CJR Geologi
CJR Geologi
CJR Geologi
“GEOLOGI DASAR”
DISUSUN OLEH
NIM : 3192431003
KELAS : A 2019
PENDIDIKAN GEOGRAFI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Karena atas berkat rahmat-Nya
penulis dapat mengerjakan tugas Critical Journal Report (CJR) ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak dosen yang telah memberikan arahan dan
bimbingannya sehingga tugas ini dapat diselesaikan.
Adapun tugas ini dibuat untuk memenuh tugas Critical Journal Report mata kuliah
Geologi Dasar. Penulis berharap CJR ini berguna untuk menjadi salah satu referensi bagi
pembaca bilamana hendak mempelajari materi tentang geologi
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, maka kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan agar Critical Journal Report
ini menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih dan semoga tulisan ini
dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Palu merupakan salah satu daerah yang sering terjadi Gempa dan mempunyai seismisitas
tinggi. Geologi regional daerah Palu dan sekitarnya didominasi oleh endapan kuarter yang terdiri
atas endapan fluviatil dan alluvium. Kondisi alam tersebut memiliki beberapa potensi yang
merugikan di antaranya adalah potensi liquifaksi.
Liquifaksi merupakan gejala peluluhan pasir lepas yang bercampur dengan air akibat
goncangan gempa dimana gaya pemicu melebihi gaya yang dimiliki litologi setempat dalam
menahan guncangan. Hal ini bisa menyebabkan beberapa kejadian seperti penurunan cepat (quick
settlement), pondasi bangunan menjadi miring (tilting) atau penurunan sebagian (differential
settlement), dan mengeringnya air sumur yang tergantikan oleh material non kohesif. Liquifaksi
merupakan bencana yang bisa merusak kondisi infrastruktur sehingga pengetahuan terhadap
potensi dan kerawanan liquifaksi sangat penting terutama dalam merencanakan tata ruang
khususnya di daerah Palu dan sekitarnya.
Dalam upaya mengumpulkan data geologi Teknik tersebut, Tahun Anggaran 2012 Pusat
Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral telah melaksanakan Penyelidikan Geologi Teknik Potensi Liquifaksi
Daerah Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
Rumusan Masalah
Penyelidikan ini bermaksud untuk mengetahui potensi liquifaksi di daerah Palu dan
sekitarnya. Adapun tujuan dari penyelidikan antara lain adalah untuk membuat mikro zonasi
potensi liquifaksi dan memperkiran akibat liquifaksi terhadap infrastruktur.
1
BAB II
RINGKASAN JURNAL
Lokasi Penyelidikan
Wilayah penyelidikan secara administrasi berada di Daerah Palu, Provinsi Sulawesi Tengah dan
secara geografis terletak pada koordinat 119º 51’ 00” 119º 56’ 00” BT dan 00º 52’ 00” - 00º 59’
00” LU ( Gambar 1-1 ).
Jadwal Penyelidikan
Pekerjaan Penyelidikan Geologi Teknik Potensi Liquifaksi Daerah Palu, Provinsi Sulawesi
Tengah dimulai pada pertengahan bulan September 2012, dengan tahapan waktu sebagai berikut:
tahap persiapan dibutuhkan 5 hari kerja, tahap pekerjaan lapangan 25 hari kerja, tahap pekerjaan
laboratorium 30 hari, tahapan analisa data primer dan sekunder 30 hari kerja dan tahap penyusunan
laporan/peta 30 hari kerja. Sehingga total waktu yang harus dipenuhi dalam penyelesaian seluruh
pekerjaan Penyelidikan geologi Teknik ini adalah 4 (empat) bulan kalender.
2
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan Jurnal
Stratigrafi
Secara keseluruhan tatanan stratigrafi kota Palu disusun oleh tiga kelompok batuan yaitu :
kelompok batuan Pra-Tersier, kelompok batuan Tersier dan Kelompok Batuan Kuarter (Hall,
2010), Kelompok batuan Pra-Tersier dapat dijumpai berupa batuan sedimen laut dan berupa batuan
metamorfik yang keduanya diterobos oleh batuan granit dan granodiorit yang berumur Tersier,
serta tertindih tidak selaras oleh Kelompok batuan Kuarter yaitu yang terdiri dari beberapa
endapan, yaitu : endapan rombakan, endapan sungai, endapan limpah banjir endapan alur sungai
purba serta endapan kipas aluvium. Endapan pantai yang dapat berupa pasir pantai dan fragmen
batuan banyak dijumpai di sekeliling teluk Palu.
Struktur Geologi
Berdasarkan hasil studi dari tim revisi peta gempa Indonesia (dalam Irsyam, M, dkk, 2010) struktur
geologi aktif yang melewati Kota Palu adalah berupa PKF (Palu Koro Fault) dan MF (Matano
Fault) keduanya merupakan sesar aktif yang banyak dijumpai di sekitar lembah Palu.
Dari aspek kegempaan, system patahan di bagian tengah Sulawesi dimana Kota Palu terdapat
terdiri dari kompleks zona patahan yang berletak dalam pertemuan lempeng Pasifik, Indo-
Australia dan lempeng Eurasia. Dari perhitungan terhadap pergerakan patahan Palu-Koro ini
diperoleh data kisaran pergerakan lempeng, yaitu 35 ± 8 mm per tahun.
Sejarah gempa bumi di bagian tengah Sulawesi telah tercatat sejak abad ke-19, dimana beberapa
diantaranya mempunyai magnitude yang besar, diantaranya tahun 1968 (6,7 SR), 1993 (5,8 SR)
dan 2005 (6,2 SR). Kegempaan di Sulawesi ini juga ditandai dengan frekuensi tsunami yang tinggi
di bagian Selat Makassar, sebagaimana yang terjadi pada tahun 1927 di Teluk Palu dengan
ketinggian gelombang mencapai 15 m, tahun 1968 di Mapaga (10 m) dan tahun 1996 di Simuntu
- Pangalaseang (1 - 3,4 m).
3
Sejarah mencatat telah beberapa kali terjadi gempa yang dirasakan di Kota Palu yang cukup
merusak, bahkan ada beberapa diantaranya yang menimbulkan tsunami. Beberapa kejadian gempa
tersebut diantaranya adalah (Bappenas, 2012) :
- Gempa Watusampu 1 Desember 1927 menimbulkan tsunami dengan tinggi gelombang mencapai
15 m, menghantam wilayah pantai bagian selatan dan Timur Teluk Palu
- Gempa Donggala 20 Mei 1938 menimbulkan tsunami dengan tinggi gelombang sekitar 4 m,
menghantam wilayah pantai di sekeliling Teluk Palu
Pada daerah yang dibentuk oleh endapan aluvium, lapisan tanah umumnya terdiri dari
pasir di bagian atas, lanau di bagian tengah dan lempung di bagain bawah. Pasir berwarna abu-
abu, lepas, pemilahan jelek, porositas baik, permeabilitas baik dengan ketebalan 1 – 7,2 m, lanau
dijumpai di bawah pasir berwarna coklat – abu-abu, lunak – teguh, plastisitas sedang, dengan
ketebalan 0,2 – 0,7 m, sedangkan lempung berwarna coklat – coklat tua, lunak – teguh, plastisitas
tinggi dengan tebal bervariasi antara 0,1 – 2,7 m. Kedalaman muka air tanah berkisar antara 0,5 –
16 m di bawah muka tanah.
Probabilitas untuk periode ulang 50 tahun adalah sebesar lebih dari 54,44% yang terdapat pada
lokasi S-01 (Kalukubula), S-05 (Birobuli), S-06 (Tatura), S12 (Sunju), S-17 (Tatura), S-20 (Lolu),
S-24 (Kawatuna), S-25 (Kalukubula), S-28 (Lere), S-29 (Tatura), S-30 (Birobuli Selatan) yang
berpotensi mengalami penurunan tanah lebih dari 5 cm dan perpindahan lateral lebih dari 15 cm.
Potensi tinggi
4
Probabilitas untuk periode ulang 50 tahun adalah sebesar 11,90% - 54,44% yang terdapat pada
lokasi S-02 (Lolu), S-03 (Besusu), S-04 (Talise), S-13 (Bayaoge), S-19 (Talise), S-21
(Tanamodindi), S-23 (Lasoani), S-26 (Petobo), yang berpotensi mengalami penurunan tanah
kurang dari 5 cm dan perpindahan lateral lebih dari 10 cm.
Probabilitas untuk periode ulang 50 tahun adalah sebesar kurang dari 11,90% yang terdapat pada
lokasi S-07 (Besusu Tengah), S-08 (Kalukubula), S09 (DoloKotarinau), S-10 (Kotapulu), S-11
(Baliase), S-14 (Tatura), S-15 (Lolu Selatan), S-16 (Besusu Barat), S-18 (Birobuli), S-22 (Birobuli
Utara), S-27 (Kamoji) yang berpotensi mengalami penurunan tanah kurang dari 5 cm dan
perpindahan lateral lebih dari 10 cm.
Adapun kekurangan jurnal ini adalah sedikitnya sumber atau daftar pustaka, sehingga
pembahasan secara menyeluruh masih kurang lengkap. Dan terdapatnya penulisan kata yang salah
di halaman 41.
5
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari data lapangan dan hasil perhitungan yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Lapisan tanah daerah penyelidikan terdiri dari pasir di bagian atas, lanau di bagian tengah dan
lempung di bagain bawah. Pasir berwarna abu-abu, lepas, pemilahan jelek, porositas baik,
permeabilitas baik dengan ketebalan 1 – 7,2 m, lanau dijumpai di bawah pasir berwarna coklat –
abu-abu, lunak – teguh, plastisitas sedang, dengan ketebalan 0,2 – 0,7 m, sedangkan lempung
berwarna coklat – coklat tua, lunak – teguh, plastisitas tinggi dengan tebal bervariasi antara 0,1 –
2,7 m. Kedalaman muka air tanah berkisar antara 0,5 – 16 m di bawah muka tanah.
2. Dari peta muka air tanah dapat diketahui bahwa daerah penyelidikan yang mempunyai muka air
tanah dangkal (< 12 m) dan berpotensi terhadap terdinya liquifaksi berada pada wilayah Ujuna,
Besusu, Palupi, Sunju, Binangga, Sibeli, Langaleso, Kalukubula, Petobo dan Jonpoye.
3. Berdasarkan analisis kuantitatif, daerah yang berpotensi tinggi terhadap terjadinya liquifaksi
adalah Kalukubula, Birobuli, Tatura, Sunju, Tatura, Lolu, Kawatuna, Lere, Birobuli Selatan.
4. Hasil perhitungan nilai daya dukung tanah di daerah penyelidikan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu daya dukung tanah sedang dan daya dukung tanah tinggi. Daerah yang mempunyai nilai daya
dukung sedang (7,2 – 21,6 ton/m2) berada pada Lolu, Birobuli, Kalukubula, Kotapulu, Baliase,
Sunju, Bayaoge, Tatura, Besusu Barat, Tatura, Birobuli, Talise, Lolu, Birobuli Utara, Kawatuna,
Kalukubula, Petobo, Kamoji, Lere, Tatura, Birobuli Selatan. Sedangkan daerah yang mempunyai
nilai daya dukung tinggi (>21,6 ton/m2) berada pada Kalukubula, Besusu, Talise, Tatura, Besusu
Tengah, Dolo Kotarinau, Lolu Selatan, Tanamodindi, dan Lasoani.
5. Daerah penyelidikan sebagian besar memiliki potensi sangat tinggi terhadap liquifaksi, hal ini
dapat dilihat dari besarnya nilai indeks potensi likuifaksi (LPI) yang menunjukkan kisaran nilai >
15.
6
4.2 Saran
Beberapa hal yang disarankan adalah sebagai berikut :
1. Pondasi yang digunakan sebaiknya tidak diletakkan pada lapisan pasir, sehingga lebih aman
terhadap perilaku liquifaksi.
2. Penataan ruang terhadap Kawasan pemukiman, industri dan bangunan vital lainnya sebaiknya
ditempatkan pada area yang memiliki indeks potensi likuifaksi (LPI) < 5.
7
DAFTAR PUSTAKA
Widyaningrum, Risna. 2012. Penyelidikan Geologi Teknik PotensiLiquifaksi Daerah Palu
Provinsi Sulawesi Tengah. Bandung: Program Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan Geologi