EVAPORASI
EVAPORASI
EVAPORASI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia telah mengenal proses evaporasi sudah sejak lama, dimana
evaporasi yang dimaksud ialah suatu proses terjadinya pengurangan kadar air
dengan cara penguapan air yang biasa menggunakan bantuan alat yang bernama
evaporator. Tujuan dari evaporasi ini yaitu untuk memperkecil volume larutan dan
menurunkan aktivitas air aw. Dan prinsip dari evaporasi ini ialah dengan
memisahkan pelarut dari larutan sehingga menghasilkan larutan yang lebih pekat.
Alat yang digunakan ialah vacuum rotary evaporator. Prinsip alat ini ialah
pemisahan zat terlarut dari pelarutnya dengan pemanasan yang dipercepat oleh
putaran dari labu, pelarut dapat menguap disebabkan karena adanya penurunan
tekanan. Hal ini menyebabkan pelarut dapat dipisahkan dari zat terlarutnya tanpa
pemanasan yang tinggi (Praptiningsih, 2010).
Selain itu pengolahan hasil pertanian juga menggunakan proses evaporasi
yang mana bertujuan untuk meningkatkan viskositas larutan sebelum proses lebih
lanjut dan memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya
pengepakan penyimpanan transportasi serta menurunkan aktivitas air sehingga
bahan menjadi awet (Praptiningsih, 2010).
Oleh karena itu penting dilakukannya praktikum evaporasi dengan bahan
jasjus, air, gula yang bertujuan agar praktikan dapat menentukan jumlah air yang
diuapkan dan konsentrasi produk, dapat mengetahui pengaruh luas permukaan
terhadap kecepatan penguapan serta mengetahui pengaruh perbedaan bahan
terhadap kecepatan evaporasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum evaporasi ini ialah :
1. Menentukan jumlah uap air yang diuapkan dan konsentrasi produk.
2. Mengetshui pengaruh luas permukaan terhadap kecepatan penguapan.
3. Mengetahui pengaruh perbedaan bahan terhadap kecepatan evaporasi.
2.1 Evaporasi
Evaporasi adalah proses penambahan konsentrasi suatu zat tertentu
melalui proses perubahan molekul dari zat campurannya, dengan menggunakan
prinsip penguapan. Perbedaan antara distilasi dan evaporasi adalah bila distilasi
uapnya berupa (liquid) yang diinginkan/ dibutuhkan sedangkan apabila proses
evaporasi adalah vapor (cairan) yang dibutuhkan, pada proses ini zat yang
tertinggal itulah yang diinginkan, sedangkan uapnya biasanya dibuang, biasanya
molekul yang menguap ini memiliki energi yang lemah untuk terikat dengan
cairan, sehingga dengan spontan menjadi uap karna suhu yang sudah mencapai
pada titik didih zat tersebut. (Haryadi, 2012)
Proses evaporasi skala komersial pada industry kimia dilakukan dengan
alat yang bernama evaporator, yang berguna untuk mengevaporasi larutan
sehingga prinsip kerjanya merupakan prinsip kerja atau cara kerja dari evaporasi
itu sendiri. Prinsip kerjanya dengan penambahan kalor atau panas untuk
memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat terlarut yang memiliki titik didih
tinggi dan zat pelarut yang memiliki titik didih lebih rendah sehingga dihasilkan
larutan yang lebih pekat serta memiliki konsentrasi yang tinggi. (Haryadi, 2012)
Evaporator dibagi menjadi 3 jenis, yaitu evaporator berbadan tunggal
(single effect evaporator) maupun evaporator berbadan lebih dari satu (multiple
effect evaporator) dan evaporator vakum. Evaporasi bertujuan untuk menurunkan
kadar air, memekatkan larutan, dan sebagai pra proses pada pengeringan larutan
baik pengeringan secara beku, vakum, drum dan secara penyemprotan. Evaporasi
ini sangat erat kaitannya dengan Neraca Massa (Haryadi, 2012). Neraca Massa
terdiri dari:
Komponen air :
Massa air masuk evaporator = massa air produk + uap dari evaporator
mf (1 – X1 ) = mp (1 – Xp ) + mv
Komponen solid :
Massa solid masuk evaporator = massa solid keluar
mf Xf = mpXp
Total neraca massa : mf = mp + mv
Kecepatan feed = produk + uap air
Tabel 1. Neraca Massa
Solid Liquid Total
Feed Xf mf mf (1 – Xf ) mf
Produk Xpmp mp ( 1 – Xp ) mp
Uap mv
feed tb; λv
steam
mf; xf; tf ts; λs
kondensat
Produk/konsentrat
mp; xp
Steady state
mf : kecepatan transfer massa feed; mp :kecepatan transfer massa produk
Xf: fraksi solid dari feed (%); Xp: fraksi solid dari produk (%)
mv: kecepatan transfer massa uap yang dihasilkan;
ms: kecepatan transfer massa steam yang digunakan
tr : suhu awal feed; tb : suhu didih panga/feed
ts : suhu kondensasi steam; cp : panas spesifik feed
λs : panas latent kondensasi; λv : panas latent evaporasi air
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Evaporasi
Faktor yang dapat mempengaruhi evaporasi salah satunya yaitu faktor
meteorologi seperti radiasi matahari, suhu udaa, kelembaban udara dan angin.
Tempat-tempat dengan radiasi matahari tinggi mengakibatkan evaporasinya tinggi
karena evaporasi memerlukan energi. Pada umumnya radiasi matahari yang tinggi
diikuti suhu udara tinggi dan kelembaban udara yang rendah. Kedua hal ini dapat
mempengaruhi terjadinya evaporasi. Angin yang kencang membuat kelembaban
udara rendah, hal inipun memacu evaporasi (Haryanto dan Masyithah, 2006).
Besar laju evaporasi tergantung pada masukan energy yang diterima.
Semakin besar energy yang diterima maka semakin tinggi evaporasinya dan
semakin banyak molekul air yang diuapkan. Karena sumber evaporasi utama yaitu
matahari maka laju evaporasi paling tingga tercapai pada waktu matahari terik
sekitar tengah hari. Selain masukan energi, laju evaporasi juga dipengaruhi oleh
kelembaban udara di atasnya. Laju evaporasi akan semakin terpacu jika udara
diatasnya kering (kelembaban rendah), sebaliknya akan terhambat jika
kelembaban udaranya tinggi (Lakitan, 2004). Evaporasi sangat bergantung pada
lokasi sehingga factor dari satu tempat ke tempat lainnya bias berbeda beda
Menurut (Ward, 2007) faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap
evaporasi antara lain :
2.2.1 Faktor-faktor meteorologi
a. Radiasi Matahari
Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang
tergantung pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari. Pada bulan
Desember kedudukan matahari berada paling jauh di selatan, sementara pada
bulan Juni kedudukan matahari berada palng jauh di utara. daerah yang berada di
belahan bumi selatan menerima radiasi maksimum matahari pada bulan
Desember, sementara radiasi terkecil pada bulan Juni, begitu pula sebaliknya.
Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi juga dipengaruhi oleh
penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan dalam persentase dari lama
penyinaran matahari nyata terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin
terjadi.
b. Temperatur udara dan permukaan
Temperatur (suhu) udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh
terhadap evaporasi. Semakin tinggi suhu semakin besar kemampuan udara untuk
menyerap uap air. Selain itu semakin tinggi suhu, energi kinetik molekul air
meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis udara di
atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu di daerah beriklim tropis jumlah
evaporasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub (daerah beriklim
dingin). Untuk variasi harian dan bulanan suhu udara di Indonesia relatif kecil.
c. Kelembaban
Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila
jumlah uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga
semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang
menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air
sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana
pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara dinyatakan dengan
kelembaban relatif (RH).
d. Angin
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan evaporasi
menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan
proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan
udara yang telah jenuh tersebut harus diganti dengan udara kering. Penggantian
tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh karena itu kecepatan angin
merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan banyak angin,
penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.
e. Tekanan Barometer
Tekanan udara akan berbanding terbalik dengan ketinggian suatu tempat
sehingga semakin tinggi tempat dari permukaan laut semakin rendah tekanan
udarannya. Kondisi ini disebabkansemakin tinggi tempat akan semakin berkurang
udara yang menekannya.
2.2.2 Faktor-faktor Geografi
a. Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain)
b. Jeluk tubuh air
c. Ukuran dan bentuk permukaan air
Komposisi Kandungan/100g
Energi 364 kkal
Protein 0g
Lemak 0g
Karbohidrat 94,0 g
Kalsium 5 mg
Fosfor 1 mg
Sumber : Darwin, 2013.
Natrium 1%
Vitamin c 20%
Kalsium 4%
Penimbangan
a.
10 gram 20 gram 20 gram
bahan + 90 bahan + 80 bahan + 80
gram air gram air gram air
b.
c.
d.
Pemanasan 15’ dan 15’
e.
Penimbangan setiap 15’
f.
Penghitungan ,Konsentrasi produk
dan neraca massa
3.2.2 Fungsi Perlakuan Evaporasi Konsentrasi
Pada praktikum kali ini ialah evaporasi dengan konsentrasi larutan yang
berbeda. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
bahan terhadap evaporasi. Langkah pertama yang harus disiapkan bahan
diantaranya gula, sari buah instan / jasjus, dan air. Kemudian disiapkan juga 3
beaker glass dengan ukuran 250 ml dan diberi label sesuai konsentrasi larutan
sebagai tanda. kemudian dilakukan penimbangan terhadap beaker glass
menggunakan neraca analitik untuk mendapatkan data dari setiap berat beaker
glass yang digunakan. Kemudian dilakukan penimbangan bahan (sari buah instan
dan gula) ditimbang menggunakan neraca digital dan diberi kertas agar mudah
dalam penandaan dan penimbangan dan diperoleh data yang akurat, dengan berat
bahan berturut turut yaitu 10 gram, 20 gram dan 30 gram. setelah ditimbang
dengan neraca analitik didapat data, setelah itu dilakukan penambahan air dengan
berturut turut yaitu 90 ml, 80 ml dan 70 ml. sehingga persentase konsentrasi
bahan menjadi 10% pada konsentrasi 10 gram, 20% pada konsentrasi 20 gram dan
30% pada konsentrasi 30 gram, kemudian bahan yang dicampur dengan air diaduk
hingga larut sampai tercampur sempurna agar saat dipanaskan tidak terjadi
karamelisasi. Kemudian dilakukan penimbangan kembali beaker glass yang sudah
diisi campuran bahan dengan air agar didapat data agar dapat mengetahui bahan
yang menguap karena evaporasi. Setelah data didapat dilakukan pemanasan
dengan suhu 100ºC terhadap masing-masing sampel selama 15 menit
menggunakan hot plate. Hal ini merupakan proses evaporasi, kemudian ditimbang
agar didapat data untuk mengetahui larutan bahan yang menguap secara akurat.
Kemudian dilakukan evaporasi lagi selama 15 menit dengan hot plat setelah itu
ditimbang dengan neraca analitik dan didapat data agar mengetahui jumlah larutan
bahan yang menguap. Setelah semua data didapat ( berat wadah, berat bahan +
wadah awal, berat bahan + wadah setelah proses evaporasi 15 menit pertama dan
15 menit kedua). Kemudian dilakukan perhitungan ∑ uap, konsentrasi produk dan
neraca massa dengan menggunakan data yang telah didapatkan.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum evaporasi ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Semakin tinggi uap maka konsentrasi akan meningkat atau tinggi dan semakin
rendah konsentrasi uap maka konsentrasi juga rendah.
2. Luas permukaan antara larutan gula dan larutan jasjus berturut-turut yaitu pada
larutan gula luas permukaannya sebesar 28,26 cm2 dengan kecepatan 0,08
gr/menit dan luas permukaan 50,24 cm2 dengan kecepatan 0,067 gr/menit.
Pada larutan jasjus luas permukaan berturut-turut yaitu 28,26 cm2 dengan
kecepatan 0,1067 gr/menit dan luas permukaan 50,24 cm2 memiliki kecepatan
0,167 gr/menit. Yang berarti bahwa semakin besar luas permukaan maka akan
menghasilkan laju evaporasi yang cepat. Namun pada larutan gula terdapat
ketidaksesuaian data dengan literatur.
3. Bahan gula memiliki laju lebih cepat karena menggunakan larutan gula
langsung sedangkan pada sampel jasjus terdiri dari beberapa tambahan
komposisi bahan seperti pemanis buatan.
6.2 Saran
Adapun saran dari dilakukannya praktikum ini yaitu diharapkan praktikan
memperhatikan dengan betul dan teliti dalam melakukan penimbangan bahan,
pengamatan serta dalam melakukan perhitungan agar tidak terjadi kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Sinar Ilmu : Perpustakaan
Nasional.
Jamrianti, R. 2007. Potensi Tepung Ubi Jalar sebagai Bahan Pangan. Prosiding :
Jurnal Litbang Pertanian.
Robert, J. Satriyo. 2008. Manajemen Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah.
Jakarta : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Wiranatakusuma. 2005. Prinsip Teknik Pangan. Bogor : PAU Pangan dan Gizi.
IPB.