TBC
TBC
TBC
OLEH :
NIM : 16 01 01 083
KELAS : S1-B
PALEMBANG
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
TINJAUAN PUSTAKA
b) HASIL ANAMNESIS
2. Gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat
malam dan mudah lelah).
Pemeriksaan Fisik :
Kelainan pada TB Paru tergantung luas kelainan struktur paru. Pada awal
permulaan perkembangan penyakit umumnya sulit sekali menemukan kelainan.
Pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara
napas melemah di apex paru, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.
Pemeriksaan Penunjang :
3. Untuk TB non paru, spesimen dapat diambil dari bilas lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
i. Diagnosis Pasti TB
4. Semua pasien yang diduga tuberkulosis ekstra paru, spesimen dari organ
yang terlibat harus diperiksa secara mikrobiologis dan histologis. Uji Xpert
MTB/RIF direkomendasikan sebagai pilihan uji mikrobiologis untuk pasien
terduga meningitis karena membutuhkan penegakan diagnosis yang cepat.
e) PENATAKLASAAN KOMPREHENSIP
i. Tujuan Pengobatan
1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari
beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan. Hindari penggunaan monoterapi.
5. Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang belum pernah
diobati harus diberi paduan obat lini pertama.
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5
Isoniazid
P Hipersensitivitas gangguan fungsi hati (uji fungsi hati); gangguan fungsi ginjal;
risiko efek samping meningkat pada asetilator lambat; epilepsi; riwayat psikosis;
alkoholisme; hepatitis berat, hepatotoksik, penderita neuropati perifer, penderita
HIV, wanita hamil, menyusui dan post partum, pasien hipersensitif, diabetes
mellitus, intoleransi galaktosa, porfiria.
ES Mual, muntah, anoreksia, konstipasi, pusing, sakit kepala, vertigo, neuritis perifer,
neuritis optik, kejang, episode psikosis; reaksi hipersensitivitas seperti eritema
multiform, demam, purpura, anemia, agranulositosis; hepatitis (terutama pada usia
lebih dari 35 tahun); sindrom SLE, pellagra, hiperglikemia dan ginekomastia,
pendengaran berkurang, hipotensi, flushing.
D Tuberkulosis Aktif:
DEWASA; 5 mg/kgBB per hari (4-6 mg/kgBB per hari), ANAK :10 mg/kgBB per
hari (10-15 mg/kgBB per hari). Untuk dewasa dengan BB 30-45 kg, dosis per hari
200 mg diberikan dalam dosis tunggal. Untuk pasien dengan BB >45 kg, dosis per
hari 300 mg diberikan dalam dosis tunggal. Tuberkulosis Latent (Monoterapi):
diberikan sedikitnya 6 bulan DEWASA; 300 mg per hari. ANAK; 10 mg/kgBB per
hari (maks. 300 mg/hari). Tablet isoniazid 300 mg tidak boleh diberikan untuk anak
dengan BB
Rifampisin
KI Hipersensitivitas
P Kurangi dosis pada gangguan fungsi hati; lakukan pemeriksaan uji fungsi hati dan
hitung sel darah pada pengobatan jangka panjang; gangguan fungsi ginjal (jika dosis
lebih dari 600 mg/hari); kehamilan dan menyusui. Penting: pasien yang
menggunakan kontrasepsi oral dianjurkan untuk menggunakan metode tambahan;
dapat mengubah warna lensa kontak, menyebabkan warna kemerahan pada seluruh
sekresi tubuh, penderita diabetes melitus, flu syndrome, sesak napas, syok
anafilaksis.
ES Gangguan saluran cerna meliputi mual, muntah, anoreksia, diare; pada terapi
intermiten dapat terjadi sindrom influenza, gangguan respirasi (napas pendek),
kolaps dan syok, anemia hemolitik, anemia, gagal ginjal akut, purpura trombo-
sitopenia; gangguan fungsi hati, ikterus; flushing, urtikaria, ruam; gangguan sistem
saraf pusat meliputi sakit kepala, pusing, kebingungan, ataksia, lemah otot, psikosis.
Efek samping lain seperti udem, kelemahan otot, miopati, lekopenia, eosinofilia,
gangguan menstruasi; warna kemerahan pada urin, saliva dan cairan tubuh lainnya;
tromboplebitis pada pemberian per infus jangka panjang.
P Gangguan fungsi hati; gangguan fungsi ginjal; diabetes mellitus; gout; pasien
hipersensitif terhadap etionamid, isoniazid, niasin, serta pirazinamid.
IO Gangguan fungsi hati: pasien dan pengantarnya diberitahu cara mengenal gejala
gangguan fungsi hati dan dinasehatkan untuk segera menghentikan obat dan
memeriksakan diri bila timbul nausea persisten, muntah-muntah, lesu atau ikterus.
Penggunaan bersama dengan probenesid, allopurinol, ofloksasin dan levofloksasin,
obat hepatotoksik. Pirazinamid dapat mengganggu efek obat antidiaberik oral, serta
mengganggu tes untuk menentukan keton urin.
D 15-30 mg/kg BB sekali sehari. Dosis maksimal sehari 3 g. Digunakan pada 2 bulan
pertama dari 6 bulan pengobatan. Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal 20-
30 mg/kg BB tiga kali seminggu.
Etambutol
P Turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; lansia; kehamilan; ingatkan pasien
untuk melaporkan gangguan penglihatan.
Dewasa dan anak diatas 6 tahun, 15-25 mg/kgBB sebagai dosis tunggal.
D
Streptomisin injeksi
KI Kehamilan
P Hipersensitif
ES Gangguan kulit/alergi: ruam, indurasi, atau abses di sekitar lokasi suntikan, mati rasa
dan kesemutan di sekitar mulut, vertigo.
D 1 x sehari 1000mg
Ibuprofen
I Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan
gigi, nyeri pasca bedah, sakit kepala, gejala artritis reumatoid, gejala osteoartritis,
gejala juvenile artritis reumatoid, menurunkan demam pada anak.
KI Kehamilan trimester akhir, pasien dengan ulkus peptikum (ulkus duodenum dan
lambung), hipersensitivitas, polip pada hidung, angioedema, asma, rinitis, serta
urtikaria ketika menggunakan asam asetilsalisilat atau AINS lainnya.
ES Umum: pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri abdomen,
konstipasi, hematemesis, melena, perdarahan lambung, ruam. Tidak umum: rinitis,
ansietas, insomnia, somnolen, paraestesia, gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, tinnitus, vertigo, asma, dispnea, ulkus mulut, perforasi lambung, ulkus
lambung, gastritis, hepatitis, gangguan fungsi hati, urtikaria, purpura, angioedema,
Nefrotoksik, gagal ginjal. Jarang: meningitis aseptik, gangguan hematologi, reaksi
anafilaktik, depresi, kebingungan, neuritis optik, neuropati optik, edema. Sangat
jarang: pankreatitis, gagal hati, reaksi kulit (eritema multiform, sindroma Stevens –
Johnson, nekrolisis epidermal toksik), gagal jantung, infark miokard, hipertensi.
D Dewasa, dosis yang dianjurkan 200-250 mg 3-4 kali sehari. Anak 1-2 tahun, 50 mg
3-4 kali sehari. 3-7 tahun, 100-125 mg 3-4 kali sehari. 8-12 tahun, 200-250 mg 3-4
kali sehari. Tidak boleh dipergunakan pada anak dengan berat badan kurang dari 7
kg. Sebaiknya diminum setelah makan.
Salbutamol
I Asma dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi saluran napas yang
reversibel.
Tremor, ketegangan, sakit kepala, kram otot, palpitasi, takikardia, aritmia, gangguan
ES
tidur dan tingkah laku. Bronkospasme paradoksikal, urtikaria, angiodema, hipotensi.
D Oral: 4 mg (lansia dan pasien yang sensitif dosis awal 2 mg) 3-4 kali sehari, dosis
tunggal, maksimal 8 mg. anak di bawah 2 tahun 200 mcg/kg bb 4 kali sehari, 2- 6
tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari, 6-12 tahun 2 mg
Curcuma FCT
KI hipersensitif
Ambroxol
I Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis khususnya pada
eksaserbasi bronkitis kronis dan bronkitis asmatik dan asma bronkial.
P Ambroksol hanya dapat digunakan selama kehamilan (terutama trimester awal) dan
menyusui jika memang benar-benar diperlukan; pemakaian selama kehamilan dan
menyusui masih memerlukan penelitian lebih lanjut; ambroksol tidak boleh
digunakan dalam jangka waktu yang lama tanpa konsultasi dokter; dalam beberapa
kasus insufisiensi ginjal, akumulasi dari metabolit ambroksol terbentuk di hati.
ES Reaksi intoleran setelah pemberian ambroksol pernah dilaporkan tetapi jarang; efek
samping yang ringan pada saluran saluran cerna pernah dilaporkan pada beberapa
pasien; reaksi alergi (jarang); reaksi alergi yang ditemukan: reaksi pada kulit,
pembengkakan wajah, dispnea, demam; tidak diketahui efeknya terhadap
kemampuan mengendarai atau menjalankan mesin.
D Dewasa: kapsul lepas lambat 1 kali sehari 75 mg, sesudah makan. Dewasa dan anak
di atas 12 tahun:1 tablet (30 mg) 2-3 kali sehari; Anak 6-12 tahun: 1/2 tablet 2-3 kali
sehari. Sirup tetes (drops): 15 mg/ml drops (1 mL= 20 tetes): Anak s/d 2 tahun: 0,5
mL (10 tetes) 2 kali sehari; Ambroksol drops dapat dicampur bersama dengan sari
buah, susu atau air.Sirup 15 mg/5 mL (1 sendok takar = 5 mL): Anak usia 6-12
tahun: 2-3 kali sehari 1 sendok takar; 2-6 tahun: 3 kali sehari 1/2 sendok takar; di
bawah 2 tahun: 2 kali sehari 1/2 sendok takar.
Pyridoxin HCl
I Neuropati isoniazid
KI Hipersensitivitas
METODE PRAKTIKUM
Alat :
1) Serbet
2) Etiket dan copy resep
3) Klip plastik
4) Blanko
5) Buku/referensi
Bahan :
1) Pro TB 4 kaplet + Streptomisin Injeksi
2) Ibuprofen tablet
3) Salbutamol tablet
4) Curcuma fct tablet
5) Ambroxol tablet
6) Vit. B6 tablet
2. Prosedur Kerja
Kasus :
Riwayat penyakit TBC sudah setahun yang lalu dinyatakan sembuh. Berapa
minggu ini mengalami batuk berdahak, sesak napas, demam dan berkeringat pada
malam hari, nafsu makan menurun. Didiagnosis kembali dengan BTA positif.
R/ Pro TB 4 XXX
S 1 dd 2 tablet
R/ Streptomisin inj no LX
S 1 dd vial ac
R/ Ibuprofen XXI
S t dd 1 tab pc
R/ Salbutamol XV
S t dd 1 tab pc
R/ Ambroxol XV
S b dd 1 tab pc
R/ Pyridoxine HCl LX
S 1 dd 1 tab pc
2. Persyaratan farmasetik
3. Pertimbangan klinis
Perhitungan dosis
N Nama obat Bentuk dan kekuatan Jumlah Signa & aturan Rencana
O sediaan minum (ac, dc, monitoring
pc)
1 Pro TB 4 Kaplet salut selaput : 240 1x4 kaplet/hari - kondisi klinik :
- isoniazid 75mg kaplet ac Batuk berdahak,
- rifampicin 150mg sesak napas,
- pyrazinamid 400mg demam dan
- ethambutol 275mg berkeringat pada
mlam hari, nafsu
makan menurun.
- tanda vital : -
- parameter lab :
BTA (+)
2 Streptomisin Vial 60 vial 1x1000mg/hari
injeksi ac.
Pada sediaan Pro TB 4 yang terdapat pada resep tersebut dapat dianalisa
bahwa Pro TB 4 tersebut mengandung : isoniazid, rifampicin, pyrazinamid, dan
ethambutol. Berdasarkan PPK Fasyankes TB tahap awal bahwa untuk terapi
pasien TB yang mempunyai berat badan di range 55-70kg yaitu 1x sehari 4 tablet
selama 2 bulan. Di resep tersebut terdapat kesalahan pada penulisan signa yaitu
1x sehari 2 tablet maka signa harus diganti menjadi 1x sehari 4 tablet sebelum
makan sesuai referensi dari PPK Fasyankes.
Dalam obat Pro TB 4 terdapat salah satu komponen obat yaitu isoniazid
yang mempunyai efek samping yaitu neuropati perifer. Maka harus diberikan
Pyridoxine HCl bersamaan dengan terapi TB kategori 2 tersebut sebagai
profilaksis neuropati perifer yang disebabkan oleh efek samping dari isoniazid
tersebut.
Dalam resep tersebut ditemukan juga adanya DRP indikasi tanpa obat
seperti batuk berdahak, sesak napas, demam dan nafsu makan menurun, maka
dapat direkomendasikan ambroxol sebagai mukolitik/sekretolitik dengan dosis 3x
30mg sesudah makan, salbutamol sebagai bronkodilator dengan dosis 3x 4mg
sesudah makan, ibuprofen sebagai antipiretik dengan dosis 3x 200mg sesudah
makan, dan Curcuma FCT sebagai multivitamin penambah nafsu makan dengan
dosis 3x 200mg sesudah makan.
BAB V
KESIMPULAN
Dari SOAP yang telah dijelaskan diatas, dapat diambil kesimpulan antara lain :
1) Dosis obat Pro TB 4 ditingkatkan, karena dosis pada resep terlalu rendah
(underdose) dan jumlahnya ditambah menjadi 240 tablet untuk 2 bulan
pemakaian dengan dosis 1x sehari 4 tablet.