Laporan Geodinamika
Laporan Geodinamika
Laporan Geodinamika
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
LAPORAN GEODINAMIK
Oleh:
Varradita
F 121 15 029
PALU
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
BAB 1 :PENDAHULUAN
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………………
5.2 saran ………………………………………………….
.DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Dari aspek kegempaan, sistem patahan di bagian tengah Sulawesi dimana Kota
Palu terdapat terdiri dari kompleks zona patahan yang berletak dalam pertemuan
lempeng Pasifik, Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Dari perhitungan terhadap
pergerakan patahan Palu-Koro ini diperoleh data kisaran pergerakan lempeng, yaitu 35
± 8 mm per tahun. Sejarah gempa bumi di bagian tengah Sulawesi telah tercatat sejak
abad ke-19, dimana beberapa diantaranya mempunyai magnitude yang besar,
diantaranya tahun 1968 (6,7 SR), 1993 (5,8 SR) dan 2005 (6,2 SR). Kegempaan di
Sulawesi ini juga ditandai dengan frekuensi tsunami yang tinggi di bagian
SelatMakassar, sebagaimana yang terjadi pada tahun 1927 di Teluk Palu dengan
ketinggian gelombang mencapai 15 m, tahun 1968 di Mapaga (10 m) dan tahun 1996
di Simuntu - Pangalaseang (1 - 3,4 m). Secara regional, Palu merupakan daerah gempa
aktif dimana menurut Peta Seismisitas USGS (Gambar 2-5) memiliki kedalamaan
episentrum kurang dari 150m.
Berdasarkan Peta Zonasi Gempa Indonesia yang diterbitkan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum (2010), Kota Palu memiliki percepatan gempa permukaan sebesar 1
- 1,2 g di sepanjang dataran teluk palu
Gambar. Peta Zonasi Gempa Indonesia
Menurut klasifikasi zona gempa Indonesia (Firmansyah, J & Irsyam, M, 1999) gempa
yang terjadi di wilayah Palu termasuk dalam tipe zona perubahan (transform zone)
yaitu gempa yang diakibatkan karena dua lempeng tektonik bergerak saling
menggelangsar (slide each other), sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak
saling memberai maupun saling menumpu. Gempa yang terjadi pada zona ini
umumnya merupakan gempa pada kerak dangkal (shallow crustal earthquakes) yang
diakibatkan oleh Sesar Palu-Koro dan Sesar Matano. tingkat resiko gempa bumi yang
tinggi di kota Palu ini selain karena berdekatan dengan sesar aktif Palu-Koro, juga
karena sebagian kotanya terletak di atas sesar Palu-Koro. Diperkirakan intensitas
gempa bumi yang merusak adalah dengan magnitude lebih besar dari 6,0 SR.
2.2 Tinjauan Umum geologi
Berdasarkan Peta Geologi Tinjau Lembar Palu, Sulawesi Skala 1:250.000 (Rab
Sukamto, dkk, 1973) daerah penyelidikan terdiri dari 2 (dua) Formasi batuan, yaitu
Aluvium dan endapan pantai (Qap) dan Molasa Celebes Serasin dan Serasin (QTms)
Berdasarkan hasil studi dari tim revisi peta gempa Indonesia (dalam Irsyam, M,
dkk, 2010) struktur geologi aktif yang melewati Kota Palu adalah berupa PKF (Palu
Koro Fault) dan MF (Matano Fault) keduanya merupakan sesar aktif yang banyak
dijumpai disekitar lembah Palu. Sesar Palu-Koro (PKF) berarah Utara – Selatan sedang
beberapa diantaranya ada yang berarah Baratdaya – Timurlaut. Sesar – sesar aktif
tersebut yang berarah Utara – Selatan adalah merupakan sesar-sesar aktif akibat
peremajaan dari struktur tua yang dapat teraktifkan kembali, sedangkan sesar-sesar
yang berarah Baratdaya – Timur laut adalah merupakan struktur yang sangat aktif pada
masa kini. Secara geologi, fisiografi Kota Palu berhubungan dengan proses struktur
yang terjadi serta jenis batuan yang menyusun Kota Palu, dimana sisi kiri dan kanan
Kota Palu merupakan jalur patahan utama, yaitu patahan Palu-Koro serta wilayahnya
disusun oleh batuan yang lebih keras dibanding material penyusun bagian lembah.
Sesar merupakan suatu rekahan yang terjadi pada suatu batuan yang telah
mengalami suatu proses pergeseran, sehingga menyebabkan terjadinya perpindahan
antara bagian-bagian yang saling berhadapan, dengan arah yang sejajar antara bidang
patahan. Dalam ilmu geologi, Sesar adalah suatu fraktur yang berbentuk planar atau
diskontinuitas dalam suuatu volume batuan, di mana telah terjadi suatu perpindahan
yang signifikan sebagai akibat dari adanya gerakan suatu massa batuan. Sesar – sesar
yang berukuran besar pada kerak bumi merupakan hasil dari suatu aksi gaya lempeng
tektonik , sesar-sesar tersebut, membentuk suatu batas-batas antara lempeng, seperti
zona subduksi atau sesar transform.
2. Sesar naik
Sesar naik merupakan suatu sesar yang pergerakanya disertai dengan adanya
perubahan hanging wall terhadap footwall yang akan mengalami suatu kenaikan. Hal
ini dipengaruhi oleh adanya kemiringan pada suatu bidang sesar yang bekerja. Adapun
gambaran mengenai sesar naik dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
3. Sesar Mendatar
Sesar mendatar merupakan suatu sesar yang pergerakanya bergerak ke arah kiri
maupun ke arah kanan. Sesar ini disebabkan oleh adanya suatu tegangan yang bersifat
kompresif yang bekerja secara berkala dengan posisi horizontal. Adapun gambaran
mengenai sesar mendatar dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Bentuk-bentuk patahan pada bumi sendiri terbagi menjadi 3 yaitu patahan vertical,
patahan horizontal, block mountain, dan oblique
1. Patahan vertikal
Patahan vertikal adalah salah satu penyebab relief di muka bumi
memiliki tinggi yang berbeda- beda. Patahan vertikal yang terkenal di indonesia
adalah patahan semangko. Patahan semangko berada di sumatra. Patahan ini
membagi sumatra menjadi bagian barat dan timur. Bentuk patahan vertikal
dibagi menjadi empat, yaitu Horst, Graben, Fault Scrap, dan Pegunungan
Patahan.
2. Patahan horizontal
3. Block mountain
4. Oblique
METODELOGI PENELITIAN
Survey Lokasi
Daerah balaroa
mengukur dan mengamati kondisi geologi
Kondisi geologi
Pengukuran tanah
pengukuran tanah Mengamati kondisi
geologi
Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu bulan november yang berlokasi
daerah balaroa. Lebih tepatnya lokasi penelitian dilakukan pada titik koordinat LS 00
90’ 63.6’’ BT 1190 83’ 97.5’’
Bahan
- Plastik Sampel
- Peta
- Kamera
Alat
- GPS
- Kompas
- Clipboard
- Alat tulis
- Rol meter
3 4
1 penyiapan alat
3 Penyusunan laporan
BAB IV
LS 000 90’ 63.6’’ BT 1190 83’ 97.5’’ penurunan tanah sepanjang 3.7 meter dengan
selang waktu 30 detik sehingga laju penurunan tanah adalah sebesar 0.12 m/s.
penurunan tanah yang terjadi di titik pengamatan di daerah balaroa merupakan bukti
sesar palu koro