BAB I Quran
BAB I Quran
BAB I Quran
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Rasulullah Muhammad SAW
melalui perantara malaikat Jibril adalah Alquran yang didalamnya terdapat larangan, perintah
serta tujuan-tujuan tertentu untuk umat Islam. Tujuan pokok diturunkanya Alquran adalah
sebagai petunjuk akidah, petunjuk akhlak, petunjuk ibadah, petunjuk syariat dan hukum, serta
kisah-kisah umat terdahulu dan juga berisikan berbagai pengetahuan dan ilmu-ilmu yang
perlu diketahui oleh manusia. Dengan kata lain Alquran diturunkan sesuai dengan tujuan
diturunkanya.
Dalam agama Islam perkara yang paling utama yang harus dikatahui, diyakini dan
dikerjakan adalah Akidah, karena hal tersebut merupakan pokok atau hal yang paling inti
dalam hubungan antara pencipta dan makhluk yang diciptakan. Tanpa adanya akidah, seorang
hamba tidak akan sepenuhnya mempercayai Kuasa Allah Swt. beserta dengan ketetapan-
ketetapannya. Dengan akidah juga seseorang dapat mengambil sikap dan keputusan mana
yang haq dan mana yang batil. Telah disebutkan bahwa di dalam Alquran terdapat petunjuk-
petunjuk mengenai akidah.
Banyak yang beranggapan bahwa Alquran itu hanya sekedar bacaan dan tidak
dimengerti apa keuntungan dari mempelajarinya. Padahal apabila orang tersebut mengerti
betapa pentingnya mempelajari kandungan Alquran pasti mereka akan menyesal, karena
banyak kandungan Alquran itu memberikan manfaat dan kebaikan bagi manusia. Salah
satunya adalah isi dan kandungan Alquran tentang akidah yang mana akidah mempunyai
peran penting didalam kehidupan manusia. Karenanya pemakalah akan mengupas secara
singkat dan cermat mengenai “Isi kandungan Alquran yang berkaitan akidah”.
1
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian akidah
Akidah juga memiliki nama lain yang mungkin lebih dikenal pada aliran Ahlus
sunnah wal jama’ah yakni at-Tauhid, as-Sunnah, usulluddiin, asy-Syari’ah dan al-Iman.
bahkan di dalam kitab ‘Aqidatul ‘awwam pembahasan akidah bukan hanya terpaku pada
keenam rukun iman, melainkan perilaku, sifat-sifat, istri-istri Nabi SAW, puta-putri beliau,
bahkan pembahasan mengenai kewajiban untuk mengetahui semua sifat wajib dan jaiz Allah,
juga sifat wajib dan jaiz rasul. Pembahasan malaikat beserta tugasnyapun tidak terlepas
dalam akidah, karenanya pembahasan akidah sangat luas.
Akidah juga adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang
pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada
kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah swt. Yang satu yang tidak pernah tidur dan
tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah swt. Adalah salah satu butir rukun iman yang
pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
Itulah salah satu kandungan Alquran tentang akidah.
Apa yang disyari’atkan oleh Allah untuk kita tentang agama, dan yang diwasiatkan
kepada kita sebagaimana yang diwasiatkan kepada para rasul-Nya yang terdahulu adalah
pokok-pokok akidah dan dasar-dasar keimanan, bukan cabang-cabang agama dan bukan
syariat-syariatnya yang bersifat ‘amali. Sebab tiap-tiap umat mempunyai syariat-syariat yang
bersifat 'amali sesuai dengan situasi dan kondisinya, sesuai dengan taraf berfikir dan
rohaniahnya
3
Telah diterangkan dalam bukunya Simbah KH. Nawawi abdul aziz bahwa Alquran
diturunkan untuk kebahagiaan manusia yang sejati di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu,
Al-Qur'an memerintahkan semua bentuk kebaikan dan yang mendatangkanya dengan cara
yang tidak memberatkan, termasuk melarang semua bentuk keburukan dan yang
mendatangkanya. Perintah itu baik mengenai hubungan manusia dengan Allah SWT yang
meliputi iman dan ibadah maupun meliputi akhlaqul karimah, amar ma’ruf-nahi munkar dan
taawunu ‘alalbirri wat-taqwa.
Q. S. Al-Baqarah : 163
Q. S. Al-Ikhlāṣ : 1
Q. S. An-Nisā : 36
Apa yang disyariatkan oleh Allah untuk kita tentang agama, dan yang diwasiatkan
kepada kita sebagaimana yang diwasiatkan kepada para rasul-Nya yang terdahulu adalah
pokok-pokok akidah dan dasar-dasar keimanan, bukan cabang-cabang agama dan bukan
syariat-syariatnya yang bersifat ‘amali. Sebab tiap-tiap umat mempunyai syariat-syariat yang
4
bersifat ‘amali sesuai dengan situasi dan kondisinya, sesuai dengan taraf berfikir dan
rohaniahnya1.
Telah diterangkan dalam bukunya Simbah KH. Nawawi abdul aziz bahwa Alquran
diturunkan untuk kebahagiaan manusia yang sejati di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu,
Alquran memerintahkan semua bentuk kebaikan dan yang mendatangkanya dengan cara yang
tidak memberatkan, termasuk melarang semua bentuk keburukan dan yang mendatangkanya.
Perintah itu baik mengenai hubungan manusia dengan Allah SWT yang meliputi iman dan
ibadah maupun meliputi akhlaqul karimah, amar ma’ruf - nahi munkar dan taawunu ‘alalbirri
wat-taqwa 2.
Dari keterangan diatas mengertikan bahwa semua manusia tidak ada yang
menginginkan keburukan melainkan kebaikan, termasuk kebaikan di dunia dan di akherat.
Untuk meraih hal tersebut, manusia diperintahkan untuk berbuat baik kepada Allah dan
kepada maklhluk-Nya. Berbuat baik kepada Allah itu tidak dapat diraih jika tidak adanya
pengetahuan mengenai akidah sedangkan akidah termuat dalam Alquran karenanya manusia
dianjurkan untuk mempelajari dan mengamalkan apa yang telah di perintahkan Allah dalam
Alquran.
1. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul
dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari
pembalasan.
1
Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, (Jakarta: Robani Press, 2006), hlm. 6.
2
Nawawi Abdul Azis, Alaikum Bissawadil A’dhom, (Yogyakarta: Pondok Pesantren An Nur, 2008), hlm. 62.
3
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan Media Utama, 2013), hlm. 57.
5
3. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum
yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.
Atau dengan kata lain yang lebih singkat “Alquran adalah petunjuk bagi manusia
kejalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat”.
Dari keterangan Quraish Sihab diatas, dapat disimpulkan bahwa memang benar inti
Alquran merupakan Akidah Islamiyyah yang harus diikuti oleh umat manusia. Dengan kata
lain bahwa Alquran tersebut diturunkan oleh Allah ditengah-tengah umat yang memiliki
keyakinan sangat bertentangan dengan yang disampaikan oleh Alquran. Namun, dengan
adanya ajakan, kabar gembira, ancaman dan juga kebagusan akhlak Rasulullah menjadikan
keyakinan penyembah berhala itu dapat berubah secara berangsur-angsur. Perlu diketahui
bersama, inti Alquran bukan hanya membahas mengenai akidah saja, akan tetapi Alquran
juga meliputi hal-hal lainya seperti akhlak, hukum syariat dan kisah-kisah. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 177.
6
Mengenal Allah SWT merupakan bentuk pengetahuan dan akidah yang paling utama.
Dikarenakan tujuan utama manusia diciptakan adalah untuk mengenalkan Allah disamping
semua makhluk diperintahkan untuk beribadah kepadaNya. Dalam mengenal Allah banyak
cara yang bisa dikerjakan oleh manusia, ada dengan memperhatikan dan memikirkan apa
yang telah Allah ciptakan ada pula dengan mengetahui sifat-sifat yang termaktub dalam
Alquran.
Sedangkan mengenal Allah dari nama dan sifat-sifatnya adalah dapat membuka
cakrawala betapa besar kekuasaan-Nya. Hal ini akan mendorong manusia untuk senantiasa
bertawadu’ dan memicu terjalinnya hubungan yang baik antara pencipta dan manusia sebagai
makhluk yang diciptakan.
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu
mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya[870] dan
carilah jalan tengah di antara kedua itu".
Sarana lain yang dipergunakan Islam untuk mengenalkan manusia kepada Allah
adalah dengan menjelaskan nama-nama Allah ( al-Asma’ al-husna) dan sifat-sifat-Nya yang
luhur. Sifat-sifat tersebut merupakan jendela yang dapat menggerakkan perasaan hati dan
membukakan cakrawala yang sangat luas bagi ruh untuk menyaksikan cahaya Allah dan
keagungan-Nya.
“katakanlah: serulah Allah dan serulah Ar-Rahmaan. Dengan nama yang mana saja yang
kamu seru. Dia mempunyai Al-Asmaul-Husna ( nama-nama yang terbaik”. (Al-Isra’: 110)4.
Mengetahui sifat-sifat Allah SWT adalah wajib hukumnya bagi setiap umat Islam
yang sudah baligh, hal ini sesuai dalam kitab ‘Aqidatul awwam yang berbunyi: Sifat –sifat
4
Alqur’an Terjemah Bahasa Indonesia, (Kudus: Menara Kudus, 2006), Hlm. 282.
7
Allah terdiri dari sifat wajib, mustahil, dan sifat jaiz. Sifat wajib Allah diantaranya: Wuju,
Qidam, Baqa’, Mukholafatu Lilkhawadis, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniya, Qudroh, Irodah,
Sama’, Bashar, Khayat, Ilmu, Kalam dll. Sedangkan sifat mustahil Allah adalah kebalikan
dari sifat wajib-Nya. Pada sifat jaiz (wenang) Allah SWT memiliki sifat yang dengan
anugrah-Nya, keadila-Nya berhak meninggalkan segala yang mungkin seperti Dia
melakukan-Nya5.
2) Mengimani kepada alam yang ada dibalik alam semesta atau alam yang tidak dapat
dilihat (alam ghaib).
Beriman kepada apa yang telah diciptakan oleh Allah berupa alam gaib, merupakan
salah satu rukun Iman dalam Islam. Pemikiran manusia memiliki batasan tertentu dimana
manusia tidak dapat mengindrawinya namun hanya dapat merasakanya. Demikian pula
mengenai Dzat Tuhan, bila manusia tidak mampu mengetahui hakikatnya, maka tidak berarti
bahwa Dia tidak ada, bahkan Dia ada dan keberadaan-Nya jauh lebih kuat dari segala yang
ada. Firman Allah :
Perlu kita ketahu bersama bahwa Allah menurunkan kitab bukan hanya Alquran yang
masih ada saat ini. Akan tetapi Allah juga menurunkan kitab-kitab lainya yang diturunkan
pada Nabi-nabi terdahulu sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Kitab-kitab tersebut
berisikan petunjuk yang disesuaikan dengan keadaan umat yang menerimanya. Disamping itu
ada kitab-kitab dan shuhuf yang diturunkan kepada Nabi lainya. Seperti shuhufnya Nabi
Ibrahim dan Nabi Musa, didalamnyaa terdapat firma Allah yang maha bijaksana lagi Maha
Mengetahui7
Sesungguhnya Allah Maha Suci yang mempunyai ajaran-ajaran dan pesan-pesan yang
diwahyukan kepada para Rasul dan Nabi-Nya. Firman Allah :
5
Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah Ahlussunnah Waljama’ah Terjemah dan Syarh ‘Aqidah al-Awam,
(Surabaya: Khalista, 2009), Hlm. 15-25.
6
Alqur’an Terjemah Bahasa Indonesia, (Kudus: Menara Kudus, 2006), Hlm. 128.
7
Muhyiddin Abdussalam... Hlm. 39
8
Artinya: “Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan). Maka Allah
mengutus para Nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan Allah
menurunkan bersama mereka kitab dengan benar untuk memberi keputusan di antara
manusia tetang perkara yang mereka pertselisihan”. ( Al-Baqarah:213)8.
Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul-Nya tidak lain secara umum adalah
sebagai suri tauladan bagi umat Nabi dan Rasul masing-masing. Begitu juga Nabi
Muhammad SAW diutus kepada kita adalah untuk memberikan suri tauladan yang baik. Nabi
dan Rasul yang telah Allah turunkan sangatlah banyak namun hanya dua puluh lima Nabi dan
Rasul yang wajib kita ketahui dan tidak lepas bagi Nabi yang lain harus kita imani.
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub
dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan
kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara
mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (al-Baqarah: 136)9
Allah Swt. memberi berbagai keistimewaan dan keutamaan kepada rasul, agar ia kuat
dan mampu memikul tugas-tugas risalah yang berat, dan agar menjadi contoh tauladan yang
diikuti dalam berbagai urusan, baik agama maupun dunia. Apabila para Rasul tidak memiliki
keistimewaan dalam aspek ‘aqliyah maupun ruhiyah, niscaya mereka tidak layak untuk
menyampaikan petunjuk Allah kepada umat manusia.
Selain mengimani kerasulan kita juga diwajibkan untuk mengimani sifat wajib,
mustahil, dan sifat jaiznya. Sifat wajib rasul adalah: sidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya),
tablig (menyampaikan), dan fathonah (cerdas). Sedangkan sifat mustahil rasul adalah
kebalikan atau lawan dari sifat wajibnya. Sifat jaiz rasul adalah bahwa raul sama dengan
manusia lainya bahwa beliau butuh makan, tidur dan bergerak.
8
Alqur’an Terjemah Bahasa Indonesia, (kudus: Menara Kudus, 2006), Hlm. 33
9
ibid Hlm. 21
9
5) Iman kepada hari akhir
Hari kiamat merupaka ahkir dari roda kehidupan dan awal roda kehidupan akherat.
Meskipun hal ini tidak ada yang mengetahui kapan datangnya kecuali Allah, kita sebagai
umat islam wajib mengimani dan meyakini tentang akan datangnya hari tersebut. Selain
kiamat ada juga hari-hari dimana manusia akan dihisab dan dimintai pertenggunng jawaban
mengenai tingkah lakunya selama di dunia.
Hari kiamat tidak akan datang sebelum tanda-tanda kedatangannya telah tiba. Hal ini
sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya: dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda:” kiamat itu tidak akan datang sebelum kaum muslimin berperang
dengan orang-orang Yahudi sehingga orang-orang Yahudi bersembunyi dibalik batu dan
pohon kemudian batu dan pohon itu berkata: “wahai orang islam inilah orag yahudi berada
dibelakangku maka datanglah kemari bunuhlah dia”, kecuali pohon gharqad (sejenis cemara)
karena pohon itu adalah pohonya orang yahudi”. (Riwaayat bukhari muslim)10
Hari akhir dimulai dengan kehancuran alam semesta, kemudian semua makhluk hidup
menjadi mati, dan bumi berganti dengan lain, begitu pula segenap langit mengalami
perubahan total, Firman Allah:
Pembahasan mengenai takdir Allah merupakan permasalahan yang rumit dan terjadi
perdebatan disana sini. Terkhusus antara Ahlus sunah dengan Wahabi. Mereka berselisih
mengenai takdir. Ahlus sunnah secara garis besar mengatakan bahwa semua hal yang akan
terjadi adalah telah ditetapkan oleh Allah SWT jauh sebelum makhluk diciptakan. Ahlus
sunnah berdasarkan pada surat al-Hadid: 22, hud: 6 dan 34, at-Taubah: 51 dan masih banyak
10
Muslich Shabir, Terjemah Riyadhus Shalihin, Jilid II, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2004), Hlm. 349
11
Alqur’an Terjemah Bahasa Indonesia, (kudus: Menara Kudus, 2006), Hlm. 255.
10
lagi dasar yang tidak bisa tercantum di makalah ini termasuk yang bersumber dari hadits-
hadits Rasul dan dari pendapat para ulama’ dalam kitabnya masing-masing12
Jika ditinjau lebih lanjut takdir ada dua macam, yakni takdir yang dapat diubah dan
takdir yang tidak dapat diubah. Dicontohkan takdir yang dapat diubah seperti kemiskinan
seseorang dapat diubah dengan kerja keras. Sedangkan takdir yang tidak dapat diubah seperti
kematian seseorang. Ada pula yang berpendapat bahwa kematian dapat diperpanjang terserah
oleh Allah yang mengaturNya.
Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya baginda Rosul Muhammad merupakan
salah satu kemukjizatan. Didalamnya bukan hanya mencantumkan penjelasan-penjelasan
yang dapat dirasio, melainkan juga penjelasan yang jauh tidak dapat dijangkau oleh akal
namun manusia harus mengimaninya. Seperti adanya surga dan neraka, adanya alam kubur,
hal tersebut secara logika dan indrawi belum sepenuhnya diterima karena manusia belum
pernah mengalaminya.
Terkait persoalan mengenai penjelasan akidah dalam Alquran. Akidah dalam Alquran
sangat beraneka ragam bentuk dan penjelasanya. Termasuk juga penjelasan-penjelasan yang
diulang-ulang. Hal semacam ini bukan menunjukkan Alquran sebagai kitab yang tidak
produktif dan lemah, melainkan sebaliknya. Diulangnya suatu penjelasan secara rasio
merupakan bukti bahwa suatu penjelasan yang sangat penting sehingganya ditekankan oleh
Allah dalam kitab-Nya. Secara Balaghoh diulangnya suatu kalimat juga menunjukkan
12
Siradjuddin Abbas, Empat Puluh Masalah Agama, Jilid IV, (Jakarta: CV Pustaka Tarbiyah, 2006), Hlm. 274-
275.
11
susunan dan kemukjizatan didalamnya. Selain itu dalam konteks pendidikan diulangnya suatu
kalimat terlebih sampai tiga kali adalah yang pertama sebagai tingkat tahu (rasio), kedua
tingkat paham (dalam emosi), ketiga dalam hati hal tersebut akan melekat dan berkesan
delam diri manusia.
Bukan hanya penjelasan atau satu ayat yang dijumpai oleh pemakalah. Namun ada
beberapa surat-surat penting yang ditrurunkan Allah SWT beberapa kali seperti kami
contohkan seperti Al-Fatihah dan Al-Ikhlas. Dalam al-Itqan Imam Jalaluddin As Suyuti
mengambil dari Az-Zarkasy dalam kitab al-Burhan beliau mengatakan bahwa hikmah
diturunkanya ayat-ayat yang sama secara berulang-ulang adalah karena kadang-kadang ada
suatu peristiwa atau pertanyaan yang menyebabkan ayat tersebut harus diturunkan, padahal
ayat yang sama telah diturunkan sebelum peristiwa atau pertanyaan itu muncul. Kemudian
setelah terjadinya peristiwa atau pertanyaan ini ayat itupun diturunkan kembali kepada Nabi
SAW sebagai peringatan, juga sebagai pengingat bahwa ayat ini mempunyai kandungan yang
sama dengan peristiwa yang terjadi13
Syaikh Manna’ al-Qaththan menerangkan dalam Mabais fi ulumul qu’an yang diambil
dari keterangan yang diberikan Az-Zarkasy dalam kitabnya yakni “ terkadang suatu ayat
turun dua kali sebagai penghormatan kepada kebesaran dan peringatan akan peristiwa yang
menyebabkanya, khawatir terlupakan. Sebagaimana terjadi pada surat al-Fatihah yang turun
dua kali. Sekali di Makah dan sekali di Madinah”14
13
Farikh Marzuqi Ammar, Wafi Marzuqi Ammar, dkk, Samudera Ulumul Qur’an (Al-Itqan fi Ulumil Qur’an)
Jilid 1, ( Surabaya: PT Bina Ilmu offset, t.t), Hlm. 198.
14
Aunur Rafiq el-Mazni, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an (Mabais fi Ulumil Qur’an), (Jakarta Timur: Pustaka
al-Kautsar, 2006), Hlm. 113
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Telah kita ketahui bersama bahwa Alquran yang diturunkan Allah melalui lantaran
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW adalah sesuai dengan tujuan diturunkanya.
Secara garis besar tujuan diturunkannya Alquran mengenai akidah, akhlak, dan hukum
syariat. Namun disisi lain Alquran juga mencakup pembahasan lainnya seperti kisah-kisah,
riwayat-riwayat, bahkan mengenai ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi umat manusia.
Akidah merupakan hal yang paling utama yang disajikan dalam Alquran. Tidak perlu
diragukan mengapa ada ayat yang diulang-ulang itu menunjukkan betapa pentingnya akidah
untuk manusia agar selalu diingat dan ditanam dalam hati mereka. Karenanya Allah
mencantumkan penjelasan mengenai akidah tidak hanya termuat dalam surat-surat makiyyah
namun juga termuat dalam madany.
B. SARAN
Kami berharap dengan membaca makalah ini pembaca dapat mengambil pelajaran
yang tertuang dari isi makalah yang berkenaan dengan akidah. Kami selaku penulis berharap
agar pembaca senantiasa bisa mengamalkan Alquran agar memperbaiki akidah, ibadah, serta
akhlak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca agar mendatangkan pahala baik
bagi penulis maupun bagi pembaca. Mungkin makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mohon saran dari dosen pembimbing dan teman-teman, supaya kedepannya
kami bisa lebih baik lagi dari sebelumnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Siradjuddin. Empat Puluh Masalah Agama. Jilid IV. Jakarta: CV Pustaka Tarbiyah.
2006.
Azis, Nawawi Abdul. Alaikum Bissawadil A’dhom. Yogyakarta: Pondok Pesantren An Nur.
2008.
Ammar, Farikh Marzuqi, Ammir Wafi Marzuqi, dkk. Samudera Ulumul Qur’an. Terj. Al-
Itqan fi ulumil qur’an. Jilid 1. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset. Tt.
El-Mezni, Farikh Marzuki. Pengantar Studi Ilmu Alquran. Terj. Mabais fi Ulumil Qur’an.
Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar. 2006
Shabir, muslich. Terjemah Riyadhus Shalihin. Jilid II. Semarang: PT Karya Toha Putra. 2004.
14