Lapkas Saddle Block
Lapkas Saddle Block
Lapkas Saddle Block
PENDAHULUAN
2.2 Anamnesis
Anamnesis didapat dari rekam medis pasien saat dirawat di RS TK.II
Kartika Husada pada tanggal 5 Desember 2019
a. Keluhan utama : Benjolan di dubur
b. Riwayat penyakit sekarang :
Laki-laki 28 tahun dengan hemoroid interna grade III direncanakan
tindakan hemoroidektomi. Dari pemeriksaan praoperasi didapatkan
keluhan
terdapat benjolan di dubur, keluhan dirasakan sejak 1 bulan terakhir.
Awalnya benjolan terasa nyeri saat BAB namun, lama kelamaan terdapat
benjolan di dubur yang semakin lama semakin menonjol, tapi masih bisa
dimasukkan lagi dengan bantuan jari. Keluhan lain yang dirasakan adalah
adanya darah segar yang keluar saat BAB tapi tidak tercampur feces, nyeri
saat BAB, kadang terdapat lendir dan mengganggu kenyamanan pasien.
Keluhan demam,pusing, mual, muntah, dan lemas disangkal. Sebelumnya
pasien mengaku BAB tidak lancar dan sulit BAB. Pasien belum pernah
berobat sebelumya
c. Riwayat penyakit dahulu :
1) Riwayat asma disangkal
2) Riwayat alergi makanan dan obat disangkal
3) Riwayat hipertensi disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga:
Riwayat asma, alergi dan riwayat penyakit yang sama dengan
pasien disangkal.
e. Riwayat Kebiasaan
Pasien jarang mengkonsumsi sayur dan buah-buahan
GCS : E4V5M6 = 15
Vital Sign : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,6C
Pernafasan : 18 x/menit
Status Generalis
Kepala : Normocephali, rambut hitam , distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : Oral hygiene baik
Leher : KGB leher tidak membesar
Thorax : Paru : SNV (+/+) Rhonki (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : BJ I&II Reg, Murmur (-) Gallop (-)
Abdomen : Nyeri tekan (-) , hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat (+) Oedem (-) Sianosis (-)
Status Fisik
American Society of Anesthesiologists (ASA) :
1. Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik & biokimia.
2. Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
3. Pasien dengan penyakit sistemik berat, aktivitas rutin terbatas.
4. Pasien dengan penyakit sistemik berat, tidak dapat melakukan aktivitas
rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupan sehari-harinya.
5. Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan
hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
Fungsi Ginjal
2.6 Operatif
Jenis Anestesi : Spinal anastesi- saddle block
2.6.1. Pre-operatif
- Diagnosa pre operasi : Hemoroid interna grade III
- Tindakan operasi : Hemoroidektomi
- Cek Informed consent (+)
- Pasien dipuasakan selama 6 jam pre-operatif
- IV line terpasang pada tangan kiri pasien dengan infus RL
- Persiapan obat dan alat anestesi regional
- Menyiapkan meja operasi dan mesin dan alat anestesi
- Menyiapkan obat anestesi spinal yang diperlukan: Bunascan
(Bupivacain HCl in Dextrose injection) 20 mg, Catapress 5 mg
- Menyiapkan obat-obat resusitasi: ephedrine, sulfat atropine,
- Menyiapkan obat-obat lainnya : tramadol, ketorolac, ondansentron,
- Menyiapkan monitor, saturasi O2, tekanan darah, nadi dan EKG
- Menyiapkan alat-alat anestesi regional: Spuit, Handscoon, Antiseptic,
Kassa, Jarum spinal (Spinocain).
- Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
o Tekanan darah : 130/90 mmHg
o Saturasi O2 : 99 %
o Nadi : 90x/menit
o RR : 20x/menit
2.6.2. Intra Operatif
2.6.2.1. Tindakan anestesi
1) Pasien masuk ruang operasi dengan hanya mengenakan baju operasi.
Kemudian di posisikan di atas meja operasi, dipakaikan topi opersi, dan
dipasang alat monitoring.
2) Pasien diminta duduk tegak dengan kepala menunduk, lalu dilakukan
tindakan aseptic dan antiseptic dengan betadine dan kasa steril secara
melingkar dari sentral ke perifer.
3) Tentukan lokasi penyuntikan yaitu pada L3-L4, tepat pada perpotongan
garis antar crista iliaca dextra dan sinistra.
4) Kemudian dilakukan penyuntikan dengan menggunakan jarum spinal no
25 G menuju ke ruang subarachnoid, tunggu sampai LCS mengalir
keluar pada jarum spinal, lalu pasang spuit yang berisi Bupivacaine.
Lakukan aspirasi untuk memastikan LCS mengalir, lalu injeksikan
Catapres 50 mg dan Bunascan 5 mg secara perlahan, kemudian aspirasi
kembali untuk memastikan LCS mengalir dan posisi jarum tetap di
subarachnoid.
5) Setelah semua obat habis di injeksi, cabut jarum spinal perlahan,
Selanjutnya pasien dibiarkan duduk selama 10 menit kemudian
posisikan pasien berbaring pada meja operasi dengan posisi litotomi.
6) Kemudian, dipasang juga kanul oksigen 2 L/menit
3.1.Anestesi Regional
Anestesi regional adalah penggunaan obat analgetik lokal untuk
menghambat hantaran saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari suatu bagian
tubuh diblokir untuk sementara (reversible). Fungsi motorik dapat terpengaruh
sebagian atau seluruhnya dan dengan keadaan pasien tetap sadar.(1)
b) Blok perifer (blok saraf) meliputi blok pleksus brakialis, aksiler, analgesia
regional intravena, dan lain-lainnya
3.3.Anestesi Spinal
Anestesi spinal merupakan teknik anestesi regional yang dihasilkan
dengan menghambat saraf spinal di dalam ruang subaraknoid oleh zat-zat
anestetik lokal. Teknik anestesia spinal banyak digunakan karena merupakan
teknik yang sederhana, efektif, aman terhadap sistem saraf, tidak menyebabkan
konsentrasi plasma yang berbahaya, memberikan tingkat analgesia yang kuat,
pasien tetap sadar, relaksasi otot cukup, perdarahan luka operasi lebih sedikit,
risiko aspirasi pasien dengan lambung penuh lebih kecil, dan juga pemulihan
fungsi saluran pencernaan lebih cepat.(1)
1. Peralatan monitor
Tekanan darah, nadi, oksimetri denyut ( pulse oximeter) dan EKG
2. Peralatan resusitasi / anestesi umum arum spinal
3. Jarum spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam ( ujung bambu runcing, Quincke Babcock )
atau jarum spinal dengan ujung pensil (pencil point. Whitecare)
1. Lidokain
Sangat mudah larut dalam air dan sangat stabil, dapat didihkan
selama 8 jam dalam luran HCL 30%t tanpa resiko dekomposisi. Dapar
disterilkan beberapa kali dengan proses autoklaf tanpa kehilangan potensi.
Tidak iritatif terhadap jaringan walzupun diberikan dalam konsentrasi
larutan 88%. Diperlukan waktu 2 jam untuk hilang sama sekali dari tempat
suntikan. Apabila larutan ini ditimbah adrenalin, maka waktu yang
diperlukan untuk hilang sama sekali dari tempat suntikan 4 jam.
Mempunyai afinitas tinggi pada jaringan lemak. Deoksikasi terjadi oleh
hati. Daya penetrasinya sangat baik.(7)
Untuk infiltrasi lokal diberikan larutan 0,5%, untuk blok saraf yang
kecil diberikan larutan 1%, untuk bloksaraf yang lebih besar diberikan
larutan 1,5%, untuk blok epidural diberikan larutan 1,5%-2%. Untuk blok
subarakhnoid diberikan larutan hiperbarik 5%.(7)
2. Bupivikain
Ikatan dengan HCL mudah larut dalam air. Sangat stabil dan dapat
diautoclaf berulang. potensinya 3-4 kali dari lidokain dan lama kerjanya 2-
5 Kli lidokain. Sifat hambatan sensorisnya lebih dominan dibandingkan
dengan hambatan motorisnya. Jumlah obat yang terikat pada saraf lebih
banyak dibandingkan dengan yang bebas didalam tubuh. Dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui ginjal sebagian kecil dan dalam bentuk utuh dan
sebagian besar dalam bentuk metabolitnya.(7)
Untuk infiltrasi lokaldigunakan larutan 0,25%, blok saraf kecil
digunakan larutan 0,25%, blok saraf yang lebih besar digunakan larutan
0,5%, blok epidural digunakan larutan 0,5%-0,7%, untuk blok spinal
digunakan larutan 0,5%-0,75%. (7)
c) Komplikasi gastrointestinal
Nausea dan muntah, karena hipotensi, hipoksia, tonus parasimpatis
berlebihan, pemakian obat narkotik, reflek karena traksi pada traktus
gastrointestinal serta komplikasi kemudian ( dekayed), pusing kepala pasca
pungsi lumbal ( post lumbal puncture headache ) merupakan nyeri kepala
dengan ciri khas : terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur keposisi
yang bervariasi ( kurang dari 10% dengan jarum no. 22 ) pada usia tua lebih
jarang, dan pada kehamilan meningkat.(3)
3.4.Pembedahan pada hemoroid
Menurut Acheson dan Scholefield (2006), penatalaksanaan hemoroid dapat
dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis dan derajat daripada hemoroid.
Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan pengobatan
konservatif. Tatalaksana tersebut antara lain koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan
konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan kostipasi
seperti kodein. Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan steroid
yang berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen
flavonoid dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas serta
efek antiinflamasi meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya (Acheson dan
Scholrfield, 2008). Acheson dan Scholfield (2008) menyatakan apabila hemoroid internal
derajat I yang tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan
tindakan pembedahan. HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan indikasi
tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain:
a) Hemoroid internal derajat II berulang.
b) Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c) Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d) Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
e) Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f) Permintaan pasien.
Gambar 3.3 Pasien dalam posisi duduk dengan L4-L5 yang sudah ditandai
Ketika melakukan blok saddle, pasien harus tetap dalam posisi duduk
setidaknya 5 menit setelah hyperbaric anestesi spinal diinjeksikan sehingga
memungkinkan agen anestetik lokal bekerja pada daerah anelgesia. Jika
diperlukan level blokade yang lebih tinggi, pasien harus dibaringkan supine
segera setelah anestetik lokal diinjeksikan dan meja operasi telah disesuaikan.
Pasien Tn. EM didiagnosis Hemoroid interna grade III yang didapatkan dari
catatan rekam medik pasien dan dilakukan tindakan Hemoroidektomi. Pasien
masuk dalam ASA I. Anastesi menggunakan induksi anestesi spinal dengan
Bupivacaine 15 mg. Analgetik yang diberikan selama operasi adalah Ketorolac
dan Tramadol HCl 200 mg IV. Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak
ada hambatan yang berarti baik dari segi anestesi maupun dari tindakan
operasinya. Selama di ruang pemulihan pasien tenang, stabil, alderette score 9 lalu
pasien dipindahkan ke ruang perawatan. Secara umum pelaksanaan operasi dan
penanganan anestesi berlangsung dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA