TBC

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI KOMUNITAS KLINIS

PELAYANAN RESEP PADA PASIEN ISPA DAN TB

OLEH :

NAMA : MESI MEIDA SARI

NIM : 16 01 01 083

KELAS : S1-B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI

PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam


20 tahun World Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang
tergabung di dalamnya mengupayakan untuk mengurangi TB Paru. Tuberkulosis
paru adalah suatu penyakit infeksi menular yangdi sebabkan oleh infeksi menular
oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB
BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila
tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2015).

Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian


global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan
kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan
masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun
2014. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita
tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh
penderita di dunia (WHO, 2015).

Peningkatan tuberkulosis paru di tanggulangi dengan beberapa strategi


dari Kementrian Kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan perluasan
pelayanan DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). DOTS adalah
salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai TB
paru melalui penyuluhan sesuai dengan budaya setempat, mengenai TB paru pada
masyarakat miskin, memberdayakan masyarakat dan pasien TB paru, serta
menyediakan akses dan standar pelayanan yang diperlukan bagi seluruh pasien
TB paru.
B. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu melakukan skrining resep yang meliputi skrining


administratif, farmasetis dan klinis.
2. Mahasiswa mampu melaksanakan pelayanan resep dengan memenuhi kaidah
dispensing practice.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberklosis (TB) Paru pada Dewasa

a) Definisi Tuberklosis (TB)

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan


oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Indonesia
merupakan negara yang termasuk sebagai 5 besar dari 22 negara di dunia dengan
beban TB. Kontribusi TB di Indonesia sebesar 5,8%. Saat ini timbul kedaruratan
baru dalam penanggulangan TB, yaitu TB Resisten Obat (Multi Drug Resistance/
MDR).

b) HASIL ANAMNESIS

Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda TB.Gejala umum


TB Paru adalah batuk produktif lebih dari 2 minggu, yang disertai:

1. Gejala pernapasan (nyeri dada, sesak napas, hemoptisis) dan/atau

2. Gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat
malam dan mudah lelah).

c) HASIL PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG SEDERHANA


(OBJECTIVE)

Pemeriksaan Fisik :

Kelainan pada TB Paru tergantung luas kelainan struktur paru. Pada awal
permulaan perkembangan penyakit umumnya sulit sekali menemukan kelainan.
Pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara
napas melemah di apex paru, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.

Pemeriksaan Penunjang :

1. Darah: limfositosis/ monositosis, LED meningkat, Hb turun.

2. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/BTA) ataukultur


kuman dari spesimen sputum/dahak sewaktu-pagi- sewaktu.

3. Untuk TB non paru, spesimen dapat diambil dari bilas lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan.

4. Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik.Pada TB, umumnya di


apeks paru terdapat gambaran bercak-bercak awan dengan batas yang tidak
jelas atau bila dengan batas jelas membentuk tuberkuloma. Gambaran lain
yang dapat menyertai yaitu, kavitas (bayangan berupa cincin berdinding
tipis), pleuritis (penebalan pleura), efusi pleura (sudut kostrofrenikus
tumpul).

d) PENEGAKAN DIAGNOSIS (ASSASSMENT)

i. Diagnosis Pasti TB

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang (sputum untuk dewasa, tes tuberkulin pada anak).

ii. Kriteria Diagnosis

Berdasarkan International Standards for Tuberkulosis Care (ISTC 2014).

iii. Standar Diagnosis

1. Untuk memastikan diagnosis lebih awal, petugas kesehatan harus waspada


terhadap individu dan grup dengan faktor risiko TB dengan melakukan
evaluasi klinis dan pemeriksaaan diagnostik yang tepat pada mereka dengan
gejala TB.
2. Semua pasien dengan batuk produktif yang berlangsung selama ≥ 2 minggu
yang tidakjelas penyebabnya, harus dievaluasi untuk TB.

3. Semua pasien yang diduga menderita TB dan mampu mengeluarkan dahak,


harus diperiksa mikroskopis spesimen apusan sputum/dahak minimal 2 kali
atau 1 spesimen sputum untuk pemeriksaan Xpert MTB/RIF*, yang diperiksa
di laboratorium yang kualitasnya terjamin, salah satu diantaranya adalah
spesimen pagi. Pasien dengan risiko resistensi obat, risiko HIV atau sakit
parah sebaiknya melakukan pemeriksan Xpert MTB/RIF* sebagai uji
diagnostik awal. Uji serologi darah dan interferon-gamma release assay
sebaiknya tidak digunakan untuk mendiagnosis TB aktif.

4. Semua pasien yang diduga tuberkulosis ekstra paru, spesimen dari organ
yang terlibat harus diperiksa secara mikrobiologis dan histologis. Uji Xpert
MTB/RIF direkomendasikan sebagai pilihan uji mikrobiologis untuk pasien
terduga meningitis karena membutuhkan penegakan diagnosis yang cepat.

5. Pasien terduga TB dengan apusan dahak negatif, sebaiknya dilakukan


pemeriksaan Xpert MTB/RIF dan/atau kultur dahak. Jika apusan dan uji
Xpert MTB/RIF* negatif pada pasien dengan gejala klinis yang mendukung
TB, sebaiknya segera diberikan pengobatan antituberkulosis setelah
pemeriksaan kultur.

e) PENATAKLASAAN KOMPREHENSIP

i. Tujuan Pengobatan

1. Menyembuhkan, mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas pasien.

2. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan.

3. Mencegah kekambuhan TB.

4. Mengurangi penularan TB kepada orang lain.

5. Mencegah terjadinya resistensi obat dan penularannya


ii. Prinsip-prinsip Terapi

1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari
beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan. Hindari penggunaan monoterapi.

2. Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tepat (KDT) / Fixed Dose Combination


(FDC) akan lebih menguntungkan dan dianjurkan.

3. Obat ditelan sekaligus (single dose) dalam keadaan perut kosong.

4. Setiap praktisi yang mengobati pasien tuberkulosis mengemban tanggung


jawab kesehatan masyarakat.

5. Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang belum pernah
diobati harus diberi paduan obat lini pertama.

6. Untuk menjamin kepatuhan pasien berobat hingga selesai, diperlukan suatu


pendekatan yang berpihak kepada pasien (patient centered approach) dan
dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT: Directly Observed
Treatment) oleh seorang pengawas menelan obat.

7. Semua pasien harus dimonitor respons pengobatannya. Indikator penilaian


terbaik adalah pemeriksaan dahak berkala yaitu pada akhir tahap awal, bulan
ke-5 dan akhir pengobatan.

8. Rekaman tertulis tentang pengobatan, respons bakteriologis dan efek


samping harus tercatat dan tersimpan.
Tabel 1.1 Dosis OAT KDT/FDC

Berat Fase Intensif Fase Lanjutan


Badan
Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu

30-37 2 2 2 2 2

38-54 3 3 3 3 3

55-70 4 4 4 4 4

>71 5 5 5 5 5

Tabel 1.2 Dosis OAT Berdasarkan BB Rekomendasi Dosis dalam mg/kgBB

Obat Harian 3x/minggu

INH 5 (4-6) max 300mg/hr 10 (8-12) max


900mg/dosis

Rifampicin 10 (8-12) max 600mg/hr 10 (8-12) max


600mg/dosis

Pirazinamid 25 (20-30) max 35 (30-40) max 2400


1600mg/hr mg/dosis

Etambutol 15 (15-20) max 30 (25-35) max


1600mg/hr 2400mg/dosis
B. OBAT-OBAT YANG DIBERIKAN

Isoniazid

I Tuberkulosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

KI Penyakit hati yang akut; hipersensitivitas terhadap isoniazid; epilepsi; gangguan


fungsi ginjal dan gangguan psikis.

P Hipersensitivitas gangguan fungsi hati (uji fungsi hati); gangguan fungsi ginjal;
risiko efek samping meningkat pada asetilator lambat; epilepsi; riwayat psikosis;
alkoholisme; hepatitis berat, hepatotoksik, penderita neuropati perifer, penderita
HIV, wanita hamil, menyusui dan post partum, pasien hipersensitif, diabetes
mellitus, intoleransi galaktosa, porfiria.

ES Mual, muntah, anoreksia, konstipasi, pusing, sakit kepala, vertigo, neuritis perifer,
neuritis optik, kejang, episode psikosis; reaksi hipersensitivitas seperti eritema
multiform, demam, purpura, anemia, agranulositosis; hepatitis (terutama pada usia
lebih dari 35 tahun); sindrom SLE, pellagra, hiperglikemia dan ginekomastia,
pendengaran berkurang, hipotensi, flushing.

D Tuberkulosis Aktif:

DEWASA; 5 mg/kgBB per hari (4-6 mg/kgBB per hari), ANAK :10 mg/kgBB per
hari (10-15 mg/kgBB per hari). Untuk dewasa dengan BB 30-45 kg, dosis per hari
200 mg diberikan dalam dosis tunggal. Untuk pasien dengan BB >45 kg, dosis per
hari 300 mg diberikan dalam dosis tunggal. Tuberkulosis Latent (Monoterapi):
diberikan sedikitnya 6 bulan DEWASA; 300 mg per hari. ANAK; 10 mg/kgBB per
hari (maks. 300 mg/hari). Tablet isoniazid 300 mg tidak boleh diberikan untuk anak
dengan BB
Rifampisin

I Untuk pengobatan tuberkulosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis


dalam kombinasi dengan obat antituberkulosis lain dan dalam kombinasi dengan
obat antilepra untuk pengobatan lepra dengan mengubah keadaan infeksi menjadi
keadaan noninfeksi.

KI Hipersensitivitas

P Kurangi dosis pada gangguan fungsi hati; lakukan pemeriksaan uji fungsi hati dan
hitung sel darah pada pengobatan jangka panjang; gangguan fungsi ginjal (jika dosis
lebih dari 600 mg/hari); kehamilan dan menyusui. Penting: pasien yang
menggunakan kontrasepsi oral dianjurkan untuk menggunakan metode tambahan;
dapat mengubah warna lensa kontak, menyebabkan warna kemerahan pada seluruh
sekresi tubuh, penderita diabetes melitus, flu syndrome, sesak napas, syok
anafilaksis.

ES Gangguan saluran cerna meliputi mual, muntah, anoreksia, diare; pada terapi
intermiten dapat terjadi sindrom influenza, gangguan respirasi (napas pendek),
kolaps dan syok, anemia hemolitik, anemia, gagal ginjal akut, purpura trombo-
sitopenia; gangguan fungsi hati, ikterus; flushing, urtikaria, ruam; gangguan sistem
saraf pusat meliputi sakit kepala, pusing, kebingungan, ataksia, lemah otot, psikosis.
Efek samping lain seperti udem, kelemahan otot, miopati, lekopenia, eosinofilia,
gangguan menstruasi; warna kemerahan pada urin, saliva dan cairan tubuh lainnya;
tromboplebitis pada pemberian per infus jangka panjang.

Tuberkulosis : DEWASA dalam dosis tunggal, BB <50kg adalah 450 mg, BB


D
>50kg adalah 600mg (pasien dengan gangguan fungsi hati tidak lebih dari
8mg/kgBB). ANAK: 10-20 mg/kgBB sebagai dosis harian (dosis total tidak lebih
dari 600 mg).
Pyrazinamid

I Tuberkulosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dalam kombinasi


dengan anti tuberkulosis lainnya.

KI Gangguan fungsi hati berat, porfiria, hipersensitivitas terhadap pirazinamid, gout,


wanita hamil dan menyusui.

P Gangguan fungsi hati; gangguan fungsi ginjal; diabetes mellitus; gout; pasien
hipersensitif terhadap etionamid, isoniazid, niasin, serta pirazinamid.

ES Hepatotoksisitas, termasuk demam anoreksia, hepatomegali, ikterus, gagal hati;


mual, muntah, artralgia, anemia sideroblastik, urtikaria, flushing, sakit kepala,
pusing, insomnia, gangguan vaskular : hipertensi, hiperurikemia, arthalgia.

IO Gangguan fungsi hati: pasien dan pengantarnya diberitahu cara mengenal gejala
gangguan fungsi hati dan dinasehatkan untuk segera menghentikan obat dan
memeriksakan diri bila timbul nausea persisten, muntah-muntah, lesu atau ikterus.
Penggunaan bersama dengan probenesid, allopurinol, ofloksasin dan levofloksasin,
obat hepatotoksik. Pirazinamid dapat mengganggu efek obat antidiaberik oral, serta
mengganggu tes untuk menentukan keton urin.

D 15-30 mg/kg BB sekali sehari. Dosis maksimal sehari 3 g. Digunakan pada 2 bulan
pertama dari 6 bulan pengobatan. Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal 20-
30 mg/kg BB tiga kali seminggu.

Etambutol

I Tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain untuk pengobatan tuberkulosis


yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis; pengobatan yang disebabkan
oleh Mycobacterium avium complex.
KI Hipersensitivitas terhadap zat aktif atau zat rambahan obat, neuritis optik, gangguan
visual; ANAK di bawah 6 tahun.

P Turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; lansia; kehamilan; ingatkan pasien
untuk melaporkan gangguan penglihatan.

ES Neuritis optik, buta warna merah/hijau, neuritis perifer.

Dewasa dan anak diatas 6 tahun, 15-25 mg/kgBB sebagai dosis tunggal.
D

Streptomisin injeksi

I Tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain

KI Kehamilan

P Hipersensitif

ES Gangguan kulit/alergi: ruam, indurasi, atau abses di sekitar lokasi suntikan, mati rasa
dan kesemutan di sekitar mulut, vertigo.

D 1 x sehari 1000mg

Ibuprofen

I Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan
gigi, nyeri pasca bedah, sakit kepala, gejala artritis reumatoid, gejala osteoartritis,
gejala juvenile artritis reumatoid, menurunkan demam pada anak.

KI Kehamilan trimester akhir, pasien dengan ulkus peptikum (ulkus duodenum dan
lambung), hipersensitivitas, polip pada hidung, angioedema, asma, rinitis, serta
urtikaria ketika menggunakan asam asetilsalisilat atau AINS lainnya.

P Tidak dianjurkan pada lansia, kehamilan, persalinan, menyusui, pasien dengan


perdarahan, ulkus, perforasi pada lambung, gangguan pernafasan, gangguan fungsi
jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, hipertensi tidak terkontrol,
hiperlipidemia, diabetes melitus, gagal jantung kongestif, penyakit jantung iskemik,
penyakit serebrovaskular, penyakit arteri periferal, dehidrasi, meningitis aseptik.

ES Umum: pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri abdomen,
konstipasi, hematemesis, melena, perdarahan lambung, ruam. Tidak umum: rinitis,
ansietas, insomnia, somnolen, paraestesia, gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, tinnitus, vertigo, asma, dispnea, ulkus mulut, perforasi lambung, ulkus
lambung, gastritis, hepatitis, gangguan fungsi hati, urtikaria, purpura, angioedema,
Nefrotoksik, gagal ginjal. Jarang: meningitis aseptik, gangguan hematologi, reaksi
anafilaktik, depresi, kebingungan, neuritis optik, neuropati optik, edema. Sangat
jarang: pankreatitis, gagal hati, reaksi kulit (eritema multiform, sindroma Stevens –
Johnson, nekrolisis epidermal toksik), gagal jantung, infark miokard, hipertensi.

D Dewasa, dosis yang dianjurkan 200-250 mg 3-4 kali sehari. Anak 1-2 tahun, 50 mg
3-4 kali sehari. 3-7 tahun, 100-125 mg 3-4 kali sehari. 8-12 tahun, 200-250 mg 3-4
kali sehari. Tidak boleh dipergunakan pada anak dengan berat badan kurang dari 7
kg. Sebaiknya diminum setelah makan.

Salbutamol

I Asma dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi saluran napas yang
reversibel.

KI Hipersensitif terhadap salbutamaol.

P Hati-hati pada penyakit hipertiroid, penyakit kadiovaskular, aritmia, hipertensi, dan


DM

Tremor, ketegangan, sakit kepala, kram otot, palpitasi, takikardia, aritmia, gangguan
ES
tidur dan tingkah laku. Bronkospasme paradoksikal, urtikaria, angiodema, hipotensi.

D Oral: 4 mg (lansia dan pasien yang sensitif dosis awal 2 mg) 3-4 kali sehari, dosis
tunggal, maksimal 8 mg. anak di bawah 2 tahun 200 mcg/kg bb 4 kali sehari, 2- 6
tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari, 6-12 tahun 2 mg

Curcuma FCT

I Meningkatkan nafsu makan dan memelihara fungsi hati.

KI hipersensitif

P Sebaiknya di minum setelah makan untuk menghindari iritasi lambung

D 3 x sehari 1-2 tablet

Ambroxol

I Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis khususnya pada
eksaserbasi bronkitis kronis dan bronkitis asmatik dan asma bronkial.

KI Hipersensitif terhadap ambroksol.

P Ambroksol hanya dapat digunakan selama kehamilan (terutama trimester awal) dan
menyusui jika memang benar-benar diperlukan; pemakaian selama kehamilan dan
menyusui masih memerlukan penelitian lebih lanjut; ambroksol tidak boleh
digunakan dalam jangka waktu yang lama tanpa konsultasi dokter; dalam beberapa
kasus insufisiensi ginjal, akumulasi dari metabolit ambroksol terbentuk di hati.
ES Reaksi intoleran setelah pemberian ambroksol pernah dilaporkan tetapi jarang; efek
samping yang ringan pada saluran saluran cerna pernah dilaporkan pada beberapa
pasien; reaksi alergi (jarang); reaksi alergi yang ditemukan: reaksi pada kulit,
pembengkakan wajah, dispnea, demam; tidak diketahui efeknya terhadap
kemampuan mengendarai atau menjalankan mesin.

D Dewasa: kapsul lepas lambat 1 kali sehari 75 mg, sesudah makan. Dewasa dan anak
di atas 12 tahun:1 tablet (30 mg) 2-3 kali sehari; Anak 6-12 tahun: 1/2 tablet 2-3 kali
sehari. Sirup tetes (drops): 15 mg/ml drops (1 mL= 20 tetes): Anak s/d 2 tahun: 0,5
mL (10 tetes) 2 kali sehari; Ambroksol drops dapat dicampur bersama dengan sari
buah, susu atau air.Sirup 15 mg/5 mL (1 sendok takar = 5 mL): Anak usia 6-12
tahun: 2-3 kali sehari 1 sendok takar; 2-6 tahun: 3 kali sehari 1/2 sendok takar; di
bawah 2 tahun: 2 kali sehari 1/2 sendok takar.

IO Pemberian bersamaan dengan antibiotik (amoksisilin sefuroksim, eritromisin,


doksisiklin) menyebabkan peningkatan penerimaan antibiotik kedalam jaringan
paru-paru.

Pyridoxin HCl

I Neuropati isoniazid

KI Hipersensitivitas

ES Sakit kepala, mual, mati rasa pada tangan dan kaki.

D Neuropati isoniazid, profilaksis 10 mg tiap hari


BAB III

METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan

Alat :
1) Serbet
2) Etiket dan copy resep
3) Klip plastik
4) Blanko
5) Buku/referensi

Bahan :
1) Pro TB 4 kaplet + Streptomisin Injeksi
2) Ibuprofen tablet
3) Salbutamol tablet
4) Curcuma fct tablet
5) Ambroxol tablet
6) Vit. B6 tablet

2. Prosedur Kerja

a) Penyiapan Pro TB 4 kaplet

1) Siapkan Pro TB 4 sebanyak 240 kaplet untuk 60 hari


2) Cek kadaluarsa obat
3) Beri etiket, lalu masukkan ke dalam klip plastik
4) Lalu berikan kepada pasien dan berikan penjelasan tentang obat
tersebut
b) Penyiapan Injeksi Streptomisin
1) Siapkan injeksi streptomisin sebanyak 60 vial untuk 2 bulan
2) Cek kadaluarsa obat
3) Beri etiket biru
4) Lalu berikan kepada pasien dan diberitahu saat penggunaan injeksi
secara IM dengan bantuk tenaga kesehatan

c) Penyiapan Ibuprofen Tablet


1) Siapkan ibuprofen tablet sebanyak 21 tablet, minumlah jika perlu
2) Cek kadaluarsa obat
3) Beri etiket, lalu masukkan ke dalam klip plastik
4) Lalu berikan kepada pasien dan berikan penjelasan tentang obat
tersebut

d) Penyiapan Salbutamol Tablet


1) Siapkan salbutamol tablet sebanyak 15 tablet
2) Cek kadaluarsa obat
3) Beri etiket, lalu masukkan ke dalam klip plastik
4) Lalu berikan kepada pasien dan berikan penjelasan tentang obat
tersebut

e) Penyiapan Curcuma FCT Tablet


1) Siapkan curcuma fct tablet sebanyak 30 tablet
2) Cek kadaluarsa obat
3) Beri etiket, lalu masukkan ke dalam klip plastik
4) Lalu berikan kepada pasien dan berikan penjelasan tentang obat
tersebut
f) Penyiapan Ambroxol Tablet
1) Siapkan ambroxol tablet sebanyak 15 tablet
2) Cek kadaluarsa obat
3) Beri etiket, lalu masukkan ke dalam klip plastik
4) Lalu berikan kepada pasien dan berikan penjelasan tentang obat
tersebut

g) Penyiapan Piridoksin Tablet


1) Siapkan piridoksin tablet sebanyak 60 tablet untuk 60 hari
2) Cek kadaluarsa obat
3) Beri etiket, lalu masukkan ke dalam klip plastik
4) Lalu berikan kepada pasien dan berikan penjelasan tentang obat
tersebut
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus :

Riwayat penyakit TBC sudah setahun yang lalu dinyatakan sembuh. Berapa
minggu ini mengalami batuk berdahak, sesak napas, demam dan berkeringat pada
malam hari, nafsu makan menurun. Didiagnosis kembali dengan BTA positif.

DIAGNOSA : TBC kategori 2

dr. AlmAira, SpPD


SIP : 1412/KPPT/2017
Aryodila No.22A
Palembang, 24 oktober 2019

R/ Pro TB 4 XXX
S 1 dd 2 tablet

Pro : Tn. Bambang


Umur : 46 tahun
BB : 57 kg
Alamat : Jln Ariodillah III 22 A
HASIL

dr. AlmAira, SpPD


SIP : 1412/KPPT/2017
Aryodila No.22A
Palembang, 24 oktober 2019
R/ Pro TB 4 CCXL
S 1 dd 4 kaplet ac

R/ Streptomisin inj no LX
S 1 dd vial ac

R/ Ibuprofen XXI
S t dd 1 tab pc

R/ Salbutamol XV
S t dd 1 tab pc

R/ Curcuma FCT XXX


S t dd 1 tab pc

R/ Ambroxol XV
S b dd 1 tab pc

R/ Pyridoxine HCl LX
S 1 dd 1 tab pc

Pro : Tn. Bambang


Umur : 46 tahun
BB : 57 kg
Alamat : Jln Ariodillah III 22 A
1. Persyaratan administratif

No Kriteria Ada Tidak Tindak Lanjut


1 Nama pasien √ Tidak lengkap, konfirmasi dahulu
2 Umur pasien √
3 Jenis kelamin pasien √
4 Berat badan pasien √
5 Tinggi badan pasien √ Tidak ada, tidak diperlukan
6 Nama dokter √
7 Nomor surat izin praktek dr √
8 Alamat dokter √
9 Paraf dokter √ Tidak ada, konfirmasi
10 Tanggal ditulisnya resep √
11 Alamat pasien/ruangan asal √ Tidak ada, konfirmasi

2. Persyaratan farmasetik

No Nama obat Ketidaksesuaian farmasetis Tindak lanjut


1 Isoniazid - memastikan kekuatan sediaan - Lihat ISO/MIMS
yang ada dipasaran - Belum ada keterangan
waktu minum obat
dengan melihat referensi
(MIMS)
- Cek kekuatan sediaan
yang tersedia
2 Rifampicin - Memastikan kekuatan sediaan - Lihat ISO/MIMS
- Lihat referensi untuk
melihat kekuatan sediaan
obat
3 Pyrazinamid - Memastikan kekuatan sediaan - Lihat ISO/MIMS
yang ada di pasaran - Lihat referensi untuk
melihat kekuatan sediaan
obat
- Cek kekuatan sediaan
yang tersedia
4 Ethambutol - Memastikan kekuatan sediaan - Lihat ISO/MIMS
yang ada di pasaran - Lihat referensi untuk
melihat kekuatan sediaan
obat
- Cek kekuatan sediaan
yang tersedia

3. Pertimbangan klinis

Perhitungan dosis

No Nama obat Aturan pakai Dosis lazim Perhitungan dosis


1 Rifampicin - 4 tab/hari 8-12mg/kgbb - Dosis 8mg :
- 1 tab = 150mg (PPK fasyankes) 8mg x 57 = 456mg
- 4 tab = 600mg - Dosis 12mg :
12mg x 57kg = 684mg
- range dosis
456mg-684mg
- dosis yang ada di resep
yaitu 600mg
(dosis sudah sesuai)
2 Isoniazid - 4 tab/hari 4-6mg/kgbb - Dosis 4mg :
- 1 tab = 75mg (PPK fasyankes) 4mg x 57 = 228mg
- 4 tab = 300mg - Dosis 6mg
6mg x 57 = 342mg
- range dosis
228mg-342mg
- Dosis yang ada diresep
yaitu 300mg
(dosis sudah sesuai)
3 Pyrazinamid - 4 tab/hari 20-30mg/kgbb - Dosis 20 mg
- 1 tab = 400 mg (PPK Fasyankes) 20mg x 57 = 1140 mg
- 4 tab = 1600mg - Dosis 30mg
30mg x 57 = 1710 mg
- range dosis
1140mg-1710mg
- dosis yang ada di resep
yaitu 1600mg
(Dosis sudah sesuai)
4 Ethambutol - 4 tab/hari 15-20mg/kgbb - dosis 15mg
- 1 tab = 275mg (PPK Fasyankes) 15mg x 57 = 855mg
- 4 tab = 1100mg - dosis 20mg
20mg x 57 = 1140mg
- range dosis
855mg-1140mg
- dosis yang ada diresep
yaitu 1100mg
(dosis sudah sesuai)
5 Streptomisin 1x sehari 1 gram Dewasa - dosis 12 mg
injeksi (PIONAS) 12-18mg/kgbb 12mg x 57 = 684mg
(PIONAS) - dosis 18mg
18mg x 57 = 1026mg
- range dosis
684mg-1026mg
- dosis yang ada di resep
yaitu 1000mg
(dosis sudah sesuai)
6 Ambroxol 2x sehari 1 tablet 1 tablet, 2-3 x sehari 1xp = 30mg
(30mg) (PIONAS) 1 hari = 60 mg
7 Pyridoxine 1x 1 tablet Neuropati isoniazid 1xp dan 1 hari = 10mg
HCl (10mg) profilaksis
(10mg/hari)
(PIONAS)
8 Ibuprofen 3x1 tablet Dewasa : - dosis 1 hari
(200mg) 200-400mg 200mg x 3 = 600mg
(DIH ed 17 hal: - dosis 1 hari
3690) 400mg x 3 = 1200mg
- range dosis = 600mg -
1200mg
- 1xp = 200mg
- 1hari = 600mg
(dosis sudah sesuai)
9 Salbutamol 3x1 tablet (4mg) 3-4 x sehari 1 tab - 1xp = 4mg
(4mg) - 1hari = 12mg
(PIONAS)
10 Curcuma 3x1 tablet 3-4x sehari 1 tablet - 1xp = 200mg
FCT (200mg) (200mg) - 1 hari = 600mg
(ISO ed 45 hal :
487)
4. SOAP
Assassment

Problem Subjektif & Terapi Analisis DRP


medic objektif
TB Subjektif: Pro TB 4 Dosis resep tersebut Dosis terlalu
Kategori 2 Batuk dapat dianalisa bahwa rendah
berdahak, pro TB 4 mengnadung
sesak napas, :
demam, dan - isoniazid
berkeringat - rifampicin
pada malam - pyrazinamid
hari, nafsu - ethambutol
makan Berdasarkan PPK TB
menurun tahap awal :
Pada aturan pakai
Objektif : digantimenjadi 1x 4
BTA positif tablet selama 2 bulan.
Karena BB pasien
memiliki berat 57kg
maka penggunaan Pro
TB 4 harus 4 tablet
dalam sehari.
(55kg-70kg : 4 tablet)
PPK Fasyankes
Streptomisin Streptomisin dapat -
dianalisis berdasarkan
PPK. TB tahap awal
kategori 2 dengan BB
57 dari rentang 55-70
kg diberikan Pro TB 4
+ 1000mg Streptomisin
injeksi.
Usul : penambahan
streptomisin injeksi.
Ibuprofen Diberikan untuk Indikasi tanpa
menurunkan panas obat
Salbutamol Sesak napas Indikasi tanpa
obat
Ambroxol Batuk berdahak Indikasi tanpa
obat
Pyridoxine Digunakan sebagai Indikasi tanpa
HCl profilaksi untuk obat
mengatasi efek
samping dari
pemakaian isoniazid
yaitu neuropati
isoniazid
Curcuma FCT Nafsu makan menurun Indikasi tanpa
obat
a. Plan

N Nama obat Bentuk dan kekuatan Jumlah Signa & aturan Rencana
O sediaan minum (ac, dc, monitoring
pc)
1 Pro TB 4 Kaplet salut selaput : 240 1x4 kaplet/hari - kondisi klinik :
- isoniazid 75mg kaplet ac Batuk berdahak,
- rifampicin 150mg sesak napas,
- pyrazinamid 400mg demam dan
- ethambutol 275mg berkeringat pada
mlam hari, nafsu
makan menurun.
- tanda vital : -
- parameter lab :
BTA (+)
2 Streptomisin Vial 60 vial 1x1000mg/hari
injeksi ac.

3 Ibuprofen Tablet 200mg 21 tablet 3x sehari


200mg pc

4 Salbutamol Tablet 4mg 15 tablet 3x 4mg pc


5 Ambroxol Tablet 30mg 15 tablet 2x30mg pc

6 Pyridoxin Tablet 10mg 60 tablet 1x 10mg pc


HCl

7 Curcuma Tablet 200mg 30 tablet 3x200mg pc


FCT
PEMBAHASAN

Pada sediaan Pro TB 4 yang terdapat pada resep tersebut dapat dianalisa
bahwa Pro TB 4 tersebut mengandung : isoniazid, rifampicin, pyrazinamid, dan
ethambutol. Berdasarkan PPK Fasyankes TB tahap awal bahwa untuk terapi
pasien TB yang mempunyai berat badan di range 55-70kg yaitu 1x sehari 4 tablet
selama 2 bulan. Di resep tersebut terdapat kesalahan pada penulisan signa yaitu
1x sehari 2 tablet maka signa harus diganti menjadi 1x sehari 4 tablet sebelum
makan sesuai referensi dari PPK Fasyankes.

Di resep tersebut ditemukan bahwa tidak ada penambahan streptomisin


injeksi sebagai terapi tambahan untuk TB kategori 2. berdasarkan PPK Fasyankes
untuk TB kategori 2 dengan BB 57kg harus diberikan Pro TB 4 + injeksi
streptomisin 1000mg selama 2 bulan, maka diusulkan pada resep tersebut untuk
menambahkan streptomisin injeksi untuk pemakaian 2 bulan.

Dalam obat Pro TB 4 terdapat salah satu komponen obat yaitu isoniazid
yang mempunyai efek samping yaitu neuropati perifer. Maka harus diberikan
Pyridoxine HCl bersamaan dengan terapi TB kategori 2 tersebut sebagai
profilaksis neuropati perifer yang disebabkan oleh efek samping dari isoniazid
tersebut.

Dalam resep tersebut ditemukan juga adanya DRP indikasi tanpa obat
seperti batuk berdahak, sesak napas, demam dan nafsu makan menurun, maka
dapat direkomendasikan ambroxol sebagai mukolitik/sekretolitik dengan dosis 3x
30mg sesudah makan, salbutamol sebagai bronkodilator dengan dosis 3x 4mg
sesudah makan, ibuprofen sebagai antipiretik dengan dosis 3x 200mg sesudah
makan, dan Curcuma FCT sebagai multivitamin penambah nafsu makan dengan
dosis 3x 200mg sesudah makan.
BAB V

KESIMPULAN

Dari SOAP yang telah dijelaskan diatas, dapat diambil kesimpulan antara lain :

1) Dosis obat Pro TB 4 ditingkatkan, karena dosis pada resep terlalu rendah
(underdose) dan jumlahnya ditambah menjadi 240 tablet untuk 2 bulan
pemakaian dengan dosis 1x sehari 4 tablet.

2) Berdasarkan PPK Fasyankes, TB tahap awal kategori 2 dengan BB 57 kg


dengan rentang BB 55-70 kg diberikan Pro TB 4 + 1000mg streptomisin
injeksi.

3) Untuk mengatasi keluhan demam dapat diberikan ibuprofen sebagai


antipiretik dengan dosis 3x sehari 200mg.

4) Untuk mengatasi keluhan sesak napas dapat diberikan salbutamol sebagai


bronkodilator dengan dosis 3x sehari 4mg.

5) Untuk mengatasi keluhan batuk berdahak dapat diberikan ambroxol sebagai


mukolitik/sekretolik dengan dosis 3x sehari 4mg.

6) Untuk mencegah terjadinya Neuropati perifer yang disebabkan oleh efek


samping dari pemakaian isoniazid yang terkandung di dalam Pro TB 4 maka
harus diberikan Pyridoxine HCl 10mg/hari (PIONAS)

7) Untuk mengatasi penurunan nafsu makan maka dapat diberikan Curcuma


FCT tablet dengan dosis 3x 200mg.

Anda mungkin juga menyukai