Epistemologi - Filsafat Ilmu - Rev3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

FILSAFAT ETIKA KEILMUAN

Tugas Filsafat Ilmu

Semester 7

Kelompok 3

Ahmad Hanafi : 201643501892

Fery Lesmana : 201643501986

Raden Muhamad Damar : 201643500651

Rifky Azmi : 201643502057

Rizki Ari Ramadhan : 201643502060

Muhammad Nurwibawanto : 201643502072

Iwan Tantowi : 201643502054

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga
tetap tercurahkan kepada jungjunan kita, yakni Nabi Muhammad SAW. “Etika
Keilmuan” ini akan di bahas untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih
mengenal mengenai Etika Keilmuan .

Selanjutnya, kami kelompok TIGA mengucapkan terimakasih kepada semua


pihak yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat
menyelesaikan paper ini dengan tepat waktu .

Demikian, semoga makalah ini berguna khususnya untuk mahasiswa dalam


memahami matakuliah Filsafat Ilmu.

Wassallamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 8 Desember 2019

Penyusun

S7N Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
BAB II....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
1. PENGERTIAN ............................................................................................................. 2
2. Pengertian Etika dan Moral........................................................................................... 3
3. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Etika ............................................................. 4
4. Etika dalam Aksiologi Ilmu .......................................................................................... 5
1. Nilai Logika:Benar– Salah ........................................................................................ 5
2. Nilai Etika: Nilai tentang Baik dan Buruk ................................................................ 5
3. Nilai Estetika: Nilai tentang Indah-Jelek .................................................................. 6
5. Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai...................................................................... 9
6. Persoalan Etika Ilmu Pengetahuan .............................................................................. 11
7. Sikap llmiah dan tanggung jawab Ilmuwan ............................................................... 12
BAB III ................................................................................................................................... 15
PENUTUP .............................................................................................................................. 15
1. Kesimpulan .............................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang begitu saja
seperti barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan tetapi
ilmu merupakan suatu cara berpikir yang demikian rumit dan mendalam
tentang suatu objek yang khas dengan pendekatan yang khas pula
sehingga menghasilkan suatu kesimpulanyang berupa pengetahuan yang
handal.

Handal dalam arti bahwa sistem dan struktur ilmu dapat


dipertanggungjawabkan secara terbuka. Ia terbuka untuk diuji oleh
siapapun. Ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran manusia dalam
menjawab masalah-masalah kehidupan. Ilmu merupakan salah satu dari
pengetahuan manusia. Untuk bisa menghargai ilmu sebagaimana mestinya
sesungguhnya kita harus mengerti apakah hakikat ilmu itu sebenarnya.
Dengan demikian maka pengertian yang mendalam terhadap hakikat ilmu,
bukan saja akan mengikatkan apresiasi kita terhadap ilmu, namun juga
membuka mata kita terhadap berbagai kekurangan.

Ilmu yang merupakan produk kegiatan berpikir merupakan obor


peradaban di mana manusia menemukan dirinya dan menghayati hidup
dengan lebih sempurna. Berbagai peralatan dikembangkan manusia untuk
meningkatkan kualitas hidupnya dengan jalan menerapkan pengetahuan
yang diperolehnya. Proses penemuan dan penerapan itulah yang
menghasilkan kapak dan batu zaman dulu sampai komputer hari ini.
Berbagai masalah memasuki benak pemikiran manusia dalam menghadapi
kenyataan hidup sehari-hari dan beragam buah pemikiran telah dihasilkan
sebagai bagian dari sejarah kebudayaannya. Meskipun tampak betapa
banyak dan beraneka ragamnya buah pemikiran itu, namun pada
hakikatnya upaya manusia dalam memperoleh pengetahuan didasarkan
pada tiga masalah pokok: Apakah yang ingin kita ketahui? Bagaimanakah
cara kita memperoleh pengetahuan? Dan apakah nilai pengetahuan
tersebut bagi kita?.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Ilmu Pengetahuan merupakan alat bagi manusia, yang diciptakan
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Dengan
ilmu dapat diciptakan suasana yang lebih baik dan dengan demikian
melalui ilmulah manusia dapat lebih mudah mencapai tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan. Meskipun dalam perkembangannya
kemajuan ilmu pengetahuan tidak selalu mensejahterakan manusia, tetapi
banyak pula keburukan bahkan penderitaan yang dialami oleh manusia
sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri.

Sebagai sebuah disiplin ilmu dan keilmuan, didalamnya tekandung


nilai-nilai seperti etika, moral, norma, dan kesusilaan. Demikian pula pada
aplikasinya, seorang ilmuwan dalam kehidupan sehari-hari seakan dituntut
untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, baik saat
berpikir maupun bertindak. Kendati tinggi ilmu seseorang, apabila tidak
memiliki nilai-nilai yang sudah menjadi semacam aturan dalam
kehidupannya dan tidak memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk
kebaikan dan kemaslahatan orang banyak orang tersebut tidak akan
dipandang tinggi.

Dalam filsafat juga memiliki konsep pemikiran baik dan


buruk yang dikenal dengan nama etika, yakni aturan untuk membedakan
baik dan buruk. Suatu ilmu dan etika adalah sumber pengetahuan yang
diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku menyimpang
di kalangan masyarakat. Untuk itu peranan ilmu sangat dibutuhkan
sebagai sumber moralitas dalam mengembangkan kesejahteraan dan
kemaslahatan manusia.

Berdasarkan penjelasan diatas ada beberapa yang akan dibahas


dalam makalah etika keilmuan ini adalah:
1. Pengertian etika dan moral
2. Hubungan antara ilmu pengetahuan dan etika
3. Apakah ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai
4. Persoalan etika ilmu pengetahuan
5. Sikap ilmiah dan tanggung jawab ilmuwan

2
2. Pengertian Etika dan Moral
Secara etimologis etika berasal dari kata ethos yang berarti adat,
kebiasaan atau susila. Dalam filsafat etika membicarakan tentang tingkah
laku atau perbuatan manusia dalam kaitan antara baik dan buruk. Baik dan
buruk adalah suatu penilaian atas apa yang bisa dilihat dan dirasakan
seperti perbuatan dan tingkah laku. Sedangkan untuk hal-hal yang
menyangkut aspek motif atau watak, sulit dinilai. Secara garis besar ada
dua macam etika yaitu etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif
hanya bersifat menggambarkan, melukiskan dan menceritakan sesuatu
seperti apa adanya tanpa memberikan penilaian atau pedoman tentang
bagaimana seharusnya bertindak. Sedangkan etika selain memberikan
penilaian baik dan buruk juga memberikan pedoman mana yang harus
diperbuat dan yang tidak.

Dalam bahasa Yunani, ethika berati ethikos yang mengandung arti


karakter, kebiasaan, kecenderungan dan sikap yang menagandung analisis
konsep-konsep seperti harus, benar salah, mengandung pencarian watak
ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral atau mengandung
pencarian kehidupan yang baik secara moral. Etika secara lebih detail
merupakan ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia
sejauh berkaitan dengan moral.

Moral berasal dari bahasa Latin moralis (kata dasar mos, moris)
yang berarti adat istiadat, kebiasaan, cara, dan tingkah laku. Moral berarti
sesuatu yang menyangkut prinsip benar salah, dan salah satu dari suatu
perilaku yang menjadi standar perilaku manusia. Bila dijabarkan lebih
lanjut moral mengandung empat pengertian:

1) baik-buruk, benar-salah dalam aktifitas manusia,


2) tindakan yang adil dan wajar,
3) kapasitas untuk diarahkan pada kesadaran benar-salah, dan kepastian
untuk mengarahkan orang lain agar sesuai dengan kaidah tingkah laku
yang dinilai benar-salah
4) Sikap seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.

3
3. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Etika
Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran yang
mengatakan bagaimana seharusnya hidup, tetapi itu adalah ajaran moral.
Ilmu Pengetahuan dan etika sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan
dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku penyimpangan dan
kejahatan di kalangan masyarakat. Ilmu pengetahuan dan etika diharapkan
mampu mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masayarakat
sekitar agar dapat menjadi ilmuwan yang memiliki moral dan akhlak
yang baik dan mulia.

Sebagai suatu obyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki


oleh individu maupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan
yang telah dilakukan itu salah atau benar, baik atau buruk. Dengan begitu
dalam proses penilaiannya ilmu pengetahuan sangat berguna dalam
memberikan arah atau pedoman dan tujuan masing-masing orang. Ilmu
secara moral harus ditujukan untuk kebaikan umat manusia tanpa
merendahkan martabat seseorang.

Etika memberikan batasan maupun standar yang mengatur


pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya yang kemudian
dirupakan ke dalam aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat diperlukan dapat
di fungsikan sebagai pedoman untuk melakukan tindakan tertentu
terhadap segala macam tindakan yang secara umum dinilai menyimpang
dari kode etik yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Ilmu sebagai
asas moral atau etika mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan
universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat
kemanusiaannya.

Masalah moral tidak dapat dilepaskan dengan tekad nanusia untuk


menemukan kebenaran. Sebab untuk menemukan dan mempertahankan
kebenaran diperlukan keberanian. Sejarah kemanusiaan telah mencatat
semangat para ilmuwan yang rela mengorbankan nyawanya untuk
mempertahankan apa yang mereka anggap benar. Kemanusiaan tak pernah
urung dihalangi untuk menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral
maka ilmuwan akan mudah melakukan pemaksaan intelektual. Penalaran
secara rasional yang telah membawa manusia mencapai harkat
kemanusiaannya berganti dengan proses rasionalisasi yang mendustakan
kebenaran.

4
Maka inilah pentingnya etika dan moral dalam ilmu pengetahuan
yang menyangkut tanggung jawab manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan
manusia itu sendiri. Karena dalam penerapannya ilmu pengetahuan juga
mempunyai akibat positif dan negatif bahkan destruktif maka diperlukan
nilai atau norma untuk mengendalikannya. Di sinilah etika menjadi
ketentuan mutlak yang akan menjadi pengendali bagi pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi untuk meningkatkan derajat hidup serta
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.

4. Etika dalam Aksiologi Ilmu


Aksiologi ilmu terkait dengan persoalan nilai ilmu pengetahuan
yang dalam kajian filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis,
yaitu :

1. Nilai Logika:Benar– Salah


Nilai logika disini, yaitu nilai mengenai benar
atau salahnya tindakan/kejadian.Dalam hal ini nilai
logika berkaitan dengan tindakan/kejadian yang
dilakukan oleh seseorang. Sebagai contoh seorang siswa
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru,
kemudian ia berhasil menjawab dengan benar, maka
secara logika jawaban tersebut dianggap benar bukan
baik, dan ketika jawabannya keliru maka secara logika
jawaban tersebut dianggap salah bukan buruk.

2. Nilai Etika: Nilai tentang Baik dan Buruk


Nilai etik/etika adalah nilai tenteng baik-buruk
yang berkaitan dengan perilaku manusia. Jadi, kalu kita
mengatakan etika orang itu buruk, bukan berarti
wajahnya buruk, tetapi menunjuk perilaku orang itu
buruk.Nilai etik adalah nilai moral.Jadi, moral yang di
maksudkan disini adalah nilai moral sebagai bagian dari
nilai.

5
3. Nilai Estetika: Nilai tentang Indah-Jelek
Estetika merupakan nilai yang berkaitan dengan
keindahan, penampilan fisik, bukan nilai etik. Nilai
estetika berkaitan dengan penampilan, sedangkan nilai
etik atau buruk moral berkaitan dengan perilaku manusia.

Terkait dengan kajian etika, secara historis etika sebagai usaha


filsafat lahir dari kehancuran moral dilingkungan kebudayaan
Yunani 2500 tahun yang lalu. Karena pandangan-pandangan yang
lama tentang baik dan buruk tidak lagi dipercayai, para filosof
mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan
manusia, Situasi itu berlaku pada zaman sekarang juga, bahkan bagi
kita masing-masing. Yang dipersoalkan bukan hanya apakah yang
merupakan kewajiban saya dan apa yang tidak, melainkan manakah
norma-norma untuk menentukan apa yang harus dianggap sebagai
kewajiban. Untuk mencapai suatu pendirian dalam pergolakan
pandangan-pandangan moral ini refleksi kritis etika diperlukan.

Seperti halnya dengan banyak istilah yang menyangkut


konteks ilmiah, istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani kunoethos.
Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat
tinggal yang biasa; pada rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak,
watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha)
artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar
belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani
besar Aristoteles (284-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan
filsafat moral. Jadi, kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka
“etika” berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan.

Secara etimologis, ethic berarti system of moral principles atau


a system of moral standard values. Secara terminologi etika
didefinisikan sebagai: the normatif science of the conduct of human
being living societies. A science which judge this conduct to be right
or wrong, to be good or bad. Secara singkat etika didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan (moral).

6
Kata yang cukup dekat dengan “etika” adalah “moral”. Kata
terakhir ini berasal dari bahasa Latin mos(jamak: mores) yang berarti
juga: kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain,
termasuk bahasa Indonesia (pertama kali dimuat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1988), kata mores masih dipakai dalam arti yang
sama. Jadi, etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata
“moral”, karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat
kebiasaan. Hanya bahasa asalnya berbeda; yang pertama berasal dari
bahasa Yunani, sedang yang kedua dari bahasa Latin.

Moral adalah ajaran-ajaran wejanganwejangan khutbah-


khutbah patokan-patokan tentang bagaimana manusia harus hidup
dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung
ajaran moral dapat berupa ajaran agama, nasihat para bijak, orang
tua, guru dan sebagainya. Pendek kata sumber ajaran moral meliputi
agama, tradisi, adat-istiadat dan ideologi-ideologi tertentu.

Sebagai sistem nilai, etika berarti nilai-nilai dan norma-norma


moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Dalam posisi inilah sebagai besar makna
etika dipahami sehingga muncul istilah-istilah “Etika Islam”, “Etika
Budha”, “Etika Kristen”, dan sebagainya.

Dalam posisinya sebagai filsafat moral, etika memiliki


kedudukan sebagai ilmu, bukan sebagai ajaran. Etika dan ajaran
moral tidak berada di tingkat yang sama. Ajaran moral mengajarkan
bagaimana kita hidup, sedangkan etika ingin mengetahui mengapa
kita mengikuti ajaran moral tertentu atau bagaimana kita mengambil
sikap yang bertanggung jawab ketika berhadapan dengan berbagai
ajaran moral.

Etika sebagai filsafat mempelajari pandangan-pandangan,


persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan.
Etika pada kajian filsafat ini sangat menarik perhatian para filosof
dalam menanggapi makna etika secara lebih serius dan mendalam,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles. Aristoteles dalam
bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan etika
kedalam dua hal penting, yaitu pertama, etika sebagai terminus
techius. Pengertian etika dalam hal ini adalah ilmu pengetahuan yang

7
mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. Kedua, etika
dimaknai sebagai manner dan custom, dimana etika dipahami sebagai
sesuatu yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang
melekat dalam kodrat manusia ( Intherent in human nature) yang
terikat dengan pengertian “ baik dan buruk ” suatu tingkah laku atau
perbuatan manusia.

Etika mempunyai sifat yang sangat mendasar, yaitu sifat kritis.


Etika mempersoalkan norma-norma yang dianggap berlaku,
menyelidiki dasar norma-norma itu, mempersoalkan hak dari setiap
lembaga seperti orang tua, negara, dan agama untuk memberi
perintah atau larangan yang harus ditaati. Hak dan wewenang untuk
menuntut ketaatan dari lembaga tersebut harus dan perlu di- buktikan.
Dengan demikian, etika menuntut orang bersikap rasional terhadap
semua norma. Sehingga etika akhirnya membantu manusia menjadi
lebih otonom.

Otonomi manusia tidak terletak pada kebebasan dari segi


norma dan tidak sama dengan kesewenang-wenangan, melainkan
tercapai dalam kebebasan untuk mengakui norma-norma yang
diyakininya sendiri sebagai kewajibannya. Dengan demikian, etika
dibutuhkan sebagai pengantar pemikiran yang kritis, yang dapat
membedakan antara apa yang sah dan yang tidak sah, membedakan
apa yang baik dan apa yang tidak baik. Dengan demikian, etika
memberikan kemungkinan kepada kita untuk mengambil sikap
individual serta ikut menentukan arah perkembangan masyarakat.

Sebagai salah satu cabang aksiologi ilmu yang banyak mem-


bahas masalah nilai-baik atau buruk etika mengandung tiga
pengertian:

Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai atau norma-norma


moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya.

1. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral.


Misalnya kode etik.
2. merupakan ilmu tentang yang baik atau yang
buruk. Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-

8
kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang
yang dianggap baik atau buruk) yang begitu saja
diterima dalam suatu masyarakat – seringkali tanpa
disadari– menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian
sistematis dan metodis. Etika dalam hal ini sama
dengan filsafat moral.

Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral


dapat dihampiri berdasarkan atas tiga macam pendekatan, yaitu: Etika
Deskriptif, Etika Normatif, dan Metaetika.

a. Etika deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam


arti luas seperti: adat kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk,
tindakan yang diperbolehkan atau tidak. Etika deskriptif mempelajari
moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau sub-kultur
tertentu. Oleh karena itu etika deskriptif ini tidak memberikan
penilaian apa pun, ia hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih
bersifat netral. Misalnya: Penggambaran tentang adat mengayau
kepala pada suku primitif.
b. Etika normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat
mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau masyarakat
secara lebih kritis. Ia bisa mempersoalkan apakah norma itu benar
atau tidak. Etika normatif berarti sistem- sistem yang dimaksudkan
untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil
keputusan yang menyangkut baik atau buruk.

5. Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai

Untuk membedakan apakah ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai
kita perlu membedakan antara penyelenggaraan ilmu itu sendiri dan
penerapan Ilmu, antara mengusahakan ilmu dan menggunakan ilmu. Ilmu
memang mewakili nilai tertentu, ilmu bernilai karena menghasilkan
pengetahuan yang dapat dipercaya, yang obyektif dan dikaji secara kritis.
Bebas nilai adalah tuntutan bagi ilmu pengetahuan agar ilmu pengetahuan
dikembangkan dengan tidak memperhatikan niali-nilai lain di luar ilmu,
agar ilmu pengetahuan dikembangkan demi ilmu pengetahuan dan tidak
didasarkan pada pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan. Apabila ilmu
pengetahuan tunduk pada berbagai pertimbangan di luar ilmu pengetahuan
seperti politik, religius dan moral, ilmu tidak akan berkembang secara
otonom, karena ilmu menjadi tidak murni. Di sini ada bahaya kebenaran

9
yang harus dikorbankan demi nilai-nilai lain. Dengan demikian kita tidak
akan pernah mencapai kebenaran ilmiah dan rasional-obyektif.

Menurut Konrad Kebung (2011) ilmu harus bebas nilai dan lepas
dari nilai-nilai di luar ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bertujuan
memberi pemahaman tentang pelbagai masalah dalam hidup. Ada dua
kecenderungan dasar dalam melihat tujuan ilmu
pengetahuan. Pertama, kecenderungan puritan-elitis (ilmu adalah sesuatu
yang mewah, elit), bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah demi
ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu bertujuan untuk menemukan
penjelasan tentang sagala sesuatu demi kebenaran yang memuaskan rasa
ingin tau manusia. Kepuasan seorang ilmuwan adalah menemukan teori-
teori besar yang dapat menjelaskan pelbagai persoalan terlepas dari
kegunaan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan begitu ilmu pengetahuan
menjadi sesuatu yang elit, mewah dan hanya untuk segelintir orang
saja. Kedua, Kecenderungan pragmatis, ilmu pengetahuan tidak hanya
untuk mencari penjelasan tentang berbagai persoalan tetapi juga untuk
memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan, karena berguna ilmu
menjadi menarik, membuat hidup menjadi lebih baik dan menyenangkan.

Josep Situmorang (1996) seperti dikutip oleh Mohammad Adib,


MA, menyatakan bahwa bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap
kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu
sendiri. Ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang
tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Ada tiga
faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu: 1)
Ilmu harus bebas dari pengeruh eksternal seperti faktor politis, idiologis,
agama, budaya dan unsur kemasyarakatan lainnya, 2)Perlunya kebebasan
ilmiah yang mendorong terjadinya otonomi ilmu pengetahuan. Kebebasan
itu menyangkut kemungkinan untuk menentukan diri sendiri, 3) Penelitian
ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis (yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu), karena nilai etis itu sendiri bersifat
universal.

Seorang sosiolog, Weber menyatakan bahwa ilmu sosial harus


bebas nilai, tetapi ia juga mengatakan bahwa ilmu-ilmu sosial harus
menjadi nilai yang relevan. Weber tidak yakin ketika para ilmuwan sosial
melakukan aktifitasnya seperti mengajar atau menulis mengenai bidang
sosial itu, mereka tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu. Nilai-nilai
itu harus diimplikasikan ke dalam bagian praktis ilmu sosial jika praktik
itu mengandung tujuan rasional. Tanpa keinginan melayani kepentingan
orang, budaya, maka ilmu sosial tidak beralasan untuk diajarkan. Jadi

10
meskipun obyektifitas merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan, tetapi
dalam pengembangan atau penerapannya ilmu dihadapkan pada nilai-nilai
yang ikut menentukan pilihan atas masalah dan kesimpulan yang
dibuatnya.

6. Persoalan Etika Ilmu Pengetahuan


Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu memerlukan
pertimbangan-pertimbangan dari dimensi etis dan hal ini tentu sangat
berpengaruh pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa
depan. Tanggung jawab etis ini menyangkut kegiatan atau penggunaan
ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Sehingga seorang ilmuwan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi harus selalu
memperhatikan kodrat dan martabat manusia, ekosistem dan bertanggung
jawab terhadap kepentingan generasi yang akan datang dan kepentingan
umum, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi itu
bertujuan untuk pelayanan eksistensi manusia dan bukan sebaliknya
untuk menghancurkan eksistensi manusia itu sendiri.

Tanggung jawab ini juga termasuk berbagai hal yang menjadi


sebab dan akibat ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa lalu maupun
masa yang akan datang. Jadi bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi akan menghambat atau meningkatkan keberadaan manusia
tergantung pada manusia itu sendiri, karena ilmu pengetahuan dan
teknologi dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia.
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memerlukan
kedewasaan manusia dalam arti yang sesungguhnya, yakni kedewasaan
untuk menentukan mana yang layak atau tidak layak, mana yang baik dan
mana yang buruk.

Beberapa problem yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan


teknologi seperti dicontohkan oleh Amsal Bakhtiar (2010) pada
perkembangan ilmu bioteknologi, perkembangan yang dicapai sangat
maju seperti rekayasa genetika yang menghkhawatirkan banyak kalangan.
Tidak saja para agamawan dan pemerhati hak-hak asasi manusia tetapi
para ahli bioteknologipun juga semakin khawatir karena jika akibatnya
tidak bisa dikendalikan maka akan terjadi bencana besar bagi kehidupan
manusia. Sebagai contoh adalah rekayasa genetika yang dahulunya
bertujuan untuk mengobati penyakit keturunan seperti diabetes, sekarang
rekayasa tidak hanya bertujuan untuk pengobatan tetapi untuk
menciptakan manusia-manusia baru yang sama sekali berbeda baik secara
fisik maupun sifat-sifatnya. Dengan rekayasa tersebut manusia tidak

11
memiliki hak yang bebas lagi. Meskipun teori ini belum tentu terwujud
dalam waktu singkat tetapi telah menimbulkan persoalan dan
kekhawatiran di kalangan ahli etika dan para agamawan, apalagi jika jatuh
pada penguasa yang lalim pasti dampaknya akan sangat membahayakan
karena bisa menghancurkan eksistensi manusia. Maka disinilah diperlukan
kedewasaan dari manusia itu sendiri untuk menentukan mana yang baik
dan buruk bagi kehidupannya.[1]

Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi adalah


menyediakan bantuan agar manusia dapat sungguh-sungguh mencapai
pengertian tentang martabat dirinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi
bukan saja sarana untuk mengembangkan diri manusia, tetapi juga
merupakan hasil perkembangan dan kreatifitas manusia untuk
memperkokoh kedudukan serta martabat manusia baik dalam hubungan
sebagai pribadi dengan lingkungannya, maupun sebagai makhluk yang
bertanggung jawab terhadap Allah Swt.

7. Sikap llmiah dan tanggung jawab Ilmuwan


Ilmu adalah suatu cara berpikir tertentu mengenai suatu obyek dengan
pendekatan yang khas sehingga menghasilkan kesimpulan berupa
pengetahuan ilmiah, dalam arti bahwa sisten dan struktur ilmu itu dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka. Pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang bersifat kritis, rasional dan logis, obyektif dan terbuka.
Namun yang juga penting adalah apakah pengembangan pengetahuan
ilmiah itu membawa dampak positif`dan baik bagi manusia atau
sebaliknya justru membawa keburukan. Oleh karena itu penting sekali
sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan. Dan di sini letak
moralitas dari seorang ilmuwandalam penembangan ilmu, baik itu
menyangkut tanggungjawabnya terhadap tata alamiah, terhadap manusia
maupun terhadap Allah Swt. Sikap ilmiah yang sesuai bagi seorang
ilmuwan antara lain: i) tidak adanya rasa pamrih yaitu suatu sikap yang
diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektih; ii) Bersikap
selektif yang menyangkut cara mengambil kesimpulan yang beragam,
macam-macam metodologi dan lain-lain; iii) selalu tidak merasa puas
dengan hasil penelitiannya sehingga selalu ada dorongan untuk melakukan
riset dalam hidupnya dan iv) Memiliki sikap etis untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan demi kebahagiaan manusia dan untuk pembangunan
bangsa dan negara.

12
Ilmu pengetahuan menghasilkan teknologi yang diterapkan pada
masyarakat. Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya dapat
menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi
bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi perlu diperhatikan dengan sebaik-baiknya.
Proses transformasi ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat tidak terlepas dari ilmuwan. Seorang ilmuwan akan
dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan
masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah
bebas nilai. Fungsi ilmuwan tidak berhenti pada penelaah dan keilmuan
secara individual namun juga ikut bertanggungjawab agar produk
keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan


dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Sekiranya hasil karya itu
memenuhi syarat-syarat keilmuan maka dia diterima sebagai bagian dari
kumpulan ilmu pengetahuan dan digunakan oleh masyarakat tersebut.
Dengan perkataan lain, penciptaan ilmu bersifat individual namun
komunikasi dan penggunaan ilmu adalah bersifat sosial. Peranan individu
inilah yang bersifat dominan dalam kemajuan ilmu yang dapat mengubah
wajah peradaban. Kreatifitas individu yang didukung oleh sistem
komunikasi sosial yang bersifat terbuka menjadi proses pengembangan
ilmu berjalan secara efektif. Maka jelaslah bahwa seorang ilmuwan
memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. Bukan saja karena dia adalah
warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di
masyarakat, namun yang lebih penting adalah adalah karena dia
mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.

Implikasi penting dari tanggung jawab sosial seorang ilmuwan


adalah bahwa setiap pencarian dan penemuan kebenaran secara ilmiah
harus disertai dengan landasan etis yang utuh.. Proses pencarian dan
penemuan kebenaran ilmiah yang dilandasi etika, merupakan kategori
moral yang menjadi dasar sikap etis seorang ilmuwan. Ilmuwan bukan
saja berfungsi sebagai penganalisis materi tersebut, tetapi juga harus
memiliki moral yang baik.

13
Kaum ilmuwan tidak boleh menganggap ilmu dan teknologi adalah
segala-galanya, masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain yang
menyangga peradaban manusia dengan baik. Demikian juga masih
terdapat kebenaran-kebenaran lain disamping kebenaran keilmuan yang
melengkapi harkat kemanusiaan yang hakiki. Jika kaum ilmuwan
konsekuen dengan pandangan hidupnya baik secara moral maupun
intelektual maka salah satu penyangga masyarakat modern ini, yaitu ilmu
pengetahuan akan berdiri secara kokoh.

Di bidang etika tanggung jawab ilmuwan bukan lagi hanya


memberikan informasi namun juga memberikan contoh bagaimana
bersifat obyektif, terbuka, menerima kritikan, menerima pendapat orang
lain, kukuh pada pendirian yang dianggap benar dan berani mengakui
kesalahan. Tugas seorang ilmuwan harus menjelaskan hasil penelitiannya
sejernih mungkin berdasarkan rasionalitas dan metodologis yang tepat.
Secara moral seorang ilmuwan tidak akan membiarkan hasil penelitiannya
digunakan untuk tujuan yang melanggar asas-asas kemanusian.
Pengetahuan merupakan sarana yang dapat digunakan
untuk kemaslahatan manusia dan dapat pula disalahgunakan. Sehingga
tanggung jawab ilmuwan sangatlah besar, tanggung jawab akademis dan
tanggung jawab moral. Jika ilmuwan telah dapat memenuhi tanggung
jawab sosialnya, maka ilmu penetahuan itu akan berkembang dengan
pesat, ilmu pengetahuan itu akan dapat memberikan manfaat besar bagi
kehidupan manusia, dan ilmu pengetahuan itu tidak akan menimbulkan
kerusakan dan konflik di masyarakat.

14
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Sebagai suatu obyek etika berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh oleh individu maupun masyarakat untuk menilai suatu
tindakan yang akan dikerjakan. Dimana etika memberikan penilaian.
batasan dan arahan yang mengatur manusia dalam kelompok sosial
lainnya. Dalam proses penilaiannya etika memberikan arahan agar
ilmu pengetahuan berguna dalam memberikan arah atau
pedoman dan tujuan masing-masing orang. Ilmu secara moral harus
ditujukan untuk kebaikan umat manusia tanpa merendahkan
martabat seseorang.

Dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan menurut


pendapat beberapa tokoh menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
bersifat bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan
ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu
sendiri. Ilmu pengetahuan tidak terpengaruh oleh faktor
eksternal seperti faktor politis, idiologis, agama dan budaya.
Tetapi dalam penerapannya ilmu pengetahuan harus
mempertimbangkan segi kemaslahatannya bagi umat manusia.

Persoalan yang mendasar dalam etika keilmuan adalah


bahwa penerapan ilmu pengetahuan selalu memerlukan
pertimbangan dari segi etis yang berpengaruh pada
pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Sehingga dalam pengembangannya para ilmuwan harus
memperhatikan dan menjaga martabat manusia dan kelestarian
lingkungan. juga diperlukan, kedewasaan yang sesungguhnya
dari manusia untuk menentukan mana yang baik dan buruk
bagi kehidupannya.

Dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan seorang


ilmuwan harus menghasilkan pengetahuan ilmiah yang bisa
dipertanggungjawabkan secara terbuka, kritis rasional, logis
dan obyektif. Dan dalam pengembangannya diperlukan

15
moralitas dan tanggung jawab yang tinggi dari ilmuwan
sehingga berdampak positif bagi kehidupan manusia.
Tanggung jawab ilmuwan meliputi tanggung jawab terhadap
tata ilmiah, manusia dan kepada Allah Swt.

16

Anda mungkin juga menyukai