Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Darah
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, yang mana volume darah
manusia sekitar 7% - 10% dari berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.
Keadaan jumlah darah pada tiap orang berbeda, tergantung dari usia, pekerjaan, dan
Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada pada pembuluh darah sehingga
1. Plasma darah, merupakan bagian cair yang sebagian besar terdiri dari air, elektrolit
2. Korpuskuli darah (butir-butir darah), yang terdiri dari eritrosit, leukosit dan
Darah kapiler adalah darah yang diperoleh dari tusukan kulit/kapiler. Sistem
difusi pada sirkulasi darah diperankan oleh pembuluh darah kapiler yang bertanggung
jawab untuk perpindahan zat nutrisi, oksigen, horman dari dalam pembuluh darah
menuju ruangan jaringan untuk selanjutnya sampai ke sel-sel yang membutuhkan dan
http://repository.unimus.ac.id
8
mengangkat sisa metabolism dari ruang jaringan menuju ke dalam pembuluh darah
pertama terlebih dahulu dihapus dengan kapas kering agar darah yang mengandung
sisa alkohol dan cairan jaringan diserap dan tidak boleh digunakan untuk
menyebabkan terjadinya hasil kadar glukosa darah rendah dari semestinya karena
Nicholas, 2009).
http://repository.unimus.ac.id
9
2.2. Glukosa
dalam makanan diserap kedalam alirah darah sebagai glukosa. Glukosa adalah bahan
bakar metabolik utama dan bahan bakar universal bagi janin. Glukosa adalah
prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di tubuh, termasuk glikogen untuk
Glukosa darah adalah sumber energy bagi sel-sel dan diangkut kedalam sel oleh
insulin. Kadar glukosa meningkat setelah makan, pankreas melepaskan insulin dan
memindahkan glukosa dari darah ke sel. Kadar glukosa juga dapat diukur dalam urin,
namun tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis atau memantau kadar glukosa
(Keogh. J, 2011).
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis Diabetes Melitus ( DM ), dapat dilihat pad tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM ( mg/dl )(Perkeni, 2006)
Bukan Belum DM
DM pasti DM
Kadar glukosa darah sewaktu Plasma vena < 100 100-199 >200
( mg/dl )
Darah Kapiler < 90 90-199 >200
Kadar glukosa darah sewaktu Plasma vena <100 100-125 >126
( mg/dl )
Darah Kapiler <90 90-199 >100
http://repository.unimus.ac.id
10
Beberapa jenis pemeriksaan glukosa darah, antara lain ( Depkes RI, 2005):
Pemeriksaan yang dilakukan setiap waktu pada pasien tanpa puasa. Spesimen
dapat berupa serum, plasma atau darah kepiler. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu
diagnosis diabetes mellitus, sedangkan yang berasal dari darah kapiler hanya untuk
pasien tentang obat-obatan yang dikonsumsi. Spesimen yang dapat digunakan yaitu
serum, plasma atau darah kapiler. Pemeriksaan glukosa darah puasa spesimen dapat
Pemeriksaan ini sulit dilakukan karena makanan yang dikonsumsi jenis dan
jumlah sulit diawasi pasien dalam tenggang waktu 2 jam untuk tidak makan dan
http://repository.unimus.ac.id
11
Tes toleransi glukosa oral tidak dilakukan pada pasien yang menunjukan
gejala klinis khas DM dengan konsentrasi glukosa dalam darah puasa dan atau
glukosa sewaktu yang tinggi melebihi nilai batas karena sudah memenuhi kriteria
Metode utama yang berbeda yang digunakan untuk mengukur kadar glukoa
darah, yaitu :
1. Metode Kimia
nonspesifik dalam suatu reaksi dengan bahan indicator yang memperoleh atau
meredukasi (misal, urea yang dapat meningkat cukup bermakna pada uremia), dengan
metode reduksi kadar glukosa akan lebih tinggi 5 sampi 15 mg/dl dibandingkan
dengan kadar yang lebih akurat yang diperoleh dengan menggunakan metode
http://repository.unimus.ac.id
12
2. Metode Enzimatik
memberikan sensivitas dan spesifitas yang sangat baik sehingga digunakan untuk
penentuan diagnosis karena merupakan standar dari WHO/IFCC. Tiga metode yang
reaksi sebanding dengan konsentrasi awal glukosa atau spesimen yang diukur dengan
(Menkes, 2010) :
a) Metode GOD
oksidase), membentu asam glukonik dan H2O2 kemudian bereaksi dengan fenol dan
dalam spesimen dan diukur secar fotometri pada panjang gelombang 340nm.
GOD
Glukosa + O2 + H2O asam glukonik + H2O2
POD
2H2O2 + 4-aminophenazone + phenol quinomine + 4H2O
b) Metode Heksokinase
6-fosfat menjadi glukosa-6-P dan NADP menjadi NADPH. Banyaknya NADPH yang
http://repository.unimus.ac.id
13
( Menkes, 2010 ).
peralatan yang dapat dibawa dekat dengan pasien untuk mendapatkan hasil segera.
yang lain. Perlu diperhatikan adalah persiapan pre analitik yang terkadang tidak
diawasi secara baik karena jauh dari laboratorium pusat dan sering juga digunakan
Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah mandiri yaitu
Glucometer (POCT) yang sangat sederhana dan mudah digunakan. Hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah memakai alat tersebut masih dapat dipercaya jika kalibrasi
dilakukan dengan baik dan menggunakan prosedur kerja yang sesuai cara standar
yang dianjurkan. Secara berkala pemantapan mutu hasil alat glukometer perlu
http://repository.unimus.ac.id
14
glukosa darah, yang mana sering digunakan untuk memantau atau memonitoring
instalasi rawat inap, laboratorium, IGD dan penggunaan secara mandiri oleh orang-
orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan laboratorium. Setetes darah
yang diperoleh dari fungsi kapiler diterapkan pada tes strip. Reaksi ini terjadi antara
darah dan reagen dalam tes strip dan mengubah reaksinya untuk hasil kuantitatif yang
pemeriksaan glukosa darah yang ukuran semakin kecil, yang pembacaan dengan
digital dan harga strip yang digunakan semakin murah (Mahendra, 2008).
Salah satunya yaitu alat glukometer merk on call yang dirancang untuk
mengukur konsentrasi glukosa dalam dalam darah secara kuantitatif. Alat ini dapat
dipakai secara mandiri oleh pasien di rumah dan instalasi kesehatan. Glukometer ini
terdiri dari Meter, test strip, dan kontrol. Penggunaan alat ini yang baik ketika
sebelum digunakan harus dilakukan uji tes quality control (QC) guna memastikan
alat bekerja secara baik, serta dilakukan seminggu sekali. Selain melakukan uji QC
untuk memastikan akurasi alat glukometer tersebut juga perlu setiap kali
menggunakan test strip hendak disesuaikan dengan code chip yang muncul di tengah
layar, tidak boleh melakukan pemerikaan jika kode chip tidak cocok. Prinsip alat ini
glukosa oksidase dan akan menghasilkan electron yang akan ditangkap oleh elktroda
http://repository.unimus.ac.id
15
sehingga kadar glukosa berbanding lurus dengan sinyal elektronik yang di terima
(Manual On Call,2017).
Alat ini memeiliki kelebihan dapat digunakan sevara mandiri oleh pasien di
rumah, sehingga kadar glukosa darah dapat dimonitoring dengan cepat. Hasil yang
akurat dalam 5 detik dengan sampel hanya 0,8 uL diperlukan. Sampel yang
digunakan dapat berupa darah kapiler, vena atau arteri tidak diperbolehkan
menggunakan sampel serum atau plasma. Sistem pembacaan alat ini akurat mampu
membaca kadar glukosa berkisar 10-600 mg/dl /0.6 - 33.3 mmol/L (Manual On
Call,2017).
Pada umumnya prinsip kerja alat POCT ini menggunakan sel pengukuran
dimana reaksi tertentu dapat berlangsung, sel ini dapat berupa matriks yang berpori,
chamber atau suatu permukaan (surfance). Cara pengukuran dapat secara visual,
optikal atau monitoring reaksi elektrokimia yang terjadi. Pada umumnya pemeriksaan
untuk mengukur kadar kimia darah menggunakan alat POCT ada 2 yaitu
http://repository.unimus.ac.id
16
yang pengukurannya menggunakan deteksi arus listrik yang dihasilkan pada sebuah
reaksi elektrokimia. Darah ditetesi pada strip uji, akan terjadi reaksi antara darah dan
reagen yang ada dalam strip. Reaksi akan menghasilkan arus listrik yang besarnya
sama dengan kadar bahan kimia yang ada pada darah. Reflectance ( pemantulan )
adalah metode yang pengukurannya mendeteksi warna yang terbentuk dari reaksi
anatara sampel yang mengandung bahan kimia dengan reagen yang ada pada strip uji.
Reagen yang ada pada strip uji akan menghasilkan intensitas warna tertentu yang
linear dengan kadar bahan kimia yang ada di dalam sampel ( Widaghdo, 2013).
Teknologi biosensor muatan listrik yang dihasilkan oleh interaksi kimia antara
zat tertentu dalam darah dan zat kimia pada reagen kering( strip ) akan diukur dan
dikonversi menjadi angka yang sesuai dengan jumlah muatan listrik. Angka yang
dihasilkan dianggap setara dengan kadar zat yang diukur dalam darah ( Menkes,2010)
1. Alat analiser, adalah alat yang digunakan untuk membaca strip dan
2. Strip test, adalah Strip dengan sistem reagen kimia yang digunakan dengan
http://repository.unimus.ac.id
17
pengaturan kerja alat. Adapun mekanisme kerja alat Point Of Care Testing ( POCT):
Setiap waktu ketika mengganti kotak strip yang baru, Anda perlu memasukkan
1. Ambil kode chip dari kotak strip, bandingkan nomor kode pada chip kode
dengan nomor kode tercetak pada botol strip test. Jika kedua nomor kode tidak
sama akan mendaptkan hasil yang tidak akurat. Jika nomor kode pada kode chip
tidak sama dengan yang tercetak pada botol strip test, dapat menghubungi
2. Dengan meteran dimatikan, masukkan chip kode baru ke dalam slot kode chip
meter. Chip kode harus tetap berada di meteran, jangan keluarkan sampai
3. Memasukkan strip tes kemudian melihat nomor kode muncul di tengah layar.
Jika strip tes disisipkan dan tidak ada kode strip yang tersimpan dalam memori
jam, tanggal, waktu, nilai minimum, nilai maksimum, dan pengingat test. Setelah
http://repository.unimus.ac.id
18
yang sangat kecil sehingga tidak memerlukan tempat yang luas. Pemeliharaan harus
benturan) (Menkes,2010)
b. Mudah digunakan sehingga dapat dilakukan oleh perawat, pasien dan keluarga
f. Bisa dibawa/mobile
a. Akurasi dan presisi kurang jika dibandingkan dengan metode rujukan (gold
standar)
c. Dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, hematokrit dan dapat interferensi dengan zat
tertentu
d. Pra analitik sulit di kontrol jika dilakukan oleh orang yang tidak berkompeten
http://repository.unimus.ac.id
19
tenaga kesehatan yang memilki dasar ilmu laboratorium atau yang tidak memiliki
dasar ilmu laboratorium merupakan tanggung jawab dari laboratorium pusat karena
menyangkut dengan akurasi dan presisi dari hasil pemeriksaan tersebut. Penjaminan
mutu POCT disarankan dilaksanakan secara resmi oleh orang yang berkompeten,
hasil pemeriksaan.
CLIA). Untuk di Indonesai perlu dilakukan pengaturan penggunaan alat POCT oleh
http://repository.unimus.ac.id
20
1. Diet
2. Obat
Obat yang diberikan baik secara oral mapun cara lain dapat menimbulkan
terjadinya respon tubuh terhadap obat tertentu. Salah satunya adalah obat tiazid
3. Alkohol
Konsumsi alcohol juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat
beberapa kadar analit. Perubahan cepat terjadi dalam waktu 2-4 jam setelah
konsumsi alcohol dan terlihat terjadinya peningkatan kadar gula darah ( Menkes,
2010)
4. Aktivitas Fisik
5. Kurang olahraga, jumlah makanan yang dikonsumsi banyak, stress dan faktor
emosi, serta usia merupakan beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya
http://repository.unimus.ac.id
21
Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan cara yang benar dan baik
sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk menjaga kualitas spesimen.
Adapaun beberapa faktor kesalahan secara teknis pengambilan darah kapiler yang
kongesti
3) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol yang menyebabkan darah
5) Terjadi hemolisis karena adanya penekanan yang kuat pada daerah tusukan
http://repository.unimus.ac.id
22
http://repository.unimus.ac.id
23
Ada perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan tetesan darah kapiler tanpa
hapusan kapas kering dan dengan hapusan kapas kering metode Point Of Care
Testing (POCT)
http://repository.unimus.ac.id