RMK Etbis Sap 12 Fix

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

SAP 12
RINGKASAN MATERI KULIAH DAN KASUS

KELOMPOK V

Ida Ayu Nirma Prameswari (1881611026 / 01)


Ni Made Mei Anggreni (1881611037 / 12)
Putu Nirmala Chandra Devi (1881611043 / 18)
I Dewa Ayu Nyoman Stari Dewi (1881611044 / 19)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
0
ETIKA FUNGSI AUDIT DAN KODE ETIK IAPI

1. DEFINISI KODE ETIK


Kode etik adalah sistem norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, serta yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Kode etik menjelaskan mengenai perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus
dilakukan dan yang harus dihindari.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik, yang dimana sebelumnya disebut sebagai Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik merupakan aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang sebelumnya merupakan Ikatan Akuntan Indonesia
- Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP dan staf profesional (anggota IAPI maupun yang
bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik.

2. SEJARAH

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) atau Indonesian Institute of Certified Public
Accountants (IICPA) memiliki sejarah yang cukup panjang, dimulai dari didirikannya Ikatan
Akuntan Indonesia pada tahun 1957 yang merupakan perkumpulan akuntan Indonesia yang
pertama. Perkembangan profesi dan organisasi Akuntan Publik di Indonesia tidak bisa dipisahkan
dari perkembangan perekonomian, dunia usaha dan investasi baik asing maupun domestik, pasar
modal serta pengaruh global. Secara garis besar, tonggak sejarah perkembangan profesi dan
organisasi akuntan publik di Indonesia memang sangat dipengaruhi oleh perubahan
perekonomian negara pada khususnya dan perekonomian dunia pada umumnya.

3. JEJAK LANGKAH
a. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) didirikan pada tanggal 23 Desember 1957 oleh Prof. R.
Soemardjo Tjitrosidojo dan empat orang lulusan pertama Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, yakni Drs. Basuki T. Siddharta, Drs. Hendra Darmawan, Drs.
Tan Tong Joe, dan Drs. Go Tie Siem.
b. Pada tanggal 7 April 1977, dua puluh tahun setelah IAI berdiri, Drs. Theodorus M.
Tuanakotta membentuk Seksi Akuntan Publik sebagai wadah para akuntan publik di
Indonesia untuk melaksanakan program-program pengembangan akuntan publik.
c. Pada Kongres IAI ke-VII tahun 1994, anggota IAI sepakat memberikan hak otonomi
kepada akuntan publik dengan mengubah Seksi Akuntan Publik menjadi Kompartemen
Akuntan Publik. Hal ini bertujuan untuk merespons perkembangan pasar modal dan

1
perbankan di Indonesia, yang memerlukan perubahan Standar Akuntansi Keuangan dan
Standar Profesional Akuntan Publik yang setara dengan standar internasional.
d. Pada tanggal 24 Mei 2007, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) resmi berdiri.
Pendirian ini diputuskan melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAI –
Kompartemen Akuntan Publik. Perubahan organisasi ini ditujukan agar dapat
memenuhi persyaratan International Federation of Accountans (IFAC) mengenai
profesi dan etika akuntan publik. Saat ini, IAPI merupakan associate member of IFAC.
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 mengakui IAPI sebagai
organisasi yang berwenang melaksanakan Ujian Profesi Akuntan Publik, penyusunan
dan penetapan Standar Profesional dan Etika Akuntan Publik, serta menyelenggarakan
Program Pendidikan Berkelanjutan, sekaligus Reviu Mutu Akuntan Publik.

Adapun visi dan misi dari Institut Akuntan Publik Indonesia adalah sebagai berikut:
 Visi
a. Mewujudkan Akuntan Publik yang berintegritas, berkualitas, berkompetensi dan
berstandar internasional.
b. Mendorong pertumbuhan dan independensi profesi Akuntan Publik.
c. Mewujudkan lingkungan internal dan eksternal profesi yang sehat dan kondusif bagi
profesi Akuntan Publik.
d. Menjaga martabat profesi Akuntan Publik dan kepercayaan publik.
e. Melindungi kepentingan publik dan Akuntan Publik.
f. Mendorong terwujudnya good governance di Indonesia.

 Misi
a. Menyediakan Sumber Daya Manusia profesi akuntan yang memiliki kompetensi sesuai
standar global melalui proses rekrutmen anggota.
b. Menyediakan Standar Profesi Akuntan Publik dan Kode Etik yang berstandar
internasional.
c. Mendorong peningkatan kualitas jasa profesi Akuntan Publik melalui penguatan
kelembagaan Kantor Akuntan Publik.
d. Mendorong peningkatan praktik tata kelola yang baik di bidang perekonomian dan
pengelolaan negara, termasuk pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelaporan
informasi keuangan.

4. LATAR BELAKANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI IAPI

2
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) memiliki tugas menyusun dan mengembangkan
standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada
standar internasional. Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (IAPI) memiliki tugas
mengembangkan serta menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi yang berkualitas
yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia.
Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa
professional seperti tersebut di atas tetap harus mematuhi dan menerapkan Bagian A dari Kode
Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan
ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kode Etik ini. Seorang praktisi
wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam
Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur oleh perundang-
undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku ternyata lebih ketat dari Kode
Etik ini. Seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam perundang-undangan,
ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap
mematuhi prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini. Kode Etik ini
berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2010.

5. ETIKA AKUNTANSI PUBLIK


Sebagaimana pernyataan Justin E.Burger mengenai fungsi dan tanggung jawab auditor pada
kasus Arthur Young tahun 1984, bahwa tanggung jawab auditor yaitu untuk mengeluarkan opini
sejelas-jelasnya mengenai apakah laporan keuangan sudah dengan jujur menggambarkan posisi
keuangan perusahaan. Kinerja peranan ini, yaitu membuktikan bahwa posisi keuangan dan
operasional perusahaan tergambarkan dengan jujur, mensyaratkan auditor untuk memiliki
integitras dan kejujuran. Untuk memastikan keakuratan data yang telah disajikan, penting bahwa
integritas dan kejujuran auditor tidak dibahayakan oleh kehadiran pengaruh yang tidak
semestinya. Untuk menunjang integritas dan kejujuran, auditor harus memiliki independensi
setinggi mungkin. Mereka yang harus membuat keputusan berdasarkan kebenaran dan keakuratan
informasi haruslah dapat mempercayai gambaran akuntan agar pasar berfungsi secara efektif.
Kepercayaan dapat terkikis bila terdapat konflik kepentingan.

6. KEPERCAYAAN
Seorang individu umumnya memberikan gambaran yang salah untuk membuat pihak lain
bertindak lain dari apa yang mungkin akan dilakukan pihak tersebut bila diberikan informasi
yang penuh dan jujur. Apa yang mungkin bisa terjadi bila perilaku diuniversalisasikan yaitu bila,

3
semua individu salah menggambarkan kesehatan keuangan perusahaan mereka ketika mereka
diuntungkan dengan bertindak tidak jujur?
Dua hal bisa tejadi yaitu :
a. Pertama, kepercayaan dalam bisnis terkait dengan informasi yang dibutuhkan mengenai
status keuangan akan terkikis. Kekisruhan akan terjadi, karena pasar keuangan tidak dapat
berjalan tanpa kepercayaan. Jika kesalahan representasi menjadi sebuah praktik universal,
kepercayaan, dan pada akhirnya kerja sama tidak akan mungkin ada.
b. Kedua, menguniversalkan kesalahan representasi, selain menyebabkan ketidakpercayaan
dan ketidakefisiensian dalam pasar, akan membuat melakukan tindakan kesalahan
representasi menjadi tidak memungkinkan. Karena tidak seorangpun akan mempercayai
orang lain, dan kesalahan representasi hanya dapat terjadi jika seseorang yang dibohongi
mempercayai orang yang membohonginya. Meuniversalisasikan kebohongan membuat
kebohongan menjadi tidak memungkinkan. Sehingga anomali bahwa bila kesalahan
representasi menjadi universal dalam situasi tertentu, maka akan tidak mungkin untuk salah
menggambarkan dalam situasi tersebut, karena tidak seorangpun akan mempercayai apa
yang digambarkan. Hal ini membuat universalisasi kebohongan menjadi irasional atau
kontradiktif.
Jika kesalahan representasi situasi keuangan merupakan hal yang uiversal, maka auditing
menjadi sebuah fungsi yang tidak berguna. Menurut Rick Telbert, hal ini mungkin sudah terjadi,
seperti pernyataannya dalam Accounting Today; “Firma-firma CPA (Certified Public Accountant)
telah lama cenderung mirip perusahaan asuransi – berfokus pada kepastian dan audit pengelolaan
risiko – ketimbang membuktikannya”. Firma-firma dengan perilaku semacam ini hanya
menjamin bahwa presentasi yang disajikan tidak melawan hukum, mereka hanya melayani klilen,
bukan publik. Hal ini menunjuk salah satu aspek lain dari kepercayaan. Karena kepercayaan
merupakan hal yang esensial, maka penampilan dari kejujuran dan integitras seorang akuntan
merupakan hal yang penting. Auditor tidak hanya harus terpercaya, namun juga harus terlihat
dapat dipercaya.

7. TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERHADAP PUBLIK


Tugas auditor untuk membuktikan kebenaran laporan keuangan memberikan akuntan
tanggung jawab khusus terhadap publik. Tanggung jawab ini memberikan sebuah hubungan
dengan klien yang berbeda dengan profesi lainnya. Melihat perbedaan kepentingan yang
terkadang ada diantara klien dan publik, terlihat jelas bahwa para auditor menghadapi konflik
kesetiaan. Akuntan merupakan kaum profesional karena itu harus berperilaku profesional pula.

4
Sebagaimana profesi lainnya, mereka menawarkan jasa kepada klien. Namun profesi akuntan
publik, karena meliputi pekerjaan sebagai auditor independen, memiliki fungsi lainnya. Auditor
independen tidak hanya bertindak sebagai pencatat, namun juga sebagai evaluator bagi catatan
akuntan lainnya. Disini, auditor memenuhi fungsi pengawas publik atau apa yang disebut oleh
Justice Burger sebagai public watchdog function.

8. TANGGUNG JAWAB DASAR AUDITOR


Dokumen Cohen Report berisikan laporan komprehensif mengenai tanggung jawab seorang
auditor independen. Di tahun 1974 Cohen Commision didirikan untuk mengembangkan
kesimpulan dan rekomendasi terkait dengan tanggung jawab auditor independen. Tugas lainnya
adalah untuk mengevaluasi ekspektasi dan kebutuhan publik serta kemampuan realistis akuntan.
Cohen Report mendefinisikan peranan utama auditor independen sebagai perantara laporan
keuangan klien dengan pengguna laporan tersebut, yang auditor bertanggungjawab kepadanya.
Sangat jelas disini Cohen Commision menyebutkan bahwa tanggung jawab utama auditor
adalah kepada publik, bukan klien.
Komisi juga memeriksa apa yang bisa diharapkan untuk dicapai oleh para auditor,
memandang tekanan bisnis dan waktu yang mereka hadapi. Laporan menyebutkan beberapa area
yang bukan tanggung jawab auditor independen. Auditor bertanggung jawab untuk membentuk
sebuah opini pada apakah laporan keuangan tersaji dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
dipergunakan dengan tepat. Pernyataan pembuktian tradisional menegaskan bahwa laporan
keuangan “disajikan dengan jujur dalam penyelarasan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
diterima secara umum (GAAP-Generally Accepted Accounting Principles)”. Hal ini merupakan
subjek kontroversial dalam literatur-literatur etika.

8.1 Evaluasi Pengendalian Auditing Internal


Cohen Report juga membahas hukum dan akuntabilitas perusahaan, dan memeriksa tugas
auditor terkait dengan pengendalian auditing internal. Selain membuktikan ketepatan laporan
keuangan, auditor juga bertanggung jawab untuk menentukan apakah pengendalian dan sistem
auditing internal telah memadai. Secara singkat, auditor bertanggung jawab untuk mengevalyasi
apakah akuntan manajemen memenuhi kewajibannya, dan untuk memastikan kecukupan dan
ketaatan terhadap pengendalian auditing internal.

8.2 Tanggung Jawab untuk Mendeteksi dan Melaporkan Kesalahan dan Penyimpangan
Menurut Cohen Report auditor juga bertanggung jawab untuk menyampaikan
ketidaktentuan signifikan apapun yang terdeteksi dalam laporan keuangan. Tanggung jawab

5
untuk melaporkan kesalahan dan penyimpangan merupakan salah satu hal yang paling serius dan
membingungkan bagi auditor. John E.Beach memberikan dua contoh mengenai bagaimana
tanggung jawab akuntan terhadap publik dapat mengarah pada tuntutan hukum bila berkonflik
dengan tanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan klien:
a. Bulan Oktober 1981, seorang juri di Ohio menetapkan bahwa seorang akuntan bersalah
dalam mengabaikan kontrak untuk melanggar kewajiban kerahasiaan yang dimandatkan
dalam kode etik akuntan, dan memberikan ganti rugi sebesar kira-kira 1 juta Dolar AS bagi
penggugat
b. Di waktu yang bersamaan, seorang juri di New York memberikan hukuman denda 80 juta
Dolar AS bagi penggugat untuk kegagalan akuntan dalam mengungkapkan informasi
rahasia.
Mengenai apakah diperbolehkan bagi auditor untuk melaporkan ketidaktepatan aktivitas
kliennya, bisa dikatakan bahwa terdapat opini hukum bahwa tugas kerahasiaan tidaklah
aboslut, dan “mengutamakan kepentingan publik dapat terjadi dimana kerahasiaan harus
mengalah”.

9. INDEPENDENSI
Untuk memenuhi tanggung jawabnya, auditor haruslah menjaga independensi. Justice
Burger menggunakan istilah “independensi total” mengenai fungsi pengawas publik yang
menuntut independensi total. Tentu saja, auditor haruslah independen dari klien. Namun kita
perlu memeriksa apakah independensi total merupakan sebuah kemungkinan ataukah keharusan.
Seberapa besar independensi yang harus dijaga sorang auditor, dan bagaimana menentukannya?
Code of Professional Conduct AICPA mengakui dua jenis independensi, yaitu:
a. Independensi dalam fakta dan penampilan. Independensi dalam fakta dapat diterapkan
oleh semua akuntan.
b. Independensi penampilan, beberapa berpendapat bahwa hanya dapat diterapkan untuk
auditor independen.
Independence Standard Board (ISB) menerbitkan “Pernyataan Konsep Independensi:
Sebuah Kerangka Kerja Konseptual untuk Independensi Auditor” ISB diberikan tanggung jawab
untuk mengeluarkan standar indepedensi yang dapat diterapkan untuk audit entitas publik, dalam
rangka melayani kepentingan publik dan untuk melindungi dan mendorong kepercayaan diri
investor di pasar sekuritas. ISB mendefinisikan independensi auditor sebagai “kebebasan dari
tekanan dan faktor lain yang membahayakan, atau secara beralasan bisa membahayakan,
kemampuan auditor untuk membuat keputusan audit yang tidak bias”.

6
Sasaran independensi adalah untuk mendukung kepercayaan pengguna pada proses
pelaporan keuangan dan untuk meningkatkan efisiensi manajemen. Sehingga disini independensi
merupakan instrumen, sedangkan tujuannya adalah efisiensi manajemen. ISB menjabarkan empat
prinsip dasar dan empat konsep sebagai pedoman dalam menentukan independensi pembantu:
a. Threats/Ancaman
b. Safeguards/Jaminan keamanan
c. Risiko independensi
d. Signifikansi ancaman/keefektifan jaminan keamanan
Ancaman terhadap independensi auditor didefinisikan sebagai “sumber kebiasan potensial
yang mungkin membahayakan, atau secara beralasan dapat membahayakan, kemampuan auditor
untuk membuat keputusan audit yang tidak bias, yaitu:
a. Self-interest threats
b. Self-review threats
c. Advocacy threats
d. Familiarity threats
e. Intimidation threats
Menurut Gordon Chon, terdapat faktor-faktor lain yang bisa membahayakan independensi
auditor. Salah satunya adalah dampak hubungan keluarga dan finansial pada independensi. Tentu
saja bila auditor adalah sanak keluarga klien atau memiliki kepentingan finansial dengan klien,
hal ini bisa menciptakan konflik kepentingan yang mempengaruhi independensi auditor.
Sehingga, aturan independensi AICPA mencegah seseorang untuk bertindak sebagai auditor
dimana terdapat hubungan seperti itu. Meskipun bila auditor mampu mengatasinya, publik akan
curiga terhadap hasil kerjanya.

10. RISIKO INDEPENDENSI


Setelah meneliti ancaman-ancaman terhadap independensi, laporan ISB menguraikan
“pengendalian yang mengurangi atau mengenyahkan ancaman terhadap independensi auditor”.
Ini meliputi : larangan, batasan, pengungkapan, kebijakan, prosedur, praktik, standar, aturan,
aransemen institusional, dan kondisi lingkungan”.
Konsep penting lainnya yaitu risiko independensi, dimana laporan ISB mendefinisikannya
sebagai “risiko yang mengancam independensi auditor, dimana tidak diredam oleh jaminan
perlindungan, yang membahayakan atau secara beralasan dapat membahayakan, kemampuan
auditor untuk membuat keputusan audit yang tidak bias. Secara sederhana, risiko terhadap
independensi meningkat dengan kehadiran ancaman dan menurun dengan adanya jaminan
perlindungan.
Mengakui bahwa independensi total merupakan hal yang tidak mungkin, laporan ISB
memberikan sebuah kerangka kerja bagi auditor untuk mengevaluasi apakah independensi yang
7
mereka miliki akan melindungi mereka dari risiko yang bisa membahayakan penilaian atau audit
mereka. Terdapat empat aktivitas dasar yang disebut prinsip, yang digunakan untuk menentukan
independensi auditor.
a. Prinsip 1; menilai tingkat risiko independensi, dengan mempertimbangkan jenis dan
signifikansi ancaman dan jenis keefektifan jaminan perlindungan.
Untuk membantu penilaian ini, laporan ISB menyarankan auditor untuk memeriksa 5
tingkat risiko independensi, yaitu:
a) Tidak ada risiko independensi
b) Risiko independensi kecil
c) Risiko independensi sedang
d) Risiko independensi tinggi
e) Risko independensi maksimum
b. Prinsip 2; menentukan akseptabilitas tingkat risiko independensi. Auditor harus
menentukan apakah tingkat independensi berada dalam posisi yang dapat diterima pada
rangkaian independensi risiko.
c. Prinsip 3; mempertimbangkan manfaat dan biaya. Memastikan bahwa manfaat yang
didapat dari mengurangi risiko independensi dengan menanamkan tambahan perlindungan
melebihi biayanya.
d. Prinsip 4; mempertimbangkan pandangan pihak yang berkepentingan dalam permasalahan
independensi auditor. Para pembuat keputusan independensi harus mempertimbangkan
pandangan para investor, pengguna lain serta pihak lain yang berkepentingan terkait
dengan integritas pelaporan keuangan mengenai permasalahan terkait dengan
independensi auditor dan harus mengatasi permasalahan tersebut berdasarkan penilaian
para pembuat keputusani independensi mengenai cara terbaik untuk mencapai sasaran
independensi auditor.
SEC mengeluarkan “Revisi Persyaratan Independensi Auditor”, efektif sejak 5 Februari
2001, yang melarang jasa nonaudit tertentu yang melemahkan independensi auditor, yang banyak
mendapat perlawanan dari kalangan profesional akuntansi.
Profesi akuntansi telah lama merangkul kebutuhan akan berpenampilan independen.
Sebagaimana pernyataan Standar-Standar Auditing No.1 berikut ini:
“Kepercayaan diri publik akan bisa dilemahkan dengan bukti bahwa independensi pada
kenyataannya kurang, dan mungkin juga bisa dilemahkan dengan adanya kondisi-
kondisi yang dipercaya bisa mempengaruhi independensi… Auditor independen
seharusnya tidak hanya independen secara nyata/aktual, mereka juga seharusnya
menghindari situasi dimana orang luar bisa meragukan independensi mereka.”

11. SKEPTISISME PROFESIONAL

8
Dalam Standar Auditing AICPA No.82, yang disebut dengani istilah due professional
care:
a. Due professional care diterapkan dalam perencanaan dan kinerja audit serta persiapan
laporan
b. Due professional care membebankan sebuah tanggung jawab kepada setiap profesional
dalam organisasi auditor independen untuk meneliti standar kerja lapangan dan
pelaporan.
Standar AICPA juga menetapkan bahwa auditor harus menjaga skeptisisme profesional,
yang dianggap salah satu tanggung jawab auditor yang paling penting: Due professional care
mensyaratkan auditor untuk menerapkan skeptisisme profesional, yaitu sebuah perilaku yang
meliputi pemikiran bertanya dan penilaian kritis atas bukti audit. Auditor menggunakan
pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang dibutuhkan oleh profesi akuntansi publik untuk
berkinerja baik, dalam keyakinan yang baik dan dengan integritas, dalam pengumpulan dan
menilai bukti secara objektif.
Standar Auditing no.82 ini juga mengklarifikasi kewajiban auditor. Contohnya, seorang
auditor tidak boleh mendeteksi penyimpangan material, karena GAAP (Generally Accepted
Accounting Standards – Standar akuntansi yang diterima umum) tidak mensyaratkan pembuktian
keaslian dokumen, atau kemungkinan adanya kolusi dan penutupan. Auditor hanya perlu
memberikan kepastian beralasan, yaitu, menjaga suatu tingkatan skeptimisme profesional layak.
Untuk menjadi skeptis secara tepat, auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko audit, khususnya struktur pengendalian internal. Pemahaman auditor
mengenai struktur pengendalian internal seharusnya menambah atau mengurangi kekhawatiran
auditor mengenai risiko kesalahan pelaporan yang material. Pertanyaan-pertanyaan seperti:
Adakah transaksi signifikan yang sulit untuk diaudit? Adakah transaksi terkait pihak yang tidak
biasanya dan substansial dalam bisnis regular? Adakah kemungkinan atau yang diketahui
kesalahan pelaporan yang cukup besar terdeteksi dalam audit periode sebelumnya oleh auditor
sebelumnya?
Audit sebuah laporan keuangan sesuai dengan GAAP harus direncanakan dan
dilaksanakan dengan perilaku skeptisisme profesional. Auditor tidak berasumsi bahwa
manajemen tidak jujur ataupun berasumsi kejujuran yang dipertanyakan. Dalam menerapkan
skeptisisme profesional, auditor seharusnya tidak puas hanya dengan bukti persuasif karena
sebuah keyakinan bahwa manajemen berperilaku jujur.

12. KEPASTIAN BERALASAN

9
Penerapan due professional care memberkan kesempatan kepada auditor untuk
mendapatkan kepastian beralasan mengenai apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan
pelaporan material, apakah disebabkan oleh kesalahan (error) atau kecurangan (fraud), atau
apakah kelemahan material ada sejak tanggal penilaian manajemen. Kepastian absolut tidak dapat
dicapai karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan. Meskipun demikian, kepastian
beralasan adalah kepastian tingkat tinggi. Karena itu, audit yang dilakukan sesuai dengan standar
PCAOB (Amerika Serikat) mungkin tidak mendeteksi kelemahan material dalam pengendalian
internal terhadap pelaporan keuangan atau kesalahan pelaporan material atas laporan keuangan.
Tujuan auditor independen adalah untuk meraih bukti kompeten yang cukup untuk
memberikannya sebuah dasar yang beralasan untuk membentuk opini. Penilaian dibutuhkan
dalam menginterpretasikan hasil pengujian audit dan penilaian bukti audit. Bahkan walaupun
dengan integritas dan keyakinan yang baik, kesalahan penilaian tetap dapat dilakukan.
Kesimpulannya, sebuah prasyarat untuk seorang auditor yang efektif adalah untuk
menjaga fakta independensi dan tampilan independensi. Ini memberikan kesempatan bagi auditor
untuk mempraktikkan due professional care, yang mensyaratkan perilaku skeptisisme
profesional. Sebagai seorang profesional, auditor memiliki tugas terhadap publik bahwa Ia dapat
dirangkul dengan bebas dalam perannya sebagai akuntan publik. Etika menuntut untuk memenuhi
tugas tersebut.

13. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK


Setiap bidang profesi tentunya harus memiliki aturan-aturan khusus atau lebih dikenal
dengan istilah “Kode Etik Profesi”. Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu profesi yang ada
yaitu Akuntan Publik. Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu
jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance.
a) Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi
bagi pengambil keputusan. Contoh: penilaian terkait risiko keamanan atau membuat
profil risiko kecurangan dan keandalan sistem informasi.
b) Jasa atestasi terdiri dari audit (atas laporan keuangan historis), pemeriksaan
(examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure). Jasa
atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan
kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material,
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
c) Jasa non-assurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia
tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain

10
keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah
jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik atau
IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang
bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu:
1) Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan
kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut.
2) Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka
konseptual tersebut pada situasi tertentu.
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan
oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang
merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa
profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam
standar profesi dan kode etik profesi. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan
kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kode
Etik ini.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5
prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:
a) Prinsip Integritas
Seseorang yang menerapkan prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk
tegas, jujur, dan adil dalam hubungan profesional dan hubungan bisnisnya. Mereka
tidak boleh terlibat dalam pembuatan laporan keuangan serta informasi lainnya terkait
mengenai:
1) kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan
2) pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati
3) penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi
yang seharusnya diungkapkan.
b) Prinsip Objektivitas
Praktisi yang menerapkan prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak
membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari
pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan
bisnisnya. Setiap praktisi harus menghindari setiap hubungan yang bersifat subjektif

11
atau yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan
profesionalnya.
c) Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
Seorang praktisi diwajibkan untuk memelihara pengetahuan dan keahlian
profesional yang dibutuhkan untuk menjamin pemberian jasa profesional yang
kompeten kepada klien atau pemberi kerja, dan menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan saksama sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi
yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya. Pemeliharaan kompetensi
profesional membutuhkan kesadaran dan pemahaman yang berkelanjutan terhadap
perkembangan teknis profesi dan perkembangan bisnis yang relevan.
Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan
untuk meningkatkan dan memelihara kemampuan praktisi agar dapat melaksanakan
pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan professional. Praktisi harus
memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang tepat bagi mereka yang
bekerja di bawah wewenangnya dalam kapasitas profesional.
d) Prinsip Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut:
1) Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau
Jaringan KAP tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus, kecuali
jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan
hukum atau peraturan lainnya yang berlaku; dan
2) Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau
pihak ketiga.
e) Prinsip Perilaku Profesional
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang
dapat mendiskreditkan profesi. Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan
pekerjaannya, setiap Praktisi tidak boleh merendahkan martabat profesi. Setiap
Praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan
sebagai berikut.
1) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang
dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki,
12
2) Membuat pernyataaan yang merendahkan atau melakukan perbandingan
yang tidak didukung bukti terhadap hasil pekerjaan Praktisi lain.
Selain itu, Kode Etik Profesi Akuntan Publik juga merinci aturan mengenai hal-hal
berikut ini:
a. Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan, dalam seksi ini terdapat ilustrasi mengenai
penerapan kerangka konseptual yang tercantum pada Bagian A dari kodee etik ini oleh
praktisi. Kerangka konseptual ini harus diterapkan dalam setiap situasi yang dihadapi.
b. Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP, Praktisi yang ditunjuk untuk
menggantikan praktisi lain atau seorang praktisi yang sedang mempertimbangkan untuk
mengikuti tender perikatan dari calon klien yang sedang dalam perikatan dengan praktisi
lain harus menentukan ada atau tidaknya alas an professional atau alas an lainnya untuk
tidak menerima perikatan tersebut, yaitu adanya hal-hal yang dapat mengancam
kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi.
c. Seksi 220 Benturan Kepentingan, setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah
yang diperlukan untuk mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan, karena situasi tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan
pada prinsip dasar etika profesi.
d. Seksi 230 Pendapat Kedua, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat
terjadi ketika praktisi diminta untuk member pendapat kedua mengenai penerapan
akuntansi, auditing, pelaporan, atau standar/prinsip lain untuk keadaan atau transaksi
tertentu oleh atau untuk kepentingan pihak-pihak selain klien.
e. Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya, dalam
melakukan negosiasi mengenai jasa professional yang diberikannya, Praktisi dapat
mengusulkan jumlah imbalan jasa yang dipandang sesuai.
f. Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar
etika profesi dapat terjadi ketika praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau
bentuk pemasaran lainnya.
g. Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-Tamahan Lainnya, Praktisi
maupun anggota keluarga dekatnya mungkin saja ditawari suatu hadiah atau bentuk
keramah tamahan lainnya oleh klien. Penerimaan pemberian tersebut dapat menimbulkan
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Signifikansi ancaman dapat
beragam tergantung dari sifat, nilai dan maksud dari pemberian tersebut.
h. Seksi 270 Penyimpanaan Aset Milik Klien, setiap Praktisi tidak boleh mengambil
tanggungjawab penyimpanan uang atau asset milik klien, kecuali jika diperbolehan oleh
ketentuan hukum yang berlaku dan jika demikian, Praktisi wajib menyimpan asset
tersebut sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

13
i. Seksi 280 Objektivitas – Semua Jasa Profesional, dalam memberikan jasa
profesionalnya, praktisi harus mempertimbangkan ada atau tidaknya ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi dari adanya kepentingan
dalam atau hubungan dengan, klien ataupun direktur, pejabat atau karyawannya.
j. Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance, dalam melakukan perikatan
assurance, kode etik ini mewajibkan anggota tim assurance, KAP dan jika relevan,
jaringan KAP untuk bersikap kepada klien assurance sehubungan dengan kapasitas
mereka untuk melindungi kepentingan publik. Dalam perikatan ini praktisi menyatakan
pendapat yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna hasil pekerjaan
perikatan assurance yang dituju.
Kewajiban Bagi Seorang Akuntan Publik (AP) Dan (KAP) Terdapat 5 (Lima) Kewajiban
Akuntan Publik Dan KAP, yaitu:
a. Bebas dari kecurangan (fraud), ketidakjujuran dan kelalaian serta menggunakan
kemahiran jabatannya (due professional care) dalam menjalankan tugas profesinya.
b. Menjaga kerahasiaan informasi / data yang diperoleh dan tidak dibenarkan memberikan
informasi rahasia tersebut kepada yang tidak berhak. Pembocoran rahasia data / informasi
klien kepada pihak ketiga secara sepihak merupakan tindakan tercela.
c. Menjalankan PSPM04-2008 tentang Pernyataan Beragam (Omnibus Statement) Standar
Pengendalian Mutu (SPM) 2008 yang telah ditetapkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik (DSPAP) Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), terutama SPM Seksi
100 tentang Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (SPM-KAP).
d. Mempunyai staf / tenaga auditor yang profesional dan memiliki pengalaman yang cukup.
Para auditor tersebut harus mengikuti Pendidikan Profesi berkelanjutan (Continuing
Profesion education) sebagai upaya untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidang audit dan proses bisnis (business process). Dalam rangka
peningkatan kapabilitas auditor, organisasi profesi mensyaratkan pencapaian poin (SKP)
tertentu dalam kurun / periode waktu tertentu. Hal ini menjadi penting, karena auditor
harus senantiasa mengikuti perkembangan bisnis dan profesi audit secara terus menerus.
e. Memiliki Kertas Kerja Audit (KKA) dan mendokumentasikannya dengan baik. KKA
tersebut merupakan perwujudan dari langkah-langkah audit yang telah dilakukan oleh
auditor dan sekaligus berfungsi sebagai pendukung (supporting) dari temuan-temuan audit
(audit evidence) dan opini laporan audit (audit report). KKA sewaktu-waktu juga
diperlukan dalam pembuktian suatu kasus di sidang pengadilan.
Larangan Bagi Seorang Akuntan Publik (AP) Dan (KAP) Akuntan Publik Dilarang
Melakukan 3 (Tiga) hal:
14
a. Dilarang memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan (general audit) untuk klien
yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 3 tahun. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya kolusi antara Akuntan Publik dengan klien yang merugikan
pihak lain.
b. Apabila Akuntan Publik tidak dapat bertindak independen terhadap pemberi penugasan
(klien), maka dilarang untuk memberikan jasa.
c. Akuntan Publik juga dilarang merangkap jabatan yang tidak diperbolehkan oleh ketentuan
perundang-undangan / organisasi profesi seperti sebagai pejabat negara, pimpinan atau
pegawai pada instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) atau swasta, atau badan hukum lainnya, kecuali yang
diperbolehkan seperti jabatan sebagai dosen perguruan tinggi yang tidak menduduki
jabatan struktural dan atau komisaris atau komite yang bertanggung jawab kepada
komisaris atau pimpinan usaha konsultansi manajemen.

KASUS: AUDITOR’S DILEMMA

I. KASUS
Arthur merupakan lulusan di Bidang Akuntansi dan memperoleh gelar sarjana kemudian ia
disewa oleh Castor Gotlieb LLP yaitu perusahaan akuntansi menengah terbesar. Alasannya
memilih perusahaan tersebut dibanding perusahaan lain karena selama wawancara, Arthur dan
perekrut telah berbicara panjang lebar tentang kejujuran dan integritas pribadi. Ini adalah nilai-
nilai yang paling berharga bagi Arthur, dan ia yakin bahwa kejujuran dan integritas yang
konsisten dengan nilai-nilai dan misi pernyataan CG.
Penugasan pada klien pertama, Arthur melakukan aspek-aspek dasar dari audit. Ia
menunjukkan kompetensi dan wawasan masalah audit yang potensial, dan sebagainya pekerjaan
berikutnya ia diberi aspek yang lebih kompleks dari audit. Dia menyelesaikannya tepat waktu,
dan diberi evaluasi yang sangat positif oleh seniornya auditnya yaitu Jonathan Lee. Arthur
menikmati pekerjaan, namun pekerjaan tersebut harus dilakukan berjam-jam, terutama selama
musim pajak. Menurutnya sulit untuk bekerja dari sembilan sampai lima di kantor klien di mana
ia menyelesaikan pengembalian pajak sampai sebelas malam, hanya untuk mengulang seluruh

15
rutinitas pada hari berikutnya, dan setiap hari setelah itu. Arhur hanya memiliki satu hari libur
setiap minggu.
Menurut manajernya Stella Resse itu merupakan hal yang wajar karena waktu istirahat akan
dilakukan pada musim panas. Pada minggu kedua bulan Maret, Arthur dikirim bekerja pada audit
Perusahaan Furniture Pine Crest. Pine Crest memproduksi dan menjual furnitur kontemporer
ruang tamu dan ruang makan melalui dua toko yang terletak di pinggir kota. Arthur bertanggung
jawab untuk bagian persediaan. Ia memiliki anggaran untuk 40 jam untuk menyelesaikan bagian
dari audit, karena junior telah menghabiskan 40 jam pada bagian persediaan tahun lalu dan Arthur
yakin bahwa ia akan mampu menyelesaikan bahwa bagian dari file di bawah anggaran.
Pada malam kedua audit, Arthur menghitung capital gain yang kena pajak untuk wealthy
client, Arthur menyadari bahwa mungkin ada masalah transfer pricing internal Pine Crest
sehubungan dengan satu model furnitur ruang makan yang telah dipindahkan dari satu toko ke
toko lainnya. Selama dua hari berikutnya, Arthur menghabiskan jumlah tambahan waktu
memeriksa skema harga transfer internal perusahaan serta seluruh pemeriksaan
didokumentasikan. Setelah menghabiskan hampir 50 jam pada bagian persediaan, Arthur
menyimpulkan bahwa tidak ada masalah dengan persediaan. Arthur telah keliru dan malu bahwa
ia telah menghabiskan begitu banyak waktu pada persediaan. Dia merasa bahwa jika ia baru saja
mengikuti prosedur audit standar, ia bisa menyelesaikan bagian sesuai anggaran. Akibatnya, ia
melaporkan bahwa ia hanya menghabiskan 40 jam saat ia benar-benar menghabiskan 50 jam.
Arthur enggan untuk memalsukan laporan waktunya, tapi ia membenarkan tindakannya atas dasar
bahwa ia baru dan berpengalaman. Dia juga mengatakan bahwa ekstra 10 jam adalah pengalaman
belajar. Serta ia merasa tidak akan ada yang akan tahu bahwa ia telah menyelesaikan laporan
dalam waktu tidak benar, karena Arthur memiliki reputasi untuk memiliki integritas tinggi. Pada
akhir audit Pine Crest, Arthur menerima penilaian yang sangat baik dari Senior Audit Jonathan
Lee serta Manager Stella Reese.
Kinerja Arthur pada dua pekerjaan berikutnya juga sangat baik dan ia dipromosikan
menjadi staf akuntan menegah di akhir tahun. Februari berikutnya, Arthur dipanggil ke pertemuan
membahas yang akan datang mengenai Audit Pine Crest Furniture yang akan dilakukan bulan
depan. Pertemuan itu beranggotakan Jonathan Lee, Stella Reese, serta tiga staf akuntan lain yang
telah mengaudit Pine Crest tahun lalu. Stella mengatakan bahwa akibat dari krisis ekonomi
penjualan di Pine Crest turun. Controller mereka mengatakan mereka tidak mampu membayar
jumlah yang sama tahun ini untuk audit. Auditor berada di bawah banyak tekanan untuk menjaga
biaya serendah mungkin, dan Ms. Johnson selaku mitra dari CG telah setuju untuk menurunkan
biaya sedikit, tetapi tetap meminta untuk menyelesaikan audit dalam waktu singkat.

16
Hasil dari keputusan tersebut berarti bahwa anggaran waktu audit yang telah dipotong 10%
tahun ini. Hasil itu menimbulkan protes, namun Stella berpendapat bahwa mereka punya tim
audit yang sama bekerja pada klien tahun ini di tahun lalu. Kita semua tahu operasi dan kegiatan
klien. Tidak ada kurva belajar pada audit kali ini, sehingga dapat dilakukan. Stella terkesan
dengan kinerja Arthur tahun lalu. Ia tidak menyadari bahwa mungkin ada masalah transfer
pricing persediaan. Tidak sampai ia membaca apa yang Arthur tulis secara baik dan mendalam
tahun lalu. Stella berkesimpulan bahwa jika audit persediaan pada audit ini dilakukan lagi oleh
Arthur maka ia akan dengan cepat menyelesaikan audit itu.
Konsekuensi dari apa yang dikukan Arthur menimbulkan dilemma yang harus ia hadapi. Ia
mencoba membuat pilihan dari 4 hal yang munkin dilakukannnya yaitu:
1) Beritahu Stella kebenaran: bahwa ia berbohong pada laporan kalinya tahun lalu.
Apakah ia dipecat karena ia tidak menunjukkan kejujuran dan integritas?
2) Menyelesaikan audit persediaan dan melaporkan 36 jam, terlepas dari berapa lama
waktu yang dibutuhkan. Apakah ini berarti berbohong lagi laporan waktunya? Apakah
ini adil untuk siapa pun yang memiliki untuk melakukan bagian persediaan tahun
depan?
3) Mengeluh pada Ms Johnson dan mengatakan bahwa pengurangan sepuluh persen
sewenang-wenang dalam waktu audit yang tidak adil. Bagaimana Jonathan dan Stella
akan bereaksi jika ia pergi di atas kepala mereka ke partner audit?
4) Mencari pekerjaan di perusahaan akuntansi lain. Kenapa dia akan mengatakan bahwa
dia berhenti?

II. PERTANYAAN DAN JAWABAN KASUS


 Pertanyaan:
Apa yang harus Arthur lakukan? Mengapa?
 Jawaban:
Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus
membuat keputusan mengenai perilaku yang patut. Setiap profesi pasti pernah mengalami
dilema etika. Dilema etika dalam profesi audit muncul sebagai konsekuensi konflik audit
karena auditor berada dalam situasi pengambilan keputusan yang terkait dengan
keputusannya yang etis atau tidak etis. Dalam hal ini dilema yang dihadapi Arthur timbul
ketika ia tidak jujur dalam mengambil keputusan untuk melaporkan bahwa ia
menyelesaikan laporan persediaan selama 40 jam yang sesuai anggaran padahal Arthur

17
melakukannya dalam waktu 50 jam karena ia merasa ada permasalahan transfer pricing
dalam laporannya.
Menurut kami skeptisme auditor sangat diperlukan mengingat Arthur merupakan
auditor baru sehingga jika auditor merasa ada hal yang dirasa akan menimbulkan masalah
maka auditor perlu melakukan pendalam audit agar dapat memperoleh pemahaman yang
memadai. Arthur telah mengungkapkan laporannya secara mendalam dan sangat baik
hanya tidak jujur dalam melaporkan waktu auditnya sehingga membuat Manajernya
merasa bahwa pengurangan waktu audit akibat krisis tidak akan mempersulit Arthur
karena ia telah berpengalaman mengaudit persediaan tersebut.
Menurut kelompok kami, yang harus dilakukan Arthur adalah memberitahu dan
mengungkapkan bahwa ia telah tidak jujur dalam melaporkan waktu audit persediaan
tahun lalu. Alasannya adalah agar manajer tahu berapa waktu sesungguhnya yang
dilakukan Arthur dalam membuat sebuah laporan yang menurut manajernya merupakan
laporan yang lengkap dan mendalam terlepas dari konsekuensi yang harus Arthur terima
apakah ditegur, diturunkan jabatan atau dipecat. Tetapi menurut kami, ketidakjujuran
Arthur hanya menimbulkan bias pemahaman dari manajer. Keputusan untuk berani
mengungkapkan ketidakjujuran harus diapresiasi oleh para pemimpin agar tidak
menimbulkan keputusan yang salah.
Kasus tersebut merupakan salah satu contoh tekanan etis yang serius dalam profesi
akuntansi saat ini, risiko dan bahaya terhadap integritas praktik akuntansi akibat konflik
kepentingan dan kebutuhan untuk bertahan dalam pasar kompetitif. Dengan
berkembangnya pasar keuangan dan sistem ekonomi, masyarakat menginginkan auditor
independen, yang sangat penting untuk fungsi efektif sistem ekonomi. Jika akuntansi
adalah bahasa bisnis, maka tugas auditor adalah untuk memastikan bahasa tersebut
digunakan dengan patut untuk mengkomunikasikan informasi yang relevan secara akurat.

18
REFERENSI

Duska, Ronald; Brenda Shay Duska; & Julie Anne Ragatz. 2011. Accounting Ethics. 2nd Edition.
United Kingdom: Wiley-Blackwell.

19

Anda mungkin juga menyukai