the Perceived Dietary Adherence
Questionnaire for People with Type 2 Diabetes. Nutrients 2015, 7: 5484-
5496; doi:10.3390/nu7075231
Ayele, K., Tesfa, b., Abebe, L. (2012). Self Care Behavior Among Patients With
Diabetes In Harari, Eastern Ethiopia: The Health Belive Model Perspective.
Plos One. 7 (4), 1-6 April, 2012. doi:10.1371/journal.pone.0035515
Bandura A. 2006. Self efficacy. New York: Stanford. University
Brown, T., Goldman, S.N., Persell, S.D., Lee, J.Y., Doan, C.T., Stephens, Q.,
Baker, D.W., Cameron K.A. (2017) „Development and evaluation of a patient
education video promoting pneumococcal vaccination‟, Patient Education and
Counseling. Elsevier Ireland Ltd, 100(5), pp. 1024–1027. doi:
10.1016/j.pec.2016.12.025.
D‟Eramo Melkus, G., Chyun, D., Vorderstrass., A., Newlin, K., Jefferson, V.,
Langerman, S. (2010) „The Effect of a Diabetes Education, Coping Skills
Training, and Care Intervention on Physiological and Psychosocial Outcomes
in Black Women With Type 2 Diabetes‟, Biological Research For Nursing,
12(1), pp. 7–19. doi: 10.1177/1099800410369825.
Doering, A., Lewis, C., Veletsianos, G., Besel, K.N (2008) „Preservice teachers‟
perceptions of instant messaging in two educational contexts‟, Journal of
Computing in Teacher Education, 25(1), pp. 5–12.
Gomes-Villas Boas LC, (2014) " Adherence to treatment for diabetes mellitus:
"
validation of instruments for oral antidiabetics and insulin Original Article.
Rev. Latino-Am. Enfermagem 2014 Jan.-Feb.;22(1):11-8.
Glanz, K., Rimer, B. K. and Viswanath, K. (2008) Health and Health, Health
Behavior and Health Education: Theory Research & Practice. San
Fransisco:Jossey-Bass A Wiley Imprint
Halali, F., Mahdavi, R., Mobasseri, M., Jafarabadi, M.A., Avval, S.K. (2016)
„Perceived barriers to recommended dietary adherence in patients with type 2
diabetes in Iran‟, Eating Behaviors. Elsevier Ltd, 21, pp. 205–210. doi:
10.1016/j.eatbeh.2016.03.001.
Harding, Anne Helen et al., 2003, Dietary Fat and The Risk of Clinic Type 2
Diabetes, American Journal Of Epidemiology, Vol. 159, American
Hokkam, EN. (2009). Assesment of risk factors in diabetic foot ulceration and
their impact on the outcome of the disease. Primary care Diabetes 3. pp:219-
224
Ingersoll, K. S., Carnahan, L.F., Filipic, J.C., Heckman, C.J., Ceperich, S.D.,
Hettema, J., Nissen, M.Z. (2011) „A pilot randomized clinical trial of two
medication adherence and drug use interventions for HIV+ crack cocaine
users‟, Drug and Alcohol Dependence. Elsevier Ireland Ltd, 116(1–3), pp.
177–187. doi: 10.1016/j.drugalcdep.2010.12.016.
Klasnja, P. and Pratt, W. (2012) „Healthcare in the pocket: Mapping the space of
mobile-phone health interventions‟, Journal of Biomedical Informatics.
Elsevier Inc., 45(1), pp. 184–198. doi: 10.1016/j.jbi.2011.08.017.
Kozier B., Erb G., Berman A., dan Synder SJ. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan : konsep,proses dan praktek. Jakarta:EGC
Lapane, K. L. Goldman, R.E., Quilliam, B.J., Hume, A.L., Eaton, C.B. (2012)
„Tailored DVDs: A novel strategy for educating racially and ethnically diverse
older adults about their medicines‟, International Journal of Medical
Informatics. Elsevier Ireland Ltd, 81(12), pp. 852–860. doi:
10.1016/j.ijmedinf.2012.09.007.
Laili, RN, (2012) Edukasi Dengan Pendekatan Prinsip Diabetes Self Management
Education (Dsme) Meningkatkan Perilaku Kepatuhan Diet Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga.
Marini, B. L. Funk, K., Kraft, M.D., Fong, J.M., Naanos, R., Stout, S.M., Wagner,
D. (2014) „The effects of an informational video on patient knowledge,
satisfaction and compliance with venous thromboembolism prophylaxis: A
pilot study‟, Patient Education and Counseling. Elsevier Ireland Ltd, 96(2),
Nes, A. A. G., Dulmen, S.V., Eide, E., Finset, A., Kristjansdottir, O.B., Steen,
I.S., Eide, H. (2012) „The development and feasibility of a web-based
intervention with diaries and situational feedback via smartphone to support
self-management in patients with diabetes type 2‟, Diabetes Research and
Clinical Practice, 97(3), pp. 385–393. doi: 10.1016/j.diabres.2012.04.019.
Nourse, S. E., Olson, I., Popat, R.A., Stauffer, K.J., Vu, C.N., Berry, S.,
Kazmucha, J., Agareva, O., Couch, S.C., Urbina, E.M., Tierney, E.S.S. (2015)
„Live Video Diet and Exercise Intervention in Overweight and Obese Youth:
Adherence and Cardiovascular Health‟, Journal of Pediatrics. Elsevier Inc,
167(3), p. 533–539.e1. doi: 10.1016/j.jpeds.2015.06.015.
Patrick, K., Griswold, W.G., Raab,F., Intille, S.S. (2008) „Health and the Mobile
Phone‟, American Journal of Preventive Medicine, 35(2), pp. 177–181. doi:
10.1016/j.amepre.2008.05.001.
Ponzo, V., Rosato, R., Tarsia, E., Goitre, I., Michieli, F.D., Fadda, M., Monge, T.,
Pezzana, A., Broglio, F., Bo, S. (2017) „Nutrition , Metabolism &
Cardiovascular Diseases Self-reported adherence to diet and preferences
towards type of meal plan in patient with type 2 diabetes mellitus . A cross-
sectional study‟, 39, pp. 642–650. doi: 10.1016/j.numecd.2017.05.007.
Priyoto (2014) teori dan sikap perilaku dalam kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Raj, G. D., Hashemi,Z., Contreras, D.C.S., Babwick, S., Maxwell, D., Bell, R.C.,
Chan, C.B. (2017) „Adherence to Diabetes Dietary Guidelines Assessed
Using a Validated Questionnaire Predicts Glucose Control in Individuals with
Type 2 Diabetes‟, Canadian Journal of Diabetes. Elsevier Inc., pp. 1–10. doi:
10.1016/j.jcjd.2017.04.006.
Smalls, B. L., Walker, R.J., Tejada, M.A.H., Campbell, J.A., Davis, K.S., Egede,
L.E. (2012) „Associations between coping, diabetes knowledge, medication
adherence and self-care behaviors in adults with type 2 diabetes‟, General
Hospital Psychiatry. Elsevier Inc., 34(4), pp. 385–389. doi:
10.1016/j.genhosppsych.2012.03.018.
Smeltzer, S. C., Bare G.B., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. (2010) Brunner &
Suddarth‟s textbook of medical-surgical nursing 12 th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Song, M.-S. and Kim, H.-S. (2009) „Intensive management program to improve
glycosylated hemoglobin levels and adherence to diet in patients with type 2
diabetes‟, Applied Nursing Research. Elsevier Inc., 22(1), pp. 42–47. doi:
10.1016/j.apnr.2007.05.004.
Souza, D., Borges F.R., Juliano Y., Veiga D.F., Ferreira L.M. (2013). Quality Of
Life and Self-Esteem of Patients With Chronic Ulcers. Retrieved Juni 02,
2015. From Acta Paul Enferm journal 26(3):283.
doi:dx.doi.org/10.1590/S0103-21002013000300013
Thomas, J. J., Moring, J.C., Harvey, T., Hobbs, T., Lindt, A.(2016) „Risk of type
2 diabetes : health care provider perceptions of prevention adherence‟, Applied
Ur, S., Hassali, M.A., Saleem, F., Bashir, S., Aljadhey, H. (2015) „Disease related
knowledge , medication adherence and glycaemic control among patients with
type 2 diabetes mellitus in Pakistan‟, Primary Care Diabetes. Primary Care
Diabetes Europe, 10(2), pp. 136–141. doi: 10.1016/j.pcd.2015.09.004.
Vervloet, M., Dijk, L.V., Reestman, J.S., Vlijmen, B.V., Wingerden, P.V., Bouvy,
M.L., Bakker, D.H. (2012) „SMS reminders improve adherence to oral
medication in type 2 diabetes patients who are real time electronically
monitored‟, International Journal of Medical Informatics. Elsevier Ireland
Ltd, 81(9), pp. 594–604. doi: 10.1016/j.ijmedinf.2012.05.005.
Vyas, C., Dalal, L., Talaviya, P., Saboo, B. (2017) „Multiple Educational
Programs Improves Glycemic Control, Quality Of Life with Diminishing the
Impact of Diabetes in Poorly Controlled Type 1 Diabetics‟, Diabetes &
Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews. Diabetes India. doi:
10.1016/j.dsx.2017.04.011.
Walgito, B. 2003. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Andi
Lampiran 1
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
Lampiran 3
Surat Keterangan Lolos Kaji Etik
Lampiran 4
Izin Penggunaan Kuisoner PDAQ (Perceived Dietary Adherence
Questionnaire)
Lampiran 5
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN TAHAP I
BAGI RESPONDEN PENELITIAN
1. Judul Penelitian
Health education dengan social media reminder dan audiovisual terhadap
kepatuhan dan kadar glukosa darah pasien dm tipe 2 di Rumah Sakit Universitas
Airlangga Surabaya
2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Menyusun health education dengan social media reminder dan audiovisual
terhadap kepatuhan dan glukosa darah pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya
b. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi health education pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit
Universitas Airlangga
b) Mengidentifikasi keyakinan, kepatuhan diet, aktivitas dan pengobatan
pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Universitas Airlangga
3. Manfaat Penelitian Bagi Subyek Penelitian
Penelitian ini akan membantu pasien dalam meningkatkan kepatuhan dalam
diet, aktivitas dan pengobatan
4. Perlakuan Terhadap Subyek Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan kuisoner. Subyek penelitian akan diberikan
lembar evaluasi health education di rumah sakit unair, kuisoner keyakinan dan
kepatuhan untuk mengetahui health education yang dilakukan di RS Unair,
keyakinan dan kepatuhan pasien DM tipe II
5. Masalah Etik Yang Mungkin Akan Dihadapi Subyek Penelitian
Penelitian ini tidak mengganggu aktivitas di rumah sakit dalam memberikan
pelayanan kesehatan karena pengisian kuesioner hanya membutuhkan waktu ±
10 menit dan intervensi ini dilakukan diluar agenda rumah sakit. Selain itu,
penelitian ini tidak menimbulkan kerugian ekonomi, fisik, dll serta tidak
bertentangan dengan nilai, norma, adat istiadat, dan hukum yang berlaku.
6. Bahaya potensial
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan subyek dalam
penelitian ini.
7. Kesukarelaan Subyek Penelitian
Keikutsertaan responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden
berhak untuk tidak mengikuti penelitian ini. Apabila responden tidak bersedia
dijadikan responden, maka peneliti akan mencari responden lainnya yang
bersedia.
8. Jaminan Kerahasiaan Data
Dalam penelitian ini, semua data dan informasi identitas subyek penelitian
dijaga kerahasiaannya yaitu dengan tidak mencantumkan identitas subyek
penelitian secara jelas dan pada laporan penelitian nama subyek penelitian
dibuat kode.
9. Insentif Dan Ganti Rugi
Seluruh subyek penelitian tidak mendapatkan insentif berupa uang atau lainnya
tetapi akan mendapatkan souvenir. Selain itu, peneliti tidak memberikan ganti
rugi berupa uang atau lainnya dan tidak memberikan jaminan asuransi kepada
seluruh subyek penelitian.
10. Informasi Tambahan
Subyek penelitian bisa menanyakan semua hal yang berkaitan dengan
penelitian ini dengan menghubungi penelliti:
Zaenal Abidin (mahasiswa Magister FKp UNAIR)
Telp : 085649399777 Facebook : Zaenal Abidin
Email : [email protected] WhatsApp :
085649399777
Surabaya, 2018
Yang mendapatkan penjelasan Yang memberi penjelasan
Responden, Peneliti,
Lampiran 6
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN TAHAP II
BAGI RESPONDEN PENELITIAN
1. Judul Penelitian
Health education dengan social media reminder dan audiovisual terhadap
kepatuhan dan kadar glukosa darah pasien dm tipe 2 di Rumah Sakit Universitas
Airlangga Surabaya
2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Menyusun health education dengan social media reminder dan audiovisual
terhadap kepatuhan dan glukosa darah pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi nilai kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit
Universitas Airlangga
2. Menganalisis hubungan keyakinan dan kepatuhan
3. Menganalisis perbedaan kepatuhan dan kadar glukosa darah antara kelompok
setelah diberikan health education dengan social media reminder dan
audiovisual
4. Menganalisis kepatuhan dan nilai kadar glukosa darah sebelum dan sesudah
pemberian health education dengan social media reminder dan audiovisual
3. Manfaat Penelitian Bagi Subyek Penelitian
Penelitian ini akan membantu pasien dalam meningkatkan kepatuhan dalam
diet, aktivitas dan pengobatan
4. Perlakuan Terhadap Subyek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental, sehingga subyek diberi
perlakuan berupa health education dengan social media reminder dan audiovisual
yang meliputi Audio visual health education yang berisi tentang terapi pasien DM
tipe 2 meliputi, diet, obat dan aktivitas fisik diberikan selama 4 kali dalam sebulan
waktu ±30 menit tiap satu kali perlakuan. Social media reminder berisi tentang
mengingatkan pasien dalam menjalani terapi. Dilakukan sehari 3 kali waktu
Lampiran 7
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN TAHAP II
BAGI RESPONDEN KELOMPOK KONTROL
1. Judul Penelitian
Health education dengan social media reminder dan audiovisual terhadap
kepatuhan dan kadar glukosa darah pasien dm tipe 2 di Rumah Sakit Universitas
Airlangga Surabaya
2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Menyusun health education dengan social media reminder dan audiovisual
terhadap kepatuhan dan glukosa darah pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi nilai kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit
Universitas Airlangga
2. Menganalisis hubungan keyakinan dan kepatuhan
3. Menganalisis perbedaan kepatuhan dan kadar glukosa darah antara kelompok
setelah diberikan health education dengan social media reminder dan
audiovisual
4. Menganalisis kepatuhan dan nilai kadar glukosa darah sebelum dan sesudah
pemberian health education dengan social media reminder dan audiovisual
3. Manfaat Penelitian Bagi Subyek Penelitian
Penelitian ini akan membantu pasien dalam meningkatkan kepatuhan dalam diet,
aktivitas dan pengobatan
4. Perlakuan Terhadap Subyek Penelitian
Perlakuan pada kelompok kontrol berupa pengukuran kadar gula darah dan
pengisiaan kuesioner. Pada pre-test dan post-test peserta kelompok perlakuan
akan diukur kadar gula darah dengan menggunakan stick yang diukur pada pagi
hari 2 jam setelah makan, sampel darah yang diperlukan sangat sedikit ± 1cc,
mengisi kuesioner pengetahuan, keyakinan dan kepatuhan (diit,aktivitas dan
pengobatan) Pengisian kuesioner diberikan waktu ± 20 menit. Intervensi pada
kelompok kontrol berupa diskusi diskusi antara peneliti, dokter dan para
responden kelompok kontrol mengenai dampak positif jika mematuhi
………………………………
Zaenal Abidin
NIM.131614153035
Lampiran 8
DISCUSSION) TAHAP I
1. Judul Penelitian
Health education dengan social media reminder dan audiovisual terhadap
kepatuhan dan kadar glukosa darah pasien dm tipe 2 di Rumah Sakit Universitas
Airlangga Surabaya
2. Tujuan Penelitian
Menyusun health education dengan social media reminder dan audiovisual
yang didapatkan dari hasil data keyakinan dan kepatuhan dari pasien DM tipe 2
melalui diskusi pakar di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
3. Manfaat Penelitian
Responden (peserta FGD) yang terlibat dalam penelitian ini sebagai pihak dari
berbagai multisiplin ilmu yang berperan dalam pemberian pelayanan dan
pengambilan keputusan dalam pemberian health education pada pasien DM tipe
2 di RS Unair. FGD ini akan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang
dijadikan bahan dalam penyusunan health education dengan social media
reminder dan audiovisual.
4. Perlakuan yang diterapkan pada responden
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri akan diminta mengikuti kegiatan diskusi dengan tujuan untuk
mengeksplorasi hasil kuisoner keyakinan dan kepatuhan pasien DM tipe 2 dan
evaluasi health education yang selama ini dilakukan di RS Unair. Hasil dari FGD
ini nanti akan diperoleh kesepakatan bersama antara peneliti dan patisipan dalam
bentuk health education dengan social media reminder dan audiovisual. Kegiatan
ini akan berlangsung 60 menit.
5. Bahaya potensial
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri tidak diberikan intervensi apapun melainkan hanya diskusi.
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan subyek dalam
penelitian ini.
Lampiran 9
PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TAHAP 1
Hari/ Tanggal :
Waktu : 10.00 – 12.00
Tempat : Irja RS. Unair
Jumlah Peserta : orang
Lampiran 10
Lampiran 11
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai Penelitian yang
berjudul “Health education dengan social media reminder dan audiovisual
terhadap kepatuhan dan kadar glukosa darah pasien dm tipe 2 di Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya” yang meliputi:
1. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek
2. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
3. Bahaya yang akan timbul
4. Prosedur Penelitian
dan mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya bersedia/tidak
bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan penuh
kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.
Surabaya, 2018
Peneliti,
Responden,
Zaenal Abidin
NIM.131614153035
*) Coret salah satu
Lampiran 12
KUESIONER PENELITIAN HEALTH EDUCATION DENGAN SOCIAL
MEDIA REMINDER DAN AUDIOVISUAL TERHADAP KEPATUHAN DAN
KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DM TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
1. DATA DEMOGRAFI
Berilah tanda silang (X) pada kotak dan isian yang telah disediakan.
Nomor responden : ....................... Tanggal Pengisisan :................
1. Usia; ................. tahun 6. Lama Menderita DM
Perguruan Tinggi
< UMR
> UMR
Lampiran 13
Lembar evaluasi health education di RS Universitas Airlangga
1. Metode apa yang digunakan untuk pendidikan kesehatan selama ini?
2. Bagaimana Metode health education apa yang digunakan oleh RS Universitas
Airlangga untuk meningkatkan kepatuhan pasien DM tipe 2 selama ini?
a. Sangat tidak baik
b. Tidak baik
c. Cukup baik
d. Baik
e. Sangat baik
3. Bagaimana durasi pemberian pendidikan kesehatan yang selama ini dilakukan
di rumah sakit universitas airlangga?
4. Menurut anda metode health education apa yang cocok digunakan untuk
meningkatkan kepatuhan pasien DM tipe 2?
Lampiran 14
Kuisoner Kepatuhan Aktivitas Fisik
Petunjuk: Jawablah dengan jujur sesuai dengan yang bapak/ibu laksanakan
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda rutin berolahraga setiap minggu? a. Ya
b.Tidak
2 Apakah anda melakukan olah raga seperti jalan atau bersepeda a.Ya
santai atau jogging atau berenang dalam seminggu? b.Tidak
3 Apakah anda melakukan oah raga 3-5 kali dalam seminggu? a. Ya
b. Tidak
4 Apakah anda setiap melakukan olah raga menghabiskan waktu a. Ya
30-45 menit? b. Tidak
5 Setelah selesai makan, saya terbiasa langsung tidur a. Ya
b. Tidak
6 Setiap keluar rumah, saya selalu menggunakan alas kaki a. Ya
(Sandal,sapatu) b. Tidak
7 Saya membawa permen atau jelly di setiap kegiatan saya a. Ya
b. Tidak
8 Saya lebih memilih berjalan kaki ketika saya pergi ketempat a. Ya
yang dekat dari rumah (Pasar, rumah teman, tempat b. Tidak
peribadatan)
9 Ketika saya mempunyai waktu luang, saya gunakan untuk a. Ya
menonton TV dirumah dari pada berolah raga b. Tidak
10 Saya lebih suka menggunakan tangga dari pada lift karena saya a. Ya
anggap berolah raga b. Tidak
11 Saat berolahraga saya memulai dengan gerakan lambat lalu a. Ya
saya tingkatkan kecepatannya. b. Tidak
Lampiran 15
2 Berapa kali anda makan utama lebih dari 3 kali per hari dalam 0 1 2 3 4 5 6 7
seminggu terakhir?
Lampiran 16
Kuisoner Kepatuhan Pengobatan
No Pertanyaan Ya Tidak
Lampiran 17
Kuisoner keyakinan pasien Diabetes type II berdasar HBM
No Pertanyaan Ya Tidak
Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)
Menurut bapak/ibu, apakah dengan penambahan berat badan dapat
1 meningkatkan glukosa darah anda?
2 Apakah anda segera pergi ke fasilitas kesehatan terdekat jika glukosa
darah anda meningkat atau menurun?
Lampiran 18
SATUAN ACARA KEGIATAN
Hari/tgl :
Waktu :
kadar gula darah akan terkontrol dan akan terhindar dari komplikasi.
3. Materi
dijalankan dengan baik maka kadar gula darah akan terkontrol dan akan
4. Metode
Pemutaran Audio visual Health Education
5. Media
TV,DVD player, sound system
6. Pengorganisasian
Penyaji : Zaenal Abidin
7. Pelaksanaan
8. Evaluasi
1) Kriteria struktur
2) Kriteria Proses
3) Kriteria Hasil