Karbohidrat Revisii Ke 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Karbohidrat

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan aktivitas. Energi
yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut di peroleh dari bahan
makanan yang kita makan. Pada umumnya, bahan makanan itu mengndung
tiga kelompok utama senyawa kimia yaitu karbohidrat, protein, dan lemak.
Pada praktikum ini, kami akan melakukan praktikum tentang uji kandungan
karbohidrat pada suatu zat.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang
menyediakan 4 kalori energi pangan per gram. Karbohidrat juga mempunyai
peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya
rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk
mencegah timbulnya ketois, pemecahan tubuh protein yang berlebihan,
kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan
protein. Karbohidrat adalah sumber kalori terbesar dalam makanan sehari-
hari dan biasanya 40-45% dari asupan kalori kita. Selain menjadi sumber
energi utama makhluk hidup, karbohidrat juga menjadi komponen struktur
penting pada makhluk hidup dalam serat (fiber), seperti selulosa, pektin serta
lignin. Ada dua macam karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan
karbohidrat simpleks. Karbohidrat kompleks misalnya nasi, biji-bijian,
kentang, dan jagung, sedangkan contoh karbohidrat simpleks adalah gula dan
pemanis lainnya. Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida. Melihat
struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefenisikan sebagai
polihidroksialdehid atau polihidroksiketon.
Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis karbohidrat baik analisa
kualitatif maupun kuantitatif terhadap keberadaan kandungan karbohidrat.
Mulai dari yang membedakan karbohidrat dari senyawa lain sampai uji yang
mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik. Berdasarkan
teori-teori yang telah ada tentang karbohidrat untuk membuktikannya maka
kami melakukan beberapa percobaan uji karbohidrat ini.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 1
Laporan Praktikum Karbohidrat

Pada praktikum yang kami lakukan, kami melakukan beberapa uji,


diantaranya uji fehling untuk membuktikan adanya kandungan monosakarida
dan disakarida dalam sampel, uji benedict untuk menentukan gula yang
mengandung gugus aldehid dan keton, uji hidrolisa sukrosa untuk
mengetahui kandungan sukrosa yang terhidrolisis pada sampel, dan uji
barfoed untuk mengetahui kandungan monosakarida dan disakarida pada
sampel.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk mempelajari berbagai macam uji yang bisa dilakukan dalam
menentukan kandungan karbohidrat.
2. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dari uji karbohidrat
monosakarida dan disakarida.
3. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dari uji tepung.
4. Untuk menentukan golongan monosakarida dan disakarida pada sampel.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 2
Laporan Praktikum Karbohidrat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Glukosa
Glukosa merupakan salah satu gula monosakarida dan salah satu
karbohidrat penting yang biasa digunakan sebagai sumber tenaga bagi
tumbuhan dan hewan. Glukosa juga merupakan salah satu hasil utama
fotosintesis. Glukosa sering disebut juga dengan dekstrosa, d-glukosa
ataupun gula buah. Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di
mana-mana dalam biologi. Glukosa (C6H12O6) adalah heksosa monosakarida
yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida
(mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk
cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa
berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping
hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom
karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur
cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif,
yang proporsinya 0.0026% pada pH 7 (Kusnandar. F, 2010).
Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik,
sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih
penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa,
dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara
nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi)
mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju
glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer
siklik yang kurang reaktif.
 MSDS Glukosa
 Sifat fisika :
1. Wujud zat : Padat
2. Berat molekul : 164,16 gr/mol
3. Titik leleh : 147 oC
4. Densitas : 1,057 g/cm3
5. Warna : Putih

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 3
Laporan Praktikum Karbohidrat

 Sifat Kimia
1. Tidak bersifat korosif.
2. Bentuk rantai terbuka.
3. Dapat mengkristal dengan air.
4. Mudah larut dalam air.
5. Bersifat stabil.
2.2 Larutan Asam Sulfat Pekat
Asam sulfat adalah asam mineral (zat anorganik) yang sangat kuat. Zat
ini larut di dalam air. Asam Sulfat memiliki rumusan kimia H2SO4, dan
memiliki massa molar sebesar 98,08 g/mol. Asam sulfat berpenampilan
seperti cairan higroskopis, berminyak, tak bewarna, dan tak berbau (Hala
Yusmina, 2011). Asam sulfat ini juga disebut minyak vitriol. Asam Sulfat
memiliki titik lebur sebesar 10 °C (283 K) serta titik didih sebesar 337 °C
(610 K). Asam ini bersifat korosif.
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara
alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian,
asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam, yang terjadi karena
oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam
sulfit). Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida,
misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan
disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu melarutkan logam-
logam yang ada dalam bijih sulfida, yang akan menghasilkan uap berwarna
cerah yang beracun.
 MSDS Asam sulfat pekat
 Sifat Fisika :
1. Berat molekul : 98,08 gr/mol
2. Densitas : 1,84 g/cm3
3. Titik leleh : 10 oC
4. Titik diih : 337 oC
5. Viskositas : 26,7 cP
 Sifat Kimia :
1. Dihasilkan dari pengenceran oleum.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 4
Laporan Praktikum Karbohidrat

2 Bersifat korosif.
3. Bereaksi dengan air.
4. Bersifat higroskospis.
5. Bersifat toksik.
2.3 Larutan Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau
alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat
ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah
salah satu obat rekreasi yang paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2 H5OH dan rumus empiris C2H6O. Etanol merupakan isomer konstitusional
dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan “Et”
merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5). Etanol adalah cairan tak
berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas. Etanol terbakar
tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat
terlihat pada cahaya biasa (Witarto Budi, 2001).
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut
organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida,
kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan
toluena. Etanol juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti
pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti
trikloroetana dan tetrakloroetilena.
2.4 Amonia
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa
ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia).
Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di
bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan
kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru dan bahkan kematian (Winarno F.G, 1997). Sekalipun
amonia diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 5
Laporan Praktikum Karbohidrat

sebagai bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan amonia berjumLah


lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin.
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat.
Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia
mendidih di suhu -33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi
atau temperatur amat rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat
tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup
asap. "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam
air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan
komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26
derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C). Amonia yang
berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat
amonia.
Amonia umumnya bersifat basa (pKb=4.75), tetapi dapat juga bertindak
sebagai asam yang amat lemah (pKa=9.25). Amonia dapat terbentuk secara
alami maupun sintetis. Amonia yang berada di alam merupakan hasil
dekomposisi bahan organik.
 MSDS amonia
 Sifat fisika
1. Titik leleh : -77.7 oC
2. Titik didih : -33.4 oC
3. Tekanan Uap : 400 mmHg (-45,4 oC)
4. Kelarutan dalam air : 31 g/100g (25 oC)
5. Berat jenis : 0.682 (-33,4 oC)
6. Berat jenis uap : 0.6 (udara=1)
7. Suhu kritis : 133 oC
2.5 Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api,
atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
Hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida dilarutkan dalam air.
Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke
dalam air. Natrium hidroksida digunakan di berbagai macam bidang industri,

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 6
Laporan Praktikum Karbohidrat

kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan
kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa
yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut
larutan Sorensen. Natrium hidroksida bersifat lembap cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Natrium hidroksida sangat larut
dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses
pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Natrium hidroksida juga
larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua
cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH namun, tidak larut dalam dietil
eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan
meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Pudjaatmaka. A, 2002).
 MSDS natrium hidroksida
 Sifat fisika
1. Bau` : Berbau
2. Molekul Berat : 40 g/mol
3. Warna : Putih
4. pH (1% soln / air) : 13,5
5. Titik Didih : 1388 °C (2530,4 °F)
6. Melting Point : 323 °C (613,4 °F)
7. Spesifik Gravity : 2.13 (Air = 1)
8. Properti Dispers : Lihat kelarutan dalam air.
9. Kelarutan : Mudah larut dalam air dingin.
2.6 Asam Klorida
Asam klorida (HCl) adalah senyawa kimia bersifat asam kuat, yang
terdiri dari ikatan kimia antara atom hidrogen dan atom klorin. Asam klorida
(HCl) adalah larutan dari gas hidrogen klorida (HCl). Asam klorida adalah
asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung (Keenan,
1992). Senyawa ini digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida
umumnya dibuat dari larutan garam NaCl yang dielektrolisa. Elektrolisa
NaCl menghasilkan larutan NaOH (soda api), gas Cl2 (gas klorin), dan gas H2

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 7
Laporan Praktikum Karbohidrat

(gas hidrogen). Gas Cl2 dan H2 selanjutnya disatukan untuk sintesa gas HCl.
Sintesa gas HCl adalah reaksi eksotermik yang menghasilkan panas tinggi.
Gas HCl yang terbentuk selanjutnya dimasukkan ke dalam air murni, dan
larut sebagai larutan asam klorida. Karena sifatnya dalam suhu normal
berfase gas, maka larutan HCl pekat selalu mengeluarkan asap berupa gas
HCl. Makin tinggi konsentrasinya, makin banyak asap yang keluar ketika
larutan ini terbuka di udara bebas. Oleh karena itu larutan HCl komersil
hanya tersedia dalam konsentrasi 32% dan maksimum 36%.
Asam klorida digunakan secara luas dalam ribuan aplikasi industri.
Larutan ini umumnya digunakan sebagai prekursor (bahan baku) untuk
pembuatan produk kimia baru. Misalnya untuk pembuatan senyawa PAC
(poly aluminium chloride), PVC (poly vinil chloride), ferri chloride, dan
ratusan jenis senyawa kimia lainnya. HCl juga digunakan untuk pengerjaan
baja dan proses demineralisasi air. Asam klorida juga banyak digunakan
untuk proses metalurgi mineral.
 MSDS asam klorida
1. Titik Didih : 108.58 oC, 760 mmHg (untuk 20,22% HCl dalam air)
dan 83 oC, 760 mmHg (untuk 31% HCl dalam air)
50,5 oC (untuk 37% HCl dalam air)
o
2. Melting Point : -62,25 °C (20,69% HCl dalam air), -46,2 C
(31,24% HCl dalam air), -25,4 °C (39,17% HCl
dalam air)
3. Spesifik Gravity : 1,1-1,19 (Air = 1), 1.10 (20% dan 22% HCl solusi),
1,12 (24% HCl solusi), 1,15 (29,57% HCl solusi),
1,16 (32% HCl solusi), 1,19 (37% dan 38% HCl
solusi)
4. Tekanan Uap : 16 kPa ( 20 °C) rata-rata
5. Kepadatan uap : 1,267 (Air = 1)
6. Bau Threshold : 0,25 sampai 10 ppm
7. Properti Dispersi : Lihat kelarutan dalam air, dietil eter.
8. Kelarutan : Larut dalam air dingin, air panas, dietil eter.
9. Stabilitas : Produk ini stabil.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 8
Laporan Praktikum Karbohidrat

10. Korosifitas : Sangat korosif di hadapan aluminium, tembaga,


stainless steel (304), dari stainless steel (316).
Non-korosif terhadap kaca.
2.7 Larutan Benedict
Reagen Benedict dibuat menggunakan natrium sitrat dihidrat, natrium
karbonat, tembaga sulfat pentahidrat serta air dengan presentase berat dalam
% berturut-turut 17,3% ; 10% ; 3,89% dan 68,8%. Sifat fisikanya yaitu
berupa bahan cair, tidak mempunyai warna, tidak berbau dan berasa, titik
didih 100 oC. Reagen Benedict ini tidak berbahaya bagi kulit dan tidak
menimbulkan iritasi. Reagen ini biasanya digunakan dalam uji Benedict yang
ditujukan untuk mengidentifikasi gula-gula pereduksi (Pudjaatmaka. A,
2002).
2.8 Larutan Barfoed
Reagen Barfoed merupakan asam lemah d an hanya dapat mereduksi
monosakarida. Reagen ini dibuat dengan melarutkan kupri asetat dalam air
dan asam asetat glasial. Sifat fisik dari reagen ini yaitu dapat larut dalam air
dan memiliki titik didih 100 oC. Reagen ini dapat menyebabkan iritasi pada
mata jika terkena mata. Penanganan yang harus dilakukan ketika terkena
reagen ini mata harus dibasuh dengan air mengalir (Pudjaatmaka. A, 2002).
2.9 Uji Benedict
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi
hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Gula
pereduksi bereaksi dengan pereaksi maka akan menghasilkan endapan
berwarna merah bata (Cu2O). gula pereduksi didasarkan pada prinsip reduksi
Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Dari
hasil pengamatan percobaan glukosa dan sukrosa bereaksi positif terhadap uji
benedict. Glukosa bereaksi positif disebabkan karena glukosa mampu
mereduksi senywa pengoksidasi, dimana yang pereduksinya adalah ujung
yang mengndung aldehida. Hal ini sesuai bahwa gula reduksi adalah
monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa), glukosa dapat mereduksi
ion Cu2+ dan mengendap sebagai Cu2O yang berwarna merah bata. Aquades,

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 9
Laporan Praktikum Karbohidrat

fruktosa, dan pati negatif dengan pereaksi benedict. Contoh dari gula
pereduksi adalah monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) dan
disakarida (laktosa dan maltose) kecuali sukrosa dan pati.
2.10 Uji Fehling
Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid.
Reagent yang digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4)
dan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat). Pemanasan dalam reaksi ini
bertujuan agar gugus aldehida pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat
bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat. Cu2O (endapan
merah bata) yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi
pembentukan asam karboksilat.
Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan
tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam
pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi
Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu2+
direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan
diendapkan sebagai Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling
menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan
larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%,
endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan (Hala Yusmina, 2011).
2.11 Uji Barfoed
Uji barfoed atau tes barfoed digunakan untuk membedakan antara
monosakarida dan disakarida. Monosakarida akan teroksidasi oleh ion
Cu2+ membentuk gugus karboksilat dan endapan tembaga (I) oksida yang
berwarna merah bata serta mengendap. Reaksi positif ditunjukkan dengan
munculnya endapan berwarna merah (Hala Yusmina, 2011). Reaksi ini
terjadi dalam suasana asam (sekitar pH 4,6), oleh karena itu digunakan
asam asetat dalam pembuatan reagen barfoed. Hasil negatif ditandai dengan
tidak munculnya endapan merah dan larutan tetap berwarna biru.
Disakarida pereduksi dapat juga bereaksi dengan reagen barfoed
(menghasilkan endapan merah pula) namun dalam waktu pemanasan yang
lebih lama.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 10
Laporan Praktikum Karbohidrat

BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan
3.1.1 Skema Percobaan Uji Fehling pada Sukrosa dan Glukosa

Uji Fehling

Glukosa Sukrosa

Memanaskan 2 mL larutan Memanaskan 2 mL larutan


fehling A dan fehling B + 3 fehling A dan fehling B + 3
tetes glukosa sampai warna tetes sukrosa sampai warna
biru menghilang biru menghilang

Gambar 3.1 Skema Percobaan Uji Fehling


pada Sukrosa dan Glukosa

3.1.2 Skema Percobaan Uji Benedict pada Sukrosa dan Glukosa

Uji Benedict

Glukosa Sukrosa

Memanaskan 2 mL larutan Memanaskan 2 mL larutan


benedict + 3 tetes glukosa benedict + 3 tetes sukrosa
sampai warna biru sampai warna biru
menghilang menghilang

Gambar 3.2 Skema Percobaan Uji Benedict


pada Sukrosa dan Glukosa

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 11
Laporan Praktikum Karbohidrat

3.1.3 Skema Percobaan Hidrolisa Sukrosa pada Sukrosa dan Glukosa

Uji Hidrolisa Sukrosa

Glukosa Sukrosa

Menambahkan 2 mL Menambahkan 2 mL
larutan sakarosa 2% dan larutan sakarosa 2% dan
memanaskannya selama 30 memanaskannya selama 30
menit + NaOH 10% menit + NaOH 10%

Menambahkan 3 tetes Menambahkan 3 tetes


glukosa dan mengamati sukrosa dan mengamati
perubahannya perubahannya

Gambar 3.3 Skema Percobaan Hidrolisa Sukrosa


pada Sukrosa dan Glukosa

3.1.4 Skema Percobaan Uji Barfoed pada Sukrosa dan Glukosa

Uji Barfoed

Memanaskan 1 mL larutan
Barfoed + 1 mL larutan
glukosa dan sukrosa dalam
tabung reaksi

Mengamati perubahan
yang terjadi

Gambar 3.4 Skema Percobaan Uji Barfoed


pada Sukrosa dan Glukosa

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 12
Laporan Praktikum Karbohidrat

3.1.5 Skema Percobaan Uji Fehling pada Tepung

Uji Fehling

Membuat larutan tepung


dengan 1 gram tepung
ditambahkan ke 15 mL air

Memanaskan 2 mL larutan
fehling A dan fehling B
dalam tabung reaksi + 3
tetes larutan tepung

Mengamati perubahan
yang terjadi

Gambar 3.5 Skema Percobaan Uji Fehling


pada Tepung
3.1.6 Skema Percobaan Hidroksi Asam pada Tepung

Uji Hidroksi Asam

Membuat larutan tepung


dengan 3,5 gram tepung
ditambahkan ke 50 mL air

Meneteskan 5 tetes HCl pekat


ke dalam larutan tepung dan
memanaskannya selama 30-40
menit + dinetralkan dengan 3
tetes NaOH 10%

Gambar 3.6 Skema Percobaan Hidroksi Asam


pada Tepung

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 13
Laporan Praktikum Karbohidrat

3.2 Bahan Dan Alat


3.1.1 Alat
 Tabung reaksi : 5 buah
 Pipet tetes : 2 buah
 Beaker glass 100 mL : 4 buah
 Beaker glass 50 mL : 2 buah
 Batang pengaduk : 1 buah
 Sikat : 1 buah
 Penjepit : 1 buah
 Rak tabung : 1 buah
 Sendok : 1 buah
 Gelas ukur 10 mL : 1 buah
 Spirtus : 1 buah
3.1.2 Bahan
 Larutan glukosa : 50 mL
 Larutan sakarosa : 50 mL
 Larutan fehling A : 10 mL
 Larutan fehling B : 10 mL
 Larutan benedict : 10 mL :
 Larutan HCl encer : 100 mL
 Larutan NaOH 10% : 5 mL
 Larutan barfoed : 10 mL
 Tepung kanji : 5 gram

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 14
Laporan Praktikum Karbohidrat

3.2 Gambar Alat Percobaan

Gambar 3.7 Tabung Reaksi Gambar 3.8 Pipet Tetes

Gambar 3.9 Beaker Glass 100 mL Gambar 3.10 Beaker Glass 50 mL

Gambar 3.11 Batang Pengaduk Gambar 3.12 Rak Tabung Reaksi

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 15
Laporan Praktikum Karbohidrat

Gambar 3.13 Penjepit Gambar 3.14 Sendok

Gambar 3.15 Gelas Ukur 10 mL Gambar 3.16 Bunsen

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 16
Laporan Praktikum Karbohidrat

BAB IV
DATA HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
4.1.1 Data Hasil Percobaan Monosakarida dan Disakarida
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Monosakarida dan Disakarida

Uji Perlakuan Hasil


2 mL larutan fehling A + fehling B warna menjadi coklat
dipanaskan hingga mendidih + 3 setelah ditetesi 3 tetes
tetes glukosa glukosa
Fehling
2 mL larutan fehling A + 2 mL warna menjadi merah
larutan fehling B dipanaskan hingga bata setelah ditetesi 3
mendidih + 3 tetes sukrosa tetes sukrosa
warna menjadi coklat
2 mL larutan benedict + 3 tetes
setelah ditetesi 4x3
glukosa
tetes glukosa
Benedict
warna menjadi biru
2 mL larutan benedict + 3 tetes
muda dan terjadi
sukrosa
endapan merah bata
2 mL HCl encer + 2 mL larutan
sukrosa 2% dipanaskan hingga ½ warna menjadi oren
jam + 3 tetes NaOH 10% + 3 tetes bening
Hidrolisa glukosa
Sukrosa 2 mL HCl encer + 2 mL larutan
sukrosa 2% dipanaskan hingga ½ warna menjadi oren
jam + 3 tetes NaOH 10% + 3 tetes bening
sukrosa
warna menjadi biru
1 mL larutan barfoed + 1 mL
Barfoed kehitaman dan ada
glukosa dan sukrosa
endapan hitam

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 17
Laporan Praktikum Karbohidrat

4.1.2 Data Hasil Percobaan Tepung


Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Tepung

Uji Perlakuan Hasil


2 mL larutan fehling A + 2 mL larutan Warna menjadi biru
Fehling fehling B dipanaskan hingga mendidih + tua keruh (ada
3 tetes tepung kanji partikel koloid)
Warna mejadi
5 tetes HCl pekat + 50 mL larutan tepung
Hidroksi kuning keruh dan
kanji dipanaskan hingga 40 menit +
Asam terjadi endapan
dinetralkan dengan NaOH 10%
putih

4.2 Pembahasan
Pada praktikum karbohidrat dilakukan dengan beberapa macam uji. Uji
yang pertama dilakukan adalah uji fehling terhadap larutan glukosa 2%,
larutan sukrosa 2% dan tepung. Glukosa adalah monosakarida berkarbon
enam. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana dan tidak
dapat dihirolisis menjadi karbohidrat lain. Sedangkan sukrosa adalah
disakarida yang terbentuk dari monomer-monomernya. Uji fehling adalah
pengujian secara kualitatif yang didasarkan adanya gugus aldehid atau keton
yang bebas dan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gula pereduksi
pada suatu sampel. Untuk melakukan uji fehling digunakan dua larutan
fehling, yaitu larutan fehling A dan larutan fehling B. Pada pengujian fehling
ini yang pertama dilakukan adalah melarutkan 2 mL larutan fehling A dan
larutan fehling B, kemudian memanaskankannya hingga mendidih.
Pemanasan dalam reaksi bertujuan untuk membongkar ikatan gugus aldehid
pada sampel agar dapat bereaksi dengan ion OH-. Setelah larutan tersebut
mendidih, kemudian meneteskan larutan glukosa 2%. Pada saat menambahkan
larutan glukosa 2% sebanyak tiga tetes larutan berubah warna menjadi coklat
kemerah-merahan dari yang semula berwarna biru. Perubahan warna tersebut
menunjukkan bahwa pada larutan glukosa 2% terdapat gula pereduksi.
Perlakuan yang sama dilakukan untuk larutan sukrosa 2% dan larutan tepung.
Ketika larutan fehling A dan larutan fehling B dipanaskan hingga mendidih,
kemudian ditambahkan dengan larutan sukrosa 2%, larutan tersebut juga

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 18
Laporan Praktikum Karbohidrat

mengalami perubahan warna menjadi coklat dari warna asal biru dan
terbentuk endapan berwarna merah bata pada larutan, akan tetapi ada sedikit
perbedaan antara larutan glukosa dan larutan sukrosa, untuk penambahan
larutan sukrosa pada larutan fehling A dan B dilakukan sebanyak 4 kali
dengan masing-masing penambahan adalah tiga tetes. Karena perubahan
warna yang lama dan dengan penambahan larutan yang dilakukan berkali-kali
menunjukkan bahwa larutan sukrosa tidak mengandung gula pereduksi. Hal
yang sama juga terjadi larutan tepung, ketika larutan fehling A dan B
dipanaskan hingga mendidih, kemudian ditambahkan dengan larutan tepung
sebanyak tiga tetes, kemudian terjadi perubahan warna dari biru terang
menjadi biru gelap. Perubahan warna pada larutan tersebut juga menunjukkan
bahwa pada larutan tepung juga mengandung gula pereduksi.
Uji yang kedua adalah uji benedict pada larutan glukosa 2% dan larutan
sukrosa 2%. Uji benedict adalah uji yang dilakukan menggunakan larutan
benedict dengan tujun untuk mengetahui ada atau tidaknya gula pereduksi
pada sampel. Uji benedict prinsipnya sama dengan uji fehling, akan tetapi
pada uji benedict ini larutan yang digunakan adalah larutan benedict. Pada uji
benedict, ketika larutan benedict dipanaskan hingga mendidih, kemudian
ditambahkan dengan larutan glukosa 2% sebanyak 3 tetes, maka larutan
tersebut mengalami perubahan warna menjadi merah bata. Hal ini
menunjukkan bahwa pada larutan glukosa 2% terdapat gula pereduksi.
Perlakuan yang sama dilakukan pada larutan sukrosa, akan tetapi ketika
menambahkan larutan sukrosa dilakukan sebanyak kurang lebih 15 tetes
hingga terjadi perubahan warna. Perubahan warna yang lama ini menunjukkan
bahwa larutan sukrosa 2% tidak mengandung gula pereduksi.
Uji yang ketiga adalah uji hidrolisa sukrosa untuk larutan glukosa 2% dan
larutan glukosa 2%. Uji hidrolisa sukrosa bertujuan untuk mengurai
karbohidrat monosakarida menjadi karbohidrat disakarida. Pada uji hidrolisa
sukrosa yang pertama dilakukan adalah mencampurkan 2 mL HCl encer
dengan larutan sukrosa 2%, kemudian memanaskannya selama setengah jam.
Setelah 30 menit, kemudian menambahkan NaOH 10% sebanyak tiga tetes.
Setelah ditambahkan dengan NaOH 10% kemudian mencampurkan larutan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 19
Laporan Praktikum Karbohidrat

tersebut dengan larutan glukosa 2% dan terjadi perubahan warna menjadi


oranye bening. Perubahan warna ini menunjukkan bahwa larutan glukosa 2%
dapat mengurai karbohidrat monosakarida menjadi disakarida. Perlakuan yang
sama dilakukan untuk larutan sukrosa 2%. Ketika campuran larutan HCl
encer, NaOH 10% dan larutan sukrosa 2% ditambahkan dengan larutan
sukrosa 2% larutan tidak mengalami perubahan warna. Hal ini juga
menunjukkan bahwa larutan sukrosa 2% juga dapat mengurai karbohidrat.
Uji yang keempat adalah uji barfoed pada larutan glukosa 2% dan larutan
sukrosa 2%. Uji barfoed bertujuan untuk mengetahui golongan karbohidrat
monosakarida dan disakarida. Pada uji barfoed digunakan larutan barfoed
yang berfungsi untuk memberikan suasana asam sehingga reaksi dapat
berlangsung dengan cepat. Pada uji barfoed ini yang harus dilakukan adalah
memanaskan larutan barfoed sebanyak 1 mL, tujuan dari memanaskan larutan
adalah untuk mempercepat reaksi, kemudian menambahkan larutan dengan
glukosa, kemudian larutan tersebut mengalami endapan berwarna hitam. Hal
ini menunjukkan bahwa larutan glukosa 2% merupaan golongan
monosakarida. Perlakuan yang sama dilaukan untuk larutan sukrosa. Ketika
larutan barfoed ditambahkan dengan larutan sukrosa 2%, maka terjadi
perubahan warna menjadi biru kehitam-hitaman. Hal ini menunjukkan bahwa
larutan sukrosa 2% merupakan golongan disakarida.
Uji yang kelima adalah uji hidroksi asam pada larutan tepung. Uji hidroksi
asam dilakukan dengan menambahkan 5 tetes HCl pekat dengan 50 mL
larutan tepung, kemudian memanaskannya dengan penangas air selama 40
menit. Tujuan dari memanaskan larutan adalah untuk mempercepat reaksi.
Setelah memanaskan larutan selama 40 menit, kemudian mendinginkan
larutan hingga mencapai suhu kamar dan menetralkannya dengan NaOH.
Setelah menambahkan NaOH, kemudian terjadi perubahan fisik pada larutan
yaitu larutan berubah marna menjadi kuning keruh dan terdapat endapan
berwarna putih.
Berdasarkan macam-macam uji diatas dapat disimpulkan bahwa larutan
glukosa 2% merupakan gula pereduksi dan termasuk ke dalam golongan
monosakarida, serta dapat menguraikan karbohidrat monosakarida menjadi

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 20
Laporan Praktikum Karbohidrat

disakarida. Kemudian untuk larutan sukrosa 2% merupakan gula pereduksi


dan termasuk ke dalam golongan disakarida dan tidak dapat mengurai
karbohidrat disakarida. Larutan yang ketiga adalah larutan tepung. Larutan
tepung merupakan gula pereduksi.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 21
Laporan Praktikum Karbohidrat

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Macam-macam uji yang dapat digunakan untuk mengetahui kandunga
karbohidrat adalah uji fehling, uji benedict, uji hidolisa sukrosa, uji
barfoed dan uji hidroksi asam.
2. Perubahan yang terjadi pada uji golongan karbohidrat monosakarida dan
disakarida, yaitu pada uji fehling larutan glukosa mengalami perubahan
warna menjadi coklat sedangkan larutan sukrosa berubah warna menjadi
merah bata, untuk uji benedict larutan glukosa berubah warna menjadi
coklat sedangkan larutan sukrosa terdapat endapan merah bata, untuk uji
hidrolisa sukrosa larutan glukosa dan larutan sukrosa berubah warna
menjadi oren bening, dan untuk uji barfoed terjadi perubahan warna
menjadi biru kehitaman.
3. Perubahan yang terjadi pada uji tepung yaitu, pada uji fehling larutan
berubah warna menjadi biru tua keruh dan untuk uji hidroksi asam, larutan
berubah warna menjadi kuning keruh.
4. Dari percobaan yang kami lakukan, disimpulkan bahwa glukosa termasuk
golongan monosakarida dan sukrosa termasuk golongan disakarida.
5.2 Saran
1. Pada saat memanaskan larutan pada tabung reaksi menggunakan bunsen,
sebaiknya lebih berhati-hati lagi karena, larutan sampel dapat
menimbulkan ledakan kecil.
2. Pada saat memanaskan tabung reaksi menggunakan bunsen, sebaiknya
menggunakan handscoon dan masker.
3. Sebaiknya lebih teliti lagi pada saat pencampuran bahan-bahan.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 22
Laporan Praktikum Karbohidrat

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman. 2006. Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan


Gravimetri. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Hala Yusmina. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia Umum Jurusan Biologi,


UNM

Keenan, dkk. 1992. Kimia untuk Universitas Jilid 2. Erlangga:Jakarta.


Kusnandar F. 2010. Kimia Pangan Komponen makro. Jakarta (ID) : PT. Dian
Rakyat.

Poedjiaji Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia, Jakarta.

Pudjaatmaka, A. Hadyana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka

Winarno F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Witarto Budi. 2001. The Role of Protein Engineering in Bioindustry and its
Prospect in Indonesia. Sinergy Forum-PPl Tokyo Institute of Technology.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 23
Laporan Praktikum Karbohidrat

LAMPIRAN
1. Monosakarida dan Disakarida

Uji Pengamatan

glukosa

Fehling

Sukrosa

Glukosa

Benedict

Sukrosa

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 24
Laporan Praktikum Karbohidrat

Uji Pengamatan

Glukosa

Hidrolisa
Sukorsa

Sukrosa

Glukosa

Barfoed

Sukrosa

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 25
Laporan Praktikum Karbohidrat

2. Tepung

Uji Pengamatan

Fehling

Hidroksi Asam

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 26

Anda mungkin juga menyukai