Epistemologi - Filsafat Ilmu - Rev3
Epistemologi - Filsafat Ilmu - Rev3
Epistemologi - Filsafat Ilmu - Rev3
Semester 7
Kelompok 3
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga
tetap tercurahkan kepada jungjunan kita, yakni Nabi Muhammad SAW. “Etika
Keilmuan” ini akan di bahas untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih
mengenal mengenai Etika Keilmuan .
Penyusun
S7N Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
BAB II....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
1. PENGERTIAN ............................................................................................................. 2
2. Pengertian Etika dan Moral........................................................................................... 3
3. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Etika ............................................................. 4
4. Etika dalam Aksiologi Ilmu .......................................................................................... 5
1. Nilai Logika:Benar– Salah ........................................................................................ 5
2. Nilai Etika: Nilai tentang Baik dan Buruk ................................................................ 5
3. Nilai Estetika: Nilai tentang Indah-Jelek .................................................................. 6
5. Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai...................................................................... 9
6. Persoalan Etika Ilmu Pengetahuan .............................................................................. 11
7. Sikap llmiah dan tanggung jawab Ilmuwan ............................................................... 12
BAB III ................................................................................................................................... 15
PENUTUP .............................................................................................................................. 15
1. Kesimpulan .............................................................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang begitu saja
seperti barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan tetapi
ilmu merupakan suatu cara berpikir yang demikian rumit dan mendalam
tentang suatu objek yang khas dengan pendekatan yang khas pula
sehingga menghasilkan suatu kesimpulanyang berupa pengetahuan yang
handal.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Ilmu Pengetahuan merupakan alat bagi manusia, yang diciptakan
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Dengan
ilmu dapat diciptakan suasana yang lebih baik dan dengan demikian
melalui ilmulah manusia dapat lebih mudah mencapai tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan. Meskipun dalam perkembangannya
kemajuan ilmu pengetahuan tidak selalu mensejahterakan manusia, tetapi
banyak pula keburukan bahkan penderitaan yang dialami oleh manusia
sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
2
2. Pengertian Etika dan Moral
Secara etimologis etika berasal dari kata ethos yang berarti adat,
kebiasaan atau susila. Dalam filsafat etika membicarakan tentang tingkah
laku atau perbuatan manusia dalam kaitan antara baik dan buruk. Baik dan
buruk adalah suatu penilaian atas apa yang bisa dilihat dan dirasakan
seperti perbuatan dan tingkah laku. Sedangkan untuk hal-hal yang
menyangkut aspek motif atau watak, sulit dinilai. Secara garis besar ada
dua macam etika yaitu etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif
hanya bersifat menggambarkan, melukiskan dan menceritakan sesuatu
seperti apa adanya tanpa memberikan penilaian atau pedoman tentang
bagaimana seharusnya bertindak. Sedangkan etika selain memberikan
penilaian baik dan buruk juga memberikan pedoman mana yang harus
diperbuat dan yang tidak.
Moral berasal dari bahasa Latin moralis (kata dasar mos, moris)
yang berarti adat istiadat, kebiasaan, cara, dan tingkah laku. Moral berarti
sesuatu yang menyangkut prinsip benar salah, dan salah satu dari suatu
perilaku yang menjadi standar perilaku manusia. Bila dijabarkan lebih
lanjut moral mengandung empat pengertian:
3
3. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Etika
Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran yang
mengatakan bagaimana seharusnya hidup, tetapi itu adalah ajaran moral.
Ilmu Pengetahuan dan etika sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan
dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku penyimpangan dan
kejahatan di kalangan masyarakat. Ilmu pengetahuan dan etika diharapkan
mampu mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masayarakat
sekitar agar dapat menjadi ilmuwan yang memiliki moral dan akhlak
yang baik dan mulia.
4
Maka inilah pentingnya etika dan moral dalam ilmu pengetahuan
yang menyangkut tanggung jawab manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan
manusia itu sendiri. Karena dalam penerapannya ilmu pengetahuan juga
mempunyai akibat positif dan negatif bahkan destruktif maka diperlukan
nilai atau norma untuk mengendalikannya. Di sinilah etika menjadi
ketentuan mutlak yang akan menjadi pengendali bagi pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi untuk meningkatkan derajat hidup serta
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.
5
3. Nilai Estetika: Nilai tentang Indah-Jelek
Estetika merupakan nilai yang berkaitan dengan
keindahan, penampilan fisik, bukan nilai etik. Nilai
estetika berkaitan dengan penampilan, sedangkan nilai
etik atau buruk moral berkaitan dengan perilaku manusia.
6
Kata yang cukup dekat dengan “etika” adalah “moral”. Kata
terakhir ini berasal dari bahasa Latin mos(jamak: mores) yang berarti
juga: kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain,
termasuk bahasa Indonesia (pertama kali dimuat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1988), kata mores masih dipakai dalam arti yang
sama. Jadi, etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata
“moral”, karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat
kebiasaan. Hanya bahasa asalnya berbeda; yang pertama berasal dari
bahasa Yunani, sedang yang kedua dari bahasa Latin.
7
mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. Kedua, etika
dimaknai sebagai manner dan custom, dimana etika dipahami sebagai
sesuatu yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang
melekat dalam kodrat manusia ( Intherent in human nature) yang
terikat dengan pengertian “ baik dan buruk ” suatu tingkah laku atau
perbuatan manusia.
8
kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang
yang dianggap baik atau buruk) yang begitu saja
diterima dalam suatu masyarakat – seringkali tanpa
disadari– menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian
sistematis dan metodis. Etika dalam hal ini sama
dengan filsafat moral.
Untuk membedakan apakah ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai
kita perlu membedakan antara penyelenggaraan ilmu itu sendiri dan
penerapan Ilmu, antara mengusahakan ilmu dan menggunakan ilmu. Ilmu
memang mewakili nilai tertentu, ilmu bernilai karena menghasilkan
pengetahuan yang dapat dipercaya, yang obyektif dan dikaji secara kritis.
Bebas nilai adalah tuntutan bagi ilmu pengetahuan agar ilmu pengetahuan
dikembangkan dengan tidak memperhatikan niali-nilai lain di luar ilmu,
agar ilmu pengetahuan dikembangkan demi ilmu pengetahuan dan tidak
didasarkan pada pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan. Apabila ilmu
pengetahuan tunduk pada berbagai pertimbangan di luar ilmu pengetahuan
seperti politik, religius dan moral, ilmu tidak akan berkembang secara
otonom, karena ilmu menjadi tidak murni. Di sini ada bahaya kebenaran
9
yang harus dikorbankan demi nilai-nilai lain. Dengan demikian kita tidak
akan pernah mencapai kebenaran ilmiah dan rasional-obyektif.
Menurut Konrad Kebung (2011) ilmu harus bebas nilai dan lepas
dari nilai-nilai di luar ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bertujuan
memberi pemahaman tentang pelbagai masalah dalam hidup. Ada dua
kecenderungan dasar dalam melihat tujuan ilmu
pengetahuan. Pertama, kecenderungan puritan-elitis (ilmu adalah sesuatu
yang mewah, elit), bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah demi
ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu bertujuan untuk menemukan
penjelasan tentang sagala sesuatu demi kebenaran yang memuaskan rasa
ingin tau manusia. Kepuasan seorang ilmuwan adalah menemukan teori-
teori besar yang dapat menjelaskan pelbagai persoalan terlepas dari
kegunaan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan begitu ilmu pengetahuan
menjadi sesuatu yang elit, mewah dan hanya untuk segelintir orang
saja. Kedua, Kecenderungan pragmatis, ilmu pengetahuan tidak hanya
untuk mencari penjelasan tentang berbagai persoalan tetapi juga untuk
memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan, karena berguna ilmu
menjadi menarik, membuat hidup menjadi lebih baik dan menyenangkan.
10
meskipun obyektifitas merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan, tetapi
dalam pengembangan atau penerapannya ilmu dihadapkan pada nilai-nilai
yang ikut menentukan pilihan atas masalah dan kesimpulan yang
dibuatnya.
11
memiliki hak yang bebas lagi. Meskipun teori ini belum tentu terwujud
dalam waktu singkat tetapi telah menimbulkan persoalan dan
kekhawatiran di kalangan ahli etika dan para agamawan, apalagi jika jatuh
pada penguasa yang lalim pasti dampaknya akan sangat membahayakan
karena bisa menghancurkan eksistensi manusia. Maka disinilah diperlukan
kedewasaan dari manusia itu sendiri untuk menentukan mana yang baik
dan buruk bagi kehidupannya.[1]
12
Ilmu pengetahuan menghasilkan teknologi yang diterapkan pada
masyarakat. Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya dapat
menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi
bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi perlu diperhatikan dengan sebaik-baiknya.
Proses transformasi ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat tidak terlepas dari ilmuwan. Seorang ilmuwan akan
dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan
masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah
bebas nilai. Fungsi ilmuwan tidak berhenti pada penelaah dan keilmuan
secara individual namun juga ikut bertanggungjawab agar produk
keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
13
Kaum ilmuwan tidak boleh menganggap ilmu dan teknologi adalah
segala-galanya, masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain yang
menyangga peradaban manusia dengan baik. Demikian juga masih
terdapat kebenaran-kebenaran lain disamping kebenaran keilmuan yang
melengkapi harkat kemanusiaan yang hakiki. Jika kaum ilmuwan
konsekuen dengan pandangan hidupnya baik secara moral maupun
intelektual maka salah satu penyangga masyarakat modern ini, yaitu ilmu
pengetahuan akan berdiri secara kokoh.
14
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sebagai suatu obyek etika berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh oleh individu maupun masyarakat untuk menilai suatu
tindakan yang akan dikerjakan. Dimana etika memberikan penilaian.
batasan dan arahan yang mengatur manusia dalam kelompok sosial
lainnya. Dalam proses penilaiannya etika memberikan arahan agar
ilmu pengetahuan berguna dalam memberikan arah atau
pedoman dan tujuan masing-masing orang. Ilmu secara moral harus
ditujukan untuk kebaikan umat manusia tanpa merendahkan
martabat seseorang.
15
moralitas dan tanggung jawab yang tinggi dari ilmuwan
sehingga berdampak positif bagi kehidupan manusia.
Tanggung jawab ilmuwan meliputi tanggung jawab terhadap
tata ilmiah, manusia dan kepada Allah Swt.
16