EVAPORASI

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia telah mengenal proses evaporasi sudah sejak lama, dimana
evaporasi yang dimaksud ialah suatu proses terjadinya pengurangan kadar air
dengan cara penguapan air yang biasa menggunakan bantuan alat yang bernama
evaporator. Tujuan dari evaporasi ini yaitu untuk memperkecil volume larutan dan
menurunkan aktivitas air aw. Dan prinsip dari evaporasi ini ialah dengan
memisahkan pelarut dari larutan sehingga menghasilkan larutan yang lebih pekat.
Alat yang digunakan ialah vacuum rotary evaporator. Prinsip alat ini ialah
pemisahan zat terlarut dari pelarutnya dengan pemanasan yang dipercepat oleh
putaran dari labu, pelarut dapat menguap disebabkan karena adanya penurunan
tekanan. Hal ini menyebabkan pelarut dapat dipisahkan dari zat terlarutnya tanpa
pemanasan yang tinggi (Praptiningsih, 2010).
Selain itu pengolahan hasil pertanian juga menggunakan proses evaporasi
yang mana bertujuan untuk meningkatkan viskositas larutan sebelum proses lebih
lanjut dan memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya
pengepakan penyimpanan transportasi serta menurunkan aktivitas air sehingga
bahan menjadi awet (Praptiningsih, 2010).
Oleh karena itu penting dilakukannya praktikum evaporasi dengan bahan
jasjus, air, gula yang bertujuan agar praktikan dapat menentukan jumlah air yang
diuapkan dan konsentrasi produk, dapat mengetahui pengaruh luas permukaan
terhadap kecepatan penguapan serta mengetahui pengaruh perbedaan bahan
terhadap kecepatan evaporasi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum evaporasi ini ialah :
1. Menentukan jumlah uap air yang diuapkan dan konsentrasi produk.
2. Mengetshui pengaruh luas permukaan terhadap kecepatan penguapan.
3. Mengetahui pengaruh perbedaan bahan terhadap kecepatan evaporasi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaporasi
Evaporasi adalah proses penambahan konsentrasi suatu zat tertentu
melalui proses perubahan molekul dari zat campurannya, dengan menggunakan
prinsip penguapan. Perbedaan antara distilasi dan evaporasi adalah bila distilasi
uapnya berupa (liquid) yang diinginkan/ dibutuhkan sedangkan apabila proses
evaporasi adalah vapor (cairan) yang dibutuhkan, pada proses ini zat yang
tertinggal itulah yang diinginkan, sedangkan uapnya biasanya dibuang, biasanya
molekul yang menguap ini memiliki energi yang lemah untuk terikat dengan
cairan, sehingga dengan spontan menjadi uap karna suhu yang sudah mencapai
pada titik didih zat tersebut. (Haryadi, 2012)
Proses evaporasi skala komersial pada industry kimia dilakukan dengan
alat yang bernama evaporator, yang berguna untuk mengevaporasi larutan
sehingga prinsip kerjanya merupakan prinsip kerja atau cara kerja dari evaporasi
itu sendiri. Prinsip kerjanya dengan penambahan kalor atau panas untuk
memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat terlarut yang memiliki titik didih
tinggi dan zat pelarut yang memiliki titik didih lebih rendah sehingga dihasilkan
larutan yang lebih pekat serta memiliki konsentrasi yang tinggi. (Haryadi, 2012)
Evaporator dibagi menjadi 3 jenis, yaitu evaporator berbadan tunggal
(single effect evaporator) maupun evaporator berbadan lebih dari satu (multiple
effect evaporator) dan evaporator vakum. Evaporasi bertujuan untuk menurunkan
kadar air, memekatkan larutan, dan sebagai pra proses pada pengeringan larutan
baik pengeringan secara beku, vakum, drum dan secara penyemprotan. Evaporasi
ini sangat erat kaitannya dengan Neraca Massa (Haryadi, 2012). Neraca Massa
terdiri dari:
Komponen air :
Massa air masuk evaporator = massa air produk + uap dari evaporator
mf (1 – X1 ) = mp (1 – Xp ) + mv
Komponen solid :
Massa solid masuk evaporator = massa solid keluar
mf Xf = mpXp
Total neraca massa : mf = mp + mv
Kecepatan feed = produk + uap air
Tabel 1. Neraca Massa
Solid Liquid Total
Feed Xf mf mf (1 – Xf ) mf
Produk Xpmp mp ( 1 – Xp ) mp
Uap mv

Single Effect Evaporator (Evaporator Badan Tunggal)


Uap/vapor
mv

feed tb; λv
steam
mf; xf; tf ts; λs

kondensat
Produk/konsentrat
mp; xp
Steady state
mf : kecepatan transfer massa feed; mp :kecepatan transfer massa produk
Xf: fraksi solid dari feed (%); Xp: fraksi solid dari produk (%)
mv: kecepatan transfer massa uap yang dihasilkan;
ms: kecepatan transfer massa steam yang digunakan
tr : suhu awal feed; tb : suhu didih panga/feed
ts : suhu kondensasi steam; cp : panas spesifik feed
λs : panas latent kondensasi; λv : panas latent evaporasi air
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Evaporasi
Faktor yang dapat mempengaruhi evaporasi salah satunya yaitu faktor
meteorologi seperti radiasi matahari, suhu udaa, kelembaban udara dan angin.
Tempat-tempat dengan radiasi matahari tinggi mengakibatkan evaporasinya tinggi
karena evaporasi memerlukan energi. Pada umumnya radiasi matahari yang tinggi
diikuti suhu udara tinggi dan kelembaban udara yang rendah. Kedua hal ini dapat
mempengaruhi terjadinya evaporasi. Angin yang kencang membuat kelembaban
udara rendah, hal inipun memacu evaporasi (Haryanto dan Masyithah, 2006).
Besar laju evaporasi tergantung pada masukan energy yang diterima.
Semakin besar energy yang diterima maka semakin tinggi evaporasinya dan
semakin banyak molekul air yang diuapkan. Karena sumber evaporasi utama yaitu
matahari maka laju evaporasi paling tingga tercapai pada waktu matahari terik
sekitar tengah hari. Selain masukan energi, laju evaporasi juga dipengaruhi oleh
kelembaban udara di atasnya. Laju evaporasi akan semakin terpacu jika udara
diatasnya kering (kelembaban rendah), sebaliknya akan terhambat jika
kelembaban udaranya tinggi (Lakitan, 2004). Evaporasi sangat bergantung pada
lokasi sehingga factor dari satu tempat ke tempat lainnya bias berbeda beda
Menurut (Ward, 2007) faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap
evaporasi antara lain :
2.2.1 Faktor-faktor meteorologi
a. Radiasi Matahari
Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang
tergantung pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari. Pada bulan
Desember kedudukan matahari berada paling jauh di selatan, sementara pada
bulan Juni kedudukan matahari berada palng jauh di utara. daerah yang berada di
belahan bumi selatan menerima radiasi maksimum matahari pada bulan
Desember, sementara radiasi terkecil pada bulan Juni, begitu pula sebaliknya.
Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi juga dipengaruhi oleh
penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan dalam persentase dari lama
penyinaran matahari nyata terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin
terjadi.
b. Temperatur udara dan permukaan
Temperatur (suhu) udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh
terhadap evaporasi. Semakin tinggi suhu semakin besar kemampuan udara untuk
menyerap uap air. Selain itu semakin tinggi suhu, energi kinetik molekul air
meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis udara di
atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu di daerah beriklim tropis jumlah
evaporasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub (daerah beriklim
dingin). Untuk variasi harian dan bulanan suhu udara di Indonesia relatif kecil.
c. Kelembaban
Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila
jumlah uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga
semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang
menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air
sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana
pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara dinyatakan dengan
kelembaban relatif (RH).
d. Angin
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan evaporasi
menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan
proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan
udara yang telah jenuh tersebut harus diganti dengan udara kering. Penggantian
tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh karena itu kecepatan angin
merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan banyak angin,
penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.
e. Tekanan Barometer
Tekanan udara akan berbanding terbalik dengan ketinggian suatu tempat
sehingga semakin tinggi tempat dari permukaan laut semakin rendah tekanan
udarannya. Kondisi ini disebabkansemakin tinggi tempat akan semakin berkurang
udara yang menekannya.
2.2.2 Faktor-faktor Geografi
a. Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain)
b. Jeluk tubuh air
c. Ukuran dan bentuk permukaan air

2.3 Pengertian Bahan


2.3.1 Gula
Gula merupakan karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energy dan
komoditas perdagangan utama. Dalam penjualan pada umumnya biasanya, gula
diproduksi dalam bentuk Kristal sukrosa padat. Gula berguna untuk merubah rasa
dari makanan atau minuman menjadi manis. Gula sederhana, seperti glukosa
(yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan
energi yang akan digunakan oleh sel. Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira
tebu, bit gula, atau aren. Gula sangat berperan penting dalam kehidupan manusia.
Banyak sekali dari makanan dan minuman menggunakan gula sebagai pemanis
seperti makanan dari kue, biscuit, roti dan lain lain. Karena kebutuhan gula
semakin bertambah hamper 95%, maka prosuksi gula semakin meningkat
(Wahyudi, 2013)
Tabel 2.Komposisi Kimia Gula

Komposisi Kandungan/100g
Energi 364 kkal
Protein 0g
Lemak 0g
Karbohidrat 94,0 g
Kalsium 5 mg
Fosfor 1 mg
Sumber : Darwin, 2013.

Tabel 3. Syarat Mutu Gula Pasir (SNI 3140-2010)


Persyaratan
Parameter Uji Satuan GKP 1 GKP 2
Warna
- Warna kristal CT 4.0-7.5 7.6-10
- Warna larutan IU 81-200 201-300
(ICUMSA)
Besar jenis butir mm 0.8-1.2 0.8-1.2
Susut pengeringan (b/b) % Maks 0.1 Maks 0.1
Polarisasi (oZ, 20oC) “Z” Min 99.6 Min 99.5
Abu konduktiviti (b/b) % Maks 0.10 Maks 0.15
Bahan tambahan pangan Maks 30
- Belerang dioksida mg/kg Maks 30
(SO2)
Cemaran logam
- Timbal (Pb) mg/kg Maks 2 Maks 2
- Tembaga (Cu)
mg/kg Maks 2 Maks 2
- Arsen (As)
mg/kg Maks 1 Maks 1
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2010.
2.3.2 Jasjus (Sari Buah Instan)
Sari buah instan merupakan salah satu produk pangan berupa minuman
instan yang siap saji, bentuknya berupa serbuk, mudah larut dalam air, praktis dan
memiliki daya simpan yang relative lama. Pembuatan sari buah instan sendiri
menggunakan metode pengeringan, prinsipnya adalah dehidrasi dalam proses
tersebut umumnya diperlukan bahan pengisi sebagai komponen-konponen bahan
yang rusak saat pengerigan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam
pengeringan sari buah seperti pengeringan busa, freeze drying (pengeringan beku)
dan spray drying (pengeringan semprot). Sifat dari produk minuman bubuk yang
penting adalah kelarutannya disampinng warna, aroma dan citarasa. Kelarutan
produk sangat dipengaruhi oleh porositas partikel, produk akan cepat larut jika
bersifat poros (berpori-pori)..Pembuatan sari buah instan dapat dibuat dengan
teknologi tinggi dan menggunakan alat canggih yaitu freeze dryer dan spray dryer,
namun alat ini cukup mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat lingkup rumah
tangga (kumalaningsih dan suprayogi, 2006). Sari buah instan merupakan sari
buah yang dibuat dari berbagai jenis buah buahan dengan penambahan bahan lain
menjadi serbuk atau bubuk yang siap saji, caranya hanya tinggal diseduh dengan
air sehingga produk lebih awet karena mengandung kadar air yang sangat rendah
dan praktis bagi konsumennya (Jamrianti, 2009)
Untuk menentukan kelayakan dari sari buah instan perlu parameter
tertentu sebagai landasan penerimaan masyarakat terhadap produk tersebut.
Parameter tersebut bertujuan agar keamanan dan konsistensi produk tersebut
terjamin sehingga produk tersebut aman dan sehat untuk dikonsumsi sebagai
produk pangan. Kelayakan minuman serbuk instan ditinjau dari persyaratan
kesehatan Syarat Minuman Instan (BPOM RI, 2006).
Komposisi: Gula,pengatur keasaman (asam sitrat), extrak, penstabil natrium
karboksimetil selulosa, perisa jeruk, pemanis buatan natrium siklamat 0,17gr/sach,
(ADI: 11mg/kg berat badan), pemanis buatan aspartam 0,03gr/sach, anti kempal
trikalsium fosfat, vitamin C, pewarna kuning FCF C1 15985, pewarna tartrazin
19140. (BPOM RI MD 667013362390).
Tabel 4. Kandungan Gizi Jasjus
Komposisi Kandungan (8gr/sach)
Energi 30 kkal
Karbohidrat 3%
Gula 72%

Natrium 1%
Vitamin c 20%

Kalsium 4%

Sumber : BPOM RI, 2006.


2.3.3 Air
Air merupakan suatu cairan yang tidak mempunyai rasa, baud an warna
yang terdiri dari hydrogen dan oksigen dengan rumus kimia H 2O. sifat air bias
digunakan untuk apa saja, sehingga termasuk zat yang sangat penting bagi
kehidupan (tumbuhan,hewan dan manusia) selain matahari sebagai sumber energi.
Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan aliran air (di
permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu
siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Etnize, 2010).
Air dapat berupa air tawar (fresh water) dan air asin (air laut) yang
merupakan bagian terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses,
perubahan wujud, gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di
udara) dan jenis air mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan
istilah siklus hidrologi. Air laut merupakan air yang berasal dari laut, memiliki
rasa asin, dan memiliki kadar garam (salinitas) yang tinggi, dimana rata-rata air
laut di lautan dunia memiliki salinitas sebesar 35 ppm. Hal ini berarti untuk setiap
satu liter air laut terdapat 35 gram garam yang terlarut di dalamnya. Kandungan
garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut antara lain klorida (55%),
natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%), dan
sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium,
dan florida, sedangkan air tawar merupakan air dengan kadar garam dibawah 0,5
ppt (Etnize, 2010).
Air tawar adalah air dengan kadar garam dibawah 0,5 ppt (Nanawi, 2001).
Air tawar adalah semua air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah,
kecuali air laut dan air fosil, sedangkan Air adalah semua air yang terdapat pada
di atas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat dan Air tanah
adalah air yang terdapat dalam lapisan atau batua dibawah permukaan tanah
Karakteristik kandungan sifat fisik dari air tawar tergantung dari tempat sumber
air itu berasal dan teknik pengolahan air tersebut apakah menghasilkan air yang
baik dikonsumsi. Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia.
Dalam ilmu kimia, air adalah substansi kimia yang memiliki rumus H2O
yang merupakan satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen (H) dan
oksigen (O). Pada kondisi standar, air memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa. Zat kimia di dalam air merupakan suatu pelarut, memiliki
kemampuan melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organic (Robert J. Kodoatie,
2008).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Beaker glass
2. Hot plate
3. Kertas Label
4. Sendok
5. Neraca Analitik
6. Tisu
7. Penggaris
3.1.2 Bahan
1. Jasjus (Sari buah instan)
2. Gula
3. Air

3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan


3.2.1 Skema Kerja Evaporasi Konsentrasi

Gula & Jasjus +


Beaker Glass 250 ml

Penimbangan
a.
10 gram 20 gram 20 gram
bahan + 90 bahan + 80 bahan + 80
gram air gram air gram air
b.
c.

d.
Pemanasan 15’ dan 15’
e.
Penimbangan setiap 15’
f.
Penghitungan ,Konsentrasi produk
dan neraca massa
3.2.2 Fungsi Perlakuan Evaporasi Konsentrasi
Pada praktikum kali ini ialah evaporasi dengan konsentrasi larutan yang
berbeda. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
bahan terhadap evaporasi. Langkah pertama yang harus disiapkan bahan
diantaranya gula, sari buah instan / jasjus, dan air. Kemudian disiapkan juga 3
beaker glass dengan ukuran 250 ml dan diberi label sesuai konsentrasi larutan
sebagai tanda. kemudian dilakukan penimbangan terhadap beaker glass
menggunakan neraca analitik untuk mendapatkan data dari setiap berat beaker
glass yang digunakan. Kemudian dilakukan penimbangan bahan (sari buah instan
dan gula) ditimbang menggunakan neraca digital dan diberi kertas agar mudah
dalam penandaan dan penimbangan dan diperoleh data yang akurat, dengan berat
bahan berturut turut yaitu 10 gram, 20 gram dan 30 gram. setelah ditimbang
dengan neraca analitik didapat data, setelah itu dilakukan penambahan air dengan
berturut turut yaitu 90 ml, 80 ml dan 70 ml. sehingga persentase konsentrasi
bahan menjadi 10% pada konsentrasi 10 gram, 20% pada konsentrasi 20 gram dan
30% pada konsentrasi 30 gram, kemudian bahan yang dicampur dengan air diaduk
hingga larut sampai tercampur sempurna agar saat dipanaskan tidak terjadi
karamelisasi. Kemudian dilakukan penimbangan kembali beaker glass yang sudah
diisi campuran bahan dengan air agar didapat data agar dapat mengetahui bahan
yang menguap karena evaporasi. Setelah data didapat dilakukan pemanasan
dengan suhu 100ºC terhadap masing-masing sampel selama 15 menit
menggunakan hot plate. Hal ini merupakan proses evaporasi, kemudian ditimbang
agar didapat data untuk mengetahui larutan bahan yang menguap secara akurat.
Kemudian dilakukan evaporasi lagi selama 15 menit dengan hot plat setelah itu
ditimbang dengan neraca analitik dan didapat data agar mengetahui jumlah larutan
bahan yang menguap. Setelah semua data didapat ( berat wadah, berat bahan +
wadah awal, berat bahan + wadah setelah proses evaporasi 15 menit pertama dan
15 menit kedua). Kemudian dilakukan perhitungan ∑ uap, konsentrasi produk dan
neraca massa dengan menggunakan data yang telah didapatkan.

3.2.3 Skema Kerja Evaporasi Kecepatan Penguapan

Penyiapan beaker Penyiapan beaker


glass 250 ml glass 500 ml

Penimbangan, pengukuran diameter,


perhitungan luas BG
10 gram bahan + 100 gram
air
Pemanasan secara
bersamaan
Penimbangan

Penghitungan kecepatan penguapan


3.2.4 Fungsi Perlakuan Evaporasi Kecepatan Penguapan
Pada praktikum acara 2 kali ini atau acara evaporasi kecepatan penguapan
bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan luas permukaan pada proses
evaporasi. Langkah pertama menyiapkan bahan (jasjus dan gula) dan beaker glass
(250 ml dan 500 ml). Kemudian masing-masing beaker glass dilakukan
penimbangan menggunakan neraca analitik agar mendapatkan data berat dari
setiap beaker glass yang digunakan secara akurat. Setelah itu dilakukan
pengukuran diameter beaker glass dengan penggaris, setelah data diameter beaker
glass didapat, kemudian dilakukan penimbangan 10 gram bahan (jasjus dan gula)
menggunakan neraca digital dan kertas (untuk penimbangan bahan). Kemudian
setelah didapat data bahan dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambahkan air
sampai 100 ml, agar didapat konsentrasi bahan 10%. Kemudian larutan diaduk
dengan sendok hingga tercampur sempura agar tidak terjadi karamelisasi saat
dipanaskan. Setelah data berat dari masing-masing beaker glass didapatkan,
dilakukan pemanasan terhadap masing-masing larutan sampel selama 15 menit
menggunakan hot plate. Kemudian penimbangan masing-masing beaker glass
menggunakan neraca digital untuk mendapatkan berat air setelah evaporasi.
Penimbangan harus diberi alas kertas agar berat yang didapat konstan. Langkah
yang terakhir yaitu melakukan perhitungan kecepatan penguapan dengan
menggunakan data yang telah didapatkan.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


a. Evaporasi Konsentrasi
Berat
Berat wadah Berat sampel+wadah setelah
Sampel sampel+wadah
(gr) evaporasi (gr)
(gr)
15’1 15’2
Jasjus:
Larutan 10:90 104,1 202,8 200 199,2
Larutan 20:80 101,4 200,4 199,3 196,9
Larutan 30:70 102,8 201,7 200,1 196,5
Gula:
Larutan 10:90 99,9 198,7 196 195,3
Larutan 20:80 103,7 203,1 201,1 196,7
Larutan 30:70 97,2 194,4 192,7 189

b. Evaporasi Kecepatan Penguapan


Pengamatan Gelas Beker 250 ml Gelas Beker 500 ml
Jasjus:
Berat mula-mula 202,5 gr 278,4 gr
Berat setelah evaporasi 200,9 gr 275,9 gr
Gula:
Berat mula-mula 193 gr 268 gr
Berat setelah evaporasi 191,8 gr 267 gr

4.1 Hasil Perhitungan


a. Evaporasi Konsentrasi
Berat uap air (gr) Konsentrasi
Sampel
15’1 15’2 15’ 1
15’2
Jasjus:
Larutan 10:90 2,8 0,8 10,42% 10,57%
Larutan 20:80 1,1 2,4 20,43% 20,94%
Larutan 30:70 1,6 3,6 30,83% 32,02%
Gula:
Larutan 10:90 2,7 0,7 10,41% 10,48%
Larutan 20:80 2 4,4 20,53% 21,51%
Larutan 30:70 1,7 3,7 31,41% 32,68%

b. Evaporasi Kecepatan Penguapan


Pengamatan Gelas Beker 250 ml Gelas Beker 500 ml
Jasjus:
Luas Permukaan 28,26 cm2 50,24 cm2
Kecepatan 0,1067 gr/menit 0,167 gr/menit
Gula:
Luas Permukaan 28,26 cm2 50,24 cm2
Kecepatan 0,08 gr/menit 0,067 gr/menit
BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Evaporasi Perbedaan Konsentrasi


Pada praktikum kali ini menggunakan bahan jasjus dan gula yang mana
masing-masing dilakukan perbandingan larutan jasjus 1,2,3 berurutan yaitu 10:90,
20:80, 30:70 dan diperoleh data pada jasjus 1 larutan 10:90 dengan berat wadah
104,1 gram, berat sampel + wadah 202,8 gram, berat sampel + wadah setelah
evaporasi pada 15 menit pertama dan 15 menit kedua yaitu 200 gram dan 199,2
gram. Jasjus 2 larutan 20:80 dengan berat wadah 101,4 gram, berat sampel +
wadah 200,4 gram, berat sampel + wadah setelah evaporasi pada 15 menit
pertama dan 15 menit kedua yaitu 199,3 gram dan 196,9 gram. jasjus larutan
30:70 dengan berat wadah 102,8 gram, berat sampel + wadah 201,7 gram, berat
sampel + wadah setelah evaporasi pada 15 menit pertama dan 15 menit kedua
yaitu 200,1 gram dan 196,6 gram. Dan larutan gula 10:90, 20:80, 30:70 dari berat
wadah, Berat sampel + wadah, Berat sampel + wadah setelah eaporasi berurutan
adalah larutan gula 10:90, 99,9 gram, 198,7 gram, 196 gram, 195,3 gram. Larutan
gula 20:80, 103,7 gram, 203,1 gram, 201,1 gram, 196,7 gram. Larutan gula 30:70,
97,2 gram, 184,4 gram, 192,7 gram, 189 gram.
Menurut (Hikmah, 2015) menjelaskan bahwa apabila suatu larutan
memiliki nilai konsentrasi suatu larutan yang semakin besar maka energi yang
digunakan juga akan semakin besar serta waktu yang diperlukan larutan untuk
mencapai kenaikan suhu tertentu juga semakin besar. Oleh karena itu, terdapat
kesesuaian data antara literatur dengan data yang didapat saat melakukan
praktikum yaitu semakin tinggi konsentrasi gula yang dilakukan evaporasi maka
semakin rendah titik didih larutannya.
5.1.1 Larutan Gula
Berdasarkan dari praktikum evaporasi denganperbedaan konsentrasi bahan
dengan menggunakan gula sebagai bahan. Diperoleh data yaitu dengan perbedaan
konsentrasi 10:90, 20:80, 30:70 berturut-turut adalah pada bagian Berat wadah
99,9 gram, 103,7 gram, 97,2 gram. Berat sampel + wadah berturut-turut 198,7
gram, 203,1 gram, 194,4 gram. Berat sampel + wadah setelah evaporasi pada 15
menit pertama yaitu, 196 gram, 201,1 gram, 192,7 gram. Dan berat uap air
berturut-turut adalah 2,7 gram, 2 gram, 1,7 gram. Dengan konsentrasi berturut-
turut adalah 10,41%, 20,53%, 31,41%. Dan berat sampel + wadah setelah
evaporasi pada 15 menit kedua berturut-turut yaitu 195,3 gram, 196,7 gram, 189
gram. Dan berat uap air yaitu, 0,7 gram, 4,4 gram, 3,7 gram. Dengan konsentrasi
berturut-turut yaitu, 10,48%, 21,51%, 32,68%.
Menurut (Winarno, 2002) menjelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi
maka semakin rendah uap air yang dihasilkan dikarenakan aliran panas terhalang
dengan konsentrasi bahan. Terdapat kesesuaian antara literatur dengan hasil
praktikum pada uap air larutan gula setelah evaporasi pada 15 menit pertama.
Namun terdapat ketidaksesuaian pada berat uap air 15 menit kedua. Perbedaan ini
terjadi karena gelas beker yang digunakan memiliki massa yang berbeda beda,
karena semakin tebal gelas beker maka panas akan mengalir lebih lama dan lebih
sedikit, juga saat pelarutan gula jika gula tidak terlarut dengan sempurna dan
masih ada gula yang menggumpal maka terjadi kristalisasi pada bahan sehingga
bahan menggumpal dan air mudah meguap dan harus diulang lagi karena tidak
sesuai persyaratan praktikum. Dan menurut (Wiranatakusuma, 2005) semakin
lama proses pemanasan bahan maka air semakin banyak menguap dan konsentrasi
bahan akan naik, hal ini terdapat kesesuaian antara literatur dan praktikum.
5.2.2 Larutan Jasjus (Sari Buah Instan)
Berdasarkan dari praktikum evaporasi denganperbedaan konsentrasi bahan
dengan menggunakan Jasjus (Sari Buah Instan) sebagai bahan. Diperoleh data
yaitu dengan perbedaan konsentrasi 10:90, 20:80, 30:70 berturut-turut adalah pada
bagian Berat wadah 104,1 gram, 101,4 gram, 102,8 gram. Berat sampel + wadah
berturut-turut 202,8 gram, 200,4 gram, 201,7 gram. Berat sampel + wadah setelah
evaporasi pada 15 menit pertama yaitu, 200 gram, 199,3 gram, 200,1 gram. Dan
berat uap air berturut-turut adalah 2,8 gram, 1,1 gram, 1,6 gram. Dengan
konsentrasi berturut-turut adalah 10,42%, 20,43%, 30,83%. Dan berat sampel +
wadah setelah evaporasi pada 15 menit kedua berturut-turut yaitu 199,2 gram,
196,9 gram, 196,5 gram. Dan berat uap air yaitu, 0,8 gram, 2,4 gram, 3,6 gram.
Dengan konsentrasi berturut-turut yaitu, 10,57%, 20,94%, 32,02%.
Menurut (Winarno, 2002) menjelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi
maka semakin rendah uap air yang dihasilkan dikarenakan aliran panas terhalang
dengan konsentrasi bahan. Terdapat kesesuaian antara literatur dengan hasil
praktikum pada uap air larutan gula setelah evaporasi pada 15 menit pertama.
Namun terdapat ketidaksesuaian pada berat uap air 15 menit kedua. Perbedaan ini
terjadi karena gelas beker yang digunakan memiliki massa yang berbeda beda,
karena semakin tebal gelas beker maka panas akan mengalir lebih lama dan lebih
sedikit, juga saat pelarutan gula jika gula tidak terlarut dengan sempurna dan
masih ada gula yang menggumpal maka terjadi kristalisasi pada bahan sehingga
bahan menggumpal dan air mudah meguap dan harus diulang lagi karena tidak
sesuai persyaratan praktikum. Dan menurut (Wiranatakusuma, 2005) semakin
lama proses pemanasan bahan maka air semakin banyak menguap dan konsentrasi
bahan akan naik, hal ini terjadi kesesuaian antara literatur dan praktikum.

5.2 Evaporasi Perbedaan Luas Permukaan


Pada praktikum perbedaan luas permukaan dilakukan identifikasi terhadap
massa gelas beker, diameter gelas beker, berat larutan mula mula dan berat larutan
setelah dipanaskan selama 15 menit. Kemudian dihitung luas permukaannya :
Luas permukaan lingkaran = Лr2
Keterangan : Л = ketetapan (22/7 atau 3,14)
r = jari-jari lingkaran.
Kemudian dilakukan perhitungan kecepatan evaporasi :
Kecepatan evaporasi =

5.2.1 Larutan Gula


Berdasarkan pada praktikum evaporasi larutan gula terkait luas permukaan
yang telah dilakukan, dibutuhkan dua gelas beaker glass dengan ukuran 250 ml
dan 500 ml. masing-masing beaker glass diukur diameter alasnya dan didapat
diameter 6,0 cm pada gelas beker 250 ml dan diameter 7,5 cm pada gelas beker
500 ml. dari diameter tersebut diperoleh berat awal gula pada beaker glass 250ml
dan 500 ml sebesar 193 gram dan 268 gram. Dan berat setelah evaporasi pada
beaker glass 250ml dan 500ml yaitu 191,8 gram dan 267 gram. luas permukaan
beaker glass 250ml sebesar 28,26 cm2 dan kecepatan sebesar 0,08 gr/menit. Luas
permukaan beaker glass 500ml sebesar 50,24 cm2 dan kecepatan sebesar 0,067
gr/menit.
Menurut (Wiranatakusuma, 2005) menjelaskan bahwa semakin lama
proses pemanasan bahan maka air semakin banyak menguap dan konsentrasi
bahan akan naik atau meningkat.berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa larutan pada beaker glass 500ml dengan luas permukaan
50,24 cm2 lebih cepat menguap daripada larutan pada gelas beker 250 ml dengan
luar permukaan 28,26cm2 dengan perbadingan kecepatan 0,067 gr/menit : 0,08
gr/menit. Oleh karena itu terdapat kesesuaian antara literatur dan hasil praktikum
yang mana semakin lama proses pemanasan bahan maka air semakin banyak
menguap dan konsentrasi bahan akan naik.
5.2.2 Larutan Jasjus (Sari Buah Instan)
Berdasarkan pada praktikum evaporasi larutan jasjus terkait luas
permukaan yang telah dilakukan, dibutuhkan dua gelas beaker glass dengan
ukuran 250 ml dan 500 ml. masing-masing beaker glass diukur diameter alasnya
dan didapat diameter 6,0 cm pada gelas beker 250 ml dan diameter 7,5 cm pada
gelas beker 500 ml. dari diameter tersebut diperoleh berat awal gula pada beaker
glass 250ml dan 500 ml sebesar 202,5 gram dan 278,4 gram. Dan berat setelah
evaporasi pada beaker glass 250ml dan 500ml yaitu 200,9 gram dan 275,9 gram.
luas permukaan beaker glass 250ml sebesar 28,26 cm2 dan kecepatan sebesar
0,1067 gr/menit. Luas permukaan beaker glass 500ml sebesar 50,24 cm2 dan
kecepatan sebesar 0,167 gr/menit.
Menurut (Wiranatakusuma, 2005) menjelaskan bahwa semakin lama
proses pemanasan bahan maka air semakin banyak menguap dan konsentrasi
bahan akan naik atau meningkat.berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa larutan pada beaker glass 500ml dengan luas permukaan
50,24 cm2 lebih cepat menguap daripada larutan pada gelas beker 250 ml dengan
luar permukaan 28,26cm2 dengan perbadingan kecepatan 0,167 gr/menit : 0,1067
gr/menit. Oleh karena itu terdapat kesesuaian antara literatur dan hasil praktikum
yang mana semakin lama proses pemanasan bahan maka air semakin banyak
menguap dan konsentrasi bahan akan naik.
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum evaporasi ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Semakin tinggi uap maka konsentrasi akan meningkat atau tinggi dan semakin
rendah konsentrasi uap maka konsentrasi juga rendah.
2. Luas permukaan antara larutan gula dan larutan jasjus berturut-turut yaitu pada
larutan gula luas permukaannya sebesar 28,26 cm2 dengan kecepatan 0,08
gr/menit dan luas permukaan 50,24 cm2 dengan kecepatan 0,067 gr/menit.
Pada larutan jasjus luas permukaan berturut-turut yaitu 28,26 cm2 dengan
kecepatan 0,1067 gr/menit dan luas permukaan 50,24 cm2 memiliki kecepatan
0,167 gr/menit. Yang berarti bahwa semakin besar luas permukaan maka akan
menghasilkan laju evaporasi yang cepat. Namun pada larutan gula terdapat
ketidaksesuaian data dengan literatur.
3. Bahan gula memiliki laju lebih cepat karena menggunakan larutan gula
langsung sedangkan pada sampel jasjus terdiri dari beberapa tambahan
komposisi bahan seperti pemanis buatan.

6.2 Saran
Adapun saran dari dilakukannya praktikum ini yaitu diharapkan praktikan
memperhatikan dengan betul dan teliti dalam melakukan penimbangan bahan,
pengamatan serta dalam melakukan perhitungan agar tidak terjadi kesalahan

DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI , 2006. Kandungan Gizi Jasjus. BPOM RI MD 667013362390.

Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Sinar Ilmu : Perpustakaan
Nasional.

Etnize. 2010. Pengertian Air. Bogor : IPB Press.

Haryadi. 2012. Evaporasi (Penguapan). Jakarta : Binaaksara.

Haryanto dan Masyithah. 2006. Perpindahan Panas. Medan : Departemen Teknik


Mesin FT USU.

Hikmah. 2015. Penentuan Perbedaan Konsentrasi Pada Proses Evaporasi.


Jakarta : Bina Aksara.

Jamrianti, R. 2007. Potensi Tepung Ubi Jalar sebagai Bahan Pangan. Prosiding :
Jurnal Litbang Pertanian.

Kumalaningsih, dan Suprayogi. 2006. Taramillo (Terung Belanda). Surabaya :


Trubus Agrisarana.

Lakitan. 2004. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.


Nawawi, G. 2001. Kualitas Air dan Keguanaannya.Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Praptiningsih. 2010. Evaporasi dan Pengeringan. Jakarta : Universitas Indonesia


Press.

Robert, J. Satriyo. 2008. Manajemen Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah.
Jakarta : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Standar Nasional Indonesia. 2010. Gula Kristal. (SNI 3140-2010). Jakarta :


Badan Standarisasi Nasional.

Wahyudi. 2013. Pemanfaatan Kulit Pisang (Musa Paradisiaca) sebagai Bahan


Dasar Nata De Banana Pale dengan Penambahan Gula Aren Dan Gula
Pasir. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ward, R.C. 2007. Principles of Hydrology. London : McGraw-Hill.

Winarno, FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.

Wiranatakusuma. 2005. Prinsip Teknik Pangan. Bogor : PAU Pangan dan Gizi.
IPB.

Anda mungkin juga menyukai